Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DISTILASI MINYAK BUMI MENJADI AVTUR

“Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Sistem Bahan Bakar”

Dosen Pengampu: Rian Oktariana Firmansyah, M.Pd.

Penyusun:

Dita Amalia (2284190028)

Bunga Rahmania (2284190031)

M. Robby Ardiansyah (2284190033)

JURUSAN PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK MESIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena telah memberikan kesehatan
kepada kami semua sehingga makalh ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini baik secara materi maupun pikiran.

Harapan penulis dalam menyusun makalah ini yaitu semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Penyusunan makalah ini dilakukan secara maksimal agar menghasilkan kualitas isi
sebaik mungkin untuk pembaca dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan karena karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis sendiri. Maka
dari itu, kami berharap mendapatkan kritik dan saran membangun dari pembaca supaya
makalah ini dapat disempurnakan.

Serang, 06 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5

C. Tujuan............................................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

ISI..............................................................................................................................................6

A. Pengertian Avtur...........................................................................................................6

B. Pengolahan Avtur..........................................................................................................6

C. Spesifikasi Avtur.........................................................................................................10

D. Manfaat Avtur.............................................................................................................12

BAB III....................................................................................................................................13

PENUTUP...............................................................................................................................13

A. Kesimpulan..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya minyak, gas dan panas bumi merupakan sumber daya alam yang
sangat strategis, karena menyangkut taraf hidup masyarakat luas. Sampai saat ini
Bahan Bakar Minyak (BBM) masih merupakan sumber energi utama bagi
pembangunan nasional sesuai dengan undang-undang no. 22 tahun 2001. Sehingga
untuk masa datang diharapkan pengolahan dari suatu unit pengolahan menghasilkan
produksi yang sesuai dengan spesifikasi keputusan dirjen migas.
Minyak mentah mula-mula dipanaskan hingga suhunya mencapai sekitar 500-
600oC. Pemanasan minyak mentah itu dilakukan dalam pemanas (boiler) dengan
menggunakan uap air bertekanan tinggi. Hasil pemanasan berupa uap minyak
dialirkan ke dasar menara distilasi. Selanjutnya, uap minyak akan bergerak naik
melewati pelat-pelat yang terdapat dalam menara. Pada saat mencapai suhu tertentu
sesuai titik didihnya, uap minyak mentah akan berubah menjadi zat cair. Perubahan
uap air (gas) menjadi zat cair disebut kondensasi. Zat cair hasil kondensasi itu disebut
fraksi minyak.
Pengetahuan tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting untuk kita
ketahui, mengingat minyak bumi dan gas alam adalah suatu sumber energi yang tidak
dapat diperbaharui, sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan kita
sehari-hari cakupannya sangat luas dan cukup memegang peranan penting atau
menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagai contoh minyak bumi dan gas bermacam
macam produk adalah salah satunya Avtur.
Teori popular untuk minyak bumi adalah “Organic Source Material”, dimana
menyatakan bahwa binatang dan tumbuh-tumbuhan berakumulasi dalam tempat yang
sesuai selama berjuta tahun yang lalu, dan dari akumulasi tersebut didapatlah minyak
mentah untuk dioleh menjadi beberapa produk, salah satunya Avtur. Seiring dengan
kemajuan teknologi penelitian yang semakin pesat, maka kebutuhan akan AVTUR
yang lebih berkualitas sangat dibutuhkan.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahan bakar avtur?
2. Bagaimana proses pengolahan avtur?
3. Bagaimana spesifikasi avtur?
4. Apa penggunaan dari avtur dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari avtur.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan avtur.
3. Untuk mengetahui spefisikasi avtur.
4. Untuk mengetahui penggunaan avtur dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB II

ISI
A. Pengertian Avtur
AVTUR (Aviation Turbine Fuel) atau yang secara internasional dikenal
sebagai Jet A-1adalah bahan bakar penerbangan untuk jenis pesawat bermesin gas
turbine atau mesin pembakaran eksternal dan pesawat jet yang banyak digunakan
baik di bidang militer maupun komersial. Bahan bakar ini berasal dari proses
pengolahan minyak bumi fraksi kerosine atau campuran kerosin/naptha yang
mempunyai sifat pembakaran dan energi tinggi. Jenis kerosin telah dipilih sebagai
bahan bakar untuk generasi pertama kali sebab mempunyai sifat pembakaran yang
baik, rendah terhadap kebakaran, sehingga digunakan sebagai pengganti gasoline
pada waktu perang dunia.[1]
Kualitas bahan bakar tidak hanya ditentukan oleh disain dan unjuk kerja
mesin, serta nilai ekonomi, akan tetapi juga keselamatan dalam penerbangan. Bahan
bakar ini diperoleh berasal dari proses pengolahan minyak bumi dengan komposisi
tertentu baik dari proses distilasi maupun proses perengkahan. Karena avtur
dituntut harus mempunyai nilai pembakaran yang tinggi, kualitas pembakaran tinggi,
freezing point rendah, kandungan panas/berat tinggi, serta kandungan panas/volume
rendah.
Avtur merupakan bahan bakar yang di peroleh dari hasil pengolahan
minyak bumi, yang mempunyai trayek didih antara 150-300°C, terdiri dari
molekul hydrocarbon (C11-C 15) dan titik beku (freezing point) dibatasi
maksimum -47°C. (Haidir, A. 2001)
Selain menghasilkan sumber energi untuk pesawat, avtur juga digunakan
sebagai aliran hidraulik dalam sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin
untuk komponen-komponen khusus.

B. Pengolahan Avtur
Proses pembuatan Avtur untuk mendapatkan avtur diperlukan beberapa tahap
proses pengolahan crude oil minyak mentah. Prose pengolahan untuk mendapatkan
avtur melalui beberapa tahapan yaitu [2]:
1. Distilasi Atmosfer

6
Pada unit CDU (Crude Distillation Unit) Crude Oil yang diolah di unit ini
merupakan campuran antara Sumatera Light Crude (SLC) dan Duri Crude Oil
(DCO) yang bekerja pada temperature ± 3500C dengan tekanan 1 Atmosfir dan
crude panas dipompakan kedalam kolom destilasi dan hidrokarbon teringan dalam
crude oil, biasanya gas propane dan butane naik menuju puncak kolom dan keluar
dari puncak kolom. Gasoline yang sedikit berat dibanding gas propane dan butane
naik tetapi tidak sampai puncak kolom dan keluar menuju samping kolom.
Beturut-turut kerosine dan minyak diesel merupakan produk yang lebih berat dari
gasoline dan keluar melalui samping kolom pada titik lebih rendah. Produk yang
diperoleh langsung dari destilasi crud oil disebut produk stright run. Komponen
yang terlalu berat untuk menguap pada kondisi destilasi atmosfir keluar dari dasar
kolom.
Dari proses distilasi ini dihasilkan produk antara lain :
a. Gas
b. Naphta
c. Light Gas Oil (LGO)
d. Heavy Gas Oil (HGO
e. Long Residue
2. Distiasi hampa (Vacuum Distilation)
Long Residue yang dihasilkan CDU, digunakan sebagai umpan pada unit
distilasi hampa dengan tekanan 40 mmHg dan temperature ±3900C. produk
bottom kolom dapat difraksinasi lebih lanjut dengan destilasi berikutnya yang
dilakukan pada tekanan rendah. Tekanan rendah dalam kolom destilasi akan
mengakibatkan komponen-komponen dengan titik didih tinggi dapat menguap.
Proses ini disebut dengan vacuum distillation, produk bagian atas disebut vacuum
gasoil (VGO) dan bottom produknya disebut dengan vacuum residu (VR) atau
vakum resid.
Dari unit distilasi hampa ini menghasilkan produk yaitu :
a. Light Vacuum Gas Oil (LVGO)
b. Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO) sebagai umpan hydrocracking
c. Short residue
3. Delayed Coker Unit (DCU)

7
Short residue yang dihasilkan Vacuum Unit, digunakan sebagai umpan pada
Delayed Coker Unit (DCU) dengan temperature 3200 c.Proses Coking merupakan
proses yang menjadi semakin penting dengan semakin menurunnya kualitas
minyak mentah dunia (semakin berat dan semakin banyak mengandung logam dan
conradson carbon). Dengan semakin meningkatnya kandungan logam dan
conradson carbon dari minyak mentah, delayed coking unit (sering disebut coker)
menjadi pilihan utama untuk mengolah minyak mentah dengan kandungan logam
dan conradson carbon yang tinggi.
Dari unit DCU ini menghasilkan produk yaitu :
a. Naphtha
b. Light Coker Gas Oil (LCGO)
c. Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO) sebagai umpan hydrocracking
d. Green Coke
4. Proses Perengkahan (Hydroracking Process)
Hydroracking adalah proses perengkahan senyawa-senyawa hidrokarbon
dengan menggunakan katalis serta diberikan gas Hidrogen yang berfungsi untuk
penjenuhan senyawa olefin yang terbentuk selama proses. Selama proses
digunakan temperature dan tekanan tinggi untuk mendapatkan fraksi-fraksi
dengan molekul yang lebih rendah. Hasil yang didapat dari Hydroracking Process
lebih stabil dibandingkan dengan perengkahan yang menggunakan panas seperti
biasa.
Hydroracking Process dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
avtur atau bahan bakar lainnya yang semakin meningkat, juga bertujuan untuk
meningkatkan daya guna residu dari hasil proses distilasi atmosfir.
Dalam proses perengkahan dibutuhkan gas hydrogen yang cukup banyak,
yakni kebutuhan gas hydrogen keseluruhan tergantung dari jenis bahan baku yang
diolah dan jenis produk yang diinginkan.
Katalis yang dipakai dalam proses perengkahan adalah :
a. inti asam katalis, yaitu alumina silikat (Al2O3-SiO2) untuk mempercepat
terjadinya reaksi perengkahan.
b. Inti metal Hydroracking, yaitu campuran metal dari Co, Ni, dengan Mo, untuk
mempercepat reaksi hydrogenasi.

8
Sebagai umpan Hydroracking adalah HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) dan
HCGO (Heavy Coker Gas Oil) yang reaksi berlangsung pada suhu 400-454˚C.

Produk-produk yang dihasilkan Hydroracker Unit adalah :

a. LPG (Liquefied Petroleum Gasses)


b. Light Naphtha
c. Heavy Naphtha
d. Light Kerosine
e. Heavy Kerosine
f. Automotive Diesel Oil (ADO)
5. Bending
Pengolahan minyak harus mencampur stream yang ada, untuk menghasilkan
bahan bakar yang memenuhi persyaratan yang berlaku, ekonomis dan tersedia
dalam jumlah yang memadai. Saat ini telah dikembangkan program yang dapat
mengatur seluruh aspek operasi pengolahan (tidak hanya untuk memproduksi
bahan bakar jet), termasuk sampai tahapan pencampuran atau blending.
Namun demikian pengolahan minyak tidak memiliki kemampuan untuk
mengendalikan komposisi detail bahan bakar jet yang dihasilkan. Biasanya hal ini
ditentukandari komposisi crude oil yang dipilih berdasarkan ketersediaan dan
harga. Reaksi kimia yang terjadi pada proses konversi masih kurang spesifik
untuk merancang produk dengan komposisi kimia seperti yang dikehendaki.Dan
dengan spesifikasi tertentu Light Kerosine dan Heavy Kerosine dapat digunakan
sebagai bahan baku avtur. Namun diluar diluar keterbatasan tersebut, Pengolahan
minyak setiap hari menghasilkan produk dalam jumlah besar yang telah
memenuhi persyaratan spesifikasi.
6. Upgrading
Pada proses upgrading, dilakukan sweetening yang digunakan untuk
menghilangkan senyawa sulfur yang disebut merchaptan dalam bahan bakar jet.
Merchaptan tidak dikehendaki keberadaan nya karena bersifat korosif dan juga
menjadi penyebab bau. Beberapa proses telah dikembangkan untuk
menghilangkan merchaptan dengan mengkonversi merchaptan menjadi sulfida.
Disulfida tidak korosif dan baunya cukup lunak dibandingkan merchaptan.
Sodium plumbite (doctor dan bennder treating) dan copper choride (linde
treating) pernah digunakan sebagai katalis untuk mengkonversi merchaptan, saat

9
ini yang digunakan adalah katalis cobalt dengan proses yang disebut dengan
merox (merchaptan oxidation). Proses sweetening tidak mengurangi kadar sulfur
dalam bahan bakar, tetapi mengkonversi senyawa sulfur menjadi senyawa sulfur
lainnya.

Hydroprocessing adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan proses yang


menggunakan hydrogen dan katalis yang sesuai untuk menghilangkan komponen
yang tidak diinginkan dalam produk pengolahan. Proses ini meliputi kondisi lunak
untuk menghilangkan senyawa reaktif seperti olefin dan sulfur serta nitrogen,
sampai dengan kondisi keras untuk menjenuhkan cincin aromatic dan
menghilangkan hampir seluruh senyawa sulfur dan nitrogen. Hydroprocessing
memecah molekul yang mengandung sulfur dan mengkonversinya menjadi
hydrogen sulfida yang selanjutnya dipisahkan dari bahan bakar.

C. Spesifikasi Avtur
Spesifikasi adalah batasan-batasan yang harus dipenuhi oleh bahan bakar
minyak, yang bertujuan agar bahan bakar tersebut aman, nyaman serta ekonomis
dalam pemakaian. Spesifikasi tersebut biasanya berupa angka batasan minimum dan
maksimum dengan menggunakan metode tertentu tergantung dari klasifikasi bahan
bakar yang bersangkutan, khususnya yang mempunyai hubungan erat dengan
keamanan dan keselamatan dalam penggunaannya. Karena avtur digunakan oleh
pesawat terbang bermesin turbine (jet) yang mempunyai resiko keamanan tinggi bila
dibandingkan dengan bahan bakar lainnya. Maka spesifikasi yang ditentukan terhadap
avtur sangat ketat sesuai dengan standar internasional.
Terhitung mulai tanggal 01 Desember 2000 Indonesia mengacu ke spesifikasi
yang dikeluarkan oleh Def Stand (Defence of Standar), yaitu Def Stand 91-91 Issue 3
(DERD 2494) tanggal 12 November 1999, tentang : Perkembangan Spesifikasi Avtur

10
International, tetapi Indonesia masih memakai issue 2, karena belum mempunyai alat
untuk menguji Lubricity ASTM D-5001. Adapun sifat khusus yang ada pada avtur
antara lain :
a) Appearance
Untuk meyakinkan bahwa bahan bakar bebas dari kotoran padat dan air yang tidak
larut. Jika dilihat secara visual dengan mata akan tampak jernih, terang, bebas dari
partikel-partikel padatan (seperti debu, pasir, gumpalan garam) dan tidak tampak
adanya pemisahan air pada suhu kamar.
b) Composition
Komposisi senyawa kimia seperti jumlah keasaman (Total Acidity), jumlah
senyawa aromatic, senyawa olefin, jumlah sulfur, merchaptan sulfur dibatasi
keberadaannya dalam bahan bakar Avtur. Pembatasan ini erat hubungannya dengan
mutu bakar, stabilitas pada penyimpanan dan pemakaian, serta sifat korosifitas Avtur
tersebut.
c) Volality
Sifat penguapan Avtur ditujukan oleh hasil pemeriksaan terhadap titik nyala (flash
Point) dan distilasinya. Sedangkan distilasi pada 10 % volume dibatasi maksimum,
dimaksudkan agar bahan bakar tersebut tidak terlalu lambat terbakar pada saat
pesawat terbang melakukan Start Up.
d) Fluidity
Mengingat Avtur digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang yang beroperasi
dalam berbagai suhu, maka sifat pengalirannya per lu dibatasi maksimum. Sebagai
petunjuk untuk mengetahui sifat pengaliran dari Avtur dilakukan pemeriksaan
terhadap titik beku (Freezing point) dan kekentalan (viscosity kinematiknya).
e) Combustion
Dalam penggunaannya, bahan bakar Avtur harus mempunyai syarat pembakaran
yang sempurna. Salah satu analisis yang dapat dijadikan sebagai petunjuk adalah
Smoke Point nya. Apabila Smoke Point nya tinggi berarti Avtur memiliki sifat
pembakaran yang sempurna (baik) dan sebaliknya jika Smoke Point nya rendah
berarti Avtur mempunyai sifat pembakaran yang kurang sempurna (kurang baik).
Untuk itu Avtur tidak boleh mengandung senyawa-senyawa yang sulit terbakar dalam
jumlah besar, dalam hal ini senyawa hidrokarbon jenis aromatic berupa Naphtalene
dibatasi keberadaannya maksimum 3 % volume. Sedang senyawa hidrokarbon jenis
paraffin diharapkan cukup banyak terdapat dalam Avtur.

11
f) Corrosion
Bahan bakar Avtur yang mempunyai sifat pengkaratan tinggi, apabila dipakai
akan menimbulkan kerusakan-kerusakan pada sistem distribusi bahan bakar maupun
pada bagian yang lain dari mesin pesawat. Sifat pengkaratan ini ditimbulkan adanya
senyawa belerang reaktif.
g) Thermal Stability
Merupakan sifat kestabilan Avtur selama penyimpanan maupun pemakaian.
Syarat kestabilan yang dimiliki Avtur sangat diperlukan, sebab adanya perbedaan
suhu yang cukup tinggi dalam pemakaian akan cenderung menimbulkan deposite.
Deposite ini hasil dekomposisi hidrokarbon Avtur pada alat penukar panas, pada
saringan bahan bakar, maupun pada pipa penyemprotan bahan bakar pada sistem
pembakaran selama mesin beroperasi.
h) Contaminant
Kontaminasi/contaminant yang dimaksudkan adalah adanya senyawa-senyawa
pengotor yang keberadaannya tidak diinginkan yang disebabkan adanya existent gum
serta kandungan air yang teremulasi dalam Avtur. Apabila pengotor-pengotor ini
dibiarkan keberadaannya dalam jumlah besar (diatas batas yang ditentukan), maka hal
ini dapat mengganggu kerja mesin pesawat dan dapat membahayakan keselamatan
penerbangan.

D. Manfaat Avtur
Penggunaan Avtur biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar dari pesawat
terbang saja, namun Avtur sendiri mempunyai manfaat lain yaitu sebagai aliran
hidraulik dalam sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin untuk komponen-
komponen khusus contohnya seperti komponen pada sistem pembakaran.

12
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Avtur atau Aviation Turbine Fuel merupakan bahan bakar yang berasal dari
proses pengolahan minyak bumi fraksi kerosine atau campuran kerosin/naptha yang
mempunyai sifat pembakaran dan energi tinggi. Untuk menghasilkan Avtur sendiri
harus melewati beberapa tahapan yang harus dilewati seperti Distilasi Atmosfer,
Distiasi hampa, Delayed Coker Unit, Proses Perengkahan, Bending dan Upgrading.
Avtur juga memiliki spesifikasi seperti jenis bahan bakar lainnya, spesifikasi yang
dikeluarkan oleh Def Stand (Defence of Standar) untuk bahan bakar avtur ini yaitu
Def Stand 91-91 Issue 3 (DERD 2494). Penggunaan avtur selain digunakan untuk
bahan bakar dari pesawat terbang yaitu dapat digunakan untuk aliran hidraulik dalam
sistem kontrol mesin dan sebagai pendingin untuk komponen khusus.

13
DAFTAR PUSTAKA

[1] M. A. A. Jadinta Ginting, Ubaidillah Anwar Prabu, “EVALUASI PROSES


PEMBUATAN AVTUR (AVIATION TURBINE) BERDASARKAN ANALISA
SIFAT FISIK DAN KIMIA MINYAK MENTAH (CRUDE OIL) DI PT
PERTAMINA RU II DUMAI,” 2546.

[2] Azis Pratama, “ANALISA MERCHAPTAN SULFUR, NAPHTHALENES,


FREEZING POINTDAN FLASH POINTPADA AVTUR DI PT. PERTAMINA
(Persero) RU II DUMAI,” vol. 1, no. 2, p. 75, 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai