DISTILASI
Gambar 1.5 Grafik kesetimbangan uap cair pada temperature buble dan temperature
dew
Banyaknya molekul aseton yang terdapat pada keluaran produk distilat setiap
menitnya, dapat dihitung berdasarkan persamaan hubungan antara waktu
dengan laju alir molar uap aseton, yaitu:
+1
= (0 )
+1
= (0 )
Di mana,
R = rasio reflux
Total Reflux
Waktu Vd mD
T (oC) D (g/ml) xD mB (g) B (g/ml) xB
(menit) (ml) (g)
5 78 26 17.43 0.670384615 0.706702307 7.60 0.760 0.180779520
10 79 28 18.23 0.651071429 0.892256750 7.78 0.778 0.121969259
15 80 31 20.14 0.649677419 0.906895443 7.91 0.791 0.085349393
Reflux 50%
Waktu Vd mD
T (oC) D (g/ml) xD mB (g) B (g/ml) xB
(menit) (ml) (g)
5 77 28 19.34 0.690714286 0.543511393 7.70 0.770 0.146810660
10 79 29 19.12 0.659310345 0.809233486 7.85 0.785 0.101724733
15 80 33 21.44 0.649696970 0.906688938 7.95 0.795 0.074879198
Reflux 40%
Waktu Vd mD
T (oC) D (g/ml) xD mB (g) B (g/ml) xB
(menit) (ml) (g)
5 78 30 21.32 0.710666667 0.41155989 7.76 0.776 0.128000492
10 78 42 28.76 0.684761905 0.588111365 7.89 0.789 0.090714661
15 81 86 56.84 0.660930233 0.79359880 8.02 0.802 0.057311552
Reflux 33%
Waktu Vd mD
T (oC) D (g/ml) xD mB (g) B (g/ml) xB
(menit) (ml) (g)
5 78 49 35.12 0.716734694 0.376386816 7.76 0.776 0.128000492
10 79 110 77.31 0.702818182 0.460376446 7.89 0.789 0.090714661
15 81 172 117.51 0.683197674 0.600256832 8.12 0.812 0.033596707
Perbandingan hasil fraksi mol distilat dengan fraksi mol bottom untuk setiap
refluks dan rentang waktu yang telah di tentukan ditunjukkan pada grafik
dibawah ini :
1
0,9
0,8
0,7
Fraksi mol
0,6
Reflux 50%
0,5
Reflux 40%
0,4
0,3 Reflux 33%
0,2 Reflux 100%
0,1
0
3 5 7 9 11 13 15 17
Waktu (menit)
Gambar 3.1. Grafik fraksi mol aseton terhadap waktu pada distillat
0,2
0,18
0,16
0,14
Fraksi mol
0,12
Reflux 50%
0,1
Reflux 40%
0,08
0,06 Reflux 33%
0,04 Reflux 100%
0,02
0
3 5 7 9 11 13 15 17
Waktu (menit)
Gambar 3.2. Grafik fraksi mol aseton terhadap waktu pada bottom
3.2.2 Perhitungan Jumlah Teoritikal Tray dengan menggunakan Diagram
McCabe-Thiele
Tabel 3.1 Pehitungan Kurva Kesetimbangan Aseton-Air
0,8
0,6
y
0,4
0,2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
x
Total Refluks
1,2
1
Kesetimbangan
0,8 Diagonal
0,6 xB
y
0,4 xD
Enriching Line
0,2
Feed Line
0
Stripping Line
0 0,5 1 1,5
x
1
Kesetimbangan
0,8
Diagonal
0,6 xB
y
xD
0,4
Enriching Line
0,2 Feed Line
Stripping Line
0
0 0,5 1 1,5
x
Refluks 40%
Plot total reflux pada menit ke-15. Dari gambar, didapatkan tray teoritis
sebesar 4.
+1 = +
+ 1 + 1
0,4 0,7936
+1 = +
0,4 + 1 0,4 + 1
= 0,286 + 0,567
Refluks Ratio 40%
1,2
1
Kesetimbangan
0,8 Diagonal
0,6 xB
y
0,4 xD
Enriching Line
0,2
Feed Line
0
Stripping Line
0 0,5 1 1,5
x
Refluks 33%
Plot total reflux pada menit ke-15. Dari gambar, didapatkan tray teoritis
sebesar 3.
+1 = +
+ 1 + 1
0,33 0,6003
+1 = +
0,33 + 1 0,33 + 1
= 0,248 + 0,4513
1
Kesetimbangan
0,8 Diagonal
0,6 xB
y
0,4 xD
Enriching Line
0,2
Feed Line
0
0 0,5 1 1,5 Stripping Line
x
Actual tray dalam percobaan Distilasi Batch ini yaitu 9 tray. Maka efisiensi
pada setiap refluks adalah :
Total Refluks
5
= 100%
9
= 55,56 %
Refluks 50%
5
= 100%
9
= 55,56 %
Refluks 40%
4
= 100%
9
= 44,44 %
Refluks 33%
3
= 100%
9
= 33,33 %
Laju alir molar uap pada masing-masing reflux dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut.
+1
= (0 )
Dalam persamaan tersebut 0 merupakan fraksi mol awal dari aseton pada
menit ke-0 dilakukan proses distilasi dengan rasio reflux tertentu. Sedangkan
merupakan fraksi mol aseton di bottom pada waktu tertentu dan dengan rasio reflux
tertentu. dihitung berdasarkan densitas produk bottom yang diukur pada menit
ke 5, 10, dan 15. Dengan menggunakan grafik hubungan fraksi mol aseton dengan
densitas, maka didapatkan fraksi mol aseton di bottom. Berikut hasil pengolahan
data untuk laju alir molar uap pada tiap reflux.
Total Reflux
Tabel 3.2. Laju alir molar uap pada total reflux
Total Reflux
Fraksi mol aseton
0.144
awal:
Laju alir molar
t xb (fraksi
uap (gr
(menit) mol)
mol/menit)
5 0.181 0.014872528
10 0.122 0.004325788
15 0.085 0.007766508
Reflux 50%
Tabel 3.3 . Laju alir molar uap pada reflux 50%
Reflux 50%
Fraksi mol aseton
0.144
awal:
Laju alir molar
t xb (fraksi
uap (gr
(menit) mol)
mol/menit)
5 0.147 0.001284984
10 0.102 0.008374694
15 0.075 0.009162534
Reflux 40%
Tabel 3.4 . Laju alir molar uap pada reflux 40%
Reflux 40%
Fraksi mol aseton
0.157
awal:
Laju alir molar
t xb (fraksi
uap (gr
(menit) mol)
mol/menit)
5 0.128 0.006239083
10 0.091 0.010576708
15 0.057 0.011504886
Reflux 33%
Tabel 3.5 . Laju alir molar uap pada reflux 40%
Reflux 33%
Fraksi mol aseton
0.150
awal:
Laju alir molar
t xb (fraksi
uap (gr
(menit) mol)
mol/menit)
5 0.128 0.006239083
10 0.091 0.010576708
15 0.034 0.014666866
Seluruh data laju alir molar uap aseton pada tiap reflux dapat dibandingkan
secara lebih mudah satu sama lain menggunakan plot grafik yang menggambarkan
hubungan antara waktu tinggal dengan laju alir molar uap.
0,014
0,012
0,01
Total Reflux
0,008
Reflux 50%
0,006
0,004 Reflux 40%
0,002 Reflux 33%
0
0 5 10 15 20
Waktu Tinggal (menit)
Gambar 3.8 Grafik hubungan laju alir molar uap terhadap waktu tinggal
Total Reflux
Persamaan garis polinomial:
= 0.02 2 + 0.1 + 25
Tabel 3.6 . Volume distilat terakumulasi pada waktu tertentu untuk total reflux
Total Reflux
t (menit) Vd (ml)
5 26
10 28
15 31
40 61
Reflux 50%
Persamaan garis polinomial:
= 0.06 2 0.7 + 30
Tabel 3.7. Volume distilat terakumulasi pada waktu tertentu untuk reflux 50%
Reflux 50%
t (menit) Vd (ml)
5 28
10 29
15 33
40 98
Reflux 40%
Persamaan garis polinomial:
= 0.64 2 7.2 + 50
Tabel 3.8 . Volume distilat terakumulasi pada waktu tertentu untuk reflux 40%
Reflux 40%
t (menit) Vd (ml)
5 30
10 42
15 86
40 786
Reflux 33%
Persamaan garis polinomial:
= 0.02 2 + 11.9 11
Tabel 3.9. Volume distilat terakumulasi pada waktu tertentu untuk reflux 33%
Reflux 33%
t (menit) Vd (ml)
5 49
10 110
15 172
40 497
Berikut ini merupakan grafik hubungan volume distilat terhadap waktu tinggal
untuk tiap reflux.
600
Distilat (ml)
500
400 y = 0,02x2 + 11,9x - 11
R = 1
300
200 y = 0,06x2 - 0,7x + 30
R = 1 y = 0,02x2 + 0,1x + 25
100 R = 1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu Tinggal (menit)
Reflux 50%
0,5
Reflux 40%
0,4
Reflux 33%
0,3
Reflux 100%
0,2
0,1
0
3 5 7 9 11 13 15 17
Waktu (menit)
Dari grafik diatas juga dapat disimpulkan pada t = 15 menit, hal ini disebabkan
dengan semakin lamanya distilasi dilakukan maka akan semakin murni distilat yang
dihasilkan. Pada percobaan total reflux didapatkan fraksi mol tertinggi
dibandingkan dengan rasio reflux lainnya. Hal ini disebabkan karena pada rasio
total reflux mengembalikan distilat yang lebih banyak dibandingkan dengan rasio
refluks lainnya. Seharusnya memang demikian, karena nilai fraksi mol yang
dihasilkan menunjukkan kenaikan dari nilai awalnya, karena pada teorinya nilai
fraksi molnya akan terus meningkat seiring dengan dihasilkannya produk pada
tingkat pemurnian yang lebih tinggi, karena pada produk akan terdapat bagian dari
aseton yang terbawa sehingga menaikkan fraksi mol di distilat dan menurunkan
nilai kandungan aseton yang dikembalikan lagi ke kolom distilasi. Pada total reflux
akan dihasilkan nilai fraksi mol yang paling murni. Hal tersebut sesuai dengan
grafik yang didapat dimana seiring dengan berjalannya waktu, fraksi mol yang
didapat dari total reflux akan semakin meningkat, maka akan terdapat semakin
banyak aseton yang dihasilkan di produk, dikarenakan reflux yang dilakukan
dekanter sepersekian detik seperti yang telah disebutkan tadi membuat fraksi mol
yang diperoleh akan meningkatkan nilai fraksi mol yang dialirkan ke kolom produk,
dan dengan demikian menurunkan nilai fraksi reflux (L) yang dikembalikan di
kolom distilasi. Hal tersebut juga berlaku dengan rasio reflux 50%, 40%, dan 33%
fraksi mol yang didapat seiring dengan berjalannya waktu, maka fraksi mol distilat
akan meningkat. Kenyataan tersebut didukung oleh teori bahwa fraksi mol pada
distilat yang dihasilkan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
waktu karena makin banyak aseton yang diuapkan.
Pada praktikum kali ini, praktikan juga menghitung nilai fraksi mol yang
diperoleh dari bottom product untuk tiap reflux ratio. Grafiknya ditampilkan
sebagai berikut:
0,2
0,18
0,16
0,14
0,12
Fraksi mol
Reflux 50%
0,1
Reflux 40%
0,08
Reflux 33%
0,06 Reflux 100%
0,04
0,02
0
3 5 7 9 11 13 15 17
Waktu (menit)
Dari grafik diatas, terlihat bahwa terjadi penurunan fraksi bottom yang
diperoleh untuk tiap kenaikan waktu yang dicapai. Menurut teori, apabila semakin
lama distilasi dilakukan, maka fraksi mol pada bottom product yang dihasilkan akan
semakin menurun. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya kenaikan fraksi
mol pada distilat seiring dengan kenaikan waktu, karena aseton yang dipisahkan
dari air akan semakin banyak seiring dengan lamanya distilasi berlangsung
sehingga kadar aseton yang terdapat di bottom product akan semakin menurun.
Aliran distilat yang terbentuk paling banyak dikembalikan ke kolom distilasi
sehingga fraksi mol pada bottom product akan menjadi lebih rendah apabila
dibandingkan dengan rasio reflux yang lebih rendah, karaena produk atas yang
dihasilkan akan semakin murni, dan menyisakan produk bawah yang lebih banyak
mengandung air. Sedangkan apabila refluksnya semakin kecil, maka akan semakin
deras laju alir aseton yang terpisahkan dengan air, namun fraksi molnya tidak terlalu
tinggi, disebabkan karena reflux nya rendah sehingga fraksi mol aseton tidak
teruapkan secara sempurna.
Percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan untuk menghitung fraksi mol
produk distilasi dengan memvariasikan nilai reflux mempunya kesimpulan bahwa
apabila rasio refluks dari sebuah proses distilasi ditingkatkan, maka fraksi mol dari
produk atas untuk zat yang lebih volatil akan lebih tinggi untuk tingkat rasio reflux
yang lebih tinggi, karena distilasi berlangsung secara lebih efektif dan
meningkatkan kemurnian produk.
0,8
0,6
y
0,4
0,2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
x
Kemudian dari setiap rasio reflux dihitung tray teoritis dengan menggunakan
enriching line, feed line, dan stripping line. Sehingga dapat diketahui tray teoritis
pada setiap reflux ratio. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat
grafik yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin kecil refluks ratio maka
jumlah hasil perhitungan tray teoritis semakin sedikit. Dimana untuk total refluks
dan refluks ratio 50% adalah 5 tray, refluks ratio 40% adalah 4 tray, dan 33% adalah
3 tray. Kemurnian aseton sebagai produk distilat semakin rendah dengan nilai
refluks ratio yang semakin kecil, dengan begitu dapat diketahui bahwa kemurnian
produk distilat dipengaruhi oleh nilai refluks ratio karena semakin besar refluks
ratio maka kemurnian produk distilat semakin tinggi.
Pada bagian ini, praktikan mencoba membandingkan hasil perhitungan laju alir
molar uap aseton pada masing-masing reflux. Variasi reflux yang digunakan adalah
total reflux yakni reflux 100%, reflux 50%, reflux 40%, dan reflux 33%. Reflux
pada dasarnya merupakan rasio liquid yang dikembalikan ke kolom terhadap
jumlah distilat yang dihasilkan atau yang keluar dari bagian atas kolom distilasi.
Perhitungan laju alir molar uap didasarkan pada persamaan berikut.
+1
= (0 )
Pada persamaan tersebut dua variabel penting yang menentukan hasil laju alir
molar uap aseton adalah rasio reflux digunakan dan selisih antara fraksi mol awal
aseton dengan fraksi mol aseton di bottom pada waktu tertentu. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa reflux merupakan rasio liquid yang dikembalikan
terhadap distilat yang keluar dari bagian atas kolom, maka semakin besar rasio
reflux berarti semakin banyak liquid yang dikembalikan. Rasio reflux 100% berarti
seluruh distilat liquid yang dihasilkan dikembalikan kembali ke kolom distilasi atau
dengan kata lain tidak ada produk distilat yang dikeluarkan. Sedangkan semakin
kecil rasio reflux maka semakin sedikit produk yang dikembalikan ke kolom
distilasi dan semakin banyak produk distilat terkondensasi yang dihasilkan.
Hubungan antara rasio reflux dengan fraksi mol aseton pada bottom
berdasarkan data pengamatan adalah, dengan semakin kecilnya rasio reflux maka
akan semakin kecil pula fraksi mol aseton pada bottom. Hal ini disebabkan dengan
semakin kecilnya rasio reflux maka akan semakin sedikit liquid dari distilat yang
dikembalikan ke dalam kolom distilasi. Liquid yang dikembalikan ke kolom
distilasi mengandung sejumlah mol aseton yang sudah dipisahkan akibat proses
distilasi. Dengan semakin sedikitnya liquid dikembalikan maka mol aseton yang
masuk kembali ke dalam kolom distilasi semakin sedikit. Hal ini menyebabkan
fraksi mol aseton pada bottom semakin sedikit atau lebih rendah dari fraksi mol
aseton pada rasio reflux yang lebih tinggi. Fraksi mol aseton pada bottom yang
semakin rendah menyebabkan selisih antara fraksi mol awal aseton dengan fraski
mol aseton di bottom pada waktu tertentu semakin besar. Sehingga terdapat
hubungan antara rasio reflux dengan selisih fraksi mol aseton di mana dengan
menurunkan rasio reflux maka selisih fraksi mol aseton awal dengan bottom
semakin besar. Hal ini berakibat pada semakin besarnya laju alir molar uap aseton.
Selain itu laju alir molar uap aseton akan lebih besar dengan menurunkan rasio
reflux karena semakin banyak produk distilat keluar yang dihasilkan sehingga
semakin banyak pula molekul asetonnya. Untuk membuktikan hubungan tersebut,
berikut ini grafik hubungan laju alir molar uap aseton pada waktu tertentu untuk
tiap reflux.
0,016
0,014
Laju Alir Molar (gr mol/menit) 0,012
0,01
Total Reflux
0,008
Reflux 50%
0,006 Reflux 40%
0,002
0
0 5 10 15 20
Waktu Tinggal (menit)
Pada total reflux, seharusnya tidak ada liquid distilat yang dikeluarkan karena
seluruh liquid yang dihasilkan dikembalikan lagi ke dalam kolom distilasi. Namun
terdapat anomali pada percobaan yang kami laksanakan di mana pada total reflux,
terdapat liquid distilat yang dihasilkan. Hal ini disebabkan kesalahan pada sistem
reflux alat yang tidak mampu mengmbalikan liquid distilat yang dikeluarkan ke
dalam kolom distilasi pada total reflux.
Pada grafik tersebut dapat dilihat untuk reflux 50%, relfux 40%, dan reflux
30% bahwa semakin kecil rasio reflux, laju alir molar secara keseluruhan untuk tiap
reflux akan semakin besar. Dapat dilihat bahwa grafik reflux 50% berada di paling
bawah dilanjutkan dengan grafik reflux 40% di atasnya dan grafik reflux 33%
terletak di paling atas. Hal ini membuktikan hubungan antara rasio reflux dengan
laju alir molar uap aseton yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa
dengan menurunkan rasio reflux maka akan semakin besar laju alir molar uap
aseton.
Profil grafik untuk tiap reflux menunjukkan kesamaan di mana semakin lama
waktu tinggal maka akan semakin besar laju alir molar uap aseton. Berdasarkan
data pengamatan fraksi mol bottom untuk tiap reflux menunjukkan adanya
kesamaan di mana semakin lama waktu tinggal maka semakin sedikit pula fraksi
mol aseton yang tersisa pada bottom. Hal ini disebabkan seiring berjalannya waktu
proses distilasi maka akan semakin banyak molekul aseton yang teruapkan menuju
bagian atas kolom distilasi. Semakin sedikitnya mol aseton pada bottom dapat
berarti semakin banyaknya mol aseton yang teruapkan menuju bagian atas tangki.
Dengan demikian semakin lama waktu tinggal maka laju alir molar uap aseton akan
semakin besar. Namun untuk waktu yang lebih lama laju alir mol aseton yang
dihasilkan akan semakin sedikit karena sebagian besar mol aseton telah terpisahkan
dan keluar dari kolom.
Pada distilasi batch untuk memisahkan campuran dari dua komponen, dalam
hal ini aseton dan air dibutuhkan waktu tertentu yang merupakan waktu tinggal dari
campuran di dalam kolom distilasi sampai akhirnya kedua komponen terpisah
dengan produk distilat merupakan produk lebih volatil atau bertitik didih lebih
rendah dan bottom merupakan produk yang kurang volaitl atau bertitik didih lebih
tinggi. Produk distilat yang semakin murni dapat dihasilkan dengan cara menaikkan
rasio reflux sehingga liquid distilat yang kaya akan aseton dikembalikan lagi ke
dalam kolom distilasi sehingga akan dihasilkan produk yang lebih murni atau lebih
kaya aseton. Namun hal tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan rasio reflux yang lebih rendah karena volume distilat per
satuan waktu yang dihasilkan akan semakin sedikit akibat lebih banyak liquid
distilat yang dikembalikan ke kolom.
900
800
y = 0,64x2 - 7,2x + 50
R = 1
700
600
Distilat (ml)
500
300
200
y = 0,06x2 - 0,7x + 30
R = 1 y = 0,02x2 + 0,1x + 25
100
R = 1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Waktu Tinggal (menit)
Poly. (Total Reflux) Poly. (Reflux 50%) Poly. (Reflux 40%) Poly. (Reflux 33%)
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa rasio reflux yang
semakin rendah akan menghasilkan volume distilat terakumulasi yang lebih besar.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin rendah rasio reflux maka
semakin sedikit liquid distilat yang dikembalikan ke dalam kolom. Dengan kata
lain semakin banyak liquid distilat yang dikeluarkan. Namun hal ini menyebabkan
kemurnian produk distilat semakin menurun.
Selain itu, pada grafik juga dapat dipahami bahwa dengan penurunan rasio
reflux maka kenaikan volume distilat setiap waktunya jauh lebih signifikan
dibandingkan kenaikan volume distilat pada reflux lebih tinggi yang kenaikannya
cenderung landai. Hal ini dapat dilihat pada grafik reflux 33% dan 40% di mana
terjadi kenaikan volume distilat terakumulasi setiap waktunya yang cukup
signifikan. Rasio reflux 33% menghasilkan kenaikan volume distilat terakumulasi
tiap waktunya yang lebih besar dibandingkan reflux 40%. Hal ini disebabkan laju
alir keluaran produk distilat yang semakin besar dengan diturunkannya rasio reflux.
Sedangkan pada grafik reflux 50% dan total reflux, kenaikan volume distilat setiap
waktunya sangat sedikit. Hal ini disebabkan lebih banyak liquid distilat yang
dikembalikan ke kolom.
Pada grafik juga dapat dipahami bahwa seiring bertambahnya waktu maka
kenaikan volume distilat terakumulasi akan semakin besar. Hal ini terjadi pada
seluruh variasi reflux. Kenaikan volume distilat terakumulasi yang semakin besar
diakibatkan oleh laju alir volumetrik distilat yang semakin besar seiring dengan
berjalannya waktu. Kenaikan laju alir tersebut disebabkan dengan berjalannya
waktu pemanasan campuran maka jumlah kalor yang diterima oleh campuran akan
semakin besar. Selain itu distribusi suhu pada campuran akan semakin merata. Hal
ini mengakibatkan semakin banyak uap yang terbentuk yang menuju bagian atas
tangki dan kemudian keluar sebagai distilat. Dengan demikian kenaikan volume
distilat yang terakumulasi akan semakin besar. Namun akan tercapai titik di mana
kenaikan akan berlangusng konstan yakni ketika set point suhu operasi telah
tercapai dan distribusi suhu telah benar-benar merata. Selain itu pada grafik juga
dibuat perkiraan volume distilat terkumpul pada menit ke-40. Perkiraan tersebut
menunjukkan bahwa akan terus terjadi kenaikkan volume distilat terakumulasi
sampai menit ke-40.
4.6 Analisis Kesalahan
Pada percobaan ini diperoleh beberapa hasil perhitungan yang tidak sesuai bila
dibandingkan dengan teori dasar. Kesalahan - kesalahan yang terjadi baik oleh
praktikan ataupun faktor lainnya dapat menyebabkan hasil praktikum menjadi
kurang akurat.Beberapa kesalahan yang terjadi selama percobaan antara lain :
A. Keterbatasan alat-alat penunjang selama praktikum.
Kurangnya gelas ukur yang tersedia di laboratorium menyebabkan praktikan
harus berganti-ganti menggunakannya untuk menampung produk distilat dan
produk bottom sehingga memungkinkan adanya kesalahan dalam pengukuran.
B. Auto-valve kurang berfungsi dengan baik.
Hal ini terjadi ketika digunakan total reflux masih terdapat distilat yang masuk
ke tangki produk walau jumlahnya sedikit. Seharusnya jika auto-valve dapat
berfungsi dengan baik, maka pada total reflux valve akan menutup aliran ke
tangki produk dan seluruh hasil dari kondenser akan masuk kembali ke kolom
distilasi sehingga tidak ada distilat yang masuk ke tangki produk.
C. Praktikan kurang memperhatikan stabilizer pada dekanter.
Dekanter mengalami overflowing dan underflow yang mengakibatkan rasio
reflux tidak konstan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan konsentrasi distilat
dan reflux sehingga fraksi mol yang telah dihitung pun akan semakin rendah.
Kolom Distilasi
Tangki Campuran
Dari segi bahan, aseton merupakan bahan yang tepat untuk digunakan sebagai
reaktan pada distilasi ini. Cairan aseton murni dan air merupakan pelarut polar yang
apabila dicampur akan menjadi larutan homogen yang tidak dapat dipisahkan
karena perbedaan masa jenis. Hal ini berarti secara kasat mata, aseton (dalam
jumlah yang lebih kecil) larut sempurna didalam air. Namun, pada praktiknya,
campuran air dan aseton yang seharusnya tidak berwarna memiliki warna kuning
keruh. Hal ini berarti telah terdapat pengotor-pengotor lain yang terdapat pada
campuran di awal dan di bottom, dan mungkin juga ikut terbawa pada produk
distilat. Maka itu, akan lebih baik apabila larutan pada tangki reaktan diganti
dengan larutan yang lebih baru dan bersih.
BAB 5
KESIMPULAN
Allchin, F. R. (1979). India: The Ancient Home of Distillation?. Man14 (1): 5563.
Forbes, Robert James (1970). A short history of the art of distillation: from the
beginnings up to the death of Cellier Blumenthal. BRILL. pp. 57, 89.
Taylor, F. (1945). The evolution of the still. Annals of Science5 (3): 185