PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Turbin adalah sebuah perangkat mekanis berputar yang mengambil energi dari
aliran fluida yang kemudian dikonversikan menjadi suatu kerja, bisa dikonversikan
menjadi kerja berupa listrik atau bahkan kerja mekanis. Penggunaan turbin di industriindustri besar sudah mulai sering dijumpai, ada yang digunakan untuk dijadikan sumber
listrik utama, ada pula yang digunakan untuk menggerakan komponen lainnya.
Untuk membangkitkan listrik umumnya perusahaan besar menggunakan turbin
gas. Turbin gas mampu digunakan sebagai penggerak komponen lainnya ataupun
membangkitkan listrik dengan daya yang besar. Turbin gas umum digunakan sebagai
pembangkit listrik karena kerjanya adalah terus-menerus sehingga dapat memberikan
gerakan yang stabil, namun kekurangannya adalah efisiensinya. Efisiensi dari turbin
adalah kurang baik karena kerjanya yang terus menerus, sehingga tidak semua hasil
kerjanya digunakan. Oleh karena itulah, banyak perusahaan-perusahaan pembuat turbin
terus meningkatkan kualitas turbin yang diproduksi dengan memberikan modifikasimodifikasi.
PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III, merupakan perusahaan
minyak yang besar. Produksinya besar dan tentunya kestabilan listrik sangat dibutuhkan
agar alat-alat pendukung proses produksi bisa terus berfungsi. Jika listrik yang digunakan
tidak stabil, dan terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba, maka produksi tentunya akan
terhenti dan ini bisa sangat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, di perusahaan ini
digunakan turbin gas sebagai pembangkit listrik utama yang diletakkan di ruang utilities.
1.2
1.3
BATASAN MASALAH
Turbin gas di PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III, Plaju
Sungai Gerong, terdapat lima turbin gas yang digunakan. Tiga untuk pembangkit listrik
utama, dan dua lagi untuk menggerakkan kompresor. Kelima turbin gas tersebut dapat
dibedakan menjadi dua jenis yang berbeda. Tiga turbin yang digunakan untuk
pembangkit listrik utama menggunakan satu shaft dan kerjanya dijadikan listrik. Dengan
nomor equipment 2015-UA, 2015-UB, dan 2015-UC. Sedangkan dua lagi yang
berukuran lebih kecil, menggunakan dua shaft dan kerjanya dijadikan kerja mekanis
yakni untuk menggerakkan kompresor.
1.4
Tanggal Kerja
Waktu
Tempat/Bagian
Uraian
08.00-09.00
HR Development
Penyelesaian
Praktek
1.
20 Januari 2014
Administrasi
2.
21 Januari 2014
08.00-15.30
Safety/Security
Safety Induction
Rotating
Equipment,
3.
08.00-15.30
Maintenance
Praktek Kerja
Planning and
Mahasiswa
Schedulling
4.
23 Januari 2014
08.00-15.30
HR Development
Penyelesaian
Laporan
1.5
Latar Belakang
1.2
1.3
Batasan Masalah
1.4
1.5
Sistematika Penulisan
2.2
2.3
2.4
2.5
Identitas Perusahaan
2.6
2.7
2.8
2.9
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
4.2
4.3
4.4
Faktor Koreksi
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
Hasil Perhitungan
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
BAB II
ORIENTASI UMUM
2.1
daerah di Indonesia mulai dilakukan. Beberapa usaha pengeboran minyak yang dilakukan
antara lain di Telaga Said (Sumatera Utara) pada tahun 1885, Krika (Jawa Timur) pada
tahun 1887, Ledok (Cepu) pada tahun 1901, dan Talang Akar (Pendopo) tahun 1921. Hal
ini mendorong tumbuhnya perusahan - perusahan minyak asing pada abad ke-19 antara
lain:
a. AS (Andrian Stoop), pada tahun 1887
b. KNPC (Klininklijke Nederlandsche Petroleum Company), pada tahun 1890
c. STTC (Shell Transport and Trading Company), pada tahun 1890
d. TKSG (The Kloninklijke Shell Group), pada tahun 1894
e. BPM (Bataafsche Petroleum Company), pada tahun 1894
f.
i.
PT Pertamina (Persero) memiliki tugas-tugas pokok yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Eksplorasi dan Produksi
Kegiatan ini mencakup upaya pencarian lokasi yang memiliki potensi
ketersediaan minyak dan gas bumi, kemungkinan penambangannya, serta
proses produksi menjadi bahan baku untuk proses pengolahan.
2. Pengolahan
Kegiatan ini tersusun dari proses-proses pemisahan dan pemurnian
untuk mengolah minyak dan gas mentah menjadi produk yang diinginkan
seperti premium, solar, kerosin, petrokimia, dan lain-lain.
3. Pembekalan dan Pendistribusian
Kegiatan
ini
meliputi
penampungan,
penyimpanan,
serta
kegiatan-kegiatan
eksplorasi,
produksi,
pengolahan,
2.
3.
4.
5.
6.
2.2
Sejarah
1903
1926
1965
1970
1972
Pembangunan
Asphalt
Blowing
Plant
berkapasitas
45.000
ton/tahun.
1973
10
1982
1982
1984
1985
1985
1986
1987
1988
1990
1994
11
12
III Plaju-Sungai Gerong terdiri dari beberapa unit pengolahan. Unit-unit tersebut mampu
memproduksi minyak sebanyak 23.000 ton/hari, unit-unit pengolahan tersebut antara lain
adalah :
1. Crude Distiller Unit II (CDU II)
2. Crude Distiller Unit III (CDU III)
3. Crude Distiller Unit IV (CDU IV)
4. Crude Distiller Unit V (CDU V)
5. Crude Distiller Unit VI (CDU VI)
Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi terutama
dalam sumber daya manusianya agar perusahaan tersebut dapat terus berkembang dan
maju serta dapat mencapai misi perusahaan sehingga perusahaan dapat terus bersaing
dalam pasar global.
PT. PERTAMINA RU III Plaju Sungai Gerong memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk dapat melakukan kerja praktek di lingkungan perusahaan tersebut agar
mahasiswa dapat mengenal jalannya produksi serta mengetahui sejarah perusahaan dari
pertama di bangun hingga sekarang. Kerja praktek sangat berguna bagi mahasiswa
terutama untuk dapat mengenalkan mahasiswa terhadap dunia industri atau dunia kerja
yang nantinya akan dihadapi mahasiswa. Disamping itu mahasiswa juga dapat
menerapkan ilmu yang didapat dari perguruan tingginya sehingga tidak teorinya saja
tetapi dapat melakukan prakteknya agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
kerja bagi mahasiswa.
2.3
13
Kilang Plaju terletak di bagian Selatan Sungai Musi dan sebelah Barat Sungai
Komering, sedangkan Kilang Sungai Gerong terletak di sebelah Timur Sungai Komering.
Pertamina RU III memiliki dermaga Plaju dan dermaga Sungai Gerong sebagai
transportasi bahan baku dan produk. Luas wilayah efektif yang dipergunakan oleh
Pertamina dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Luas Wilayah Pertamina
No
Tempat
Luas (Ha)
229.6
153.9
34.95
51.4
RDP Kenten
21.2
80.6
343.97
Total
921.02
Unit Pemasaran
UPMS I Medan
14
RU II Dumai, Riau
RU III Plaju-Sungai Gerong,Sum-sel
RU IV Cilacap, Jawa Tengah
RU V Balikpapan, Kalimantan Timur
RU VI Balongan, Jawa Barat
2.4
UPMS II Palembang
UPMS III Jakarta
UPMS IV Semarang
UPMS V Surabaya
UPMS VI Balikpapan
produk
15
2.5
IDENTITAS PERUSAHAAN
Logo perusahaan merupakan lambang atau simbol yang memuat filosofi, visi,
misi, dan aspirasi perusahaan yang mana simbol atau lambang tersebut distandarkan dan
dijadikan sebagai identitas perusahaan.
Identitas perusahaan merupakan salah satu unsur pembentuk citra perusahaan
yang harus dikelola dan dijaga dengan baik untuk menjamin keseragaman dan konsistensi
dalam perancangan, pembuatan dan penggunaannya agar pembangunan citra perusahaan
dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
Logo PERTAMINA adalah simbol dari perusahaan PT PERTAMINA
(PERSERO) ditetapkan dengan surat keputusan direksi No. Kpts-048/C00000/2005-S0
tanggal 1 November 2005 dan muali diberlakukan sejak diresmikan tanggal 10 Desember
2005. Logo baru tersebut menggatikan logo atau lambang PERTAMINA lama yang
ditetapkan dengan surat keputusan direksi No. 914/Kpts/DR/DU/1972 tanggal 23 Juni
1972.
Logo perusahaan telah menjadi hak kekayaan intelektual perusahaan yang telah
didaftarkan ke departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
PERTAMINA telah
2.5.2
17
Hal ini
dicerminkan oleh simbol Anak Panah yang disertai tulisan kata PERTAMINA
dengan Font Futura yang mengandung makna sebagai berikut:
1.
2.
Kata PERTAMINA
Merupakan nama perusahaan dari PT PERTAMINA (Persero) dan bukan
merupakan singkatan atau akronim, dan tulisannya harus berwarna hitam
kecuali ditentukan lain dalam ketentuan ini.
3.
Warna MERAH
Mencerminkan
keuletan
dan
ketegasan
serta
keberanian
dalam
4.
Warna HIJAU
Mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
5.
Warna BIRU
Mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
18
2.6
Production Manager
b)
c)
d)
e)
f)
Reliability Manager
g)
Procurement Manager
h)
HSE Manager
i)
Coordinator OPI
j)
19
2.7
Gambar 2.2 Bagan struktur organisasi Rotating Equipment Inspection Engineer MPS[2]
2.8
20
bagian
Procurement
untuk
melakukan
pembelian
terhadap
komponen
tersebut.Setelah barang yang dibeli tiba di bagian Procurement maka bagian rotating
equipment engineering MPS melakukan pemeriksaan terhadap barang tersebut apakah
sudah sesuai dengan spesifikasi yang dipesan. Setelah disetujui maka barang tersebut
dikirim ke bengkel untuk kemudian dipasang di pompa hingga proses quality test berupa
Hydrotest Static. Kemudian setelah selesai di inspeksi dan hasilnya bagus maka peralatan
tersebut dilaporkan ke Front Desk untuk dibuat rekaman mutunya yang kemudian akan
diserahkan kembali kepada bagian MA yang mengirimkan peralatan tersebut untuk
kemudian dipasang kembali site area.
2.9
21
22
BAB III
DASAR TEORI
3.1
23
Gambar 3.2
Skema turbin gas yang sudah di instalasi dengan komponen-komponen lainnya.[4]
3.2
24
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Gambar 3.3 Turbin gas (a) satu shaft, dan (b) dua shaft[5]
3.3
25
3.3.1
Berfungsi untuk menyaring kotoran dan debu yang terbawa dalam udara
sebelum masuk kompresor.
Bagian ini terdiri dari:
a) Air inet housing
Merupakan tempat udara masuk dimana di dalamnya terdapat
peralatan pembersih udara.
b) Inertia Separator
Berfungsi untuk membersihkan debu-debu atau partikel yang terbawa
bersama udara masuk.
c) Pre-Filter
Merupakan penyaringan udara awal yang dipasang pada inlet house.
d) Main Filter
Merupakan penyaring utama yang terdapat pada bagian dalam inlet
house.
26
e) Inlet Bellmouth
Berfungsi untuk membagi udara agar merata pada saat memasuki
ruang kompresor.
f) Inlet Guide Vane
Merupakan blade yang berfungsi sebagai pengatur jumlah udara yang
masuk agar sesuai dengan yang diperlukan.
3.3.2
Compressor Section
Komponen utama pada bagian ini adalah kompresor, yang mana fungsinya
adalah untuk mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air section hingga
bertekanan tinggi sehingga pada saat terjadi pembakaran dapat menghasilkan gas
panas berkecepatan tinggi yang dapat menimbulkan daya output turbin yang
besar. Ada berbagai jenis kompresor yang dapat digunakan turbin gas, di
antaranya adalah kompresor aksial dan sentrifugal.
Perbedaan signifikannya adalah, untuk kompresor sentrifugal, digunakan
impeller namun kalau untuk kompresor aksial tidak digunakan impeller. Arah
aliran udara pada kompresor yang berbentuk aksial adalah parallel dengan
sumbunya (shaft). Di Pertamina RU III ini, yang digunakan adalah kompresor
aksial untuk turbin gasnya, oleh karena itu pembahasaan kompresor turbin ini
akan lebih mendetail ke kompresor aksial.
Kompresor aksial terdiri dari dua bagian yaitu:
a) Compressor Rotor
Merupakan bagian dari kompresor aksial yang berputar pada porosnya.
Rotor ini memiliki 17 tingkat sudu yang mengompresikan aliran udara
secara aksial dari 1 atm menjadi 17 kalinya sehingga diperoleh udara
yang bertekanan tinggi.
27
Forward Stubshaft
Diletakkan di paling bawah (jika dilietakkan vertikal) atau di
paling ujung depan (jika horizontal) dan diletakkan sebelum
first stage bucket kompresor pertama, pada stacking pit.
28
Tie Bolts
Berfungsi untuk menetapkan posisi blades.
Aft Stubshaft
Aft stubshaft diletakkan di ujung akhir atau atas dari stacking
pit compressor rotor.
Compressor Blades
Merupakan roda-roda kompresor yang disusun dengan tie bolts
dan berfungsi untuk melakukan kompresi udara. Pada
kompresor yang digunakan di turbin gas Pertamina RU III ini,
terdapat 17 stage, yang mana jumlah keseluruhan bucket ada
17. Namun pada bagian di antara stage 16 dan 17, terdapat
celah yang mana fungsinya adalah untuk memasukkan udara
29
sebagai
pendinginan
komponen-
b) Compressor Stator
Merupakan bagian dari casing turbin gas yang mana letaknya di
bagian kompresor. Bagian dalam stator memiliki blades yang
fungsinya adalah untuk mengarahkan aliran udara. Blades di sini
adalah diam dan hanya mengarahkan udara, dan tidak berputar seperti
blades yang ada di rotor.
Inlet Casing
Merupakan bagian dari casing yang mengarahkan udara masuk
ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet guide vane.
30
Aft Casing
Bagian casing yang didalamnya terdapat compressor blade
tingkat 5-10.
Discharge Casing
Merupakan bagian casing yang berfungsi sebagai tempat
keluarnya udara yang telah dikompresi.
c) Distance Piece
Merupakan jarak yang terbentuk pada shaft untuk memisahkan
kompresor dan turbin. Di dalamnya adalah hollow atau bisa disebut
sebagai silinder berongga yang mana memiliki peran untuk
pendinginan juga.
3.3.3
Combustion Section
Pada bagian ini terjadi proses pembakaran antara bahan bakar dengan
fluida kerja yang berupa udara bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi. Hasil
pembakaran ini berupa energi panas yang diubah menjadi energi kinetik dengan
mengarahkan udara panas tersebut ke transition pieces yang juga berfungsi
31
sebagai nozzle dari udara hasil pembakaran. Fungsi dari keseluruhan sistem
adalah untuk mensuplai energi panas ke siklus turbin. Sistem pembakaran ini
terdiri dari komponen-komponen berikut yang jumlahnya bervariasi tergantung
besar frame dan penggunaan turbin gas.
32
b) Combustion Liners
Terdapat didalam combustion chamber dan di dalam flow sleeve yang
mana combustion liners berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
pembakaran.
Gambar 3.13
Combustion Liner (a) Turbin gas 2015-UA[9], (b) Gambar simulasi
peletakan combustion liner dalam combustion chamber[8]
c) Fuel Nozzle
Fuel nozzle yang digunakan adalah dual fuel nozzle untuk menginjeksi
bahan bakar berupa gas atau solar (jika gas campur habis) ke dalam
combustion liner.
d) Transition Piece
Berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk aliran gas panas agar
sesuai dengan ukuran nozzle dan sudu-sudu turbin gas. Dipasangkan
pada first stage nozzle.
33
e) Bull Horn
Terletak di bagian bawah transition piece dan fungsinya adalah untuk
menyangga transition piece.
f) Crossfire Tubes
Berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua combustion
chamber. Menghubungkan setiap chamber karena tidak disetiap
chamber terdapat spark plug.
34
g) Flame Detector
Merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi proses pembakaran
terjadi. Terdapat di setiap chamber.
h) Ignitors - Spark Plug (Busi)
Merupakan alat yang berfungsi untuk membuat percikan api agar
dapat terjadi proses pembakaran dalam chamber. Spark plug pada
turbin gas ini terletak hanya di chamber 1 dan 10.
i) Flow Sleeve
Berada di antara combustion liner dan combustion chamber, fungsinya
adalah agar udara yang mau dibakar dilewati di antara casing
combustion chamber sebelum masuk ke lubang-lubang yang ada di
liner untuk di bakar di dalam combustion chamber.
35
3.3.4
b) Turbine Rotor
Merupakan tempat dimana turbine bucket atau turbine bucket
menempel dan berputar seiring pergerakan shaft (poros).
36
37
Gambar 3.20 1st, 2nd, 3rd Turbine Bucket turbin gas 2015-UA[9]
38
j) Core Plug
Merupakan
tabung
kecil
berlubang-lubang,
berbentuk
blades
39
3.3.5
Exhaust Section
Exhaust section adalah bagian akhir turbin gas yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan panas sisa yang keluar dari turbin gas. Exhaust section terdiri dari
beberapa bagian:
1. Exhaust Plenum atau Exhaust Diffuser
2. Exhaust Duct
3. Exhaust Bypass System
4. Silencer
5. HRSG Inlet Duct
6. HRSG Internal Insulation
7. Vent Silencer
8. Stack
40
3.4
Bearing
alat yang memungkinkan terjadinya pergerakan relatif antara dua bagian dari alat
atau mesin, biasanya gerakan angular atau linear. Dengan adanya Bearing,
gesekan antara dua bagian tersebut menjadi sangat minim dibandingkan tanpa
bearing. Pada turbin gas, letaknya adalah di:
41
3.4.2
Starting Equipment
Starting equipment berfungsi untuk melakukan start up sebelum turbin
bekerja, bisa juga disebut sebagai penggerak mula. Starting equipment pada turbin
gas terhubung pada shaft dari rotor dan dihubungkan menggunakan sistem
hidrolik. Starting equipment akan menggerakkan turbin gas hingga tubrin tersebut
sudah memiliki gaya yang cukup untuk memutar dirinya sendiri, maka secara
otomatis starting equipment akan terlepas dari shaft. Ada beberapa jenis starting
equipment untuk menggerakkan turbin, di antaranya adalah:
a) Ratchet
Dipakai untuk memutar turbin sebelum turbin di-start (breakaway)
dan pada waktu turbin shut down. Saat start up sebelum diputar oleh
diesel engine, turbin harus diputar terlebih dahulu dan saat habis di
shut down turbin harus di putar setiap tiga menit sekali poros turbin
harus diputar sekitar 90o agar rotor tidak bengkok.
b) Starting Clutch
Berfungsi untuk menghubungkan torque converter dengan poros
turbin. Kopling (clutch) ini akan mengikat pada saat ratchet bekerja
42
atau pada saat turbin suampai kecepatan sekitar 70%. Kalau kecepatan
turbin sudah lebih tinggi dari kecepatan pada saat star dan sudah
mampu menggerakkan dirinya sendiri, maka secara otomatis clutch
akan terlepas.
c) Torque Converter
Merupakan kopling fluida yang mana sistem kerjanya kurang lebih
sama dengan kopling di mobil-mobil otomatis.
d) Starting Diesel Engine
Fungsinya adalah untuk membantu turbin start up. Sistemnya terpisah
dengan turbin, dalam arti engine ini mempunyai fuel system dan lube
oil system sendiri, terpisah dari sistemnya turbin. Kecuali untuk
pendinginan menggunakan, starting diesel engine menggunakan water
cooling system dari turbin.
3.4.3
3.4.4
43
Sistem pelumasan pada turbin gas adalah close loop, forced feed: yang
diambil dari lube oil tank dengan pompa dan dialirkan melewati heat exchanger,
disaring dan masuk ke bearing headermanifold dan juga ke semua bearing, load
gear, dan peralatan lainnya. Komponen-komponen utama dan fungsinya adalah:
a) Lube Oil Tank
Terletak dibawah auxiliary compartment dan dalam tanki terdapat lube
oil pump dan berbagai macam peralatan lainnya.
b) Main Lube Oil Pump
Pompa utama dari jenis positive displacement yang digerakkan oleh
accessory gear. Pompa ini yang akan bekerja pada saat turbin sedang
bekerja normal dengan output pressure 65 psig, kapasitas 640 GPM.
c) Auxilliary Lube Oil
Pompa ini diputar dengan motor AC dan digunakan saat turbin start up
atau shut down.
d) Emergency Lube Oil Pump
Berfungsi untuk men-supply lube oil pada bearing header sewaktu
start up atau shut down. Ini bekerja ketika auxilary lube oil pump tidak
bisa bekerja.
e) Heat Exchanger
Berfungsi untuk men-transfer panas dari lube oil yang sudah panas
setelah dipakai untuk melumasi bearing, load gear, dan lain-lain.
f) Lube Oil Filter
Filter berbahan duplex, berfungsi untuk menyaring lube oil.
44
g) Pressure Regulator
Berfungsi sebagai pengatur tekanan.
h) Temperature Switch
Memberi alarm dan mematikan otomatis jika temperaturnya melebihi
yang diharuskan.
i) Level switch
Untuke memberi alarm jika level lube oil terlalu tinggi.
3.4.5
3.4.6
3.4.7
45
tubing yang berkisi. Sirkulasi air dengan pompa yang digerakkan oleh accessory
gear. Komponen utamanya terdiri dari:
a) Expansion Tank
b) Air Water Cooler
c) Cooling Water Pump
d) Heat Exchanger
e) Temperatur regulator
3.4.8
3.4.9
46
f) Servo Valve
47
3.5
Siklus Ericson
Merupakan siklus mesin kalor yang dapat balik (reversible) yang terdiri
dari dua proses isotermis dapat balik (reversible isotermic) dan dua proses
isobarik dapat balik (reversible isobaric). Proses perpindahan panas pada proses
isobarik berlangsung di dalam komponen siklus internal (regenerator).
3.5.2
Siklus Stirling
Merupakan siklus mesin kalor dapat balik, yang terdiri dari dua proses
isotermis dapat balik (isotermal reversible) dengan volume tetap (isohorik).
3.5.3
Siklus Brayton/Joule
Siklus ini merupakan siklus daya termodinamika ideal untuk turbin gas,
sehingga saat ini siklus ini yang sangat populer digunakan oleh pembuat
mesin turbine atau manufacturer dalam
analisa
Siklus Brayton ini terdiri dari proses kompresi isentropik yang diakhiri dengan
proses pelepasan panas pada tekanan konstan.
48
Proses 1 2
Kompresi udara masuk dari lingkungan oleh kompresor multistage.
Proses 2 3
Pemanasan udara dengan bahan bakar di bawah tekanan
konstan.
Proses 3 4
Ekspansi gas panas dalam turbin hingga mencapai tekanan
atmosfir. Kondisi akhir : tekanan atmosfir dengan 450 600oC.
Proses 4 1
Pendinginan gas-gas di atmosfir hingga mencapai temperatur
ambient. Berlokasi di luar turbin gas.
49
3.6
Inlet (masukkan)
Compression (kompresi)
Combustion (pembakaran)
Expansion (ekspansi)
Exhaust (Pembuangan)
50
Cara kerja turbin gas tersebut erat kaitannya dengan siklus Brayton/Joule.
Siklus tersebut dapat dilihat pada gambar 3.26
Gambar 3.27 Siklus Bryton/Joule (a) diagram p-V, (b) diagram T-s[7]
51
3.6.1
Inlet Section
Kerja turbin gas berawal dari masuknya udara dari luar ke dalam air inlet
section (inlet). Di dalam air inlet section terdapat berbagai macam komponen lagi
seperti yang telah disebutkan di sub-bab 3.3.1. Proses masuknya udara, dapat
dijelaskan di bawah ini:
1. Udara yang masuk tersebut kemudian dibersihkan di air inlet
housing.
2. Jika ada debu-debu atau partikel kecil yang terbawa, akan dibersihkan
oleh inertia separator.
3. Penyaringan awal oleh pre-filter yang dipasang di inlet house.
4. Penyaringan utama di inlet house oleh main filter.
5. Udara akan dibagi sama rata untuk memasuki kompresor oleh inlet
bellmouth, ini juga membuat aliran tidak turbulens saat masuk.
6. Jumlah udara masuk akan disesuaikan dengan yang diperlukan oleh
inlet guide, dan berupa blade.
7. Barulah udara masuk ke dalam kompresor.
3.6.2
Compressor Section
Kompresor berfungsi untuk mengkompresi udara yang masuk. Kompresor
ini terdiri atas blades pada rotor dan pada stator. Rotor pada kompresor miliki
shaft (poros) yang satu dengan rotor turbin. Kompresor yang digunakan pada
turbin gas yang dibahas ini merupakan kompresor aksial yang mana geraknya
paralel dengan arah aliran udara. Blades pada rotor kompresor akan bergerak
berputar dan menggerakan shaft. Blades di rotor kompresor turbin gas yang
dibahas ini memiliki 17 tingkatan (stage) dan compressor bucket-nya disusun dari
besar ke kecil. Pada stage 16-17 terdapat satu lubang kecil yang mana fungsinya
adalah memasukan udara ke dalam shaft sehingga adanya pendinginan pada
komponen rotor.
52
3.6.3
Combustion Section
Pada combustion section, terjadilah suatu proses pembakaran dimana
udara panas yang telah di kompresi di kompresor masuk ke combustion chamber
lebih tepatnya di dalam liner yang diselubungi oleh flow sleeve. Udara panas
tersebut di bakar dengan memasukan gas bakar atau solar (jika mix gas untuk
pembakaran habis) oleh fuel nozzle yang mana akan diberi percikan bunga api
oleh spark plug (busi). Busi hanya terdapat di combustion chamber 1 dan 10 saja
dan untuk menghantarkan nyala api, dilakukan oleh cross fire tube yang
menghubungkan setiap combustion chamber. Untuk memastikan terjadinya proses
pembakaran, flame detector dipasang di setiap combustion chamber. Setelah
udara dibakar di combustion chamber, kemudian oleh transition piece yang
terpasang pada first stage nozzle, udara panas tersebut di arahkan ke first stage
nozzle.
53
Proses pembakaran ini memberi andil untuk memberi panas pada proses 2
3 sehingga udara yang digunakan sebagai medium tersebut semakin panas. Pada
proses ini seara aktual dan ideal tekakannya adalah tetap sedangkan volume
bertambah karena adanya pemberian panas sehingga partikel-partikel memuai.
Karena adanya proses pembakaran, tentunya nilai temperaturnya adalah dari 2 ke
3 jadi meningkat begitupula dengan entropinya di siklus aktual dan ideal.
3.6.4
54
Gambar 3.29
Sikulus Bryton/Joule di bagian ekspansi, (a) diagram p-V, (b) diagram T-s[7]
3.6.5
Exhaust System
Pada exhaust, gas keluar bergerak dari exhaust diffuser atau exhaust
plenum lalu melewati exhaust duct untuk diteruskan ke boiler, namun jika
temperatur terlalu tinggi di boiler, maka damping bypass akan terbuka dan steam
akan sebagian keluar melalui bypass. Namun jika tidak ada masalah, maka gas
sisa sebagian akan terbuang melalui stack dan sebagian lagi akan masuk ke HRSG
(Heat Recovery Steam Generator).
Di bagian exhaust ini, pada gambar 3.22 terlihat adanya beberapa silencer.
Silencer merupakan alat untuk meredam suara agar tidak terlalu berisik. Selain itu
ada pula pengukur panas yaitu thermocouple. Ini sangat berfungsi untuk
mengontrol temperatur pada exhaust sebelum gas panas sisa keluar ke atmosfir,
dan pengukuran ini sangat diperlukan agar tidak terjadi temperatur trip saat gas
sisa keluar ke atmosfir. Pada daerah exhaust terdapat 18 buah thermocouple yaitu
12 buah untuk mengontrol temperatur dan 6 buah untuk temperatur trip.
Pada siklus Brayton/Joule, proses tersebut dilambangkan dengan proses 4
1 dan garisnya adalah putus-putus. Garisnya dibuat putus-putus karena saat
55
udara kembali ke atmosfir, tentunya ada gangguan dari lingkungan, dan tentunya
tidak lagi dapat diukur berapa temperaturnya, tekanannya, volumenya, dan
entropinya. Namun akan menyesuaikan dengan keadaan atmosfir, oleh karena
itulah garis pada diagram p-V dan T-s proses 4 1 adalah putus-putus.
Inilah prinsip kerja dari turbin gas dan jika disatukan keseluruhan dari
diagram p-V dan T-s siklus Brayton/Joule, dapat dilihat pada gambar 3.26 Jika
diperhatikan, garis yang lebih tipis merupakan garis siklus ideal (adiabatik) dan
yang lebih tebal merupakan garis siklus aktual. Kedua garis tersebut tidaklah
berada di tempat yang sama, terdapat perbedaan pada kedua garis tersebut, dan ini
dapat terjadi karena segala sesuatu yang terjadi secara ideal adalah bebas dari
segala gangguan dari lingkungan. Namun secara aktual perubahan dapat terjadi
karena faktor lingkungan.
3.7
56
Ketika ditulis dalam persentase, efisiensi termal harus berada di antara 0% dan
100%. Karena inefisiensi seperti gesekan, hilangnya panas, dan faktor lainnya, efisiensi
termal mesin tidak pernah mencapai 100%.
Oleh karena itu penulis melakukan pengukuran performa turbin dengan
menghitung efisiensi thermalnya. Perhitungan yang dilakukan pada kondisi ideal dan
aktual tentunya sangat berbeda sekali. Untuk perhitungan secara ideal, dapat dilakukan
seperti yang ada di buku-buku teori namun saat suatu sistem tersebut sudah berada di
keadaan aktual, perhitungan performa tidak lagi bisa dilakukan seperti kondisi ideal.
Untuk perhitungan performa yang dilakukan oleh penulis dalam laporan ini, akan
dijabarkan dengan menggunakan rumus yang didapat dari buku pegangan manual dari
turbin gas yang digunakan di utilities Pertamina RU III dan pembahasan rumus yang
digunakan untuk perhitungan efisiensi turbin akan dibahas pada bab IV yaitu
pembahasan.
3.8
57
di perusahaan ini, ada tiga cara yaitu: Major Inspection, Hot Gas Path, dan Combustion
Inspection.
Untuk Major Inspection dilakukan setiap 48.000 running hours yang mana
dilakukan pengecekan keseluruhan komponen turbin. Lalu inspeksi HGP (hot gas path)
dilakukan setiap 24.000 running hours dimana inspeksi dilakukan terhadap bagian-bagian
yang dilalui gas panas, seperti komponen turbin dan komponen pembakaran. Sedangkan
combustion inspection itu dilakukan inspeksi terhadap ruang bakar dan sebaiknya
dilakukan saat 8.000 running hours namun di PERTAMINA RU III sudah tidak lagi
dilakukan karena sudah adanya modifikasi komponen combustion.
58
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
59
f) Efisiensi Thermal
Adalah perbandingan antara Output terhadap Heat rate.
4.2
NILAI
SATUAN
DESIGN OUTPUT
37.500
kW
DESIGN HEAT
11.000
Btu/kWh
1.095.000
Lb/h
1,55
0,55
RATE
DESIGN AIR
FLOW
DESIGN OUTPUT
SETIAP 4 H2O
TURUN
INLET
DESIGN HEAT
RATE NAIK
EXHAUST
1,2
TEMPERATURE
NAIK
DESIGN OUTPUT
SETIAP 4 H2O
TURUN
OUTLET
DESIGN HEAT
0,55
0,55
RATE NAIK
60
EXHAUST
1,2
TEMPERATURE
NAIK
4.3
6 FEBRUARI 2014
SATUAN
INLET TEMPERATURE
31
ALTITUDE
26
Feet
Inchi H2O
Inchi H2O
ACTUAL LOAD
11.130
kW
EXHAUST
459
311
TEMPERATURE
COMPRESSOR
DISCHARGE
TEMPERATURE
COMPRESSOR
6,27
Bar
FSR
38,35
FUEL GAS
3,95
T/h
DISCHARGE PRESSURE
CONSUMPTION
61
4.4
FAKTOR KOREKSI
Faktor koreksi adalah faktor yang menunjukkan adanya perubahan kondisi pada
keadaan adiabatik dengan keadaan aktual. Faktor koreksi ini ditentukan berdasarkan
keadaan lingkungan tempat turbin gas dipasang.
4.4.1
4.4.2
PARAMETER
FAKTOR KOREKSI
DESIGN OUTPUT
DESIGN AIRFLOW
4.5
PARAMETER
FAKTOR KOREKSI
DESIGN OUTPUT
0,9
1,03
0,94
62
4.6
)
(
)
( )
63
4.6.2
)
(
4.6.3
64
b) Heat Rate
design heat rate faktor koreksi design heate rate 30oC faktor koreksi
design heat rate inlet faktor koreksi design heat rate outlet
(
c) Air Flow
isodesign airflow design airflow altitude design airflow 30oC
d) TTXM
isodesign exhaust temperature + faktor koreksi kenaikan exhaust
temperature inlet + faktor koreksi kenaikan exhaust temperature outlet
4.6.4
65
b) Efisiensi Thermal
(
Pada saat load sebesar 11.130 kW, nilai % output load adalah 34,21%, dan
dari grafik 495HA226 (terdapat pada lampiran), nilai heat rate didapat 144%.
66
4.6.5
b) Efisiensi Thermal
4.7
67
NHV rata-rata
: 939 Btu/scf
Dimana :
v = volume spesifik (scf/lb)
z = kompresibilitas, dihitung dengan software berdasarkan persamaan Redlich
Wong, nilainya adalah : 0,997
T = Temperatur Absolut (520oC)
P = Tekanan Absolut (14,7 psia)
68
Fuel gas consumption dari data aktual yang diambil pada tanggal 6 Februari 2014 adalah
94,82 T/D dalam jam adalah :
4.7.1
4.7.2
69
4.7.3
4.8
Efisiensi Thermal
berikut akan dicoba dihitung berdasarkan bukaan Gas Control Valve (FSR) dengan
mengacu kepada data-data karakteristik Gas Control Valve standard yang dapat dilihat di
tabel 4.5 menunjukkan % bukaan gas control valve (FSR) dan Fuel Gas Flow (standar).
Dari tabel 4.5 nilai fuel gas flow (standar) perlu dikoreksi kembali agar sesuai dengan
keadaan gas yang di gunakan di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III.
Tabel 4.5 FSR, Fuel Gas Flow (Standard), dan karakteristik fuel gas.
Bukaan Gas
Control Valve
(FSR)
(%)
(Lb/s)
Lb/H
12.5
0.13
468
15
0.15
540
20.1
1.52
5472
68.7
5.33
19188
BM = 1545/85,8048 = 18
70
74.3
5.73
20628
79
6.02
21672
mendapatkan nilai fuel gas flow yang sudah dikoreksi agar sesuai dengan keadaan
gas yang digunakan, maka :
Dimana :
Qcorrection
Qstandard
BMaktual
BMstandard
Hasil perhitungan Qcorrection atau fuel gas flow yang sudah terkoreksi dapat dilihat
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 FSR, fuel gas flow (standard), fuel gas flow (koreksi)
Bukaan Gas
Control Valve
(FSR)
(%)
(Lb/s)
(Lb/h)
(Lb/s)
(Lb/h)
12.5
0,13
468
0.14
504.92
15
0,15
540
0.16
582.6
20.1
1,52
5472
1.64
5903.68
68.7
5,33
19188
5.75
20701.72
74.3
5,73
20628
6.18
22255.32
79
6,02
21672
6.49
23381.68
71
Dari hasil perhitungan di tabel 4.6, dapat dibuat grafik FSR dengan fuel gas flow
yang sudah dikoreksi. Dari grafik tersebutlah akan didapat nilai fuel gas flow yang ada di
lapangan sesuai dengan %FSR pada data tanggal 6 Februari 2014, yang ditunjukkan pada
garis merah di grafik 4.1.
Dari grafik 4.1, dimana %FSR di lapangan pada tanggal 6 Februari 2014 adalah
38,35% untuk output load sebesar 11.130 kW, didapat fuel gas flow sebesar 12.500 lb/h.
Oleh karena itu didapat:
4.8.1
72
4.9
4.8.2
4.8.3
Efisiensi Thermal
HASIL PERHITUNGAN
Dari perhitungan yang sudah dilakukan, dapat dibuat tabel efisiensi
thermal-nya dengan on-site design output 100%, on-site design dengan output
34,21%, dan pada kondisi aktual dengan metode heat consumption dan fuel gas
consumption.
73
% OUTPUT
ON-SITE
OUTPUT
Efisiensi
LOAD (kW)
thermal
100
32.535,64
30,05
34,21
11.130
20,66
34,21
11.130
23,84
34,21
11.130
17,60
DESIGN
ON-SITE
DESGIN
KONSUMSI
AKTUAL HEAT
RATE
KONSUMSI
AKTUAL FUEL
GAS
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, terlihat bahwa pada pada saat
100% dari output load (32.535,64 kW), efisiensi thermal diperoleh adalah sebesar
30,05%. Sedangkan saat hanya 34,21% (11.130 kW) output load yang digunakan,
efisiensinya hanya 20,66%.
Untuk perhitungan aktual terdapat dua metode. Yang pertama adalah
metode konsumsi aktual dari heat rate dan yang kedua adalah metode konsumsi
aktual dari fuel gas. Dengan 34,21% (11.130 kW) output load digunakan,
efisiensi didapat dari metode konsumsi aktual heat rate adalah sebesar 23,84%.
Hal ini tidak mungkin terjadi karena secara desainnya saja efisensi desain turbin
gas 2015-UA dengan output load yang sama hanyalah 20,66%. Hal ini
disebabkan oleh bacaan flowmeter yang tidak akurat, padahal hasil bacaan
flowmeter sangat mempemgaruhi perhitungan efisiensi dari turbin gas pada
kondisi actual di PERTAMINA (PERSERO) RU III. Pembacaan yang tidak
akurat ini adalah karena flow meter yang terpasang tidak dilengkapi oleh
kompensator temperature.
- Laporan Kerja Praktek di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong -
74
75
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Dari evaluasi performa turbin gas 2015-UA berdasarkan efisiensinya, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode perhitungan konsumsi aktual fuel gas
dengan mengukur flow (laju aliran) dari FSR, terlihat adanya penuruan
efisiensi turbin gas dari kondisi desain pada beban 11,130 MW. Nilai
effisiensi didapat 20.66% (pada desain) terhadap 17.60% (pada kondisi
actual). Oleh karena itu terjadi penurunan efisiensi sebesar 3,06%
Dengan menggunakan metode perhitunagn konsumsi aktual heat rate
dengan mengukur flow yang berasal dari flowmeter, diperoleh effisiensi
disain pada beban 11,130 MW dengan nilai effisiensi 20.66 % terhadap
effisiensi sebesar 23,84% (pada kondisi actual). Perhitungan ini tidak tepat
disebabkan oleh data dari flowmeter yang diambil tidak akurat.
Penurunan effisiensi dapat terjadi karena adanya penurunan performa
karena usia dari turbin gas itu sendiri dan kebutuhannya akan perawatan
(maintenance).
76
5.2
SARAN
Saran yang dapat penulis berikan adalah:
Adanya penggantian flow meter yang dilengkapi dengan kompensator
temperatur dan tekanan sehingga memberikan hasil pengukuran yang
lebih akurat.
Output load sebaiknya diperbesar agar efisiensi yang lebih baik dapat
tercapai.
Maintenance perlu dilakukan secara rutin sesuai dengan waktu servisnya
sehingga umur turbin bisa lebih panjang dan penurunan performa bisa
dihambat.
77
DAFTAR PUSTAKA
78
[1] http://www.pertamina.com/company-profile/sejarah-pertamina/
[2] Maintenance Planning & Support
[3] http://www.ge-energy.com/content/multimedia/_files/photos/9FBGT-lg.jpg
[4] http://www.power-technology.com/contractor_images/braden/2-filter-house.jpg
[5] Slide Solar Turbine, Caterpillar Company
[6]http://www.aafintl.com/Products/Gas%20Turbine%20Products/~/media/product%20media/images/
power%20and%20industrial/ufh%20jpg.ashx
79