Anda di halaman 1dari 55

Pengolahan limbah

pt. pertamina
Kelompok 4

Shintya febriza
Try yuliarti
Vandhito rizna ikhwandinata
Yuni khAirunnisa

INDUSTRI PROSES
PT PERTAMINA RU-III
SEJARAH dan profil
PT PERTAMINA
PROFIL PERUSAHAAN
PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki
Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak
tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada
tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA
dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya
berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang
Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi
PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah
status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal
17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi.
PT PERTAMINA (PERSERO)
Dalam melaksanakan tugas tersebut, PT PERTAMINA memiliki empat
kegiatan utama, yaitu:
Eksplorasi dan Produksi
Kegiatan ini meliputi pencarian lokasi yang memiliki potensi
ketersediaan minyak dan gas bumi, kemungkinan penambangannya,
serta proses produksi menjadi bahan baku unit pengolahan
Pengolahan
Kegiatan ini meliputi proses distilasi, pemurnian, dan reaksi kimia
tertentu untuk mengolah crude menjadi produk yang diinginkan
seperti premium, solar, kerosin, LPG, dll.
Pembekalan dan Pendistribusian
Kegiatan pembekalan meliputi impor crude sebagai bahan baku unit
pengolahan melalui sistem perpipaan sedangkan kegiatan
pendistribusian meliputi pengapalan .
Penunjang
Contohnya rumah sakit dan penginapan
PROFIL PT PERTAMINA
(PERSERO)
Dahulu PT PERTAMINA (PERSERO) memiliki tujuh unit
pengolahan akan tetapi Unit Pengolahan I di Pangkalan
Brandan yang berkapasitas 5 MBSD berhenti beroperasi pada
tahun 2007 karena permasalahan pasokan umpan.
Keenam Unit Pengolahan yang masih beroperasi saat ini antara
lain:
Unit Pengolahan II Dumai-Sei Pakning, Riau dengan kapasitas
170 MBSD
Unit Pengolahan III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan
dengan kapasitas 126,2 MBSD
Unit Pengolahan IV Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 348
MBSD
Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur dengan
kapasitas 260 MBSD
Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat dengan kapasitas 125
MBSD
Peta Refinery Unit PT
PERTAMINA
di Indonesia
PT PERTAMINA RU-III

PT PERTAMINA RU-III
PLAJU-SUNGAI GERONG
PT PERTAMINA RU-III
Tugas pokok PERTAMINA Refinery Unit III Plaju /
Sungai Gerong sesuai dengan UU No.8 tahun
1971 yaitu: Menyediakan bahan baku bagi
perkembangan dan pertumbuhan industri dalam
negeri, Karena itu kegiatan PERTAMINA Unit
Pengolahan III Plaju / S.Gerong hanya mengolah
bahan bakar minyak (BBM) dan non BBM .

PERTAMINA RU-III memiliki 2 buah kilang, yaitu :


Kilang minyak Plaju, yang berbatasan dengan
Sungai Musi di sebelah selatan dan Sungai
Komering di sebelah barat
Kilang minyak Sungai Gerong, yang terletak di
persimpangan Sungai Musi dan Sungai Komering.
PT PERTAMINA RU-III
Visi dan Misi PERTAMINA Refinery Unit III Plaju-
Sungai Gerong
Visi Pertamina RU-III Plaju :
Menjadi Kilang Minyak dan Petrokimia
Nasional Terkemuka di Asia Tenggara
Tahun 2015
Misi Pertamina RU-III Plaju :
Menghasilkan Produk Minyak dan
Petrokimia dengan Kualitas Internasional
PT PERTAMINA RU-III
Tata nilai yang berlaku di Pertamina RU-III
Plaju:
Clean (Bersih)
Competitive (Kompetitif)
Confident (Percaya Diri)
Customer Focused (Fokus pada
Pelanggan)
Commercial (Komersial)
Capable (Berkemampuan)
LOKASI DAN TATA LETAK
PABRIK
PT PERTAMINA (Persero) RU. III Plaju merupakan
salah satu unit proses produksi dalam jajaran
direktorat pengolahan yang terletak di Sumatera
Selatan. RU. III Plaju ini mempunyai dua buah
kilang yaitu:
Kilang Minyak Plaju.
Kilang Minyak Sungai Gerong.
Kilang minyak Plaju terletak di sebelah selatan
Sungai Musi dan sebelah barat Sungai Komering,
sedangkan kilang minyak Sungai Gerong terletak di
persimpangan Sungai Musi dan Sungai Komering.
LUAS WILAYAH KERJA

No Tempat Luas (Ha)


1 Area Perkantoran Kilang Plaju 229,60
2 Area Kilang Sungai Gerong 153,90
3 Diklat-SDM Sungai Gerong 34,95
4 RDP dan Lap. Golf Bagus Kuning 51,40
5 RDP Kenten 21,20
6 Lapangan Golf Kenten 80,60
7 RDP Plaju, Sungai Gerong dan Ilir 349,37

Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV Pertamina, 1999, Palembang


LOKASI DAN TATA LETAK
PABRIK
Lokasi Pertamina RU III memberikan beberapa
keuntungan, antara lain :
Proses transportasi bahan baku dan produk
dapat melalui Sungai Musi dan Sungai Komering
Sumber bahan baku relatif dekat, yaitu berasal
dari daerah Sumatera, teutama Sumatera bagian
selatan (Sumbagsel)
Sumber air pendingin dapat diambil dari Sungai
Komering
Air hasil proses di kilang dapat dibuang di Sungai
Komering dan Sungai Musi
STRUKTUR ORGANISASI
STRUKTUR ORGANISASI
Pertamina UP III dipimpin oleh seorang pimpinan
utama yang disebut General Manajer (GM) Unit
Pengolahan III. GM ini bertanggung jawab atas
segala sesuatu dalam UP III Plaju ini dan
bertanggung jawab kepada DirekturPengolahan.
GM UP III ini membawahi 9 fungsi, yaitu
Perencanaan dan Keekonomian, Engineering dan
Pengembangan, Keuangan, Kilang, Umum,
Sumber Daya Manusia, Jasa dan Sarana Umum,
Sistem Informasi dan Komunikasi, dan Lindungan
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
CD&GP
(CRUDE DISTILLER AND GAS PLANT)
Pertamina RU-3 memiliki 6 Crude Distiller
yaitu Crude Distiller II, III, IV, dan V serta
Redistiller I/II. Ke enam unit tersebut
terletak di kilang Plaju. Selain itu di unit ini
terdapat juga unit Stabilizer C/A/B dan
Straight Run Motor Gas Comprowor
(SRMGC). Sedangkan pada Gas Plant
terdapat unit Butane-Butyline. Motor Gas
Compressor (BBMGC), butane Butyline (BB)
Distiller, Unit Polyrnerisasi dan unit .Alkilasi.
PP (POLY PROPYLENE)
Kilang PolyPropyline berada di bagian manajer
produksi II (bagian Petrokirna) yang
bertanggung jawab kepada manajer kilang.
Pabrik ini didirikan pada 1993 dan rnulai
beroperasi pada 1994.
Bahan baku dari pabrik ini berupa raw propane
propylene yang diproduksi oleh bagian CD&L,
di RFCCU pada bagian fraksi teringan.
Sedangkan hasil akhirnya berupa Polypropyline
(bahan pembuat plastic) yang disebut sebagai
Polytam.
PP (POLY PROPYLENE)
Pabrik. ini mempunyai kapasitas produksi
butiran (pellets) Hornopolymer Polypropyline
sebesar 45.200 ton/tahun pada basis 7944 jam
atau 331 hari operasi per tahunnya. Jenis
produk polypropylene yang dihasilakan adalah :
Injection Molding Grade
Film Grade
Yarn Grade
Fiber Grade
Blow molding Grade
UTILITIES
Seksi Utility ini merupakan bagian yang memonitor
dan merekomendasikan pengelolaan semua utilitas
yang diperlukan untukk mensupport kegiatan proses
produksi di kilang agar dapat berfungsi secara efektif
dan efisien. Jenis-jenis utilitas yang di produksi oleh
Unit UTL UP III adalah:
Power Supply untuk kilang dan PLN
Water Supply (Air Bersih, Air proses, Air pendingin, Air
Demineralis)
Steam Supply
Udara bertekanan
Nitrogen Supply
CDL
(CRUDE DISTILLER AND LIGHT ENDS)
Secara garis besar seksi CD&L
(Crude Distiller and Light End)
memiliki 2 fungsi utarna. yaitu :
CD&L berfungsi dalam penyiapan
produk BBM dan Petrokimia,
khususnya yaitu produk atau bahan
dalam bentek setengah jadi.
CD&L berfungsi sebagai coordinator
mixed gas
OM (OIL MOVEMENT)
Fungsi bagian OM ini adalah sebagai
berikut :
Sebagai tempat penerimaan bahan
mentah produksi BBM dan petrokimia
dari Lapangan dan kapal tangker.
Pos penyimpanan crude oil dalam
tangki tangki.
LABORATORIUM
Produk BBM yang dihasilkan Kilang Musi dipasarkan ke
konsumen setelah melalui berbagai tahapan uji kualitas
secara ketat dan secara terus menerus di Laboratorium
Kilang sesuai spesifikasi standar mutu uji kualitas.
Fasilitas Laboratorium Kilang Musi meliputi:
Laboratorium BBM
Laboratorium Analisa, Gas dan Lindungan Lingkungan
Laboratorium Petrokimia
Laboratorium Kilang RU-III juga sebagai pusat penelitian
dan pengembangan laboratorium. Pada saat ini,
laboratorium Kilang RU-III telah menjadi laboratorium
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)
mengacu ISO 17025 sejak 5 september 2002.
PRODUK YANG DIHASILKAN PERTAMINA

1. BBM : Gasoline (Premium), Kerosene,


Avtur, HSD/Solar, IDF/Diesel, Fuel Oil.
2. Gas : LPG.
3. Petrokimia : Para-Xylene,Benzene
& Toluene (BTX), Heavy Aromatic

4. Non-BBM : Lube-base.
Aspal, Slack Wax, Parafinic,
Minarex
5. Pelumas :
6. Lain-lain : LSWR (Low Sulphur Waxy
Residue) .
Bahan Bakar Minyak (BBM):
Produk BBM yang terdiri dari :

Minyak Bensin
Minyak Tanah
Minyak Solar
Minyak Diesel
Minyak Bakar

Bahan Bakar Khusus (BBK)


Produk BBK yang terdiri dari :
Aviation Gasoline (BBM pesawat udara)
Aviation Turbine Fuel (BBM pesawat udara ber-turbin)
Pertamax Racing
Premium
Products BBK
Bio Solar

Pertamax

Bio Pertamax

Pertamax Plus

Pertamina Dex
BAHAN BAKAR SUBSIDI
PRODUK BAHAN BAKAR SUBSIDI YANG TERDIRI DARI :
- BIO SOLAR
- PREMIUM]

NON BBM
BAHAN BAKAR BUKAN MINYAK YANG TERDIRI DARI :
ASPAL
PELUMAS (LUBE BASE OIL)
MINAREX SEBAGAI PELARUT (SOLVENT)
GREEN COKE
CALCINED COKE
SLACK WAX
HEAVY AROMATE
LSWY
Jenis Pelumas

Lubricant
- FASTRON FULLY SYNTHETIC
- PERTAMINA Synthetic ATF
- FASTRON DIESEL
Gas
Terdiri dari :
LPG (Liqueified Petroleum Gas),
CNG (Compressed Natural Gas)
BBG (Bahan Bakar Gas),
Musicool (Pengganti CFC yang ramah lingkungan).

Petrokimia
Berbagai produk petrokimia PERTAMINA :
Asam Tereftalat Murnis
Benzene
Paraxylene
Polytam
Propylene
PROSES DASAR PENGOLAHAN
MINYAK BUMI
1. PROSES PENCARIAN MINYAK BUMI

PROSES PENCARIAN MINYAK DARI PERUT BUMI


DILAKUKAN AHLI GEOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN
PENCITRAAN SATELIT DAN MENGANALISA BATUAN.
PERALATAN YANG DIGUNAKAN ADALAH GRAVIMETRY,
MAGNETOMETRY DAN SNIFFERS. YANG PALING SERING
DIGUNAKAN DALAM PROSES PENCAIRAN MINYAK BUMI

ADALAH SEISMOLOGI .
.
2. PROSES PENGEBORAN MINYAK BUMI

Jika cadangan minyak bumi positif pada suatu lokasi


maka proses pengeboran mulai dilakukan. Alat yang
digunakan untuk pengeboran minyak disebut dengan
Rig pengeboran (Drilling rig). Komponenring dapat
dikelompokkan menjadi 5 bagian besar yaitu:
Hoisting sistem
Rotary sistem
Circulition system
Blowout prevention system
Power system
PADA UMUMNYA RING PENGEBORAN DAPAT
DIBAGI BEBRAPA JENIS SESUAI DAERAH:
Rig darat

Rig rawa
Jack up rig

Semi submeril rig Tender rig

Drill ship
3. PENYIMPANAN
Tempat penyimpanan minyak mentah ini juga disebut Kilang
Minyak (oil refinery) yaitu pabrik/fasilitas industri yang
mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang
bisa langsung digunakan maupun produk-produk lain yang
menjadi bahan baku bagi industri petrokimia.
Produk-produk utama yang dihasilkan dari kilang minyak
antara lain: minyak bensin (gasoline), minyak disel, minyak
tanah (kerosene). Kilang minyak merupakan fasilitas industri
yang sangat kompleks dengan berbagai jenis peralatan
proses dan fasilitas pendukungnya. Selain itu,
pembangunannya juga membutuhkan biaya yang sangat
besar.
4. PENGHILANGAN GARAM

Minyak mentah (crude oil), selain mengandung


kotoran juga mengandung zat-zat mineral yang
larut dalam air. Proses penghilangan kotoran
disebut desalting atau penghilangan garam.
Desalting dilakukan dengan cara mencampur
minyak mentah dengan air sehingga mineral-
mineral akan terlarut dalam air. Untuk
meghilangkan senyawa-senyawa
nonhidrokarbon, ke dalam minyak mentah
ditambah dengan asam dan basa.
5. DESTILASI FRAKSINASI
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi
berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah
destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah dipanaskan
dalam aliran pipa dalam tanur (furnace) sampai dengan suhu
370C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian
masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber
(biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom
fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom
maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan
bertekanan tinggi).
.
FRAKSI BERAT DAN
RINGAN
FRAKSI FRAKSI MINYAK BUMI DARI PROSES DESTILASI
BERTINGKAT BELUM MEMILIKI KUALITAS YANG SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT , SEHINGGA PERLU
PENGOLAHAN LEBIH LANJUT YAITU MELIPUTI:

1. Cracking
.

2. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul
bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus)
menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon
bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus
molekul yang sama bentuk strukturnya yang berbeda.
Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi.
Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan
pemanasan. Contoh reforming adalah sebagai berikut :
3. ALKALISASI DAN POLIMERIASI
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini
menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam
kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CRR R-CH2-CHRR
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi
molekul besar.
Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan
senyawa isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu
isooktana.
4. PEMURNIAN (TREATING)
Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
*Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses
penghilangan pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak
sedap.
*Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan
perbaikan warna.
*Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (nparafin) dengan
berat molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk
menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang rendah.
*Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang
digunakan untuk minyak pelumas
*Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur
belerang.
5. PENCAMPURAN
Proses blending adalah penambahan bahan-
bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi dalam
rangka untuk meningkatkan kualitas produk
tersebut. Bensin yang memiliki berbagai
persyaratan kualitas merupakan contoh hasil
minyak bumi yang paling banyak digunakan di
barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca.
Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik,
terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang
dapat ditambahkan pada proses
pengolahannya.
LIMBAH PERTAMINA

Pengolahan limbah dilakukan karena berorientasi pada akibat


yang ditimbulkan dalam lingkungan terutama pada daerah
sekitar industri maupun efek keseluruhan untuk semua
lingkungan. Dengan prinsip pencegahan dan penanggulangan
pencemaran harus dapat menjamin terpeliharanya kepentingan
umum dan keseimbangan lingkungan, dengan tetap
memperhatikan kepentingan pihak industri.
Limbah PT. PERTAMINA yang dihasilkan ada 3 jenis yaitu :
1. Limbah cair
2. Limbah gas
3. Limbah padat
1. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Limbah yang dihasilkan industri minyak bumi umumnya


mengandung logam-logam berat maupun senyawa yang berbahaya.
Selain logam berat, limbah, atau air buangan industri, minyak bumi
juga mengandung senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat
rawan terhadap bahaya kebakaran.

Dalam setiap kegiatan industri, air buangan yang keluar dari


kawasan industri minyak bumi harus diolah terlebih dahulu dalam
unit pengolahan limbah, sehingga air buangan yang telah
diproses dapat memenuhi spesifikasi dan persyaratan yang telah
ditentukan oleh pemerintah.
Dikilang Pertamina Plaju/Sungai Gerong pemisahan minyak dan air atas
dasar perbedaan kerapatan atau gravitasi (Physical Treatment) untuk oil
trap, API Separator dan CPI Separator.

Sebelum air buangan tersebut mengalir dan selanjutnya dibuang kesungai,


air buangan yang mengandung minyak dialirkan ke CPI (Corrugated Plate
Interceptor). Minyak yang telah terpisah dipompakan ke tangki Slop Oil
untuk diolah kembali. Sedangkan air yang berada di bawah akan dibuang
ke Sungai Komering atau Sungai Musi. Air yang telah diolah sebelum
dibuang ke Sungai harus memenuhi standar baku mutu limbah cair.
Apa itu API separator
dan CPI separator ?
Separator American Petroleum Institute (API) adalah suatu pemisah
gravity jenis bak horizontal. Separator ini mempunyai prinsip kerja
dengan menggunakan sistem gravitasi yang memakai perbedaan
densitas. Jenis bak ini banyak digunakan dari bahan beton (concrete)
ataupun bahan lainnya
CPI Oil Separator Coalescing Plate Interceptor ( CPI) merupakan
penyempurnaan dari API Separator. Pada dasarnya prinsip kerja dari
CPI sama dengan separator API. Akan tetapi di dalam CPI
ditambahkan plate-plate fiberglass yang tersusun paralel dengan
kemiringan 45-60. Plate-plate ini dapat berfungsi mengurangi
lintasan butiran partikel minyak ke permukaan sehingga butiran
minyak yang telah terkumpul di bawah permukaan plate dapat
meluncur ke atas permukaan air, plate juga berfungsi untuk
mempersingkat jarak tempuh partikel minyak di dalam fase air
sehingga pembentukan lapisan minyak dapat lebih cepat dan juga
mengatur alirannya agar lebih laminer.
PENGOLAHAN LIMBAH GAS

Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit


dan sisanya dibakar di incinerator (untuk gas berupa H2S
dan CO) maupun flare (gas hidrokarbon).

Hydrogen sulfida (H2S) adalah gas beracun yang


sangat membahayakan.Dalam waktu singkat gas H2S
dapat melumpuhkan sistem pernafasan dan dapat
mematikan seseorang yang menghirupnya.Pada
konsentrasi rendah gas H2S memiliki bau seperti telur
busuk, namun pada konsentrasi tinggi bau telur busuk
tidak tercium lagi karena secara cepat gas H2S
melumpuhkan sistem syaraf dan mematikan indera
penciuman.
SRU (sulfur recovery unit) yaitu unit yang mampu
mengkonversikan H2S di dalam gas asam menjadi elemen
sulfur dengan suatu reaksi oksidasi di dapur reaksi dan
bantuan reaktor berkatalis. Sulfur plant ini mampu
mengonversikan hingga 98% gas asam.
Incinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu
tinggi yang dalam waktu relatif singkat mampu membakar
habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu.
Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistim
pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga Emisi
yang melalui cerobong tidak berasap dan tidak berbau,
dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil
pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada
lingkungan.
PENGOLAHAN LIMBAH PADAT

Sludge merupakan suatu limbah yang dihasilkan dalam industri


minyak yang tidak dapat dibuang begitu saja ke alam bebas,
karena akan mencemari lingkungan. Pada sludge selain
mengandung lumpur, pasir, dan air juga masih mengandung
hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di-recovery ke dalam
proses. Sludge ini juga tidak dapat di buang ke lingkungan sebab
tidak terurai secara alamiah dalam waktu singkat.

Pemusnahan hidrokarbon perlu dilakukan untuk menghindari


pencemaran lingkungan. Dalam upaya tersebut, PT. PERTAMINA
(Persero) melakukannya dengan membakar sludge dalam suatu
ruang pembakar (incinerator). Lumpur/pasir yang tidak terbakar
dapat digunakan untuk landfill atau dibuang di suatu area,
sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindari.

Anda mungkin juga menyukai