2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR KENDALI...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Proses Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES).................1
1.1.1 Tahap Penyiapan Bahan........................................................................1
1.1.2 Proses Pembuatan Metil Ester...............................................................1
1.1.3 Proses Pembuatan Gas SO3....................................................................3
1.1.4 Sulfonasi dan Digestion.........................................................................4
1.1.5 Bleaching dan Netralisasi......................................................................4
1.1.6 Pengeringan MES..................................................................................5
1.1.7 Recovery Metanol..................................................................................6
1.2 Kebutuhan Alat Penukar Panas pada Proses......................................6
BAB II DASAR PERANCANGAN
2.1 Perpindahan Panas.................................................................................7
2.2 Heat Exchanger.......................................................................................7
2.3 Mekanisme Perpindahan Panas............................................................7
2.4 Konfigurasi Aliran Fluida......................................................................8
2.4.1 Aliran searah (co-current flow).............................................................8
2.4.2 Aliran berlawanan arah (counter-current flow).....................................8
2.5 Jenis-jenih Heat Exchanger.................................................................10
2.5.1 Shell and tube Heat Exchanger...........................................................10
2.5.2 Double Pipe Heat Exchanger..............................................................11
2.6 Komponen Pemyusun Shell and tube Heat Exchanger......................12
2.7 Pengaruh Kerja Heat Exchanger........................................................14
2.8 Langkah Langkah perancangan Shell and tube Heat Exchanger....15
Laporan 4C v
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Laporan 4C vi
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Alir Proses Transesterifikasi................................................2
Gambar 1.2 Diagram Alir Proses Pembuatan SO3.................................................3
Gambar 1.3 Diagram Alir Proses Sulfonasi dan Digestion....................................4
Gambar 1.4 Diagram Alir Proses Bleaching dan Netralisasi.................................5
Gambar 1.5 Diagram Alir Proses Pemurnian Produk.............................................6
Gambar 2.1 Destilasi Kontinyu..............................................................................7
Gambar 2.2 Berbagai Macam Packing.................................................................12
Gambar 2.3 Aliran Packed Tower...........................................................................12
Gambar 2.4 Tipe Cross Flow Plate..........................................................................13
Gambar 2.5(a) Menara Sieve Tray, (b) Menara Bubble-caps Tray.....................14
Gambar 2.6 Decanter 3-Phase..............................................................................15
Laporan 4C vii
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan 4C 1
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Dalam evaporator ini, produk atas yang dihasilkan berupa aliran kaya metanol
yang selanjutnya akan dialirkan ke unit methanol recuperation untuk memisahkan
metanol dari air, agar dapat digunakan kembali sebagai umpan reaktor proses
transesterifikasi. Sedangkan produk bawah yang kaya metil ester dan gliserol akan
dialirkan ke sebuah tangki dekanter untuk memisahkan metil ester sebagai fasa
ringan dari fasa berat gliserol.
Gambar 1.1 Diagram Alir Proses Transesterifikasi (Martinez, D., dkk., 2010)
Fasa ringan yang didominasi oleh metil ester dengan kandungan pengotor
berupa sisa pelarut metanol dan katalis NaOH yang tinggi dilanjutkan ke dalam
flash separator untuk menurunkan kandungan metanol menjadi 0,3%. Metanol
yang dikeluarkan sebagai produk atas evaporator diumpankan ke dalam unit
methanol recuperation untuk dimurnikan, sehingga dapat digunakan kembali
sebagai reaktan proses transesterifikasi. Metil ester yang keluar sebagai produk
bawah evaporator kemudian dilanjutkan ke proses netralisasi dengan
menggunakan HCl untuk menghilangkan sisa-sisa katalis NaOH. Metil ester yang
telah dinetralkan kemudian di cuci menggunakan air untuk menghilangkan
pengotor sisa-sisa reaksi transesterifikasi dalam sebuah tangki pencuci.
Laporan 4C 2
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Metil ester yang telah dicuci kemudian diumpankan ke dalam sebuah flash
evaporator untuk memisahkan metil ester dari air, sehingga didapat metil ester
99,7%. Metil ester yang didapat inilah yang akan digunakan sebagai umpan dalam
pembuatan MES. Diagram alir proses pembuatan Metil Ester dari CPO ini dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.2 Diagram Alir Proses Pembuatan SO3 (Martinez, D., dkk., 2010)
SO3 yang digunakan sebagai agen sulfonasi metil ester, diperoleh dari
proses pembakaran sulfur menjadi SO2 oleh udara, dalam sulfur burner. SO2 yang
terbentuk dalam sulfur burner kemudian dioksidasi lebih lanjut untuk
menghasilkan SO3 dalam sebuah reaktor packed bed yang dibagi menjadi 4
bagian, yang memungkinkan terjadinya proses pertukaran panas. Reaktor packed
bed ini diisi dengan katalis Vanadium Pentoksida (V2O5) dan dilengkapi dengan
dua buah Heat Exchanger (HE). SO3 yang terbentuk kemudian akan diumpankan
ke dalam reaktor falling film untuk memproduksi MES dari metil ester, melalui
proses sulfonasi. Diagram alir proses pembuatan gas SO3 ini dapat dilihat pada
Gambar 2.2.
Laporan 4C 3
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Gambar 1.3 Diagram Alir Proses Sulfonasi dan Digestion (Martinez, D., dkk.,
2010)
Melalui proses digestion ini, hampir 99,8% produk intermediet dari reaktor
falling film dikonversi menjadi MES. Sisa-sisa metil ester yang belum bereaksi
pada reaktor falling film juga tersulfonasi secara sempurna melalui proses
digestion ini. Pada suhu tinggi, reaksi antar satu mol metil ester dengan dua mol
gas SO3 akan menghasilkan produk samping berupa disalt, yang akan
mempengaruhi warna produk. Diagram alir proses sulfonasi dan digestion ini
dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Laporan 4C 4
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
H 2 O+ SO3 → H 2 SO4
Gambar 1.4 Diagram Alir Proses Bleaching dan Netralisasi (Martinez, D., dkk.,
2010)
Laporan 4C 5
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Dan menurunkan kandungan air dari 2,9% menjadi 0,4% berat. Diagram alir
proses pengeringan MES ini dapat dilihat pada Gambar 1.5.
Gambar 1.5 Diagram Alir Proses Pemurnian Produk (Martinez, D., dkk., 2010)
Laporan 4C 6
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
BAB II
DASAR PERANCANGAN
Laporan 4C 7
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Gambar 2.1 Profil suhu pada aliran co-current (Syaichurrozi dkk, 2014).
Laporan 4C 8
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Gambar 2.2 Profil suhu pada aliran counter current (Syaichurrozi dkk, 2014).
Laporan 4C 10
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Gambar 2.3 Shell and Tube Heat Exchanger (Kreith dkk, 2011)
2.5.2 Double Pipe Heat Exchanger
Double Pipe Heat Exchanger ini adalah tipe yang paling sederhana, terdiri
dari dua buah pipa dengan ukuran diameter yang berbeda, pipa dengan diameter
lebih kecil diletakkan didalam pipa dengan diameter lebih besar dan kedua pipa
disusun secara konsentris (satu sumbu). Heat Exchanger jenis ini hanya dapat
digunakan untuk kapasitas yang kecil ( A < 200ft2), biasanya dibuat dalam bentuk
pipa U (sering disebut hairpin). Heat Exchanger jenis ini dapat digunakan untuk
gas liquid atau gas-gas (Winasis, 2017). Kelemahan Heat Exchanger jenis
Double Pipe ini adalah terbatasnya jumlah panas yang dapat ditransfer, namun
karena kemudahan dalam pembersihan dan konstruksinya maka penggunaannya
menjadi lebih umum.
Laporan 4C 11
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Laporan 4C 12
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Gambar 2.5Tube Layouts pada Shell and Tube Heat Exchanger (Kern, 1965).
d. Baffles
Pada umumnya tinggi segment potongan dari baffle adalah seperempat
diameter dalam shell yang disebut 25% cut segmental baffle.Baffle tersebut
berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-baffle.
Baffle digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang lebih
tinggi akan diperoleh. Adanya baffle dalam shell menyebabkan arah aliran fluida
dalam shell akan memotong kumpulan tube secara tegak lurus, sehingga
memungkinkan pengaturan arah aloran dalam shell maka dapat meningkatkan
kecepatan linearnya. Sehingga akan meningktakan harga koefisien perpindahan
panas lapisan fluida di sesi shell. Selain itu baffle juga berfungsi untuk menahan
tube bundle untuk menahan getaran pada tube untuk mengontrol serta
mengarahkan aliran fluida yang mengalir diluar tube sehingga turbulensi aliran
meningkat maka koefisien perpindahan panas akanmeningkat dan laju
perpindahan panas juga meningkat (Kern, 1965). Penempatan baffle dan
bentuknya dapat dilihat pada gambar berikut.
(a)
(b)
Gambar 2.6 Bentuk Baffle (a) Segmental baffle, (b) Disc and doughtnut baffle,
(Kern, 1965).
Laporan 4C 13
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Laporan 4C 14
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Laporan 4C 15
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Laporan 4C 16
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
ID x C ' x B
a s= ............................................(2.11)
144 x PT
Tube
N T x a' t
a t= ................................................(2.12)
144 x n
13. Menghitung Mass Velocity (G)
Shell
W
Gs = ........................................................(2.13)
as
Tube
W
Gt = .........................................................(2.14)
at
14. Menghitung Bilangan Reynold (NRe)
Shell
De x Gs
N ℜ, s= .............................................(2.15)
μ
Tube
D x Gt
N ℜ, t= ...............................................(2.16)
μ
15. Menentukan nilai heat transfer coefficient (h)
Shell : Nilai JH untuk shell didapat dari figure 28 Kern, 1965
Tube : Nilai JH untuk tube didapat dari figure 24 Kern, 1965
16. Menentukan nilai ho dan hi
Film koefisien hi dan ho adalah suatu ukuran aliran panas per unit
permukaan dan unit perbedaan temperatur yang mengindikasikan laju
perpindahan panas.
Shell
1 /3
h0 k C xμ
∅s
=J H x
De
x p
k ( ) ....................................(2.17)
Tube
Laporan 4C 17
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
1/ 3
h0 k C xμ
∅t
=J H x x p
D k ( ) ..................................(2.18)
hi 0 hi ID
= x ..........................................(2.19)
∅ t ∅t OD
t w =t c +
( )
∅s
h0 hi 0
+
∅ s ∅t
x (T c −t c )..............................(2.20)
h0
h0 = x ∅ ........................................................(2.22)
∅s s
Tube
0,14
μ
∅t= ( ) μw
.......................................................(2.23)
hio
hio = x ∅ .......................................................(2.24)
∅t t
4 x n v2
∆ Pr = x ....................................(2.29)
s 2 g'
∆ PT =∆ Pt +∆ Ps ......................................(2.30)
Laporan 4C 19
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
j. Baffle space: baffle spacing antara 25 % dari diameter shell (Kern, 1965).
k. Data design yang dipilih tergantung pada flow area yang didapat (Tabel 11
app Kern, 1965).
l. Nilai jH pada shell and tube ditentukan dari nilai bilangan reynold yang
didapat (Figure 24 Kern, 1965).
m. UD yang didapat dari hasil perhitungan harus berada pada rentang UD
asumsi dan diperbolehkan memiliki selisih ±2 dengan UD koreksi.
n. Tebakan RD diambil pada Tabel 8 app Kern, 1965. Nilai R D harus lebih
besar dari 0,003
2.9.2 Pendingin (Cooler)
a. Standar yang digunakan untuk merancang alat penukar panas ini adalah
Standard TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Agency).
b. Metode perhitungan yang digunakan untuk merancang alat penukar panas
adalah metode Kern.
c. Fluida pendingin yang digunakan adalah air.
d. Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang
terdapat di literatur (Tabel 8 app Kern, 1965).
e. Jika nilai A yang didapat besar dari 200 ft2 maka digunakan alat penukar
panas jenis shell and tube heat exchanger.
f. Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di tube dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di shell.
g. Panjang tube yang digunakan adalah 16 dan 24 ft.
h. Pada perancangan coolerumumnya ukuran tube yang digunakan ¾ inOD.
Tube pitch yang digunakan jenis triangular pitch.
i. BWG: 16
j. Baffle space: baffle spacing antara 25 % dari diameter shell (Kern, 1965).
k. Data design yang dipilih tergantung pada flow area yang didapat (Tabel 11
app Kern, 1965).
l. Nilai jH pada shell and tube ditentukan dari nilai bilangan reynold yang
didapat (Figure 24 Kern, 1965).
m. UD yang didapat dari hasil perhitungan harus berada pada rentang UD
asumsi dan diperbolehkan memiliki selisih ±2 dengan UD koreksi.
Laporan 4C 20
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
n. Tebakan RD diambil pada Tabel 8 app Kern, 1965. Nilai R D harus lebuh
besar dari 0,003
2.9.3 Heat Exchanger
a. Standar yang digunakan untuk merancang alat penukar panas ini adalah
Standard TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Agency).
b. Metode perhitungan yang digunakan untuk merancang alat penukar panas
adalah metode Kern.
c. Fluida dingin dan panas yang digunakaan berdasarkan tabel 8 tube sheet
layout.
d. Tebakan nilai koefisien perpindahan panas diambil pada rentang yang
terdapat di literatur (Tabel 8 app Kern, 1965).
e. Jika nilai A yang didapat besar dari 200 ft2 maka digunakan alat penukar
panas jenis shell and tube heat exchanger.
f. Fluida yang memiliki laju alir yang lebih besar dialirkan di tube dan yang
memiliki laju alir yang kecil dialirkan di shell.
g. Panjang tube yang digunakan adalah 16 dan 24 ft.
h. Pada perancangan heat exchanger ukuran tube yang digunakan ¾ in OD
1
dan 1 in OD. Tube pitch yang digunakan jenis triangular.
4
i. BWG: 16
j. Baffle space: baffle spacing antara 25 % dari diameter shell (Kern, 1965).
k. Data design yang dipilih tergantung pada flow area yang didapat (Tabel 11
app Kern, 1965).
l. Nilai jH pada shell and tube ditentukan dari nilai bilangan reynold yang
didapat (Figure 24 Kern, 1965).
m. UD yang didapat dari hasil perhitungan harus berada pada rentang UD
asumsi dan diperbolehkan memiliki selisih ±2 dengan UD koreksi.
n. Tebakan RD diambil pada Tabel 8 app Kern, 1965. Nilai R D harus lebih
besar dari 0,003, kecuali pada HE-103 dan HE-104 nilai R Dallowance
yang digunakan 0,001 dikarenakan fluida dingin dan panas yang
digunakan aqueous solution.
Laporan 4C 21
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
Laporan 4C 22
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Pabrik EMS (Ester Metil Sulfonate) dari CPO 25.1.2019
DAFTAR PUSTAKA
Brownell, L.E and Edwin H. Young. 1959. Process Equipment Design. John
Wiley & Sons, Inc: USA
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Processes and unit Operation 3ed. Allyn
and Bacon Inc :New Jersey.
Martinez, D., Orozco, G., dan Rincon, S. 2010. Simulation and Pre-Feasibility
Analysis of the Production Process of α-Methyl Ester Sulfonates (α-
MES), Bioresource Technology, 101:8762-8771.
Seider W.R., dkk. 2016, Product and Process Design Principles, Syntesis,
Analisys and Evaluation.4th ed. John Willey and Sons, Inc :USA
Laporan 4C 23
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh