Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KHUSUS

Analisis Kinerja Evaporator Single Plate


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan Tugas Khusus................................................................................1
1.3. Ruang Lingkup..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1. Evaporasi...................................................................................................3
2.2. Klasifikasi Alat..........................................................................................4
2.3. Metode Operasi Evaporator.......................................................................7
BAB III METODOLOGI....................................................................................11
3.1. Waktu dan Tempat Pengambilan Data....................................................11
3.2. Data-data yang diperlukan.......................................................................11
3.3. Pengolahan Data......................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................14
4.1 Hasil Perhitungan....................................................................................14
4.2 Pembahasan.............................................................................................16
BAB V PENUTUP................................................................................................18
5.1 Kesimpulan...................................................................................................18
5.2 Saran.............................................................................................................18
LAMPIRAN A NERACA MASSA.....................................................................19
LAMPIRAN B PERHITUNGAN HEAT LOSS................................................21
LAMPIRAN C NERACA ENERGI...................................................................26
LAMPIRAN D PERHITUNGAN EVAPORATOR.........................................29

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Neraca Massa...........................................................14


Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Neraca Energi...........................................................14
Tabel 4.3 Steam economy.......................................................................................15
Tabel 4.4 Overall Heat Transfer Coefficient.........................................................15
Tabel 4.5 Efisiensi Panas.......................................................................................15

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Plate Evaporator...................................................................................5
Gambar 2.2 Falling-Film Plate Evaporator..............................................................6
Gambar 2.3 Rising-Film Plate Evaporator...............................................................6
Gambar 2.4 Evaporator efek tunggal.......................................................................7
Gambar 2.5 Evaporator efek banyak dengan umpan maju......................................8
Gambar 2.6 Evaporator efek banyak dengan umpan mundur..................................9
Gambar 2.7 Evaporator efek banyak dengan umpan campuran..............................9
Gambar 3.1 Evaporator Efek Tunggal...................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Evaporasi adalah proses penghilangan zat pelarut menjadi uap pada suatu
larutan. Umumnya yang diuapkan pada evaporator adalah air (Minton, 1986).
Tugas utama evaporator adalah mengentalkan ekstrak yang memiliki kandungan
air sekitar 82%, menjadi ekstrak kental dengan kandungan air sekitar 40%. Batas
kekentalan yang diharapkan adalah ekstrak kental yang terbentuk masih dapat
mengalir tetapi belum mengalami pembentukan kristal dengan brix optimal
sebesar 64%.

Unit evaporator di bagian Produksi Herbal PT. Indofarma Tbk. adalah


jenis Evaporator Plate yang tersusun atas dua buah unit evapoator. Evaporator di
Pabrik Produksi Herbal PT. Indofarma menggunakan sistem Single Effect. Bahan
yang akan dievaporasi masuk ke dalam ruang penguap dan diberi panas steam
oleh satu luas permukaan pindah panas. Uap yang dihasilkan dari evaporator
tunggal langsung akan menjadi produk buangan. Pada evaporator tunggal energi
yang digunakan tergolong besar. Akan tetapi pada Evaporator tipe plate memiliki
keuntungan yaitu saat menggunakan evaporator tipe pelat, dan menghemat banyak
konsumsi uap. Selain itu Evaporator tipe plate sangat efektif dalam konsentrasi
tinggi dan viskositas tinggi, dan dapat beroperasi dalam perbedaan suhu hanya 3 -
5 ℃.

Dalam mengevaluasi kinerja suatu badan penguapan pada stasiun


evaporator, dapat dilihat dari nilai % brix yang terbentuk di badan akhir.
Disamping itu perlu adanya perhitungan neraca massa dan neraca panas. Neraca
panas diperlukan untuk menentukan seberapa banyak panas yang hilang dan
massa steam yang disuplai ke badan penguapan. Kinerja evaporator dapat dilihat
dari beberapa aspek yakni steam economy, heat loss, heat transfer coeffiecient
overall dan dirt factor. Dengan membandingkan hasil perhitungan dari data-data
di lapangan dengan angka sasaran atau targetannya, maka dapat diketahui
seberapa baik kinerja badan penguapan pada stasiun evaporator.

1.2. Tujuan Tugas Khusus


Tujuan pelaksanaan tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi kinerja
Evaporator Plate di Pabrik Produksi Herbal PT. Indofarma Tbk.

1.3. Ruang Lingkup


Ada pun ruang lingkup pada tugas khusus ini adalah: perhitungan neraca
massa dan energi total, heat transfer coeffiecient overall, kebutuhan steam

1
pemanas, panas yang hilang pada unit evaporator dan steam economy.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan data laporan dari tanggal 18-22 Juli
2022.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaporasi
Evaporasi dilakukan dengan menguapkan sebagian pelarut untuk
menghasilkan larutan pekat atau cairan kental. Evaporasi berbeda dari drying
karena residunya berupa cairan namun terkadang larutan pada evaporasi tergolong
kental dan bukan merupakan fase padat. Disamping itu evaporasi juga berbeda
dari distilasi di mana uap pada evaporasi biasanya merupakan fraksi tunggal,
ketika uap pada evaporasi tersusun atas fraksi campuran, tidak ada upaya yang
dilakukan untuk memisahkan fraksi pada uap tersebut (McCabe, 1993).

Beberapa sifat fisika maupun sifat kimia yang berpengaruh pada metode
proses evaporasi, yaitu:
1. Konsentrasi cairan
Karena proses evaporasi, larutan menjadi lebih pekat dan lebih
viscous, sehingga menyebabkan koefisien transfer panasnya turun.
Penambahan bantuan sirkulasi dan atau pengadukan diperlukan untuk
menjaga nilai koefisien transfer panas agar tidak terlalu rendah.
2. Kelarutan
Karena larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut naik, maka
batas kelarutan zat dalam larutan akan terlampaui dan kristal dapat terbentuk.
Hal tersebut mungkin merupakan batas konsentrasi maksimum dalam larutan
yang dapat dicapai oleh proses evaporasi. Pada kebanyakan kasus, kelarutan
gula akan naik dengan naiknya suhu.
3. Kepekaan terhadap suhu
Banyak produk, terutama bahan makanan dan zat biologis lainnya
mempunyai kepekaan terhadap suhu dan terdegradasi pada suhu yang lebih
tinggi atau setelah pemanasan yang cukup lama.
4. Busa atau buih
Pada beberapa kasus, zat tersusun dari larutan kaustik. Larutan zat
makanan seperti susu skim dan beberapa larutan asam-asam lemak
membentuk busa atau buih selama pemanasan.

3
5. Tekanan dan suhu
Titik didih larutan mempunyai hubungan dengan tekanan sistem.
Semakin tinggi tekanan operasi evaporator, maka akan semakin tinggi pula
suhu didihnya. Demikian juga halnya dengan konsentrasi zat terlarut yang
naik akibat evaporasi, maka akan mengakibatkan meningkatnya suhu
didihnya. Fenomena ini disebut dengan kenaikan titik didih (boiling point
rise).
6. Pembentukan kerak dan konstruksi material
Beberapa larutan dapat membentuk padatan yang disebut scale pada
permukaan pemanas. Ini dapat terjadi karena terdekomposisinya produk atau
adanya penurunan kelarutan. Akibatnya akan terjadi penurunan koefisien
transfer panas dan evaporator harus segera dibersihkan. Konstruksi material
evaporator juga penting diperhatikan untuk meminimalisasi terjadinya korosi.
(Geankoplis, 1983)

2.2. Klasifikasi Alat


Evaporator biasanya diklasifikasi berdasarkan:
a) media pemanas yang dipisahkan dari cairan yang menguap oleh
permukaan pemanas tubular
b) media pemanas dibatasi oleh kumparan, jaket, dinding ganda, plat datar,
dll
c) media pemanas yang bersentuhan langsung dengan cairan yang
menguap, dan
d) pemanas dengan radiasi solar (Minton,1986)

Menurut Asadi (2007), umumnya setiap evaporator terdiri dari vessel dan
tube pemanas. Vessel ini biasanya terbuat dari lembaran besi dan tube pemanas
juga terbuat dari besi atau pun stainless steel. Evaporator dapat diklasifikasikan
berdasarkan benruk dari permukaan transfer panasnya:
 Evaporator plat

4
Gambar 2.1 Plate Evaporator

Evaporator plat adalah tipe terbaru dan merupakan evaporator yang paling
hemat energi. Dalam evaporator ini, elemen pemanas terdiri dari plat, bukan
tabung. Plat tingginya 1,0 hingga 2,2 m (3 hingga 7 kaki), dan jarak antara plat
adalah 6,0 hingga 7,4 mm. Evaporator plat dirancang untuk tugas penguapan
menggunakan keunggulan Robert dan evaporator film tipis dan untuk mengoreksi
kelemahan penukar panas plat. Evaporator plat terbagi menjadi dua tipe:

a) Falling-film plate evaporator (FPP evaporator)

Pada tipe evaporator plate ini, cairan yang ingin diuapkan dialirkan dalam
lapisan tipis di permukaan plat. Uap panas atau fluida pemanas kemudian
mengalir di atas permukaan plat dengan gaya gravitasi, menciptakan lapisan film
cairan yang menipis dan mempercepat proses penguapan. Susunan plat untuk
falling-film plate evaporator ditunjukkan pada Gambar 2.2 Dimana cairan
diumpankan ke bagian atas tabung dan mengalir ke bawah dinding sebagai film
tipis. Pemisahan uap-cair biasanya terjadi di bagian bawah. Jenis ini banyak
digunakan untuk memekatkan bahan yang peka terhadap panas seperti jus jeruk
dan jus buah lainnya, karena waktu penahannya sangat kecil (5 hingga 10 detik
atau lebih) dan koefisien perpindahan panasnya tinggi. (Geankoplis, 1983).

5
Gambar 2.2 Falling-Film Plate Evaporator
Sumber : rdgevaporators.com

b) Rising-film plate evaporator (RFP evaporator)


Sebaliknya dari falling film evaporator, pada jenis ini, cairan yang ingin
diuapkan dialirkan di sisi bawah plat. Uap panas atau fluida pemanas kemudian
mengalir dari bagian bawah ke atas dan menyebabkan cairan naik di sepanjang
permukaan plat. Proses ini memungkinkan pengoperasian pada suhu yang lebih
rendah dan cocok untuk cairan yang mudah terdekomposisi.

Gambar 2.3 Rising-Film Plate Evaporator


Sumber : Laval (2016)

6
2.3. Metode Operasi Evaporator
a. Evaporator efek tunggal
Karena larutan dalam evaporator diasumsikan tercampur sempurna,
produk yang terkonsentrasi dan larutan dalam evaporator mempunyai
komposisi dan suhu (T1) yang sama dimana T1 merupakan titik didih larutan.
Suhu uap juga sebesar T1 karena uap berada dalam keseimbangan dengan
larutan yang mendidih. Tekanan P1 merupakan tekanan uap larutan pada T 1.
Evaporator efek tunggal digunakan ketika kapasitas operasi yang dibutuhkan
relatif kecil dan atau biaya steam lebih murah dibanding dengan harga
evaporator.

Gambar 2.4 Evaporator efek tunggal


Sumber : Geankoplis (1983)

b. Evaporator efek banyak (multiple effect evaporator) dengan umpan maju


Evaporator efek tunggal menghasilkan energi yang tak termanfaatkan
karena panas laten uap yang keluar tidak digunakan tapi dibuang. Namun,
panas laten ini dapat direcover dan digunakan kembali yaitu dengan
menggunakan evaporator efek banyak (multiple effect evaporator).
Penggunaan evaporator efek banyak berprinsip pada penggunaan uap
yang dihasilkan dari evaporator sebelumnya. Tujuan penggunaan evaporator
efek banyak adalah untuk menghemat panas secara keseluruhan, hingga
akhirnya dapat mengurangi ongkos produksi.
Keuntungan evaporator efek banyak adalah merupakan penghematan
yaitu dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat penguapan untuk

7
memberikan panas pada alat penguapan lain dan dengan memadatkan kembali
uap tersebut. Apabila dibandingkan antara alat penguapan n-efek, kebutuhan
uap diperkirakan 1/n kali, dan permukaan pindah panas berukuran n-kali dari
pada yang dibutuhkan untuk alat penguapan berefek tunggal, untuk pekerjaan
yang sama. (Utomo, 1985)
Pada operasi umpan maju (forward feed), umpan segar dialirkan pada
efek pertama dan mengalir ke efek selanjutnya searah dengan aliran uap.
Metode ini digunakan untuk umpan yang panas atau untuk produk akhir yang
dapat rusak pada suhu tinggi. Suhu didih akan turun dari efek pertama ke efek-
efek selanjutnya. Artinya jika di efek pertama tekanan P 1 = 1 atm, maka di efek
terakhir akan beroperasi pada tekanan vacuum.

Gambar 2.5 Evaporator efek banyak dengan umpan maju

c. Evaporator efek banyak (multiple effect evaporator) dengan umpan mundur


Pada operasi dengan umpan mundur (backward feed), umpan segar
masuk pada efek terakhir dan yang paling dingin, terus berlanjut sampai
produk yang terkonsentrasi keluar di efek pertama. Metode ini berguna ketika
umpan segar dalam keadaan dingin. Pada operasi ini digunakan pompa pada
masing-masing efek karena cairan mengalir dari tekanan rendah ke tekanan
tinggi. Metode ini juga digunakan saat produk mempunyai viskositas yang
tinggi. Suhu tinggi pada efek pertama dapat mengurangi viskositas dan
memberikan koefisien transfer panas yang sesuai.

8
Gambar 2.6 Evaporator efek banyak dengan umpan mundur

d. Evaporator efek banyak (multiple effect evaporator) dengan umpan campuran


Pada pengumpanan dengan cara ini zat cair encer masuk ke dalam
suatu efek antara, mengalir ke ujung deret itu, lalu dipompakan kembali ke
efek pertama untuk pemekatan terakhir. Dengan cara ini sebagian dari pompa-
pompa yang digunakan pada umpan tidak diperlukan lagi dan pelaksanaan
masih dapat dilakukan pada suhu tertinggi.

Gambar 2.7 Evaporator efek banyak dengan umpan campuran

e. Evaporator efek banyak dengan umpan paralel


Pada evaporator dengan umpan paralel melibatkan penambahan
umpan segar dan pengambilan kembali produk yang terkonsentrasi dari
masing-masing efek. Uap dari masing-masing efek tetap digunakan untuk
memanaskan efek berikutnya. Metode ini terutama digunakan ketika umpan
adalah jenuh dan padatan kristal adalah produknya, seperti pada evaporasi air
asin untuk menghasilkan garam. (Geankoplis, 1983)

9
Gambar 2.8 Evaporator efek banyak dengan umpan pararel

10
BAB III
METODOLOGI
Untuk mencapai tujuan tugas khusus ini, yaitu menganalisis kinerja alat
Ekstraktor ada beberapa hal yang dilakukan antara lain, yaitu mengambil data
yang diperlukan dalam perhitungan, baik data aktual maupun desain, waktu dan
tempat pengambil data.

3.1. Waktu dan Tempat Pengambilan Data


Waktu pengambilan data : 18 Juli 2022 – 20 Juli 2022
Tempat pengambilan data : 1. Unit Evaporator di Produksi Herbal
2. Laboratorium Analisis

3.2. Data-data yang diperlukan


Data-data yang dibutuhkan dalam mengevaluasi kinerja dari Plate
Evaporator adalah:
1. Data desain alat Evaporator Plate adalah data yang terdapat di pabrik.
Data ini diambil di Bagian Produksi Herbal PT. Indofarma Tbk.
2. Data kondisi operasi aktual adalah data yang langsung diambil dari pabrik.
Data kondisi operasi ini diambil dari analisis kinerja operasional yaitu
dimulai pada tanggal 18-20 Juli 2022 di pabrik produksi herbal pada
Evaporator Plate. Data yang diambil meliputi data yaitu :
 Laju alir massa masuk
 Temperatur
 Data Analisis Ekstrak
 Data Tekanan

3.3. Pengolahan Data


3.3.1. Neraca Massa
Tipe evaporator yang digunakan adalah Singel Effect Evaporator yaitu
terdiri dari satu badan penguapan. Jenis pengaliran umpan yaitu umpan
maju.

 Aliran masuk terdiri dari Umpan ekstrak dan steam

11
 Aliran keluar terdiri dari steam yang dihasilkan (uap), kondensat dan
ekstrak kental

Gambar 3.1 Evaporator Efek Tunggal


Sumber : Geankoplis (1983)

Neraca Massa Overall:


Massa input – massa output + massa generasi – massa konsumsi = acc
Massa input – massa output + 0 – 0 = 0
Ekstrak + steam = 0
F+S=L+S+V
F=L+V …... (1)
(Geankoplis, 1983)

3.3.2. Neraca energi


Pada suatu sistem ditentukan pada besarnya entalpi yang ada pada suatu
sistem, diamana persamaan yaitu ∆H = Q + W. Namun pada sistem evaporator
jenis ini, W = 0 karena tidaka da kerja yang dilakukan pada sistem tersebut, maka
∆H = Q
Untuk menghitung panas yang masuk dan panas yang keluar secara
overall pada evaporator dengan menggunakan neraca energi overall berdasarkan
gambar diatas yakni sebagai berikut:
Kalor yang masuk = kalor yang keluar

12
Kalor yang masuk berasal dari kalor steam (∆Hs) dan kalor yang dimiliki nira
encer (∆Hf) sedangkan kalor yang keluar berasal dari kalor yang dimiliki nira
kental (∆HL). Kalor yang dimiliki kondensat (∆Hk), kalor yang berasal dari uap
hasil penguapan (∆Hv) dan jika ada kalor yang hilang atau noncondensable gas.
∆Hs + ∆HF = ∆HL + ∆Hk + ∆Hv + Qlost ….….. (2)

3.3.3. Steam Ekonomi


Steam ekonomi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(Geankoplis, 1983) sebagai berikut:
Total penguapan
Economy steam= ….….. (3)
Jumlah steam

3.3.4. Overall Heat Transfer Coefficient

Q
Ud= ….….. (4)
A .∆T
(Kern, 1965)
Dimana:

Q = panas keseluruhan yang mengalir di dalam pipa (kkal/jam)

A = luas permukaan evaporator (m2 )

∆T = perbedaan temperature antara fluida pemanas dan fluida yang akan


dipanaskan (˚C)

3.3.5 Efisiensi Panas

Qvapor out−Qcond ensed


η evaporator = ….….. (5)
Qvapor∈¿ ×100 % ¿

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan

Hasil Perhitungan meliputi:

1. Perhitungan neraca massa actual Evaporator Quadruple Effect

2. Perhitungan neraca energi actual Evaporator Quadruple Effect

3. Steam economy

4. Overall Heat Transfer Coefficien

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Neraca Massa

Nomor Batch Input Kg/Jam Output Kg/Jam

Ekstrak Masuk 1153,85 Ekstrak Keluar 86,15


Batch 1 Steam 1220 Vapor 1067,69
Kondensat 1220
Total 2373,85 Total 2373,85
Ekstrak Masuk 1165,77 Ekstrak Keluar 69,62
Batch 2 Steam 1220 Vapor 1096,15
Kondensat 1220
Total 2385,77 Total 2385,77
Ekstrak Masuk 1147,31 Ekstrak Keluar 70,38
Batch 3 Steam 1220 Vapor 1076,92
Kondensat 1220
Total 2367,31 Total 2367,31

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Neraca Energi

14
Kkal/
Nomor Batch Input Output Kkal/Jam
Jam
Ekstrak
3230,77 Ekstrak Keluar 1171,69
Masuk
Batch 1 Steam 770850,05 Vapor 665469,70
Kondensat 54948,25
Qloss 52491,17
Total 774080,82 Total 774080,82
Ekstrak
3730,46 Ekstrak Keluar 974,62
Masuk
Bacth 2 Steam 770850,05 Vapor 683665,02
Kondensat 54948,25
Qloss 34992,63
Total 774580,51 Total 774580,51
Ekstrak
3671,38 Ekstrak Keluar 957,23
Masuk
Bacth 3 Steam 770850,05 Vapor 671223,04
Kondensat 54948,25
Qloss 47392,91
Total 774521,43 Total 774521,43

Tabel 4.3 Steam economy

Nomor Batch Steam Economy


Ludwig, 2006 0,80
Bacth 1 0,88
Bacth 2 0,90
Batch 3 0,88
Rata-rata 0,89

Tabel 4.4 Overall Heat Transfer Coefficient

Nilai yang
Nomor Batch Satuan
didapat
Design 847,46 kkal/m2 C jam
Bacth 1 827,00 kkal/m2 C jam
Bacth 2 849,84 kkal/m2 C jam

15
Batch 3 866,48 kkal/m2 C jam

Rata-rata 847,77 kkal/m2 C jam

Tabel 4.5 Efisiensi Panas

Nomor Batch Efisiensi (%)


Hugot,1986 80,00
Bacth 1 79,20
Bacth 2 81,56
Batch 3 79,95
Rata-rata 80,24

4.2 Pembahasan

Evaporasi merupakan kunci dari unit operasi pada pabrik gula dengan
salah satu faktor prinsip kerja yang berpacu pada efisiensi energi. Evaporasi
adalah proses peningkatan konsentrasi larutan dengan mendidihkan beberapa
larutan menjadi uap.

Evaporator di PT. Indofarma Tbk. menggunakan prinsip evaporasi efek


tunggal, yakni evaporator single plate. Terdapat dua buah evaporator yang
digunakan secara bergantian.

Berdasarkan hasil pengolahan data untuk menganalisis kinerja dari


evaporator single plate dengan menghitung nilai neraca panas, neraca energi, nilai
efisiensi dan dapat juga dikaji dari nilai steam economy (Minton, 1986). Faktor
lain yang dapat menurunkan kinerja dalam menghasilkan produk pada evaporator
adalah scaling atau fouling (Minton, 1986) maka perlu adanya pengkajian.
Sedangkan menurut Pennisi (2004), performa dari evaporator dapat dilihat melalui
heat transfer coefficient. Karena pengkajian performa dapat dilihat dari beberapa
faktor yang saling berhubungan, maka performa Evaporator Unit Herbal di PT.
Indofarma Tbk. akan dikaji melalui steam economy, overall heat transfer
coefficient dan efisiensi panas nya.

Steam economy merupakan salah satu faktor dalam mengkaji kinerja


evaporator yang didefinisikan sebagai banyaknya total kg air yang teruapkan per
kg exhaust steam yang disuplai ke efek pertama (Rein, 2007). Kinerja evaporator
sering dinilai berdasarkan steam economy pelarut yang diuapkan per uap yang

16
digunakan. Performa semakin meningkat dengan adanya penghematan energi
yakni dengan menggunakan kembali uap pelarut yang diuapkan sebagai media
pemanas (Minton, 1986). Untuk mengetahui total penguapan yang ada pada
evaporator single plate dilakukan dengan menghitung jumlah air yang teruapkan.
Pada evaporator N-efek (bergantung jumlah efek), nilai steam economy yakni 0,8
dikali jumlah nya sehingga pada evaporator single effect , nilai steam economy
yakni 0,8 (Ludwig, 2006). Pada evaporator di PT. Indofarma Tbk., didapatkan
steam economy pada batch 1 sebesar 0,88. Artinya steam yang masuk sebesar
1220 kg/jam dapat menguapkan air yang jumlah nya 0,81 kali lipat yakni total air
teruapkan sebesar 1067,69 kg/jam. Sedangkan pada batch 2 dan 3 didapatkan
jumlah masing-masing steam economynya adalah 0,90 dan 0,88. Yang artinya
1220 kg/jam steam bisa menguapkan air yang berjumlah 1096,15 kg/jam pada
batch 2 dan 1076,92 kg/jam pada batch 3.

Disamping itu, untuk menilai kinerja suatu evaporator perlu dilihat dari
aspek transfer panas yang dapat dikaji melalui overall heat transfer coefficient (U)
atau koefisien transfer panas keseluruhan (Pennisi, 2004). Overall heat transfer
coefficient (U) dapat dicari dengan menghitung panas yang masuk dibagi dengan
luas keseluruhan badan yang mana luas ini dikalikan dengan perbedaan
temperatur. Sehingga untuk Overall heat transfer coefficient dapat digambarkan
sebagai panas yang ditransfer per total luas badan penguapan. Metode lain yang
dapat digunakan sebagai alternatif menghitung heat transfer coefficient overall
adalah dengan menghitung angka pengupan. Angka penguapan tersebut nantinya
akan dibandingkan dengan selisih suhu di setiap badan penguapan. Namun pada
tugas khusus ini dilakukan perhitungan heat transfer coefficient overall
dikarenakan data yang diperoleh tergolong memadai (Jenkins, 1966). Didapatkan
overall heat transfer coefficient pada batch 1, 2 dan 3 yakni sebesar 680,01
kkal/m2 ˚C jam ; 698,79 kkal/m2 ˚C jam dan 712,47 kkal/m2 ˚C jam.

Efisiensi panas adalah perbandingan besarnya panas yang dimanfaatkan


dengan besarnya panas yang disuplai (kalor steam) sehingga didapat nilai
persentasenya. Kinerja evaporator dapat dikatakan baik apabila efesiensi panasnya
dapat mencapai 80% (Hugot,1986). Berdasarkan hasil perhitungan pada data
aktual diperoleh nilai efisiensi panas 79,20 % pada batch 1, 81,56 % pada batch 2
dan 79,95 % pada batch 3. Dan diperloeh efisiensi panas rata-rata sebesar 80,24
%.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai


efisiensi panas rata-ratanya sebesar 80,24 % menunjukkan bahwa evaporator
masih dapat dikatakan cukup baik dan masih bisa digunakan.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Selama melakukan praktik di lapangan dan dengan hasil perhitungan yang


ada, maka dapat disimpulkan:

1. Berdasarkan efisiensi panasnya, Evaporator di Unit Herbal Pabrik PT.


Indofarma Tbk. Sudah cukup baik yaitu dengan rata-rata efisiensi panas 80,24
%.
2. Berdasarkan steam economy, evaporator di Unit Herbal Pabrik PT. Indofarma
Tbk. Sudah sangat baik dimana steam economy nya adalah sekitar 0,89 kg
uap air/kg steam.
3. Overall heat transfer coefficient pada Batch 1, 2 dan 3 didapatkan sebesar
827,00 kkal/m2 ˚C jam ; 849,84 kkal/m2 ˚C jam dan 866,48 kkal/m2 ˚C jam.
Untuk batch I belum mencapai nilai overall heat transfer coefficient design
sedangkan pada bacth 2 dan 3 sudah tercapai.
4. Kinerja evaporator di PT. Indofarma Tbk. masih dapat beroperasi dengan
cukup baik.

5.2 Saran

Saran untuk menjaga dan meningkatkan efisiensi evaporator bisa


dilakukan dengan perbaikan kinerja evaporator yaitu dengan melakukan
maintenance secara rutin, sehingga kerak pada tube yang membuat efisiensi
evaporator semakin turun dapat dicegah dengan hal tersebut. serta dapat
meminimalkan berbagai macam penyebab turunnya efisiensi evaporator.

18
LAMPIRAN A
NERACA MASSA
Untuk menghitung neraca massa evaporator bisa menggunakan persamaan
berikut: F=L+V

Menghitung Umpan yang digunakan :

Pada Batch 1 produk yang dihasilkan sebanyak 1.120 Kg ekstrak kental dan
menghasilkan 13.880 Kg destilat sehingga bisa dihitung Feed yang d ipakai pada
proses evaporasi batch 1 yaitu :

F=L+V

F=1.120+1.3880

F=15.000 Kg

Pada Batch 2 produk yang dihasilkan sebanyak 905 Kg ekstrak kental dan
menghasilkan 14.250 Kg destilat sehingga bisa dihitung Feed yang d ipakai pada
proses evaporasi batch 2 yaitu :

F=L+V

F=905+14.250

F=15.155 Kg

Pada Batch 3 produk yang dihasilkan sebanyak 915 Kg ekstrak kental dan
menghasilkan 14.000 Kg destilat sehingga bisa dihitung Feed yang d ipakai pada
proses evaporasi batch 3 yaitu :

F=L+V

F=915+14.000

F=14.915 Kg

No. Batch L(produk) (Kg) V(destilat) (Kg) F (feed) (Kg)


Batch 1 1120 13880 15000
Batch 2 905 14250 15155
Batch 3 915 14000 14915

Menghitung laju alir masuk dan keluar :

Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses evaporasi setiap batch nya
adalah 13 Jam. Sehingga bisa dihitung untuk proses evaporasi setiap jamnya.

19
F (feed)
No. Batch L(produk) (Kg/Jam) V(destilat) (Kg/Jam)
(Kg/Jam)
86,15 1067,69 1153,85
Batch 1

69,62 1096,15 1165,77


Batch 2

70,38 1076,92 1147,31


Batch 3

Steam yang dipakai untuk proses evaporasi yaitu 1275 Kg/Jam.

Nomor Batch Input Kg/Jam Output Kg/Jam

Ekstrak Masuk 1153,85 Ekstrak Keluar 86,15


Batch 1 Steam 1275 Vapor 1067,69
Kondensat 1275
Total 2428,85 Total 2428,85
Ekstrak Masuk 1165,77 Ekstrak Keluar 69,62
Batch 2 Steam 1275 Vapor 1096,15
Kondensat 1275
Total 2440,77 Total 2440,77
Ekstrak Masuk 1147,31 Ekstrak Keluar 70,38
Batch 3 Steam 1275 Vapor 1076,92
Kondensat 1275
Total 2422,31 Total 2422,31

20
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN HEAT LOSS
Spesifikasi alat :

Variable Tube Dinding Insulator 1


mild steel mild steel
Bahan Silikal bold
lacquered lacquered
Panjang 1 1,28 1,258
Konduktivitas thermal
0,1078 0,1078 0,2308
(kcal/m,s,˚C)
Luas Dalam, Ai (m2) 19,91 9,36 10,56
Luas Luar, Ao (m2) 20,50 9,72 11,43
Diameter Luar, Do (m) 0,0206
Diameter Dalam, Di (m) 0,02

Batch 1

a. Menghitung koefisien transfer panas konveksi paksa (hi)

Persamaan Nilai Satuan


Flowrate Juice 1153,85 kg/jam
Ks (kcal/m.s ˚C) 0,1078 kcal/m,s,˚C
R tube outside 0,0103 m
R tube inside 0,01 m
μekstrak 0,001397 Kg/m.s
Cross sectional area = (μ x D2)/4 0,000083 m2
G = Flowrate/Cross sectional area 13854912,92 kg/s,m2
NRe = (GxDi)/ μ 198352368,2
Cp Ektrak 0,4 kcal/kg˚C
NPr = (Cp x μ)/Ks 0,005183673
Nu = 0,027 (NRe0,8)(NPr1/3) 20301,4109
hi = (Nu x Ks)/Di 109424,6049 kcal/m2s˚C

b. Menghitung koefisien transfer panas konveksi alamiah (ho)

Persamaan Nilai Satuan


Tjuice 59 ˚C
Tw 54 ˚C
Tb 34 ˚C
ΔT = Tw - Tb 20 ˚C
Tref 0 ˚C

21
ρ 1,0712 kg/m3
μ 0,000020 kg/m.s
k 0,0266 kcal/m.s ˚C
Npr = (Cp x μ)/k 0,000303
B = 1/Tf 0,02272727 1/˚C
L 1,52 m
g 9,8 m/s2
NGr 4,4123E+10
a, NGr >109 0,13
m, NGr >109 0,33
Nu 29,2216
ho = a x (NGr x NPr)m x k/D0 0,511378 kcal/m2s˚C

c. Menghitung heat loss

Persamaan Nilai Satuan


Tjuice 59 ˚C
Tb 34 ˚C
Ai Tube 19,91 m2
teb. Dinding 0,022 m
tebal Silika 0,05 m
A ln Dinding 9,36 m2
A ln Silika 10,56 m2
K stainless 0,1078 kcal/m.s˚C
K silica 0,2308 kcal/m.s˚C
Hi 109424,6049 kcal/m2.s.˚C
Ho 0,511378 kcal/m2.s.˚C
Ri 4,59056E-07 s.˚C/kcal
Ro 0,185176 s.˚C/kcal
R dinding 0,021807 s.˚C/kcal
R silica 0,020515 s.˚C/kcal
Qloss 118,68 Kcal

Batch 2

a. Menghitung koefisien transfer panas konveksi paksa (hi)

Persamaan Nilai satuan


Flowrate Juice 1165,77 kg/jam
Ks (kcal/m.s ˚C) 0,1078 kcal/m,s,˚C
R tube outside 0,0103 m
R tube inside 0,01 m
μekstrak 0,001397 Kg/m.s
Cross sectional area = (μ x D2)/4 0,000083 m2
G = Flowrate/Cross sectional area 13998080,4 kg/s,m2

22
NRe = (GxDi)/ μ 200402009
Cp Ektrak 0,4 kcal/kg˚C
NPr = (Cp x μ)/Ks 0,005184
Nu = 0,027 (NRe0,8)(NPr1/3) 20469,0632
hi = (Nu x Ks)/Di 110328,2507 kcal/m2s˚C

b. Menghitung koefisien transfer panas konveksi alamiah (ho)

Persamaan Nilai Satuan


Tjuice 60 ˚C
Tw 55 ˚C
Tb 34 ˚C
ΔT = Tw - Tb 21 ˚C
Tref 0 ˚C
ρ 1,0712 kg/m3
μ 0,000020 kg/m.s
k 0,0266 kcal/m.s ˚C
Npr = (Cp x μ)/k 0,000303
B = 1/Tf 0,022472 1/˚C
L 1,52 m
g 9,8 m/s2
NGr 45808435008
a, NGr >109 0,13
m, NGr >109 0,33
Nu 29,5854
ho = a x (NGr x NPr)m x k/D0 0,517744155 kcal/m2s˚C

c. Menghitung heat loss

Persamaan Nilai Satuan


Tjuice 60 ˚C
Tb 34 ˚C
Ai Tube 19,91 m2
teb. Dinding 0,022 m
tebal Silika 0,05 m
A ln Dinding 9,36 m2
A ln Silika 10,56 m2
K stainless 0,1078 kcal/m.s˚C
K silica 0,2308 kcal/m.s˚C
Hi 110328,2507 kcal/m2.s.˚C
Ho 0,517744 kcal/m2.s.˚C
Ri 4,55297E-07 s.˚C/kcal
Ro 0,182900 s.˚C/kcal
R dinding 0,021807 s.˚C/kcal
R silika 0,020515 s.˚C/kcal

23
Qloss 119,8821051 Kcal

Batch 3

a. Menghitung koefisien transfer panas konveksi paksa (hi)

Persamaan Nilai satuan


Flowrate Juice 1147,31 kg/jam
Ks (kcal/m.s C) 0,1078 kcal/m,s, ˚C
R tube outside 0,0103 m
R tube inside 0,01 m
μekstrak 0,001397 Kg/m.s
Cross sectional area = (μ x D2)/4 0,000083 m2
G = Flowrate/Cross sectional area 13776401,7 kg/s,m2
NRe = (GxDi)/ μ 197228371
Cp Ektrak 0,4 kcal/kg ˚C
NPr = (Cp x μ)/Ks 0,005184
Nu = 0,027 (NRe0,8)(NPr1/3) 20209,3256
hi = (Nu x Ks)/Di 108928,2649 kcal/m2s ˚C

b. Menghitung koefisien transfer panas konveksi alamiah (ho)

Persamaan Nilai satuan


Tjuice 59 ˚C
Tw 55 ˚C
Tb 34 ˚C
ΔT = Tw – Tb 21 ˚C
Tref 0 ˚C
ρ 1,0712 kg/m3
μ 0,000020 kg/m.s
k 0,0266 kcal/m.s ˚C
NPr = (Cp x μ)/k 0,000303
B = 1/Tf 0,022472 1/˚C
L 1,52 m
g 9,8 m/s2
NGr 45808435008
a, NGr >109 0,13
m, NGr >109 0,33
Nu 29,5854
ho = a x (NGr x NPr)m x k/D0 0,517744 kcal/m2s˚C

c. Menghitung heat loss

24
Persamaan Nilai Satuan
Tjuice 59 ˚C
Tb 34 ˚C
Ai Tube 19,91 m2
teb. Dinding 0,022 m
tebal Silika 0,05 m
A ln Dinding 9,36 m2
A ln Silika 10,56 m2
K stainless 0,1078 kcal/m.s˚C
K silika 0,2308 kcal/m.s˚C
Hi 108928,26 kcal/m2.s.˚C
Ho 0,517744 kcal/m2.s.˚C
Ri 4,61148E-07 s.˚C/kcal
Ro 0,182900 s.˚C/kcal
R dinding 0,021807 s.˚C/kcal
R silika 0,020515 s.˚C/kcal
Qloss 115,4420 kcal

25
LAMPIRAN C
NERACA ENERGI
Untuk menghitung neraca massa evaporator bisa menggunakan persamaan
berikut:
Kalor yang masuk = kalor yang keluar
Qekstrak +Q steam =Qekstrak +Q vapor +Q kondensat +Qloss

Batch 1

Tabel perhitungan aliran input


Persamaan Nilai Satuan
Ekstrak
massa ekstrak 1153,85 Kg/jam
Cp ektrak 0,4 kcal/kg˚C
Temperatur ekstrak 32 ˚C
Tref 25 ˚C
Qfeed = m x Cp x ∆T 3230,77 kcal/jam
Steam
massa steam 1220 Kg/jam
Hv at 80 ˚C 631,84 kcal/kg
Qsteam= m x Hv 770850,05 kcal/jam
Qtotal 774080,82 kcal/jam

Tabel perhitungan aliran output


Persamaan Nilai Satuan
Ekstrak
massa ekstrak 86,15 Kg/jam
Cp ektrak 0,4 kcal/kg˚C
Temperatur ekstrak 59 ˚C
Tref 25 ˚C
Qekstrak = m x Cp x ∆T 1171,69 kcal/jam
Uap Ekstrak
Massa Uap Ektrak 1067,69 Kg/jam
Hv at 59 ˚C 623,28 kcal/kg˚C
Qvapor = m x Hv 665469,70 kcal/jam
Kondensat
Massa Kondensat 1220 Kg/jam
Hl at 47 ˚C 45,04 kcal/kg˚C
Qsteam= m x Hl 54948,25 kcal/jam
Qloss 118,68 kcal/jam
Quncondensed vapor 52372,49 kcal/jam

26
Qtotal 774080,82 kcal/jam

Batch 2

Tabel perhitungan aliran input


Persamaan Nilai Satuan
Ekstrak
massa ekstrak 1165,77 Kg/jam
Cp ektrak 0,4 kcal/kg˚C
Temperatur ekstrak 33 ˚C
Tref 25 ˚C
Qfeed = m x Cp x ∆T 3730,46 kcal/jam
Steam
massa steam 1220 Kg/jam
Entalpi steam at 80 ˚C 631,84 kcal/kg
Qsteam= m x CP x ∆T 770850,05 kcal/jam
Qtotal 774580,51 kcal/jam

Tabel perhitungan aliran output


Persamaan Nilai Satuan
Ekstrak
massa ekstrak 69,62 Kg/jam
Cp ektrak 0,4 kcal/kg˚C
Temperatur ekstrak 60 ˚C
Tref 25 ˚C
Qekstrak = m x Cp x ∆T 974,62 kcal/jam
Uap Ekstrak
Massa Uap Ektrak 1096,15 Kg/jam
Hv at 60 ˚C 623,69 kcal/kg˚C
Qvapor = m x Hv 683665,02 kcal/jam
Kondensat
Massa Kondensat 1220 Kg/jam
Hl at 47 ˚C 45,04 kcal/kg˚C
Qsteam= m x Hl 54948,25 kcal/jam
Qloss 119,88 kcal/jam
Quncondensed vapor 34872,74 kcal/jam
Qtotal 774580,51 kcal/jam

Batch 3

27
Tabel perhitungan aliran input
Persamaan Nilai Satuan
Ekstrak
massa ekstrak 1147,31 Kg/jam
Cp ektrak 0,4 kcal/kg˚C
Temperatur ekstrak 33 ˚C
Tref 25 ˚C
Qfeed = m x Cp x ∆T 3671,38 kcal/jam
Steam
massa steam 1220 Kg/jam
Entalpi steam at 80 ˚C 631,84 kcal/kg
Qsteam= m x CP x ∆T 770850,05 kcal/jam
Qtotal 774521,43 kcal/jam

Tabel perhitungan aliran output


Persamaan Nilai Satuan
Ekstrak
massa ekstrak 70,38 Kg/jam
Cp ektrak 0,4 kcal/kg˚C
Temperatur ekstrak 59 ˚C
Tref 25 ˚C
Qekstrak = m x Cp x ∆T 957,23 kcal/jam
Uap Ekstrak
Massa Uap Ektrak 1076,92 Kg/jam
Hv at 59 ˚C 623,28 kcal/kg˚C
Qvapor = m x Hv 671223,04 kcal/jam
Kondensat
Massa Kondensat 1220 Kg/jam
Hl at 47 ˚C 45,04 kcal/kg˚C
Qsteam= m x Hl 54948,25 kcal/jam
Qloss 115,44 kcal/jam
Quncondensed vapor 47277,46 kcal/jam
Qtotal 774521,43 kcal/jam

28
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN EVAPORATOR
Steam economy

Batch 1

Total uap air yang diuapkan = 1067,692 Kg/Jam

Jumlah Steam = 1220 Kg/Jam

Total uap air yang diuapkan


Steam Economy=
Jumlah Steam

1067,692 Kg /Jam
Steam Economy= =0 , 8 8
1220 Kg /Jam

Batch 2

Total uap air yang diuapkan = 1096,154 Kg/Jam

Jumlah Steam = 1320 Kg/Jam

Total uap air yang diuapkan


Steam Economy=
Jumlah Steam

1096,154 Kg/Jam
Steam Economy= =0 , 90
1 220 Kg/Jam

Batch 3

Total uap air yang diuapkan = 1076,923 Kg/Jam

Jumlah Steam = 1320 Kg/Jam

Total uap air yang diuapkan


Steam Economy=
Jumlah Steam

1076,923 Kg/Jam
Steam Economy= =0 , 8 8
1 220 Kg /Jam

Heat Transfer Coefficient Overall

Data Design

Q = 635591,34 kkal/Jam

29
A = 30 m2
ΔT = T2-T1 = (60-35)˚C = 25 ˚C

Q=U d . A . ∆T

Q 669.872 ,16 kkal/Jam kkal


Ud= = =847 , 6 0 2
A .∆T 2
30 m . 25 ˚ C m ˚Ch

Batch 1

Q = 669872,16 kkal/Jam
A = 30 m2
ΔT = T2-T1 = (59-32)˚C = 27 ˚C

Q=U d . A . ∆T

Q 669.872 ,16 kkal/Jam kkal


Ud= = =827 , 00 2
A .∆T 2
30 m . 27 ˚ C m ˚Ch

Batch 2

Q = 688.370,09 kkal/Jam

A = 30 m2

ΔT = T2-T1 = (60-33)˚C = 27 ˚C

Q=U d . A . ∆T

Q 688.370 , 09 kkal/Jam kkal


Ud= = =849 , 84 2
A .∆T 2
30 m . 27 ˚ C m ˚Ch

Batch 3

Q = 675.851,66 kkal/Jam

A = 30 m2

ΔT = T2-T1 = (59-33)˚C = 26 ˚C

Q=U d . A . ∆T

Q 675 . 851 ,66 kkal/Jam kkal


Ud= = =847 , 77 2
A .∆T 2
30 m . 26 ˚ C m ˚C h

30
Efisiensi Panas

Qvapor out−Qcond ensed


η evaporator =
Qvapor∈¿ ×100 % ¿

Batch 1

665469 , 70−54948 ,25


η= ×100 %
770850 , 05

η=79 ,20 %

Batch 2

683665 , 02−54948 ,25


η= ×100 %
770850 , 05

η=81 ,56 %

Batch 3

671223 , 04−54948 , 25
η= × 100 %
770850 , 05

η=79 , 95 %

Rata-rata

79 , 20+81 , 56+79 , 95
ηrata −r ata = %
3

ηrata −r ata =80 , 24 %

31
Data Aktual Evaporator
Data Pengamatan yang diambil terdiri dari data laporan harian pada tanggal 18,
19, 20, 21 dan 22 Juli 2022.
Batch
Satua
Komponen
n 18 19 20 21 22

Suhu Steam ˚C 80 80 80 80 80

Suhu
˚C 59 60 58 59 57
Evaporator

Tekanan
Bar -0.9 -0.8 -0.85 -0.8 -0.75
Evaporator

Suhu Cooler
˚C 30 30 31 32 31
In

Suhu Cooler
˚C 33 32 33 34 34
Out

Suhu Dalam
˚C 43 42 44 41 44
Cooler
Tekanan
Dalam Bar -0.8 -0.8 -0.75 -0.75 -0.8
Cooler

TS Awal % 3.89 3.92 5.55 3.71 6.06

Brix Akhir % 52 51 51 52 52

TS Akhir % 41.39 43.29 40.69 41.24 41.8

Mengetahui
Pembimbing KP

Asri Bandunsari

32

Anda mungkin juga menyukai