PENDAHULUAN
1
Dalam instrumentasi terdapat empat elemen utama yang harus dipahami, yaitu :
Sensing Element, Transmitter/Tranduser, Controller dan Final Element Control.
Pada kesempatan ini, penulis memilih kasus pada permasalahan yang terjadi di
Flow Transmitter 8B-FT-104 yang berada di plant 8B. Flow Transmitter ini
merupakan element transmit yang mengirimkan sinyal dari sensor proses aliran fluida
dari Exchanger 18B ke Exchanger 19B. Sehingga sangat berpengaruh dalam
pemantauan indikasi dan kelanacaran proses. Dalam hal ini penulis menerdapat
indikasi adanya perubahan pembacaan pada Transmitter tersebut, sehingga diperlukan
adanya perbaikan, agar mengembalikan kondisi monitoring proses berjalan dengan
baik.
2
1.5 Sistematika Penulisan
Kertas Kerja Wajib (KKW) berjudul berjudul “Penggantian Modul Arester
Pada Flow Transmitter 8B-FT-104 Hydrogen Plant Refinery Unit V Balikpapan”
ditulis berdasarkan sistematika sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Bab I membahas latar belakang penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW), batasan
masalah atau ruang lingkup materi yang penulis sajikan, maksud dan tujuan
penulisan, metode pendekatan pembahasan penulisan serta sistematika
penulisan.
b. Orientasi Umum
Bab III membahas orientasi umum berupa sejarah singkat dan bagian-bagian di
fungsi Maintenance Execution pada Refinery Unit V Balikpapan.
c. Orientasi Khusus
Bab III membahas orientasi khusus berupa proses bisnis, struktur organisasi dan
unit proses pada Maintenance Area 3.
d. Pembahasan Masalah
Bab IV berisi Uraian dan Permbahasan Masalah kegagalan Fungsi yang terjadi
di Flow Transmitter 8B-FT-104.
e. Kesimpulan dan Saran
Bab V membahas kesimpulan dan saran dari permasalahan dan perbaikan pada
flow transmitter 8B-FT-104.
3
BAB II
ORIENTASI UMUM
Pada tahun 1899 Shell Transport & Trading Ltd mendirikan kilang Balikpapan
berkapasitas 5.000 barrel/hari (MBSD).Pada tahun 1922 kilang Balikpapan dibangun
untuk meningkatan kapasitas produksi menjadi 30 MBSD.Pada tahun 1966 seluruh
kekayaaan Shell dan kilang Balikpapan dibeli oleh PN. Permina (Perusahaan Minyak
Nasional), yang kemudian dilebur menjadi Pertamina. Kapasitas kilang Balikpapan
4
ditingkatan lagi menjadi 50 MBSD pada tahun 1948 sekaligus memperbaiki
kerusakan akibat perang dunia kedua. Seiring dengan meningkatnya permintaan BBM
maka dibangun kilang Balikpapan II pada tahun 1980 dan resmi beroperasi mulai
tanggal 1 November 1983 dengan kapasitas 200 MBSD. Perbaikan terakhir dilakukan
pada tahun 1995 dengan memperbarui teknologi kilang hingga 60 MBSD yang selesai
pada tahun 1997. Secara kronologis, perkembangan kilang minyak PT PERTAMINA
RU V (Persero) ditunjukkan pada Tabel 2.2:
Tabel 2.1 Perkembangan Kilang Minyak PT PERTAMINA RU V
Waktu Perkembangan
Penemuan beberapa sumber crude oil di beberapa tempat di
1897-1922
Kalimantan Timur
Unit Pengilangan Minyak Kasar (PMK) I didirikan oleh perusahaan
1922 minyak BPM. Perusahaan Shell Transport & Trading Ltd.
Mendirikan Kilang Balikpapan I dengan kapasitas 5 MBSD.
Rehabilitasi PMK I karena mengalami kerusakan akibat Perang
1946
Dunia II
1948 Kapasitas Kilang Balikpapan I ditingkatkan menjadi 50 MBSD
1949 HVU I selesai didirikan dengan kapasitas 12 MBSD
Wax Plant dan PMK I dengan kapasitas produksi 110ton/hari dan 25
1950
MBSD selesai didirikan
PMK II selesai didirikan yang dibangun oleh PT Shell Indonesia dan
1952
didesain oleh ALCO dengan kapasitas 25 MBSD
Modifikasi PMK III sehingga memiliki kapasitas 10 MBSD . Sejak
1954
tahun 1985, PMK III tidak beroperasi.
Seluruh kekayaan Shell termasuk Kilang Balikpapan dibeli oleh PN.
1966
PERMINA
Peleburan PN.PERMINA dan PN. PERTAMIN menjadi PN.
1968
PERTAMINA
1971 PN. PERTAMINA berubah menjadi PERTAMINA
1973 Modifikasi wax plant dengan kapasitas 175 ton/ hari
April Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten proses dari
1981 UOP Inc.
Penetapan Kontraktor utama yaitu Bechtel International Inc dari
November
Inggris dan bekerja sama dengan consultant supervisor PROCON
1981
Inc. dari America Serikat
5
Proyek upgrading Kilang Balikpapan I diresmikan oleh Presiden
Desember
Republik Indonesia ke –II (Soeharto)
1997
November Perubahan status PERTAMINA dari BUMN menjadi Perseroan
2003 Terbatas (PT)
23 Juni Proyek pembangunan Flare Gas Recovery System dan Hydrogen
2005 Recovery System diresmikan.
9 Oktober PT PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan V berganti nama
2008 menjadi PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit V.
5
2.2 Bagian-bagian Di Fungsi Maintenance Execution
Fungsi Maintenance Execution dikepalai oleh seorang Manager. Manager ini
membawahi beberapa Bagian yang dikepalai oleh seorang Section Head. Sedangkan
Bagian tersebut mempunyai beberapa Seksi dibawahnya. Secara umum Fungsi ini
bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan-peralatan dalam
kilang.
Adapun bagian-bagian yang ada pada fungsi maintenance execution adalah sebagai
berikut :
Maintenance Area 1
Maintenance Area 1 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating
Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini
bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang pada area CDU V, HVU,
PP I, PP II, Demin Plant, RPAL, CWI, dan SWD.
Maintenance Area 2
Maintenance Area 2 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating
Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini
bertugas melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di area CDU IV, NHTU.
Platforming Unit, LPG Recofery Unit, SWS, Flare Gas Recofery Unit, Wax Plant,
DHP, dan EWTP.
Maintenance Area 3
Maintenance Area 3 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating
Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini
bertugas melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di area HVU III, HCU A/B/C
(Common Facilities), Hydrogen Plant A/B/C (Common Facilities), CWU, Nittrogen
Plant.
Maintenance Area 4
Maintenance Area 4 mempunyai beberapa Seksi diantaranya Seksi RE (Rotating
Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Electrical, dan Instrument. Bagian ini
bertugas melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di area TBL, LAB, K3LL,
Bengkel, Gudang, WTP Pancur dan Gunung IV, serta Sungai Wein.
General Maintenance
6
Bagian ini bertugas untuk melaksanakan pemeliharaan peralatan di area luar kilang
(perumahan).
Workshop
Workshop bertugas melaksanakan perbaikan peralatan kilang secara keseluruhan
sesuai dengan seksi bagiannya masing-masing, terutama untuk peralatan yang tidak
dapat diperbaiki dilapangan.
BAB III
7
ORIENTASI KHUSUS
9
3.3 Unit Proses Pada Maintenance Area 3 (HCC)
Selama masa OJT (On Job Training) segala kegiatan telah dilakukan sebagai
pembelajaran juga bekal kepada calon pekerja PT. Pertamina (Persero) agar
didapatkan hasil yang optimal nantinya.Kegiatan ini dimulai pada tanggal 26
10
Desember 2018 hingga selesai di .Selama kegiatan OJT di Pertamina RU V
Balikpapan penulis melakukan kegiatan pekerjaan dalam bidang instrument seperti:
1. Pengecekan pada Transmitter dengan Check Zero, Span, URV, LRV, & Drain
2. Pelepasan pada Transmitter untuk di lakukan kalibrasi di Workshop Instrumen
3. Perbaikan Control Valve dengan Clean Dexel untuk jenis yang Double Seat
4. Melakukan Make Up Glyserin Pada Transmitter
5. Penggecekan pada Control Valve
6. Pengecekan sensor Axial & Speed pada Turbin
7. Pelepasan sensor Axial,Radial,Speed pada Turbin, Kompressor & Pompa
8. Melakukan pergantian Pressure Indicator
9. Pelepasan Control Valve untuk dilakukan perbaikan di Workshop Instrumen
10. Melakukan Pengecekan PLC dan DCS di Rack Room RPPK (Ruang Pusat
Pengendali Kilang)
11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Transmitter
Transmitter adalah suatu alat kelanjutan dari sensor, dimana merupakan salah
satu elemen dari sistem pengendalian proses. Untuk mengukur besaran dari suatu
proses digunakan alat ukur yang disebut sebagai sensor (bagian yang berhubungan
langsung dengan medium yang diukur), dimana transmitter kemudian mengubah
sinyal yang diterima dari sensor menjadi sinyal standart. Berdasarkan besaran yang
perlu ditransformasikan transmitter dapat digolongkan sebagai transmitter temperatur,
transmitter tinggi permukaan, transmitter aliran.Transmitter dapat dihubungkan
dengan berbagai alat penerima seperti instrument penunjuk, alat pencatat, pengatur
yang mempunyai sinyal masukan yang standart.
Tergantung pada jenis sinyal keluaran dapat dibedakan misalnya sinyal transmitter
pneumatik dan transmitter elektrik. Seperti semua alat penumatik, transmitter
pneumatik mempunyai keuntungan yakni aman terhadap bahaya percikan api yang
diakibatkan hubungan singkat pada transmitter elektrik. Kegunaan dari transmitter
yang memberikan sinyal standart berupa sinyal pneumatik atau sinyal listrik dari
besaran proses (process variable) yang diukur ke peralatan lain yang
membutuhkannya antara lain:
Peralatan lain seperti indikator, recorder yang bekerja dengan standart sinyal yang
sama.
Memungkinkan pengiriman sinyal kepada jarak yang cukup jauh dan cepat serta
aman.
Menekan biaya pengoperasian maupun biaya pemeliharaan.
12
Gambar 4.1 Differensial Pressure Transmitter
13
Gambar 4.2 Flow Chart Sistem Kerja Transmitter
14
Gambar 4.2.1 Bagan Prinsip Pengoperasian dan Pengukuran Transmitter
Detecting Unit
Amplifier Unit
Process Connection
Electrical Connection
15
Berfungsi untuk menghubungkan transmitter dengan kabel output
Connecting Unit
Indicator (option)
16
Gambar 4.2.2 Bagian dan Komponen Trasnmitter
17
Untuk itu perlu dilakukan analisa koreksi pada fungsi dari transmitter,
beberepa hal yang perlu dilakukan untuk memastikan fungsional Transmitter :
a. Instalasi
Pastikan transmitter tidak dalam kondisi beroperasi dan proses yang terhubung
dengan transmitter sudah diamankan. Selanjutnya Melepas penutup terminal unit
transmitter, lalu melepas body aresster yang terpasang pada bagian terminal unit
transmitter menggunakan alat bantu (obeng), kemudian mencabut connecting line
aresster yang terhubung dengan Amplifier unit. Setelah pemindahan selesai,
Pasang Modul Aresster baru yang diyakini dalam kondisi baik, kembalikan posisi
connecting line aresster yang terhubung pada Amplifier unit, kemudian
kencangkan bodi aresster pada terminal unit.
18
Gambar 4.4.1 Modul Aresster Pada Transmitter
Jika sinyal atau gelombang arus yang diingkan untuk dikirim dalam loop sebesar
4-20 mA, untuk pengamanan dari sambaran petir maka disaran untuk menginstal
atau menggunakan aresster yang dikombinasikan dengan panel (type PXC) untuk
perlindungan distributor unit.
b. Grounding
Lakukan pengukuran keluaran arus dari transmitter pada current loop 4-20 mA
dan CK+/- pada transmitter di terminal unit. Jika output sesuai dengan input maka
Aresster bekerja dengan baik atau dalam kondisi normal. Apabila nilai yang
diukur antara input dan output mempunyai perbedaan 0.1% atau 0.016 mA atau
lebih dari itu, maka Aresster dianggap sudah tidak berfungsi dengan baik atau
tidak dalam kondisi normal. Dalam kasus ini maka modul Aresster harus diganti
dengan yang baru. Diperlukan pula untuk menghindari test tahanan isolasi dan
dielectric strength test, karena uji tahanan isolasi dan uji kekuatan dielectric dapat
merusak modul Aresster.
19
Berikut gambar skema intalasi untuk pengukuran output transmitter :
20
actual. Hal ini sangat penting mengingat indikasi dari actual proses mempengaruhi
propotional control proses yang harus dilakukan. Pada gambar dibawah ini
menunjukan adangan indikasi perubahan proses sesuai dengan actual dilapangan
setelah dilakukannya penggantian modul aresster. Dari tampilan yang ditunjukan pada
monitoring display terlihat yang awalnya konstan pada angka sekitar 1900 mmH2O
berubah menjadi tidak konstan menyesuaikan proses yang sedang berjalan, indikasi
terakhir menunjukan pada nilai sekitar 2732.8 mmH2O.
21
diinginkan dapat dihindari ataupun diminimalisir, guna mencegah kerugian atau
kerusakan yang meluas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
4. Kegagalan fungsi yang terjadi pada 8B-FT-104 bisa disebabkan oleh berbagai
gangguan, seperti jaringan kabel power supply rusak, kerusakan pada elemen dan
komponen elektrik pendukung, serta berbagai kerusakan pada perangkat
transmitter itu sendiri tubing part yang tersumbat/kotor, trip karena kabel bodi
ataupun kegagalan sistem grounding, serta pengaruh dari kondisi proses seperti
temperature dan tekanan.
6. Modul Aresster berfungsi sebagai penstabil tegangan dan arus dan sebagai
pengaman transmitter dari adanya muatan arus listrik berlebih serta sebagai
grounding transmitter.
22
7. Toleransi perbedaan output sinyal pada modul aresster transmitter adalah sebesar
0.1% atau sekitar 0.016 mA
1. Cek rutin perangkat Transmitter pada saat PM, seperti pengecekan / pemeriksaan
kondisi setiap komponen Transmitter apakah ada kerusakan atau penurunan
fungsi. Agar pada saat di digunakan, Transmitter telah dalam kondisi yang baik
dan mempunyai akurasi dan presisi yang baik pula.
2. Pembersihan perangkat Transmitter seperti drain vent dan tubing, dan dipastikan
tidak terdapat kotoran atau sumbatan yang dapat mempengaruhi kinerja
Transmitter.
3. Serta pembersihan Terminal Arester dari kotoran agar nilai resistansi tidak
bertambah.
4. Perlu ada grounding yang baik untuk Transmitter agar kondisi dan fungsi pada
saat beroperasi berjalan normal, dan untuk menghindari korselting
23
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Teknik Instrumentasi Kilang Jilid I, BAB II “Sistem Kontrol Proses”
FUJI Eelectric, Instructions Manual and Service Instructions “PXC-AII-V5” Series
Transmitters
http://www.arita.co.id/pengertian-dan-fungsi-transmitter
http://hyperpost.blogspot.com/2018/01/prinsip-kerja-transmitter-pneumatik-dan.html
http://digdyo.blogspot.com/2013/02/kalibrasi-dp-transmitter-sebagai-flow.html
24