Anda di halaman 1dari 51

TUGAS KELOMPOK

PENGILANGAN MINYAK BUMI DAN NABATI


VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

DISUSUN OLEH :
ANWAR SUMIANTO
GILDA MIRANDA
INGET YESTER YUNANDA
JEFRI SOCLYN
NIA AMELIA
RAHMANSYAH
UMMI KALSUM

DOSEN PEMBIMBING: Dra. NIRWANA, MT

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami aturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Proses Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati
khususnya mengenai High Vacuum Unit.

Makalah ini dibuat tidak lepas dari bantuan, saran, kritik serta koreksi dari pihak yang terkait.
Oleh sebab itu, kami selaku tim penyusun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing kami yaitu Dra. Nirwana, MT. dan semua pihak yang membantu penyusunan makalah
ini baik dalam bentuk pikiran maupun materi.

Terakhir kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para
pembaca umumnya. Dan apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan ataupun kesalahan, maka
kami juga mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah ini kedepan.

Pekanbaru, 1 Oktober 2011

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 3

BAB II. PEMBAHASAN

II.1. Kandungan Crude Oil .................................................................................... 5


II.2. Fungsi Vacuum Destilation Unit ................................................................... 6
II.3. Peralatan yang dipakai .................................................................................. 6
II.4. Produk yang dihasilkan ................................................................................. 7
II.5. Jenis-jenis Vacuum Distillation Unit ............................................................. 8
II.6. Feed dan Produk Vacuum Distillation Unit ................................................. 10
II.7. Variabel Proses Vacuum Distillation Unit ................................................... 11
II.8. Troubleshooting ............................................................................................ 14

BAB III. PENUTUP ........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami dari zat-zat organic selama ribuan
tahun yang tersimpan dilapisan bumi dalam jumlah yang sangat besar. Minyak bumi terutama
digunakan untuk menghasilkan berbagai macam bahan bakar diantaranya LPG, gasoline, avigas, jet
fuel, kerosin, solar, danbahan lain sepertiaspal, minyakpelumas, bahanpelarut, lilin,
danbahanpetrokimia.

Minyak bumi mentah (crude oil) adalah cairan coklat kehijauan hingga hitam yang terdiri dari
karbon dan hidrogen. Minyak bumi merupakan campuran yang sangat komplek, mengandung ribuan
senyawa hidrokarbon tunggal mulai dari yang paling ringan seper tiga smetana sampai denga naspal
yang berat dan berwujud padat. Produk sikomersial minyak bumi di mulai pada tahun 1857 dan
sejak itu produksi terus meningkat.

Berbagai teori bermunculan untuk menjelaskan asal minyak bumi. Teori yang paling popular
adalahorganic source materials.Teoriinimenyatakanbahwabinatangdantumbuhan
tumbuhanberakumulasidalamtempat yang sesuai, jutaantahun yang lalu, sepertidalam swamps,
delta atau shallow dalamlaut. Disana bahan organik akan terdekomposisi secara parsial dengan
bantuan bakteri. Karbohidrat dan protein dipecah menjadi gasgas atau komponen yang larut dalam
air dan terbawa pergi oleh air tanah. Sedangkan lemak- lemak yang tertinggal dan bahan bahan
yang terlarut, diubah secara perlahan lahan menjadi minyak bumi melalui reaksi yang
menghasilkan bahan- bahan dengan titik didih rendah. Cairan minyak bumi yang dihasilkan
kemudian dapat berpindah ke pasir alam atau reservoir batu kapur

1.2. Sekilas Tentang PT. Pertamina Persero

I.2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero)

Pertamina didirikan berdasarkan UU No. 08 tahun 1971 dengan nama Perusahaan


Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara. Bidang usahanya adalah melaksanakan pengelolaan
minyak dan gas bumi untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan
negara serta memenuhi kebutuhan bahan bakar migas dalam negeri.

Dalam bidang pengolahan minyak bumi, sampai saat ini Pertamina memiliki tujuh unit
pengolahan yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, antara lain:

Tabel 1.2 Kapasitas Unit Pengolahan Pertamina di Indonesia

No. Unit Pengolahan Daerah Kapasitas (Barrel/hari)

1. Unit Pengolahan (UP) I PangkalanBrandan 5.000

2. Unit Pengolahan (UP) II Dumai&SeiPakning 180.000

3. Unit Pengolahan (UP) III Plaju& Sungai Gerong 134.000

4. Unit Pengolahan (UP) IV Cilacap 300.000

5. Unit Pengolahan (UP) V Balikpapan 252.000

6. Unit Pengolahan (UP) VI Balongan 125.000

7. Unit Pengolahan (UP) VII KasimSorong 10.000

JUMLAH 1.010.000

Sumber :LitbangPE UP II Dumai

Note : UP I idle/ dihentikanproduksinya

1.2.2. Sejarah Pertamina Unit Pengolahan II Dumai

Saat ini, Pertamina UP II dumai mengoperasikan 2 buah kilang, dengan kapasitas total
sekitar 180 MBSD, yaitu :

1. Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai, dengan kapasitas 130 MBSD


2. Kilang Minyak Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD
Pembangunan kilang Pertamina Unit Pengolahan II Dumai dilaksanakan mulai bulan
April 1969 dan merupakan hasil kerjasama Pertamina dengan Far East Sumitomo Japan.
Pembangunan kilang dikukuhkan dalam SK direktur utama Pertamina
No.334/Kpts/DM/1967. Pelaksanaan teknis pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor
asing, yaitu:

1. IHI ( Ishikawajima-Harima Heavy Industries) untuk pembangunan mesin dan


instalasi.

2. TAISEI construction, Co, untukpembangunankonstruksikilang.

Unit yang pertama didirikana dalah Crude Distilation Unit (CDU/100) yang selesai
pada bulan Juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Sumatera
Light Crude (SLC) dengan kapasitas 100 MBSD. Tetapi saat ini, Pertamina UP II Dumai
beroperasi dengan menggunakan bahan baku SLC 85 % dan Duri Crude Oil 15 %, dengan
kapasitas pengolahan rata-rata 127 MBSD. Peresmian kilang ini dilakukan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 8 September 1971 dengan nama Kilang Putri Tujuh. Produk yang
dihasilkan dari kilang ini antara lain:

Naphtha
Kerosene
Solar/Automotive Diesel Oil (ADO)
Bottom Product berupa 55 % volume Low Sulphur Wax Residu (LSWR) untuk
diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.

Pada tahun 1972, Kilang Putri Tujuh mengalami perluasan untuk mengolah bottom
product menjadi bensin premium dan komponen mogas dengan mendirikan unit-unit baru
seperti:

1. Platforming Unit.
2. Naphtha Rerun Unit.
3. Hydrobon Unit.
4. Mogas Component Blending Plant.
Perluasan selanjutnya dilakukan pada tanggal 2 April 1980 dengan ditandatanganinya
persetujuan perjanjian kerjasama antara Pertamina dengan Universal Oil Product (UOP) dari
Amerika Serikat dengan kontraktor utama Technidas Reunidas Centunion dari Spanyol
berdasarkan lisensi proses dari UOP.

Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa proses
dengan teknologi tinggi yang terdiridari unit-unit proses sebagai berikut :
1. High Vacuum Distillation Unit (110)
2. Delayed Coking Unit (140)
3. Coke Calciner Unit (170)
4. Naphtha Hydrotreating Unit (200)
5. Hydrocracker Unibon(211/212)
6. Distillate Hydrotreating Unit (220)
7. Continous Catalyst Regeneration-Platforming Unit (300/310)
8. HydrobonPlatforming Unit/PL-1 (301)
9. Amine-LPG Recovery Unit (410)
10. Hydrogen Plant (701/702)
11. Sour Water Stripper Unit (840)
12. Nitrogen Plant (940)
13. Fasilitas penunjang operasi kilang (utilitas)
14. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru.

Dibangunnya Kilang Hydrocracker Complex ini bertujuan untuk memproses lebih lanjut
LSWR (LowSulfur Waxy Residu) yang dihasilkan oleh Crude Distilling Unit (CDU) Dumai dan CDU
Sungai Pakning,sehingga dapat menghasilkan produk-produk BBM yang siap pakai.Dari 100 persen
minyak mentah yang diolah (100 persen Crude Intake) hanya dapat dihasilkan sekitar 37,5persen
produk BBM, 62 persen LSWR (Residu), dan sisanya sekitar 0,5 persen gas.Sedangkan dengan
mengolah LSWR lebih lanjut di unit proses produksi Hydrcocracker Complex dapatdihasilkan produk
BBM sekitar 93,34 persen dan sisa berupa produk gas yang digunakan sebagai bahanbakar (fuel) di
unit-unit proses produksi kilang.

Selain itu dihasilkan produk padat berupa green coke dan calcined coke. Produk ini
digunakan kalanganindustri untuk bahan elektroda dalam proses peleburan biji alumunium.Kilang
Dumai mengolah minyak mentah jenis Sumatera Light Crude (SLC) dan jenis Duri Crude Oil
(DCO)yang dihasilkan oleh PT Caltex Pacific Indonesia.Kilang Dumai menghasilkan berbagai macam
produk BBM dan produk non BBM.

Kilang Sei Pakning terletak di tepi pantai Sungai Pakning dengan areal seluas 40
hektare.Kilang minyak ini dibangun pada November 1968 oleh Kontraktor Refican Ltd. (Refining
AssociatesCanada Limited).Selesai dibangun dan mulai berproduksi pada bulan Desember 1969.
Pada awal beroperasi kapasitasproduksi 25.000 barel per hari.

Pada September 1975 seluruh operasi Kilang Sei Pakning beralih dari Refican kepada
Pertamina.Selanjutnya kilang ini mulai mengalami penyempurnaan secara bertahap sehingga
kapasitasproduksinya dapat lebih ditingkatkan. Pada akhir 1977 kapasitas produksi meningkat
menjadi 35.000barel per hari dan April 1980 naik menjadi 40 barel per hari. Kemudian mulai 1982
kapasitas produksisesuai dengan design, yaitu 50.000 barel per hari.

Bagian operasi Kilang Sungai Pakning terdiri atas: CDU, ITP (Instalasi Tanki danPengapalan),
utilities,dan laboratorium.

ITP di Kilang Sei Pakning adalah untuk menangani pengoperasian tangki crude dan produk.
Juga untukproses loading (muat) dan unloading (bongkar) minyak mentah atau produk. Selain itu,
pengelolaanseparator (penampung sementara buangan minyak).Faslitias utilities di Kilang Sei
Pakning mengelola water treatment plant(WTP) Sejangat dan Water IntakeSungai Dayang. Selain itu
pengoperasian boiler (penghasil steam), pengoperasian WDcP (WaterDecoloring Plant) dan RO
(Reverse Osmosis). Juga pengoperasian Power Plant (pembangkit listrik) danpengoperasian udara
kempa (compression air).Power plant sendiri di Kilang Sei Pakning digunakan untuk menyuplai listrik.

Kilang minyak Sungai Pakning mengolah SLC (Sumatera Light Crude) sekitar 83 persen; LCO
(Lirik CrudeOil) sekitar 15 persen; juga SPC (Selat Panjang Crude) dan Slop Oil masing-masing satu
persen.Dari proses produksi yang ada dihasilkanlah jenis-jenis produk gas & losses (1 persen); stright
runnaptha (SRN) sebesar 8 persen; kerosene (16 persen); solar/ADO (Automotive Diesel Oil) (17
persen); danLSWR (58 persen).Naptha dari Sungai Pakning dikirim ke Dumai dengan kapal laut untuk
selanjutnya diolahdi Kilang Dumai (Secondary Processing).Kerosene dan diesel dikirim dengan kapal
ke Depot Siak dan Tank Car ke Bengkalis dan sekitarnya. Disamping itu kadang dikirim juga ke
Belawan, Padang, Tembilahan, Krueng Raya, dan Tanjung Gerem.Sedangkan produk LSWR dikirim
dengan kapal laut ke Kilang Dumai untuk diproses di High Vacuum Unit(HVU) dan selanjutnya diolah
di Hydrocracker Unit (HCU).

Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh Kilang
Pertamina UP II Dumai saat ini adalah :
1. Premium
2. Jet Petroleum Grade
3. Aviation Turbin.
4. Kerosin
5. Automotive Diesel Oil (ADO)
Sedangkan non-BBM antara lain :

1. LPG
2. Green Coke.
3. Calcined coke

1.3.Ruang Lingkup

Ruang lingkup makalah ini adalah penjelasan tentang proses,bahan dan produk yang
dihasilkan olehVacuum Distillation Unit (VDU) . Juga sekilas gambaran Pertamina UP II
Dumai, yang dilengkapi dengan flow chart Pertamina UP II Dumai.

1.4.Tujuan

1. Memahami dan dapat menggambarkan keluaran proses yang mencakup produk utama,
produk samping, energi, dan limbah untuk industri proses pengolahan minyak dan gas
bumi.
2. Memahami dan dapat menggambarkan diagram alir proses dan sistem pemroses yang
digunakan di Pertamina UP II Dumai.
3. Mendapatkan gambaran tentang wujud pengoperasian sistem pemrosesan atau fasilitas
yang berfungsi sebagai sarana pengolahan minyak dan gas bumi.
4. Merupakan tugas kelompok yng diberikan oleh Ibu Nirwna selaku Dosen mata kuliah
Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Kandungan Crude Oil


Crude oil mengandung berbagai macam komponen yang mempunyai titik didih
berbeda-beda, seperti tergambar dalam gambar berikut :

Gambar 1. Komposisi Crude Oil

Seperti terlihat pada gambar di atas, crude oil mengandung komponen yang
mempunyai titik didih > 370 oC. Jika bottom CDU (atau biasa disebut atmospheric residue
atau long residue atau reduced crude) pada tekanan atmosferis dipanaskan hingga
temperature > 370 oC untuk dapat menguapkan komponen vacuum gas oil yang terkandung
dalam long residue, maka akan terjadi thermal decomposition.
Dengan menurunkan tekanan, hingga < 1 psia, maka komponen vacuum gas oil tersebut
dapat dipisahkan dari bottom VDU (atau biasa disebut vacuum residue atau short residue)
tanpa mengalami thermal decomposition. Kemudian keduanya (vacuum gas oil dan vacuum
residue) dapat dipisahkan menjadi 2 stream yang bebeda untuk dapat meningkatkan margin
kilang.
II.2. Fungsi Vacuum Destilation Unit

VDU berfungsi untuk memisahkan umpan berupa Low sulphur waxy residue (LSWR)
yang berasal dari unit CDU menjadi fraksi yang lebih ringan berdasarkan titik didihnya
seperti yang diperlihatkan pada Gambar C.10. Prinsip dasar operasi unit ini adalah distilasi
pada keadaan vakum. Keadaan vakum diperoleh dengan cara menarik produk gas pada
bagian atas kolom dengan menggunakan tiga buah steam jet ejector yang disusun seri
sehingga terjadi penururunan tekanan reaktor. Keadaan vakum ini diperlukan untuk
menurunkan titik didih LSWR sehingga pemisahan fraksi fraksi minyak mentah dapat
berlangsung dengan lebih baik tanpa terjadi thermal Cracking. Proses pemisahan berlangsung
pada temperatur 400oC dan tekanan 18 - 22 mmHg. Kapasitas pengolahan unit ini adalah 92,6
MBSD.

II.3. Peralatan peralatan yang dipakai dalam unit ini antara lain adalah:

Vacuum tower (V-1), condensate receiver (V-2),

feed surge drum (V-3, V-4), 1st dan 2nd

stage desalter intermediet blowdown (V-9),

steam disengaging drum (V-10),

KO drum (V-11),

Vacuum (V-5A, V-5B),

tempered Water expansion drum (V-6),

continue blowdown (V-8),

heater (H-1A, H-1B),

heat exchanger (E-1AB, E-2ABC, E-3ABCD, E-4AB, E-52ABC, E-53, E-54, E-5AB, E-6AB,
E-7ABCD, E-8AB, E-9A-I, E-10, E-11ABCD, E-12, E-13A-J, E-15, E-16)

ejektor (J-51, J-52, J-53),

kompresor (C-1AB),
pompa (P-2AB, P-3ABC, P-4AB, P-5AB, P-6ABC, P-7, P-8AB, P-9AB, P-10AB, P-
11AB, P-12AB, P-13AB, P-14AB, P-15AB).

II.4. Produk yang dihasilkan unit ini antara lain adalah:

Gas, gas yang dihasilkan akan dipergunakan sebagai fuel gas

LVGO (Light Vacuum Gas Oil), LVGO sebagai komponen blending Automotove
Diesel Oil (ADO)

HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil), HVGO akan diumpankan ke unit HCU.

Umpan LSWR yang berasal dari unit CDU ditampung di V-3 untuk dihilangkan
gasnya yang kemudian akan dibakar di flare. Umpan kemudian dialirkan ke V-5AB untuk
penghilangan kandungan garam (desalting) dengan menggunakan air yang berasal dari unit
SWS. Keluaran V-5AB yang berupa brine akan diolah sehingga dapat digunakan kembali,
sedangkan minyak yang sudah tidak mengandung garam akan dialirkan ke V-1 setelah
sebelumnya dipanaskan dengan E-2, E-3, dan H-1AB. Umpan masuk ke V-1 pada temperatur
400oC. Produk atas diserap dengan mengggunakan J-51, J-52, dan J-53 kemudian
didinginkan dengan E-52, E-53, dan E-54 sebelum masuk ke V-2. Produk atas diserap dengan
ejektor yang memanfaatkan MP steam kemudian akan dialirkan ke V-2 setelah didinginkan
dengan E-52ABC, E-53, dan E-54. Keluaran yang masih bisa diolah sebagian dikembalikan
ke V-1 dan sebagian lagi dialirkan ke slope tank. Gas yang dihasilkan dimrnikan dari minyak
di V-11 kemudian sebagian digunakan sebagai fuel gas dan sebagian dibakar di flare. MP
steam yang digunakan berasal dari V-10 yang menggunakan air sebagai umpan.

Produk samping berupa LVGO dan HVGO yang masing masing diambil pada suhu
219oC dan 345oC. LVGO dipompakan dengan P-9AB dari V-1 dan didinginkan dengan E-
9A. Sebagian LVGO langsung diambil sebagai produk dan sebagian lagi akan dikembalikan
ke V-1 setelah dipanaskan terlebih dahulu dengan E-10. HVGO dipompakan dengan P-6ABC
dari V-1, sebagian dikembalikan ke V-1 dan sebagian lagi digunakan untuk memanaskan
umpan melalui E-1AB dan E-2AB. Kemudian HVGO dilewatkan ke E-8AB untuk
pendinginan lebih lanjut. Keluaran E-8AB dibagi menjadi tiga aliran yaitu aliran ke unit HCU
211 dan 212, serta aliran ke tangki HVGO. Produk bawah berupa short residue diambil pada
suhu 395oC kemudan didinginkan dengan E-3. Sebagian residu dikembalikan ke V-1 dan
sebagian lagi akan diumpankan ke unit DCU untuk diolah lebih lanjut. Residu juga sebagian
dialirkan ke tangki penyimpanan serta sebagian lagi dipanaskan dan diolah kembali di V-1.

FEED SURGE 1st & 2nd Stage VACUUM VACUUM CONDENSATE STEAM DISENGAGING
DRUM DESALTER HEATERS TOWER RECEIVER KO DRUM DRUM

Flare
Fuel Gas

Feed Water
Nitrogen Steam
J-51/52/53 Flare

E-6
V-11
V-3 V-10
E-51/52/53

V-5A
H-1A
Atm LP Steam
V-2
V-4
E-2,3
V-1 V-9 V-6
To SWS
V-5B
To Slop Tank
E-9
CONT & .
CHARGE Water Swt Unit INTERMITTN E-5
84.5% LSRC . BLOWDOWN
15.5% PEDADA .
Refinery Water H-1B E-7
Grav. 26.6/.895 .
PP 110F MW 522 .
K 12.36 .
LVGO
Visc Kin 135F 7.1cst . Grav. 34.5/.8524 K 12.25
BR oF 490-1115(73%) .
Tempered Water Return PP 80F FP 315F .
S 0.09 BR 650-720F .
E-3
V-5B TEMPERED WATER
E-4 HVGO
EXPANSION DRUM
Grav. 31.0/.8708 K 12.25 .
PP 80F FP 315F N2 600PPM
S 0.09 BR 650-720F .
Tempered Water Supply
VACUUM BOTTOM
Grav. 18.8/0.9415 Visc. Kin.210 F 87.2
Condensate S 0.17 K 12.22 N2 0.80 wt% . HEAVY VACUUM UNIT
UNIT 110
rs/pe-enj.bang
II.5. Terdapat 2 jenis Vacuum Distillation Unit, yaitu :

1. Fuel type
Vacuum Distillation Unit fuel type merupakan fraksinasi terbatas, yang biasanya
menghasilkan 3 macam produk, yaitu Light Vacuum Gas Oil, Heavy Vacuum Gas Oil, dan
Vacuum Residue. Produk Light Vacuum Gas Oil biasanya sudah memenuhi spesifikasi diesel
dan dapat langsung dikirim ke tangki penyimpanan. Produk Heavy Vacuum Gas Oil biasanya
dikirim ke unit Hydrocracker atau Fluid Catalytic Cracking / FCC. Sedangkan vacuum
residue dapat diolah di Delayed Coking Unit atau Visbraker atau sebagai komponen blending
Low Sulfur Waxy Residue (LSWR) atau sebagai komponen blending fuel oil.

2. Lubes type
Vacuum Distillation Unit lubes type memerlukan pemisahan yang baik diantara lube cuts.
Umpan VDU jenis ini sudah sangat tertentu karena produk-produk lubes cut mempunyai
spesifikasi yang sangat sempit. VDU lubes type biasanya mempunya pressure drop yang
lebih tinggi dan cut point yang lebih rendah daripada VDU fuel type. VDU lubes type
biasanya memproduksi 3-4 macam lube base oil dengan spesifikasi yang jauh lebih ketat jika
dibandingkan produk VDU fuel type (terutama dalam hal spesifikasi viscosity dan viscosity
index).

Aliran proses VDU Lubes Type secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

Process Flow Diagram VDU Lubes Type


Perbedaan antara CDU dan VDU dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel I. Perbedaan antara CDU dan VDU

Parameter CDU VDU


Flash Zone 1 atm (760 mmHg) 30 mmHgA
Pressure
Flash Zone Temp. 330-350 oC 400-410 oC
Heater COT 330-350 oC 416-427 oC
Produk LPG, Naphtha, Light Vacuum Gas Oil, Heavy Vacuum
Kerosene, Diesel, Gas Oil, Vacuum Residue (untuk VDU
Atmospheric Residue fuel type) dan Lube Cut-1, Lube Cut-2,
Lube-Cut-3 (untuk VDU lubes type; nama
tergantung viscosity atau viscosity index-
nya).

II.6. Feed dan Produk Vacuum Distillation Unit

1. Feed dan Produk VDU Fuel Type


Seperti telah dijelaskan diatas, feed VDU fuel type adalah atmospheric residue yang berasal
dari CDU (boiling range 370 s/d 540 oC+), sedangkan produknya berupa Light Vacuum Gas
Oil (boiling range 243 s/d 382 oC), High Vacuum Gas Oil (boiling range 365 s/d 582 oC),
dan Vacuum Residue (boiling rang 582 oC+).

2. Feed dan Produk VDU Lubes Type


Feed VDU lubes type dapat berupa atmospheric residue yang berasal dari CDU (untuk Lube
Base Oil plant yang memproduksi lube base oil grade rendah/non-sintetis) atau berupa
unconverted oil yang berasal dari unit Hydrocracker (untuk Lube Base Oil plant yang
memproduksi lube base oil grade tinggi/sintetis).
Produk-produk VDU lubes type tergantung jenis grade lube base oil yang ingin
dihasilkannya, biasanya ada 3 jenis grade yang dapat dihasilkan oleh VDU lubes type.

Typical Product CDU dan VDU

II.7. Variabel Proses Vacuum Distillation Unit


Variabel proses yang berpengaruh pada operasi Vacuum Distillation Unit adalah
tekanan kolom VDU, temperature flash zone, temperature draw off produk (LVGO-HVGO
untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-3 untuk VDU lubes type).

1. Tekanan
Variabel proses utama yang mempengaruhi operasi VDU dan yield produk gas oil adalah
tekanan kolom VDU. Semakin vacuum tekanan kolom VDU, maka semakin banyak yield
produk gas oil dapat dihasilkan. Tekanan kolom VDU yang dijadikan acuan adalah tekanan
top kolom VDU. Biasanya tekanan top kolom VDU diatur sekitar 15 mmHg untuk dapat
memaksimalkan yield produk. Semakin tinggi tekanan kolom maka yield produk gas oil akan
semakin sedikit dan yield produk vacuum bottom semakin banyak. Untuk tekanan top kolom
VDU sebesar 15 mmHg, maka tekanan bottom kolom VDU/tekanan flash zone biasanya
sekitar 30 mmHg (untuk kondisi tray yang bersih).

2. Flash Zone Temperature


Setelah tekanan, maka temperatur flash zone menjadi variabel proses lain yang penting.
Semakin tinggi flash zone temperature maka semakin banyak pula yield produk gas oil yang
dihasilkan. Namun flash zone temperature tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
mengakibatkan kecenderungan pembentukan coke pada sekitar flash zone (terutama di area
slop wax) menjadi tinggi. Best practice yang biasa dipakai adalah temperature flash zone
dijaga agar temperature draw off slop wax tidak lebih dari 380 oC atau temperature stack slop
wax tidak lebih dari 400 oC. Namun jika kondisi packing tray sangat kotor maka best practice
ini menjadi hampir tidak mungkin dipakai, karena dengan menjaga kondisi operasi seperti ini
yield gas oil akan sangat rendah dan yield vacuum bottom akan menjadi sangat tinggi. Best
practice ini dapat sedikit diabaikan sambil menunggu kedatangan packing tray dan plant stop
untuk penggantian packing tray. Kenaikan temperature draw off slop wax sebesar 10 oC akan
menaikkan kecepatan pembentukan coking sebanyak 2 kali lipat (UOP Engineering Design
Seminar, Des Plaines Materi Vacuum Unit Design). Biasanya flash zone temperature dijaga
antara 397 s/d 410 oC.
Flash zone temperature diatur secara tidak langsung, yaitu dengan mengatur Combined Outlet
Temperatur/COT fired heater.

3. Temperatur Bottom Kolom VDU


Temperatur bottom kolom VDU harus dijaga antara 370-380 oC dengan alasan yang sama
seperti telah dijelaskan pada point V.2. Pengendalian temperatur bottom kolom VDU ini
dilakukan dengan mengatur jumlah produk bottom kolom VDU yang dikembalikan lagi ke
bottom kolom VDU setelah sebagian panasnya diserap di feed/bottom heat exchanger.

4. Temperatur Slop Wax


Slop wax section pada kolom VDU berfungsi untuk menghilangkan 5% gas oil terberat dari
aliran uap yang mengalir ke atas dari flash zone. Kepentingan penghilangan 5% gas oil
terberat adalah untuk menghilangkan kandungan metal dan asphaltene yang biasanya
terkandung di dalam fraksi terberat gas oil. Pengaturan temperature slop wax tidak dilakukan
secara langsung tetapi dengan cara mengatur temperature flash zone/combined outlet
temperature fired heater. Best practice pengaturan temperature slop wax adalah seperti telah
dijelaskan pada point V.2.

5. Jumlah/Temperature Hot Reflux HVGO


Hot reflux HVGO biasa disebut juga sebagai HVGO wash karena aliran reflux ini berfungsi
untuk mencuci/membasahi packing tray yang berada pada bagian bawah HVGO accumulator
agar pada packing tray tidak terjadi coking. Best practice UOP, jumlah hot reflux HVGO
adalah 0,3-0,5 gpm/ft2 luas permukaan packing tray (2006 UOP Engineering Design
Seminnar, Des Plaines, USA).

6. Jumlah/Temperature Cold Reflux HVGO


Cold reflux HVGO berfungsi untuk mengatur spesifikasi produk HVGO. Semakin tinggi
temperature cold reflux HVGO (dan/atau semakin banyak jumlah cold reflux HVGO) maka
semakin banyak fraksi yang lebih berat yang terkandung di dalam produk HVGO sehingga
akan berefek pada kualitas HVGO seperti end point HVGO dan kandungan metal meningkat.

7. Residence Time Produk Bottom di Bottom Kolom VDU


Semakin tinggi level bottom kolom VDU maka semakin tinggi juga residence time-nya.
Biasanya level bottom kolom VDU dijaga sekitar 50 % yang merupakan optimasi antara
residence time dan menghindari terjadinya loss suction pada pompa bottom kolom VDU.

8. Gas Oil Draw off Temperature


Gas oil draw off temperature diatur untuk dapat menghasilkan yield produk gas oil (LVGO-
HVGO untuk VDU fuel type atau Lube Cut-1, Lube Cut-2, Lube Cut-3 untuk VDU lubes
type). Untuk VDU fuel type dapat diatur dengan memaksimalkan produk LVGO atau dengan
memaksimalkan produk HVGO. Jika spesifikasi produk LVGO sudah dapat memenuhi
spesifikasi produk diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan
produk LVGO dan meminimalkan produk HVGO. Namun jika spesifikasi produk LVGO
tidak dapat memenuhi spesifikasi produk diesel dan hanya digunakan sebagai salah satu
komponen blending diesel, maka lebih baik unit VDU dioperasikan dengan memaksimalkan
HVGO, karena HVGO dapat diolah di unit Hydrocracker yang akan meng-crack HVGO
menjadi produk-produk yang bernilai lebih tinggi, yaitu, LPG, Naphtha, Kerosene, dan
Diesel.
9. Titik-titik yang berbahaya (Danger points).

Terdapat dua catatan penting dimana setiap orang yang berhubungan dengan operasi unit
vakum harus selalu diingat pada setiap waktu.

Note.1. Air yang meski dengan lambat (slugs) memasuki kolom vakum akan menyebabkan
kerusakan tray yang besar (extensive tray damage) karena air akan melimpah dibawah
kondisi operasi normal. Line injeksi steam harus dengan hati-hati didrain dari semua
kondensat sebelum diinjeksi dengan steam.

Note2. Tidak ada peralatan, selama dibawah vacuum, dapat dibuka ke atmosfir pada setiap
keadaan. Gunakan hanya sample point yang sudah dirancang pada bagian discharge dari
pompa-pompa.

II.8. Permasalahan, Penyebab, dan Troubleshooting Vacuum Distillation Unit


(Troubleshooting)

Permasalahan Penyebab Troubleshooting

Pour Point LVGO Adanya fraksi HVGO yang Naikkan jumlah reflux LVGO,
tinggi. terikut sebagai produk LVGO. dan/atau
Turunkan temperature reflux
LVGO.
Yield produk gas Terbentuk coking pada packing Naikkan temperature flash zone.
oil rendah/yield tray sehingga proses kontak uap- Naikkan kevakuman kolom VDU
produk vacuum cair dalam kolom VDU (turunkan tekanan top kolom VDU
bottom tinggi terganggu. dengan mengatur operasi steam
Kevakuman kolom VDU kurang ejector).
(tekanan top kolom VDU naik). Naikkan temperature draw off gas
Temperature flash zone rendah. oil.
Temperature draw off gas oil
rendah.
Leaking pada Kondensasi gas yang Jika masih mungkin mem-bypass
downstream top mengandung senyawa korosif. condenser, maka dilakukan bypass
kolom VDU Kebocoran pada sisi pendingin condenser dan kemudian
(biasanya di yang medianya biasanya adalah dilakukan perbaikan condenser.
daerah air laut. Biasanya disain VDU masih
condenser). tersedia spare untuk condenser,
sehingga dapat dilakukan change
over condenser untuk kemudian
condenser yang bermasalah
dilakukan perbaikan.
Jika tidak mungkin mem-bypass
condenser atau tidak ada spare
condenser, maka unit harus stop
untuk dilakukan perbaikan.

Loss suction Level indicator bottom VDU Perbaiki level indicator bottom
pompa bottom bermasalah. VDU.
VDU. Jika perbaikan level indicator
bottom VDU memakan waktu
lama atau sudah tidak dapat
diperbaiki, maka gunakan acuan
temperature pada bottom kolom
VDU (biasanya bottom kolom
VDU didisain memiliki 3 level
indicator).
BAB III

KESIMPULAN

Pada destilasi terdapat beberapa unit-unit proses, salah satunya adalah high vacuum
unit. High vacuum unit merupakan unit yang menghasilkan gas oil dari reduced crude pada
tekanan yang jauh dibawah atmosferik, biasanya kurang dari 1 psia dan pada temperatur
dimana baik fraksi gas oil maupun asphalt tidak mengalami dekomposisi thermal. Prinsip
dasarnya adalah bahwa titik didih semua meterial turun pada tekanan yang lebih rendah yang
berfungsi untuk memisahkan umpan LSWR (Low sulphur Waxy Residu) dari CDU
berdasarkan perbedaan titik didih.

Pengolahan tahap II dimulai dengan vakum long residu di high vacuum unit (HVU),
produk distilasi HVU ini adalah Low Vacuum Gas Oil (LVGO), Heavy Vacuum Gas Oil
(HVGO), dan short residu. HCGO dan short residu direngkah kembali untuk menghasilkan
BBM. HVGO direngkah secara katalik dalam, hydrocracker unibon (HCU) menghasilkan
LPG, naphtha, kerosene, avtur, dan solar dengan menggunakan katalis dan hidrogen tekanan
tinggi. Short residu direngkah secara termal dalam Delayed Coking Unit (DCU) dengan
pemanasan sampai 490 0C untuk menghasilkan LPG, naphtha, solar dan coke. Produk-
produk rengkahan ini berkualitas rendah sehingga harus di-treating sebelum dipasarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Noname.2001.HOC-Operating Manual High Vacuum RU II Dumai..PT.Pertamina(Persero)

Ramadahan,Hapip.2009.Laporan Kerja Praktek PT.Pertamina RU II


Dumai.Pekanbaru:Fakultas Teknik Universitas Riau

Yunidar, Evaluasi Performance Heat Echanger E-1 s/d E-7 Train A (Pre Heater) Crude
Distilation Unit, Laporan Kerja Praktek Pertamina UP II Dumai, Riau : Prodi D3 Teknik Kimia
UNRI, 2004

Eriyadi, Pemodelan dan Simulasi Steam Reformer Kilang Pertamina UP II Dumai, Bandung

Prodi S2 Teknik Kimia ITB,1995


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Gas Alam.

Dalam makalah ini penulis mencoba menjelaskan tentang apa itu gas alam, komposisi gas alam,

impurities pada gas alam dll.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini,oleh karena itu sangat

diharapkan saran dan kritik atas makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi

kita semua.

Pekanbaru, 11 Oktober 2011

PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Definisi gas alam............................................................................ 2

2.2 Komposisi gas alam ...................................................................... 2

2.3 Penyimpanan & Transportasi gas alam .......................................... 3

2.4 Pemanfaatan gas alam ................................................................... 4

2.5 Gas alam di Indonesia .................................................................... 5

2.6 Pengolahan gas alam ...................................................................... 5

2.7 Produk gas alam ............................................................................ 8

2.8 Impurities gas alam ........................................................................ 8

2.9 Klasifikasi gas alam ....................................................................... 9

2.10 Sumberdaya gas alam .................................................................. 12

2.11 Manfaat gas alam ........................................................................ 14

2.12 Dampak negative gas alam........................................................... 16

2.13 Komposisi & sumber gas alam di air .......................................... 16

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan
memberikan konstitusi yang penting dalam kehidupan manusia. Gas alam sering disebut
sebagai Gas Bumi atau Gas Rawa, yaitu bahan bakar berbentuk gas yang terutama terdiri dari
metana (CH4). Gas tersebut ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang
batu bara. Komponen dari gas alam adalah gas metana (CH4), yang merupakan hidrokarbon
rantai terpendek dan teringan. Gas alam mengandung Hidrokarbon berat seperti etana
(C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), serta gas-gas yang mengandung sulfur
(belarang). Yang kadarnya adalah Metana (CH4) 80-95 %, Etana (C2H6) 5-15 %, Propana
(C3H8) and Butana (C4H10) < 5 % Gas alam juga merupakan sumber utama untuk gas
Helium, karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S) dan air serta merkuri yang
terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang
gasnya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan yang lebih
luas lagi tentang gas alam dan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pada mata
kuliah Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati.

1.3 Masalah
Definisi Gas Alam
Komposisi Gas Alam
Gas Alam di Indonesia
Pengolahan Gas Alam
Impurities pada Gas Alam
Manfaat Gas Alam
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Gas Alam

Gas alam merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat melimpah di dunia ini.
Gas alam merupakan bahan bakar yang terbentuk dari fosil-fosil yang telah terkubur selama
berjuta-juta tahun lamanya. Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa,
adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4). Ia dapat
ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang
kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan
organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-
rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik
(rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam
kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida.
Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.

Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan
bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas,
bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih
besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang
peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang
lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon
dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman,
sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini, banyak negara maju
meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah
padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan
limbah.

2.2 Komposisi Gas Alam


Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain
juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama
untuk sumber gas helium.

Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke
atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang berguna.
Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon dioksida
dan

air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung
sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap,
ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton
per tahun secara berturut-turut).

Komponen %

Metana (CH4) 80-95

Etana (C2H6) 5-15

Propana (C3H8) and Butane (C4H10) < 5

Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga
terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama


dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan
dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang
telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum
gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan
menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah
diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat
menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di
udara pada level yang dapat membahayakan.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar
di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi
gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat
menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang
berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.

Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan


karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat
menimbulkan ledakan.

2.3 Penyimpanan dan Transportasi Gas Alam

Polyethylene gas main being laid in a trench.

Metode penyimpanan gas alam dilakukan dengan "Natural Gas Underground


Storage", yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut sebagai "salt dome"
yakni kubah-kubah di bawah tanah yang terjadi dari reservoir sumber-sumber gas alam yang
telah depleted. Hal ini sangat tepat untuk negeri 4 musim. Pada musim panas saat pemakaian
gas untuk pemanas jauh berkurang (low demand), gas alam diinjeksikan melalui kompresor-
kompresor gas kedalam kubah di dalam tanah tersebut. Pada musim dingin, dimana terjadi
kebutuhan yang sangat signifikan, gas alam yang disimpan di dalam kubah bawah tanah
dikeluarkan untuk disalurkan kepada konsumen yang membutuhkan. Bagi perusahaan
(operator) penyedia gas alam, cara ini sangat membantu untuk menjaga stabilitas operasional
pasokan gas alam melalui jaringan pipa gas alam.
Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi :

Transportasi melalui pipa salur.


Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal tanker LNG
untuk pengangkutan jarak jauh.
Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan dengan
road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan
menengah (antar pulau).

Di Indonesia, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Hilir Migas) telah menyusun Master
Plan "Sistem Jaringan Induk Transmisi Gas Nasional Terpadu". Dalam waktu yang tidak
lama lagi sistem jaringan pipa gas alam akan membentang sambung menyambung dari Nang
roe Aceh Darussalam-Sumatera Utara-Sumatera Tengah-Sumatera Selatan-Jawa-Sulawesi
dan Kalimantan. Saat ini jaringan pipa gas di Indonesia dimiliki oleh PERTAMINA dan PGN
dan masih terlokalisir terpisah-pisah pada daerah-daerah tertentu, misalnya di Sumatera
Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.

Carrier LNG dapat digunakan untuk mentransportasi gas alam cair (liquefied natural
gas, LNG) menyebrangi samudra, sedangkan truk tangki dapat membawa gasa alam cair atau
gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) dalam jarak dekat. Mereka dapat
mentransportasi gas alam secara langsung ke pengguna-akhir atau ke titik distribusi, seperti
jalur pipa untuk transportasi lebih lanjut. Hal ini masih membutuhkan biaya yang besar untuk
fasilitas tambahan untuk pencairan gas atau kompresi di titik produksi, dan penggasan atau
dekompresi di titik pengguna-akhir atau ke jalur pipa.

2.4 Pemanfaatan Gas Alam

Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :

Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik
Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar
kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga
hotel, restoran dan sebagainya.

Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia,
metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low
density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene,
PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry
ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan
pemadam api ringan.

Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG.

Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner
(AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa
bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.

Cadangan gas dunia

Total cadangan dunia (yang sudah dikonfirmasi) adalah 6,112 triliun kaki persegi. Daftar
20 besar negara dengan cadangan gas terbesar dalam satuan triliun kaki persegi (trillion cu ft)
adalah:

1. Rusia =1,680
2. Iran =971
3. Qatar =911
4. Arab Saudi =241
5. United Arab Emirates =214
6. Amerika Serikat =193
7. Nigeria =185
8. Aljazair =161
9. Venezuela =151
10. Irak =112
11. Indonesia =98
12. Norwegia =84
13. Malaysia =75
14. Turkmenistan =71
15. Uzbekistan =66
16. Kazakhstan =65
17. Belanda =62
18. Mesir =59
19. Kanada =57
20. Kuwait =56

Total cadangan 20 negara di atas adalah 5,510 triliun kaki persegi dan total cadangan
negara-negara di luar 20 besar di atas adalah 602 triliun kaki persegi.

Daftar ladang gas terbesar dalam satuan (*109 m):

1. Asalouyeh, South Pars Gas Field (10000 - 15000)


2. Urengoy gas field (10000)
3. Shtokman field (3200)
4. Karachaganak field, Kazakhstan (1800)
5. Slochteren (1500)
6. Troll (1325)
7. Greater Gorgon (1100)
8. Shah Deniz gas field (800)
9. Tangguh gas field , Indonesia (500)
10. Sakhalin-I (485)
11. Ormen Lange (400)
12. Jonah Field (300)
13. Snhvit (140)
14. Barnett Shale (60 - 900)
15. Maui gas field (?)
16.

2.5 Gas Alam di Indonesia

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana produksi gas
alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim
melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang.
Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana
PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di
Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang.
Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan digantikan
oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri
IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi
tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok gas
alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan
Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan
Cilegon Banten. Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon,
Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik
baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.

Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam
bentuk LNG (Liquefied Natural Gas)

Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Nanggre Aceh
Darussalam. Sumber gas alam yang terdapat di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh PT
Arun NGL Company. Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang
dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggre Aceh Barh (kabupaten Aceh
Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari
gas alam.

2.6 Pengolahan Gas Alam

a. Eksplorasi

Sama halnya dengan eksplorasi bahan bakar yang lain, gas alam pun tidak tersedia di setiap
tempat. Perlu dilakukan penulusuran dan pencarian tentang sumber-sumber potensial yang
mengandung gas alam ini. Gas alam biasanya ditemukan bersamaan dengan minyak bumi,
akan tetapi ada pula sumur gas alam yang terpisah sendiri.

Banyak cara maupun teknologi yang digunakan untuk proses eksplorasi, diantaranya:

Seismic Exploration

Onshore Seismology

Offshore Seismology

Magnetometers
Gravimeters

2-D Seismic Interpretation

Computer Assisted Exploration

3-D Seismic Imaging

2-D Seismic Imaging

4-D Seismic Imaging

b. Produksi

Gas yang digunakan oleh konsumen bukanlah gas yang langsung diambil dari
sumurnya. Gas tersebut perlu diolah dan diproses untuk menghasilkan gas siap pakai.
Beberapa proses yang sering dilakukan untuk menghasilkan gas siap pakai diantaranya:

Oil and Condensate Removal

Water Removal

Separation of Natural Gas Liquids

Sulfur and Carbon Dioxide Removal

Produksi LNG

Sebelum dapat dilakukan proses liquefaction, gas yang ditransmisikan dari wellhead
harus bersih dan kering. Gas harus dibersihkan dari cairan-cairan hidrokarbon dan
kotoran-kotoran serta dari kontaminan. Selanjutnya gas didinginkanuntuk menjadikan air
terkondensasi kemudian dilakukan proses dehidrasi untuk menghilangkan uap air.
Apabila terdapat kandungan merkuri dalam feed gas maka harus dihilangkan. Gas alam
hanya boleh mengandung methana dengan sedikit hidrokarbon ringan agar proses dapat
berjalan efisien. Proses liquefaction setelah pendinginan gas dengan menggunakan
pemindah panas. Gas disirkulasikan melalui coil tabung alumunium, dialirkan ke
pendingin hidrokarbon nitrogen yang terkompresi. Perpindahan panas selesai seiring
dengan menguapnya pendingin, kemudian gas didinginkan di dalam tabung sebelum
dikembalikan ke kompresor. Gas alam cair dipompakan ke dalam tangki penyimpanan
sampai siap diangkut ke dalam tanker.

Gambar 1. Komponen-Komponen dari LNG Liquefaction Plant

c.Distribusi

Karena wujudnya yang berupa gas, gas alam memiliki beberapa cara untuk
didistribusikan. Setidaknya ada empat cara untuk mendistribusikan gas ala mini, yaitu :

Distribusi melalui pipa salur.

Distribusi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG), biasanya dilakukan untuk
distribusi jarak jauh

Distribusi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG)

Distribusi dengan memadatkan gas (hydrate methane), akan tetapi teknologi ini
masih terus dikembangkan karena masih belum ekonomis.

d. Penyimpanan gas alam

Metode penyimpanan (storage) gas alam dilakukan dengan Natural Gas


Underground Storage, yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut
sebagai salt dome yakni kubah-kubah dibawah tanah yang terjadi dari reservoir
sumber-sumber gas alam yang telah depleted.

Penyimpanan LNG

Untuk mendukung proses regasifikasi, LNG disimpan dalam tanki bertekanan


atmosfer, dengan tembok ganda, bersekat dengan fitur-fitur inovatif, kemanan tinggi dan
desain yang stabil. Tembok tanki bagian dalam terdiri atas besi baja khusus dengan
kandungan nikel tinggi seperti alumunium dan tahan terhadap temperatur cryogenic.
Untuk mencegah kebocoran, beberapa tanki penyimpanan diperkuat dengan sistem
penahan ganda, di mana tembok bagian dalam dan luar sama-sama dapat dimuat LNG.

2.7 Produk Gas Alam

a. Gas alam fosil

Gas alam ini merupakan gas alam yang langsung didapat dari perut bumi. Gas alam ada
yang bersatu dengan minyak bum, ini dinamakan gas associated. Selain itu, ada pula
yang terpisah dan memiliki ladang atau sumur sendiri, ini dinamakan gas non associated.

b. Town gas

Town gas merupakan campuran metana dan gas lain, umumnya mengandung karbon
monoksida. Gas ini dapat digunakan layaknya gas alam yang lain dan dapat diproduksi
melalui proses gasifikasi batubara. Akan tetapi, saat ini perekembangan teknologi untuk
menghasilkan town gas belum ekonomis.

c. Biogas

Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi
kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk
menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen
seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas
sederhana.

d. Gas hydrate
Gas hydrate atau yang biasa disebut gas alam padat adalah kristal es yang terbentuk
dimana lapisan es menutupi molekul gas yang terjebak didalamnya.

2.8 Impurities pada Gas Alam

Telah diketahui bahwa pada umumnya gas yang diperoleh dari lapangan atau dari
perut bumi, masih mengandung gas-gas atau materi lain yang tidak diinginkan tersebut
disebut impurities atau zat pengotor. Jenis impurities dalam gas alam Arun adalah:

Hidrokarbon berat.

Hidrokarbon berat dihilangkan dalam gas alam karena :

Mengurangi effisiensi larutan yang digunakan untuk menyerap CO2 dan H2 S.

Mengganggu dalam proses pencairan, misalnya gas yang mengandung hidrokarbon


berat sebesar 1,7% menjadi beku pada suhu -200 F (-129,9 C) pada tekanan 100
psig (7,03 kg/cm g).

Memperkecil kemungkinan terjadinya foaming di sistem pemurnian gas alam.

Merkuri.

Merkuri dihilangkan dalam gas alam karena:

Untuk mencegah terbentuknya amalgam Al dan Mg, karena larut dalam Hg.
Amalgam dengan H2O membentuk oksida yang dapat menyumbat tube. Reaksi yang
terjadi :

2Al + 3H2O Al2O3 + 3H2

Mg + H2O MgO + H2

Sebagai pollutan dan impurities menganggu proses. Disamping itu, merkuri sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia.

Karbondioksida (CO2).
Tujuan dari penghilangan CO2 dalam gas alam karena:

Karbondioksida akan membeku pada suhu yang sangat rendah, sehingga


menyumbatkan pada peralatan dan perpipaan unit pencairan.
Karbondioksida tidak mempunyai nilai bakar, jadi keberadaannya dalam gas alam
akan menurunkan nilai bakar atau heating value gas alam.

Hidrogen Sulfida (H2S)

Tujuan dari penghilangan H2S dalam gas alam karena:

Hidrogen sulfida merupakan gas racun yang sangat korosif terhadap peralatan di
kilang proses.

2.9 Klasifikasi Gas Alam

Gas Alam Cair

Gas alam cair (Liquefied natural gas, LNG) adalah gas alam yang telah diproses untuk
menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi
cairan pada tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -160 Celcius. LNG
ditransportasi menggunakan kendaraan yang dirancang khusus dan ditaruh dalam tangki yang
juga dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada Suhu dan Tekanan
Standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh di mana jalur pipa tidak
ada. Ketika memindahkan gas alam dengan jalur pipa tidak memungkinkan atau tidak
ekonomis, dia dapat ditransportasi oleh kendaraan LNG, di mana kebanyakan jenis tangki
adalah membran atau "moss".
Fakta dasar LNG

LNG menawarkan kepadatan energi yang sebanding dengan bahan bakar petrol dan
diesel dan menghasilkan polusi yang lebih sedikit, tetapi biaya produksi yang relatif tinggi
dan kebutuhan penyimpanannya yang menggunakan tangki cryogenic yang mahal telah
mencegah penggunaannya dalam aplikasi komersial.

Kondisi yang dibutuhkan untuk memadatkan gas alam bergantung dari komposisi dari
gas itu sendiri, pasar yang akan menerima serta proses yang digunakan, namun umumnya
menggunakan suhu sekitar 120 and -170 derajat celsius (methana murni menjadi cair pada
suhu -161.6 C) dengan tekanan antara 101 dan 6000 [kilopascal|kPa]] (14.7 and 870
lbf/in).Gas alam bertakanan tinggi yang telah didapat kemudian diturunkan tekanannya
untuk penyimpanan dan pengiriman.

Kepadatan LNG kira-kira 0,41-0,5 kg/L, tergantung suhu, tekanan, dan komposisi.
Sebagai perbandingan, air memiliki kepadatan 1,0 kg/L.

LNG berasal dari gas alam yang merupakan campuran dari beberapa gas yang bereda
sehingg tidak memililiki nilai panas yang spesifik.Nilai panasnya bergantung pada sumber
gas yang digunakan dan proses yang digunakan untuk mencairkan bentuk gasnya. Nilai panas
tertinggi LNG berkisar sekitar 24MJ/L pada suhu -164 derajat Celsius dan nilai terendahnya
21ML/L.

Pada 1964 Inggris dan Prancis adalah pembeli LNG dalam perdagangan LNG
pertama dunia dari Aljazair, sebagai saksi dari era baru energi. Karena kebanyakan pabrik
LNG terletak di wilayah "terpencil" yang tidak memiliki jalur pipa, biaya perawatan dan
transportasi LNG sangat besar sehingga pengembangannya melambat pada setengah abad
terakhir.
Pembangunan pabrik LNG menghabiskan biaya AS$1-3 milyar, biaya terminal
penerimaan AS$0,5-1 milyar, dan pengangkut LNG AS$0,2-0,3 milyar. Dibandingkan
dengan minyak mentah, pasar gas alam kecil namun matang. Pengembangan komersial LNG
adalah sebuah gaya yang disebut rantai niai, yang berarti pensuplai LNG awalnya
memastikan pembeli bawah dan kemudian menandatanganni kontrak 20-25 tahun dengan isi
perjanjian yang ketat dan struktur penghargaan gas.

Gas Alam Padat

Pernahkan kita bayangkan, kita mengeluarkan beberapa bongkahan es dari lemari es,
kemudian kita nyalakan api dari bongkahan es tersebut untuk memanaskan secangkir kopi
hangat di pagi hari? Tidak lama lagi kita akan melakukan hal itu. Bongkahan itu bukan
sembarang es, tetapi es yang didalamnya berisi gas alam yang telah dipadatkan, yang dalam
bahasa ilmiahnya disebut gas alam padat atau hidrat gas alam (natural gas hydrate atau
NGH). NGH adalah kristal es yang terbentuk dimana lapisan es menutupi molekul gas yang
terjebak didalamnya.

NGH stabil pada tekanan tinggi dan suhu rendah, dan terjadi secara alami di dasar laut
yang bertekanan tinggi dan bersuhu rendah pada kedalaman 150-2000 meter dibawah
permukaan air laut. Eksplorasi NGH dari dasar laut masih memerlukan 30-40 tahun untuk
menjadi ekonomis, yaitu pada saat cadangan energi fosil telah habis. NGH juga terjadi
sebagai problem pada pipa saluran gas alam bertekanan tinggi didaerah yang dingin.
Terbentuknya NGH dapat menghamapat aliran gas pada pipa. Pada saat ini penelitian NGH
banyak dilakukan sebagai alternatif sistem pengangkutan dan penyimpanan gas alam, yang
selama ini didominasi oleh sistem pemipaan dan gas alam cair (liquefied natural gas, LNG)

Metode pemipaan sangat efisien untuk transportasi dalam jarak yang tidak begitu
jauh. Semakin jauh jarak yang akan di tempuh, pemipaan semakin tidak ekonomis. Pemipaan
dilakukan dengan menyalurkan gas alam bertekanan 700-1100 psig melalui pipa. Rata-rata
biaya pemipaan adalah 1-5 USD per miles, tergantung dari kondisi daerah tempat ladang
minyak berada dan daerah yang akan di lewati pipa. Pemipaan diatas 200 miles saat ini
dianggap tidak ekonomis, walaupun demikian, pemipaan diatas 2000 mile saat ini sedang
ditenderkan untuk transportasi gas alam dari Timur Tengah ke Pakistan dan India, juga dari
Venevuela ke Amerika.
Metode pencairan dilakukan dengan mendinginkan gas pada suhu -162oC. Volume
gas cair setara dengan 600 kali dari volume gas pada suhu ruang. Walaupun demikian ongkos
LNG masih mahal yaitu USD 15 untuk gas dengan jumlah setara 1 barel minyak bumi.
Sistem LNG membutuhkan instalasi yang rumit dan pendingin khusus untuk transportasinya.
Sistim ini banyak di gunakan untuk transportasi jarak jauh. Pembangunan sistem LNG
semakin murah sejak 25 tahun terakhir setelah ditemukan kemajuan besar dalam efisiensi
termodinamika sehingga LNG menjadi pilihan utama transportasi gas alam di dunia. Investasi
LNG membutuhkan biaya yang sangat mahal, sekitar 1 milyar USD untuk memproduksi 0.5
milyar kaki kubik per hari.

Transportasi gas dapat juga dilakukan dalam kontainer bertekanan tinggi, sekitar 1800
psig s- 3600 psig. Biaya investasi yang CNG lebih rendah dari LNG sehingga CNG lebih
cocok untuk ladang gas dengan kapasitas kecil. Kelemahan system CNG diantaranya:
memerlukan kapal khusus dengan container bertekanan untuk mengangkut CNG dan pompa
besar serta waktu yang lama untuk pengisian gas sampai bertekanan 3000 psig. Teknologi ini
sedang dipertimbangkan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai sistem transportasi
untuk dsitribusi gas alam di Indonesia.

Dalam sistem gas alam padat, NGH diproduksi dari percampuran gas alam dengan air
untuk membentuk kristal es. Gas alam padat terjadi ketika beberapa partikel kecil dari gas
seperti metana, etana, dan propana, menstabilkan ikatan hidrogen dengan air untuk
membentuk struktur sangkar 3 dimensi dengan molekul gas alam terjebak dalam sangkar
tersebut.?Sebuah sangkar terbuat dari beberapa molekul air yang terikat oleh ikatan hidrogen.
Tipe ini dikenal dengan nama clathrates. Gas alam padat diperkirakan akan menjadi media
baru untuk penyimpanan dan transportasi gas, sebab memiliki stabilitas yang tinggi pada
suhu dibawah 0oC pada tekanan atmosfer. Kestabilan tersebut disebabkan lapisen es yang
terjadi pada saat hidrat terurai (terdisosiasi), lapisan es tersebut menutupi hidrat dan
mencegah penguraian lebih lanjut. NGH lebih padat dari gas alam, 1 meter kubik NGH setara
dengan 170 meter cubic dari gas alam pada tekaan 1 atm, pada suhu 25oC.

Sistem gas alam padat meliputi 3 step yaitu, produksi, transportasi dan gasifikasi
ulang. Investasi yang digunakan untuk membangun sistem gas alam padat jauh lebih murah
dari pada gas alam cair. Dengan sistem gas alam padat, ladang-ladang minyak dengan
kapasitas kecil yang tidak memungkinkan diekploitasi dengan sistem gas alam cair dapat
dimanfaatkan.
Saat ini cadangan gas alam yang dimiliki Indonesia diperkirakan sebesar 134,0 triliun
kaki kubik (TCF( yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Natuna, Sulawesi
Selatan, dan Papua. Meski?cadangan sangat besar, kemampuan untuk memproduksi gas
tersebut masih sangat terbatas sehingga Indonesia setiap tahun hanya memproduksi gas
sekitar 3 TCF. Poduksi gas alam tercatat sebesar 8,6 miliar kaki kubik per hari, dimana 6,6
miliar kaki kubik dari produksi tersebut digunakan untuk ekspor dan sisanya sebesar 2,0
miliar kaki kubik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yaitu untuk keperluan fertilizers,
refinery, petrochemicals, LPG domestik, PGN, PLN, dan industri lainnya. Penerimaan negara
dari gas alam rata-rata sebesar 10ari total penerimaan negara, dan 80ari jumlah tersebut
berasal dari ekspor. Saat ini sebanyak 80adang gas dengan kapasitas cadangan kecil yang
belum dimanfaatkan secara optimal, karena kendala sistem transportasinya. Dengan system
tranportasi NGH diharapkan kita mampu memanfaatkan ladang gas kita dengan optimal. Dan
sebentar lagi, memanaskan secangkir kopi hangat dengan menyalakan bongkahan es tidak
hanya ada dalam bayangan saja.

2.10 Sumberdaya Gas Alam

Dalam setiap pembicraan energi di dunia saat ini, gas sering menjadi primadona
karena issue semakin menipisnya cadangan minyak dunia. Tidak kalah serunya juga
membicarakan energi di dalam negeri NKRI tercinta ini.

Sumberdaya Gas Alam, dalam hal ini gas yang dapat dibakar (Combustible gas)
adalah gas hidrokarbon. Ya, seperti halnya minyakbumi, gas juga berupa hidrokarbon,
merupakan rangkaian hidrogen (H) dan karbon (C). Gas memiliki rangkaian C pendek
sedangkan minyak memiliki rangkaian dengan C lebih dari 5. Karena gas ini juga
hidrokarbon, maka terdapatnya minyak dan gas alam ini dapat dijelaskan menjadi satu. Itulah
sebabnya minyak dan gas ditangani oleh satu badan tersendiri dirjen MIGAS. Namun, apakah
semua harus ditangani dengan cara yang sama, atau berbeda ? Okelah, kita mulai dari
bagaimana terbentuknya gas ini dan kemudian bagaimana terdpaatnya gas ini. Nah
selanjutnya dengan mengetahui karakterstik gas ini kita bisa melihat bagaimana semestinya
menangani atau menggunakan gas-gas alam ini.

Terbentuknya gas alam

Minyak dan gas alam yang dihasilkan dari sisa-sisa organisme yang diendapkan
dalam batuan sedimen berbutir halus bersama dengan butir mineral batu-batu. Sebagai
sumber batuan ini dimakamkan oleh sedimen diatasnya, yang bahan organik diubah menjadi
minyak dan gas bumi, pertama melalui proses bakteri dan kemudian oleh suhu tinggi yang
terkait dengan penguburan untuk beberapa ribu meter. Minyak dan gas bumi kemudian keluar
dari batuan induk ke batuan reservoir yang berdekatan berpori. Karena minyak dan gas
kurang padat daripada air yang jenuh pada pori-pori batuan reservoir, mereka bergerak ke
atas melalui sistem pori sampai mereka hadapi batuan kedap air. Pada titik ini, minyak dan
gas mengumpulkan dan lapangan minyak atau gas dibentuk. Selengkapnya silahkan baca
ulang ceritanya disini : Proses pembentukan minyak bumi.Gas alam ini dapat terbentuk
secara biogenik dan thermogenik. Gas biogenik mirip dengan BIOGAS yg dibuat oleh
manusia, sedangkan alam membuat gas bio ini di rawa-rawa, sehingga sering disebut juga gas
rawa. Sedangkan gas yang terbentuk akibat tekanan dan panasbumi disebut gas thermogenik.
Gas thermogenik ini terbentuknya mirip dengan minyak bumi yang pernah dituliskan disini
Proses pembentukan minyak bumi BIOGENIC GAS
Pada tempat yang sangat dangkal gas
dapat terbentuk karena proses biologi, aktifitas
bakteri. Tentunya anda mengenal BIOGAS
bukan ?

Proses awal pembentukan gas biogenic ini


sering terjadi di rawa, namun juga terbentuk
secara massal sehingga membentuk
konsentrasi biogas alam yang cukup besar.
Gas ini dapat ditambang seperti mengambil
gas alam biasa. Namun komponen utamanya
methana. Sering disebut Gas Metan.Intinya,
gas biogenik ini merupakan hasil metabolisme
dari bakteri. Sehingga tidak akan terbentuk
pada suhu tinggi.

Pada gas yang terbentuk secara thermogenik, gas ini terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya minyak. Semakin dalam batuan yang banyak mengandung senyawa organik ini
menghasilkan minyak, dan apabila suhunya semakin tinggi akhirnya terbentuk gas.Lihat
grafik diatas, oil peak (puncak keluarnya minyak) berada diatas gas peak (puncak
dihasilkannya gas), Dengan demikian gas seringkali terbentuk dan terdapat pada tempat yang
sangat dalam dan tekanan tinggi.Apakah semua gas itu sama cara mencari dan
memproduksikannya ? Sebelum menjawab pertanyaan sederhana diatas, kita lihat dulu
seperti apa keterdapatan sumberdaya gas alam ini.

2.11 Manfaat Gas Alam dalam Kehidupan

Gas alam sebagai bahan bakar


Antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar
industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV),
sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.
Gas alam terkompresi (Compressed natural gas, CNG) adalah alternatif bahan bakar
selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai bahan bakar gas
(BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih bersih bila dibandingkan dengan dua bahan
bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat
dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam.
LPG (liquified petroleum gas), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon
yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas
berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana
(C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil,
misalnya etana (C2H6) dan pentana (C5H12). Sifat elpiji terutama adalah sebagai
berikut:
1. Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar
2. Gas tidak beracun, tidak berwarna dan biasanya berbau menyengat
3. Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.
4. Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
5. Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah
yang rendah.
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat
dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji juga cukup
banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor walaupun mesin
kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu.

Gas alam sebagai bahan baku


Antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik
LDPE (low density polyethylene), LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE
(high density polyethylen), PE (poly ethylene), PVC (poly vinyl chloride), C3 dan
C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan
buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor


Gas alam yang paling besar digunakan untuk komoditas ekspor di dunia yaitu
LNG (Liquified Natural Gas) atau gas alam cair.
Gas alam cair Liquefied Natural Gas (LNG) adalah gas alam yang telah
diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian
dikondensasi menjadi cairan pada tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -
160 Celcius. LNG ditransportasi menggunakan kendaraan yang dirancang khusus
dan ditaruh dalam tangki yang juga dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/640
dari gas alam pada Suhu dan Tekanan Standar, membuatnya lebih hemat untuk
ditransportasi jarak jauh di mana jalur pipa tidak ada. Ketika memindahkan gas alam
dengan jalur pipa tidak memungkinkan atau tidak ekonomis, dia dapat ditransportasi
oleh kendaraan LNG. Dibandingkan dengan minyak mentah, pasar gas alam cair
relative lebih kecil.
Saat ini teknologi manusia juga telah mampu menggnakan gas alam untuk air
conditioner (AC), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa
bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.

2.12 Dampak Negatif Gas Alam

Gas alam berkontribusi terhadap pemanasan global ketika dibakar, karena


pembakaran gas CO2 ini rilis. Juga, gas alam itu sendiri bahkan lebih kuat pada
menyebabkan pemanasan global daripada CO2 (sekitar 20 kali lebih kuat!) Sehingga jika ada
kebocoran dalam pasokan gas alam, ini akan menyebabkan masalah besar pada iklim global.

Juga, gas alam semakin lebih dan lebih mahal, dan kita sedang menggunakan lebih
dan lebih dari itu. Hanya ada persediaan yang terbatas itu, dan setelah itu hilang itu hilang.
Mengingat ini, juga memiliki efek yang sangat buruk terhadap ekonomi serta dampaknya
terhadap lingkungan akibat pemanasan global.

Selain dari rilis yang jelas CO2 yang telah disimpan selama ribuan tahun, sisi bawah
dari gas alam adalah biaya infrastruktur yang diperlukan untuk mengumpulkan itu. Untuk
hari ini, sebagian besar gas alam hanya menyala dari pada situs baik karena akan banyak
biaya untuk membawa pipa dan kompresor yang diperlukan untuk mengumpulkan gas dan
mengirimkannya ke tempat itu dapat disimpan atau dijual.

Juga, metana, konstituen utama dari gas alam itu sendiri adalah gas rumah kaca (23
kali lebih dari CO2) sehingga apakah itu digunakan untuk pembakaran atau tidak, itu
memberikan kontribusi untuk perubahan iklim.

Gas alam biasanya sangat flammable.They juga menghasilkan bau tak sedap yang
mengakibatkan iritasi dan ketidaknyamanan. Mereka mengakibatkan keracunan kehidupan
air jika mereka mencampur dengan air bawah tanah yang muncul kembali ke air tanah.
2.13 Komposisi dan Sumber Gas Alam di dalam Air

Gas alam terkait erat dengan minyak mentah. Kedua zat diperkirakan telah terbentuk
di kerak bumi sebagai akibat dari transformasi bahan organik karena panas dan tekanan dari
batuan di atasnya. Semua deposit minyak mengandung gas alam, meskipun gas alam sering
ditemukan tanpa minyak. Hidrokarbon gas juga dapat diproduksi sebagai hasil dari
dekomposisi mikroba zat organik dan, kurang sering, karena pengurangan garam mineral.
Banyak dari gas-gas ini dilepaskan ke atmosfer atau hidrosfer, atau mereka menumpuk di
lapisan atas kerak bumi.

Komposisi gas alam bervariasi. Hal ini tergantung pada asal-usul, jenis, asal, dan
lokasi deposit, struktur geologi daerah, dan faktor lainnya. Gas alam terutama terdiri dari
hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu, metana dan homolog nya. Semakin lokasi deposit gas,
semakin tinggi jumlah metana homolog. Di ladang gas kondensat, isi homolog metana
biasanya jauh lebih tinggi daripada tingkat metana. Dalam gas terkait dengan minyak, isi
homolog metana adalah sebanding dengan isi dari metana. Sejumlah besar gas yang
berhubungan dengan minyak dilarutkan dalam minyak ini. Selama ekstraksi minyak, sebagai
tekanan turun, gas datang ke permukaan minyak. Mereka dilepaskan di lingkungan dalam
volume 30-300 m 3 untuk setiap ton minyak yang diekstraksi. Gas-gas ini memberikan sekitar
30% dari total produksi kotor gas mudah terbakar di dunia. Namun, lebih dari 25% dari
jumlah ini berkobar off karena tidak adanya kapasitas yang diperlukan dan peralatan untuk
koleksi dan pengolahan gas.

Komponen lain yang umum ditemukan dalam gas alam adalah karbon dioksida,
hidrogen sulfida, nitrogen, dan helium. Biasanya, mereka merupakan proporsi yang
signifikan dari komposisi gas alam. Namun, di beberapa daerah, konsentrasi mereka dapat
jauh lebih tinggi.

Selain sumber-sumber yang telah disebutkan sebelumnya gas alam (transformasi


bahan organik dalam kerak bumi, dekomposisi mikroba zat organik, dan pengurangan garam
mineral), hidrat gas adalah sumber yang sangat menjanjikan dari hidrokarbon gas di dasar
laut. Menurut beberapa perkiraan [Zubova et al, 1990;. Kellard, 1994], cadangan gas hidrat
urutan besarnya lebih tinggi dari potensi sumber daya gas dipulihkan dari semua bidang
konvensional di dunia.
Dari sudut pandang fisikokimia, hidrat gas dapat dianggap sebagai modifikasi dari es
yang memiliki kandungan gas yang tinggi. Mereka adalah zat padat yang mengkristal terlihat
seperti salju terkompresi. Hidrat terbentuk selama interaksi dari banyak komponen gas alam
(metana, etana, propana, isobutana, karbon dioksida, dan hidrogen sulfida) dengan air di
bawah kombinasi tertentu dari tekanan tinggi dan suhu relatif rendah.

Pembentukan hidrat biasanya menyertai dan mempersulit ekstraksi gas dan minyak
dan transportasi karena hidrat bisa terakumulasi pada sisi sumur dan pipa dan dengan
demikian plug mereka. Metode yang digunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berbeda termasuk memompa inhibitor (metanol, glikol, dan solusi klorida kalium) ke dalam
sumur dan pipa, dehidrasi gas, dan memanaskannya sampai suhu lebih tinggi daripada suhu
pembentukan hidrat.

Mirip dengan minyak, gas memasuki lingkungan karena kedua proses alami dan
antropogenik. Di antara mekanisme utama produksi metana alam di biosfer, dekomposisi
bahan organik oleh bakteri penghasil metana (misalnya, Methanococcus, Methanosarica)
layak disebutkan secara khusus. Bakteri ini bisa mendapatkan energi dengan mengurangi
karbon dioksida sesuai dengan CO 2 + 4H 2 = CH 4 + 2H 2 O reaksi. Proses ini khas untuk
deposito lumpur danau dan rawa-rawa dan sedimen laut yang kekurangan oksigen dan kaya
bahan organik.

Pembentukan metana mikroba di lautan biasanya disertai oleh penurunan sulfur dan
pelepasan hidrogen sulfida. Ini tempat mengambil di bagian atas sedimen dari permukaan
dasar laut untuk puluhan bahkan ratusan meter. Di daerah dengan iklim dingin dan moderat
pada kedalaman lebih dari 500 m, metana dapat terakumulasi dalam bentuk gas hidrat kristal.
Di daerah dengan iklim yang lebih hangat, beberapa metana dari formasi dangkal sering
dilepaskan dari sedimen ke dalam kolom air dan kemudian ke atmosfer.

Metana dapat muncul di lingkungan laut tidak hanya karena dekomposisi mikroba dan
biokimia zat organik dalam sedimen bawah. Hal ini juga dapat terjadi sebagai akibat dari
rembesan bawah alami dari gas mudah terbakar dari struktur minyak dan gas-bantalan
dangkal. Seperti merembes telah ditemukan di Teluk Meksiko, Laut Utara, Laut Hitam, Laut
Okhotsk, dan wilayah laut lainnya. Proses ini dapat menyebabkan arus vertikal intensif gas
hidrokarbon dari bawah ke permukaan laut. Kadang-kadang disertai dengan dekomposisi gas
hidrat.
Selama 100 tahun terakhir, proses-proses alami produksi dan distribusi biogeokimia
metana di biosfer berada di bawah skala besar dampak antropogenik. Menurut beberapa
perkiraan, sumber antropogenik berkontribusi sebanyak 40-70% dari metana ke atmosfer
global aliran gas ini [Novozhevnikova, 1995]. Jumlah besar gas hidrokarbon yang dilepaskan
selama berbagai aktivitas antropogenik. Ini termasuk minyak, gas, dan produksi batubara dan
transportasi, pembakaran bahan bakar fosil, budidaya padi intensif, peternakan, dan sampah
pembuangan. Akhir-akhir ini, tingkat peningkatan metana telah ditemukan bahkan di bidang
budidaya intensif di perairan pesisir. Di wilayah ini, metana dapat dibentuk sebagai hasil dari
dekomposisi residu makanan dan metabolit organisme air dibudidayakan.

Konsekuensi global semua dampak antropogenik adalah peningkatan bertahap


-4% -4
konsentrasi metana di atmosfer selama 100 tahun terakhir - dari 0.7x10% untuk 1.7x10
(dalam volume). Banyak ilmuwan percaya bahwa gas yang dilepaskan akibat aktivitas
manusia sudah mulai mempengaruhi suhu keseluruhan bumi dan emisi metana antropogenik
bertanggung jawab atas sekitar 30% dari efek pemanasan total. Jika konsentrasi metana dan
gas rumah kaca di atmosfer terus meningkat, perubahan global dalam kondisi iklim di bumi
akan terlihat dalam waktu dekat.

Komponen lain dari gas alam - hidrogen sulfida - larut dalam air kontras dengan
metana. Hal ini dapat menyebabkan situasi berbahaya polusi di kedua atmosfer dan
lingkungan air. Proporsi dalam komposisi gas alam dan gas kondensat, seperti yang
disebutkan sebelumnya, kadang-kadang mencapai lebih dari 20%. Polusi oleh hidrogen
sulfida dapat menyebabkan gangguan dalam komposisi kimia dari air permukaan. Gas ini
milik kelompok racun dengan efek akut. Penampilannya di atmosfer dan hidrosfer dapat
menyebabkan kerusakan ekonomi yang serius dan masalah medis di antara penduduk
setempat. Sayangnya, polusi Rusia, udara, tanah, dan air dengan hidrogen sulfida dan
belerang dioksida telah dilaporkan di sejumlah daerah. Terutama konsekuensi parah bagi
kesehatan manusia dan biota telah diamati di lembah dari Sungai Volga rendah di zona
pengembangan lapangan gas kondensat Astrakhanskoe [Ekologi dan dampak dari gas alam
pada organisme, 1989].

Sumber-sumber polusi udara juga termasuk pembakaran gas alam di lepas pantai dan
platform terminal onland. Beberapa perkiraan [Cairns, 1992] menunjukkan bahwa sekitar
10% dari produksi gas total dan sampai dengan 30% dari gas terkait dibakar di sini. Perilaku
dan distribusi produk-produk pembakaran gas alam di atmosfer, pemindahan mereka dengan
presipitasi, dan dampak pada lingkungan air belum diteliti. Situasi yang sama berlaku
mengenai emisi gas pada berbagai tahap produksi, transportasi, dan pengolahan.

Sebuah sumber antropogenik penting dari hidrokarbon gas di lingkungan air adalah
kecelakaan pengeboran lepas pantai. Konsekuensi lingkungan mereka bisa sangat berbahaya.
Terutama situasi dramatis yang dikembangkan di Laut Asov sebagai hasil dari dua
kecelakaan besar di rig pengeboran di musim panas-musim gugur dari 1982 dan 1985.
Kecelakaan ini disebabkan rilis jangka panjang dalam jumlah besar gas alam ke dalam air
disertai dengan diri mengobarkan gas. Selama peristiwa ini, tingkat metana di permukaan air
melebihi konsentrasi latar belakang sampai dengan 10-100 kali. Sampel udara juga
menunjukkan konsentrasi yang sangat tinggi dari metana. Kecelakaan ini drastis terganggu
komposisi dan biomassa dari fauna air dan menyebabkan kematian massal banyak organisme,
termasuk ikan dan moluska benthik. Kejadian serupa mungkin terjadi di daerah lain di dunia
juga. Namun, tidak ada publikasi tentang topik ini tersedia.

Sumber lain potensi gas di hidrosfer rusak pipa gas, baik di dasar laut dan di darat di
mana mereka menyeberang sungai dan badan air lainnya. Penyebab kerusakan tersebut dapat
bervariasi dari proses korosi untuk bencana alam (kondisi es parah, aktivitas seismik, dan
gempa bumi). Perlu dicatat bahwa gas hidrokarbon yang disalurkan melalui jarak yang besar
berjumlah ribuan kilometer. Ini pipa lintas ratusan badan air. Kemungkinan kerusakan pipa
dapat menyebabkan dampak berbahaya pada ekosistem air. Perikanan konsekuensi negatif
dalam kasus seperti itu mungkin melampaui batas-batas skala lokal. Masalah-masalah
regional dapat muncul jika, misalnya, ledakan gas yang disengaja atau kebocoran blok
migrasi pemijahan ikan anadromous.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gas alam merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat melimpah di dunia ini.
Gas alam merupakan bahan bakar yang terbentuk dari fosil-fosil yang telah terkubur selama
berjuta-juta tahun lamanya.

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan

Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi :

Transportasi melalui pipa salur.


Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal tanker LNG
untuk pengangkutan jarak jauh.
Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan dengan
road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan
menengah (antar pulau).

Produk Gas Alam

a. Gas alam fosil


b. Town gas
c. Biogas
d. Gas hydrate
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org/wiki/Gas_alam

www.wikipedia.org/wiki/Gas_alam_cair

www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1096194535

www.rovicky.wordpress.com/2010/07/22/sumberdaya-gas-alam-1/

www.oeqi.wordpress.com/2011/03/13/gas-alam/

www.febriantara.wordpress.com/2009/03/24/gas-alam/

www.bembyagus.blogspot.com/.../manfaat-gas-alam-bagi-kehidupan-man..

www.answers.yahoo.com/question/index?qid...

www.offshore-environment.com/naturalgas.html

Anda mungkin juga menyukai