2. Tujuan Khusus 1. Siswa dapat memahami dunia industri migas pada dunia luas dan dunia instrumentasi dan perangkatnya. 2. Sikap profesionalisme dan etos kerja bisa lebih dipahami dan diterapkan sebagai personal dunia industri. 3. Siswa bisa lebih siap menghadapi persaingan dunia kerja dengan bekal yang sudah didapatkan dari kerja pratek. 4. Wawasan dan pengetahuan tentang intrumentasi pada industri dapat digunakan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja industri.
1
5.
Pembuatan laporan prakerin ini antara lain dimaksudkan untuk : 1. Memenuhi tugas akhir siswa sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. 2. Digunakan untuk mendapatkan sertifikat prakerin. 3. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang industri tempat prakerin. 4. Mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap marteri-materi pada saat prakerin. 5. Melatih tanggung jawab siswa.
4. Uraian Khusus 1. Unit Kilang Pusdiklat Migas Cepu a. Distilasi Atmospheric b. Peralatan Utama c. Persiapan Menjalankan Kilang d. Uraian Proses e. Variabel Operasi 2. Laboratorium a. Laboratorium Minyak Bumi b. Laboratorium Instrumentasi 3. Water Treatment a. Proses Pengolahan Water Treatment b. Pipa Proses Pengolahan Air Minum 4. Boiler Plant
dengan konsensi Tinawun. Yang termasuk lapangan Ledok adalah area Gelur dan Nglebur yang produktif sepanjang 2,5 km dan lebar 1,25 km.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU
Pada tahun 1893 oleh Mr. Andrian Stoop, pengeboran pertama dilakukan dengan kedalaman pertama 94 m dengan produksi 4m perhari di Gelur pada tahun 1897 dengan kedalaman 239-295 dengan produksi 20m per hari (sebanyak 7 sumur). Minyak mentah yang dihasilkan diolah di kilang Cepu. Sebelum perusahaan di Cepu dan Wonokromo terpusat di Jawa Timur, namun pada perkembangan usaha diperluas meliputi lapangan minyak Kawengan,Wonocolo, Ledok, Nglobo, Semanggi dan Lusi.
Perminyakan sehingga untuk memperoleh kebutuhan tenaga terampil dan terdidik dalam bidang perminyakan sehingga di dapat bantuan tenaga sipil Jepang yang pernah
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU
bekerja di perusahhan minyak Belanda,kemudian menyelenggarakan pendidikan di Indonesia. Kehadiran lembaga perminyakan di Cepu diawali oloh Belanda bernama Midlebare Potreleum School Bendera NV.Bataafsche Potreleum Maatschapiiy (BPM).Setelah Belanda menyerah dan Cepu diduduki oleh Jepang maka Lembaga itu dibuka kembali dengan nama Shokko Gakko.
e. Periode Tahun 1950-1951(BPM-SHEEL) Perusahaan BPM sebelum PD 2 menguasai Kilang Minyak di Cepu dan Agresi Militer Belanda II berubah nama menjadi SHEEL. Selanjutnya SHEEL melakukan perbaikan perbaikan seperlunya dilapangan minyak Kawengan dan kilang minyak Cepu. Tingkat Produksi kurang menguntungkan sedangkan biaya yang dibutuhkan besar sehingga merugikan perusahaan SHEEL sendiri.
f. Periode Tahun 1951 1957 (Perusahaan Tambang RI) Pada tahun 1951 pengusahaan Minyak di Lapangan Ledok, Nglobo dan Semanggi oleh ASM diserahkan pada pemerintah sipil untuk kepentingan tersebut di bentuk panitia kerja yaitu Badan Penyelenggara perusahaan Negara di Bulan Januari 1951 yang kemudian melahirkan perusahaan Minyak RI (PTMRI). Produk yang dihasilkan PTMRI berupa Bensin, kerosin, solar dan sisanya residu. Pada tahun 1957 PTMRI diganti Tambang Minyak Nglobo CA (Combie Anexis).
g. Periode Tahun 1961 1965 (PN. PERMIGAN) Pada tahun 1961 berdasarkan UU No. 19/1960 dan UU No. 44/1960 maka didirikan tiga perusahan yaitu : 1. PN Pertambangan Minyak Indonesia (PN PERTAMIN) sebagai perusahaan modal campuran antara pemerintah RI dengan BPM atas dasar 50 % : 50 %. 2. PN. Pertambangan Minyak Nasional (PN PERMINA) sebagai pernjelmaan dari PT.PERTAMINA yang didirikan pada tahun 1957 dengan PP No. 198 / 1961. 3. PN. Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (PN. PERMIGAN). Sebagai penjelmaan dari tambang Minyak Nglobo CA (dahulu PTMRI) dengan PP No. 199 tanggal 45 Juni 1961.
8
Dari ketiga perusahaan tersebut PN. PERMIGAN adalah yang terkecil dimana kapasitas produksinya adalah 175 350 m3 / hari.
h. Periode Tahun 1965 1978 (LEMIGAS PUSDIK MIGAS) Pada tahun 1963 biro minyak berubah menjadi direktorat Minyak dan Gas Bumi (DGMB). Didalam organisasi DGMB terdapat bagian laboratorium untuk persiapan penelitian dalam industri perminyakan di Indonesia.Menteri Perindustrian dan perdagangan menginstruksikan agar DGMB meningkatkan kemampuannya dalam aspek teknis minyak dan gas bumi. Untuk keperluan diatas maka dibentuk kepanitiaan yang terdiri dari unsur unsur pemerintah, Pertamin, Permina dan Permigan. Panitia mengusulkan agar dibentuk badan yang bergerak dalam bidang riset dan pendidikan minyak dan gas bumi. Dengan surat keputusan menteri dilingkungan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 17/M/MIGAS/1965 ditetapkan Organisasi urusan Minyak dan gas bumi adalah LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi). Berdasarkan peraturan pemerintah No. 27 tanggal 20 Agustus 1968, dalam rangka peningkatan dan melancarkan produksi minyak dan gas bumi terjadi penggabungan antara PN Pertamin dan PN. Permina menjadi satu perusahaan dengan nama Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional ( PN. PERTAMINA ). Upaya PUSDIK MIGAS LEMIGAS untuk meningkatkan fungsi kilang Cepu sebagai sarana operasi pengolahan dan sebagai sarana diklat proses dan aplikasi sudah cukup memadai, namun kilang Cepu yang sebagian eks pembuatan dan pemasangan tahun 1930-an dan pernah mengalami pembumihangusan waktu tentara Jepang masuk Cepu.
9
Karena banyaknya kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam kegiatan minyak dan gas bumi, maka tenaga tenaga muda Indonesia banyak dikirim keluar Negeri pada tanggal 7 Februari 1967 di Cepu dihasilkan AKAMIGAS ( Akademi Minyak dan Gas Bumi ) angkatan I. Pada tanggal 4 Januari tahun 1966 sebagai pusat Pendidikan dan latihan lapangan Perindustrian Minyak dan Gas Bumi (PUSDIK MIGAS).
Dengan surat keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 646 tanggal 26 Desember 1977, LEMIGAS diubah menjadi bagian Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi dan namanya diganti menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS(PPTMGB LEMIGAS). Sejak dikelola PPTMGB LEMIGAS produksi minyak lapangan Cepu 29.500 36.000 m3/tahun sehingga kilang beroperasi 120 hari per tahun dengan kapasitas kilang 250 300 m3/hari. Produksi BBM seperti kerosin dan solar diserahkan pada depot Cepu. Dalam memasarkan produksi naphta, filter oil dan residu, PPTMGB LEMIGAS mengalami kesulitan sehingga kadang kadang kilang harus berhenti beroperasi karena semua tangki penuh. Pada tahun 1979 spesifikasi yang diterapkan pemerintah lebih tinggi, sehingga pemasaran produksi Cepu lebih sulit.
10
j. Periode Tahun 1984 2001 (PPT MIGAS) Berdasarkan surat Kepres No. 15 tanggal 6 maret 1984, organisasi pertambangan dan Energi dikembangkan dan PPTMGB LEMIGAS menjadi Pusat Pengembangan Tenaga Perminyakan dan Gas Bumi (PPT MIGAS).
k. Periode Tahun 2001 Sekarang (PUSDIKLAT MIGAS) Berdasarkan surat Keputusan Menteri ESDM no.150/2001 tanggal 2 Maret 2001,PPT MIGAS diganti menjadi PUSDIKLAT MIGAS ,dan setelah diperbarui dengan Peraturan Menteri ESDM No.18 Tahun 2010 Tanggal 22 November 2010.
11
Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor : 18 tahun 2010 tentang organisasi dan tata Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pasal 807 bahwa PUSDIKLAT MIGAS mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang minyak dan gas bumi.
Adapun fungsi dari PUSDIKLAT MIGAS, sesuai pasal 808 adalah : a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program dibidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi. b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang minyak dan gas bumi. c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi, dan d. Pelaksanaan administrasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi.
12
a. Visi Menjadi pusat pendidikan dan pelatihan minyak dan Gas Bumi yang unggul dengan mewujudkan tata kepemerintahan yang bersih, baik transparan dan terbuka. b. Misi 1. Meningkatkan kapasitas aparatur Negara dan Pusdiklat Migas Cepu untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. 2. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja sub sector Migas untuk
berkompetensimelalui mekanisme pasar. 3. Meningkatkan kemampuan perusahaan minyak dan gas bumi kompetentif melalui program Sumber Daya Manusia. menjadi lebih
13
D. STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi di PUSDIKLAT MIGAS Cepu ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.1095 tanggal 5 november 1984 dan diperbaharui dengan surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral( ESDM ) No.150 2001 tanggal 2 Maret 2001, selanjutnya diperbarui kembali dengan peraturan Menteri ESDM No.0030 2005 tanggal 20 Juli 2005, selanjutnya diperbaharui kembali dengan peraturan Menteri ESDM No.18th 2010 tanggal 22 November 2010. Pusdiklat Migas Cepu dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Badan Diktat Energi dan Sumber Daya Mineral. Kepala Pusdiklat Migas Cepu ini dibantu oleh 3 kepala bidang, 1 kepala bagian, dan kelompok fungsional. 1. Bidang Sarana Kilang Bidang ini terdiri dari : a. Sub Bidang Kilang Sub Bidang Kilang mempunyai tugas melakukan bahan, penyiapan, pelaksanaan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana pemanfaatan dan kontrol kualitas, produk kilang pelayanan jasa kilang, penunjang pendidikan dan pelatihan pusat bidang minyak dan gas bumi. b. Sub Bidang Utilities Sub Bidang Utilities mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana pemanfaatan dan kontrol kualitas, produk kilang pelayanan jasa, produk utilities penunjang pendidikan dan pelatihan pusat bidang minyak dan gas bumi.
14
2. Bidang Pelatihan Bidang ini terdiri dari : a. Sub Bidang Penyiapan Pelatihan Sub bidang penyiaan pelatihan mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana dan progam kerja, kerjaasama, standar, pedoman, kriteria, dan prosedur pengelolaan, kepustakaan penyiapan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pusat bidang minyak dan gas bumi. b. Sub Bidang Pelaksanaan dan Pelatihan Sub Bidang Pelaksanaan dan Pelatihan mempunyai tugas melakukan
pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan investarisasi kebutuhan, penyiapan, penyelenggaraan, pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan dalam proses uji kompetensi tenaga khusus dan teknik pusat bidang miyak dan gas bumi. 3. Bidang Sarana Laboratorium dan Bengkel Bidang ini terdiri dari : a. Sub Bidang Laboratorium Sub Bidang Laboratorium mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi, atas pengelolaan rencana, pengembangan dan pemanfaatan dan pelayanan jasa sarana laboratorium penunjang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi. b. Sub Bidang Bengkel Sub Bidang Bengkel mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan, penyiapan, serta evaluasi atas pengelolaan rencana, pengenbangan dan pemanfaatan dan pelayanan jasa sarana bengkel penunjang pendidikan dan pelatihan minyak dan gas bumi.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 15
4. Bidang Tata Usaha Bagian ini terdiri dari : a. Sub Bidang Kepegawaian dan Umun Sub Bidang Kepegawaian dan Umun mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian, organisasi, dan keterlaksanaan serta rumah tangga. b. Sub Bagian Keuangan dan Rumah Tangga Sub bagian keuangan dan rumah tangga mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi keuangan dan rumah tangga pusat. 5. Kelompok Jabatan Fungsional Adalah jabatan non struktural yang terdiri dari : 1. Widyaiswara 2. Asiparis 3. Peneliti Struktur organisasi di PUSDIKLAT MIGAS Cepu berdasarkan Surat Keputusan No. 18 tahun 2010 tanggal 22 November 2010 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 1. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja sub sector migas untuk berkompetisi melalui makanisme pasar. 2. Meningkatkan kemampuan perusahaan minyak dan gas bumi menjadi lebih kompetentif melalui progam Sumber Daya Manusia.
16
Subbagian Keuangan
17
E. PROGRAM DIKLAT NON REGULER : a) Program khusus-khusus Mendidik dan melatih tenaga kerja didalam kelas kerja praktek dan lapangan kerja berupa : 1. 2. Bimbingan untuk kaderisasi dan pra pajabat. Penataran kursus yang bersifat Up Grading kepada karyawan.
Pusdiklat Migas juga menyelenggarakan kursus-kursus yang meliputi: a. Kursus Pra Jabatan (Pre Employment training) b. Kursus singkat bidang migas (Crash PROGRAM Training) c. Technical Cooperation Among development country (TCDC) d. Kursus singkat bidang penunjang /umum e. Penjenjang pegawai Negara sipil f. Sertifikasi tenaga pemboran,seismic pesawat angkat, dan aviasi dll lingkup sesuai SKKNI sektor industri migas. Jangka waktu kursus bervariasi dari satu minggu sampai satu tahun.
b) Jenis kursus Jenis kursus yang didapat di PUSDIKLAT MIGAS CEPU meliputi bidang: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Eksplorasi/produksi/pemboran Proses dan aplikasi Teknik umum Menajemen dan Pemasaran Teknologi linkungan Keselamatan dan kesehatan kerja
18
Untuk tingkat operator 1. Bimbingan kerja juru teknik (BKJT), PERTAMINA Dit.Pengolahan 2. Production operator : Conoco.AR, Maxsus, Total, Vico, Gulf 3. Petrochemical Operation: Candra Asri ,Polpet, Polyprima, Gajah tunggal 4. Refenery Operator: PERTAMINA Dit.Pengolahan. 5. Natural Gas LIQUIFATION: PT.ARUN.PT.BADAK 6. Operator Teknik: PERTAMINA, Dit.PPDN 7. Fire Fighting: Arco, gulf, Lapindo dit.PPDN
Untuk tingkat asisten supervisior 1. 2. 3. Bimbingan praktis Ahli Teknik ( BPAD ), PERTAMINA,Dit.Pengolahan. Bimbingan Profesi sarjana Teknik EP ( BPST ) PERTAMINA,Dit. EP Bimbingan Profesi Sarjana Wira Penjualan (BPST-W) PERTAMINA Dit.PPDM 4. 5. 6. Intruducation to Petrol Operation Management (IPOM) Bimbingan Sarjana Wira Penjualan (BPST-WP) pertamina Dit. PPDM Introduction to Petrolium Operation Management (IPOM) Bimbingan Profesi Sarjana Logistik ( BPS) pertamina Dit.Umum 7. Bimbingan Sarjana Teknik Pembekalan dan Pemasaran dalam
19
Negeri(BPS- PPDM),pertamina Dit.PPDN 8. 9. Potrelium orintasion Propgram: Maxsus Eginneering, Unocal, DPKK.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU
d)
TCDM Program Sejak tahun 1984 Pusdiklat Migas telah dipercaya untuk melakasanakan
kursus-kursus dibidang teknik pengeboran dan produksi dalam rangka kerja sama teknik antara Negara berkembang yang biasa disebut Tenhnical Among Development Countries atau disingkat TCDC. Peserta kursus-kursus tersebut berasal dari 38 negara berkembang antara lainb Afrika,Amerika latin, dan Asia. Program diganti dengan program CLMV,syah tahun 1998.
Sertifikasi Tenaga Teknik khusus (SSTK) Bidang Migas Sertifikasi oleh pemerintah atas tingkat keahlian dan ketrampilan khusus personil di bidang pertambangan minyak dan gas bumi.
20
F. LOKASI PABRIK Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Minyak Dan Gas Bumi berlokasi di: a. b. c. d. Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi : Karangboyo : Cepu : Blora : Jawa Tengah maupun ekonomis, maka lokasi tersebut cukup
a. Bahan Baku Sumber bahan baku berasal dari Kawengan, Ledok, Nglobo, dan Semanggi yang dioperasikan oleh Pertamina Operasi Produksi EP Cepu serta Wonocolo yang merupakan pertambangan rakyat. b. Air Sumber air yang berasal dari sungai Bengawan Solo yang berdekatan debgan Kilang sehingga kebutuhan air baik untuk proses pengelolaan maupun untuk air minum lebih mudah terpenuhi. c. Trasportasi Letak kilang tidak jauh dari kereta api maupun jalan-jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar sehingga dapat memperlancar distribusi dari hasil produksi. d. Tenaga Kerja Letak Kilang berada tidak jauh dari kota-kota pendidikan sehingga mudah untuk memperoleh atau mendatangkan tenaga-tenaga kerja yang terdidik dan terampil.
21
e. Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan cukup memadai meskipun peralata sarananya sudah cukup tua. Misalnya saja kilang, laboratorium, dan bengkel.
G. SARANA PENUNJANG 1. Dalam Area Pusdiklat Migas Cepu a. Laboratorium Simulator b. Laboratorium Vibrasi c. Laboratorium Welding d. Laboratorium Mekanik Kimia Minyak e. Laboratorium Fisika f. Laboratorium Instrumentasi g. Laboratorium Eksplorasi h. Laboratorium Produksi i. Laboratorium Fire Safety j. Laboratorium Lindungan Lingkungan k. Mini Plan pengolahan Minyak l. Mekanika Tanah m. Sarana Ibadah dan lain-lain 2. Luar Area Pusdiklat Migas Cepu a. Lapangan Golf b. Lapangan Sepak Bola c. Lapangan Tenis d. Rumah Sakit e. Sarana Ibadah f. Wisma dan lain-lain
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 22
H. UNIT KERJA PUSDIKLAT MIGAS CEPU 1. 2. 3. Lembaga sertifikasi personil ( ISO 17024:2003 ) Lembaga Pelatihan Migas ISO 9001 : 2000 Laboratorium penguji ( Kimia, minyak Bumi, lingkungan dan produksi ) ISO 17025. 4. 5. 6. 7. 8. Laboratorum Kalibrasi Tekanan, suhu massa, dan volume ISO 17025 Lembaga Ispeksi Migas ISO 17025 Lembaga Pengelasan ISO 9606 Sistem Manejemen Lingkungan ISO 14001 Kilang ISO 9001 ( Dalam Proses ).
I. HUBUNGAN KERJASAMA Dalam rangka upaya menyuksesskan berbagai program Diklat, Pusdiklat Migas menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai instalasi pemeritah dari pihak perguruan tinggi seperti, UGM, ITB, univrsitas Trisakti,ITS, ITN Malang,UNDIP,UMS,UPNSurabaya,UPNVeteran Jogja dan sebagainya. Tujuan dari lkerja sama tersebut adalah saling memberikan bantuan dalam hal-hal tertentu yang menguntungkan kedua belah pihak. Kerja sama dengan pihak luar negeri antara lain: a. b. c. Kerja sama Diklat dengan ASEAN (Kmboja, Laos, Vietman, Myanmar ). Kerja sama dan Pelatihan dan Sertifikasi dengan Iran. Kerja sama dengan IIF Germany dalam menyusun Invorment Performance
Asesment dan Environment Performance Indikator. d. e. f. Kerjasama dengan CCOP untuk Potrelium Policy Management
23
Kerjasama dengan GSI / GIWI untuk sertifikasi pengelasan Kerja sama sertifikasi Well Control tenaga Pemboran Dengan IADC Wellcap USA.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU
1. UNIT KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU a. Distilasi Atmospheric b. Peralatan Utama c. Persiapan Menjalankan Kilang d. Uraian Proses e. Variabel Operasi A. DISTILASI ATMOSPHERIC Distilasi atmospheric adalah proses pemisahan minyak bumi secara fisik dengan menggunakan perbedaan titik didih. Karena crude oil adalah campuran dari komponen-komponen yang sangat komplek dan pemisahan berdasarkan fraksifraksinya sehingga distilasi ini pemisahan dengan berdasarkan trayek titik didihnya (jarak didih). Tekanan kerja dari distilasi atmospheric pada tekanan atmosfer yaitu tekanan operasi antara 1 atmosfer samapi dengan 1,5 atmosfer. Dalam proses distilasi atmospheric akan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Gas Pertasol Kerosine Solar Residu
24
Pemisahan dilakukan dengan memanaskan minyak mentah pada suhu tertentu sehingga ada yang dalam fase uap dan dan kemudian di embunkan lalu didinginkan. Proses pengolahan distilasi atmosperik dibagi menjadi empat bagian yaitu : a. b. c. d. Pemanasan didalam furnace. Penguapan didalam evaporator. Pemisahan didalam kolom fraksinasi dan stipper kolom Pengembunan dan pendinginan didalam kondensor dan cooler disertai dengan
B. PERALATAN UTAMA a. Tangki Tanki berfungsi untuk : a. Menampung bahan baku atau umpan b. Manampung hasil dari distilasi c. Menampung hasil produksi d. Menampung minyak sirkulasi slop
b.
Pompa Pompa dari Pusdiklat Migas Cepu pada dasarnya berfungsi sebagai alat transport,yaitu untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Jenis pompa yang digunakan adalah : a) Pompa sentrifugal b) Pompa torak /reciprocating
25
Cara kerja a) Pompa sentrifugal Untuk memindahkan zat cair dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi atau sebaliknya. Gaya gravitasi yang timbul mengakibatkan zat cair mengalir untuk menuju ke suatu tempat. b) Pompa torak Bekerja dan bergerak kiri ke kanan sehingga terjadi perbedaan tekanan dan aliran cairannya bergerak. Cairan akan terus menerus ke saluaran buang. Peristiwa ini terjadi terus menerus selama pompa bekerja.
Adapun penggunaan pompa menurut fungsi adalah : a) Pompa umpan Pompa ini berfungsi untuk memompa umpan (feed) yang berupa crude oil dari tempat penampungan di kilang. b) Pompa Refluk Pompa ini berfungsi untuk memompa pertasol sebagai refluk ke puncak kolom fraksinasi C-1 dan C-2. c) Pompa Fuel oil Memompa bahan bakar (fuel oil) ke dapur furnace dan juga boiler. d) Pompa Produksi dan Distributor Memompa produk dari satu tangki ke tangki lainnya. c. Heat Exchanger Heat exchanger berfungsi sebagai alat pemindah panas dari fluida satu ke fluida yang satunya, dengan perantara suatu dinding batas yang disebut antara tube dan shell dan sebagai media pemanas awal dari minyak mentah yang akan memasuki dapur.Dimana crude oil sebagai fluida operasi mengalir pada bagian tube
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 26
bawah, sedangkan media pemanasnya(solar dan residu)mengalir pada bagian shell yang dialirkan secara counter currend.
d.
Dapur/Furnace Merupakan alat yang di gunakan untuk memanaskan minyak sampai temperatur yang diinginkan,dengan cara memberikan panas dari hasil pembakaran bahan bakar fuel oil dan fuel gas. Dimana fuel oil dikabutkan dalam furnace dengan bantuan steam yang diinjeksikan ke dalam furnace. Fuel gas digunakan untuk membantu fuel oil jika ada suatu saat fuel oil tidak keluar karena kebuntuan atau penurunan suhu secara otomatis. Dengan adanya fuel gas,maka api dari furnace tidak seluruhnya mati,ini untuk menghindari adanya flash back yaitu terjadinya perbedaan tekanan yang cukup besar didalam dapur. Dapur furnace pada kilang PUSDIKLAT MIGAS CEPU adalah type horisontal box.
Di dalam furnace juga mengalami proses perpindahan panas. Dimana proses perpindahan panas di dalam furnace terbagi menjadi 3 seksi perpindahan yaitu : 1. Seksi Radiasi Yaitu perpindahan panas melaui pancaran ( tanpa media perambat) di dalam furnace seksi ini terjadi dimana panas yang di hasilkan dari hasil
pembakaran bahan bakar di burner ( fuel oil, fuel gas dan bantuan dari steam automizing). Pancaran panas dari bahan bakar yang di bakar samapai memanaskan bagian dari permukaan tube.Kemudian di teruskan di dalam tube secara konduksi.
27
2.
Seksi konduksi Seksi konduksi yaitu perpindahan panas melaui zat perantara tanpa disertai perpindahan molekul- molekulnya. Dimana di furnace seksi konduksi terjadi ketika permukaan tube terkena panas dari perpindahan panas radiasi, panas dari permukaan tube tersebut merambat ke dalam bagian tube dalam, sehingga fluida yang mengalir melalui tube tersebut juga akan ikut panas.
3. Seksi konveksi Perpindahan panas yang disertai molekul- molekulnya. Panas yang diambil oleh minyak di dalm ruang konveksi ini adalah panas yang di bawa oleh flue gas dari ruang radiasi, yang kemudian naik ke atas menabrak tube tube dapur ( alirannya berbentuk zig zag ) untuk di bawa ke atas cerobong.
e. Evaporator Evaporator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan fase uap dan fase cair dari bahan baku atau umpan yang mengalami pemanasan didalam dapur. Selain itu juga membantu beban dari kolom fraksinator karena fase cair langsung keluar melalui dasar kolom, sedangkan fase uap melalui puncak kolom menuju kolom fraksinasi. Untuk pemisahan lebih tajam diinjeksikan uap air steam.
f. Kolom Fraksinasi Kolom fraksinator yang digunakan dikilang Cepu berfungsi sebagai tempat pemisahan fraksi-fraksi hidrokarbon berdasarkan trayek didih(boiling range). Kolom fraksinasi yang digunakan jenis plate dan buble plate yang digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksinya berdasarkan trayek didih.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 28
Setiap tray didalam kolom dilengkapi dengan: 1. Buble cup: alat kontak antara uap dan cairan 2. Over flow wear: menjaga ketinggian permukaan cairan diatas plate 3. Down comer:tempat mengalirnya caiaran dari plate ke plate dibawahnya.
g. Kolom Stripper Kolom stripper berfungsi untuk mempertajam pemisahan atau alat yang digunakan untuk memurnikan produk yang berasal dari kolom fraksinasi. Bentuk dari kolom stripper hampir sama dengan kolom fraksinasi yaitu silinder tegak,hanya ukuranya lebih kecil dari pada kolom fraksinasi.Di Kilang Pusdiklat Migas Cepu di lengkapi dengantiga jenis kolomm stripper : 1. Kerosin stripper: Di lengkapi dengan 7 buah plate tray dan 9 buah buble cap tray setiap plate tray. Alat yang digunakan untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang msih terdapat diproduk kerosin sehingga menguap dan uap tersebut masuk kembali pada kolom fraksinasi C-1, dan hasil dari bottom kolom stripper adalah sebagai produk kerosene atau sering disebut minyak tanah. 2. Solar stripper Di lengkapi dengan 6 buah plate tray dan 9 buah buble cap tray setiap plate tray. Alat yang digunakan untuk menguapkan kembali fraksi ringan yang masih terkandung dalam produk solar.Sehingga menguap dan uap tersebut masuk kembali pada kolom fraksinassi sebagai produk solar.
29
3. Residu stripper Di lengkapi dengan 6 buah plate tray dan 3 buah buble cap tray setiap plate tray. Alat yang digunakan untuk menguapkan kembali fraksi-fraksi ringan yang masih terkandung pada evaporator, kemudian terpisah dan uap tersebut masuk kolom fraksinasi C-1 dan hasil bawah sebagai residu.
h. Separator Separator berfungsi untuk memisahkan cairan produk,air dan gas yang terikut bersama produk sebelum dikirim ke tangki penyimpan. Prinsip kerja dari separator adalah berdasarkan spesifik gravity, sehingga air yang berat jenisnya lebih besar dibandingkan dengan cairan produk,turun ke dasar kolom separator dan di buang melalui saluran pembuang, sedangkan gas dari puncak kolom separator dialirkan kembali ke condensor untuk diembunkan (pendingin) lagi.
i. Condensor berfungsi sebagai alat pendingin untuk mengembunkan uap minyak yang keluar dari puncak kolom fraksinator. Media pendingin yaang digunakan adalah air yang dialirkan melalui tube didalamnya,sedangkan uapnya melalui shell yang berfungsi sebagai penyerap panas laten dari fluida panas. j. Cooler Cooler berfungsi sebagai alat pendingin yang dipakai untuk mendinginkan cairan panas dan cairan dingin dimana terjadi perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin tanpa perubahan suhu, dengan menggunakan air sebagai media pendingin dimana air tersebut dialirkan melalui tube yang ada didalamnya.
30
Di kilang Cepu digunakan 2 jenis cooler : 1. Shell and tube cooler Shell and tube cooler, liquid panas melalui pipa, dan air sebagai media pendinginnya adalah air yang mengalir melalui shell,jenis alirannya adalah counter current. 2. Box cooler Box cooler dipakai karena mainancernya mudah,pada box cooler terdapat coil sebagai tempat mengalirnya fluida panas,sedangkan media pendinginya adalah air. Air akan mengisi box cooler sampai penuh,sehingga coil akan tercelup seluruhnya dan air keluar secara over flow.
31
C. PERSIAPAN MENJALANKAN KILANG Sebelum unit kilang dijalankan maka perlu dipersiapkan untuk melakukan sirkulasi dingin dan sirkulasi panas. a. Sirkulasi dingin : Sirkulasi dingin bertujuan untuk mengetahui kebocoran yang mungkin terjadi sehingga dapat diperbaiki sebelum operasi berjalan. Pada sikulasi dingin solar dialirkan pada alat-alat utama pada tmperatur kamar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Proses sirkulasi dingin : Solar dipompakan dengan pompa feed melalui perpompaan feed menuju heat eexchanger, kemudian ke furnace, evaporator, ke residu stipper, dan kembali ke heat exchanger dan begitu seterusnya solar akan melakukan sirkulasi dingin. b. Sirkulasi panas Sirkulasi panas bertujuan pula untuk memeriksa kebocoran dengan mengunakan suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar,sirkulasi panas bertujuan pula
untuk mendekatkan suhu sebelum melaksanakan proses pengolahan minyak pada distilasi atmoferik. Pada sikulasi panas prosesnya sama dengan sirkulasi dingin hanya saja pada sirkulasi panas,suhu pada dapur atau furnace dinaikkan berlahanlahan antara 5-10%/jamC dan memeriksa kebocoran. Disini bahan bakarnya adalah fuel gas, fuel oil, dan dibantu dengan bantuan steam.
32
D. URAIAN PROSES Minyak mentah yang diolah di Pusdiklat Migas Cepu berasal dari lapangan Kawengan dan Ledok.Setelah dikurangi kandungan airnya,minyak mentah dikirim ke kilang untuk ditampung didalam tanki. Disini akan dibiarkan selama beberapa hari agar air yang masih terkandung didalamnya dapat terpisahkan secara gravitasi. Minyak mentah merupakan campuran (mixed crude) dari sebagian besar HHPO dan sebagian kecil dan sebagian kecil dari LPPO yang telah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan, terutama menghilangkan kotoran-kotoran seperti garam. Heat exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk pemanasan awal, sebelum minyak mentah dipanaskan didalam furnace dan juga berfungsi untuk menghemat bahan bakar pada furnace. Sedangkan sedangkan bahan bakar yang digunakan adalah solar untuk HE 01 dan media pemanas residu untuk HE 02 dan HE 03. Dan kemudian barulah pemanasan di lakukan di dalam furnace,dengan bahan bakar fuel gas dan fuel oil dengan bantuan steam atomizing. Crude oil dari pengeboran ditampung dipusat penimbunan minyak (PPM) di Menggung. Dari pusat penimbunan, crude oil dialirkan ke tanki penyimpanan crude oil T-101 (tanki penyimpanan crude oil dari lapangan Kawengan) dan tanki T-102
(dari penyimpanan crude oil dari lapangan Leedok). Crude oil dalam tanki harus dalam keadaan cair terus. Dari tanki tersebut(T-101danT-102) crude oil di tarik dengan pompa umpan, dimasukkan melalui tube alat penukar panas HE-1 dengan media pemanas solar (hasil bawah kolom C-4 yang masuk pada suhu 250C, suhu masuk crude oil kedalam HE-1 adalah suhu kamar(30C),dan akan keluar pada suhu 80C untuk menuju ke HE-2 dan HE-3 hingga keluar HE dengan suhu sekitar 110C.Media pemanas dari HE-2 dan HE-3 adalah residu yang didapat dari bottom produk stipper C-5 dengan suhu operasi 285Cdan keluar pada suhu 200C.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 33
Didalam HE terjadi kontak secara langsung antara crude oil yang mangalir pada tube dan media pemanas yang mengalir pada HE di luar tube dan dan didalam shell dengan arah berlawanan counter current untuk memperluar bidang kontak panas.Setelah mengalami pemanasan di HE, crude oil akan menuju ke furnace(F-1, F2, F3 dan F-4) dimana di Pusdiklat Migas Cepu 2 aktif dan 2 sebagai cadangan dengan bahan bakar fuel oil dan fuel gas dan bantuan steam. Crude oil yang keluar dari furnace berupa campuran uap dan cairan dimasukkan ke dalam evaporator . Didalam evaporator terjadi pemisahan antara uap dan cairan,uap yang keluar dari oil puncak evaporator dan langsung masuk frakcinator. Sedangkan cairan fraksi berat keluar dari dasar masuk ke kolom stripper C-5. Pemisahan uap dan cairan didalam evaporator juga dibantu dengan injeksi stripping steam, yang bertujuan untuk memperkecil tekanan uap hidrokarbon (partial) turun, maka penguapan hidrokarbon menjadi bebih besar,sehingga pemberian steam untuk pemisahan hidrokarbon dari liquid menjadi lebih sempurna. Uap yang keluar dari top kolom fraksinasi adalah sekitar suhu 320C dan dialirkan menuju kolom fraksinasi C-1. Sedangkan yang keluar dari bottom kolom berupa liquid dengan suhu 300C akan dialirkan menuju ke kolom residu stripper dan C-5 untuk memisahkan fraksi ringan yang masih terkandung didalamnya dengan bantuan injeksi steam. Dari evaporatorterjadi pemisahan antara uap dan cairan,uap akan keluara dari puncak akan langsung masuk fraksinator,sedangkan cairan fraksi berat akan keluar ke dasar kolom stripper residu.Di sini terjadi proses pemisahan secara fisika antar fraksi berat dan fraksi ringan. Crude oil masuk pada bagaian tengah kolom pemisah pada suhu 325C. Didalam kolom tersebut pemisahan dibantu dengan adanya steam stripping (dengan suhu 170C dan tekanan 1,25 kg/cm), dan pemanasan ,maka senyawa hidrokarbon yang telah pada titik didihnya akan berubah menjadi fase uap
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 34
dan yang belum teruapkan akan tetap menjadi cairan.Fraksi ringan keluar sebagai hasil atas kolom pemisah pada suhu 320C dan tekanan 0,26 kg/cm sedangkan fraksi berat akan keluar sebagai hasil bawah pada suhu 295C.
Didalam kolom fraksinator terjadi pemisahan minyak bumi berdasarkan titik didih (boiling range). Sehingga didapatkan produk sebagai berikut: a. Dari fraksinator(C-01) side stream no.tray 4, 6, 8 dan 10 sebagai fraksi solar dan masuk ke solar stipper(C-4) .Dari kolom fraksinasi C-1 dihasilkan produk berupa solar dengan suhu keluaran adalah 265C.Panas solar yang tinggi digunakan sebagai penukar panas pada HE-1 sehingga setelah keluar dari HE adalah 110C dan didinginkan lebih lanjut didalam cooler.Solar dipisahkan kandungan airnya dengan menggunakan separator S-6 pada suhu 40C dan kemudian akan ditampung didalam tangki. b. Dari fraksinasi side stream no.tray 12, 14 , 16 dan 18 sebagai fraksi kerosene dan masuk ke kerosene stripper(C-3) dan dengan mengenjeksikan steam diperoleh hasil dari puncak kolom di kembalikan lagi ke menara C-1 sebagai refluk dengan suhu 170C.Hasil bottom yang berupa kerosene dengan suhu 165C dan kamudian akan didinginkan dalam cooler (CL).Dan selanjutnya dipisahkan didalam air dengan separator dengan suhu 44C, dan akan ditampung didalam tangki penampungan. c. Dan dari side stream fraksinasi dihasilkan produk berupa pertasol CC, yang sebelumnya melalui cooler selanjutnya melalui separator (S-9) d. Dan fraksi ringan dari puncak kolom akan menuju ke kolom fraksinator C-2 dan menghasilkan produk pertasol CA dan pertasol CB. Uap kolom fraksinasi yang keluar dari kolom fraksinasi C-1 uap pertasol dengan suhu 125C.Kemudian uap pertasol dialirkan menuju kolom fraksinasi C-2 dan dengan bantuan steam
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 35
diinjeksikan akan diperoleh hasil berupa pertasol 2/CA pada puncak kolom fraksinasi C-2. Pertasol CA yang berupa uap tersebut akan diembunkan didalam kondensor (CN-1/2/3/4) dan akan didinginkan kembali dengan menggunakan box cooler (BC-3/6),dan selanjutnya akan dipisahkan dengan menggunakan separator S1,dan hasilnya akan ditampung didalam tangki.Dari tangki penyimpanan sebagai pertasol 2 /CA digunakan sebagai refluk pada menara kolom fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa refluk P-100 7/8.Sedangkan sisa uap yang tidak dikondensor final CN-5-12,lalu didinginkan dalam cooler CL-3/4 dan selanjutnya akan dipisahkan airnya dengan mengunakan separator S-3 dan selanjutnya hasilnya akan ditampung didalam tanki 114/115/116/117. Hasil samping dari kolom fraksinasi C-2 berupa pertasol CB,
kemudian didinginkan didalam separator S-4 pada suhu 40C, dan akan ditampung tanki.Hasil dasar dari kolom fraksinasi C-2 yaitu naptha kemudian menuju ke kolom separator C-9 dan akan mengalir ke cooler untuk didinginkan dan akan menuju ke separator untuk dipisahkan kandungan airnya.Tetapi ada juga dari sebagian produk dari pertasol CB dan naptha digunakan sebagai refluk pada top menara C-1. Proses ini bertujuan untuk mengubah fase uap dan juga fase cair yang dilanjutkan dengan pendinginan untuk menurunkan temperatur produk.Hasil pemisahan kolom fraksinasi yang berupa uap dimasukan kedalam kondensor, sedangkan yang berupa cairanakan dimasukkan kedalam cooler. Kondensor berfungsi unntuk mengembunkan uap hidokarbon sehingga berupa fase manjadi cairan.Sedangkan cooler digunakanuntuk mendinginkan produk-produk sebelum masuk kedalam tangki penampungan.Keduanya menggunakan air yang berasal dari cooling tower.Adapun proses pengembunan dan pendinginan sebagai berikut :
36
a.
Residu dari hasil bawah residu stripper Residu setelah melewati HE-2,masuk kedalam box cooler BC-1 pada
suhu 125C.Di box cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26C yang berasal dari cooling tower.Maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebu .Di sini residu mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air,sedangkan suhu air akan naik.Residu dari box cooler BC-1 pada suhu 75C,dan air pada suhu 32C. b. PH Solar dari hasil bawah kolom fraksinasi (C-1) PH Solar masuk kedalam box cooler BC-2 pada suhu 290C.Di dalam box cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air dengan suhu 26C.Sehingga terjadi proses perpindahan panas secara konduksi antara kedua
bahan.PH Solar keluar dari box cooler dengan suhu 78C, sedangkan air pada suhu 30C. c. Solar dari hasil bawah kolom stripper (C-4) Solar setelah melewati HE-1 masuk kedalam cooler CL-6 pada suhu sekitar 110C.Di dalam cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26C yang berasal dari cooling tower.Solar akan mengalami
proses pengurangan panas,karena sebagian panasnya diberikan kepada air,sehingga suhu air menjadi naik.Solar keluar pada cooler pada suhu 40C, sedangkan air pada suhu 32C. d. Kerosin dari hasil bawah kolom kerosin stripper Kerosin masuk kadalam cooler CL-7,8,12 pada suhu 160C.Didalam cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26C yang berasal dari cooling tower.Maka akan terjadi perpindahan panas secara konduksi antara kedua bahan tersebut. Di sini kerosin mengalami pengurangan panas karena
37
memberikan sebagian panasnya kepada air,sedangkan suhu air naik.Kerosin keluar dari cooler pada suhu 44C,sedangkan air pada suhuu 30C.
e.
LAWS 4 dari hasil samping kolom fraksinasi C-1 LAWS 4 masuk kedalam cooler pada suhu 100C.Di cooler terjadi
kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26C yang berasal dari cooling tower.Maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.Di sini LAWS 4 mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.LAWS 4 keluar dari cooler pada suhu 45C, sedangkan air pada suhu 32C. f. Naftha dari hasil bawah kolom fraksinasi (C-2). Naftha 3 masuk ke dalam cooler CL-13,14 pada suhu 122C.Di cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26C yang berasal dari cooling tower.Maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.Di sini naftha mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.Naftha keluar dari cooler pada suhu 60C, sedangkan air pada suhu 32C. g. LAWS 3 dari hasil samping kolom fraksinasi LAWS 3 masuk kedalam cooler CL-5,9 pada suhu 111C. Di cooler terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26C yang berasal dari cooling tower.Maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.Di sini LAWS 3 mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.LAWS 3 keluar dari cooler pada suhu 56C, sedangkan air pada suhu 30C.
38
h.
Pertasol 2 dari hasil atas kolom fraksinasi (C-2) Pertasol 2 masuk ke dalam kondensor CN-1-4 pada suhu
90C.Didalam kondensor terjadi kontak secara tidak langsung dengan air pendingin bersuhu 26C yang berasal dari cooling tower.Maka terjadi pemindahan panas secara konduksi antara bahan tersebut.Di sini Pertasol 2 mengalami pengurangan panas karena memberikan sebagian panasnya kepada air, sedangkan suhu air akan naik.Pertasol dua keluar dalam bentu cairan pada suhu 46C kemudian akan dialirkan menuju ke dalam box cooler (BC 3-6)dan cooler (CL-15,16) sedangkan air keluar dari kondensor dengan suhu 32C.Dalam kondensor ,uap dari pertasol 2 berubah menjadi cair dan didinginkan dalam cooler (CL-4).Pertasol 2 keluar dari cooler pada suhu 39C, sedangkan air pada suhu 30C.Walaupun sudah beberapa kali mengalami kondensasi, masih ada uap dalam jumlah relatif kecil yang tidak dapat berubah menjadi cair dan uap.Hal ini akan dibuang sebagai gas flare.
39
E. VARIABEL OPERASI Proses pengolahan minyak sangat membutuhkan keadaan yang terkondisi dengan baik. Apabila ada perubahan pada salah satu kondisi maka akan berpengaruh pada kondisi yang lainnya. Perubahan-perubahan itu akan dapat mengakibatkan perubahan pada produk yang dihasilkan baik dari segi jumlah maupun dari segi mutu Untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan yang dikehendaki dengan efesien, maka perlu diadakan pengaturan-pengaturan kondisi fisis yang lebih dikenal dengan varibel proses. Yang merupakan variabel proses dari distilasi atmosferik Cepu adalah: 1. 2. 3. 4. Temperatur Tekanan Permukaan cairan (level) Kecepatan aliran (flow rate)
40
1. Temperatur
a. Temperatur furnace Pemanasan crude oil didalam furnace dibatasi sampai temperatur maksimum 371 C. Namun pada kondisi normal mempunyai trayek temperatur antara 300-330C tergantung dari jenis crude oil yang diolah. Apabila temperatur keluaran minyak dari furnace terlalu tinggi,melebihi temperatur yang dipersyaratkan maka akan terjadi reaksi pemecahan (cracking) pada rantai hidokarbon dan akan membentuk senyawa baru yang tidak di kehendaki. Dan juga akan mudah terbentuk cake (kerak). Terbentuknya cake akan mengakibatkan terhambatnya perpindahan panas sehingga efesien dari furnace akan turun. Parikel-partikel cake yang halus dapat masuk ke kolom fraksinasi yang mengakibatkan pengotoran pada tray sehingga fungsinya sebagai alat kontak terganggu. Dan apabila suhu keluaran minyak dari furnace terlalu rendah akan mengakibatkan proses pemisahan fraksi-fraksi didalam kolom fraksinasi akan menjadi tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena penguapan yang kurang sehingga masih banyak fraksi ringan yang terikut dalam produk dasar kolom. Pengendalian temperatur dalam furnace sangat penting,mengingat hal tersebut diatas sangat vital,baik untuk produksi maupun untuk keamanan kilang.
41
b. Temperatur puncak kolom Temperatur puncak kolom terlalu tinggi maka produk yang dihasilkan akan banyak mengandung fraksi berat. Akibatnya titik didih akhir produk akan naik. Sedangkan temperatur puncak kolom terlalu rendah maka titik didih akhir akan rendah pula. Pengaturan temperatur puncak kolom dilakukan denga menggunakan refluk,yaitu caiaran dingin yang di kembalikan kedalam kolom,yang berguna untuk mengontrol suhu dari puncak kolom. c. Temperatur dasar kolom fraksinasi Apabila temperatur didasar kolom fraksinasi terlalu rendah,maka akan mengakibatkan penurunan titik didih awal dari produk dasar kolom dan juga akan menambah terikutnya jumlah produk karena terikutnya fraksi ringan yang tidak teruapkan. Dan apabila temperatur dasar kolom terlalu tinggi, fraksi berat yang seharusnya tinggal didasar kolom akan naik. Pengaturan dan pengendalian temperatur dasar kolom ini dilakukan dengan menggunakan reboiler,yaitu dengan memanaskan kembali produk dasar kolom.
42
2. Tekanan Tekanan dalam kolom fraksinasi akan mempengaruhi proses penguapan. Kenaikan tekanan akan menghambat kenaikan fraksi minyak pada temperatur operasi yang sama. Bila tekanan kolom fraksinasi naik maka produk puncak kolom akan mempunyai titik didih akhir yang rendah, sedangkan penurunan tekanan dalam kolom akan mengakibatkan naiknya titik didih akhir produk puncak kolom. Kenaikan tekanan dalam kolom fraksinasi dapat disebabkan oleh kecepatan penguapan yang tinggi,kecepatan aliran yang masuk terlalu besar,temperatur juga akan tinggi.
3. Permukaan Cairan (Level) Pengaturan dan pengendalian permukaan cairan dilakukan pada semua kolom fraksinasi. Apa bila permuukaan cairan terlalu rendah maka waktu tinggal (resisdence time) dari cairan akan naik akibat banyaknya fraksi yang terikut. Pada umumnya permukaan cairan pada dasar kolom dijaga sekitar 50-70%. Pengaturan dilakukan dengan jalan mengatur laju aliran yang keluar dari dasar kolom. Apabila level terlalu tinggi maka kontrol valve akan membuka lebih besar. Dan apabila level terlalu rendah maka kontrol valve akan membuka lebih kecil.
43
4. Kecepatan Aliran (FLow Rate) Kecepatan aliran dapat mempengaruhi kondisi operasi dari operasi lainya yaitu temperatur,apabila itu terjadi pada aliran umpan atau refluk Terganggunya temperatur akan menyebabkan terganggunya produk akhir baik jumlah maupun mutunya. Dalam pengolahan minyak kecepatan banyak mempengaruhi : a. Kecepatan aliran umpan Kecepatan aliran umpan harus dipertahankan stabil agar temperatur pemanas umpan keluar dari furnace jug stabil. Apabila kecepatan umpan melalui furnace dengan cepat maka penguapan pada kolom fraksinasi akan terganggu. Selain itu permukaan caiaran pada dasar kolom akan naik karena banyak terdapat fraksi ringan. Karena itu,kecepatan aliran umpan harus di setting pada keadaan yang inginkan,apabila kecepatan melebihi setting maka control valve akan menutup dan sebaliknya. b. Kecepatan aliran refluk Apabila aliran refluk puncak kolom naik maka temperatur puncak kolom akan turun. Penurunan puncak kolom akan mengakibatkan penurunan titik didik. Dan apabila kecepatan aliran turun,maka temperatur titik didih akhir dari puncak kolom akan naik. c. Kecepatan aliran reboiler Kecepatan aliran reboiler harus dipertahankan stabil,supaya temperatur keluaran dari furnace juga stabil. Apabila aliran reboiler lewat furnace terlalu cepat, maka temperatur keluaran dari furnace akan rendah. Pengaturan aliran reboiler di lakukan dengan jalan mengatur aliran yang masuk kedalam furnace. Sebelumnya di tentukan settling aliran yang diinginkan, apabila aliran lebih besar dari diinginkan, maka control valve akan menutup aliran yang dilakukan oleh pompareboiler dan sebaliknya,sehingga aliran dapat dikendalikan.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 44
45
A. LABORATORIUM MINYAK BUMI Laboratorium control kualitas dalam suatu industri merupakan suatu unit yang berfungsi untuk menguji karakteristik bahan baku dan kualitas produk. Sehingga dapat diketahui apakah sudah sesuai dengan standart dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Laboratorium minyak bumi digunakan untuk menganalisa bahan baku dan produk yang dihasilkan dari kilang dan wax plant, guna mengendalikan bahan baku dan produkproduknya, sehingga bila tidak memenuhi standart dapat diatasi secepatnya. Analisa tersebut menggunakan standart ASTM ( American Society for Testing Material ) dan IP ( Institute of Petroleum ).
Metode-metode analisa yang digunakan adalah : a. Spesifik Gravity ( ASTM D-1298 ) Merupakan suatu perbandingan massa cairan tertentu terhadap air pada volume yang sama dan suhu tertentu. Tujuannya untuk menentukan specific gravity ( SG ) dengan menggunakan alat Hidrometer. Hasil ini dikoreksi dengan menambah faktor koreksi sehingga menjadi standart pada temperatur 60/60 0F.
Metode : Sampel dengan volume tertentu dituangkan kedalam Hidrometer silinder dengan termometer didalamnya. Setelah Hidrometer terapung bebas dan termometer menunjukkan suhu konstan maka diadakan pembacaan pada hidrometer sebagai specific grafity.
46
b. Penentuan Warna ( ASTM D-1500 ) Tujuannya mengetahui warna secara visual dari produk minyak. Metode : Sampel dimasukan kedalam tabung gelas dan aquades diisikan pada tabung lain. Keduanya dikenai cahaya pada Kalori meter. Kemudian dibandingkan hasilnya dan dicatat skalanya saat warnanya sama.
c. Flash Point (ASTM D-92) Merupakan suhu terendah dimana campuran uap minyak dan udara akan menyala bila terkena api pada kondisi tertentu. Tujuannya menentukan flash point dari produk minyak bumi. Metode yang digunakan adalah ASTM D-56 untuk kerosene dan aftur, ASTM D-92 untuk pelumas, residu dan PH solar dan ASTM D93 untuk Fuel Oil dan Gas Oil. Metode : Sampel dimasukan dalam cup sebanyak jumlah tertentu yang dilengkapi dengan termometer dan dipanaskan. Pada temperature tertentu api penguji diarahkan pada permukaan sampel karena sampel menguap maka uap sampel akan menyala. Flash point dicatat sebagai suhu terendah dimana uap menyala.
d. Viscosity Redwood ( IP-70 ) Tujuannya menentukan viscositas dari produk minyak dan crude oil. Metode : Sampel dengan volume tertentu dimasukan kedalam oil tube kemudian dipanaskan sampai pada temperatur pemeriksaan setelah itu dialirkan dan dicatat waktu pengalirannya.
47
e. Viscocity Kinematik ( ASTM D-445 ) Tujuannya untuk menentukan harga viscositas dari beberapa produk minyak. Metode : Sampel dengan volume dimasukkan kedalam Viscometer tube dan temperatur pemeriksaan, kemudian dialihkan melalui pipa kapiler dan dicatat waktu pengalirannya.
f. Distilasi ( ASTM D-86 ) Tujuannya untuk mengetahui trayek titik didih dari beberapa produk minyak. Metode : Sampel dengan volume 100 ml dimasukan kedalam labu yang kemudian di destilasi. Temperatur dimana untuk pertama kali terjadi tetesan kondensat dicatat sebagai Initial Boiling Point ( IBP ). Selanjutnya setiap kenaikkan 10 % volume kondensat dicatat temperaturnya.Final Boiling Point diperoleh pada temperatur maksimum yang dapat dicapai.
g. Pour Point ( ASTM D-97 ) Tujuannya untuk mengetahui tempertur terendah dimana minyak masih dapat mengalir bila diinginkan pada kondisi tertentu. Metode : Sampel dengan volume tertentu dipanaskan dan kemudian didinginkan didalam Refrigator. Sampel diperiksa setiap periode penurunan tertentu sampai temperatur dimana sampel tidak dapat dituang ditambah 5 % 0F sama dengan pour point.
48
h. Aniline Point ( ASTM D-611 ) Merupakan temperatur terendah dimana sample minyak dan aniline bercampur secara homogen. Tujuannya menentukan temperatur terendah terpisahnya aniline dengan sampel yang diperiksa. Metode : Campuran aniline dan sampel dimasukkan kedalam test tube sambil diaduk kemudian didinginkan secara teratur sampai memisah kembali. Temperatur yang terbaca adalah titik aniline.
i. Uji lempeng tembaga ( ASTM D-130 ) Tujuan untuk mengetahui tingkat korosifitas dari produk minyak. Metode : Kepingan tembaga digosok dengan kertas amplas dan telah dibersihkan dengan iso octane, dicelup kedalam sampel kemudian kepingan tembaga diambil dan dicuci dengan iso octane. Setelah itu dibandingkan lamanya dengan ASTM D-130 copperstrip corrotion standart.
j. Water Content ( ASTM D-95 ) Tujuannya untuk menentukan besarnya kandungan air dalam crude oil dan produk minyak. Metode : Sampel dengan volume 100 ml ditambahkan solvent 100 ml kemudian didestilasi secara reflux. Solvent dan air akan terkondensasi dalam kondensor sehingga air akan berada pada bagian bawah reflux. Sedangkan pelarut akan kembali kedalam labu distilasi. Jumlah kandungan air dibaca pada skala yang dicatat.
49
B. LABORATORIUM INSTRUMENTASI 1. Definisi Kalibrasi Suatu tindakan yang dilakukan, pada kondisi tertentu, yang menghasilkan hubungan antara harga hasil pengukuran dengan harga acuan standar. Tujuan: Hasil pengukuran dari suatu alat ukur sesuai dengan akurasi dan jangkauan disain awalnya pada kondisi lingkungan tertentu. 2. Macam Macam Kalibrasi a. Kalibrasi Pressure Gauge Tekanan operasi normal proses berada pada 25% s/d 75% dari skala. Jika skala terlalu kecil: Umur elemen elastis lebih pendek Rentan terhadap adanya tekanan lebih (overpressure)
Jika skala terlalu besar: Pembacaan dengan resolusi tinggi sukar dilakukan.
b. Kalibrasi Control Valve Control Valve adalah terminologi yang digunakan untuk suatu valve yang mempunyai kemampuan throttling atau gradual changing. Apakah on-off valve termasuk controlled valve? Iya, tetapi jarang sekali disebut sebagai control valve. Control valve terkhusus untuk valve yang bisa menerima perintah analog baik dengan sinyal analog maupun kumpulan sinyal digital.
50
c. Kalibrasi Controller Controller adalah suatu penguat yang outputnya dapat diatur atau diubah dengan cara tertentu tergantung dari modelnya. Proportional controller memberikan output yang proporsi dengan inputnya tergantung dari
sensitivitasnya. Sensitivitas dari controller ini tergantung dari proportional bandnya, yaitu prosentase perubahan input yang dapat menghasilkan 100% perubahan output. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: MV = KC . e + b Dimana : M = Manipulated Output Kc = sensitivitas controller = 100% / PB PB = Proportional Band e = error b = bias
51
3. WATER TREATMENT
A. Proses Pengolahan Water Treatment Water Treatment Plan merupakan sebuah unit pengolahan air, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan untuk menunjang kebutuhan operasi dari pabrik.Untuk itu diberlukan air yang bersih, jernih dan bebas dari kuman penyakit. Air dengan mudah didapat dari permukaan bumi, tetapi air dengan mutu yang sesuai dengan penggunaannya masih cukup sulit untuk didapat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Pusdiklat Migas Cepu mengambil air dari Bengawan Solo untuk diolah lebih lanjut untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan. Unit Water Treatment berfungsi untuk mengolah air dari sumber air (Bengawan Solo) untuk keperluan air minum, air pendingin, air umpan boiler dan air untuk pemadam kebakaran. Air yang digunakan untuk keperluan tersebut mempunyai standar tertentu sehingga memerlukan tahap pengolahan yang berbeda-beda. Tahap pengolahan Unit Water Treatment mengolah air dengan menggunakan bahan baku air sungai Bengawan Solo. Sebelum masuk proses screening yang berada pada Rumah Kali Solo I (RPKS I), maka air diinspeksi terlebih dahulu, yang dalam hal ini dilakukan oleh Quality Control Laboratorium. Terdapat titik pengambilan sampel air yang diambil rata-rata perhari dalam 1 titik. 1. Pengambilan yaitu 2-5 liter. Kemudian diuji sesuai dengan batasan-batasan yang telah ditentukan oleh Menteri Kesehatan dan diterapkan pada air yang akan diolah. Jenis pengujian antara lain pH, Active Chlor, Turbidity, dan lain-lain. Batasan air minum dan air untuk industri adalah berbeda sehingga perlu pengambilan di titik sendiri. Batasan untuk air pada sampel sungai ini adalah kadar pH antara 6,5-8,5. 2. Proses Screening. Proses ini berada pada RPKS I. air baku diambil dari sungai Bengawan Solo menuju bak segaran dan bak YAP dengan menggunakan pompa. Rumah pompa ini
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 52
berada 10 meter dibawah permukaan tanah atau 2 meter di bawah permukaan air sungai level minimum, sehingga masih memungkinkan untuk memompa air pada musim kemarau. Peralatan utama yang ada di RPKS I, antara lain: Tiga unit pompa sentrifugal yang digerakkan motor listrik. Dua buah stiner (saringan) primer dan sekunder pada masing-masing saluran hisap pompa untuk mencegah kotoran dan sampah. Satu unit submersible pump (pompa benam atau pompa potos) yang berfungsi untuk membuang genangan air di RPKI I yang berasal dari bocoran-bocoran packing dan pada waktu pencucian strainer. Air yang keluar dari RPKS I dialirkan ke dua tujuan, yaitu di bak YAP dan bak segaran. Air bak di YAP akan diolah menjadi air minum, sedangkan air di bak segaran akan diolah menjadi air industri. Air minum di sini adalah air bersih yang memenuhi syarat sebagai air minum yang streril, tidak berbau, dan tidak berwarna.
Bak YAP merupakan rangkaian bak pengendapan dan penjernihan air yang terdiri dari: Talang bersekat-sekat, tempat air masuk dari RPKS I. Flokulator/bak pengendapan, yaitu bak nomor I, II dan III. Klarifier/bak penjernihan, yaitu bak nomor IV, V, dan VI.
Pada area bak YAP juga terdapat peralatan, antara lain: Tiga buah tangki pelarut kimia, tawas, kaporit, dan dukem yang masingmasing dilengkapi pengaduk otomatis. Kapasitas masing-masing + 1800 liter. Dua unti portable submersible pump. Digunakan untuk sirkulasi lumpur dan membuang enadapan dari dasar bak YAP. Volume dari bak YAP sendiri adalah 5.084 m3.
53
3.
Proses koagulasi. Proses ini adalah proses pencampuran antara air baku dengan zat kimia, yaitu proses penjernihan pertama kali yang di lakukan pada bak YAP. Air yang di pompa dari unit RPKS I di masukan ke bak YAP melalui talang bersekat-sekat yang bertujuan untuk mebuat aliran air menjadi turbulen (kecepatan acak), sehingga terjadi pengadukan dan pencampuran yang baik serta merata dari bahan-bahan kimia yang diinjeksikan juga unruk menghindari penumpukan endapan pada talang.Bahan kimia yang di gunakan adalah kaporit, Tawas dan Dukem. Dengan komposisi rata-rata 15 Kg, 150 Kg, dan 0,45 Kg per shift. Dan zat-zat kimia tersebut di namakan koagulan.
4.
Proses flokulasi Dari talang air masuk ke bak no. I yang juga besekat-sekat, di sini aliran mulai menjadi aliran laminar (Kecepatan rendah), sehingga terjadi Proses Flokulasi, yaitu terbentuknya Flok (Gumpalan partikel) akibat tercampurnya air dengan zat kimia yang di injeksikan. Saat zat kimia terhidrosa dengan air, maka akan membentuk flok, yang dapat mengurangi koloid (zat heterogen) dan membawanya mengendap. Proses ini juga dapat mengurangi warna air dan kandungan phospat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam suatu inti flok sehingga partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh menjadi ukuran yang siap turun mengendap.Aliran laminar di perlikan untuk menjaga agar tidak terjadi rusaknya flok yang sudah terbentuk, kemudian air terus mengalir ke bak II dan III (yang bersekat).
54
5.
Proses sedimentasi / floatasi Proses ini adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang terkandung dalam air yang menyebabakan kekeruhan, partikel tersebut dapat berupa lumpur atau zat padat lainnya seperti slude (lumpur) yang terdiri dari senyawa garam dan basa. Proses ini merupakan proses fisika. Zat-zat yang lebih ringan akan mengapung (flotasi), karena memiliki berat jenis yang lebih ringan dari air, dan dapat di buang dengan cara overflow, yaitu air meluap sehingga kotoran dapat terbuang. Sedangkan zat-zat yang memiliki berat jenis lebih besar dari air akan mengendap dengan adanya gay gravitasi. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan (turbidity), mengurangi kesadahan dan menghemat bahan kimia. Air yang keluar dari bak III sudah jernih, namun Proses sedimentasi tetap berlanjut, dan pada bak IV larutan kaporit kembali di injeksikan pada pintu masuk bak.Pada masing-masing bak no. IV,V,VII DAN VII terdapat pipa outlet yang di hubungkan menjadi satu, sebagai saluran hisap pemompaan yang berada di RPKS II. Pipa outlet ini juga berfungsi sebagai pipa pengurasan bak yang di lakukan 6 Bulan sekali.
Rumah Pompa Kali Solo II merupakan rumah pompa dengan lima unit pompa yang di gunakan untuk memompa hasil olahan bak YAP menuju : Tangki grafitasi (TG-335 A.B Area pemadam kebakaran Bak air industry (B-333 1-2) Saringan pasir bertekanan Menara air pendingin
55
Pendistribusian ke area pemadam kebakaran, bak air industry, saringan pasir bertekanan dan menara air pending di lakuukan bila bak seragan dan unit CPI tidak dioperasikan. 6. Aerasi Air yang di pompa dari RPKS II masuk pada tangki dan Bak gafitasi dengan aspek, yaitu: Tangki gravitasi Diameter Tinggi Kapasitas Bak grafitasi Ukuran Kapasitas : 10,65 x 5,86 x 3,74 m : 216,3 m3 :6m : 4,15 m : 117,3 m3
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan bau busuk dan menetralkan racun dengan cara menyemprotkan air pada ujung pipa agar air dapat kontak langsung dengan udara luar. Kemudian air begerak keluar dengan grafitasi menuju pipa di bawah bak dan tangki.
56
7.
Inspeksi Sebelum masuk pada proses selanjutnya maka dilakukan inspeksi untuk menguji pH antara 6,5-8,5, Active Chlor antara 0,1-0,4, Turbidity <5. Total Hardness <10.
8.
Filtrasi Air yang mengalir dari bak dan tangki grafitasi, masuk pada bak Sand Filter, yang merupakan bak penyaringan air dengan media pasir silica berbentuk bak terbuka yang di dalamnya dibagi menjadi tujuh bagian, dengan ketebalan pasir + 80 cm. Ukuran Volume : 14,7 x 5,83 x 2,978 m : 255,2 m3
Kemudian air masuk ke bagian bawah secara overflow memasuki bak pasir/penyaringan. Selanjutnya secara gravitasi akan mengalir turun menembus lapisan pasir dan berkumpul di ruang air bersih di bawah bak pasir. Sedangkan flok-flok akan tertinggal di pasir, yang lama-kelamaan akan menyebabkan kemampuan penyaringan menurun. Untuk mengembalikan kemampuan penyaringan perlu dilakukan back wash. Back wash dilakukan dengan cara menghembuskan udara bertekanan yang berasal dari unit kompresor dan mengalirkan air dari baik air industry secara bersamaan dengan arah aliran dari bawah ke atas, maka kotoran-kotoran akan terangkat dan terlepas, kemudian ikut aliran air, terbuang dari bak.
9.
Inspeksi Air kembali di uji kualitasnya, pH antara 6,5-8,5, Active Chlor antara 0,1-0,4, Turbidity <5. Total Hardness <10, yang kemudian akan diinjeksikan gas klor untuk membunuh kuman. Gas klor merupakan desinfektak yang secara umum dipakai di
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 57
pengolahan air minum. Dasar pengolahan gas klorin ini karena mempunyai efektifitas yang tinggi dan kemampuan oksidasi yang kuat sehingga bias menghancurkan bahanbahan organic dan menyebabkan mikroba-mikroba menjadi mati. Di Unit Pengolahan Air Pusdiklat Migas Cepu, gas klorin tersimpan dalam tabung dengan kapasitas + 100 kg. dengan menggunakan klorinator, glas klorin diinjeksikan dari tabung ke bak penampung air bersih di unit air minum. Pemakaian gas klorin ini 3 kg/hari.
10.
Inspeksi Sebelum masuk ke penampungan air minum, air di uji kembali kualitasnya.
11.
Penampungan Penampungan dilakukan pada bak penampunang air minum yang sudah diinjeksikan gas klorin.Bak ini merupakan bak tertutup yang digunakan untuk menampung air bersih dari Sand Filter sebelum didistribusikan.Tujuan dari penampungan ini ialah untuk menjaga kelangsungan produksi, membantu pengendapan dan sebagai persediaan/cadangan. Bak ini mempunyai spesifikasi, yaitu: Bak Penampung Air Minum Lama Ukuran Kapasitas : 9,94 x 6,71 x 2,5 m : 166,7 m3
Bak Penampung Air Minum Baru Ukuran Kapasitas : 16,78 x 16,4 x 2,04 m : 561,39 m3
58
1.
2.
Distribusi Proses pembagian/penyaluran dimana air setelah diproses dari penimbunan ketempat dimana air digunakan. Metode distribusi yang digunakan antara lain: Metode distribusi secara grafitasi Metode distribusi dengan pompa langsung Metode distribusi dengan pompa dan tangki timbun, metode ini merupakan gabungan metode di atas.
3.
Inspeksi Pengujian kualitas air diambil pada titik setelah didistribusikan, yaitu pada konsumen.
59
1.
Proses sedimentasi. Proses ini merupakan proses secara alami di bak segaran. Air yang dipompa dari RPKS I menuju bak segaran, yaitu kolam terbuka untuk menampung air baku dan berfungsi sebagai penyedia air pemadam kebakaran dan bak cadangan apabila kebutuhan air bersih meningkat atau bak YAP sedang tidak beroperasi, dengan mengoperasikan unit CPI. Air baku ke bak segaran dan air secara mengalami pengendapan partikel-partikel.
2.
Inspeksi Uji air dilakukan untuk memastikan kualitas air sebelum masuk unit CPI, meliputi kadar pH antara 7,5-9,5, Total Alkalinity < 100, Total Hardness < 1.
3.
Koagulasi Air dari bak segaran dipompa ke unit CPI. Proses ini merupakan proses yang sama seperti pada bak YAP, tetapi proses ini dilakukan pada unit CPI (Corrugated Plate Interceptor), yang merupakan peralatan pengolahan air yang berbentuk kerucut dan terbuat dari plat baja. Di dalamnya terdapat alat bergelombang yang bertujuan untuk memperluas permukaan.Di dalam unit ini dipasang fiber glass dengan menambahan koagulan berupa tawas.
4.
Flokulasi Proses ini juga sama seperti pada proses yang berada pada bak YAP, yaitu proses terbentuknya gumpalan flok, sehingga membentuk inti flok yang lebih besar dan membawanya mengendap.
5.
Sedimentasi Di sini juga merupakan proses pengendapan lumpur yang dihasilkan, kemudian lumpur ini ikut keluar melalui pipa blow down.
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU
60
6.
Klarifikasi Proses ini merupakan proses penjernihan yang berupa proses penggabungan antara proses sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi. Proses ini dilakukan dengan memperbesar konsentrasi flok dan recycle sludge. Untuk memperbesar flok dilakukan dengan memberikan kontak yang baik dengan partikel, berupa pengadukan atau sirkulasi pada unit CPI.Kemudian air keluar menuju bak air industry.
7.
8.
Penampungan Penampungan air industry pada bak air industry. Bak ini merupakan bak terbuka untuk menampung air dari unit CPI atau dari tangki grafitasi sebelum didistribusikan ke kilang atau boiler serta sebagai penyedia kebutuhan untuk back wash bak sand filter. Pada bak ini diberi sekat-sekat untuk pengadukan.
9.
10.
Distribusi Proses distribusi dilakukan dengan pompa transfer ke unit kilang dan boiler
61
BAK YAP
IV
III II
RPKS I
SAND FILTER
BAK SEGARAN
BAK CPI
Pada dasarnya water treatment pada PUSDIKLAT MIGAS Cepu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Unit Raw water pump station , Unit pengolahan air industri , Unit pengolahan air minum. Kali Solo yang menjadi sumber penyediaan air, air dipompa dari rumah pompa KS I (RP-KS I) yang kemudian dibagi menjadi dua aliran. Aliran pertama pada rate 240 m3/jam untuk diproses menjadi air minum dan air industri. Aliran kedua dengan rate 60 m3/jam di alirkan menuju bak segaran untuk digunakan sebagai air pemadam kebakaran. Sebagian air dari bak segaran dipompa menuju CPI untuk diolah agar dapat digunakan sebagai air industri.
62
Pada pengolahan air industri dan air minum air dipompa menuju bak YAP untuk ditambahkan tawas, dukem dan kaporit agar terjadi proses flotasi, flokulasi dan disenfektan. Bentuk bak YAP yang berkelok-kelok bertujuan agar proses terjadi lebih lama dan mendapatkan hasil yang optimal. Dari bak YAP, air dipompa melalui Rumah Pompa KS II (RP-KS II) menuju bak gravitasi untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk. Dari bak gravitasi aliran dibagi menjadi dua dengan rate yang sama yaitu 110 m3/jam untuk air industri dan air minum. Pada pengolahan air minum, air tersebut ditambah dengan air dari bak air minum lama di alirkan menuju sand filter untuk menyaring kotoran-kotoran yang masih terikut. Bagian yang bersih di alirkan menuju bak air minum baru dan yang kotor ditampung di bak buangan ke sungai yang nantinya akan di buang. Pada bak air minum baru diberikan gas chlor yang bergna sebagai disenfektan. Kemudian air dari bak tersebut di pompa oleh pompa distribusi yang berjumlah tiga buah untuk memenuhi kebutuhan air minum di PUSDIKLAT MIGAS Cepu. Untuk memenuhi kebutuhan air industri, air dari bak gravitasi ditampung pada bak air industri ditambah dengan air yang berasal dari CPI dipompa oleh pompa sirkulasi, pompa transfer supaya didistribusikan menuju seluruh bagian yang membutuhkannya.
63
Water treatmen plant (WTP) merupakan unit yang berfungsi untuk mengolah air dari sumber air untuk berbagai keperluan, yaitu : a) Air minum b) Air pendingin c) Air untuk pemadam kebakaran Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut PUSDIKLAT MIGAS Cepu mengambil air baku dari Solo. Unit-unit yang termasuk dalam unit pengolahan air di PUSDIKLAT MIGAS Cepu adalah : 1. Unit Raw water pump station. 2. Unit pengolahan air industri. 3. Unit pengolahan air minum
1. Unit Raw Water Pump Station. Rumah pompa ini berfungsi untuk menghisap dan mengalirkan air baku dari Kali Solo dengan menggunakan pompa sentrifugal menuju kedua tempat, yaitu : a) Bak YAP (Kali Solo II), untuk diolah menjadi produk air minum.
b) Bak Segaran, untuk digunakan feed pada unit CPI (Corrogated Plated Interceptor) dan untuk keperluan pemadam kebakaran Pada unit Raw water pump station ini, terdapat dua jenis pompa, yaitu : a) 3 buah pompa sentrifugal dimana yang dioperasikan hanya 2 buah sedangkan 1 buah sebagai cadangan.
64
b) 1 buah pompa rendam (pompa ponthos) untuk mengisap kebocoran-kebocoran air dari pompa yang sedang beroperasi yang terdapat didalam rumah pompa untuk dibuang kembali ke sungai Bengawan Solo.
2. Unit Pengolahan Air Industri. Unit ini berfungsi untuk mengolah air baku dari Sungai Bengawan Solo untuk digunakan sebagai air industri, yaitu air pendingin kilang, air umpan boiler, dan juga back wash filter. Sedangkan proses-proses yang digunakan, antara lain sebagai berikut: a) Proses Screening (Penyaringan Awal) Proses ini merupakan proses fisis, yaitu proses penyaringan terhadap air industri untuk memisahkan partikel-partikel atau benda-benda berukuran besar yang terikut oleh air : 1. Mencegah terikutnya partikel-partikel yang besar yang mana bila tidak disaring akan mengakibatkan kebuntuan pada sistem perpipaan. 2. Mencegah kerusakan pada pompa-pompa.
b) Proses Sedimentasi (Pengendapan) Proses pengendapan partikel-partikel padat dalam air yang menyebabkan kekeruhan berupa lumpur atau zat padat berat lainnya. Adapun tujuan pengendapan adalah : 1. menghilangkan kekeruhan 2. mengurangi kesadahan 3. menghemat bahan bakar
65
Ada beberapa hal yang mempengaruhi proses pengendapan, yaitu : 1. Waktu Pengendapan Pemberian waktu harus cukup sehingga partikel-partikel padat memisah sempurna. 2. Perbedaan berat jenis partikel atau lumpur dengan air Semakin besar berat jenis partikel, maka waktu pengendapan akan semakin pendek. 3. Adanya gaya gravitasi Partikel-partikel mempunyai berat dan oleh gaya gravitasi maka partikel akan turun. 4. Kecepatan aliran Semakin lambat aliran, maka akan semakin baik hasil yang diperoleh.
c) Proses Koagulasi dan Flokulasi Proses terbentuknya flok dengan jalan penambahan bahan koagulan pada air, kemudian flok mengendap. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi adalah : 1. Bahan koagulan dan dosisnya 2. Suhu 3. Pengadukan 4. Pemberian waktu untuk menggumpal 5. Derajat keasaman
66
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses flokulasi adalah : 1. 2. 3. Reaksi : Al2(SO4)3 . 18 H2O+3Ca(HCO3) 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + CO2 + 18H2O Penambahan bahan kimia Pengadukan yang sempurna (agitasi) Kontak yang baik
d) Proses Flotasi Proses pemisahan partikel-partikel yang lebih ringan dengan jalan
pengapungan berdasarkan perbedaan berat jenis. Partikel ringan yang akan naik keatas dan bisa dibuang dengan overflow. Faktor-faktor yang mempengaruhi flotasi adalah :
Macam-macam proses flotasi, yaitu : 1. Menaikkan suhu, yaitu dengan diberikannya pemanasan pada sistem, zat yang lebih ringan akan bertambah ringan dan akan cepat memisah keatas. 2. Memberikan hembusa udara, yaitu dengan jalan penyemprotan udara (udara bertekanan) dari bagian dasar, sehingga partikel ringan terikut ke permukaan.
67
e) Proses Klasifikasi Proses penjernihan atau proses pengendapan lumpur didalam bak-bak pengendapan / bak CPI (Corrugated Plate Interceptor) yang dipasangkan fiber glass didalamnya dengan penambahan koagulan berupa tawas berbentuk kristal. Jadi proses ini bisa gabungan antara proses sedimentasi, koagulasi dan flokulasi. 1) Memperbesar konsentrasi flok 2) Recycle sludge Untuk memperbesar flok dapat dilakukan dengan memberikan kontak yang baik antar partikel, dilakukan dengan pengadukan aatau sirkulasi. f) Proses Filtrasi
Proses pemmisahan dengan cara penyaringan. Dalam proses klasifikasi masih ada partikel-partikel yang belum mengendap, sehingga untuk mendapatkan hasil air yang lebih baik maka dilakukan proses penyaringan.
Dasar proses penyaringan : Perbedaan diameter partikel dengan media penyaringan, partikel-partikel yang berdiameter lebih besar dari pada media penyaringan tidak bisa melewati media penyaringan tersebut. Ada beberapa dasar metode filtrasi, yaitu : 1) Gravity Filter 2) Filtrasi melewati berbagai media yang berpori 3) Pressure Filter
Teknik Pengolahan Migas & Petrokimia | SMK MIGAS CEPU 68
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan metode filtasi: 1. Kualitas dari filter dan toleransi kandungan bahan yang diinginkan. 2. Kualitas dari cairan yang disaring 3. Fasilitas pencucian 4. Kondisi instalasi
Ada 14 buah bak filtrasi yang beroperasi secara kontinyu. Media yang digunakan bak filtrasi adalah pasir kuarsa pada bagian atas dan nozzle-nozzle pada bagian bawah. Air akan kehilangan sebagian tenaga geraknya saat masuk ke bak filtrasi. Hal ini disebabkan karena air menumbuk pasir kuarsa yang ada di dalamnya. Dengan demikian partikel-partikel atau kotoran-kotoran akan mengendap, sebab tertahan oleh pasir kuarsa tersebut. Air kemudian melewati nozzle-nozzle
menuju ke bak air minum. Nozzle ini berfungsi untuk menahan pasir kuarsa agar tidak turun bersama dengan air yang disaring. Pemakaian bak filtrasi secara terus-menerus akan menyebabkan kemampuan penyaringan menurun, karena sebagian pori-pori tersumbat oleh endapan. Untuk memperlancar penyaringan perlu dilakukan pencucian bak
filtrasi. Proses pencucian dilakukan dengan metode back wash (aliran balik), yaitu menyemprotkan air dari bawah dengan udara bertekanan, sehingga kotoran yang menempel akan terlepas dan ikut keluar sebagai air pencuci. Setelah
pencucian, aliran air dikembalikan seperti semula, yaitu air masuk dari atas dan
69
3. Unit Pengolahan Air Minum. Sebagian air untuk industri digunakan jga untuk air minum tetapi dengan menambah proses dari proses-proses yang telah ada dari proses air industri, diantaranya adalah : a) Disinfektasi Proses disinfektasi yaitu proses pembunuhan kuman yang bersifat patogen (penyebab penyakit). Proses ini dilakukan pada proses pengolahan air minum. Didalam air selalu hidup jasad renik, ada yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan ada juga yang diperlukan oleh manusia, tetapi jasad renik yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia harus dihilangkan dengan jalan disinfektasi sebelum digunakan. Air dari proses penyaringan sebagian digunakan sebagai air umpan boiler dan sebagian untuk air minum. Untuk air minum, sebelum masuk ke Bak Air Minum (BAM), terlebih dahulu dilakukan proses disinfektasi dengan cara menginjeksikan gas chlor. Tujuannya adalah agar gas chlor bereaksi secara langsung dengan air sehingga bakteri atau kuman yang terkandung dalam air akan mati. Dengan desinfektasi
diharapkan air terbebas dari kuman-kuman yang dapat membahayakan kesehatan. Di dalam air, gas chlor yang bereaksi dengan air akan membentuk hipoklorida (HOCl) dan asam chlorida (HCl). Cl(g) + H2O(l) HOCl(l) HOCl(l) + HCl(l) H+ + OCl70
b) Penimbunan dan Pengumpulan Pengumpulan air dalam jumlah banyak bertujuan: 1. Menjaga kelangsungan produksi. 2. Membantu pengendapan. 3. Sebagai persediaan atau cadangan. Air yang ditimbun: 1. Air baku 2. Air setengah jadi 3. Air produk c) Distribusi Selanjutnya air dari Bak Air Minum didistribusikan ke tempat-tempat yang membutuhkan dengan menggunakan pompa centrifugal multi stage 3 buah yaitu ke lingkungan pabrik dan kantor, perumahan dinas, asrama AKAMIGAS, rumah sakit serta masyarakat kota Cepu. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan : a. Ketinggian tempat b. Kebutuhan air c. Perkembangan kebutuhan yang akan datang d. Macam keperluan
71
Sistem distribusi air dengan pengaliran berdasarkan perbedaan tinggi tempat. Tempat penimbunan harus lebih tinggi dari tempat penerimaan air. Metode distribusi dengan pompa langsung
Sistem distribusi dengan memompa langsung dari tempat pengolahan ke tempat penggunaan. Metode distribusi dengan pompa dan tangki timbun
Sistem distribusi dengan pompa ke tangki timbun yang ditempatkan ditempat yang tinggi kemudian didistribusikan untuk penggunaan secara gravitasi.
4 .BOILER PALNT Secara umum dapat di artikan sebagai sebuah pesawat untuk menghasilkan steam (uap). Boiler dibuat dari baja dengan bentuk bejana tertutup yang didalamnya terdapat air dan air tersebut di panasi dari hasil pembakaran residu untuk menghasilkan uap. Boiler Plant adalah unit yang ada di Pusdiklat Migas Cepu yang bertugas : Menyediakan Steam (uap) untuk proses kilang. Menyediakan udara bertekanan. Menyediakan air pendingin (cooling water). Menyediakan air lunak.
72
Boiler yang digunakan di Pusdiklat Migas Cepu adalah boiler tipe Fire Tube WANSON dengan kapasitas produksi 6,6 ton/jam.
A. Bagian-bagian Ketel
1. Lorong Api Memiliki bentuk lekuk dengan tujuan : Mencegah terjadinya pemuaian Menambah luas pemanas Efisiensi panas
4. Ignition Spark / Busi Sebagai penyalaan awal dari pneumatic gas pembakaran LPG.
5. Refactory / Batu Tahan Api Untuk membelokan panas hasil pembakaran ke arah tube pada fase pemanasan ke dua.
73
9. Stack / Cerobong / Chimmey Fungsinya untuk saluran buangan gas hasil pembakaran
B. Apppendages ( Alat Pengaman Ketel ) Yaitu alat pengaman ketel yang harus terpasang sebelum ketel dioperasikan secara terus menerus. Fungsi : Untuk mencegah terjadinya peledakan yang tidak didinginkan. Menjaga keamanan dan kenyamanan operator dalam bejana.
4. Man Hole & Hand Hole Sebagai lalu lalang orang pada waktu pembersihan ketel.
5. Blow Down Valve Membuang endapan lumpur atau air dalam ketel. Mengatur level air. Mengosongkan level air dalam ketel.
75
2. Menjalankan Pompa a. Pompa Sentrifugal Cara menjalankan : 1. Pastikan bahwa jaringan pipa isap sudah berisi minyak dan bersihkan dari kotoran. 2. Bersihkan strainer pompa 3. Periksa check valve, harus berfungsi dengan baik 4. Periksa kondisi / bagian bagian pompa seperti : a. Apakah ada baut / ikatan, sambungan jika kendor b. Putar poros pompa, apakah dapat berputar dengan baik dan lancar. 5. Buka dengan penuh valve isapan pompa 6. Lakukan priming, buang / drain jebakan udara, kalau sudah bersih tutup lagi. 7. Jalankan pompa dengan menekan tombol pompa ke posisi ON. 8. Bila pompa atau motor tidak dapat bekerja dengan baik / normal, stop pompa.
76
10. Bila pompa atau motor bekerja dengan baik / normal, buka valve tekan pompa perlahan lahan, dengan mengatur aliran atau tekanan pompa yang dikehendaki.
Cara menghentikan : 1. Tutup valve tekan pompa. 2. Matikan pompa dengan menekan tombol pompa pada posisi OFF. 3. Tutup valve isapan pompa. 4. Periksa kembali kondisi pompa dan motor. 5. Bila ada yang kurang baik / normal, segera adakan perbaikan. 6. Pembersihan pompa dan lingkungan kerja. 3. Pengoperasian Gas Detector
I. a) b) o o
Bawa Gas Detector di udara bersih : Cek kondisi alat Aktifkan : Baterrai minimal 60% Semua angka pada alat menunjukan angka 0 kecuali pada kolom oksigen 20,9%
II.
Lokasi Pengukuran o Arahkan ke sumbernya o Catat hasil pengurkuran Flushing di udara bersih o Semua angka menunjukan 0 kecuali oksigen 20,9% o Matikan
III.
77
4. F2
Mengamati Kondisi Operasi Proses 325 11 102 84 46 54 76 74 40 124 4.2 2 125 0.1 56 130 215 230 40 50 68 64 320 12 105 84 58 74 82 34 104 3.2 1.8 130 0.1 54 145 220 235 40 70 56 325 13 100 84 54 44 88 72 34 116 3.2 2 135 0.1 54 140 225 230 40 66 68 Bot Evap In C4 In C2 Top C4 P Top Evap T Top C1 P Top C1 T Bot C1 St Acc Bot C2 S1 S2 S3 S4 Air P S5 S6 S7 S8 Ref C1 Ref C2 Feed 290 240 84 0.01 300 0.06 120 231 1.8 102 38 38 32 46 1 34 70 70 6.6 9.6 8.5 260 230 80 0.01 300 0.06 120 250 1.8 102 38 30 28 46 1 25 34 108 6.6 9.6 8.5 285 250 82 0.01 300 0.06 120 135 2.2 100 40 30 30 46 1 28 34 68 6.6 9.6 8.5
P. Fuel Disc Sucs St 2 Proc St 2 Pump BC 1 BC 2 Co In Ress Out P. HE P. F3 In Co Out P F3 Out Solar Out Bot C3 Bot C4 Bot C5 Cn 1 Cn 2 Cn 3 Cn 4
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan kerja praktek di Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi Cepu adalah: a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak Gas Bumi (Pusdiklat Migas) Cepu mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan bidang minyak dan gas bumi. b. Proses pengolahan secara distilasi atmospheric di Pusdiklat Migas menghasilkan pertasol 2, LAWS3, LAWS 4, kerosene, solar, PH solar dan residu. PH solar digunakan sebagai bahan baku pada unit Wax plant untuk menghasilkan batix wax dari hasil samping berupa A filter Oil (AFO). c. Laboratorium pengontrol kualitas bahan baku dan produk terdiri dari laboratorium analisis minyak dan laboratorium analisis air. d. Boiler plant, Power plant, dan Water treatment merupakan unit penunjang proses produksi di PUSDIKLAT MIGAS Cepu.
79
B. Saran Saran yang dapat kami berikan untuk Pusdiklat Migas Cepu: 1. Kedisiplinan dan efisiensi kerja yang selama ini telah dilaksanakan agar tetap dijaga dan terus berusaha ditingkatkan semaksimal mungkin. 2. Pemeliharaan dan perawatan pencegahan hendaknya dilakukan secara berkala terhadap seluruh peralatan yang ada di unit kilang khususnya pompa sentrifugal yang merupakan peralatan penunjang yang cukup memiliki peranan penting. 3. Penghematan pemakaian fuel oil yang digunakan sebagai bahan bakar dalam furnace dapat dilakukan dengan cara menggunakan fuel gas, karena keuntungan dari fuel gas adalah pembakaran yang lebih sempurna. 4. Sebaiknya isolasi-isolasi yang terkelupas dan rusak segera diperbaiki atau diganti untuk mencegah kehilangan panas dan kenyamanan pekerja. 5. Perlu adanya rekruitment tenaga kerja baru secara berkala dan penambhan sumber daya manusia ynag berkualitas untuk menunjang proses produksi dan meningkatkan kualitas produk.
80
DAFTAR PUSTAKA
1. Consiolin, D. M. ,1985. Procces Instrument and Control Handbook. Mc. Grow Hill: New York. 2. Anonynous (1). 1997. Control Valve Handbook, Fisher Control Company: Marshalltown, Lowo. 3. Anonynous (1). 1997. Valve Sizing, Masoneilan International Inc: Marshalltown, Lowo. 4. GunterusFrans. 1994. FilsafahDasarSistemPengendalian Proses, Penerbit PT. Elex Media Komputindo: Jakarta. 5. Katsuhito Ogata. 1996. TeknikKontrolAutomatikJilid 1dan Jilid 2. PenerbitErlangga: Jakarta. 6. Yohanis. 2001. EvaluasiEfisiensiKetelUap di PPT MigasCepu. Cepu: AKAMIGAS 7. Tim Pengumpul Data Akamigas. 1993. Mengenal AKAMIGAS. PusatPengembanganTenagaPerminyakandan Gas Bumi: Cepu. 8. Astuti, Ika Yuni.2010.Analisis kandungan solar dalam kerosin dengan metode ASTM. PUSDIKLAT MIGAS CEPU. Cepu 9. Riris, Catur waluyo, Edy Gunawan dan Edi,Laporan Magang di Pusdiklat Migas Cepu, PUSDIKLAT MIGAS CEPU, Cepu 10. Hasanah, Erli Uswatun dan Mahirisa, Ricca. 2003. Analisa Campuran Solar dan Kerosine. PUSDIKLAT MIGAS CEPU. Cepu
81