PENDAHULUAN
Stabilizer III adalah salah satu unit distilasi bertekanan yang didirikan
pada tahun 1960 dan merupakan bagian dari unit RFCCU (Riser Fluid Catalytic
Cracking ) dibawah naungan seksi Crude Distiller and Light Ends ( CD&L ) pada
PT. PERTAMINA Refinery Unit III Sungai Gerong.
Umpan Kolom Stabilizer III berasal dari produk atas Kolom Depropanizer
pada Unit Riser Fluid Catalytic Cracking (RFCC). Hasil atas (overhead product)
dari Kolom Stabilizer III berupa Raw Propane Propylene (RPP) yang merupakan
bahan baku untuk Unit Polypropylene dengan spesifikasi minimal 74,829%
volume Propylene. Sedangkan hasil bawah (bottom product) merupakan bahan
baku produksi LPG (Liquid Petroleum Gas) dengan spesifikasi maksimal 0,342%
volume Popylene.
Kinerja kolom Stabilizer III dapat dipengaruhi massa operasi yang telah
beroperasi 52 tahun yang dapat mempengaruhi mutu dari hasil pemisahan.
Efisiensi kerja kolom distilasi sangat dipengaruhi oleh kontak yang baik antara
uap dan cairan, serta ketahanan cairan terhadap transfer massa antar fase. Dimana
ketahanan cairan terhadap transfer massa anter fase dipengaruhi oleh viskositas
cairan dan relative volatilitas pada kolom distilasi ( Coulson, 1983 ).
1
2
refluks. Diharapkan dengan kedua metode tersebut kita dapat mengetahui berapa
besar kinerja Kolom Depropanizer Stabilizer III.
Ruang lingkup masalah tugas khusus pada laporan kerja praktek ini adalah
terbatas pada kolom Depropanizer unit LST-01 di RFCCU. Tugas khusus ini
hanya membahas efisiensi kolom Depropanizer unit LST-01.
BAB I PENDAHULUAN
1. RU II Dumai,Riau
2. RU III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan
3. RU IV Cilacap, Jawa Tengah
4. RU V Balikpapan, Kalimantan Timur
5. RU VI Balongan, Jawa Barat
6. RU VII Kasim, Papua
4
5
Kilang Sungai Gerong dibangun oleh Stanvac pada tahun 1926. Kilang
yang berkapasitas produk 70 MBCD ini kemudian dibeli PT PERTAMINA pada
tahun 1970, sekarang kapasitasnya tinggal 25 MBCD sesuai dengan unit yang
masih ada.
Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi. Kedua
kilang ini disebut dengan Kilang Musi. Kilang ini di bawah pengawasan
PERTAMINA RU III dan bertanggung jawab dalam pengadaan BBM untuk
wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung.
Proyek kilang Musi Tahap I telah selesai bulan September 1986. Tahap II
dari PKM dijalankan pada tahun 1991 dengan melakukan pembaruan sebagai
berikut:
b. Solvent ( Pelarut )
c. LSWR ( Low Sulphur Wax Residue )
d. POLYTAM ( Polypropylene Pertamina )
e. Musicool (Refrigerant)
Sungai Gerong (153,9 Ha), Pusdiklat Fire and Safety, RDP dan Lapangan Golf
Bagus kuning (51,4 Ha), RDP Kenten (21,1 Ha), Lapangan Golf kenten (80,6),
serta RDP Plaju, Sungai Gerong dan 3 ilir seluas 349,37 Ha.
2. Reliability
Bertugas untuk melihat kehandalan instrumen kilang, sebelum direncanakan
untuk di-maintenance dan setelah di-maintenance.
4. Production
Bertugas untuk menyelenggarakan (Operator) pengolahan minyak mentah
(crude) menjadi produk BBM dengan biaya semurah-murahnya.
7. HSE
8. Procurement
Kegiatan utama dari bidang Procurement adalah inventory controlling
(pengendalian persediaan), purchasing (pengadaan material), contract officer
(kontrak jasa), dan terakhir service and warehousing.
9. Turn Arround
Turn Arround (TA) adalah kegiatan pemeliharaan yang berskala besar
(extraordinary maintenance activites) yang dilakukan secara berkala (3-4
tahun) yang hanya dapat dilaksanakan pada saat unit dalam keadaan berhenti
operasi.
2.4 Pemasaran
dan kapal. Sedangkan produk bahan bakar minyak (BBM), Non BBM, bahan
bakar khusus dan petrokimia didistribusikan dan dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan di Indonesia khususnya di Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Pangkal Pinang, Medan, Pontianak, Jakarta dan ekspor.
1. Pipa-pipa
2. Kapal-kapal tanker
3. Mobil-mobil pendistribusian
Produk atas (C12-) kolom T-1 yang telah didinginkan dimasukkan ke tray
ke-4 dari kolom T-2. Setelah terjadi penguapan, uap yang keluar dari bagian atas
kolom ini dimanfaatkan untuk memanaskan umpan (E-3). Produk atas (C8-) kolom
T-2 ini kemudian didinginkan lebih lanjut pada cooler box (dengan media
pendingin air) untuk kemudian dimasukkan ke distiller drum (D-4). Dari bagian
atas drum D-4 dihasilkan gas yang dimanfaatkan sebagai fuel gas pada furnace
HVU. Produk middle distillate dari kolom T-2 menjadi produk LKD (dari
keluaran tray nomor 7, kemudian didinginkan menggunakan cooling water dan
menuju D-5. Uap yang dihasilkan kolom D-5 dimasukkan kembali ke kolom T-1,
sedangkan fase cairnya dikeluarkan sebagai LKD. Dari bagian bawah, dihasilkan
cairan yang sebagian dikeluarkan sebagai naphtha (C6-C8), sedangkan sisanya
dimasukkan kembali ke kolom T-2. Produk bawah (C9-C12) yang dihasilkan
kolom T-2 adalah kerosene. Sebagian dari kerosene yang dihasilkan ini
dimasukkan ke bagian atas kolom T-1 dan sisanya didinginkan di E-7 dan E-4 dan
dikirim ke tangki penampungan sebagai kerosene cair.
Minyak bumi bila dipanaskan pada suhu 315 oC 370 oC dengan tekanan 1
atm akan mengalami perengkahan yaitu perubahan molekul dari molekul yang
besar yang mempunyai titik didih tinggi menjadi molekul yang kecil yang
mempunyai mempunyai titik didih rendah. Hal inilah yang menjadi dasar dari
proses di RFCCU, dimana fraksi minyak berat yang mempunyai nilai ekonomi
yang rendah direngkah
menghasilkan minyak dengan fraksi yang lebih ringan yang mempunyai nilai
ekonomi yang lebih tinggi.
Fungsi RFCCU adalah merengkah fraksi berat yaitu gasoil dan long residu
menjadi minyak fraksi ringan dengan bantuan panas dan katalis, katalis yang
digunakan adalah Silika Alumina (Al2O3-SiO2).
15
Feed long residue dari CD II, III dan IV dialirkan menuju hot feed drum (V-61-
001), long residue dari CD V juga dialirkan menuju hot feed drum yang sama
dimana sebelumnya dilewatkan pada box cooler. Sedangkan untuk long residue
dari CD VI dapat langsung dialirkan menuju HVU sebagai feed. Long residue
yang masuk ke hot feed drum diharapkan memiliki temperatur 140-145oC,
dengan tekanan di 0.2 kg/cm pada saat normal operasi.
Feed dari pre-heater kemudian dipanaskan lebih lanjut di dalam furnace, yang
diharapkan akan meningkatkan temperatur feed hingga 360-380oC. Furnace
16
HVU menggunakan tiga macam fuel, yaitu fuel oil, fuel gas dan off gas (off gas
ini merupaan pemanfaatan produk atas dari HVU sendiri, dengan tujuan efisiensi
produk off gas). Parameter utama dari furnace HVU ini adalah temperature tube
skin (maximum 690 oC) dan COT menuju kolom vakum.
Heated feed dari furnace kemudian dialirkan menuju kolom vakum (C-14-001)
untuk dipisahkan menjadi produk-produk. Proses distilasi ini dilakukan pada
tekanan di bawah tekanan atmosfir (60-65 mmHg). Distilasi vakum ini
diharapkan dapat memisahkan produk dengan titik didih yang lebih tinggi
dengan bantuan vacuum pressure.
residue. Recycle ini juga bertujuan sebagai efisiensi dalam feed injection serta
untuk mempertajam produk gasoil. Vacuum residue section, sebagai draw off
vacuum residue dan sebagai posisi injeksi stripping steam. Stripping steam
digunakan untuk membantu mengangkat light distillate yang masih terbawa di
heavy distillate agar dapat terangkat ke atas. Stripping steam ini berasal dari low
pressure steam yang telah dipanaskan di furnace menjadi dry dan superheated
steam.
c. RFCCU
RFCCU digunakan untuk mengonversi MVGO dan HVGO (M/HVGO)
dan long residue menjadi produk minyak ringan dengan bantuan katalis. RFCCU
terdiri dari reaktor, regenerator katalis. Main fractionator terdiri dari kolom
primary fractionator, secondary fractionator dan LCGO stripper. Produk
RFCCU adalah off gas, raw PP, LPG, catalytic naphtha, LCGO, HCGO dan
slurry.
Seksi-Seksi di RFCCU
1. Seksi Cracking
Bahan baku unit RFCCU adalah campuran antara VGO dan Long Residu
dengan perbandingan 16.500 barrel/hari (2341 ton/hari) VGO dan 4000 barrel/hari
(580 ton/hari) Long Residu (total feed = 20500 barrel/hari atau 2894 ton/hari).
Hot VGO dari unit HVU dengan suhu 275-280 oC dan Hot Long Residu dari CD
II/III/IV/V Plaju dengan suhu = 150-160 oC, dipompakan masuk ke Vessel FC-D-
6. Feed Cold VGO diambil dari TK-191/TK-192 ditarik dengan pompa FC-P-1-
AB setelah dipanasi di FC-E-1 s/d suhu 70 oC juga dimasukkan ke vessel FC-D-6.
Dari FC-D-6 Combined Feed dengan suhu = 230 oC, ditarik dengan pompa FC-P-
5 A/B dialirkan ke heat exchanger (HE) FC-E-2-ABCD untuk dipanaskan menjadi
320-325 oC. Untuk mencapai suhu yang sesuai untuk feed masuk ke reaktor, maka
feed tersebut perlu dipanaskan lagi di furnace (dapur) FC-F-2, sehingga suhu
outlet dapur >331 oC. Dari dapur feed selanjutnya diinjeksikan ke dalam Riser
Reaktor melalui 6 (enam) buah nozzle feed injektor untuk direaksikan dengan
katalis dari regenerator. Proses perengkahan berlangsung pada kondisi operasi:
T=510-520 oC dan P = 1.5 kg/cm2g. Sebelum masuk ke Reaktor, feed diinjeksi
dengan larutan antimony dengan laju alir = 0.752.1 kg/jam untuk mencegah
adanya pengaruh logam nikel dalam feed terhadap katalis. Kandungan logam
dalam feed dapat menyebabkan turunnya aktifitas katalis.
Reaksi Cracking adalah reaksi endotermis (membutuhkan panas), dimana
katalis dari regenerator dengan suhu 665 oC akan kontak dengan feed di Riser
Reaktor, sehingga feed akan terengkah menjadi uap (vapor). Katalis setelah
digunakan untuk meng-cracked feed akan mengandung carbon yang terdeposit di
pori-pori katalis disebut dengan Spent katalis. Spent katalis dikembalikan lagi ke
regenerator untuk dilakukan regenerasi. Regenerasi adalah proses reaksi
pembakaran carbon yang terdeposit di pori-pori katalis, sehingga kadar karbon
dapat turun dari
1.0-1.2 %WT ke 0.3-0.5 %WT. Reaksi yang terjadi di regenerator adalah reaksi
Eksotermis (menghasilkan panas).
21
2. Seksi Fraksionasi
a. Hasil puncak berupa vapour dengan cutting temperatur 230 oC, kemudian
dialirkan ke menara FC-T-20.
b. Dari tengah menara pada tray ke 6, ditarik fraksi MPA (Middle Pump
Around),
c. dimanfaatkan sebagai madia pemanas pada Reboiler-reboiler di Light End
Unit serta memanasi Cold Feed di FC-E-1
d. Hasil bottom berupa produk slurry, sebagai media pemanas pada feed
preheater FC-E-2, dan merupakan produk yang dialirkan ke tanki LSWR
(Low Sulfur Waxy Residue) bercampur dengan produk HCGO (High
Componen Gas Oil).
Slurry oil pump around sebagai bottom refluks dikontrol dengan FC-FC-
007
dan sebagian panasnya dimanfaatkan memanasi feed di FC-E-2 ABCD, kemudian
dikembalikan ke bottom primary fractionator untuk mendinginkan cracked vapor
dari reaktor. Slurry quench dikontrol dengan FC-FC-2020 setelah sebagian
didinginkan di trim cooler juga dikembalikan ke bottom Primary fractionator
untuk mencegah terjadinya reaksi lanjutan, agar tidak terbentuk coke pada bottom
fractionator.
Vapour yang tidak terkondensasi dari FC-D-7 akan ditarik oleh Wet Gas
Compresor untuk dikompresi yang bertujuan merubah fase uap ke cair.
Selanjutnya discharge dari WGC akan diproses di Light ends unit. Sedangkan
cairan dari FC-D-7
ditarik pompa FC-P-7 AB, sebagian digunakan sebagai top refluks di menara FC-
T-20 dan sebagian lagi dimasukkan ke menara FL-T-401 (Primary Absorber
Tower) yang berfungsi sebagai absorbent.
FL-T-102. Hasil bottom dari FL-T-102 adalah produk cat naphta, panasnya
dimanfaatkan dulu di FL-E-106, setelah itu didinginkan di naphta cooler FL-E-
105 sehingga diperoleh suhu 38 oC. Dari cooler, produk naphta sebelum dikirim
ke tanki penimbunan dilakukan proses pencucian terlebih dahulu menggunakan
caustic soda. Proses bertujuan menghilangkan / menurunkan senyawa sulfur
sampai batas yang izinkan. Proses pencucian berlangsung di unit Gasoline
Mericham Treater. Fluida dari D-103 ditarik dengan pompa FC-P-3 AB dan
didinginkan dicooler LS-E-3 A sehingga diperoleh suhu 43 oC dikirim ke feed
drum Stabilizer 3 LS-D-1. Untuk memperoleh proses distilasi yang sempurna
maka feed tersebut dikontrol suhunya dengan dipanaskan di LS-E-1, LS-E-2 dan
LS-E-3 B yang dipasang secara seri, diharapkan suhu feed masuk menara LS-T-1
adalah pada temperature 78 oC. Umpan masuk menara LS-T-1 pada tray ke 25.
Hasil puncak dari LS-T-1 kemudian didinginkan di kondensor LS-E-4 AB dan
ditampung di accumulator LS-D-2 dengan tekanan 19.6 kg/cm2g dan suhu 25 oC.
dari drum LS-D-2 liquid Propane Propylene ditarik dengan pompa LS-P-3 AB
sebagian dimasukkan ke puncak menara LS-T-1 sebagai top refluks dan sebagian
lagi dikirim ke Plaju sebagai bahan baku pabrik Poly Propylene. Jumlah aliran ke
Plaju 260-280 ton/hari dengan kandungan Propylene 72 % volume.
4. Seksi Treating
Di RFCCU ada dua unit treating, yaitu LPG treating dan Cat Naptha
treating. Secara harfiah treating dapat diartikan mencuci. Proses treating yang ada
di RFCCU dikenal dengan teknologi Merox Treating (Merkaptan Oksida Treater).
Pada dasarnya unit treating berfungsi untuk mencuci produk LPG dan Cat Naptha
agar kandungan belerang (senyawa sulfur) dapat dihilangkan atau diturunkan
sampai dengan batas spesifikasi yang izinkan.
- Naptha Treating
Umpan cat naphta sejumlah 12500 BPSD dialirkan dari bottom menara
FL-T- 102 (Debutanizer tower) ke Fiber Film Contactor yang bercampur dengan
caustic soda yang sirkulasikan. Pada fiber film contactor akan terjadi proses
ekstraksi H2S. sebelum masuk fiber film contactor gasoline disaring terlebih
dahulu di strainer FC-A-704 untuk menghilangkan pertikel berukuran lebih besar
dari 150 mikron. Udara diinjeksi pada up-stream fiber film contactor melalui
sebuah alat yang didisain khusus untuk mengatur aliran udara. Campuran
27
- LPG Treating
LPG Treating mempunyai tujuan sama seperti Gasoline Treating, yaitu untuk
menghilangkan atau mengurangi senyawa belerang (sulfur) yang ada dalam
produk LPG. LPG yang dialirkan ke proses treating dengan menggunakan
teknologi Merox (Merkaptan Oksidasi) ini sebanyak 3300 BPSD. Tahapan operasi
LPG treating adalah sebagai berikut :
1) Hydrolisa dan ekstraksi H2S menggunakan larutan caustic soda dengan aliran
searah (Co-Current).
2) Ekstraksi merkaptan (RSH) dan ekstraksi thiolex secara terus menerus. Setiap
tahap ekstraksi thiolex menggunakan / mempunyai system regenerasi.
3) Regenerasi dan pemakaian kembali larutan caustic yang mengandung
merkaptan dengan cara mengoksidasi merkaptan menjadi disulfide (DSO) yang
dilanjutkan dengan peghilangan DSO dari caustic menggunakan solvent yang
berlangsung di Solvent Wash Separator pada LPG treating juga dibutuhkan
katalis Cobalt Phtalo Cyanine yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya
reaksi treating.
nh
5. FGC (Flue Gas Cooler)
FGC pada unit FCC sebagai unit Heat Recovery, untuk digunakan untuk
pembuatan HHP steam dengan tekanan 43 kg/cm2g (produk aktual = 449.78
28
ton/hari) dan temperature 388 oC. Pada unit FCC terdapat tiga buah FGC antara
lain :
a. FGC 1 memanfaatkan flue gas dari regenerator (produk aktual 280 t/h).
b. FGC 2 memanfaatkan gas buang dari hasil pembakaran di turbin RGT
(produk aktual 87.7 t/h).
c. FGC 3 memanfaatkan gas buang dari hasil pembakaran di turbin EGT
(MAB) Main Air Blower (produk aktual 82.08 T/D).
2) Instalasi baru akan dilengkapi sistem pengendalian polusi yang baik agar
dapat memenuhi peraturan yang terkait maupun standar industri.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Didalam distilasi terjadi transfer panas dan transfer massa. Transfer panas
berlangsung pada saat campuran diberi panas dari sunber panas tertentu. Transfer
massa ditunjukkan oleh adanya perubahan fase cair menjadi uap demikian juga
sebaliknya.
Material balance adalah persamaan atau keadaan setimbang antara sisi kiri
dan sebelah kanan, dalam hal ini adalah sama antara umpan yang masuk pada
depropanizer kolom dengan produk yang dikeluarkan yaitu cairan dan produk
yang diuapkan dengan anggapan tidak ada yang terakumulasi. Sehingga dalam
perhitungan material balance mestinya tidak ada losses (kehilangan) maupun gain
(penambahan),namun dalam operasi dilapangan kenyataan tidak pernah dijumpai.
30
ViYi
Vapor
F XFi
Liquid
LiXi
kesetimbangan hanya dapat dicapai jika waktu kontak antara kedua fase tidak
terbatas. Selain itu area kontak juga harus diperhitungkan agar kondisi yang
diinginkan yaitu kesetimbangan dapat tercapai.
F = V + L..........................................(3.1)
Ki = yi / xi
diperhatikan batas maksimum RVP tersebut karena uap gasolin yang sangat
mudah terbakar.
Angka oktan adalah angka yang menunjukan seberapa besar tekanan yang
bisa diberikan sebelum gasolin terbakar secara spontan, didalam mesin camjpuran
udara dan gasolin (dalambentuk gas) ditekan oleh piston sampai dengan volume
yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi.
Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan gasolin juga bisa terbakar
secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Jika campuran gas
initerbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi),
maka akan terjadi knocking atau ketukan didalam mesin. Knocking ini akan
menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus dihindari.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
a. Data Pengamatan
Tabel 2. Data Rata rata Komposisi Produk Atas dan Produk Bawah
C2 lighter 0,02 0
C3* 74,612 0,78
C3 14,514 1,06
iC4 8,198 32,54
nC4 0,148 13,82
C4* 2,282 22,7
C4-Tr 0,186 16,44
C4-Cis 0,06 11,26
iC5 0 1,48
nC5 0 0
C5* 0 0,1
C6 0 0,02
b. Perhitungan
Produk atas
- Propilen (C3=)
Massa = % volume . volume . densitas propilen
= 74,6120% . 10-4m3 . 506,6800 kg/ m3
36
= 3,7804 kg
- Propana (C3)
Massa = % volume . volume . densitas propana
= 14,514% . 10-4 m3 . 561,9700kg/m3
= 0,8156 kg
Fraksi massa =
Produk atas
- Propilen (C3=)
3,7804
Fraksi massa = 5,2381
= 0,7217
= 156,5799 Ton
- Propana (C3)
0,8156
Fraksi massa = 5,2381
= 0,1557
= 33,7827 Ton
Mol =
Produk atas
- Propilen (C3=)
1000
156,5799
1
Mol = 42,08 /
= 0,0898 kg mol
- Propana (C3)
39
1000
33,7827
1
Mol = 44,1 /
= 0,0185 kg mol
Fraksi mol =
Produk atas
- Propilen (C3=)
3721,0048
Fraksi mol = 4949,2697
= 0,7518
- Propana (C3)
766,0466
Fraksi mol = 4949,2697
= 0,1548
F =D+W
= 322,8385 ton
Operasi distilasi dijalankan secara steady state sehingga tidak ada massa yang
terakumulasi, maka neraca massanya menjadi :
Input = Output
Dari neraca massa komponen dapat dicari komposisi umpan (Feed) dari Kolom
Stabilizer III :
- Propilen (C3=)
F . XF = D . Xd + W . Xw
322,8385 . Xf = (216,9557 x 0,7217) + ( 105,8827 x 0,0066)
XF propilen = 0,4872
- Propana (C3)
42
F . XF = D . Xd + W . Xw
322,8385 . Xf = (216,9557 x 0,1557) + ( 105,8827 x 0,0099)
XF propilen = 0,1079
Dengan cara yang sama didapat komposisi umpan masuk, sehingga fraksi
massa umpan untuk Kolom Stabilizer III adalah :
Tabel 8. Hasil Perhitungan Fraksi Massa Umpan
- Propilen (C3=)
Massa = 0,4872 . 322,8385 ton
= 157,2752 ton
- Propana (C3)
Massa = 0,1079 . 322,8385 ton
43
= 34,8307 ton
Massa umpan
Komponen
Ton
C2 lighter 0,0454
C3= 157,2752
C3 34,8307
iC4 53,1941
nC4 14,8024
C4= 30,0636
C4-Tr 18,0753
C4-Cis 12,8127
iC5 1,6234
nC5 0,0000
C5= 0,1124
C6 0,0032
Total 322,8385
massa komponen
Mol = berat molekul komponen
- Propilen (C3=)
1000
157,2752
1
Mol = 42,08 /
= 3737,53 kgmol
- Propana (C3)
1000
34,8307
1
Mol =
44,10 /
= 789,81 kgmol
Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan masing-masing komponen
lainnya yang hasilnya ditabulasikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Perhitungan Mol Umpan
45
Mol
Komponen (Kg mol)
C2 lighter 1,51
C3= 3737,53
C3 789,81
iC4 915,25
nC4 254,69
C4= 535,80
C4-Tr 322,14
C4-Cis 228,35
iC5 22,50
nC5 0,00
C5= 1,60
C6 0,00
Total 6809,18
Fraksi mol =
Produk atas
Basis : 1 hari operasi
- Propilen (C3=)
3737,53
Fraksi mol = 6809,18
= 0,5489
46
- Propana (C3)
789,81
Fraksi mol = 6809,18
= 0,1160
C2 lighter 0,0002
C3= 0,5489
C3 0,1160
iC4 0,1344
nC4 0,0374
C4= 0,0787
C4-Tr 0,0473
C4-Cis 0,0335
iC5 0,0033
nC5 0,0000
C5= 0,0002
C6 0,0000
Total 1,0000
BM Umpan =
1000
322,8385
1
= 6809,18 /
= 47,4122 kg/kgmol
47
Tabel 13. Data Komposisi dan Konstanta Anthoine Produk Atas dan Produk
Bawah
xi 1 Ulangi
trial T
1 760
= 19,5460 kg/cm2 x 1,033 /2 1
= 14380,4066 mmHg
- Propilen (C3=)
ln Po = [ ]
+
1807,53
ln Po = 15,7027 + 370,767+(26,15)
Po = 17481,8916 mmHg
1872,46
ln Po = 15,7260 + 370,767+(25,16)
Po = 6051,6135 mmHg
Ki =
- Propilen (C3=)
49
17481,8916
Ki = 14380,4066
= 1,2157
Khk =
6051,6135
= 14380,4066
= 0,4208
i =
1,2157
i = 0,4208
= 2,8888
xi =
0,7518
= 1,2157
= 0,6148
T (K) Komponen Po yi Ki Ai xi
C2 lighter 51245,4529 0,0003 3,5636 8,4681 0,0001
50
xi 1 Ulangi
trial T
1 760
= 19,6048 kg/cm2 x 1,033 /2 1
= 14423,6567 mmHg
Menentukan tekanan uap, konstanta tekanan uap dan relatif volatilitas pada
suhu trial (379,5950 K) dengan menggunakan tools Goal Seeks pada Ms.
Excel
- Propilen (C3=)
ln Po = [ ]
+
1807,53
ln Po = 15,7027 + 379,5950+(26,15)
Po = 39682,4889 mmHg
1872,46
ln Po = 15,7260 + 379,5950 +(25,16)
Po = 15846,5014 mmHg
Ki =
- Propilen (C3=)
39682,4889
Ki =
14423,6567
= 2,7512
Khk =
15846,5014
= 14423,6567
= 1,0986
i =
2,7512
i = 1,0896
= 2,5042
52
yi = xi . Ki
= 0,0089 . 2,7512
= 2,5042
T (K) Komponen Po xi Ki Ai yi
C2 lighter 98089,2264 0,0000 6,8006 6,1900 0,0000
379,5950 C3= 39682,4889 0,0089 2,7512 2,5042 0,0244
C3 34305,3543 0,0128 2,3784 2,1649 0,0304
iC4 15846,5014 0,3089 1,0986 1,0000 0,3394
nC4 12522,4679 0,1336 0,8682 0,7902 0,1160
C4= 14783,2893 0,2329 1,0249 0,9329 0,2388
C4-Tr 12480,5222 0,1687 0,8653 0,7876 0,1460
C4-Cis 11851,7685 0,1213 0,8217 0,7479 0,0996
iC5 6129,6341 0,0121 0,4250 0,3868 0,0051
nC5 1,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000
C5= 5933,1630 0,0009 0,4113 0,3744 0,0004
Total 1,0000 yi 1,0000
c. Temperatur Kolom
Jadi, dari trial suhu Bubble Point of Bottom dan Dew Point of Overhead
ditentukan temperatur kolom rata-rata dari kedua suhu tersebut.
53
+
T kolom = 2
330,7670+379,5950
= 2
= 355,181 K = 82,181C
Xf d b
1 760
P kolom = 19,6048 kg/cm2 x 1,033 /2 1
= 14423,6567 mmHg
- Propilen (C3=)
54
= 0,0975 . 0,4872
= 0,0475 mNs/m2
- Propana (C3)
= 0,0975 . 0,4872
= 0,0475 mNs/m2
Komponen .xf
C2 lighter -0,0001
C3= 0,0475
C3 0,0019
iC4 0,0461
nC4 0,0091
C4= 0,0145
C4-Tr 0,0092
C4-Cis 0,0075
iC5 0,0020
nC5 0,0000
C5= 0,0001
Total 0,1377
- Propilen (C3=)
avg = .
= 2,8888 .2,5042
= 2,6896
- Propana (C3)
avg = .
= 2,4373 .2,1694
= 2,2970
Komponen avg
C2 lighter 7,239958
C3= 2,689623
C3 2,297052
iC4 1
nC4 0,764584
C4= 0,911142
C4-Tr 0,7548
C4-Cis 0,709948
iC5 0,350151
nC5 0,00396
C5= 0,334714
56
= 65,0149 %
Untuk perhitungan Efisiensi Overall rata-rata dari tanggal 8-12 Juli 2015,
hasil perhitungannya pada Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Perhitungan Efisiensi overall dengan metode OConnel corelation
Temperatur Efisiensi
Dew point Bubble Point Kolom a avg lk a Overall
Umpan of Bottom
of overhead (%)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan perhitungan dan pembahasan kinerja kolom
Depropanizer dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja Kolom Depropanizer diperoleh dengan pendekatan perhitungan efisiensi
overall dengan metode OConnel corelation rata-rata sebesar 65,0149 %
sehingga metode tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kinerja
kolom.
2. Efisiensi kinerja dari kolom Depropanizer dipengaruhi oleh kondisi operasi
seperti tekanan, temperatur, dan produk.
3. Kondisi Operasi Depropanizer
a. Dew Point of Overhead sebesar 57,767 oC
b. Bubble Point of Bottom sebesar 106,5950 oC
c. Temperatur Feed 84,8838oC, temperatur ini sesuai dengan yang diharapkan
yaitu antara dew point produk atas dan bubble point produk bawah.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk menjaga efisiensi kinerja
Kolom
Depropanizer agar memenuhi spesifikasi yang di harapkan, antara lain:
58