Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
BAB I PENDAHULUAN
II.4.1 Tekanan
II.4.3 Temperatur
II.4.4.Energi Dalam
II.4.6 Entalpi
II.4 7 Entropi
ii
II.5.2 Hukum Termodinamika II
II.14 Kompresor
II.15 Kondensor
II.16 Evaporator
II.18 Refrigerant
BAB IV PEMBAHASAN
iii
IV.4 Grafik
V.1 Analisa
V.2 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Tegangan fan evaporator Vs Tekanan P-1
Grafik 4. 2 Tegangan fan evaporator Vs Tekanan P-2
Grafik 4. 3 Tegangan fan evaporator Vs Tekanan P-3
Grafik 4. 4 Tegangan fan evaporator Vs Tekanan P-4
Grafik 4. 5 Tegangan fan evaporator Vs Enthalpy h-1
Grafik 4. 6 Tegangan fan evaporator Vs Enthalpy h-2
Grafik 4. 7 Tegangan fan evaporator Vs Enthalpy h-3
Grafik 4. 8 Tegangan fan evaporator Vs Enthalpy h-4
Grafik 4. 9 Tegangan fan evaporator Vs Volume spesifik V-A
Grafik 4. 10 Tegangan fan evaporator Vs Volume spesifik V-B
Grafik 4. 11 Tegangan fan evaporator Vs Volume spesifik V-C
Grafik 4. 12 Tegangan fan evaporator Vs Volume spesifik V-D
Grafik 4. 13 Tegangan fan evaporator Vs Volume spesifik rata-rata kondensor
Grafik 4. 14 Tegangan fan evaporator Vs Volume spesifik rata-rata evaporator
Grafik 4. 15 Tegangan fan evaporator Vs Daya motor
Grafik 4. 16 Tegangan fan evaporator Vs Daya Kompresor
Grafik 4. 17 Tegangan fan evaporator Vs Laju aliran massa refrigerant
Grafik 4. 18 Tegangan fan evaporator Vs Laju aliran massa evaporator
Grafik 4. 19 Tegangan fan evaporator Vs Laju aliran massa kondensor
Grafik 4. 20 Tegangan fan evaporator Vs Laju pelepasan kalor kondensor
Grafik 4. 21 Tegangan fan evaporator Vs Laju pelepasan kalor evaporator
Grafik 4. 22 Tegangan fan evaporator Vs Laju pelepasan kalor kondensor setelah udara
melewati kondensor
Grafik 4. 23 Tegangan fan evaporator Vs Laju pelepasan kalor kondensor setelah udara
melewati evaporator
Grafik 4. 24 Tegangan fan evaporator Vs COP
Grafik 4. 25 Tegangan fan evaporator Vs Pf
Grafik 4. 26 Tegangan fan evaporator Vs Daya refrigerasi
vii
Grafik 4. 27 Tegangan fan evaporator Vs Dampak refrigerasi
Grafik 4. 28 Tegangan fan evaporator Vs Rasio kompresi
Grafik 4. 29 Tegangan fan evaporator Vs Bypass faktor
Grafik 4. 30 Tegangan fan evaporator Vs Faktor sentuh
viii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Siklus pendingin kompresi uap merupakan system yang banyak digunakan
dalam system refrigrasi, pada sistem ini terjadi proses kompresi, pengembunan, ekspansi
dan penguapan Kompresi mengisap uap refrigerant dari sisi keluar evaporator ini,
tekanan diusahakan tetap rendah agar refrigerant senantiasa berada dalam fasa gas dan
bertemperatur rendah. Didalam kompresor uap refrigerant ditekan sehingga tekanan dan
temperature tinggi untuk menghindarkan terjadinya kondensasi dengan membuang
energy kelingkungan. Energi yang diperlukan untuk proses komporesi diberikana oloh
motor listrik atau penggerak mula lainnya. Jadi dalam proses kompresi energy diberikan
kepada uap refrigerant. Pada waktu uap refrigerant diisap masuk kedalam kompresor
temperature masih tetap rendah akan tetapi ketika selama proses kompresi berlangsung
temperature dan tekanannya naik.
Untuk menurunkan tekanan refrigaran cair dari kondensor kita gunakan katup
expansi atau pipa kapiler, alat tersebut dirancang untuk suatu penurunan tekanan tertentu.
Melalui katup expansi refrigerant mengalami evaporasi yaitu proses penguapan cairan
refrigerant pada tekanan dan temperature rendah, proses ini terjadi pada evaporator.
Seelama proses evaporasi refrigerant memerlukan atau mengambil bentuk energy panas
dari lingkungan atau sekelilingnya sehingga temperature sekeliling turun dan terjadi prose
pendinginan.
1
Untuk memahami proses – proses yang terjadi pada mesin pendingin kompresi
uap, diperlukan pembahasan siklus termodinamika yang digunakan. Pembahasan diawali
dengan daur carnot yang merupakan daur ideal hingga daur kompresi uap nyata.
2
Gambar
3
4
BAB II
TEORI DASAR
II.1 Dasar-Dasar Termodinamika
II.2 Sifat-Sifat Zat Murni
II.3 SIstem Satu Senyawa
II.3.1 Fase Campuran
II.3.2 Fase Superheated
II.3.3 Fase Compresesd Liquid
II.4 Properti Dari Termodinamika
II.4.1 Tekanan
II.4.2 Tekanan Absolute
II.4.3 Temperatur
II.4.4.Energi Dalam
II.4.5 Volume spesifik
II.4.6 Entalpi
II.4 7 Entropi
II.4.8 Kalor Laten
II.4.9 Kalor Sensibel
II.5 Hukum Termodinamika
II.5.1 Hukum Termodinamika I
II.5.2 Hukum Termodinamika II
II.6 Psychometric dan Properti Udara
II.6.1 SIfat-Sifat Udara Basah
II.6.1.1 Temperatur Bola Kering (Dry Bulb Temperature)
II.6.1.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb Temperature)
II.6.1.3 Kelembaban Spesifik (Spesifik Humidity)
II.6.1.4 Kelembaban Relatif (Relatif Humidity)
II.8 Mesin Refrigerasi
II.9 Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap
II.9.1 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap
II.10 Mesin Pendingin Siklus Absorbsi
II.10.1 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Siklus Absorbsi
II.11 Mesin Pendingin Siklus Jet Uap
II.11.1 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Siklus Jet Uap
II.12 Mesin Pendingin Siklus Udara
II.12.1 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Siklus Udara
II.13 Mesin Pendingin Siklus Vorteks
II. 13.1 Prinsip Kerja Mesin Pendingin Siklus Vorteks
II.14 Kompresor
5
II.15 Kondensor
II.16 Evaporator
II.17 Katup Ekspansi
II.18 Refrigerant
II.18.1 Klasifikasi Refrigerant
BAB III
PELAKSANAAN PENGUJIAN
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Data Pengamatan
IV.2 Pengolahan Data
IV.3 Tabel Pengolahan Data
IV.4 Grafik
Tegangan Vs P-1
250
200
150
6
Tegangan
100
50
Tegangan Vs P-2
250
200
150
Tegangan
100
50
0
223.5 224 224.5 225 225.5
Tekanan
Tegangan Vs P-3
250
200
150
Tegangan
100
50
0
212 214 216 218 220 222 224 226 228
Tekanan
Tegangan Vs P-4
250
200
150 7
Tegangan
100
50
Tegangan Vs h-1
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Enthalpy
Tegangan Vs h-2
250
200
150
Tegangan
100
50
0
142 142.5 143 143.5 144 144.5 145 145.5
Enthalpy
Tegangan Vs h-3
250
200
150 8
Tegangan
100
50
Tegangan Vs h-4
250
200
150
Tegangan
100
50
0
24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5
Enthalpy
Tegangan Vs V-A
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Volume spesifik
Tegangan Vs V-B
250
200
150 9
Tegangan
100
50
Tegangan Vs V-C
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95
Volume spesifik
Tegangan Vs V-D
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Volume spesifik
200
150
10
Tegangan
100
50
Tegangan Vs Vrata-rata evaporator
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Volume spesifik rata-rata
200
150
Tegangan
100
50
0
0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
Wmotor
200
150 11
Tegangan
100
50
Tegangan Vs Laju aliran massa refrigeran
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6
Mref
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Mud evap
250
200
12
150
Tegangan
100
50
Tegangan Vs Laju aliran massa refrigeran
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Mref
250
200
150
Tegangan
100
50
0
50 100 150 200 250 300
Qkond
250
200
13
Tegangan
150
100
50
Tegangan Vs Laju pelepasan kalor kondensor setelah udara melewati
kondensor
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0 5 10 15 20 25 30
Qkond
250
200
Tegangan
150
100
50
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Qkond
Tegangan Vs COP
250
200
14
150
Tegangan
100
50
Tegangan Vs Pf
250
200
150
Tegangan
100
50
0
3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4
Pf
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0.28 0.3 0.32 0.34 0.36 0.38 0.4 0.42
Wref
250
200
15
150
Tegangan
100
50
Tegangan Vs Rasio kompresi
250
200
150
Tegangan
100
50
0
8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4
Phi
250
200
150
Tegangan
100
50
0
0.98 0.98 0.98 0.98 0.99 0.99 0.99 0.99
Bf
250
200
16
150
Tegangan
100
50
17
BAB V
ANALISA DAN KESIMPULAN
V.1 Analisa
V.2 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20