Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI TEMPERATUR DAN COEFFICIENT OF PERFORMANCE MESIN


PENDINGIN SEDERHANA MENGGUNAKAN THERMOELECTRIC
PADA COOL BOX

Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Praktikum Mata Kuliah Mesin Konversi
Energi 1

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Adimas Dwi Prayoga 20036010001


2. Abdi Satryo Mukti 20036010002
3. Riko Firman Aditama 20036010006
4. Rafly M Zidan H.P 20036010008
5. Wahyu Aditya S.P 20036010009
6. Rifqi Rahman Hidayat 20036010015
7. Muhammad Nizar A 20036010019
8. Mochammad Willdan R 20036010024
9. Rolland Darin K. M 20036010025

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SEMESTER GANJIL
2023/2024
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum mesin
pendingin ini dengan baik.

Laporan praktikum ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Mesin Konversi Energi 1. Laporan ini berisi tentang hasil
praktikum yang telah kami lakukan, yaitu tentang prinsip kerja mesin pendingin
dan komponen-komponennya.

Dalam praktikum ini, kami menggunakan alat peraga berupa mesin


pendingin Thermoelectric Cooler. Kami melakukan beberapa percobaan untuk
memahami prinsip kerja mesin pendingin, yaitu percobaan pengukuran suhu,
percobaan pengukuran tekanan, dan percobaan koefisien pada nilai performa
mesin pendingin.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
perbaikan laporan praktikum ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan praktikum ini. Semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

Kelompok 4
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

1.3. Batasan Masalah ................................................................................... 2

1.4. Tujuan ................................................................................................... 2

1.5. Manfaat ................................................................................................. 2

BAB II TEORI DASAR ......................................................................................... 3


2.1. Mesin Pendingin .................................................................................... 3

2.2. Perpindahan Panas (Heat Transfer) ...................................................... 3

2.2.1. Perpindahan Panas Konduksi (Conduction) ................................... 3

2.2.2. Perpindahan Panas Konveksi (Convection) .................................... 4

2.3. Sistem Refrigerasi ................................................................................. 5

2.4.1. Efek Peltier ..................................................................................... 6

2.4.2. Prinsip Kerja Thermoelectric ........................................................... 7

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Thermoelectric ........................................... 8

2.6. Coefficient of Performancy (COP).......................................................... 9

BAB III METODE EKSPERIMEN ....................................................................... 10


3.1 Tempat dan Waktu Praktikum .............................................................. 10

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 10

3.1.1. Alat ............................................................................................... 10

3.1.2. Bahan ........................................................................................... 10

3.3 Skema Alat Uji ..................................................................................... 10

3.4 Langkah Kerja Proses Pengambilan Data ........................................... 12


iii

3.5 Diagram Alir ......................................................................................... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ESPERIMEN ............................................ 14


4.1 Hasil Percobaan .................................................................................. 14

4.2 Pengolahan Data ................................................................................. 14

4.3 Grafik dan Pembahasan ...................................................................... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 20


5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20

5.2 Saran ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21


LAMPIRAN ........................................................................................................ 22
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Mesin Pendingin Minuman (Showcase Cooler) ............................... 3


Gambar 2. 2 Skema perpindahan panas konduksi............................................... 4
Gambar 2. 3 Skema perpindahan panas konveksi ............................................... 5
Gambar 2. 4 Susunan Thermoelectric ................................................................. 6
Gambar 2. 5 (a) Thermoelectric sebagai generator listrik, (b) Generator sebagai
pendingin/pemanas. ............................................................................................ 7
Gambar 2. 6 Skema Kerja Thermoelectric ........................................................... 8
Gambar 3. 1 Skema Rancangan Cooler Box Portable ....................................... 11
Gambar 3. 2 Skema Susunan Modul Sistem Pendingin ..................................... 11
Gambar 3. 3 Skema Alat Uji Cooler Box dan Penempatan Sensor Suhu ........... 12
Gambar 3. 4 Diagram Alir .................................................................................. 13
Gambar 4. 1 Grafik Penurunan temperatur................................................................ 18
v

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1Hasil Pengambilan Data .................................................................. 14


Tabel 4. 2 Data Hasil Perhitungan COP Maksimal ....................................... 17
Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan COP Aktual ....................................................... 18
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mesin pendingin adalah alat yang digunakan untuk menurunkan suhu
suatu benda. Mesin pendingin konvensional umumnya menggunakan refrigerant,
yaitu zat yang dapat mengalami perubahan fase dari cair ke gas dan sebaliknya.
Proses perubahan fase ini disertai dengan penyerapan atau pelepasan kalor.
Pada mesin pendingin konvensional, refrigerant dialirkan melalui sebuah
kompresor yang berfungsi untuk menaikkan tekanan dan suhunya. Refrigerant
yang bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi kemudian dialirkan ke kondensor. Di
dalam kondensor, refrigerant melepaskan kalor ke lingkungan sehingga suhunya
turun dan berubah fase menjadi cair. Refrigerant cair kemudian dialirkan ke
evaporator. Di dalam evaporator, refrigerant menyerap kalor dari benda yang
ingin didinginkan sehingga suhunya turun dan berubah fase menjadi gas.
Refrigerant gas kemudian kembali ke kompresor dan prosesnya berulang.
Pada perkembangan di jaman sekarang ini kemajuan teknologi berjalan
dengan sangat cepat terutama pada alat elektronik, maka kulkas tersebut
dikembangkan dengan dimensi ukuran yang dapat secara mudah dibawa
kemana-mana (portable) agar kulkas mampu di bawa kemana saja dengan
mudah dan untuk memberikan inovasi bagi dunia modern maka penulis
terinspirasi dengan pembuatan kulkas mini portable yang dapat dibawa kemana
saja. Teknologi pendingin saat ini sangat mempengaruhi kehidupan dunia
moderen, tidak hanya sebatas peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup,
tetapi juga menyentuh hal hal penting yang menunjang kehidupan manusia.
Kulkas adalah salah satu fasilitas elektronik pendukung yang digunakan
oleh sebagian keluarga dirumah, bahkan hingga pasar modern mengunakan
fasilitas pendukung yang satu ini dikarenakan fungsinya yang sangat begitu
dibutuhkan untuk menyimpan makanan atau minuman dalam kondisi suhu
rendah yang terjaga dengan menurunkan suhu pada objek yang akan
didinginkan, oleh karena itu kulkas sangat dibutuhkan sebagai kebutuhan untuk
mendinginkan atau menurunkan suhu pada minuman ataupun makanan
Mengingat peranan mesin pendingin yang sangat penting di saat
sekarang ini, maka penulis berkeinginan untuk merancang alat pratikum mesin
pendingin dengan tujuan agar mahasiswa teknik mesin dapat mempelajari
fenomena yamg terjadi pada mesin pendingin.

1.2. Rumusan Masalah


Perumusan masalah yang diambil pada praktikum ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh thermoelectric cooler (TEC) terhadap proses sistem
pendingin dalam proses mendinginkan cool box.
2. Bagaimana nilai rata-rata penurunan teperatur pada cool box
2

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada praktikum ini adalah:
1. Praktikum dilakukan hanya pada cool box dengan ukuran 30 x 30,5 x 25.5
cm.
2. Thermoelectric yang digunakan tipe TEC1-12706.
3. Kalor yang dihasilkan motor listrik pada fan tidak diperhitungkan.

1.4. Tujuan
Tujuan dari praktikum yaitu melakukan studi eksperimental untuk:
1. Mengetahui kinerja sistem pendingin sederhana dengan menggunakan
thermoelectric cooler dalam proses mendinginkan cool box.
2. Mengetahui proses pengukuran efisiensi system pendingin berdasarkan
pengukuran temperature yang diperoleh.

1.5. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa bisa mengetahui spesifikasi peralatan pada sistem
pendingin dengan membuat kulkas dalam bentuk sederhana
menggunakan thermoelectric.
2. Agar Mahasiswa bisa mengetahui konsep dasar pada proses pengukuran
sistem pendingin dengan pengetahuan yang telah diperoleh.
3

BAB II
TEORI DASAR

2.1. Mesin Pendingin


Mesin pendingin merupakan sebuah mekanisme berupa siklus yang
mengambil energi (termal) dari daerah bertemperatur rendah dan dibuang ke
daerah bertemperatur tinggi (lingkungan), sehingga beban pendinginan sangat
berpengaruh terhadap prestasi mesin pendingin. Semakin besar beban
pendinginan yang di dinginkan maka akan diperlukan daya mesin pendingin yang
lebih besar. Begitu juga sebaliknya semakin kecil beban pendinginan maka lebih
kecil daya mesin pendingin yang diperlukan (Purwanto and Ridhuan, 2014).

Gambar 2. 1 Mesin Pendingin Minuman (Showcase Cooler)


Sumber: https://images.app.goo.gl/hKJ79KinzQQrkdETA

2.2. Perpindahan Panas (Heat Transfer)


Perpindahan panas merupakan perpindahan energi yang terjadi karena
adanya perbedaan temperatur di antara benda atau material. Energi yang
berpindah dinamakan kalor atau panas. Pada sistem pendingin termoelektrik
peristiwa perpindahan panas yang terjadi dengan cara konduksi dan konveksi.
Perpindahan panas konduksi terjadi pada heat sink sisi panas peltier dan pada
heat sink sisi dingin peltier. Sementara perpindahan panas konveksi terjadi pada
udara yang melewati heat sink, dan udara dalam ruangan atau alat uji (Poetro
and Rahmat, 2012).

2.2.1. Perpindahan Panas Konduksi (Conduction)


Konduksi adalah proses dengan mana panas mengalir dari daerah yang
bersuhu tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium
(padat, cair atau gas) atau antara medium - medium yang berlainan yang
4

bersinggungan secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup


besar menurut teori kinetik. Suhu elemen suatu zat sebanding dengan energi
kinetik rata – rata molekul – molekul yang membentuk elemen itu.

Gambar 2. 2 Skema perpindahan panas konduksi


Sumber: (Granet and Bluestein, 2020)

Energi yang dimiliki oleh suatu elemen zat yang disebabkan oleh
kecepatan dan posisi relative molekul – molekulnya disebut energi dalam.
Perpindahan energi tersebut dapat berlangsung dengan tumbukan elastic (elastic
impact), misalnya dalam fluida atau dengan pembauran (difusi/diffusion) elektron
– elektron yang bergerak secara cepat dari daerah yang bersuhu tinggi kedaerah
yang bersuhu lebih rendah (misalnya logam). Konduksi merupakan satu –
satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak
tembus cahaya (Mursadin and Subagyo, 2016).

2.2.2. Perpindahan Panas Konveksi (Convection)


Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat
penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat,
cairan atau gas. Perpindahan panas secara konveksi diklasifikasikan dalam
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced convection)
menurut cara menggerakkan alirannya. Bila gerakan mencampur berlangsung
semata – mata sebagai akibat dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh
gradien suhu, maka disebut konveksi bebas atau alamiah (natural).
5

Gambar 2. 3 Skema perpindahan panas konveksi


Sumber: (Granet and Bluestein, 2020)

Bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat dari luar seperti
pompa atau kipas, maka prosesnya disebut konveksi paksa. Keefektifan
perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung sebagian besarnya pada
gerakan mencampur fluida akibatnya studi perpindahan panas konveksi
didasarkan pada pengetahuan tentang ciri – ciri aliran fluida (Mursadin and
Subagyo, 2016).

2.3. Sistem Refrigerasi


Suatu penggunaan yang luas dari termodinamika adalah refrigerasi yaitu
perpindahan panas dari temperatur yang rendah ke temperatur yang lebih tinggi.
Sistem yang menghasilkan proses refrigerasi adalah refrigerator (atau pompa
panas), dan siklusnya disebut siklus refrigerasi (Purwanto and Ridhuan, 2014).
Siklus refrigerasi yang banyak digunakan adalah siklus kompresi uap sederhana,
dimana refrigeran diuapkan, dan dikodensasikan dengan jalan mengkompresi
uap tersebut.Prinsip utama mesin refrigerasi adalah untuk menurunkan
temperatur agar materi atau ruangan dapat terjaga temperaturnya sesuai dengan
kebutuhan dan kenyamanan yang dikehendaki. Pada dasarnya sistem refrigerasi
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sistem pendinginan / refrigerasi mekanik
Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin - mesin penggerak atau dan
alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam
sistem refrigerasi mekanik di antaranya adalah:
a) Siklus Kompresi Uap (SKU)
b) Refrigerasi siklus udara
c) Kriogenik/refrigerasi rendah temperatur ultra
d) Siklus sterling
2. Sistem pendinginan / refrigerasi non mekanik
6

Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan


mesin-mesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya.
Yang termasuk dalam sistem refrigerasi non mekanik di antaranya:
a) Refrigerasi termoelektrik
b) Refrigerasi siklus absorbs
c) Refrigerasi steam jet
d) Refrigerasi magnetic
e) Heat pipe

2.4. Thermoelectric (Elemen Peltier)


Elemen peltier memiliki peranan yang paling vital, sebagai pompa kalor
yang merupakan elemen utama sistem pendingin arus searah (dc cooler).
Termoelektrik merupakan komponen semikonduktor Bismut Telluride yang dapat
menghasilkan efek dingin dan panas. Jika sebuah elemen peltier dialiri arus listrik
DC maka kedua sisi elemen ini akan menjadi panas dan dingin. Sisi dingin inilah
yang dimanfaatkan sebagai pendingin ruangan dengan bantuan heatsink dan
fan.

Gambar 2. 4 Susunan Thermoelectric


Sumber: (Poetro and Rahmat, 2012)

Dalam pembuatan dc cooler ini menggunakan delapan buah termoelektrik


(elemen Peltier) dengan ukuran 40 x 40 x 3,8 mm. Untuk setiap termoelektrik
membutuhkan tegangan masukan 12 V dengan daya 72 watt. Penggunaan
delapan termoelektrik ini dilakukan dengan pertimbangan agar beban kalor yang
dapat dipindahkan menjadi lebih besar, karena luas permukaan perpindahan
kalornya lebih besar.

2.4.1. Efek Peltier


Ketika arus mengalir melintasi persimpangan antara dua kabel yang
berbeda, ditemukan bahwa panas harus terus ditambahkan atau dikurangi di
persimpangan untuk menjaga temperaturnya konstan. Panas sebanding
7

dengan aliran arus dan berubah tanda ketika arus dibalik. Pemanasan atau
pendinginan Peltier bersifat reversibel antara panas dan listrik. Ini berarti bahwa
pemanasan (atau pendinginan) akan menghasilkan listrik dan listrik akan
menghasilkan pemanasan (atau pendinginan) tanpa kehilangan energi (Almunir,
2023).

Gambar 2. 5 (a) Thermoelectric sebagai generator listrik, (b) Generator


sebagai pendingin/pemanas.
Sumber:(Rafika, Mainil and Aziz, 2017)

Efek peltier terjadi karena adanya arus listrik yang mempunyai arus kalor
dalam konduktor homogen, yang terjadi walaupun temperatur dalam keadaan
konstan. Kecepatan aliran bergantung pada energi dari elektron yang mengalami
konduksi.

2.4.2. Prinsip Kerja Thermoelectric


Thermoelectric Cooler (TEC) terdiri dari semi konduktor tipe P dan N yang
masing-masing terhubung seri secara elektris, namun terhubung paralel secara
thermis. Prinsip kerja pendingin termoelektrik berdasarkan efek Peltier, yaitu
ketika arus listrik DC melewati material semikonduktor dengan tipe yang
berbeda, semikonduktor tipe N (negatif) dan tipe P (positif) maka akan
menimbulkan panas (panas dilepas) pada satu sisi dan dingin (panas diserap)
pada sisi lainnya.
Penyebab sisi dingin elemen Peltier adalah adanya aliran elekton dari
tingkat energi yang lebih rendah pada semikonduktor tipe-P, ke tingkat energi
yang lebih tinggi yaitu semikonduktor tipe-N. Supaya elektron tipe P yang
mempunyai tingkat energi yang lebih rendah dapat mengalir maka elektron
menyerap energi yang mengakibatkan sisi tersebut menjadi dingin.
8

Gambar 2. 6 Skema Kerja Thermoelectric


Sumber: (Akbar, Rizal and Syntia, 2021)

Pada sambungan sisi panas, elektron mengalir dari tingkat energi yang
lebih tinggi (semi konduktor tipe-N) ke tingkat energi yang lebih rendah
(semikonduktor tipe-P). Dengan tingginya tingkat energi yang dimiliki
semikonduktor tipe-N, maka kelebihan energi pada semikonduktor tipe-N dilepas
ke lingkungan, sehingga sisi termoelektrik tersebut menjadi panas. Pada gambar
diatas menunujukkan elektron mengalir dari semikonduktor tipe-P yang memiliki
tingkat energi rendah, sehingga menyerap panas pada sisi dingin kemudian
mengalir ke semikonduktor tipe-N yang memiliki tingkat energi tinggi. Kelebihan
energi pada semikonduktor tipe-N dilepas ke lingkungan dan mengalir kembali ke
semikonduktor tipe-P dan seperti itu seterusnya

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Thermoelectric


Kelebihan pendingin termoelektrik (thermoelectric cooler) antara lain
ketahanan alat yang baik, tidak menimbulkan suara, tidak adanya bagian
mekanikal yang bergerak sehingga tidak menimbulkan getaran, perawatan yang
mudah, ukuran yang kecil, ringan, ramah terhadap lingkungan karena tidak
menggunakan refrigeran yang dapat merusak ozon, termoelektrik dapat juga
digunakan pada lingkungan yang sensitif, tidak adanya ketergantungan terhadap
posisi peletakan, ketelian kontrol temperatur ±0.1oC dapat dicapai dengan
menggunakan termoelektrik, dan cocok digunakan pada aplikasi kotak pendingin
dibawah 30 Watt. Sedangkan kelemahan termoelektrik adalah efisiensi yang
rendah dan adanya kondensasi pada suhu tertentu. Sehingga sampai saat ini
pendinginan termoelektrik hanya efektif pada aplikasi untuk objek pendinginan
dan daya yang kecil (Akbar, Rizal and Syntia, 2021).
9

2.6. Coefficient of Performancy (COP)


Nilai COP merupakan nilai performansi dari modul termoelektrik dalam
kerjanya. Dengan nilai COP semakin tinggi maka kualitas bahan semikonduktor
termoelektrik semakin bagus. Nilai COP didapatkan dengan persamaan berikut:

𝑸𝑳 𝑻𝑳
𝑪𝑶𝑷(𝒎𝒂𝒌𝒔) = =
𝑸𝒉 − 𝑸𝑳 𝑻𝒉 − 𝑻𝑳
Dimana:
𝑇𝐿 = 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 didalam refrigerator
𝑇ℎ = 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 Lingkungan
𝑸𝑳
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) =
𝑾
Dimana:
𝑄𝐿 = Beban Pendingin
𝑊 = Daya masukan yang digunakan (𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑜𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑟𝑖𝑐)
𝑸𝑳 = 𝒎. 𝑪𝒑 ∆𝑻
10

BAB III
METODE EKSPERIMEN

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Fakultas Teknik Mesin
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Pada praktikum ini
meliputi, pembuatan skema rancangan, perakitan, pengujian dan pengolahan
data berdasarkan temperature yang diperoleh.

3.2 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah :
a. Thermocouple
b. Solder
c. Cutter
d. Obeng

3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya adalah
a. Peltier TEC1-12706 dimensi Uk 40x40 mm
b. Heatsink
c. PSU (Powersuplay) 12 V
d. Adaptor charger hp 33W
e. Kipas DC 12 V
f. Styrofoam (cool box)
g. Thermo digital
h. Waterblock 40x80 mm
i. Pompa air
j. Botol
k. Lem Thermal
l. Solatip
m. Mika bening

3.3 Skema Alat Uji


Dalam sebuah rancangan atau pembuatan alat harus dialkukan sesuai
dengan skema rancangan. Skema rancangan ini memiliki susunan dari
komponen – komponen alat dan bahan pembuatan cooler box portable. Berikut
skema rancangan cooler box portable yang dapat dilihat pada gambar 3.1
dibawah ini:
11

Gambar 3. 1 Skema Rancangan Cooler Box Portable

Dari gambar skema rancangan diatas terdapat pula susunan modul


pendingin dan rangkaian kelistrikan. Berikut skema susunan modul pendingin
dan rangkaian kelistrikan pada rancangan cooler box ditunjukkan pada gambar
3.2 dan gambar 3.3 dibawah ini:

Gambar 3. 2 Skema Susunan Modul Sistem Pendingin


Sumber: (Dokumentasi Pribadi)
12

Gambar 3. 3 Skema Alat Uji Cooler Box dan Penempatan Sensor Suhu
Sumber: (Dokumentasi Pribadi)

3.4 Langkah Kerja Proses Pengambilan Data


Pada percobaan ini, praktikan mencatat penurunan temperatur pada alat
pendingin atau thermoelectric dengan menggunakan thermocouple atau thermo
digital.
• Langkah pertama, siapkan thermocouple untuk mengukur suhu pada
kulkas portable.
• Langkah kedua, letakkan kabel atau sensore suhu diatas alas penghantar
alat pendingin atau dibeberapa titik yang sebisanya dapat mendeteksi
suhu pada alat tersebut.
• Langkah ketiga, nyalakan kulkas portable.
• Langkah keempat, proses pendinginan ini dilakukan dengan
menggunakan stopwatch dalam waktu kelipatan 5 menit sampai batas
akhir pada waktu 30 menit.
• Langkah kelima, catat setiap kelipatan waktu 5 menit dan foto hasil
penurunan pada suhu kulkas portable.
• Langkah keenam, pada percobaan ini dilakukan pengujian sebanyak 5
kali percobaan dan mulai Kembali dari 5 menit hingga 30 menit.
13

3.5 Diagram Alir

Gambar 3. 4 Diagram Alir


14

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN ESPERIMEN

4.1 Hasil Percobaan


Berdasakan hasil percobaan yang telah dilakukan psda cool box didapatkan
hasil seperti berikut, dengan pengujian sebanyak lima kali percobaan dalam
waktu 30 menit dengan pencatatan setiap 5 menit.

Tabel 4. 1Hasil Pengambilan Data

Waktu (Menit) T1 (°C) T2 (°C) T3 (°C) T4 (°C) T5 (°C)

5 20,4 20,7 20,6 20,8 20,0

10 20,3 20,6 20,6 20,7 19,9

15 19,5 19,6 19,5 18,2 18,4

20 18,3 18,3 18,4 17,4 17,9

25 18,4 18,2 18,3 17,3 17,5

30 18,4 18,3 18,3 16,7 17,4

4.2 Pengolahan Data


Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan pengolahan data untuk mencari
rata – rata, efisiensi, dan COP temperatur setiap 5 menit dengan total waktu
yang dibutuhkan selama 30 menit, yaitu pada menit ke -5, ke-10, ke-15, ke-20,
ke-25, dan ke-30. Pengolahan data sebagai berikut:
• Perhitungan rata – rata temperature pada cool box portable
Dimana untuk mengetahui rata-rata pada suhu T1-T5 adalah:
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + 𝑇5
𝑇𝑎𝑣𝑔 =
5

a. Waktu 5 menit
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + 𝑇5
5′ =
5
20,4 + 20,7 + 20,6 + 20,8 + 20,0
5′ =
5

5 = 20,5
15

b. Waktu 10 menit
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + 𝑇5
5′ =
5
20,3 + 20,6 + 20,6 + 20,7 + 19,9
5′ =
5
5′ = 20,42

c. Waktu 15 menit
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + 𝑇5
5′ =
5
19,5 + 19,6 + 19,5 + 18,2 + 18,4
5′ =
5

5 = 19,04

d. Waktu 20 menit
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + 𝑇5
5′ =
5
18,3 + 18,3 + 18,4 + 17,4 + 17,9
5′ =
5
5′ = 18,06

e. Waktu 25 menit
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + 𝑇5
5′ =
5
18,4 + 18,2 + 18,3 + 17,3 + 17,5
5′ =
5
5′ = 17,94

f. Waktu 30 menit
𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 + 𝑇4 + 𝑇5
5′ =
5
18,4 + 18,3 + 18,3 + 16,7 + 17,4
5′ =
5

5 = 17,82
16

Tabel 4. 2 Data Hasil Perhitungan Temperatur Rata - Rata

Waktu
T1 (°C) T2 (°C) T3 (°C) T4 (°C) T5 (°C) Rata-Rata
(Menit)

5 20,4 20,7 20,6 20,8 20,0 20,5

10 20,3 20,6 20,6 20,7 19,9 20,42

15 19,5 19,6 19,5 18,2 18,4 19,04

20 18,3 18,3 18,4 17,4 17,9 18,06

25 18,4 18,2 18,3 17,3 17,5 17,94

30 18,4 18,3 18,3 16,7 17,4 17,82

• Perhitungan COP (Coefficient Of Performancy)


Untuk mengetahui nilai COPmaks pada sebuah termoelektrik dapat
menggunakan perhitungan sebagai berikut:
𝑸𝑳 𝑻𝑳
𝑪𝑶𝑷(𝒎𝒂𝒌𝒔) = =
𝑸𝒉 − 𝑸𝑳 𝑻𝒉 − 𝑻𝑳

Didapat hasil perhitungan COPmaks pada setiap data waktu pengukuran:


a. Waktu ke-5 menit
𝑻𝑳 24
= = 5,86
𝑻𝒉 − 𝑻𝑳 24 − 20,5
b. Waktu ke-10 menit
𝑻𝑳 24
= = 5,70
𝑻𝒉 − 𝑻𝑳 24 − 20,45
c. Waktu ke-15 menit
𝑻𝑳 24
= = 3,84
𝑻𝒉 − 𝑻𝑳 24 − 19,04
d. Waktu ke-20 menit
𝑻𝑳 24
= = 3,04
𝑻𝒉 − 𝑻𝑳 24 − 18,06
e. Waktu ke-25 menit
𝑻𝑳 24
= = 2,96
𝑻𝒉 − 𝑻𝑳 24 − 17,94
f. Waktu ke-30 menit
𝑻𝑳 24
= = 2,88
𝑻𝒉 − 𝑻𝑳 24 − 17,82
17

Tabel 4. 3 Data Hasil Perhitungan COP Maksimal

Waktu Rata-
T1(°C) T2(°C) T3(°C) T4(°C) T5(°C) COPmaks
(Menit) Rata
5 20,4 20,7 20,6 20,8 20 20,5 5,86
10 20,3 20,6 20,6 20,7 19,9 20,42 5,70
15 19,5 19,6 19,5 18,2 18,4 19,04 3,84
20 18,3 18,3 18,4 17,4 17,9 18,06 3,04
25 18,4 18,2 18,3 17,3 17,5 17,94 2,96
30 18,4 18,3 18,3 16,7 17,4 17,82 2,88
Untuk mencari nilai COP aktual pada sebuah termoelektrik, perlu
dilakukan perhitungan data dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑸𝑳
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) =
𝑾
Dimana:
𝑸𝑳 = 𝒎. 𝑪𝒑 ∆𝑻
Maka didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Waktu ke-5 menit
(0,0019)(1000)(3,50)
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) = = 0,20
33
b. Waktu ke-10 menit
(0,0019)(1000)(3,58)
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) = = 0,21
33
c. Waktu ke-15 menit
(0,0019)(1000)(4,96)
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) = = 0,29
33
d. Waktu ke-20 menit
(0,0019)(1000)(5,94)
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) = = 0,34
33
e. Waktu ke-25 menit
(0,0019)(1000)(6,06)
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) = = 0,35
33
f. Waktu ke-30 menit
(0,0019)(1000)(6,18)
𝑪𝑶𝑷(𝒂𝒌𝒕𝒖𝒂𝒍) = = 0,36
33
18

Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan COP Aktual

Waktu
m (kg) Tc(°C) Th(°C) Cp (J/kg°C) ∆T (°C) QL (J) P(W) COP
(Menit)
5 0,0019 20,5 24 1000 3,50 6,65 33 0,20
10 0,0019 20,42 24 1000 3,58 6,80 33 0,21
15 0,0019 19,04 24 1000 4,96 9,42 33 0,29
20 0,0019 18,06 24 1000 5,94 11,29 33 0,34
25 0,0019 17,94 24 1000 6,06 11,51 33 0,35
30 0,0019 17,82 24 1000 6,18 11,74 33 0,36

4.3 Grafik dan Pembahasan


Pada percobaan yang telah dilakukan, variable bebas yang ditentukan pada
praktikum pendingin sederhana adalah waktu pengamatan selama 30 menit
dengan pengambilan data setiap 5 menit. Sedangkan variable terikat pada data
adalah temperatur rata-rata setiap 5 menit selama 30 menit, serta variable
control dalam percobaan adalah temperatur awal dan daya input pada alat
termoelektrik peltier.

Grafik Temperatur Rata - Rata


21 20,5 20,42
20,5
20
Temperatur(°C)

19,5 19,04
19
18,5 18,06 17,94 17,82
18
17,5
17
16,5
16
5 10 15 20 25 30
Waktu (s)

Gambar 4. 1 Grafik Penurunan temperatur

Didapatkan temperatur rata-rata pada menit ke-5 sebesar 20,5°C, pada


menit ke-10 sebesar 20,42°C, pada menit ke-15 sebesar 19,04°C, pada menit
ke-20 sebesar 18,06°C, pada menit ke-25 sebesar 17,94°C, dan pada menit ke-
30 sebesar 17,82°C.
19

Grafik COP (aktual)


0,40 0,35 0,36
0,34
COP (Coefficient of 0,35
0,29
Performance) 0,30
0,25 0,20 0,21
0,20
0,15
0,10
0,05
0,00
1 2 3 4 5 6
Waktu (s)

Gambar 4. 2 Grafik COP Aktual

Berdasarkan perhitungan dari data COPaktual, pada menit 5 sampai menit


10 terjadi penurunan temperatur sebesar 0,46% dimana persentase tersebut
menunjukkan belum terjadinya penurunan suhu secara signifikan, dimana
penurunan yang cukup tinggi terjadi pada menit ke-15 hingga menit ke-20
dimana persentase secara berturut-turut menunjukkan sebesar 7,95% dan
5,64%. Pada menit ke-25 sampai menit ke-30 kecepatan penurunan mulai
konstan kembali dengan persentase anya sebesar 0,69%.
20

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada pengamatan di hasil pengambilan data didapat data pada menit ke-
5 hingga menit ke-30 mengalami penurunan temperatur dimana suhu
ruangan pada mesin pendingin mula-mula 24°C dan penurunan suhu
mulai terjadi pada pengukuran di menit ke-5 sebesar 20,5°C, pada menit
ke-10 sebesar 20,42°C, pada menit ke-15 sebesar 19,04°C, pada menit
ke-20 sebesar 18,06°C, pada menit ke-25 sebesar 17,94°C, dan pada
menit ke-30 sebesar 17,82°C.
2. Dari data COPaktual, pada menit 5 sampai menit 10 terjadi penurunan
temperatur sebesar 0,46% dimana persentase tersebut menunjukkan
belum terjadinya penurunan suhu secara signifikan, dimana penurunan
yang cukup tinggi terjadi pada menit ke-15 hingga menit ke-20 dimana
persentase secara berturut-turut menunjukkan sebesar 7,95% dan 5,64%.
Pada menit ke-25 sampai menit ke-30 kecepatan penurunan mulai
konstan kembali dengan persentase hanya sebesar 0,69%.

5.2 Saran
1. Sebaiknya pada saat proses perakitan dan pengambilan data lebih
memperhatikan celah antara daun pintu dan badan kulkas agar
perhitungan lebih akurat.
2. Diharapkan menggunakan perhitungan yang lebih valid agar nilai yang
diperoleh bisa lebih maksimal.
3. Sebaiknya memperhatikan alat – alat dan bahan yang digunakan untuk
melakukan rancang bangun pada mesin pendingin sederhana sehingga
produk yang dihasilkan berjalan dengan baik.
21

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M., Rizal, T.A. and Syntia, R. (2021) ‘Pengujian Kinerja Pendinginan
Thermo Electic Cooling ( TEC) Menggunakan Heatsink Dengan Variasi
Dimensi dan Jenis Material’, JURUTERA - Jurnal Umum Teknik Terapan,
8(01), pp. 19–28. Available at:
https://doi.org/10.55377/jurutera.v8i01.3926.
Almunir, M. (2023) ‘Experimentation of Two Types of Thermoelectric Modules for
Converting Thermal Energy to Electricity’, Manufaktur, Energi, Metrial
Teknik, 2, pp. 1–8.
Granet, I. and Bluestein, M. (2020) ‘Gas Power Cycles’, Thermodynamics and
Heat Power, pp. 446–495. Available at: https://doi.org/10.1201/b17736-
13.
Mursadin, A. and Subagyo, R. (2016) ‘Perpindahan Panas I Hmkk 453’, Program
Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat, pp.
1–51.
Poetro, J.E. and Rahmat, M.B. (2012) ‘Konservasi Energi Pada BTS (Base
Transceiver Station) Menggunakan Sistem Pendingin Arus Searah (DC
COOLAR)’, Jurnal Teknik Mesin, (2), pp. 82–98.
Purwanto, E. and Ridhuan, K. (2014) ‘Pengaruh Jenis Refrigerant Dan Beban
Pendinginan Terhadap Kemampuan Kerja Mesin Pendingin’, Turbo :
Jurnal Program Studi Teknik Mesin, 3(1), pp. 11–16. Available at:
https://doi.org/10.24127/trb.v3i1.19.
Rafika, H., Mainil, R.I. and Aziz, A. (2017) ‘Kaji Eksperimental Pembangkit Listrik
Berbasis Thermoelectric Generator (Teg) Dengan Pendinginan
Menggunakan Udara’, Jurnal Sains dan Teknologi, 15(1), pp. 7–11.
Availableat:https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JST/article/view/3990/384.
22

LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Mesin Pendingin 2D dan 3D

Lampiran 2. Tampak Belakang


Lampiran 1. Tampak Depan

Lampiran 4. Tampak Samping Kanan


Lampiran 3. Tampak Samping Kiri
23

Lampiran 5. Posisi Pintu Menutup Lampiran 6. Posisi Pintu Terbuka

Lampiran 7. Komponen Pendingin Cooler Box


24

Lampiran 8. Desain 2D Cooler Box sederhana


25

Lampiran 2. Hasil jadi perancangan alat

Lampiran 9. Hasil Perancangan Alat Tampak Depan

Lampiran 10. Hasil Perancangan Alat Tampak Belakang


26

Lampiran 3. Hasil Screenshoot Sumbmission Artikel

Website Upload artikel : biomej.upnjatim.ac.id


27

Lampiran 4. Hasil Screenshoot Vidio Youtube + Link

Link Youtube : https://youtu.be/lA9PN-lc10s?feature=shared


28

Lampiran 5. Hasil Pengambilan Data

A. Selang waktu selama 5 menit dengan 5 kali percobaan pada


tempat berbeda – beda

Waktu Suhu

B. Selang waktu selama 10 menit dengan 5 kali percobaan pada


tempat berbeda – beda

Waktu Suhu
29

C. Selang waktu selama 15 menit dengan 5 kali percobaan pada


tempat berbeda – beda

Waktu Suhu

D. Selang waktu selama 20 menit dengan 5 kali percobaan pada


tempat berbeda – beda

Waktu Suhu
30

E. Selang waktu selama 25 menit dengan 5 kali percobaan pada


tempat berbeda – beda

Waktu Suhu

F. Selang waktu selama 30 menit dengan 5 kali percobaan pada


tempat berbeda – beda

Waktu Suhu

Anda mungkin juga menyukai