oleh
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaiakan
makalah tentang Destilat Hydrotreating (DHDT).
.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah ini yang mana telah banyak memberikan arahan sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik, demikian juga kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini
Kami menyadari dalam menulis makalah ini masih banyak kekurangan ,oleh
karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
JUMLAH 1.010.000
Sumber : Litbang PE UP II Dumai
Note : UP I idle/ dihentikan produksinya
Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distilation Unit (CDU/100) yang
selesai pada bulan Juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis
Sumatera Light Crude (SLC) dengan kapasitas 100 MBSD. Tetapi saat ini, Pertamina
UP II Dumai beroperasi dengan menggunakan bahan baku SLC 85 % dan Duri Crude
Oil 15 %, dengan kapasitas pengolahan rata-rata 127 MBSD. Peresmian kilang ini
dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 8 September 1971 dengan nama Kilang
Putri Tujuh. Produk yang dihasilkan dari kilang ini antara lain:
Naphtha
Kerosene
Solar/Automotive Diesel Oil (ADO)
Bottom Product berupa 55 % volume Low Sulphur Wax residu (LSWR) untuk
diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.
Pada tahun 1972, Kilang Putri Tujuh mengalami perluasan untuk mengolah
bottom product menjadi bensin premium dan komponen mogas dengan mendirikan
unit-unit baru seperti:
1. Platforming Unit.
2. Naphtha Rerun Unit.
3. Hydrobon Unit.
4. Mogas Component Blending Plant.
Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa proses
dengan teknologi tinggi yang terdiri dari unit-unit proses sebagai berikut :
1. Penyerahan kilang dari pihak Refican pada Pertamina pada tahun 1975
2. Peningkatan kapasitas produksi menjadi 35 MBSd pada tahun 1977
3. Peningkatan kapasitas produksi menjadi 40 MBSD pada tahun 1980
4. Peningkatan kapasitas produksi menjadi 50 MBSD pada tahun 1982.
Beberapa jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah diproduksi oleh Kilang
Pertamina UP II Dumai saat ini adalah :
1. Premium
2. Jet Petroleum Grade
3. Aviation Turbin.
4. Kerosin
5. Automotive Diesel Oil (ADO)
1. LPG
2. Green Coke.
Saat ini, Pertamina UP II Dumai berencana untuk menghasilkan produk baru
dengan nama solar plus untuk bahan bakar busway.
1.2. Tujuan
Penjelasan mengenai DHDT dari berbagai sisi,dicontohkan disini DHDT
Pertamina UP II Dumai, membantu kita memahami mulai dari pengertian , fungsi,
hingga cara kerja, serta instrumen – instrumen yang digunakan pada unit proses ini.
Selain itu juga untuk memenuhi tugas pengilangan minyak bumi dan nabati.
BAB II
ISI
a. (Linear Olefin).
C-C-C-C-C=C + H2 ---> C-C-C-C-C-C (dan isomers)
b. (Cyclic olefin)
Aromatic
C C C
C C C C C C
+ H2 -----> -------->
C C C C C C
C C C
Catatan:
Beberapa penjenuhan aromatik dapat muncul, akan tetapi pada tekanan rendah (500
psig ) hal ini akan dibatasi.
a. Merkaptan.
b. Sulfide.
C C C
e. Thiophenic. C
C C
C C
N
b. Quinoline.
C C C
C C C C C
C C C + 4 H2 -----> C C C C C + NH3
C N C
c. Pyrrole.
C C C
(Oxygen Removal).
Phenole
C C
C C C C
C C + H2 --------> C C + H2O
C C
OH
Beberapa proses hydrocracking mungkin terjadi, khususnya pada saat akhir dari
cycle operasi dimana temperatur reaktor naik. Reaksi hydrocracking dibatasi
untuk menjaga produk overhead tidak melampaui 1-2 %vol dari satuan umpan,
dibawah keadaan yang normal. Semua reaksi hydrotreating adalah eksotermis karena
itu temperatur outlet reaktor dibatasi sekitar 400 °C maksimum atau delta temperatur
pada sekitar 55°C maksimum.
2.4.5. Fin fan Condenser 220-E2 ABCD dan High Pressure Separator 220V4.
Dari CFE efluen reaktor mengalir ke empat prallel fin fan cooler melalui line
10”.Sulfur dan nitrogen dalam feed dikonversikan ke hidrogen sulfida (H2S) dan
ammonia (NH3).
Kedua material ini bergabung (combine) untuk membentuk garam ammonium yang
dapat mengeras (solidify) dan mengendap (precipitate) ketika efluen reaktor
didinginkan.
Air diinjeksikan ke efluen reaktor untuk mencegah garam menyumbat tube
condenser.
Didalam fin fan coolers 220-E2 A/B/C/D efluen reaktor didinginkan sampai 49C dan
kemudian masuk High Pressure Separator 220-V4 melalui line 8”.
Didalam high pressure separator gas, hydrocarbon liquid dan air dipisahkan tersendiri
(individually).
Gas dikirim ke suction drum dari recycle gas compressor 220-V5 melalui line 8” dan
sejumlah kecil gas dikirim ke feed drum sebagai gas blanketing.
Recycle compressor suction drum dilengkapi dengan monel wire mesh untuk
menghindari liquid entainment ke recycle gas compressor. Dari suction drum 220-V5
gas dikirim ke recycle gas compressor melalui line 8”. Dengan menggunakan recycle
gas compressor 220-C1 A/B gas di-recycle dan dicampur dengan feed sebelum
mengalir ke reaktor dan sejumlah lain dipakai sebagai quench di dalam line inlet
reaktor 220-V3.
Gas hidrogen diperoleh dari unit platforming, mengalir melalui line 4” ke make
up compressor suction drum 220-V6 dimana setiap liquid yang terbawa (carried over)
dipisahkan. Liquid dikirim dan dicampur dengan produk liquid high pressure separator
ke seksi fraksionasi. Gas H2 dari suction drum di kirim ke make up compressor 220-
C1 A/B melalui line 4”. Hidrogen ditekan (compressed) dan dikirin ke sistem recycle
gas melalui line 3”.Kecepatan make up hidrogen dicatat dengan 220-FRQI-68. Make up
compressor dilengkapi dengan spill back control valve 220-PV-66. Wash water yang
dikumpulkan didalam water boot dari high pressure separator di-drain ke sour water
system pada level controller 220-LC-60. Liquid dari HPS dikirim ke seksi fraksionasi
melalui line 6” pada level controller 220-LC-63.
2.6.1. Diskripsi :
Proses hydrotreating dengan katalis fixed bed adalah untuk meng-up grade
kualitas LCGO menjadi komponen produk blending yang lebih stabil. Product
stripper dan low pressure product splitter melengkapi penghilangan H2S, kontrol
flash point, dan menghasilkan light dan heavy blending component untuk produk
blending akhir kerosene dan diesel.
2.6.2 Basis Perancangan (Design basis) :
2.8. P E R A L A T A N (Equipment).
Unit hydrotreationg kilang Dumai dilengkapi dengan dua seri aliran reaktor.
Unit hydrotreating didirikan pada plant site yang dirancang dengan pertimbangan
yang dibuat oleh kontraktor atau pemakai (costumer) setelah konsultasi dengan
lisensor, kontraktor atau costumer seperti yang dikehendaki.
2.8.1.2. Tipe inlet distributor dan distributor tray untuk reaktor no.1 (220-V2).
Reaktor no.1 (220-V-2) dilengkapi dengan inlet distributor tipe spray (lihat
gambar no.1) dan juga dilengkapi dengan liquid /vapor distributor tray (lihat gb. no.
3). Distributor ini diapakai untuk menjamin distribusi yang baik dari umpan dalam
bed katalis, dengan maksud untuk mencapai reaksi hidrogenasi yang baik didalam bed
katalis.
Reaktor no. 2 (220- V-3) dilengkapi dengan inlet distributor tipe radial (lihat
gbr..3), tanpa distributor tray. Ini karena feed ke reaktor no. 2 adalah vapor
sementara start up ke reaktor no.1 mungkin campuran antara liquid dan vapor.
HDT Unibon kilang Dumai dilengkapi dengan 2 set gas compressor 220-C1
A&B. Jenis kompresor adalah horizontal, heavy duty, single stage, multi cylinders, non
lubricated. Recycle & make up compressor digerakkan oleh steam turbine. Dalam
keadaan normal satu kompresor beroperasi , yang lain sebagai spare.
Reactor charge heater HDT Unibon adalah heater jenis silinder. Umpan
dipanaskan dalam pass tube heater sekitar 315°C melalui seksi konveksi dan radiasi
dari heater. Heater ini juga dilengkapi dengan set kombinasi burner fuel oil dan fuel
gas. Tube heater dibuat dari baja 9 Cr-1 Mo alloy steel. Untuk melindungi heater dari
high pressure draft, ia dilengkapi dengan sebuah automatic shut down device. Pada
kejadian (induce atau force draft) gagal, pressure indicator dan high pressure alarm
220-PIAH - 24 mengirim sinyal ke automatic shut down system dan heater akan stop
secara otomatis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hydrotreating atau disebut juga hydroprocessing adalah proses hidrogenasi
katalitik untuk menjenuhkan hidrokarbon dan menghilangkan sulfur,
nitrogen, oksigen, dan logam dari aliran proses
2. Ada 2 tujuan pada reaksi hydrotreating, pertama adalah penjenuhan dari
material yang tidak jenuh (unsaturated) dan yang kedua adalah reaksi
penghilangan impuritis.
3. Unit hydrotreating dapat berupa naphtha hydrotreater atau distillate/diesel
hydrotreater.
4. Hydrotreated heavy naphtha merupakan intermediate product yang
kemudian merupakan umpan unit platforming.
5. Unit Distillate HDT terdiri dari sebuah seksi reaktor dan sebuah seksii
fraksionasi
6. Seksi reaktor terdiri dari :
a. Reactor feed and combined feed / effluent exchanger.
b. Reactor charge heater 220-H1.
c. Reactor 220-V2 dan 220-V3.
d. Fin fan condenser 220-E2 ABCD.
7. Seksi fraksionasi terdiri dari :
a. Product Stripper.
b. Product Splitter.
8. Variabel -Variabel Proses hydrotreater adalah : Hydrogen / Hydrocarbon
Ratio, Hydrogen purity , Tekanan parsial hidrogen, Liquid Hourly Space
Velocity (LHSV) , Feed Boiling Range , Temperatur Reaktor.
9. Peralatan hydrotreating adalah : hydrotreating reactor (V-2 dan V-3), stripper
(V-8), splitter (V-10) , Feed surge drum (V-1), heater (H-1, H-2, H-3), vessel
(V-7), suction drum (V-5, V-6), separator (V-4, V-9, V-11).
3.2 Saran
Penjelasan tentang aliran proses pada DHDT seharusnya dapat diadopsi
dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana sehingga lebih mudah
memahaminya saat dibaca maupun saat mencocokkannya dengan flow chart yang
telah disediakan.
DAFTAR PUSTAKA