Anda di halaman 1dari 44

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa mahasiswa berikut :

Nama : Restu Amalia NIM: 331 14 038

Youri Otniel Hasibuan 331 14 043

Ikmah Maghfira 331 14 045

Prodi : D3 Teknik Kimia

Jurusan : Teknik Kimia

Adalah benar telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Laboratorium PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar pada tanggal 25 Juli-

25 Agustus 2016.

Makassar, Agustus 2017

Pembimbing Lapangan Pelaksana

Andi Irwan Restu Amalia Youri Otniel H


NIM. 33114038 NIM. 33114043

Ikmah Maghfira
NIM. 33114045

Mengetahui :
Kepala Laboratorium PT. Pertamina (Persero) Makassar

Taufik Hidayat

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkah,

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang merupakan salah satu mata kulaih wajib

pada jurusan Teknik Kimia Prodi D3 Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung

Pandang.

Laporan ini mencakup meteri kegiatan selama pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) yang bertempat di Laboratorium PT. Pertamina (Persero) UPMs

VII Makassar. Penulis pun menyadari bahwa terselesaikannya laporan ini tidak

terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis, untuk itu saran dan ritik yang membangun

dari berbagai pihak sangat penulis harapkan dari penyempurnaan laporan ini.

Semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan nilai

tambah dan manfaat bagi kita semua, Amin.

Makassar, Agustus 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

hlm

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Kegiatan Praktek Kerja Lapangan .......................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan ................................................................... 5


2.2 Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar .................................... 6
2.3 Tugas dan Tanggungjawab Laboratorium BBM & LPG Makassar........ 6
2.4 Sampel Pemeriksaan Uji Laboratorium .................................................. 7
2.5 Kontaminasi Produk ................................................................................ 9
2.6 Jenis Pemerikssan Laboratorium............................................................. 10
2.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ................................................. 13
2.8 Tinjauan Umum tentang Minyak Bumi .................................................. 14
2.9 Pemeriksaan Mutu BBM ......................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................................. 22


3.2 Persiapan Sampel .................................................................................... 22
3.3 Prosedur Kerja ......................................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis .......................................................................................... 31


4.2 Pembahasan ............................................................................................ 34

v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 39


5.2 Saran .................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... vii

LAMPIRAN

vi
DAFTAR PUSTAKA
Aswanti, Putri. 2015. Makalah Pengolahan Minyak Bumi Dan
Kilang. https://www.academia.edu/125

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Proses


Pengolahan Migas dan Petrokimia. Jakarta.

vii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak bumi adalah sumber energi yang paling banyak digunakan dalam

pengolahan bahan bakar minyak. Minyak mentah yang berasal dari kilang di

seluruh Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi terutama

kebutuhan suatu kendaraan. Secara teoritis, minyak bumi merupakan bahan bakar

fosil yang dihasilkan dari proses penguraian material-material organic, baik

tumbuhan maupun hewan yang tertimbun dalam tanah dalam kurun waktu jutaan

tahun dan terkonversi menjadi senyawa hidrokarbon. Minyak bumi atau yang

dikenal sebagai crude oil dapat diproses dengan berbagai metode menjadi

berbagai macam produk, berupa bensin yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis,

yaitu Premium, Pertamax, dan Pertalite, avtur, dan minyak solar.

Kualitas produk tersebut akan secara langsung mempengaruhi kemampuan

operasi dan efisiensi mesin. Hal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari

bahan bahan baku (minyak mentah) sampai proses distribusinya. Oleh karena itu

perlu dilakukan pengujian atau analisis mutu bahan bakar. Adapun metode yang

digunakan di laboratorium PT. Pertamina (Persero) RU VII Makassar, yaitu

metode standar ASTM (American Society for Testing and Materials) yang

ditentukan oleh beberapa parameter antara lain warna, distilasi, densitas, titik

nyala, titik didih, kadar air, titik beku, dan Msep.

Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, dalam

penggunaanya akan mengakibatkan kerusakan pada mesin. Apabila ditemukan

3
produk yang tidak memenuhi standar, produk tersebut harus segera ditarik dari

peredaran untuk diolah atau diproses kembali.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hasil analisis parameter kulitas Premium, Pertamax, Pertalite,

Avtur, dan Minyak Solar di PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar?

1.3 Tujuan Kegiatan

Mengetahui hasil analisis parameter kualitas Premium, Pertamax, Pertalite,

Avtur, dan Minyak Solar di PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar.

1.4 Tujuan Kegiatan

Adapun manfaat penelitian dari praktek kerja yang kami lakukan yaitu :

1) Memperluas pengetahuan, pengalaman, dan wawasan sebelum terjun ke

dunia kerja khususnya di bidang industri

2) Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh di jenjang pendidikan untuk

pengaplikasian di industri sehingga terjadi feedback (umpan balik)

3) Dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada dengan memberikan

saran-saran yang dapat dijadikan bahan penelitian untuk mencapai hasil yang

lebih baik

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan

Sejarah awal terbentuknya PT. Pertamina tidak lepas dari sejarah berdirinya

Negara Republik Indonesia.Diawali pada tahun 1945, ketika Jepang menyerahkan

instalasi minyak pangkalan Brandan kepada pemerintah Indonesia.Selanjutnya

oleh pemerintah Indonesia terbentuk PTMRI (Perusahaan Tambang Minyak

Republik Indonesia). Pada tahun 1956, nama PTMRI diganti menjadi

TMSU(Tambang Minyak Sumatera Utara) dan kolonel Dr. Ibnu Sutowo diberikan

mandat oleh Kasad Jenderal A. H Nasution untuk memimpin di TMSU. Tanggal

10 Desember 1957, TMSU berubah status menjadi Perseroan Terbatas dan nama

TMSU berubah menjadi PT. TMSU dan diganti lagi menjadi PT. Pertamina

(Perusahaan Minyak Nasional) sampai sekarang dan setiap tanggal 10 Desember

diperingati sebagai hari jadi PT. Pertamina.

Dengan membaiknya kondisi politik dan stabilitas nasional, pemerintah mulai

melakukan pembenahan pada pembangunan sosial ekonomi. Sehubungan dengan

hal tersebut dikeluarkan dua UU yang mana keduanya merupakan pelaksanaan

makna dari UUD 1945 pada pasal 33 ayat 2 dan 3, yaitu UU nomor 19/1960

mengenai Pendirian Perusahaan Negara dan UU nomor 44/1990 mengenai

Pertambangan Minyak dan Gas Minyak sebagai tindak lanjut dari kedua UU

tersebut. Tahun 1961 dikeluarkan Peratuan Pemerintah (PP) yaitu PP nomor

03/1961 megenai Perusahaan Negara (PN) dengan alasan efisiensi. Pada tahun

1968 dikeluarkan PP NOMOR 27/1968 mengenai penggabungan perusahaan

5
Negara Pertmamina menjadi Pertamina (Perusahaan Minyak dan Gas Bumi

Negara).Menurut PP nomor 27/1968 diperkuat dengan undang-undang.

2.2.1. Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar

Laboratorium iniberoperasi mulai Juni 1984 dengan kegiatan awal

dipersiapkan untuk melakasanakan pemeriksaan mutu BBM di Indonesia bagian

timur (wilayah Pertamina UPMs VII dan VIII) terutama untuk contoh-contoh

Avitation Fuel.

Laboratorium ini berlokasi di jalan Hatta No.1 Makassar di areal Terminal

BBM & LPG Makassar. Laboratorium pertamina difungsikan untuk pemeriksaaan

contoh BBM dari tangki timbun untuk penjualan dan tangker discharge serta

tangker loading.

Luas laboratorim ini yakni (20 x 8)m terdiri dari 1 lantai.Peranan

Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar dari tahun ketahun menjadi

sangat penting khususnya di daerah bagian timur Indonesia.

2.2.2. Tugas dan Tanggungjawab Laboratorium Terminal BBM & LPG

Makassar

Laboratorium adalah tempat melaksanakan penelitian, pemeriksaan serta

pengujian sampel baik kimia ataupun fisika untuk mengetahui sifat atau

karakteristik suatu sampel.

Tugas dan tanggung jawab Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar

adalah melakukan pemeriksaan secara kimia maupun fisika terhadap sampel BBM

dan non-BBM yang dikirim oleh instalasi, depot DPPU dan penjualan di seluruh

6
wilayah Indonesia bagian timur (UPMs VI, UPMs VII DAN UPMs VIII).

Kemudian hasil pemeriksaan disampaikan kepada bagian yan berwenang dalam

bentuk test report. Jadi kesimpulannya, laboratorium hanya melaksanakan

pemeriksaan sesuai sesuai dengan prosedur (ASTM, IP, API dll) yang telah

ditetapkan.

2.2.3. Sampel Pemeriksaan Uji Laboratorium

Sampel adalah sejumlah contoh yang mewakili jumlah yang lebih besar yang

dikirim ke laboratorium untuk diadakan pemeriksan uji laboratorium.Mengingat

pentingnya contoh yang dikirimkan ke laboratorium untuk menentukan hasil uji

laboratorium yang representative, maka pengambilan sampel harus dilakukan

dengan hati-hati dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan di dalam buku

panduan pengendalian mutu BBM Pertamina dan ASTMD-4057.

Adapun macam-macampengambilan contoh/sampel yang lazim dilakukan:

2.2.4. Berdasarkan Titik Pengambilan Contoh

1) Top sample (contoh teratas)

Contoh yang diambil pada lapisan atas suatu jenis bahan dan tidak melebihi

15 cm dari permukaan bahan tersebut.

2) Upper sample (contoh atas)

Contoh bahan yang diambil dari 1/6 dari permukaan bahan.

3) Middle sample (contoh tengah)

Contoh bahan yang diambil dari pertengahan tinggi bahan.

4) Lower sample (contoh bawah)

7
Contoh bahan yang diambil dari ketinggian 5/6 dari permukaan bahan.

5) Bottom sample (contoh dasar)

Contoh bahan yang diambil dari dasar suatu penimbunan.

6) Drain sample (contoh saluran penurasan)

Contoh bahan yang diambil dari seluruh penurasan suatu penimbunan

maupun penyaluran.

7) Hoppler sample (contoh saluran pengeluaran)

Contoh yang diambil dari seluruh pengeluaran pada saluran pipa tetap (fixed

pipe) maupun pipa ayun (swing pipe).

2.2.5. Berdasarkan Penggabungan atau Pencampuran

1) Average sample (campuran rata-rata)

Campuran bahan yang diambil dari contoh bawah, contoh tengah, dan contoh

atas dari sarana penimbunan bahan tersebut dengan perbandingan yang sama.

Contoh rata-rata diambil melalui suatu lubang bagi yang atas dari sarana

penimbunan dengan menggunakan sampling dan kemudian contoh dipindahkan

ke beaker gelas atau botol sample.

2) All level sample (contoh semua lapisan)

Contoh yang diambil dari semua lapisan pada suatu sarana

penimbunan.Contoh diambil pada lubang disuatu penimbunan.Dengan

menggunakan botol pengambilan sampel (sampling bottle) dengan volume 2/3.

3) Composite Sample (contoh penggabungan)

8
Contoh yang diambil dari beberapa komponen atau container.Contoh

gabungan dapat berupa composite upper sample, composite middle sample, dan

composite lower sample.

2.2.6. Berdasarkan Kepentingan

1. Contoh pemeriksaan visual

Contoh diambil untuk pemeriksaan appearance, kejernihan kadar air, dan

kotoran serta specivic gravity (S.g)/densitas.

2. Contoh uji lengkap (completed test sample)

Contoh diambil untuk pemeriksaan laboratorium dengan tujuan uji lengkap

dari bahan tersebut.Contoh diambil dan disimpan dalam kaleng khusus (botol

bewarna gelap).Kaleng atau botol tersebut (dalam kondisi baik, bersih, dan

tertutup rapat).

2.2.7. Berdasarkan Alasan Pengambilan

1) Initial batch sample(IBS)

Contoh pertama pada tiap-tiap batch dari suatu bahan dalam tangki

timbun.Umumnya ditujukan untuk uji lengkap.

2) Routine corosien test sample (RCTS)

Contoh rutin uji korosi yaitu bahan yang di ambil dari bagian bawah (lower

sample). Untuk avtur pengujian copper strip dan silver strip corosine. Untuk

avgas pengujian copper strip corosine.

3) Periodic complete test sample (PCTS)

9
Contoh yang diambil secara berkala dari dalam stock yang statis untuk

pengujianlengkap di laboratorium.

4) Umpumpable Stock Sample (USS)

Contoh bahan dari dalam tangki yang tidak dapat dipompakan lagi, diambil

dari contoh tengah untuk uji lengkap. Hal ini dilakukan pada saat akan

memanfaatkan umpumpable stock avtur/ avgas.

5) Retained sample

Contoh dari semua lapisan (all level sample) yang diambil dari tanker

umumnya selalu membawa master sampel sebagai referensi terhadap bahan yang

dimuat.

6) After tank cleaning

Contoh yang diambil pada pengisian pertama setelah dilakukan pembersihan

tangki. Umumnya ditujukan untuk uji lengkap di laboratorium.

7) Contoh Permintaan Khusus

Contoh bahan yang diambil berdasarkan permintaan tertentu karena adanya

keperluan khusus.

Hal yang perlu diperhatikan pada setiap pengiriman sampel ke laboratorium:

1) Kemasan sampel harus baik dan bersih

2) Cara pengambilan contoh sampel harus dilakukan sesuai prosedur.

3) Label harus meliputi:

a. Jenis produk

b. Nomor kode atau contoh

c. Asal sampel ex drum/ tangki/ tangker

10
d. Tangker supply dan ATA tangker

e. Nota pengiriman contoh

Tata cara pengiriman contoh ke laboratorium:

Untuk BBM penerbangan telah ada prosedur yang berlaku, ditangani oleh

bagian aviasi UPMs VII baik pengiriman contoh maupun penerimaan laporan

hasil pemeriksaan dari laboratorium.Namun dalam hal ini, yang berwenang untuk

merilis adalah aviasi UPMs VII.Untuk sampel BBM non penerbangan dan

pelumas dari pabrik atau industri besar dan konsumen lainnya harus melalui

bagian penjualan UPMs VII SE (Sales Engineer). Kemudian SE akan mengirim

contoh tersebut ke laboratorium dengan menyertakan memo atau surat pengantar

berisikan tes yang diminta.

2.5. Kontaminasi Produk

Kontaminasi adalah suatu peristiwa terjadinya pencampuran dari suatu

produk dengan produk lainnya yang tidak diinginkan yang mana akan

mempengaruhi sifat kimia dan fisika produk yang terkontaminasi, sehingga

produk tersebut mengalami penurunan mutu/ rusak (off specification).

Kontaminasi BBM dapat terjadi karena:

1) Tercampurnya suatu produk dengan produk lainnya (product to product).

2) Tercampurnya suatu produk BBM dengan kotoran-kotoran yang terdiri dari

benda-benda diluar BBM, seperti karat, debu, pasir, dan lain-lain yang

dibawa oleh produk tersebut pada saat perpindahan tempat.

11
3) Tercampurnya suatu produk dengan air. Hal ini dapat terjadi karena

kondensasi pada penyimpanan di tangki, flushing produk dengan air atau

penyegelan yang kurang baik.

4) Tercampurnya suatu produk dengan mikroorganisme.

2.6 Jenis Pemeriksaan Laboratorium

Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan di Laboratorium Terminal BBM &

LPG Makassar, sebagai berikut:

1) Appereance Visual

2) Ash Content ASTM D 482

3) Aniline point ASTM D 611

4) API Gravity ASTM D 1298

5) Acidity ASTM D 3243

6) Aniline Gravity Product (AGP) ASTM D 611

7) Condrason carbone Residue ASTM D 189

8) Colour ASTM ASTM D 1500

9) Colour Lovibond IP 17

10) Colour saybolt ASTM D 156

11) Copper strip corosine ASTM 130

12) Silver Strip Corosine IP 227

13) Cetane Index ASTM D 976

14) Char value IP 10

15) Conductivity unit ASTM D 2624

16) Density at 15oC ASTM D 1298

12
17) Destillition ASTM D 86

18) Doctor Test ASTM D 484

19) Estimate net heat combustions/heat combustions ASTM D 270

20) Exsistent Gum ASTM D 381

21) Flash Point Able IP 170

22) Flash Point COC (clevenland open cup) ASTM D 92

23) Flash Point PMcc (Pensky Martens close cup) ASTM D 93

24) Fuel Diluent IP 16

25) Freezing Point ASTM D 2386

26) Gas Diluent ASTM D 322

27) Insolubles ASTM D 893

28) Metal Content (Calcium, Zink, Magnesium) AAS

29) Odour

30) pH

31) Phospor Content ASTM D 91

32) Pour Point ASTM D 97

33) Reid Vapor Pressure ASTM D 323

2.6.1 Standard Test Method

Setiap pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan pada standard test

method yang berlaku. Untuk pemeriksaan petroleum eter (BBM atau non BBM)

pada umumnya menggunakan :

1) ASTM Method (American Society for testin Material)

2) IP Method (Institute of Petroleum)

13
3) Shell Method Series (SMS)

4) Mobile Oil Method

Pada setiap pemeriksaan laboratorium selalu dicantumkan standard metod

yang digunakan karena setiap standard method memiliki kepekaan atau ketelitian

yang berbeda.Untuk menjamin ketelitian dari hasil pemeriksaan laboratorium

maka tiap-tiap alat ukur laboratorium harus selalu dikalibrasi secara rutin,

disamping itu perlu mengikuti program kolerasi tes antar laboratorium sehingga

dapat diketahui apakah ketelitian hasil analisis peralatan atau bahan pereaksi

kimia yang dipakai masih memenuhi syarat (Repeatibility dan dan

Reproducibility).

Untuk laboratorium terminal BBM dan elpigi Makassar UPMs VII, program

korelasi yang telah diikuti adalah :

1) ASCOPE (Asean Coorperation Petroleum)

2) LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi)

3) South East Asia-Mobil Oil

4) LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

2.6.2 Test Report (Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium)

Setiap pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium harus dibuat tes

reportnya. Test report tersebut dikirim kepada yang berwenang. Untuk hal-hal

yang bersifat mendesak informasi hasil pemeriksaan laboratorium disampaikan

melalui telepon terlebih dahulu sebelum dibuat test reportnya.

Didalam test report tersebut, umumnya terdapat informasi-informasi berikut :

1) Nomor Test Report

14
2) Tanggal Test Report

3) Jenis Product

4) Nomor Contoh/Kode Contoh

5) Keterangan yang berupa informasi identitas contoh yang diambil

6) Jenis pemeriksaan yang dilakukan

7) Metode pemeriksaan

8) Hasil pemeriksaan

9) Spesifikasi jenis pemeriksaan (Khusus BBM)

10) Tanda Tangan Kepala Laboratorium

Test Report merupakan dokumen penting yang harus disimpan dengan baik,

dimana hal-hal tertentu harus dijamin kerahasiaannya.

2.7. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar dikenal sebagai perusahaan

kelas dunia yang senantiasa berusaha meningkatkan kinerja perusahaan ke arah

yang lebih baik. Untuk mencapai harapan tersebut, PT. Pertamina (Persero) UPMs

VII Makassar mempunyai komitmen untuk selalu mematuhi setiap peraturan

hukum pemerintah, menjaga standar etika, menjaga lingkungan yang sehat bagi

karyawan dan keluarganya, menjaga lingkungan hidup dan menopang masyarakat

sekitar serta menerapkan perbaikan kualitas hidup.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu kebijakan yang

dibuat oleh PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar untuk menunjang

terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. PT. Pertamina (Persero) UPMs

VII Makassar sejak lama telah menerapkan program keselamatan kerja dalam

15
strategi bisnisnya, namun dengan adanya isu baru mengenai dampak lingkungan

maka PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar pun turut berperan aktif dalam

menerapkan kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup dan lingkungan kerja.

2.7. Tinjauan Umum tentang Minyak Bumi

2.7.1. Proses Terjadinya Minyak Bumi

Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi tumbuhan dan

hewan di suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan. Daerah tersebut

biasanya berupa laut,batas lagoon (danau) sepanjang pantai ataupun danau dan

rawa di daratan. Sedimen diendapkan bersama-sama dengan materi tersebut dan

kecepatan pengendapan sedimen harus cukup cepat sehingga paling tidak bagian

materi organik tersebut dapat tersimpan dan tertimbun dengan baik sebelum

terjadi pembusukan. Pada kondisi sirkulasi dan reduksi tertentu akumulasi

hidrokarbon banyak ditemukan pada bagian air laut dalam.

Waktu berjalan terus secara geologis dan daerah pengendapan semakin

terbenam ke dalam permukaan bumi yang lebih dalam, karena bertambahnya berat

oleh sedimen sedimen dan material yang menimbun di atasnya, atau karena gaya

gaya tektonik yang menimbulkan efek subsidence. Material organik terbenam

semakin dalam sehingga mengalami tekanan dan suhu yang semakin tinggi.

Proses tersebut akan menimbulkan perubahan perubahan kimiawi dari material

organik tersebut. Perubahan material ini merupakan cikal bakal terbentuknya

campuran bahan hidrokarbon yang komposisinya sangat kompleks, baik

hidrokarbon yang berupa cairan maupun yang berbentuk gas.

16
Kenaikan suhu terhadap kedalaman rata rata di dunia ini sekitar 20 - 55

derajat celsius per kilometer. Di Sumatera sendiri dapat mencapai kurang lebih

sekitar 100 C/km. Sedangkan habitat minyak baru akan terbentuk pada suhu

sekitar 65 - 150 C yang biasanya berada pada kedalaman 1.5 3 km. Pada

kedalaman 3 6 km batuan reservoar akan lebih didominasi oleh gas daripada

minyak. Untuk kedalaman yang lebih dalam lagi suhu akan menjadi lebih tinggi

sehingga gas akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan mengalami

dekomposisi lebih lanjut.

Pada umumnya, minyak bumi biasanya terendapkan dalam batuan sedimen

berpori baik yang memiliki nilai porositas 45% (reservoar yang sangat baik).

Karena semakin lama batuan tersebut terendapkan dan tertimbun material di

atasnya, maka batuan tersebut akan terkompaksi dan hal ini mengakibatkan nilai

porositasnya berkurang. Minyak, gas, dan air akan terkumpul atau tersimpan di

ruang pori pori dari batuan berpori tersebut. Oleh karena tekanan gravitasi, maka

fluida tersebut bergerak di dalam batuan perlahan-lahan. Batuan yang dapat

meloloskan fluida disebut sebagai batuan yang permeabel. Permeabilitas batuan

dapat memisahkan gas, minyak, dan air secara fisis, yaitu akibat perbedaan

densitasnya. Minyak dan gas yang berdensitas lebih ringan daripada air akan

bergerak naik sampai ke permukaan sebagai rembesan atau terperangkap di dalam

jebakan lalu berhenti terakumulasi sampai perangkap itu penuh.

17
2.7.2. Komposisi Minyak Bumi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam

minyak bumi terdiri atas bermacam-macam senyawa hidrokarbon. \

1. Alkana

Golongan alkanana yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah n-

alkana dan isoalkana. n-alkana adalah alkana jenuh berantai lurus dan tidak

bercabang, contoh n-oktana.CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3

Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai atom C

tersier dan bercabang,contoh isooktana.

CH3

CH3 - C - CH2 CH - CH3

CH3 CH3

Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah senyawa hidrokarbon tersatuasi

yang mengandungrantai lurus atau bercabang yang molekulnya hanya terdiri atas

atom karbon (C) dan hidrogen(H).

2. Sikloalkana

Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal dan berbentuk

cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam minyak bumi adalah

siklopentana seperti metil siklopentana dan sikloheksana seperti etil sikloheksana.

18
Sikloalkana juga dikenal dengan nama naptena. Naptena adalah senyawa

hidrokarbon tersaturasiyang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada

karbonnya. Naptena memiliki rumus umum CnH2n dan mempunyai ciri-ciri mirip

alkana tetapi mempunyai titik didih yang lebih tinggi.

3. Hidrokarbon Aromatik

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon yang tidak tersaturasi, memiliki

satu atau lebih cincin planar karbon-6 atau cincin benzena. Pada struktur ini, atom

hidrogen berikatan dengan atomkarbon dengan rumus umum CnHn. Jika

hidrokarbon aromatik dibakar, akan menimbulkan asaphitam pekat dan beberapa

bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Senyawa hidrokarbon aromatik yang

terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa benzena, contoh etil benzena.

2.7.3. Hasil dari Minyak bumi

Hasil dari distilasi minyak bumimenghasilkan beberapa fraksi minyak bumi

seperti berikut.

2.7.3.1 Residu

Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak

bumi akan dipanaskandalam suhu diatas 500oC. Residu tidak menguap dan

digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar

boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumiyang menguap akan

naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya.

19
2.7.3.2 Oli

Oli adalah pelumas kendaraan bermotor untuk mencegak karat dan

mengurangi gesekan. Olidihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi pada suhu

antara 350-500oC. Itu dikarenakan oli tidakdapat menguap di antara suhu

tersebut.

2.7.3.3 Solar

Solar adalah bahan bakar mesin diesel. Solar adalah hasil dari pemanasan

minyak bumi antara250-340oC. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut

dan bagian minyak bumi lainnya akanterbawa ke atas untuk diolah kembali.

2.7.3.4 Kerosin dan Avtur

Kerosin (minyak tanah) adalah bahan bakar kompor minyak. Avtur adalah

bahan bakar pesawatterbang bermesin jet. Kerosin dan avtur dihasilkan dari

pemanasan minyak bumi pada suhuantara 170-250oC. Kerosin dan avtur tidak

dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa

ke atas untuk diolah kembali.

2.7.3.5 Nafta

Nafta adalah bahan baku industri petrokimia. Nafta dihasilkan dari

pemanasan minyak bumi pada suhu antara 70-170oC. Nafta tidak dapat menguap

pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk

diolah kembali.

2.7.3.6 Petroleum Eter dan Bensin

Petroleum eter adalah bahan pelarut dan untuk laundry. Bensin pada

umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor. Petroleum eter dan bensin

20
dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 35-75oC. Petroleum

eter dan bensin tidak dapat menguap pada suhu tersebutdan bagian minyak bumi

lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.

2.7.3.7 Gas

Hasil olahan minyak bumi yang terakhir adalah gas. Gas merupakan bahan

baku LPG (Liquid Petroleum Gas) yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas

dapat disimpan dalam tempat yang lebih kecil, gas didinginkan pada suhu antara -

160 sampai -40oC supaya dapat berwujud cair.

2.7 Pemeriksaan Mutu BBM

BBM adalah bahan bakar yang dibagi dalam dua kelompok:

2.1. BBM penerbangan :

a. AVTUR

b. AVGAS

2.2. BBM non penerbangan

a. Premium

b. Kerosine

c. Solar

d. MDF

e. MFO

Setiap BBM ini mempunyai persyaratan atau spesifikasi tersendiri.

Persyaratan ini dikeluarkan oleh ditjen MIGAS. Pemeriksaan mutu BBM tersebut

disesuaikan dengan spesifikasinya. Setiap BBM yang diterima dari pengolahan

atau yang akan dipasarkan selalu diperiksa mutuya. Pemeriksaan yang paling ketat

21
dilaksanakan oleh pengawas mutu terhadap BBM penerbangan, karena

menyangkut aspek keselamatan jiwa manusia.

Jenis test yang dilakukan terhadap BBM, yaitu :

2.7.3 Distilasi

Untuk premium, pertalite, pertamax, dan solar di test range destilasinya

(batas-batas penyulingan) dengan mengamati temperature pada volume 10 ml, 50

ml, 90 ml, dan endpoint. Sedangkan untuk avtur dan kerosine di test range

distilasinya (batas-batas penyulingan) sama hanya saja disertai dengan mengamati

temperatur yang dicapai pada awal penyulingan (initial boiling point).

2.7.2. Flash Point

Avtur dan Kerosine di tes flash pointnya dengan menggunakan alat flash

point Able. Sedangkan untuk Solar menggunakan alat flash point Pensky-

Marteens Close Cup. Setiap BBM memiliki batas minimal flash point.

2.7.3. Freezing Point

Test ini dilakukan hanya pada Avtur dan Avgas untuk mengetahui pada

temperature berapa timbul atau terjadi proses kristalisasi di dalam BBM.

2.7.4. Viscosity

Test ini dilakukan pada Solar dan MFO. Untuk Solar dinyatakan dengan

cenStoke, sedangkan untuk MFO dinyatakan dalam Redwood I pada suhu 100oF.

2.7.5. Water Content

22
Pemeriksaan ini dilakukan pada solar, dimana untuk mengetahui kadar air

yang terdapat dalam solar. Agar dalam solar dapat diketahui terbebas dari air atau

tidak mengandung air.

2.7.6. Water Separation

Pemeriksaan ini dilakukan pada avtur.Digunakan untuk mengetahui

kemampuan air terhadap pengaruh avtur.

2.7.7. Density 15oC

Tes ini dilakukan untuk mengatahun berat jenis suatu air dengan

menggunakan hydrometer dan temperature. Kemudian dilihat pada referensi suhu

15oC. Suhu 15oC disini merupakan perbandingan antara suhu ruang dan suhu

dalam tangki kapal.

2.7.8. Tes Colourimetry

Pemeriksaan warna biasanya digunakan pada avtur dan solar. Untuk avtur

menggunakan alat tes warna Lavibond.

23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan mulai tanggal 26 Juli 26 Agustus 2016 di

Laboratorium PT. PERTAMINA (Persero) UPms VII, Makassar.

3.2 Persiapan Sampel

Sampel yag dianalisis adalah jenis bahan bakar Avtur, Premium, Kerosin,

Solar, Pertamax, dan Pertalite.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Analisis Spesific Gravity

Metode : ASTM 1298

Definisi : Specific gravity adalah perbandingan bobot sampel terhadap air

pada suhu tertentu dengan volume yang sama.

Tujuan : untuk memeriksa bobot dari minyak yang merupakan cairan.

Lingkup : Avtur, Premium, Solar, Pertamax, dan Pertalite.

Peralatan : - Gelas ukur 1000 ml

- Hydrometer 15oC

- Thermometer 12oC/ 12oF

Prosedur :

1) Sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml yang bersih.

24
2) Hydrometer density 15oC atau hydrometer 60/60 oF dan thermometer ASTM

12oC/ 12oF dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian didiamkan selama

beberapa menit.

3) Dibaca skala pada hydrometer dan thermometer.

4) Nilai specific gravity dicari pada tabel standar.

3.3.2. Penentuan Flash Point Able

Metode : IP 270

Lingkup : Avtur

Definisi : Flash point (titik nyala) adalah suhu terendah dimana uap sampel

yang berada di atas permukaan cairannya akan menyala bila

dikenakan api penguji.

Tujuan : Untuk mengetahui temperatur terendah suatu sampel minyak

bumi dan produk-produknya dimana dapat menimbulkan nyala

api pada bagian permukaan bila ada api yang menyambar.

Peralatan : - Alat Flash Point Able

- Oil Cup Thermometer oC/oF

- Water Bath Thermometer dan Termometer Sampel oC/oF

Prosedur :

1) Alat dibilas dengan sampel yang akan diperiksa.

2) Thermometer dipasang sesuai sampel bahan bakar yang akan diperiksa.

3) Sampel dimasukkan ke dalam mangkok Able sampai tandai batas yang sudah

ditentukan dan ditempatkan mangkok pada alat.

4) Ditutup sampel dengan penutupnya.

25
5) Ditekan tombol heater dan tombol stirrer dan diubah regurator pada posisi

pemanasan yang sesuai.

6) Dilakukan pengetesan setiap kenaikan temperatur 0.5oC.

7) Diamati terus-menerus sampai terjadi sambaran api.

8) Dicatat suhunya ketika terjadi sambaran api.

3.3.3. Penentuan Flash Point Pensky-Martens Closed Cup

Metode : ASTM D 93

Lingkup : Minyak Solar

Definisi : Flash point (titik nyala) adalah suhu terendah dimana uap sampel

yang berada di atas permukaan cairannya akan menyala bila

dikenakan api penguji.

Tujuan : Untuk memeriksa titik nyala dengan alat Pensky-Martens Closed

Cup dari sampel minyak bakar, minyak kental, maupun suspensi

padat bila tidak diterapkan dengan alat lain.

Peralatan : - Flash Point Pensky-Martens Closed Cup

- Thermometer ASTM 9oF/oC standart

Prosedur :

1) Sampel dimasukkan ke dalam mangkok PMcc yang bersih dan kering hingga

tanda batas, kemudian ditutup dan dipasang thermometer.

2) Hubungkan alat dengan sumber listrik dan dibuka supply gas dengan hati-

hati.

3) Diputar dan diatur heater control.

4) Dinyalakan api pencoba diatur nyala api agar diameternya 10 mm.

26
5) Dilakukan pengetesan setiap kenaikan temperatur 1oC.

6) Diamati terus-menerus sampai terjadi sambaran api.

7) Dicatat suhunya ketika terjadi sambaran api.

3.3.4. Distilasi

Metode : ASTM D 86

Lingkup : Avtur, Minyak Solar, Pertamax, Pertalite, dan Premium.

Definisi : Destilasi adalah pemisahan atau pemotongan-pemotongan fraksi

melalui penyulingan sejumlah sampel dengan kondisi tertentu

dimana pengamatannya pada pembacaan temperatur dan volume

hasil penyulingan.

Tujuan : Untuk mengetahui jarak didih dari suatu fraksi minyak bumi dan

menentukan kemurnian dari sampel minyak bumi.

Peralatan : - Labu distilasi

- Alat distilasi

- Gelas ukur 100 ml

- Flash support

- Shield

Prosedur

1) Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam labu distilasi yang bersih, kemudian

ditutup dengan gabus yang telah dilengkapi dengan thermometer.

2) Dipasang pada alat distilasi, kemudian dinyalakan pemanas.

3) Untuk avtur dan kerosin, dicatat temperaturnya pada tetesan pertama (IBP)

dari alat kondensor dan ditampung dalam gelas ukur 100 ml, sedangkan untuk

27
premium, solar, pertamax, dan pertalite, temperatur dicatat pada volume 10

ml.

4) Temperaturnya dicacat pula pada saat volume distilasi mencapai 10 ml, 50

ml, 90 ml, hingga end point.

Catatan: Termometer ASTM 7C digunakan untuk premium, pertamax, dan

pertalite dan thermometer ASTM 8C untuk kerosin dan solar.

3.3.5. Penentuan Warna

Metode : ASTM D 1500

Lingkup : Minyak Solar

Definisi : Warna yang dimiliki oleh suatu sampel minyak bumi yang

dicocokkan dengan warna standar

Tujuan : Untuk memeriksa warna dari semua hasil-hasil minyak bumi

Peralatan : - Petroleum Oil Comparator

- Kuvet

Prosedur :

1) Alat dinyalakan terlebih dahulu

2) Dituang sampel ke dalam kuvet hingga tanda batas

3) Dinyalakan lampu pada alat.

4) Warna sampel diperiksa dengan melihat pada tabung penglihat dan

dibandingkan dengan standar warna.

3.3.6. Penentuan Warna Lavibond

Metode : ASTM D 156

28
Lingkup : Avtur

Definisi : Warna yang dimiliki oleh suatu sampel minyak bumi yang

dicocokkan dengan warna standar

Tujuan : Untuk memeriksa warna dari semua hasil-hasil minyak bumi.

Peralatan : Spectro Colorimeter

Prosedur :

1) Dinyalakan alat terlebih dahulu

2) Ditekan tombol zero, ditunggu beberapa saat

3) Dimasukkan sampel pada kuvet hingga tanda batas

4) Masukkan kuvet pada cell

5) Dipilih menu color measurement

6) Ditekan tombol dan ditunggu beberapa saat hingga hasilnya muncul pada

display

7) Dicatat hasil saybolt

3.3.7. Freezing Point

Metode : ASTM D 2386

Lingkup : Avtur

Definisi : Freezing point (titik beku) adalah temperatur dimana kristal

hidrokarbon terbentuk pada pendinginan dan akan segera hilang

jika fuels tersebut dipanaskan secara perlahan-lahan.

Tujuan : Untuk memeriksa separated solid pada avitation reciprocating

engine dan turbine engine fuels pada temperature selama

penerbangan dan ditanah (on the ground).

29
Peralatan : - Alat Freezing Point

- Pompa suntik

Prosedur :

1) Pompa suntik dibilas terlebih dahulu dengan sampel.

2) Dibilas alat freezing point dengan cara diinjeksi sampel dengan pompa suntik.

3) Pada pilihan Sample, dimasukkan pilihan avtur.

4) Pada pilihan ID, dimasukkan tujuan sampel.

5) Pada pilihan Operator, dimasukkan nama pengguna.

6) Diinjeksi sampel dengan pompa suntik, kemudian ditekan start.

7) Diamati hingga temperatur yang muncul pada layar bernilai konstan.

3.3.8. Water Separation

Metode : ASTM D 3948

Lingkup : Avtur

Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan air terhadap avtur pada mesin

pesawat

Peralatan : - Pompa suntik

- Micrometer separation

Prosedur :

1) Dinyalakan alat

2) Dihilangkan plunger dari tabung suntik

3) Dipasang penutup di mulut tabung suntik

4) Dimasukkan 50 ml sampel avtur ke dalam pompa suntik, kemudian Dipasang

tabung suntik ke emulsifier mixer

30
5) Dimasukkan 20 ml sampel ke dalam tabung kaca.

6) Ditekan tombol A dan start.

7) Pada saat mixer berputar, tabung dimasukkan ke dalam dinding turbidimeter.

8) Setelah pengadukan berhenti, diambil pompa suntik dari emulsifier mixer

9) Sampel dibuang dari pompa suntik.

10) Ditambahkan 50 ml sampel avtur

11) Ditambahkan 50 microliter aquadest menggunakan pipet microliter.

12) Dipasang kembali tabung suntik ke emulsifier mixer

13) Ditekan tombol start, kemudian diambil tabung kaca dan isinya dibuang.

14) Setelah pengadukan berhenti, diambil tabung suntik dari pengaduk

15) Dimasukkan plunger ke tabung suntik, kemudian dilepas penutup mulut

tabung

16) Ditekan pompa suntik hingga semua busa yang ada dalam tabung suntik

hilang.

17) Dipasang tabung suntik ke syringe drive, maka secara otomatis, pompa suntik

akan ditekan.

18) Sampel yang keluar dari tabung suntik ditampung dan dibuang hingga

volume 15 ml

19) Pada saat volume 15 ml, sampel diambil dengan tabung kaca

20) Dimasukkan ke dalam turbidimeter

21) Dibaca nilai yang tertera di display.

3.3.9. Water Content

Metode : ASTM D 6304

31
Lingkup : Minyak Solar

Definisi : Water content adalah kuantitas air yang terkandung dalam suatu

sampel minyak bumi

Tujuan : Untuk menentukan kadar air sampel minyak bumi

Peralatan : Syringe

Prosedur :

1) Disiapkan sampel yang akan diuji

2) Dibilas strynge dengan sampel yang akan diuji

3) Pada alat water content, ditekan tombol sample, kemudian dimasukkan nilai

density dari sampel.

4) Sampel dipipet hingga 10 ml (jangan ada gelembung udara)

5) Sampel yang ada dalam strynge kemudian diinjeksi

6) Diklik tombol start pada alat uji water content

7) Diulangi percobaan 4-6

8) Ditunggu beberapa saat hingga hasilnya tercetak.

32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk hasil pengolahan minyak bumi yang berupa premium, pertamax,

pertalite, avtur, dan minyak solar dianalisis di Laboratorium PT. Pertamina

(Persero) UPMs VII Makassar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui spesifikasi

dan mutu dari suatu bahan bakar.

4.1 Hasil Analisis

4.1.1 Hasil Analisis Premium

Data hasil analisis premium pada tanggal 15 Agustus 2016 seperti

ditunjukkan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Analisis Premium

Test Metode Spesifikasi Hasil


Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 715-770 752.7
Pengukuran Nilai Oktan (RON) ASTM D 2699 Min. 88.0 88.0
Destilasi :
10% (oC) Max. 74 58
50% (oC) 75 125 96
ASTM D 86
90% (oC) Max. 180 159
Endpoint (oC) Max. 215 200
Residu (%vol) Max. 2.0 1.0
Warna Visual Kuning Kuning

4.1.2 Hasil Analisis Pertalite

Data hasil analisis pertalite pada tanggal 19 Agustus 2016 seperti ditunjukkan

pada Tabel 4.2

33
Tabel 4.2 Hasil Analisis Pertalite

Test Metode Spesifikasi Hasil


Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 715-770 755.3
Pengukuran Nilai Oktan (RON) ASTM D 2699 Min. 90.0 90.0
Destilasi :
10% (oC) Max. 74 53
50% (oC) 75 125 89
ASTM D 86
90% (oC) Max. 180 149
Endpoint (oC) Max. 215 194
Residu (%vol) Max. 2.0 1.0
Warna Visual Hijau Hijau

4.1.3 Hasil Analisis Pertamax

Data hasil analisis pertamax pada tanggal 17 Agustus 2016 seperti

ditunjukkan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Analisis Pertamax

Test Metode Spesifikasi Hasil


Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 715-780 735.7
Pengukuran Nilai Oktan (RON) ASTM D 2699 Min. 92.0 92.0
Destilasi :
10% (oC) Max. 70 62
50% (oC) 77 110 105
ASTM D 86
90% (oC) Max. 180 160
Endpoint (oC) Max. 215 198
Residu (%vol) Max. 2.0 1.0
Warna Visual Biru Biru

34
4.1.4 Hasil Analisis Minyak Solar

Data hasil analisis minyak solar pada tanggal 17 Agustus 2016 seperti

ditunjukkan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Analisis Minyak Solar

Test Metode Spesifikasi Hasil


Densitas pada 15oC (kg/m3) ASTM D 1298 815.0 860.0 847.6
Warna ASTM ASTM D 1500 Max. 3.0 1.5
Titik Nyala PMcc (oC) ASTM D 93 Min. 52.0 67.0
Destilasi :
ASTM D 86
90% (oC) Max. 370 370
Kadar air (mg/kg) ASTM D 6304 Max. 500 109.90

4.1.5 Jenis Produk : Avtur

Keterangan : 12 Agustus 2016

Property Satuan Batas Metode Hasil


Appereance C&B Visual Conform
Colour Saybolt Rating Report ASTM D 156 +30
Destilasi : ASTM D 86
o
IBP C Report 158
o
10% C Max. 205 180
o
50% C Report 204
o
90% C Report 237
o
Endpoint C Max. 300 262
Residue %v/v Max. 1.5 1.5
Loss %v/v Max. 1.5 0.5
o
Flash Point Able C Min. 38.0 IP 170 47.0
Densitas 15oC kg/m3 775.0 840.0 ASTM D 1298
Upper 805.4

35
Middle 805.4
Lower 805.4
Composite 805.4
o -50.1
Freezing Point C Max. -47.0 ASTM D 2386
MSEP with SDA Rating Min. 70 ASTM D 3948 88

4.2 Pembahasan

Produk dari hasil pengolahan minyak bumi yang berupa bensin (premium,

pertalite, pertamax), minyak solar, dan avtur selanjutnya dianalisis untuk

mengetahui kualitas produk tersebut yang meliputi destilasi, densitas, warna, titik

nyala, titik didih, kadar air, titik beku, dan MSEP.

Umumnya produk yang dianalisis diambil dari tangki timbun maupun dari

kapal. Untuk produk di tangki timbun, dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum

dimasukkan ke dalam tangki. Jika produk mengalami kerusakan, maka

dikembalikan ke kilang dan jika produk sesuai dengan spesifikasi, maka dapat

dimasukkan ke dalam tangki untuk kemudian nantinya diambil dan disalurkan ke

masyarakat maupun ke industri, tetapi sebelum disalurkan, produk dianalisis

kembali untuk mengetahui tidak adanya kerusakan pada produk tersebut.

Produk dari kapal tanker biasanya merupakan produk dari kilang yang akan

dikirim ke beberapa daerah, tetapi singgah terlebih dahulu untuk dianalisis dan

memastikan bahwa tidak ada kerusakan yang terjadi pada produk tersebut. Jika

telah terjadi kerusakan, maka produk dikirim kembali ke kilang asalnya, baik itu

kilang Balikpapan, Cilacap, dll, sedangkan jika produk telah sesuai dengan

spesifikasi, maka dapat diteruskan ke daerah tujuan.

36
4.2.1 Pengukuran Nilai Oktan (RON)

Penentuan nilai oktan menggunakan metode ASTM D-2699 untuk

mengetahui besarnya nilai oktan dari suatu bahan bakar yang digunakan untuk

kendaraan bermotor. Bilangan oktan adalah ukuran besar energi atau tekanan yang

diberikan sebelum bensin mengalami pembakaran secara spontan. Bilangan ini

juga sering digunakan sebagai kemampuan anti ketukan yang terjadi di dalam

mesin saat proses pembakaran.

Nama oktan berasal dari senyawa iso-oktana yang menjadi komponen utama

dalam bensin selain n-heptana. Senyawa ini sangat mudah terbakar dengan

sendirinya apabila diberi tekanan yang tinggi, sehingga diberi nilai 100.

Sebaliknya, n-heptana sangat sulit terbakar sehingga diberi nilai nol.

Pada bahan bakar premium, pertalite, dan pertamax, masing-masing memiliki

spesifikasi nilai oktan yang berbeda dari 88 sampai 92 sehingga batasan

minimumnya sebesar 88. Spesifikasi dan hasil analisis untuk premium

menunjukkan nilai oktan sebesar 88, artinya premium memiliki kandungan iso-

oktana dengan jumlah 88% dan n-heptana 12% untuk pertalite memiliki

spesifikasi dan hasil analisis nilai oktan sebesar 90, sedangkan pertamax memiliki

spesifikasi dan hasil analisis nila oktan sebesar 92. Semakin tinggi bilangan oktan

suatu bensin maka kualitas bensin tersebut akan semakin tinggi karena ketukan

yang dihasilkan akan semakin sedikit.

37
4.2.2 Destilasi

Destilasi merupakan teknik pemisahan berdasarkan titik didh senyawa-

senyawa hidrokarbon dalam suatu bahan bakar. Pengukuran temperatur bertujuan

untuk mengetahui kualitas penguapan dari produk berdasarkan %volume pada

bahan bakar menggunakan metode ASTM D 86.

Pada metode ini, persen volume destilat diukur pada saat 10%, 50%, 90%

volume penguapan, dan endpoint dengan spesifikasi yang masing-masing telah

ditentukan. Pengukuran persen volume dilakukan untuk mengetahui pengaruh

temperature di tiap-tiap volume terhadap kinerja mesin. Bila diperoleh

temperature lebih tinggi dari nilai spesifikasi, maka bahan bakar tersebut

mengandung fraksi berat sehingga menyebabkan sulitnya terjadi penguapan. Hal

ini menyebabkan akselerasi mesin berkurang. Bila diperoleh temperature yang

sesuai spesifikasi, maka bahan bakar terbakar dengan sempurna.

Pengukuran temperature destilasi menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh

telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, sehingga proses pembakaran akan

berjalan dengan sempurna karena tidak banyak mengandung fraksi berat.

4.2.3 Densitas

Pengukuran nilai densitas berkaitan dengan kandungan fraksi hidrokarbon

dalam bahan bakar. Produk bahan bakar berupa premium, pertamax, pertalite,

avtur, dan minyak solar memiliki spesifikasi nilai densitas yang berbeda-beda.

Pengukuran ini menggunakan metode ASTM D 1298

Nilai densitas yang tinggi pada suatu bahan bakar menandakan bahwa

kandungan fraksi berat pada bahan bakar tersebut tinggi sehingga untuk proses

38
distilasi membutuhkan suatu penguapan yang lebih tinggi pula. Sebaliknya, jika

nilai densitas pada bahan bakar rendah, menunjukkan bahwa kandungan fraksi

berat pada bahan bakar tersebut rendah sehingga mudah diuapkan pada suhu

destilasi.

Pengukuran nilai densitas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh telah

sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan,menjadi rendah.

4.2.4 Warna

Warna adalah ukuran terang atau gelapnya suatu minyak yang ditentukan

oleh intensitas yang menembusnya. Hal ini bertujuan sebagai petunjuk awal

kemungkinan adanya kontaminasi serta sebagai petunjuk kemungkinan adanya

perubahan warna karena oksidasi.

Penentuan warna pada untuk produk bensin hanyak menggunakan metode

secara visual karena warna pada produk tersebut merupakan warna campuran,

bukan warna asli dari bensin, sedangkan untuk produk minyak solar

menggunakan metode ASTM D 1500. Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan

nilai pada warna standar.

4.2.5 Titik Nyala

Penentuan titik nyala (Flash Point) bertujuan untuk produk minyak solar dan

avtur, dimana produk minyak solar dianalisis menggunakan alat flash point

Pensky-Marteens Close Up dengan metode ASTM D 93, sedangkan avtur

menggunakan alat flash point Able dengan metode ASTM IP 170. Pengukuran ini

bertujuan untuk mengetahui temperatur terendah suatu sampel minyak bumi dan

39
produk-produknya dimana dapat menimbulkan nyala api pada bagian permukaan

bila ada api yang menyambar.

4.2.6 Kadar Air

Analisis kadar air digunakan untuk mengetahui kadar air pada bahan bakar.

Jika terdapat air di dalam bahan bakar maka tidak baik digunakan pada mesin

karena dapat merusak mesin.

4.2.7 Titik Beku

Penentuan titik beku (Freezing Point) hanya ditujukan untuk produk avtur,

dimana produk ini digunakan sebagai bahan bakar pesawat. Analisis ini bertujuan

untuk mengetahui temperatur dimana kristal hidrokarbon terbentuk pada

pendinginan dan akan segera hilang jika fuels tersebut dipanaskan secara

perlahan-lahan. Pada saat pesawat berada pada ketinggian, dimana tekanan dan

temperatur semakin rendah, sehingga akan mempercepat proses pendinginan pada

bahan bakar. Jika terjadi pembekuan, maka menyebabkan mesin tak dapat

berfungsi. Untuk itu, temperatur maksimal yang boleh digunakan adalah -47 oC.

40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Produk yang telah diperiksa telah memenuhi mutu standar atau sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditetapkan pada bahan bakar dan layak untuk

didistribusikan., kesanggupan, pabrikan mesin, dan regulasi pemerintah.

5.2 Saran

2) Perlunya pemeriksaan lebih lanjut dan pengembangan analisis terhadap

limbah yang dihasilkan

3) Perlunya ditanamkan budaya konversi energy dan penghematan BBM

41

Anda mungkin juga menyukai