DI AREA UTILITIES II
Disusun oleh:
FAKULTAS TEKNIK
TAHUN 2019
i
ii
ABSTRAK
Unit-unit proses di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap terdiri dari Fuel Oil Complex
I (FOC I) yang berfungsi untuk mengolah minyak mentah jenis Arabian Light Crude (ALC)
produknya berupa bahan bakar minyak dan non bahan bakar minyak, Lube Oil Complex I
(LOC I) yang berfungsi untuk mengolah long residue dari FOC I dengan produk berupa
bahan baku oli (lube base). Fuel Oil Complex II (FOC II) yang berfungsi untuk mengolah
bermacam-macam minyak mentah dalam negeri atau domestic crude produknya berupa
bahan bakar minyak dan non bahan bakar minyak, Lube Oil Complex II/III (LOC II/III) untuk
mengolah long residue dari FOC I dengan produk berupa bahan baku oli (lube base). Kilang
paraxylene yang berfungsi mengolah heavy naphtha dengan produk berupa LPG, benzene,
paraxylene, dan heavy aromat. Kilang LPG dan Sulphur Recovery Unit berfungsi mengolah
gas buangan menjadi LPG dan Sulfur. Kilang RFCC yang mengkonversi law value product
menjadi high value product dengan tujuan meningkatkan produksi gasoline, LPG, dan
prophylene. Selain itu terdapat sistem utilitas yang ada di kilang RU IV Cilacap berfungsi
untuk menunjang operasi kilang dalam memasok kebutuhan-kebutuhan seperti air pressure,
listrik, steam, cooling water, dan fuel gas system. Selain itu terdapat laboratorium sebagai
tempat monitoring raw material, intermediet, dan final product.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap dan
dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan ini.
Praktik Kerja Lapangan ini merupakan salah satu persyaratan yang wajib ditempuh
untuk menyelesaikan program Strata I di Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Semarang. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada periode Januari-Februari 2019
di bagian Process Engineering PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan kemudahan yang telah diberikan.
3. Ibu Radenrara Dewi Artanti Putri, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing Praktik Kerja
Lapangan.
5. Mas Hanif Nur Fauzi selaku pembimbing lapangan Praktik Kerja Lapangan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, besar harapan penulis akan saran dan kritikan yang membangun. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Abstrak ………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN
Minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak
digunakan di berbagai negara di dunia pada saat ini, sehingga minyak bumi
memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Minyak bumi dan gas alam di
Indonesia telah dikelola sejak masa penjajahan Belanda dan digunakan dalam
rangka pemenuhan komsumsi energi dan pembangkit tenaga listrik dalam negeri
baik dalam sektor rumah tangga maupun sektor industri. Bagi Indonesia, minyak
bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting karena disamping untuk
keperluan dalam negeri, juga untuk menambah devisa negara melalui ekspor
migas. Seiring dengan perkembangan industri dan pembangunan di Indonesia
maka kebutuhan energi khususnya minyak bumi terus berkembang dan semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Konsumsi minyak bumi ini terus meningkat
terutama untuk keperluan dalam negeri diantaranya mencapai 34 % sebagai bahan
bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan pulau Jawa.
2. Pengolahan
Kegiatan ini meliputi proses distilasi, pemurnian dan reaksi kimia tertentu
untuk mengolah crude menjadi produk yang diinginkan seperti premium,
solar, kerosin,atur dll.
4. Penunjang
(Sumber: Wikipedia)
1. BIRU
Mencerminkan Handal, dapat Dipercaya, dan Bertanggung Jawab.
2. HIJAU
Mencerminkan Sumber Daya Energi Yang Berwawasan Lingkungan.
3. MERAH
Keuletan, Ketegasan Dan Keberanian Menghadapi Berbagai Macam Keadaan
1.2 Sejarah Pertamina RU IV Cilacap
Seiring dengan berkembangnya negara Indonesia, kebutuhan BBM (Bahan
Bakar Minyak) juga meningkat sedangkan pada tahun 1960an, sebagian besar
suplai BBM di Indonesia masih dipasok dari luar negeri. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan BBM dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan suplai BBM
dari luar negeri, dibangunlah Pertamina RU IV Cilacap pada tahun 1974.
PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap merupakan kilang pengolahan
terbesar dan terlengkap yang memiliki kapasitas 348.000 barrel/hari dengan luas
area kilang dan perkantoran 226,39 Ha. Kilang ini bernilai strategis karena
memasok 34% kebutuhan BBM (Bahan Bakar Minyak) nasional dan 60%
kebutuhan BBM di pulau jawa. Selain itu, kilang ini merupakan satu – satunya
kilang di tanah air yang saat ini memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan
pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Tujuan pembangunan kilang minyak di Cilacap adalah untuk memenuhi
kebutuhan BBM bagi masyarakat pulau jawa. Secara geografis posisi kilang
Cilacap terletak di sentral Pulau Jawa. Disamping itu juga untuk mengurangi
ketergantungan impor BBM dari luar negeri dan sebagai langkah efisiensi karena
memudahkan untuk memenuhi dan didistribusi kebutuhan BBM.
Sejak dibangun pada tahun 1974 dan beroperasi tahun 1976 Refinery Unit
IV Cilacap mengalami beberapakali penambahan kapasitas dan kompleksitas.
Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu
Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project,
Kilang SRU, dan Kilang RFCC.
Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan di Indonesia, kebutuhan
akan BBM, minyak pelumas, dan aspal juga meningkat. Sebagai upaya untuk
memenuhinya, PT. PERTAMINA melakukan beberapa kali pembangunan upaya
peningkatan produksi. Berikut informasi sejarah pembangunan dan peningkatan
kapasitas pabrik RU IV cilacap.
Tabel 1.2 Sejarah Pembangunan dan Peningkatan Kapasitas dan
Kompleksitas RU IV Cilacap
Tahun Proyek Tujuan
RFCC = 62 MBSD
complexity index
(Sumber: Brosur PT. PERTAMINA, 2019)
b. Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan bakar minyak
pelumas dan aspal.
c. Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar
Merox
Treating
SWS Modifikasi atau penambahan peralatan.
Lain-lain Modifikasi atau penambahan pumping dan
piping system.
System.
FOC II CDU Penambahan Crude Desalter. Modifikasi atau
Splitter.
AH Unibon Modifikasi atau penambahan peralatan.
LPG Recovery Modifikasi atau penambahan
peralatan.
SWS Modifikasi atau penambahan peralatan.
Stream Line Modifikasi atau penambahan pumping dan
piping system.
System.
LOC I HVU I Modifikasi atau penambahan peralatan.
Lain-lain Rekonfugasi atau penambahan Heat
system.
LOC II HVU II Modifikasi atau penambahan peralatan.
PDU II Modifikasi atau penambahan peralatan.
FEU II Modifikasi atau penambahan peralatan.
HOS II Modifikasi atau penambahan peralatan.
Lain-lain Rekonfugasi atau penambahan Heat
system.
LOC III Penambahan PDU III.
piping system.
Utulities Pembangunan Power Generation 8 MW dan
Flare System.
Lube Oil.
pengolahan limbah.
System.
(Sumber : Operating Manual Refinery Debottlenecking Project)
Total 526,71 Ha
14 Platformer Unit
16 Meroxtreater Unit
18 Nitrogen Plant
b. Area 01
c. Area 20
d. Area 02
e. Area 30
f. Area 40
Tabel 1.13 Tangki-tangki non-BBM
42 Tangki-tangki Bitumen
47 Flare System
g. Area 50
Tabel 1.14 Utilities Complex I
h. Area 05
Tabel 1.15 Utilities Complex II
No. Unit Nama Unit
i. Area 60
j. Area 70
k. Area 80
85 Sulfolane Unit
86 Tatoray Unit
88 Parex Unit
89 Isomar unit
l. Area 90
m. Area 200
n. Area 500
Berikut ini adalah kapasitas produksi Pertamina RU IV Cilacap dari tiap unit:
Tabel 1.22 Produksi FOC I Pertamina RU IV Cilacap
Kapasitas Design
Unit
TPSD BPSD
NHT 1.791
Sulfolane 1.100
Totaray 1.730
Parex 4.440
Isomar 3.590
BAB II
menerangkan hubungan kerja antara bagian yang satu dengan yang lainnya dan
Dewan Direksi PERTAMINA terdiri dari Direktur Utama dan 7 Direktur, yaitu :
2. Direktur Hulu
3. Direktur Pengolahan
5. Direktur Umum
6. Direktur SDM
7. Direktur Keuangan
Selain ketujuh direktur tersebut, Direktur Utama masih dibantu oleh lima pejabat
lainnya yaitu :
5. Sekretaris Perseroan
4. Procurement Manager
5. Reliability Manager
6. OPI Coordinator
Manager yaitu :
1. Manager Production I.
2. Manager Production II.
3. Manager Production III.
4. Manager Refinery Planning and Optimization.
5. Manager Maintenance Planning and Support.
6. Manager Maintenance Execution.
7. Manager Turn Around.
Sedangkan untuk fungsi berikut tidak berada dibawah GM, langsung di bawah
kantor pusat :
1. Manager Refinery internal audit Cilacap
2. Manager Marine region IV
3. Manager Refinery Finance Offsite Support Region III
4. Manager Human Resources Area
Dalam menjalankan tugasnya kepala bidang dibantu oleh kepala sub bidang,
kepala seksi dan seluruh perangkat operasi di bawahnya. Sedangkan untuk
struktur organisasi PT. PERTAMINA adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Diagram Struktur Organisasi Pertamina RU IV Cilacap
lingkungannya.
1. Pekerja harian :
Untuk pekerja harian bekerja selama 40 jam kerja setiap minggu dengan
2. Pekerja shift:
Untuk pekerja Shift bekerja dengan sistem 3:1, artinya 3 hari kerja dan 1 hari
libur. Periode tersebut berjalan secara bergantian dari Shift pagi, sore dan malam
Tahun 2020”
masyarakat umum.
c. Sarana Pendidikan
Untuk meningkatkan kemampuan dan karir, Pertamina juga
memberikan kesempatan bagi pekerjanya untuk mengikuti pendidikan
ataupun pelatihan. Selain itu bagi anak-anak pekerjanya, disediakan TK
dan SD, dan terbuka juga untuk umum.
d. Sarana Rekreasi dan Olahraga
Terdapat 2 gedung pertemuan dan rekreasi yang dimiliki Pertamina
RU IV Cilacap,yaitu :
Patra Graha
Patra Ria
Lapangan golf
Lapangan basket
Kolam renang
selama 12 hari kerja setiap tahunnya dan setiap 3 tahun mendapata cuti
ORIENTASI UMUM
1. Safety Section
Fungsi Safety atau Keselamatan Kerja (KK) adalah Merencanakan,
mengatur, menganalisa dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna tercapai kondisi
kerja yang aman, untuk menghindarkan kerugian perusahaan.
Tanggungjawab bidang tugasnya ialah :
a. Penyelenggaraan kegiatan pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja guna mencapai kondisi operasi yang aman sesuai norma-
norma keselamatan.
b. Penyelenggaraan kegiatan penanggulangan kecelakaan dan yang
mengakibatkan kerusakan peralatan guna meminimalkan kerugian
perusahaan.
2. Fire and Insurance Section
Bagian ini mempunyai tugas antara lain:
a. Meningkatkan kesiapsiagaan petugas dan peralatan pemadam kebakaran
dalam menghadapi setiap potensi terjadinya kebakaran.
b. Meningkatkan kehandalan sarana untuk penanggulangan kebakaran.
c. Mencegah dan menanggulangi kebakaran/ledakan, serta bekerja sama
dengan bagian yang bersangkutan
d. Mengadakan penyelidikan (fire investigation) terhadap setiap kasus
terjadinya kebakaran.
e. Pelaksanaan risk survey dan kegiatan pemantauan terhadap
rekomendasi asuransi.
f. Melakukan fire inspection secara rutin dan berkala terhadap sumber
bahaya yang berpotensi terhadap resiko kebakaran.
3. Enviromental Section
Bagian ini mempunyai tugas antara lain:
a. Mencegah dan menanggulangi pencemaran di dalam dan di sekitar
daerah operasi PT Pertamina RU IV Cilacap.
b. Pengelolaan dan pemantauan kualitas lingkungan sesuai dengan standar
dan ketentuan perundangan yang berlaku.
c. Pengelolaan house keeping dan penghijauan di dalam dan sekitar area
kilang.
4. Occupational Health Section
Fungsi dari Occupational Health adalah menangani hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan kerja dan penyakit akibat kerja. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh unit ini meliputi:
a. Mengukur, memantau, merekomendasi pengendalian bahaya
lingkungan kerja industri mulai dari faktor kimia (gas, debu), fisika
(bising, getaran, radiasi, iluminasi), biologi (serangga, tikus, binatang
buas), dan ergonomi.
b. Melakukan penyuluhan dan bimbingan tentang health talk.
Chemical injection yang digunakan dalam unit ini adalah soda kaustik
(NaOH), amonia (NH3), dan demulsifier. Crude dipompa dari tangki menuju
kolom distilasi, melalui jaringan penukar panas (digunakan untuk mengurangi
beban furnace) dengan memanaskan crude dengan arus panas dari produk kolom.
Jaringan penukar panas ini dilengkapi dengan desalter untuk mengurangi kadar
garam dalam crude. Kemudian crude dipompa dari tangki menuju preflash
column, sehingga uap fraksi ringan terpisah dengan fraksi beratnya.
Di dalam kolom, crude terpisah menjadi lima fraksi, yaitu produk atas
(yang terdiri dari naphtha dan light tops), kerosene, LGO, HGO, dan Long
Residue sebagai produk bawah. Cairan yang bergerak ke bawah dilucuti dengan
steam untuk mengambil produk atas yang terbawa arus itu. Sebagian fraksi
naphtha, kerosene, dan LGO dikembalikan lagi ke kolom sebagai refluks.
Produk naphtha dari CDU ini digunakan sebagai umpan unit Naphtha
Hydrotreater(NHT) yang selanjutnya digunakan sebagai umpan Platformer.
Produk kerosene diumpankan ke MeroxUnit, sedangkan LGO diumpankan ke
Hydro DesulphurizerUnit(HDS).Long Residue dikirim ke storage untuk diolah
kembali di Lube Oil Complex(LOC).
2. Unit 12 : Naphtha Hydrotreating Unit (NHT)
Unit ini berfungsi mengolah hasil puncak crude distiller (Unit 11) dengan
kapasitas 25.600 BPSD atau 2.805 ton/hari. Produk dari unit ini digunakan sebagai
umpan Platformer (fraksi 60-1500C). Proses yang digunakan adalah proses “Shell
Vapour Phase Hydrotreating”. Katalis yang digunakan adalah Cobalt
Molebdenum dengan jenis Alumina “Extrude”.Dalam unit ini terjadi penghilangan
sulfur, oksigen, dan nitrogen yang bisa meracuni katalis pada unit Platformer.
Sulfur yang terdapat pada naphtha(umumnya berbentuk thioles, mercaptan, dan
sulfida) direaksikan dengan hidrogen secara katalitik sehingga menjadi hidrogen
disulfida yang mudah dipisahkan dengan hidrokarbon.
3. Unit 13 : Hydrodesulfurizer Unit (HDS)
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan mercaptan pada LGO dan HGO,
dengan mereaksikan mercaptan dengan hidrogen secara katalitik sehingga
menjadi hidrogen disulfida yang mudah dipisahkan dengan hidrokarbon. Proses
yang digunakan adalah “Shell-Trickle Hydrodesulphurization Process”. H2S yang
terbentuk dipisahkan dengan separator, sedangkan cairannya dilucuti dengan
steam, lalu dikeringkan secara vakum dengan ejector.
4. Unit 14 : Platforming Unit
Unit ini berfungsi untuk menaikkan bilangan oktan naphtha dari Naphtha
Hydrotreater Unit (Unit 1200) dengan pengolahan 14.300 BPSD atau 1.650
ton/hari. Sebelum masuk unit Platformer, naphtha dikurangi kandungan sulfurnya
hingga 0,5 wt ppm di unit Naphtha Hydrotreater.
Dalam unit ini naphtha dikonversikan dengan bantuan katalis. Reaksi yang
terjadi antara lain:
Dehydrogenation, pengambilan hidrogen dari naphtha untuk membentuk
senyawa aromatis.
Hydrocracking, pemecahan molekul parafin rantai panjang menjadi parafin
pendek.
Isomerisasi, reaksi pembentukan molekul dengan jumlah atom C yang sama
tetapi dengan struktur molekul yang berbeda.
Siklisasi, perubahan senyawa hidrokarbon parafinik menjadi senyawa
hidrokarbon naftenik.
Desulfurisasi, reaksi senyawa yang mengandung sulfur dengan hidrogen
menghasilkan H2S.
5. Unit 15 : Propane Manufacture Facility Unit
Unit ini berfungsi memisahkan LPG dari PlatformerUnit menjadi propane
dan fuel gas, jadi tidak memproduksi LPG untuk dipasarkan. Kapasitas unit ini
sebesar 7 ton/hari, dengan dua kali produksi dapat mencukupi kebutuhan bahan
bakar Lube Oil Complex dalam satu bulan.
6. Unit 16 : Marcaptan Oxidation Treating Unit
Merox Treater Unit berfungsi untuk mengolah kerosene sehingga
didapatkan kerosene dengan smoke point dengan spesifikasi tertentu. Salah satu
cara adalah dengan menginjeksikan Anti Static Additive (ASA) selama pengaliran
ke penimbunan. Kapasitas pengolahan unit ini sebesar 16.900 BPSD atau 2.119
ton/hari.
Pada unit ini terjadi proses pemisahan mercaptan yang korosif dan
kerosene dengan cara mengubah mercaptan menjadi disulfida yang tidak korosif
dengan cara oksidasi katalitik, yaitu dengan menginjeksikan udara ke dalam
reaktor. Proses ini menggunakan katalis “Iron Group Metal Chelate” dalam
suasana basa. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan kerosene yang memenuhi
spesifikasi aviation turbine fuel (avtur).
7. Unit 17 : Sour Water Stripping Unit
Unit ini berfungsi mengolah 733 ton/hari sour water dengan kandungan H2S
sebesar 0.7 ton/hari dan kandungan NH3 sebesar 0,16 ton/hari. Bahan pendukung
yang digunakan adalah packing berupa Ceramics Intallox Sadle 2.
8. Unit 18 : N2 Plant Unit
Produk dari unit ini adalah nitrogen dengan kemurnian tinggi yang didapat
dari hasil pemisahan nitrogen dengan udara. Produk nitrogen ini selanjutnya dapat
digunakan untuk proses purging dan blanketing. Kapasitas produksi nitrogen gas
adalah 100 Nm3/jam sedangkan kapasitas produksi nitrogen cair 65 Nm3/jam.
Kandungan O2 pada nitrogen produk dibatasi sampai <10 ppm.
9. Unit 19 : Contaminant Removal Process Unit
Unit ini berfungsi untuk menghilangkan kontaminan berupa Hg dan Arsen.
Kandungan Hg dalam hidrokarbon terbentuk sebagai elemental sulfur dalam
senyawa organik dan anorganik maupun sebagai padatan, umumnya mudah
menguap sehingga bila gas alam atau crude oil difraksinasi, kandungan Hg sering
terkonsentrasi pada fraksi-fraksi ringan terutama naphtha dan fraksi-fraksi yang
lebih ringan lainnya.
Proses pengambilan Hg dan Arsen terdiri dari dua seksi:
Seksi Reaktor
Terdiri dari sebuah reaktor, pemanas umpan dan penukar panas produk dengan
umpan. Umpan berupa kondensat gas alam, untreated naphtha atau campuran
dari kondensat dan naphtha. Dalam reaktor, senyawa ionik dan anorganik Hg
dikonversikan menjadi elemen Hg.
Seksi Absorber
Untuk menghilangkan elemental Hg yang berasal dari seksi reaktor dan
senyawa arsenik ringan yang terkandung dalam umpan absorber.
LPG : 52 ton/hari
Komponen Mol, %
Ethane 2,07
Propane 94,54
i-butane 3,79
Total 100
3. 3 Sarana Penunjang
3.3.1 Utilitas
Utilitas PT Pertamina RU IV Cilacap adalah semua bahan/sarana media
yang dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang seperti tenaga
listrik, tenaga uap, air pendingin, air bersih, bahan bakar cair/gas, angin instrumen,
dan lain-lain sehingga kilang dapat memproduksi BBM dan NBM. Pengadaan
sistem utilitas dalam industri, khususnya untuk operasional kilang BBM dan
petrokimia di Pertamina selama ini selalu diusahakan sendiri, mengingat
kebutuhan yang diperlukan belum dapat diperoleh dari sumber lain. Dalam
pengoperasiannya, utilitas harus handal agar tidak menyebabkan kehilangan
produksi kilang berupa BBM, NBM, maupun petrokimia serta mengakibatkan
kerusakan seperti pada katalis, peralatan operasi, dan keselamatan. Diagram alir
sederhana Unit Utilities pada PT Pertamina RU IV dapat dilihat pada
Utilitas I 3 51 G 1/2/3 8 24
Utilitas II 3 051 G 20 60
101/102/103
Utilitas 3 51 G 201 20 20
Paraxylene
Total 112
(ton/jam) (ton/jam)
Utilitas I 3 60 180
Total 10 990
Sistem distribusi tenaga uap di Pertamina RU IV Cilacap terbagi atas:
a. High Pressure Steam dengan tekanan 60 kg/cm2 dan temperature 460°C yang
dihasilkan dari semua boiler di Utilitas dan Waste Heat Boiler Unit 014/FOC
II digunakan sebagai penggerak turbin generator.
b. Medium Pressure Steam dengan tekanan 18 kg/cm 2 dan temperatur 330°C
yang dihasilkan dari ekstraksi turbin generator dan Waste Heat Boiler Unit
014/FOC II serta letdown station HP/MP digunakan sebagai penggerak
turbin pompa dan kompresor, pemanas heat exchanger, dan penarik sistem
vakum pada ejector di semua proses area.
c. Low Pressure Steam dengan tekanan 3,5 kg/cm2 dan temperature 220°C
yang dihasilkan dari back pressure turbine dan let down station MP/LP
digunakan sebagai pemanas, dan stripping steam. Pada unit ini terdapat juga
sistem kondensat yang bertugas dalam menampung seluruh condensate
recovery dari seluruh area kilang ke tangki observasi untuk selanjutnya
dimanfaatkan kembali sebagai boiler feed water untuk mengurangi water
losses. Ada tiga jenis kondensat yaitu HP condensate, LP condensate, dan
clean condensate.
(m3/jam) (m3/jam)
A/B/C
A/B/C
Total 38600
Total 139.17
Dari kali Donan air sungai dipompakan ke Jetty Donan (area 60).
Ruangan pengambilan air baku dilengkapi dengan fixed bae screen, retractable
strainer dan floating gate yang berfungsi untuk menyaring kotoran seperti
sampah, serta suction screen, dari unit 63 dan 053 air baku tersebut kemudian
dialirkan melalui pipa ke dalam 3 buah tangki. Untuk mencegah terjadinya
lumut dan menghindari hidupnya kerang dan mikroorganisme lainnya, pada
saluran hisap semua pompa air baku diinjeksikan sodium hipokloride hasil dari
sodium hipokloride generator. Air baku ditampung dalam tangki selanjutnya
digunakan sebagai media system air pendingan bertekanan, sistem gravitasi
untuk surface condensor turbo generator dan air umpan sea water desalination
3.3.2 Oil Movement
Oil Movements pada awalnya bernama terminal dan merupakan bagian dari
jawab dalam menangani pergerakan minyak baik kedalam maupun keluar kilang
barrel/hari crude oil. Tugas dan tanggung jawab bagian ini antara lain:
Menerima crude oil dan menyalurkannya ke unit FOC I dan FOC II.
Use.
Oil Catcher (CPI), untuk menampung minyak yang tercecer dari bocoran pipa-
• Crude Oil
• Stream product : FOC I/II, LOC I/II/IV, dan paraxylene
• Utilities : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent, dan katalis
• Intermediate product dan finishing product.
ORIENTASI KHUSUS
KOH/g
VI Min. 95 95 95 95
Output
Black Oil 0 0 0 0 0 0
1. Kondisi operasi:
Tabel 4.3 Kondisi Desain Unit HVU I
Stream Kondisi
Long residu feed
a. Preheat exchanger inlet 950C
Furnace F-1
a. Inlet temperature 3080C
b. Outlet temperature 3880C
c. Over cross steam 78 T/D
Kolom 21 C-1
a. Flash zone temperature 3800C, 112,5 mmHg
b. Flash zone pressure 900C, 95 mmHg A
c. Draw-off temp. VGO tray 13 1480C
d. Draw-off temp. SPO tray 12 2750C
e. Draw-off temp. BCR tray 11 3050C
f. Draw-off temp. LMO tray 10 3370C
g. Intermediet residue 3600C
h. Stripping steam to tray 1 45 T/D
Furnace 21 F-2
a. Inlet temperature 3600C
b. Outlet temperature 3950C
c. Over cross steam 81 T/D
d. Inlet transfer line 156 T/D
Stream Kondisi
Kolom 21 C-2
a. Flash zone temperature 3800C, 101,2 mmHg
b. Flash zone pressure 1500C, 88 mmHg
c. TCR draw-off temp. tray 9 1500C
d. BCR draw-off temp. tray 8 3550C
e. Black Oil draw-off temp. tray 7 3500C
f. Short residue 3500C
g. Stripping steam 72 T/D
Deskripsi Proses
Umpan long residu dari 43T1 dipompa dengan 43P-1A/B melalui preheat
exchanger. Umpan dipanaskan dari 95 oC sampai 308 oC secara bertahap dengan
menggunakan serangkaian alat preheat exchanger yaitu 21E-1A/B, 21E-2A/B,
21E-3A/B, 21E-4C/D, 21E-4A/B, dan 21E-14 yang diambil dari berbagai macam
sirkulasi produk. Pemanasan ini ditujukan untuk menghindari pemanasan
mendadak. Kemudian long residu dipanaskan lebih lanjut di dalam furnace 21F-1
sehingga suhunya menjadi 388oC, di dalam furnace aliran umpan melewati tube
yang dibagi menjadi 2 pass, di shell diinjeksikan medium pressure steam agar
kecepatan umpan bertambah dengan tujuan agar tidak terjadi cracking ketika di
dalam furnace. Long residu yang sebagian sudah menjadi uap masuk ke dalam
kolom 21C-1. Dari dasar kolom diinjeksikan superheated steam dengan tekanan
rendah untuk membantu proses pemisahan fraksi distilat. Vacuum Gas Oil (VGO)
yang merupakan draw off coloum 21C-1 masuk ke vessel 21V-2. Dengan
menggunakan pompa 21P-6A/B VGO sebagian dikembalikan sebagai reflux
panas dan sebagian didinginkan dengan 21E-10 dan digunakan sebagai reflux
dingin dan lainnya sebagai produk Vacuum Gas Oil.
Light Oil dari 21 C-1 sebagian dari sini mengalir ke 21V-1, sisanya mengalir
ke SPO stripper 21C-4. Di sini fraksi ringan dikembalikan ke 21C-1. SPO dari
21C-4 dipompa dengan 21P-4 lewat pendingin 21E-7A/B ke intermediate storage
21T-16 Liquid dari total draw off dikumpulkan di 21V-1 dan
dengan pompa 21P-5 dari 21V-1 sebagian liquid dikembalikan sebagai reflux dan
sebagian lewat 21E-3 dikembalikan ke kolom 21C-1.
Semua liquid yang tertampung mengalir ke degassing pot 21MM2,
sebagian dikembalikan sebagai reflux, sebagian lagi mengalir ke LMO stripper
21C-3, fraksi ringan distrip dengan LPS dan dikembalikan ke 21C-1. LMO dari
dasar kolom 21C-3 dipompa dengan 21P-3A/B melalui tempered water cooler
21E-8A/B ke intermediate storage 41T-15. Suatu alat “Schoepentoeter” dipasang
pada feed inlet dalam kolom 21C-1 untuk memisahkan uap dan liquid. Uap ter-
flash ke atas sedangkan liquid turun ke bawah dan distrip dengan steam. Liquid
yang keluar dari bawah ini disebut intermediate residu.
Intermediate residu dari kolom 21C-1 dipompa dengan pompa 21P-17 ke
21F-2, aliran ini dibagi menjadi 4 tube passes. Superheated steam diinjeksikan
dalam tiap passes pada inlet furnace untuk menaikkan kecepatan dalam tube.
Dalam furnace 21F-2 temperatur naik menjadi 395oC. Keluar dari furnace, passes
digabung menjadi satu, residu panas masuk ke kolom 21C-2, lewat
”schoepentoeter” uap naik ke atas dan liquid turun ke bawah dan distrip dengan
LPS. Kemudian keluar sebagai short residu dan dipompakan dengan pompa 21P-
7A/B lewat 21E-4A/B dan 21E-1A/B ke storage. Produk dari kolom 21C-2 adalah
Light Oil, LMMO, HMMO, Black Oil, dan Short residu.
Total draw off mengalir ke LMMO vessel 21V-4 dan ditarik dengan
pompa 21P-10A/B untuk didinginkan dengan 21E-11A/B. Total draw off (MMO)
mengalir ke 21V-3 dan dipompa dengan 21P-9A/B untuk digunakan sebagai
pemanas pada 21E-2A/B. Black oil dari total draw off mengalir menuju 21V-5
dikembalikan sebagi reflux dengan 21P-8 dan sisanya didinginkan dengan 21E-9.
Short residu dari 21C-2 ditarik dengan pompa 21P-7A/B masuk ke 21E-4A/B
untuk memanaskan feed long residu, kemudian panas yang tersisa dimanfaatkan
lagi untuk pemanasan awal long residu.
Overhead vapor dari 21C-1 dan 21C-2 masing-masing mengalir ke 21E-20
dan 21E-21. Disini sebagian besar uap hidrokarbon dan semua sistem
dikondensasikan dan mengalir ke kondensat vessel 21V-6. Di dalam 21V-6
terjadi pemisahan minyak dan air, dimana air sebagai sour water dipompakan ke
sour water stripper unit 017 dan light oil dipompakan ke wet slops tank. Non
condensable vapor dari top condensate dihisap MP steam yang kemudian
dikondensasikan ke dalam ejector condenser
.
Non condensable gas dari 21V-6 melalui three way valve dikembalikan ke
dapur 21F-1 untuk dibakar. Tekanan dalam flash zone column 21C-1 diatur
dengan PIC yang mengatur non condensable vapor dari top condenser 21E-20.
Tekanan di vapor line ke ejector pertama dan tekanan kolom 21C-2 diatur dengan
pressure control di mana non condensable gas dari ejector kedua disirkulasikan
kembali ke suction ejector pertama.
Solvent Properties:
1. Sp Gr 15/4 0C 0,585
2. Boiling Point -42 0C
3. Vapor pressure at 40 0C 14.05 kg/cm2 A
4. Vapour pressure at 80 0C 32.03 kg/cm2 A
5. Critical temperature 96.8 0C
6. Critical pressure 43.4 kg/cm2 A
7. Speck propane
a. Ethane % wt 2 max
b. Propane % wt 94
c. i-butane % wt 4 max
Battery Limit Condition
1. Short residue feed 125 0C
2. DAO rundown 80 0C
3. Propane bitumen 190 0C
Recovery Rafinat
Feed EKSTRAKSI
Recovery Ekstrak
Extract Minarex-A
Aniline Point, 0C 35.4-36.2
Refractive index at 700C 1.5730-1.5755
Spesific grafity at 700C 0.9725-0.9745
Spesific grafity at 60/600C -
Viscosity at 2100C, cSt 7.322-7.480
Furfural content, ppm 100 max
Extract Minarex-A
Water Ex 23V-3
pH 6-8
Furfural content, ppm -
2. Kondisi Operasi
Alat yang digunakan adalah berupa Rotating Disc Contactor (RDC) yang
merupakan kolom vertikal yang dibagi dalam beberapa kompartemen, disangga
oleh rotating shaft. Adanya rotor yang berputar menyebabkan terjadinya dispersi
antara kedua cairan. Kecepatan rotor akan mengontrol derajat dispersi.
Larutan ekstrak yang meninggalkan RDC 23C-2 didinginkan melalui 23-
E-4 yang akhirnya ditampung di 23-V-1 yang mana dalam vessel ini akan terjadi
pemisahan extract mix di bagian bawah dan pseudo raffinate di bagian atas.
Pseudo raffinate dikembalikan lagi ke RDC dengan menggunakan pompa 23-P-3
untuk diekstraksi lebih lanjut. Raffinate keluar dari atas RDC setelah melewati
calming grid dan raffinate ini masih sedikit mengandung solvent.
Perbandingan antara feed dan solvent berkisar antara 2-3,8 % wt, hal ini
tergantung dari jenis feed. Semakin berat fraksi dari feed semakin berat pemakaian
solvent. Tekanan RDC berkisar 5 kg/cm2, tekanan ini berfungsi untuk mengalirkan
extract mix ke settler, dan tidak mempengaruhi proses ekstraksi. Dalam unit FEU
digunakan steam stripping pada seksi extract recovery dan raffinate recovery. Bila
air larut dalam furfural maka akan menurunkan solvent power furfural terhadap
hidrokarbon, oleh karena itu air harus dihilangkan sebelum solvent digunakan dalam
ekstraktor. Pemisahan antara furfural dengan air tidak bisa hanya dengan distilasi
biasa karena air dan furfural membentuk campuran azeotrop pada temperatur rendah.
Untuk memisahkan furfural dan air secara sempurna maka diperlukan dua kolom
pemisah.
3. Proses Diagram Alir (Terlampir)
4. Deskripsi Proses
Seksi Ektraksi
Feed dialirkan ke RDC C-2 menggunakan pompa 41 P-3AB. Di dalam RDO
C-2 terjadi proses ekstraksi dan feed dikontakkan dengan furfural. Furfural sebagai
solvent masuk ke atas RDC yang dialirkan ke bawah sedangkan minyak masuk dari
bawah RDC dan mengalir ke atas sehingga terjadi fase dispersi dan minyak tersebut
mengekstrak furfural menjadi extract mix. Extract mix meninggalkan bottom RDC
yang kemudian dialirkan dengan air pada cooler 23 E-4 dan mengalir ke contractor
setting drum V-1. Temperatur pada V-1 ini diatur berdasarkan banyaknya aliran by
pass pada cooler 23 E-4. Di dalam V-1 akan terjadi proses pemisahan secara
gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis sehingga extract mix terpisah menjadi 2
layer yaitu:
1. Layer pseudo raffinate pada bagian atas,yang sebagian besar komponen
mengandung paraffin dan extract disamping furfural.
2. Layer extract mix dibagian bawah.
Pseudo raffinate dipompa dengan pompa 23 P-3 dialirkan kembali ke bottom
RDC.
Proses yang terjadi pada unit ini adalah chilling (pendinginan) dan filtrasi.
Untuk melakukan proses diperlukan pelarut berupa campuran methyl ethyl ketone
dan toluene dengan perbandingan tergantung umpan. Dengan penambahan pelarut
ini mutu waxy lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan pelarut.
Prosedur penambahan pelarut dua kali yaitu pada saat umpan belum masuk
chilling (primary dilution) dengan jumlah pelarut tergantung jenis umpan dan pada
saat proses filtrasi (secondary dilution). MEK berfungsi sebagai penyerap wax,
sedang toluen sebagai pelarut minyak untuk mencegah terjadinya dua lapisan, antara
pelarut dan minyak. Selain itu juga sebagai pencegah slack wax dengan kadar
minyak tinggi dan yield dewaxed menurun.
Dewaxed Oil
Feed
Chilling Filtrasi
Slak
wax
Warm/moist
Dry Solvent
Solvent
Kelarutan pada 30 0C
Etane % wt 2 max.
Propane % wt 94 min.
3. Deskripsi Proses
Chilling Section
Waxy raffinate dipompa menggunakan pompa 41 P-4AB yang
kemudian diinjeksikan dengan moist/warm solvent yang mempunyai suhu
50oC. feed yang telah diinjeksikan dengan solvent tadi dipanaskan di
heater 24 E-3 menggunakan LPS sampai suhu 75oC dengan tujun untuk
melarutkan semua kristal waxy kembali dengan baik pada waktu proses
pendinginan.
Kemudian dialirkan ke cooler 24 E-4 untuk didinginkan, suhu di cooler harus
selalu diatas cloud point dari campuran feed solvent untuk mencegah terjadinya
kebuntuan dan kristalisasi campuran feed solvent, kemudian masuk ke double pipe
exchanger 24 E-1AB dimana feed didinginkan dengan cold dewaxing oil filtrate.
Kemudian campuran feed masuk ke double pipe chiller 24 E-2AB untuk
didinginkan dengan propane pada suhu -21oC– (-28oC).
Filtration Section
Feed mix dingin yang mengandung kristal kristal wax keluar dari chiller dan
ditampung pada filter feed vessel 24 V-1 lalu dialirkan ke rotary drum vacuum filter
24 S-1ABC. Pada rotary drum ini campuran oil, waxy, dan solvent dihisap
menggunakan filter cloth pada drum yang berputar dan masuk ke filtrate receiver 24
V-2. Wax coke pada filter cloth dicuci dengan cold dry solvent, dikeringkan dan
dilepas dari filter cloth dengan bantuan blow back inert gas dengan suhu 50oC
dengan merecycle slack wax. Dari rotary drum ini menghasilkan dewaxed oil dan
slack wax yang ditambung pada filtrate receiver 24 V-2 yang nantinya akan diproses
lebih lanjut.
Dewaxed Oil Recovery Section
Dewaxed Oil mix dari V-2 dialirkan ke heater 24 E-15 untuk dipanaskan
menggunakan LP vapour, masuk ke exchanger untuk dipanaskan menggunkan
DO 24-E-13AB produk dan dialirkan ke exchanger 24 E-11 untuk dipanaskan lahi
menggunakan HP vapour. DO mix yang telah dipanaskan tadi masuk ke 24 C-1B
flash coloumn, disini lebih dari 50% solvent akan terflash. Bottom produk C-1B
dipompa menggunakan pompa 24 P-9AB menuju ke heater 24 E-27 untuk
dipanaskan menggunakan hot oil sampai suhu 204oC dan dialirkan ke 24 C-1A
sehinga terjadi flashing kedua dan sisa solvent akan menguap ke atas. Dari bottom
C-1A mengalir ke DO stripper coloumn C-2 untuk menghilangkan sisa-sisa
solvent yang ada. Uap solvent dan steam didinginkan pada 24 E-25 dan ditampung
pada stripper overhead receiver 24 V-11. Bottom DO stripper dikeringakan dari
sisa solvent/air di drier coloumn 24-C6 yang dipompa menggunakan pompa 24 P-
10.
Pada drier coloumn 24 C-6 beroperasi pada tekanan 0,014 kg/cm 2gauge.
Uap dan sisa solvent keluar melalui atas coloumn sedangkan produk DO yang
sudah terbebas dari solvent dipompa menggunakan pompa 24 P-17
dan didinginkan pada 24 E-13 sampai suhu 70oC dan dialirkan ke storage tank.
1. Deskripsi Proses
Hot oil dipompa oleh hot oil pump 25P-01 ke furnace 25F-01, di dalam
furnace alirannya dipisah menjadi beberapa pass, setiap aliran dilengkapi dengan
sebuah globe valve dan FI di inlet sehingga aliran di tiap pass tetap balance. Hot oil
masuk ke 25F-01 pada suhu 240 oC dan dipanaskan sampai suhu 310 oC, keluar dari
furnace alirannya digabung kembali menjadi satu menuju ke hot oil supply dan
mengalir melewati heat exchanger yang menggunakan hot oil. Setelah digunakan,
hot oil mengalir kembali ke drum penampung 25V-01 untuk di-make up dan
digunakan kembali sebagai pemanas. Hot Oil digunakan pada:
22E-06 : 1st DAO/propane mix evaporator
22E-07 : 2nd DAO/propane mix evaporator
22E-09 : Propane asphalt/prophane mix evaporator
23E-05 : Extract/furfural mix heater
23E-11 : Raffinate/furfural mix heater
23E-15 : Extract/furfural mix heater
24E-17 : Slack Wax/solvent mix heater
24E-27 : Dewaxed oil/solvent mix heater
57E-01/2 : H gas oil/propane asphalt heater
5 coil : tangki-tangki aspal (D3A, D3B, H8, H9, H18)
DAFTAR PUSTAKA
Kern. D. Q. 1950. Process Heat Transfer. Mc. Graw Hill Book Company, inc.
New York: Princeton.