PERENGKAHAN TERMIS
DOSEN PEMBIMBING :
Zurohaina,S.T.,M.T
DISUSUN OLEH :
Nama : TARISA
NIM : 061840411422
Kelas : 4EGB
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Perengkahan Termis”. Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah “Petroleum dan Refineri” yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini tidak lain
karena keterbatasan kami dalam mencari sumber-sumber yang dapat dijadikan
sebagai referensi dan juga keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kepada semua pihak kiranya dapat memberikan kritik dan saran demi
perbaikan penulisan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan edukasi yang baik untuk penulis dan pembaca yang
budiman.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.PENDAHULUAN.....................................................................................4
BAB III.PENUTUP............................................................................................25
3.1 Kesimpulan.............................................................................................25
3.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.1 Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam dan hasil tambang yang sifatnya tidak dapat
diperbarui merupakan Minyak Bumi (Crude Oil). Saat ini, minyak bumi dan
produknya sangat berperan dalam peradaban manusia, hampir seluruh kehidupan
manusia memerlukan adanya peran minyak bumi. Minyak mentah merupakan
campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana dan sebagian kecil
Hidrokarbon lainnya (Alkena, Alkuna, Siklo-alkana, Aromatik) dan Senyawa
Anorganik. Meskipun kompleks, terdapat cara mudah untuk memisahkan
komponen-komponennya, yakni berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya.
Proses ini disebut distilasi bertingkat. Untuk mendapatkan produk akhir sesuai
dengan yang diinginkan, maka sebagian hasil dari distilasi bertingkat perlu diolah
lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan pengotor dalam fraksi, dan
pencampuran fraksi.
iv
1 Apa itu Perengkahan Termis ?
2 Bagaimana uraian proses yang terjadi pada proses Perengkahan Termis dalam
pengolahan fraksi minyak bumi ?
(Beserta dengan Diagram Alir Prosesnya)
3 Bagaimana reaksi yang terjadi pada proses Perengkahan Termis dalam
pengolahan fraksi minyak bumi ?
4 Apa saja produk hasil proses Perengkahan Termis dan apa kegunaanya ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
v
termis pada tekanan tinggi dengan menggunakan panas pada suhu 450 – 550 oF.
Proses perengkahan termis merupakan suatu proses pemecahan molekul-molekul
hidrokarbon besar atau hidrokarbon rantai lurus dan panjang menjadi molekul-
molekul kecil yang mempunyai titik didih rendah. Proses perengkahan termis
dirancang untuk menaikkan yield gasoline yang diperoleh dari minyak, baik
secara langsung melalui produksi komponen termis gasoline yang berasal dari
minyak berat, atau secara tidak langsung melalui produksi olefin ringan yang
cocok untuk umpan polimerisasi. Proses perengkahan termis dapat
diklasifikasikan dalam keadaan fisik yaitu fasa campuran, fasa cairan dan fasa
uap, dimana mekanisme perengkahan berlansung dalam fasa tersebut.
4. Cocok untuk distilat yang mempunyai jarak didih rendah yang tak dapat
direngkah secara ekonomis melalui fasa cairan
vi
Perengkahan temis pada masa sekarang tidak lazim lagi dipakai karena
memerlukan energi yang tinggi, dimana pada awalnya proses ini dilakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan mogas (motor gasoline) dan fuel oil.
vii
.
BAB III
PEMBAHASAN
viii
fasa campuran, fasa cairan dan fasa uap, dimana mekanisme
perengkahan berlansung dalam fasa tersebut.
Reaksi perengkahan termis dapat berlangsung dalam fasa uap
atau campuran tergantung pada sifat dasar campuran minyak dan
kondisi operasinya yaitu suhu dan tekanan.
A. Sifat Kimia
Senyawa alkana ini bersifat kurang reaktif dibandingkan alkena
dan alkuna karena memiliki affinitas yang kecil sehingga sering disebut
paraffin. Namun, senyawa alkana dapat mengalami reaksi pembakaran
(oksidasi). Pada pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon
menghasilkan gas CO2 dan uap air (H2O). Senyawa alkana juga dapat
mengalami reaksi subtitusi, dimana satu atau lebih atom H dari alkana
dapat digantikan oleh atom atau gugus atom lain.
B. Sifat Fisis
Alkana merupakan seyawa kovalen yang memiliki titik didih dan titik
leleh yang relatif rendah. Adapun hubungan titik didih dengan massa
molekul relatif (Mr) senyawa alkana dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1. Data Massa Molekul Relatif, Titik Didih, dan Titik Leleh Beberapa
Senyawa Alkana
Nama Rumus Mr Titik didih Titik leleh
ix
Molekul (oC) (oC)
Metana CH4 16 -183 -162
Etana C2H6 30 -172 -88,5
Propana C3H8 44 -187 -42
n-butana C4H10 58 -138 0
Isobutana C4H10 58 -159 -12
n-pentana C5H12 72 -130 36,0
Isopentana C5H12 72 -160 28
Neopentana C5H12 72 -17 9,5
Heksana C6H14 86 -95 69
Heptana C7H16 100 -90,5 98
Oktana C8H18 114 -57 126
Nonana C9H20 128 -54 151
Dekana C10H22 142 -30 174
Undekana C11H24 156 -26 196
Dodekana C11H26 170 -10 216
Tridekana C13H28 184 -6 234,0
Tetradekana C14H30 198 5,5 252
Pentadekana C15H32 212 10,0 266
Heksadekana C16H34 226 18 280
Heptadekana C17H36 240 22 292
Oktadekana C18H38 254 28,0 308
Nonadekana C19H40 268 32,0 326
Eikosana C40H42 280 36 -
Suatu zat yang memiliki titik didih kurang dari 25 oC, pada keadaan standar
o
(25 C, 1 atm) zat tersebut berwujud (fase) gas. Zat yang memiliki titik leleh
kurang dari 25oC dan titik didihnya di atas 25oC, dalam keadaan standar zat
tersebut berwujud (fase) cair.
Perbedaan titik didih dan titik leleh dari isomer senyawa heksana (C6H14) dapat
diamati pada Tabel 2 berikut :
x
CH3
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3 3-metilpentana 63 -118
|
CH3
CH3 2,2-dimetilbutana 50 -98
|
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3
|
CH3
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3 2,3-dimetilbutana 58 -129
| |
CH3 CH3
a) Titik didih dan titik leleh alkana ditentukan oleh banyaknya atom karbon
dan struktur rantai atom karbonnya. Semakin panjang rantai karbon alkana
maka semakin tinggi titik leleh, titik didih, dan massa jenisnya.
b) Untuk jumlah atom karbon yang sama, isomer dengan rantai karbon tidak
bercabang memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan isomer dengan rantai karbon bercabang.
c) Semakin banyak cabang pada rantai karbonnya maka semakin rendah titik
didih dan titik lelehnya.
xi
dalam sistem perengkahan sampai mereka dipecah dengan cara
mendaur-ulangnya secara terus menerus atau dengan sistem operasi
batch pada tekanan tinggi.
Thermal Cracking
xii
fraksi ringan atau sulingan, bahan bakar pembakar dan / atau kokas
minyak bumi . Dua ekstrem dari perengkahan termal dalam hal
jangkauan produk diwakili oleh proses suhu tinggi yang disebut
"perengkahan uap" atau pirolisis (sekitar 750 ° C hingga 900 ° C atau
lebih tinggi) yang menghasilkan etilena berharga dan bahan baku lainnya
untuk industri petrokimia , dan kokas tertunda bersuhu lebih rendah
(sekitar 500 ° C) yang dapat menghasilkan, dalam kondisi yang
tepat, kokas jarum yang berharga, kokas minyak bumi yang sangat
kristalin yang digunakan dalam produksi elektroda untuk
industri baja dan aluminium .
Steam Cracking
xiii
yang lebih ringan, termasuk etilena, propilena, dan butadiena . Umpan
hidrokarbon yang lebih berat (kisaran penuh dan nafta berat serta produk
pengilangan lainnya) memberikan beberapa di antaranya, tetapi juga
memberikan produk yang kaya akan hidrokarbon aromatik dan
hidrokarbon yang cocok untuk dimasukkan dalam bensin atau bahan bakar
minyak . Suhu retak yang lebih tinggi (juga disebut sebagai keparahan)
mendukung produksi etena dan benzena , sedangkan keparahan yang lebih
rendah menghasilkan jumlah propena , hidrokarbon C4 dan produk cair
yang lebih tinggi. Proses ini juga menghasilkan pengendapan kokas
yang lambat, suatu bentuk karbon , pada dinding reaktor. Ini menurunkan
efisiensi reaktor, sehingga kondisi reaksi dirancang untuk meminimalkan
hal ini. Meskipun demikian, tungku perengkahan uap biasanya hanya
dapat berjalan selama beberapa bulan pada satu waktu antara de-
kokings. Decokes membutuhkan tungku untuk diisolasi dari proses dan
kemudian aliran uap atau campuran uap / udara dilewatkan melalui
gulungan tungku. Ini mengubah lapisan karbon padat menjadi karbon
monoksida dan karbon dioksida. Setelah reaksi ini selesai, tungku dapat
kembali berfungsi.
Detail proses
xiv
ke C2 pembagi. Produk etilen diambil dari bagian atas menara dan
etana yang berasal dari bagian bawah splitter didaur ulang ke tungku
untuk dipecah lagi;
11. aliran bawah dari menara de-ethanizer menuju ke
menara depropanizer. Aliran overhead dari menara depropanizer
terdiri dari semua C3 yang ada di aliran gas retak. Sebelum memberi
makan C3 ke C3 pembagi, aliran dihidrogenasi untuk
mengubah campuran metilasiletena dan propadiena ( allena ). Aliran
ini kemudian dikirim ke C 3 pembagi. Aliran overhead dari C 3 splitter
adalah produk propilena dan aliran bawah adalah propana yang
dikirim kembali ke tungku untuk retak atau digunakan sebagai bahan
bakar.
12. Aliran bawah dari menara depropanizer diumpankan ke
menara debutanizer. Aliran overhead dari debutanizer adalah
semua C4 yang ada di aliran gas retak. Aliran bawah dari debutanizer
(bensin pirolisis ringan) terdiri dari segala sesuatu dalam aliran gas
retak yaitu C5 atau lebih berat.
Thermal Cracking
xv
tepat, kokas jarum yang berharga, kokas minyak bumi yang sangat
kristalin yang digunakan dalam produksi elektroda untuk
industri baja dan aluminium .
Steam Cracking
xvi
rendah menghasilkan jumlah propena , hidrokarbon C4 dan produk cair
yang lebih tinggi. Proses ini juga menghasilkan pengendapan kokas
yang lambat, suatu bentuk karbon , pada dinding reaktor. Ini menurunkan
efisiensi reaktor, sehingga kondisi reaksi dirancang untuk meminimalkan
hal ini. Meskipun demikian, tungku perengkahan uap biasanya hanya
dapat berjalan selama beberapa bulan pada satu waktu antara de-
kokings. Decokes membutuhkan tungku untuk diisolasi dari proses dan
kemudian aliran uap atau campuran uap / udara dilewatkan melalui
gulungan tungku. Ini mengubah lapisan karbon padat menjadi karbon
monoksida dan karbon dioksida. Setelah reaksi ini selesai, tungku dapat
kembali berfungsi.
Detail proses
xvii
ini kemudian dikirim ke C 3 pembagi. Aliran overhead dari C 3 splitter
adalah produk propilena dan aliran bawah adalah propana yang
dikirim kembali ke tungku untuk retak atau digunakan sebagai bahan
bakar.
12. Aliran bawah dari menara depropanizer diumpankan ke
menara debutanizer. Aliran overhead dari debutanizer adalah
semua C4 yang ada di aliran gas retak. Aliran bawah dari debutanizer
(bensin pirolisis ringan) terdiri dari segala sesuatu dalam aliran gas
retak yaitu C5 atau lebih berat.
Perengkahan kukus memiliki arti penting khusus sebagai proses utama yang
dirancang khusus untuk produksi olefin ringan. Proses ini akan didiskusikan
terpisah nanti dalam bab ini.
Proses-proses Coking
Produk dari proses coking sangat beragam tergantung jenis umpan dan
kondisi operasi. Produk proses ini adalah gas-gas hidrokarbon, nafta
xviii
terengkahkan, distilat- tengah, dan kokas. Produk gas dan cairannya ditandai
dengan tingginya persentasi senyawa tak-jenuh. Hidrotreating biasanya
diperlukan untuk menjenuhkan senyawa olefinik dan menghilangkan sulfur dari
produk unit coking.
RCH2Ċ H2 Ṙ + CH2CH2
Pemotongan ikatan b lebih lanjut dari radikal bebas baru Ṙ dapat terus
berlanjut untuk memroduksi etilena hingga radikal bebas itu berakhir.
Radikal bebas mungkin juga bereaksi dengan suatu molekul hidrokarbon
dari umpan dengan mengambil satu atom hidrogen. Pada kasus ini, radikal
yang diserang ini menjadi berakhir, dan satu radikal bebas baru terbentuk.
Pengambilan satu atom hidrogen ini dapat terjadi pada sembarang posisi
sepanjang rantai molekul. Namun, laju pengambilan hidrogen akan lebih cepat
bila terjadi pada posisi tersier daripada posisi sekunder, yang lebih cepat dari
posisi primer.
Radikal bebas sekunder ini dapat merengkah pada kedua sisi dari karbon
yang membawa elektron tak-berpasangan ini sesuai dengan hukum
pemotongan beta, sehingga olefin akhir akan dihasilkan.
Coking Delayed
Pada coking delayed, sistem reaktornya terdiri dari satu pemanas dengan
waktu-kontak singkat berpasangan dengan satu drum besar yang “merendam”
xix
umpan yang telah dipanaskan-awal ini pada suatu basis batch. Kokas perlahan
terbentuk di drum ini. Suatu unit coking delayed memiliki paling tidak sepasang
drum. Bila kokas mencapai tingkat yang telah ditentukan dalam satu drum, aliran
dipindahkan ke drum yang satunya sehingga prosesnya sinambung.
Kondisi operasi untuk coking delayed adalah 1,7-2,0 atm pada 480-
o
500 C, dengan rasio daur ulang sekitar 0,25 dari umpan equivalen. Hasil
cairannya dapat ditingkatkan dengan pengoperasian pada tekanan lebih rendah.
Coking pada 1 atm dengan daur ulang sangat rendah akan menghasilkan solar
sekitar 10% lebih banyak.6 Operasi pada temperatur terlalu rendah akan
menghasilkan kokas yang lunak. Pada sisi lain, operasi pada temperatur lebih
tinggi akan menghasilkan kokas dan gas lebih banyak tetapi sedikit produk cair.
Mochida dkk. menelaah sifat kimiawi dan beberapa pilihan berbeda untuk
produksi kokas delayed.7 Sifat kimiawi sistem pirolisalah yang menentukan
sifat-sifat dari struktur kokas semi dan akhir. Faktor yang menentukan reaksi
adalah ukuran drum, laju pemanasan, waktu perendaman, tekanan, dan
temperatur reaksi akhir. Namun, jika semuanya sama (temperatur, tekanan,
waktu perendaman, dsb.), mutu kokas yang dihasilkan dari coking delayed
terutama akan merupakan fungsi dari mutu umpannya. Gambar 3-3
memperlihatkan salah satu unit coking delayed.
xx
Gas bhn bakar C3/C4
tek. rndh
Nafta coker
Kukus
Solar ringan
Kukus
Solar berat
Umpan
segar
Kukus
xxi
Kondisi Operasi:
Temperatur keluar pemanas, oC 482-510
Tekanan drum kokas, atm g 1-6
Rasio daur ulang, vol/vol umpan, % 10-100
Hasil:
Residu Residu vakum
vak. dari produk Tar
Timur bawah batubara
Bahan Baku Tengah hidrotreating lapangan
Graviti, oAPI 7,4 1,3 -11,0
Sulfur, %-brt 4,2 2,3 0,5
Karbon Conradson, %-brt 20,0 27,6 -
Produk, %-brt
Gas + LPG 7,9 9,0 3,9
Nafta 12,6 11,1 -
Solar 50,8 44,0 31,0
Kokas 28,7 35,9 65,1
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
xxii
menjadi molekul-molekul kecil yang mempunyai titik didih
rendah.Alkilasi termis merupakan penambahan suatu gugus alkil ke dalam
suatu molekul dengan bantuan peningkatan suhu dan tekanan
2 Bahan baku proses perengkahan termis ialah alkana berantai panjang
seperti heptadekana.
3 Produk utama alkilasi termis yaitu nafta, gas, LPG, gasoline, dan kokas
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.CrackingKimia.https://en.m.wikipedia.org/wiki/Cracking_(che
mistry) (Diakses tanggal 2 April 2020)
Hryyyy.2014.ProsesPerengkahan.https://en.m.wikipedia.org/wiki/Crackin
g_(chemistry. (Diakses 2 April 2020)
xxiii
Agustinchem.2018. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Senyawa Alkana
http://agustinchem.blogspot.com/2018/08/sifat-fisik-dan-sifat-kimia-
senyawa.html?(Diakses 31 Maret 2020)
xxiv