Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PETROLEUM DAN REFINERI

PERENGKAHAN TERMIS

DOSEN PEMBIMBING :

Zurohaina,S.T.,M.T

DISUSUN OLEH :

Nama : TARISA

NIM : 061840411422

Kelas : 4EGB

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PRODI TEKNIK ENERGI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Perengkahan Termis”. Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah “Petroleum dan Refineri” yang telah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan kelemahan. Hal ini tidak lain
karena keterbatasan kami dalam mencari sumber-sumber yang dapat dijadikan
sebagai referensi dan juga keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kepada semua pihak kiranya dapat memberikan kritik dan saran demi
perbaikan penulisan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan edukasi yang baik untuk penulis dan pembaca yang
budiman.

Palembang, 2 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.PENDAHULUAN.....................................................................................4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................5

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6

2.1 Pengertian Perengkahan Termis................................................................6


BAB III. PEMBAHASAN....................................................................................9

3.1 Perengkahan Termis..................................................................................9


3.2 Sifat-Sifat Bahan Baku Proses Perengkahan Termis.................................9
3.3 Uraian Proses dan Kondisi Operasi Perengkahan Termis.........................12
3.4 Diagram Alir Perengkahan Termis............................................................22
3.5 Produk Proses Perengkahan Termis.........................................................24
3.6 Kegunaan Produk Hasil Perengkahan Termis...........................................24

BAB III.PENUTUP............................................................................................25

3.1 Kesimpulan.............................................................................................25
3.2 Saran........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26

BAB I

PENDAHULUAN

iii
1.1 Latar Belakang

Salah satu sumber daya alam dan hasil tambang yang sifatnya tidak dapat
diperbarui merupakan Minyak Bumi (Crude Oil). Saat ini, minyak bumi dan
produknya sangat berperan dalam peradaban manusia, hampir seluruh kehidupan
manusia memerlukan adanya peran minyak bumi. Minyak mentah merupakan
campuran yang kompleks dengan komponen utama alkana dan sebagian kecil
Hidrokarbon lainnya (Alkena, Alkuna, Siklo-alkana, Aromatik) dan Senyawa
Anorganik. Meskipun kompleks, terdapat cara mudah untuk memisahkan
komponen-komponennya, yakni berdasarkan perbedaan nilai titik didihnya.
Proses ini disebut distilasi bertingkat. Untuk mendapatkan produk akhir sesuai
dengan yang diinginkan, maka sebagian hasil dari distilasi bertingkat perlu diolah
lebih lanjut melalui proses konversi, pemisahan pengotor dalam fraksi, dan
pencampuran fraksi.

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki


kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan
pengolahan lebih lanjut terhadap fraksi-fraksi tersebut yang meliputi proses
Cracking, Reforming, Polimerisasi, Treating, dan Blending.

Proses perengkahan thermal (thermal Cracking) adalah suatu proses


pemecahan rantai hydrocarbon dari senyawa rantai panjang menjadi hydrocarbon
dengan rantai yang lebih kecil melalui bantuan panas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni :

iv
1 Apa itu Perengkahan Termis ?
2 Bagaimana uraian proses yang terjadi pada proses Perengkahan Termis dalam
pengolahan fraksi minyak bumi ?
(Beserta dengan Diagram Alir Prosesnya)
3 Bagaimana reaksi yang terjadi pada proses Perengkahan Termis dalam
pengolahan fraksi minyak bumi ?
4 Apa saja produk hasil proses Perengkahan Termis dan apa kegunaanya ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai, sebagai berikut :
1 Dapat menjelaskan dan memahami mengenai Perengkahan Termis
2 Dapat menjelaskan uraian proses dan diagram alir proses Perengkahan
termis.
3 Dapat mengetahui reaksi yang terjadi pada proses Perengkahan Termis dalam
pengolahan fraksi minyak bumi.
4 Dapat mengetahui hasil produk dan kegunaannya dari proses Perengkahan
Termis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perengkahan Termis

Perengkahan termis adalah salah satu proses perengkahan sekunder pada


salah satu kilang minyak bumi dimana fraksi berat minyak didekomposisi secara

v
termis pada tekanan tinggi dengan menggunakan panas pada suhu 450 – 550 oF.
Proses perengkahan termis merupakan suatu proses pemecahan molekul-molekul
hidrokarbon besar atau hidrokarbon rantai lurus dan panjang menjadi molekul-
molekul kecil yang mempunyai titik didih rendah. Proses perengkahan termis
dirancang untuk menaikkan yield gasoline yang diperoleh dari minyak, baik
secara langsung melalui produksi komponen termis gasoline yang berasal dari
minyak berat, atau secara tidak langsung melalui produksi olefin ringan yang
cocok untuk umpan polimerisasi. Proses perengkahan termis dapat
diklasifikasikan dalam keadaan fisik yaitu fasa campuran, fasa cairan dan fasa
uap, dimana mekanisme perengkahan berlansung dalam fasa tersebut.

Reaksi perengkahan termis dapat berlangsung dalam fasa uap atau


campuran tergantung pada sifat dasar campuran minyak dan kondisi operasinya
yaitu suhu dan tekanan.

Keuntungan proses perengkahan dengan fasa uap adalah :

1. Minyak motor mempunyai kualitas anti ketukan tinggi karena banyak


mengandung olefin

2. Ongkos instalasi relatif lebih murah

3. Dapat mengurangi tekanan sehingga menjamin keselamatan

4. Cocok untuk distilat yang mempunyai jarak didih rendah yang tak dapat
direngkah secara ekonomis melalui fasa cairan

Keuntungan proses perengkahan dalam fasa cairan adalah :

1. Produksi gas lebih sedikit

2. Pengolahan lanjutan produk gasolin lebih mudah karena banyak mengandung


paraffin.

3. Pemakaian bahan bakar relatif lebih rendah.

vi
Perengkahan temis pada masa sekarang tidak lazim lagi dipakai karena
memerlukan energi yang tinggi, dimana pada awalnya proses ini dilakukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan mogas (motor gasoline) dan fuel oil.

Di antara beberapa varian metode perengkahan termal (berbagai dikenal


sebagai " proses retak Shukhov ", " proses peretakan Burton ", " proses
perengkahan Burton-Humphreys", dan "proses peretakan dubb") Vladimir
Shukhov , seorang insinyur Rusia, menciptakan dan mematenkan pertama pada
1891 (Kekaisaran Rusia, paten no. 12926, 7 November 1891).  Satu instalasi
digunakan secara terbatas di Rusia, tetapi pengembangannya tidak
ditindaklanjuti. Pada dekade pertama abad ke-20, insinyur Amerika William
Merriam Burton dan Robert E. Humphreys secara independen mengembangkan
dan mematenkan proses serupa dengan paten AS 1.049.667 pada 8 Juni 1908. Di
antara kelebihannya adalah kenyataan bahwa baik kondensor maupun boiler
adalah terus ditekan. 

Dalam versi-versi sebelumnya, ini merupakan proses batch, bukan


berkelanjutan, dan banyak paten harus diikuti di AS dan Eropa, meskipun tidak
semua praktis.  Pada tahun 1924, delegasi dari American Sinclair Oil
Corporation mengunjungi Shukhov. Sinclair Oil tampaknya ingin menyarankan
bahwa paten Burton dan Humphrey, yang digunakan oleh Standard Oil, berasal
dari paten Shukhov untuk pemecahan minyak, seperti yang dijelaskan dalam paten
Rusia. Jika itu bisa ditetapkan, itu bisa memperkuat tangan perusahaan-
perusahaan Amerika saingan yang ingin membatalkan paten Burton-
Humphreys. Dalam hal Shukhov memuaskan orang Amerika bahwa pada
prinsipnya metode Burton sangat mirip dengan paten 1891-nya, meskipun
minatnya sendiri dalam masalah ini terutama untuk menetapkan bahwa "industri
minyak Rusia dapat dengan mudah membangun peralatan retak sesuai dengan
sistem yang dijelaskan tanpa dituduh oleh Amerika meminjam secara gratis ".

Pada waktu itu, hanya beberapa tahun setelah Revolusi Rusia dan Perang


Saudara Rusia yang brutal, Uni Soviet sangat ingin mengembangkan industri dan
mendapatkan devisa, sehingga industri minyak mereka akhirnya memperoleh
banyak teknologi mereka dari perusahaan asing, terutama Amerika.  Pada sekitar
waktu itu, perengkahan katalitik fluida sedang dieksplorasi dan dikembangkan
dan segera menggantikan sebagian besar proses perengkahan termal murni dalam
industri pengolahan bahan bakar fosil. Penggantian tidak lengkap; banyak jenis
retak, termasuk retak termal murni, masih digunakan, tergantung pada sifat bahan
baku dan produk yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan
pasar. Perengkahan termal tetap penting, misalnya dalam menghasilkan nafta,
minyak gas, dan kokas, dan bentuk perengkahan termal yang lebih canggih telah
dikembangkan untuk berbagai keperluan. Ini termasuk visbreaking , steam
cracking , dan coking . 

vii
.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perengkahan Termis


Perengkahan termis adalah salah satu proses perengkahan
sekunder pada salah satu kilang minyak bumi dimana fraksi berat
minyak didekomposisi secara termis pada tekanan tinggi dengan
menggunakan panas pada suhu 450 – 550 oF. Proses perengkahan termis
merupakan suatu proses pemecahan molekul-molekul hidrokarbon besar
atau hidrokarbon rantai lurus dan panjang menjadi molekul-molekul
kecil yang mempunyai titik didih rendah. Proses perengkahan termis
dirancang untuk menaikkan yield gasoline yang diperoleh dari minyak,
baik secara langsung melalui produksi komponen termis gasoline yang
berasal dari minyak berat, atau secara tidak langsung melalui produksi
olefin ringan yang cocok untuk umpan polimerisasi. Proses
perengkahan termis dapat diklasifikasikan dalam keadaan fisik yaitu

viii
fasa campuran, fasa cairan dan fasa uap, dimana mekanisme
perengkahan berlansung dalam fasa tersebut.
Reaksi perengkahan termis dapat berlangsung dalam fasa uap
atau campuran tergantung pada sifat dasar campuran minyak dan
kondisi operasinya yaitu suhu dan tekanan.

3.2 Sifat- Sifat Bahan Baku Proses Perengkahan Termis


Bahan baku pada proses alkilasi termis yaitu : Heptana, Tetradekana, dan
Hexadekena

A.      Sifat Kimia
Senyawa alkana ini bersifat kurang reaktif dibandingkan alkena
dan alkuna karena memiliki affinitas yang kecil sehingga sering disebut
paraffin. Namun, senyawa alkana dapat mengalami reaksi pembakaran
(oksidasi). Pada pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon
menghasilkan gas CO2 dan uap air (H2O). Senyawa alkana juga dapat
mengalami reaksi subtitusi, dimana satu atau lebih atom H dari alkana
dapat digantikan oleh atom atau gugus atom lain.

Selain itu, alkana juga dapat mengalami proses cracking yaitu


pemanasan alkana pada suhu dan tekanan yang tinggi tanpa oksigen
sehingga terjadi pemutusan rantai atau pembentukan senyawa-senyawa
yang tak jenuh.
Cracking adalah suatu metode untuk mengubah senyawa-senyawa
bermolekul besar seperti dekana menjadi senyawa-senyawa yang
bermolekul lebih kecil yang lebih berguna sebagai bahan bakar atau dalam
industri kimia.
Contoh : 
  

B.      Sifat Fisis
Alkana merupakan  seyawa kovalen yang memiliki titik didih dan titik
leleh yang relatif rendah. Adapun hubungan titik didih dengan massa
molekul relatif (Mr) senyawa alkana dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini.

Tabel 1. Data Massa Molekul Relatif, Titik Didih, dan Titik Leleh Beberapa
Senyawa Alkana
Nama Rumus Mr Titik didih Titik leleh

ix
Molekul (oC) (oC)
Metana CH4 16 -183 -162
Etana C2H6 30 -172 -88,5
Propana C3H8 44 -187 -42
n-butana C4H10 58 -138 0
Isobutana C4H10 58 -159 -12
n-pentana C5H12 72 -130 36,0
Isopentana C5H12 72 -160 28
Neopentana C5H12 72 -17 9,5
Heksana C6H14 86 -95 69
Heptana C7H16 100 -90,5 98
Oktana C8H18 114 -57 126
Nonana C9H20 128 -54 151
Dekana C10H22 142 -30 174
Undekana C11H24 156 -26 196
Dodekana C11H26 170 -10 216
Tridekana C13H28 184 -6 234,0
Tetradekana C14H30 198 5,5 252
Pentadekana C15H32 212 10,0 266
Heksadekana C16H34 226 18 280
Heptadekana C17H36 240 22 292
Oktadekana C18H38 254 28,0 308
Nonadekana C19H40 268 32,0 326
Eikosana C40H42 280 36 -

Suatu zat yang memiliki titik didih kurang dari 25 oC, pada keadaan standar
o
(25 C, 1 atm) zat tersebut berwujud (fase) gas. Zat yang memiliki titik leleh
kurang dari 25oC dan titik didihnya di atas 25oC, dalam keadaan standar zat
tersebut berwujud (fase) cair.

Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa senyawa alkana :


a)      Dari CH4 sampai C4H10 berwujud gas.
b)     Dari C5H12 sampai C17H36 berwujud cair.
c)      Dari C18H38 ke atas berwujud padat.

Perbedaan titik didih dan titik leleh dari isomer senyawa heksana (C6H14) dapat
diamati pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Titik Didih dan Titik Leleh Isomer Heksana (C6H14)


Stuktur Nama Titik didih Titik leleh
(oC) (oC)
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ n-heksana 69 -95
CH3
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3 2-metilpentana 60 -154
             |

x
            CH3
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3 3-metilpentana 63 -118
                        |
                        CH3
            CH3 2,2-dimetilbutana 50 -98
             |
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3
             |
            CH3
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH3 2,3-dimetilbutana 58 -129
             |          |
            CH3    CH3

Tabel 1 dan 2 di atas menjelaskan bahwa :

a) Titik didih dan titik leleh alkana ditentukan oleh banyaknya atom karbon
dan struktur rantai atom karbonnya. Semakin panjang rantai karbon alkana
maka semakin tinggi titik leleh, titik didih, dan massa jenisnya.

b) Untuk jumlah atom karbon yang sama, isomer dengan rantai karbon tidak
bercabang memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan isomer dengan rantai karbon bercabang.

c) Semakin banyak cabang pada rantai karbonnya maka semakin rendah titik
didih dan titik lelehnya.

3.3 Uraian Proses Perengkahan Termis

Perengkahan adalah suatu fenomena dimana minyak dengan


molekul besar dipecah menjadi molekul-molekul kecil yang mempunyai
titik didih rendah. Pada waktu yang bersamaan beberapa dari molekul-
molekul tersebut yang bersifat reaktif bergabung satu sama lain
membentuk molekul yang jauh lebih besar dari molekul asalnya.
Molekul-molekul yang lebih stabil keluar dari sistem sebagai bensin
rengkahan, dan reaktif berpolimerisasi membentuk minyak bakar
rengkahan (cracked fuel oil) dan juga kokas. Meskipun gasoline adalah
produk akhir yang utama dari unit rengkahan, namun diproduksi juga
minyak-minyak yang mempunyai jarak didih antara minyak bakar dan
gasoline yang disebut Recycle Stock. Recycle stock ini dapat ditahan

xi
dalam sistem perengkahan sampai mereka dipecah dengan cara
mendaur-ulangnya secara terus menerus atau dengan sistem operasi
batch pada tekanan tinggi.

Apabila tekanan operasi relatif rendah dimana uap murni dihasilkan


pada suhu perengkahannya maka proses digolongkan sebagai proses
fasa uap. Proses fasa uap tidak akan berhasil kecuali kalau sudah
terbentuk uap yang bebas dari cairannya, sebab kokas banyak
menempel/menumpuk dalam pipa (tube heater). Fasa campuran dapat
berlangsung pada tekanan tinggi dan suhu perengkahan yang rendah.

Secara umum ada 2 tipe reaksi yang terjadi yaitu

1. Reaksi primer, dimana terjadi peruraian molekul besar menjadi


molekul kecil

2. Reaksi sekunder, dimana produk-produk reaktif berpolimerisasi


membentuk senyawa-senyawa dengan molekul yang perlahan-lahan
membesar. Selanjutnya pada waktu yang bersamaan hasil polimerisasi
tersebut terurai lagi menjadi molekul-molekul kecil.

3. Pemakaian bahan bakar relatif lebih rendah

Perengkahan temis pada masa sekarang tidak lazim lagi


dipakai karena memerlukan energi yang tinggi, dimana pada awalnya
proses ini dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan mogas
(motor gasoline) dan fuel oil.

Thermal Cracking

Peretakan panas bertekanan tinggi modern beroperasi pada


tekanan absolut sekitar 7.000 kPa. Proses keseluruhan disproporsionasi
dapat diamati, di mana "ringan", produk yang kaya hidrogen terbentuk
dengan mengorbankan molekul yang lebih berat yang mengembun dan
kehabisan hidrogen. Reaksi aktual dikenal sebagai fisi homolitik dan
menghasilkan alkena , yang merupakan dasar untuk produksi polimer
yang penting secara ekonomi.  Perengkahan termal saat ini digunakan
untuk "meningkatkan" fraksi yang sangat berat atau untuk menghasilkan

xii
fraksi ringan atau sulingan, bahan bakar pembakar dan / atau kokas
minyak bumi . Dua ekstrem dari perengkahan termal dalam hal
jangkauan produk diwakili oleh proses suhu tinggi yang disebut
"perengkahan uap" atau pirolisis (sekitar 750 ° C hingga 900 ° C atau
lebih tinggi) yang menghasilkan etilena berharga dan bahan baku lainnya
untuk industri petrokimia , dan kokas tertunda bersuhu lebih rendah
(sekitar 500 ° C) yang dapat menghasilkan, dalam kondisi yang
tepat, kokas jarum yang berharga, kokas minyak bumi yang sangat
kristalin yang digunakan dalam produksi elektroda untuk
industri baja dan aluminium .

William Merriam Burton mengembangkan salah satu proses


perengkahan termal paling awal pada tahun 1912 yang beroperasi pada
700-750 ° F (370-400 ° C) dan tekanan absolut 90 psi (620 kPa) dan
dikenal sebagai proses Burton . Tak lama kemudian, pada tahun 1921, CP
Dubbs , seorang karyawan dari Universal Oil Products Company,
mengembangkan proses perengkahan termal yang agak lebih maju yang
beroperasi pada 750–860 ° F (400–460 ° C) dan dikenal sebagai proses
Dubbs . Proses Dubbs digunakan secara luas oleh banyak kilang hingga
awal 1940-an ketika perengkahan katalitik mulai digunakan. 

Steam Cracking

Steam cracking adalah proses petrokimia di


mana hidrokarbon jenuh dipecah menjadi hidrokarbon yang lebih kecil,
seringkali tidak jenuh. Ini adalah metode industri utama untuk
memproduksi alkena yang lebih ringan (atau biasanya olefin ),
termasuk etena (atau etilena ) dan propena (atau propilena ). Unit pemecah
uap adalah fasilitas di mana bahan baku seperti nafta, gas minyak cair
(LPG), etana , propana atau butana dipecah secara termal melalui
penggunaan uap di bank tungku pirolisis untuk menghasilkan hidrokarbon
yang lebih ringan.

Dalam perengkahan dengan uap, umpan hidrokarbon berbentuk gas


atau cair seperti nafta , LPG atau etana diencerkan dengan uap dan
dipanaskan sebentar dalam tungku tanpa adanya oksigen. Biasanya, suhu
reaksi sangat tinggi, sekitar 850 ° C, tetapi reaksi hanya diperbolehkan
berlangsung sangat singkat. Dalam tungku retak modern, waktu tinggal
direduksi menjadi milidetik untuk meningkatkan hasil, menghasilkan
kecepatan gas hingga kecepatan suara . Setelah suhu perengkahan tercapai,
gas dengan cepat padam untuk menghentikan reaksi dalam penukar
panas jalur transfer atau di dalam header pendinginan menggunakan
minyak pendingin.

Produk yang dihasilkan dalam reaksi tergantung pada komposisi


umpan, rasio hidrokarbon-terhadap-uap, dan pada suhu retak dan waktu
tinggal tungku. Umpan hidrokarbon ringan seperti etana , LPG
atau naphtha ringan memberikan aliran produk yang kaya akan alkena

xiii
yang lebih ringan, termasuk etilena, propilena, dan butadiena . Umpan
hidrokarbon yang lebih berat (kisaran penuh dan nafta berat serta produk
pengilangan lainnya) memberikan beberapa di antaranya, tetapi juga
memberikan produk yang kaya akan hidrokarbon aromatik dan
hidrokarbon yang cocok untuk dimasukkan dalam bensin atau bahan bakar
minyak .  Suhu retak yang lebih tinggi (juga disebut sebagai keparahan)
mendukung produksi etena dan benzena , sedangkan keparahan yang lebih
rendah menghasilkan jumlah propena , hidrokarbon C4 dan produk cair
yang lebih tinggi. Proses ini juga menghasilkan pengendapan kokas
yang lambat, suatu bentuk karbon , pada dinding reaktor. Ini menurunkan
efisiensi reaktor, sehingga kondisi reaksi dirancang untuk meminimalkan
hal ini. Meskipun demikian, tungku perengkahan uap biasanya hanya
dapat berjalan selama beberapa bulan pada satu waktu antara de-
kokings. Decokes membutuhkan tungku untuk diisolasi dari proses dan
kemudian aliran uap atau campuran uap / udara dilewatkan melalui
gulungan tungku. Ini mengubah lapisan karbon padat menjadi karbon
monoksida dan karbon dioksida. Setelah reaksi ini selesai, tungku dapat
kembali berfungsi. 

Detail proses

Area pabrik etilen adalah:

1. tungku retak uap:


2. pemulihan panas primer dan sekunder dengan
pendinginan;
3. sistem daur ulang uap pengenceran antara tungku dan
sistem pendinginan;
4. kompresi utama dari gas yang retak (3 tahap kompresi);
5. penghilangan hidrogen sulfida dan karbon dioksida
(penghilangan gas asam);
6. kompresi sekunder (1 atau 2 tahap);
7. pengeringan gas yang pecah;
8. pengobatan cryogenic;
9. semua aliran gas dingin yang retak pergi ke menara
demethanizer. Aliran overhead dari menara demethanizer terdiri dari
semua hidrogen dan metana yang ada dalam aliran gas yang
retak. Secara cryogenik (−250 ° F (−157 ° C)) memperlakukan aliran
overhead ini memisahkan hidrogen dari metana. Pemulihan metana
sangat penting untuk operasi ekonomis pabrik etilen.
10. aliran bawah dari menara demethanizer menuju ke
menara deethanizer. Aliran overhead dari menara deethanizer terdiri
dari semua C2 yang ada di aliran gas retak. C2 stream mengandung
asetilena, yang meledak di atas 200 kPa (29 psi). [8] Jika tekanan
parsial asetilena diperkirakan melebihi nilai-nilai ini, C2 aliran
sebagian terhidrogenasi. C2 kemudian lanjutkan

xiv
ke C2 pembagi. Produk etilen diambil dari bagian atas menara dan
etana yang berasal dari bagian bawah splitter didaur ulang ke tungku
untuk dipecah lagi;
11. aliran bawah dari menara de-ethanizer menuju ke
menara depropanizer. Aliran overhead dari menara depropanizer
terdiri dari semua C3 yang ada di aliran gas retak. Sebelum memberi
makan C3 ke C3 pembagi, aliran dihidrogenasi untuk
mengubah campuran metilasiletena dan propadiena ( allena ). Aliran
ini kemudian dikirim ke C  3 pembagi. Aliran overhead dari C 3 splitter
adalah produk propilena dan aliran bawah adalah propana yang
dikirim kembali ke tungku untuk retak atau digunakan sebagai bahan
bakar.
12. Aliran bawah dari menara depropanizer diumpankan ke
menara debutanizer. Aliran overhead dari debutanizer adalah
semua C4 yang ada di aliran gas retak. Aliran bawah dari debutanizer
(bensin pirolisis ringan) terdiri dari segala sesuatu dalam aliran gas
retak yaitu C5 atau lebih berat. 

Karena produksi etilen padat energi, banyak upaya telah dilakukan


untuk memulihkan panas dari gas yang meninggalkan tungku. Sebagian
besar energi yang diperoleh dari gas yang pecah digunakan untuk
membuat uap bertekanan tinggi (1200 psig). Steam ini pada gilirannya
digunakan untuk menggerakkan turbin untuk mengompresi gas yang
pecah, kompresor pendingin propilena, dan kompresor pendingin
etilena. Pabrik etilena, sekali berjalan, tidak perlu mengimpor uap untuk
menggerakkan turbin uapnya. Pabrik etilen skala dunia yang khas (sekitar
1,5 miliar pon etilena per tahun) menggunakan kompresor gas retak
45.000 tenaga kuda (34.000 kW), kompresor propilena 30.000 hp (22.000
kW), dan kompresor etilen 15.000 hp (11.000 kW).

Thermal Cracking

Peretakan panas bertekanan tinggi modern beroperasi pada


tekanan absolut sekitar 7.000 kPa. Proses keseluruhan disproporsionasi
dapat diamati, di mana "ringan", produk yang kaya hidrogen terbentuk
dengan mengorbankan molekul yang lebih berat yang mengembun dan
kehabisan hidrogen. Reaksi aktual dikenal sebagai fisi homolitik dan
menghasilkan alkena , yang merupakan dasar untuk produksi polimer
yang penting secara ekonomi.  Perengkahan termal saat ini digunakan
untuk "meningkatkan" fraksi yang sangat berat atau untuk menghasilkan
fraksi ringan atau sulingan, bahan bakar pembakar dan / atau kokas
minyak bumi . Dua ekstrem dari perengkahan termal dalam hal
jangkauan produk diwakili oleh proses suhu tinggi yang disebut
"perengkahan uap" atau pirolisis (sekitar 750 ° C hingga 900 ° C atau
lebih tinggi) yang menghasilkan etilena berharga dan bahan baku lainnya
untuk industri petrokimia , dan kokas tertunda bersuhu lebih rendah
(sekitar 500 ° C) yang dapat menghasilkan, dalam kondisi yang

xv
tepat, kokas jarum yang berharga, kokas minyak bumi yang sangat
kristalin yang digunakan dalam produksi elektroda untuk
industri baja dan aluminium .

William Merriam Burton mengembangkan salah satu proses


perengkahan termal paling awal pada tahun 1912 yang beroperasi pada
700-750 ° F (370-400 ° C) dan tekanan absolut 90 psi (620 kPa) dan
dikenal sebagai proses Burton . Tak lama kemudian, pada tahun 1921, CP
Dubbs , seorang karyawan dari Universal Oil Products Company,
mengembangkan proses perengkahan termal yang agak lebih maju yang
beroperasi pada 750–860 ° F (400–460 ° C) dan dikenal sebagai proses
Dubbs . Proses Dubbs digunakan secara luas oleh banyak kilang hingga
awal 1940-an ketika perengkahan katalitik mulai digunakan. 

Steam Cracking

Steam cracking adalah proses petrokimia di


mana hidrokarbon jenuh dipecah menjadi hidrokarbon yang lebih kecil,
seringkali tidak jenuh. Ini adalah metode industri utama untuk
memproduksi alkena yang lebih ringan (atau biasanya olefin ),
termasuk etena (atau etilena ) dan propena (atau propilena ). Unit pemecah
uap adalah fasilitas di mana bahan baku seperti nafta, gas minyak cair
(LPG), etana , propana atau butana dipecah secara termal melalui
penggunaan uap di bank tungku pirolisis untuk menghasilkan hidrokarbon
yang lebih ringan.

Dalam perengkahan dengan uap, umpan hidrokarbon berbentuk gas


atau cair seperti nafta , LPG atau etana diencerkan dengan uap dan
dipanaskan sebentar dalam tungku tanpa adanya oksigen. Biasanya, suhu
reaksi sangat tinggi, sekitar 850 ° C, tetapi reaksi hanya diperbolehkan
berlangsung sangat singkat. Dalam tungku retak modern, waktu tinggal
direduksi menjadi milidetik untuk meningkatkan hasil, menghasilkan
kecepatan gas hingga kecepatan suara . Setelah suhu perengkahan tercapai,
gas dengan cepat padam untuk menghentikan reaksi dalam penukar
panas jalur transfer atau di dalam header pendinginan menggunakan
minyak pendingin.

Produk yang dihasilkan dalam reaksi tergantung pada komposisi


umpan, rasio hidrokarbon-terhadap-uap, dan pada suhu retak dan waktu
tinggal tungku. Umpan hidrokarbon ringan seperti etana , LPG
atau naphtha ringan memberikan aliran produk yang kaya akan alkena
yang lebih ringan, termasuk etilena, propilena, dan butadiena . Umpan
hidrokarbon yang lebih berat (kisaran penuh dan nafta berat serta produk
pengilangan lainnya) memberikan beberapa di antaranya, tetapi juga
memberikan produk yang kaya akan hidrokarbon aromatik dan
hidrokarbon yang cocok untuk dimasukkan dalam bensin atau bahan bakar
minyak .  Suhu retak yang lebih tinggi (juga disebut sebagai keparahan)
mendukung produksi etena dan benzena , sedangkan keparahan yang lebih

xvi
rendah menghasilkan jumlah propena , hidrokarbon C4 dan produk cair
yang lebih tinggi. Proses ini juga menghasilkan pengendapan kokas
yang lambat, suatu bentuk karbon , pada dinding reaktor. Ini menurunkan
efisiensi reaktor, sehingga kondisi reaksi dirancang untuk meminimalkan
hal ini. Meskipun demikian, tungku perengkahan uap biasanya hanya
dapat berjalan selama beberapa bulan pada satu waktu antara de-
kokings. Decokes membutuhkan tungku untuk diisolasi dari proses dan
kemudian aliran uap atau campuran uap / udara dilewatkan melalui
gulungan tungku. Ini mengubah lapisan karbon padat menjadi karbon
monoksida dan karbon dioksida. Setelah reaksi ini selesai, tungku dapat
kembali berfungsi. 

Detail proses

Area pabrik etilen adalah:

1. tungku retak uap:


2. pemulihan panas primer dan sekunder dengan
pendinginan;
3. sistem daur ulang uap pengenceran antara tungku dan
sistem pendinginan;
4. kompresi utama dari gas yang retak (3 tahap kompresi);
5. penghilangan hidrogen sulfida dan karbon dioksida
(penghilangan gas asam);
6. kompresi sekunder (1 atau 2 tahap);
7. pengeringan gas yang pecah;
8. pengobatan cryogenic;
9. semua aliran gas dingin yang retak pergi ke menara
demethanizer. Aliran overhead dari menara demethanizer terdiri dari
semua hidrogen dan metana yang ada dalam aliran gas yang
retak. Secara cryogenik (−250 ° F (−157 ° C)) memperlakukan aliran
overhead ini memisahkan hidrogen dari metana. Pemulihan metana
sangat penting untuk operasi ekonomis pabrik etilen.
10. aliran bawah dari menara demethanizer menuju ke
menara deethanizer. Aliran overhead dari menara deethanizer terdiri
dari semua C2 yang ada di aliran gas retak. C2 stream mengandung
asetilena, yang meledak di atas 200 kPa (29 psi). [8] Jika tekanan
parsial asetilena diperkirakan melebihi nilai-nilai ini, C2 aliran
sebagian terhidrogenasi. C2 kemudian lanjutkan
ke C2 pembagi. Produk etilen diambil dari bagian atas menara dan
etana yang berasal dari bagian bawah splitter didaur ulang ke tungku
untuk dipecah lagi;
11. aliran bawah dari menara de-ethanizer menuju ke
menara depropanizer. Aliran overhead dari menara depropanizer
terdiri dari semua C3 yang ada di aliran gas retak. Sebelum memberi
makan C3 ke C3 pembagi, aliran dihidrogenasi untuk
mengubah campuran metilasiletena dan propadiena ( allena ). Aliran

xvii
ini kemudian dikirim ke C  3 pembagi. Aliran overhead dari C 3 splitter
adalah produk propilena dan aliran bawah adalah propana yang
dikirim kembali ke tungku untuk retak atau digunakan sebagai bahan
bakar.
12. Aliran bawah dari menara depropanizer diumpankan ke
menara debutanizer. Aliran overhead dari debutanizer adalah
semua C4 yang ada di aliran gas retak. Aliran bawah dari debutanizer
(bensin pirolisis ringan) terdiri dari segala sesuatu dalam aliran gas
retak yaitu C5 atau lebih berat. 

Karena produksi etilen padat energi, banyak upaya telah dilakukan


untuk memulihkan panas dari gas yang meninggalkan tungku. Sebagian
besar energi yang diperoleh dari gas yang pecah digunakan untuk
membuat uap bertekanan tinggi (1200 psig). Steam ini pada gilirannya
digunakan untuk menggerakkan turbin untuk mengompresi gas yang
pecah, kompresor pendingin propilena, dan kompresor pendingin
etilena. Pabrik etilena, sekali berjalan, tidak perlu mengimpor uap untuk
menggerakkan turbin uapnya. Pabrik etilen skala dunia yang khas (sekitar
1,5 miliar pon etilena per tahun) menggunakan kompresor gas retak
45.000 tenaga kuda (34.000 kW), kompresor propilena 30.000 hp (22.000
kW), dan kompresor etilen 15.000 hp (11.000 kW).

PROSES KONVERSI TERMAL

Perengkahan termal adalah proses pertama yang digunakan untuk


menaikkan produksi bensin. Setelah perkembangan perengkahan katalitik yang
memperbaiki tingkat hasil dan mutu produknya, perengkahan termal mendapat
peran lain dalam operasi pengilangan. Tiga teknik perengkahan termal penting
adalah coking, pemecahan viskositas (viscosity breaking), dan perengkahan
kukus.

Perengkahan kukus memiliki arti penting khusus sebagai proses utama yang
dirancang khusus untuk produksi olefin ringan. Proses ini akan didiskusikan
terpisah nanti dalam bab ini.

Proses-proses Coking

Coking adalah proses perengkahan termal berat yang dirancang untuk


mengolah residu berat dengan kadar aspaltena dan logam yang tinggi. Residu ini
tidak bisa diumpankan ke unit perengkahan katalitik karena pengotornya akan
mentidak-aktifkan dan meracuni katalisnya.

Produk dari proses coking sangat beragam tergantung jenis umpan dan
kondisi operasi. Produk proses ini adalah gas-gas hidrokarbon, nafta

xviii
terengkahkan, distilat- tengah, dan kokas. Produk gas dan cairannya ditandai
dengan tingginya persentasi senyawa tak-jenuh. Hidrotreating biasanya
diperlukan untuk menjenuhkan senyawa olefinik dan menghilangkan sulfur dari
produk unit coking.

Reaksi Perengkahan Termal

Tahap pertama perengkahan adalah dekomposisi termal dari molekul


hidrokarbon menjadi dua fragmen radikal bebas. Tahap inisiasi ini dapat
terjadi melalui pemotongan ikatan karbon-karbon homolitik pada sembarang
posisi sepanjang rantai hidrokarbon. Berikut ini adalah reaksi inisiasi ini:

RCH2CH2CH2R’ RCH2Ċ H2 + R’Ċ H2

Radikal-radikal ini mungkin terengkahkan lebih lanjut, menghasilkan satu


olefin dan satu radikal bebas baru. Perengkahan biasanya terjadi pada ikatan
beta menjadi karbon yang membawa elektron tak berpasangan.

RCH2Ċ H2 Ṙ + CH2CH2

Pemotongan ikatan b lebih lanjut dari radikal bebas baru Ṙ dapat terus
berlanjut untuk memroduksi etilena hingga radikal bebas itu berakhir.
Radikal bebas mungkin juga bereaksi dengan suatu molekul hidrokarbon
dari umpan dengan mengambil satu atom hidrogen. Pada kasus ini, radikal
yang diserang ini menjadi berakhir, dan satu radikal bebas baru terbentuk.
Pengambilan satu atom hidrogen ini dapat terjadi pada sembarang posisi
sepanjang rantai molekul. Namun, laju pengambilan hidrogen akan lebih cepat
bila terjadi pada posisi tersier daripada posisi sekunder, yang lebih cepat dari
posisi primer.

Ṙ + RCH2CH2CH2R’ RCH2Ċ HCH2R’ + RH

Radikal bebas sekunder ini dapat merengkah pada kedua sisi dari karbon
yang membawa elektron tak-berpasangan ini sesuai dengan hukum
pemotongan beta, sehingga olefin akhir akan dihasilkan.

Coking Delayed

Pada coking delayed, sistem reaktornya terdiri dari satu pemanas dengan
waktu-kontak singkat berpasangan dengan satu drum besar yang “merendam”

xix
umpan yang telah dipanaskan-awal ini pada suatu basis batch. Kokas perlahan
terbentuk di drum ini. Suatu unit coking delayed memiliki paling tidak sepasang
drum. Bila kokas mencapai tingkat yang telah ditentukan dalam satu drum, aliran
dipindahkan ke drum yang satunya sehingga prosesnya sinambung.

Uap dari atas drum diarahkan ke fraksionator untuk memisahkannya


menjadi gas-gas, nafta, minyak-tanah, dan solar. Tabel 3-3 memperlihatkan
produk dari unit coker delayed yang memakai umpan berbeda.5
Pengambilan kokas dari drum yang telah terisi dapat dilakukan memakai suatu
sistem hidrolik dengan penyemprotan air bertekanan gauge paling kurang 204
atm.

Kondisi operasi untuk coking delayed adalah 1,7-2,0 atm pada 480-
o
500 C, dengan rasio daur ulang sekitar 0,25 dari umpan equivalen. Hasil
cairannya dapat ditingkatkan dengan pengoperasian pada tekanan lebih rendah.
Coking pada 1 atm dengan daur ulang sangat rendah akan menghasilkan solar
sekitar 10% lebih banyak.6 Operasi pada temperatur terlalu rendah akan
menghasilkan kokas yang lunak. Pada sisi lain, operasi pada temperatur lebih
tinggi akan menghasilkan kokas dan gas lebih banyak tetapi sedikit produk cair.
Mochida dkk. menelaah sifat kimiawi dan beberapa pilihan berbeda untuk
produksi kokas delayed.7 Sifat kimiawi sistem pirolisalah yang menentukan
sifat-sifat dari struktur kokas semi dan akhir. Faktor yang menentukan reaksi
adalah ukuran drum, laju pemanasan, waktu perendaman, tekanan, dan
temperatur reaksi akhir. Namun, jika semuanya sama (temperatur, tekanan,
waktu perendaman, dsb.), mutu kokas yang dihasilkan dari coking delayed
terutama akan merupakan fungsi dari mutu umpannya. Gambar 3-3
memperlihatkan salah satu unit coking delayed.

3.4 Diagram Alir Perengkahan Termis

xx
Gas bhn bakar C3/C4

tek. rndh
Nafta coker

Kukus

Solar ringan
Kukus

Solar berat

Umpan
segar
Kukus

Gambar 3. Diagram alir dari unit coking delayed

3.5 Hasil Proses Perengkahan Termis


Umpan dan produk untuk/dari unit coking delayed
(yang memakai umpan berbeda).

xxi
Kondisi Operasi:
Temperatur keluar pemanas, oC 482-510
Tekanan drum kokas, atm g 1-6
Rasio daur ulang, vol/vol umpan, % 10-100
Hasil:
Residu Residu vakum
vak. dari produk Tar
Timur bawah batubara
Bahan Baku Tengah hidrotreating lapangan
Graviti, oAPI 7,4 1,3 -11,0
Sulfur, %-brt 4,2 2,3 0,5
Karbon Conradson, %-brt 20,0 27,6 -
Produk, %-brt
Gas + LPG 7,9 9,0 3,9
Nafta 12,6 11,1 -
Solar 50,8 44,0 31,0
Kokas 28,7 35,9 65,1

3.6. Kegunaan Produk Hasil Proses Perengkahan Termis


Jenis-jenis kokas petroleum dan kegunaan-akhirnya
Penggunaan Jenis kokas Keadaan Pemakai-akhir
Sumber karbon Jarum Terkalsinasi Elektroda
Grafita buatan
Sponge Terkalsinasi Anoda aluminum
Pewarna TiO2
Raiser karbon
Sponge Hijau Karbida silikon
Foundries
Arang tungku
Bahan bakar Sponge Gumpalan hijau Pemanas ruangan
di Eropa/Jepang
Sponge Hijau Ketel uap industri
Shot Hijau Utilitas
Fluida Hijau Kogenerasi
Flexicoke Hijau Lime
Semen
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah yang telah kami tulis dapat disimpulkan bahwa :

1 Proses perengkahan termis merupakan suatu proses pemecahan molekul-


molekul hidrokarbon besar atau hidrokarbon rantai lurus dan panjang

xxii
menjadi molekul-molekul kecil yang mempunyai titik didih
rendah.Alkilasi termis merupakan penambahan suatu gugus alkil ke dalam
suatu molekul dengan bantuan peningkatan suhu dan tekanan
2 Bahan baku proses perengkahan termis ialah alkana berantai panjang
seperti heptadekana.
3 Produk utama alkilasi termis yaitu nafta, gas, LPG, gasoline, dan kokas

4.2 Saran

Makalah ini hanya membahas mengenai perengkahan termis secara umum


tentang dasar pengolahan minyak bumi secara kimia Makalah ini jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis membutuhkan saran yang membangun sehingga
makalah ini dapat menjadi lebih baik ke depannya dan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2002.ProsesKonversi.[Online (diakses 2 Maret 2020)

Wikipedia.CrackingKimia.https://en.m.wikipedia.org/wiki/Cracking_(che
mistry) (Diakses tanggal 2 April 2020)

Hryyyy.2014.ProsesPerengkahan.https://en.m.wikipedia.org/wiki/Crackin
g_(chemistry. (Diakses 2 April 2020)

xxiii
Agustinchem.2018. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Senyawa Alkana
http://agustinchem.blogspot.com/2018/08/sifat-fisik-dan-sifat-kimia-
senyawa.html?(Diakses 31 Maret 2020)

xxiv

Anda mungkin juga menyukai