Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIK KUNJUNGAN LAPANGAN

DI LAPANGAN SUKOWATI PT
PERTAMINA EP ASSET-4

Oleh :

Nama Mahasiswa : Ahmad Albaihaqi


NIM : 191420003
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Tingkat : I (satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
PEM AKAMIGAS

Cepu, November 2019


KATA PENGANTAR

‫بميسمم ام الرريحمممن الررمحييمم‬


Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala Rabb semesta alam yang
dengan kenikmatan dari-Nya segala kebaikan menjadi sempurna, sehingga penulis dapat
menyelesaikan praktik kunjungan lapangan di Lapangan Sukowati PT Pertamina EP
Asset-4 pada tanggal 9 November 2019 dan menyelesaikan penyusunan laporan praktik
kunjungan lapangan yang berjudul “Laporan Praktik Kunjungan Lapangan di
Lapangan Sukowati PT Pertamina EP Asset-4“. Sholawat dan Salam kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alayhi wasallam, keluarga, para shahabat, serta ummat beliau
yang senantiasa mengikuti petunjuk beliau dengan baik.
Penulisan dan penyusunan laporan praktik kunjungan lapangan ini merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi kurikulum PEM Akamigas Cepu tahun akademik
2019/2020 Program Studi Teknik Pengolahan Minyak dan Gas Tingkat I. Atas saran,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan praktikum
kunjungan lapangan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis (Wilson dan Rita Noviati) yang senantiasa memberikan
dukungan dan motivasi selama ini
2. Bapak Prof. R.Y. Perry Burhan, M.Sc. selaku Direktur PEM Akamigas Cepu
3. Bapak Zami Furqon, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Pengolahan
Minyak dan Gas
4. Bapak Sabtanto Joko Suprapto, Ir., M.T. selaku dosen Pengantar Industri Migas
Hulu
5. Ibu Pradini Rahalintar, S.Si., M.T.selaku dosen pembimbing dalam pelaksanaan
praktik kunjungan lapangan
6. Bapak Didik Setiawan selaku pembimbing lapangan di Lapangan Sukowati

Penulis menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan pemikiran penulis,


sehingga kritik dan saran penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan dan
penyusunan kertas kerja wajib ini.

Ahmad Albaihaqi
NIM. 191420003
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ..........................................................................................................


I.2 Tujuan……………………..…..................................................................................
I.3 Profil Company dan Lapangan..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Peralatan di Lapangan……………………………..……………...........................


II.2 Proses Produksi di Lapangan…….……………………………….........................
II.3 Analisis Proses di SRU.………..…………………………………........................
II.4 Kegiatan di Laboratorium...………………………………………........................

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan............................................................................................................
III.2 Saran......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sektor energi dan sumber daya mineral, minyak dan gas bumi memiliki peranan
yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan manusia. Mengingat kebutuhan
manusia yang semakin meningkat menjadikan eksplorasi, eksploitasi dan produksi
minyak dan gas bumi terus dilakukan. Berbagai macam metode diterapkan dalam
produksi minyak dan gas bumi. Dalam memenuhi kebutuhan gas alam dan minyak
untuk industri, diperlukan spesifikasi gas alam dan minyak yang memadahi disesuaikan
dengan kebutuhan industri dan penggunaan gas alam dan minyak tersebut. Kandungan
impurities yang terkandung didalam gas alam dan minyak tersebut akan mempengaruhi
komposisi gas alam dan minyak yang akan di jual ke konsumen.

I.2 Tujuan Penulisan


Tujuan yang diharapkan setelah penulis menyelesaikan laporan praktik kunjunagn
lapangan ini adalah

1. Mengimplementasikan antara teori yang didapat melalui kegiatan perkuliahan di


kampus dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
2. Memahami rangkaian proses awal pengolahan minyak dan gas bumi, fungsi
peralatan, dan proses analisa di laboratorium

I.3 Profil Company dan Lapangan

1.3.1 Sejarah Company


Pengelola migas di lapangan Tuban Block mengalami beberapa perubahan. Pada
tanggal 29 Februari 1988 Trend International Ltd menandatangani kontrak bagi hasil
dengan Pertamina, sehingga terbentuk JOB Pertamina – Trend Tuban. 31 Agustus 1993,
perusahaan ini mengalami peralihan dari JOB Pertamina – Trend Tuban menjadi JOB
Pertamina – Santa Fe Tuban. 02 Juli 2001, Perusahaan ini menjadi JOB Pertamina –
Devon Tuban. Pada tanggal 1 Juli 2002, perusahaan ini berubah menjadi JOB Pertamina
Petrochina East Java (untuk selanjutnya disebut JOB-PPEJ). Dan sekarang tahun 2019
menjadi PT Pertamina EP Asset 4.

1.3.2 Wilayah kerja tuban block

Wilayah operasi ini meliputi 6 kabupaten yaitu Tuban, Bojonegoro, Lamongan,


Gresik, Sidoarjo dan Mojokerto.

Peta Wilayah Kerja Tuban Block

1.3.3 Sejarah Geologi


Lapangan block Tuban terletak di wilayah cekungan Jawa Timur (Back Arc Basin
Jawa Timur) dengan sistem pengendapan tersier, analog dengan cekungan-cekungan
lain yang menghasilkan minyak di cekungan-cekungan Sumatera. Minyak terdapat pada
batuan karbonat. Lapangan tersebut tertutup oleh endapan alluvial sungai bengawan
Solo.

Lapangan block Tuban terletak di wilayah cekungan Jawa Timur (Back Arc Basin
Jawa Timur). Lapangan tersebut tertutup oleh endapan alluvial sungai Bengawan Solo.
Dibawah endapan alluvial secara berturut ditembus lapisan formasi Lidah, Kawengan
(anggota Ledok dan Mundu), Wonocolo, Ngrayong, Tuban, Kujung, dan Ngimbang.
Batuan induk terdapat pada formasi ngimbang yang berumur eosen tengah - oligosen
bawah.
Reservoir minyak terdapat pada formasi kujung (oligosen atas) sampai formasi
tuban yang berumur miosen bawah. Pada formasi ini berkembang sebagai batuan klastik
selang - seling antara batuan lempung, gamping dan pasir gampingan. Dibagian
bawahnya terdapat batuan karbonat masif yang merupakan batu gamping terumbu.
Sebagai penutup (cap rock) adalah formasi Tuban dan formasi Ngrayong yang berumur
miosen tengah. Batuan karbonat Tuban umumnya terdiri mudstone, wackstone,
packstone, grainstone dan boundstone dengan fosil koral, alga, dan foraminifera.
Porositas batuan reservoir tergolong cukup sampai baik dengan permeabilitas antara 129
md sampai 699 md.

1.3.4 Stratigrafi Lapangan

Stratigrafi Lapangan ini termasuk kedalam stratigrafi regional cekungan Jawa


Timur Utara. Gambaran Stratigrafi Lapangan secara regional dapat dilihat pada Gambar
Peta Wilayah Kerja Tuban Block Garis besar stratigrafi didasarkan urutan yang berumur
tua ke muda adalah sebagai berikut:

a. Formasi Ngimbang
Dari penampang stratigrafi, secara umum Formasi Ngimbang dibagi menjadi

tiga kelompok litologi. Kelompok pertama adalah kelompok klastik yang terdiri dari
batu pasir bawah, lapisan batu bara bawah, batu pasir atas, dan perselingan batu bara
atas dengan serpih. Kelompok terakhir adalah batu gamping (karbonat).

b. Formasi Kujung
Tersusun oleh serpih dengan sisipan lempung dan secara setempat berupabatu
gamping baik klastik maupun terumbu. Diendapkan pada lingkungan lautdalam sampai
dangkal pada kala Oligosen akhir sampai Miosen awal.

c. Formasi Tuban
Formasi Tuban Limestone disusun oleh litologi yang terdiri dari
batugamping dengan endapan batu lempung. Lokasi terletak di Desa Drajat, Paciran,
Tuban, Jawa Timur. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah Paparan Dangkal
dengan ketebalan 50-150 m. Formasi ini merupakan tempat terakumulasinya minyak
pada X dan “Y” pada lapangan “Y”.

d. Formasi Ngrayong
Formasi Ngrayong disusun oleh batu pasir kuarsa dengan selingan batu
lempung, batu pasir dan batu gamping. Tebal formasi ini mencapai 90 meter.

e. Formasi Wonocolo
Formasi Wonocolo diendapkan selaras diatas formasi Ngrayong. Batuanpenyusun
formasi Wonocolo terdiri atas perulangan napal pasiran dan napal dengan sisipan
kalkarenit atau lempung, kaya akan kandungan foraminifera planktonik. Lingkungan
pengendapan formasi ini adalah neritik dalam hingga batial tengah pada Miosen
Tengah-Miosen Atas. Pada bagian bawahnya dijumpai sisipan batu gamping pasiran dan
batu pasir gampingan dengan ketebalan bervariasi antara 5-20 meter.

f. Formasi Ledok
Formasi Ledok secara umum tersusun oleh batu pasir glaukonit dengan
sisipan kalkarenit yang berlapis bagus serta batu lempung yang berumur Miosen akhir.
Ketebalan formasi Ledok mencapai 230 meter.

g. Formasi Mundu
Formasi ini tersusun oleh napal masiv berwarna putih abu-abu, kaya
akanforaminifera planktonik. Secara stratergis terletak tidak selaras diatas fromasi
Ledok, penyebarannya luas, dengan ketebalan 200 -300 meter di daerah antiklin sekitar
Cepu, ke arah selatan menebal menjadi 700 meter. Formasi ini terbentuk antara Miosen
Akhir hingga Pliosen pada lingkungan laut dalam (Batial)

h. Formasi Selorejo
Formasi Selorejo ini tersusun oleh batu gamping yang kaya
akanforaminifera planktonik dan mineral glaukonit. Penyebaran formasi Selorejo ini
meliputi daerah sekitar Blora, sebelah utara Cepu (Desa Gadu) dan di selatan Pati.
Kondisi Reservoir

Lapisan produktif yang ada di lapangan adalah reservoir yang terdapat pada
interval lapisan 8200’-8900’ TVD dan dengan harga porositas (ϕ) 15.5%, permeabilitas
23 mD dan saturasi air initial (S wi) 28.9%. Reservoir menghasilkan minyak dengan
viskositas minyak (µo) 0.67 cp, gas dengan specific gravity gas

(SGg) 0.96 dan faktor kompresibilitas (z) 0.958, dimana kandungan impurities
H2S. Tekanan reservoir initial adalah 3715 psia dan temperatur initial 282 oF. Dari
perhitungan secara volumetris besarnya Original Oil In Place lapangan sebesar

Lapangan Sukowati terdapat banyak sumur sehingga sumur-sumur tersebut


dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sumur atau disebut pad. Dalam setiap pad
tersebut terdapat peralatan yang digunakan untuk melakukan uji produksi sumur setiap
harinya.

Uji produksi sumur harus rutin dilakukan karena dari uji produksi sumur ini
bisa diketahui laju produksi sumur tersebut dan dapat diketahui juga kondisi sumur
apakah sumur tersebut dalam kondisi normal atau terdapat masalah pada sumur
tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Peralatan di Lapangan


Central Processing Area (CPA) Sukowati Field memiliki beberapa peralatan untuk
mendukung proses operasi seperti:
1. Perpipaan
Pipa berfungsi untuk media aliran fluida dari suatu tempat ke tempat
lain.Perpipaan yang terdapat di CPA (Central Processing Area) Sukowati Field
mempunyai fungsi untuk proses pengaliran yang berbeda-beda. Perbedaan isi
atau produk yang mengalir di dalam pipa dapat dilihat berdasarkan kode standar
pewarnaan instalasi pipa Pertamina yang diberikan pada perpipaan tersebut.

Warna pada sistem perpipaan juga berbeda-beda berdasarkan kode standar


pewarnaan instalasi pipa Pertamina antara lain:
- Kuning : Gas
- Hijau : Minyak
- Biru : Air
- Putih : Udara Instrument
- Merah : Hydrant
2. Vessel
Vessel adalah bejana bertekanan berbentuk silinder yang berfungsi untuk
menampung minyak, gas, atau air.

Salah satu vessel yang tersedia di Pertamina Asset 4 Sukowati Field


adalah Separator. Separator yang digunakan adalah Three Phase Separator
dimana di dalamnya terjadi pemisahan 3 fluida yang berbeda yaitu minyak (oil),
gas, & air (water).
Separator adalah sebuah bejana yang digunakan memisahkan fluida produksi
menjadi minyak , air dan gas. Namun separator disini sudah didesain sebagai
FWKO (free water knock out) karena jumlah yang air terproduksi disini
mencapai kurang lebih 95%. Jumlah separator ada 3 unit , 1 unit mampu
memproses fluida sebesar 100.000 BFPD, 1 unit mampu memproses fluida
40.000 BPD dan 1 unit 30.000 BFPD. Separator merupakan alat berbentuk
tabung serta memiliki tekanan yang berfungsi untuk memisahkan antara tiga
jenis zat yang tergantung pada densitas atau massa jenisnya, yaitu minyak, gas,
dan air.

3. Heat Exchanger
Heat exchanger berfungsi sebagai alat penukar panas antara 2 jenis fluida.

HE-4000 pada gambar diatas berfungsi adalah untuk menaikkan suhu minyak
selain itu untuk menurunkan suhu air yang keluar dari FWKO sampai di bawah
titik didih, sehingga air yang tertampung di tanki air tidak menimbulkan steam,
yang mana apabila banyak steam yang keluar dari tanki akan mengakibatkan api
di flare sering mati.

4. Control Valve & Alat Instrumentasi Pendukung


Control valve berfungsi sebagai alat pengontrol aliran fluida dengan katup
otomatis yang digerakkan dengan mengubah sinyal listrik menjadi gerakan
pneumatic.
Gambar diatas menunjukkan salah satu control valve aliran minyak yang
memiliki patokan setting berupa flow meter Coriolis.

5. Kolom Stripper
Kolom stripper adalah alat berbentuk kolom yang berfungsi untuk memisahkan
fraksi minyak bumi yang terdiri dari dua atau lebih jenis fraksi. Proses
pemisahan dilakukan dengan prinsip perbedaan titik didih antara jenis fraksi
yang berada dalam satu campuran yang di sebut dengan stripping.

6. Pompa
Pompa berfungsi untuk mengalirkan suatu zat cair dari suatu tempat ke tempat
lain dengan cara menaikkan tekanan zat cair tersebut. Pompa digerakkan oleh
motor listrik atau steam turbin.
Terdapat pompa pengirim di lapangan Sukowati yang berfungsi mengirimkan
minyak dari CPA MUDI ke kapal pengangkut (Tanker) yang berada di tengah
laut, kira–kira 22 km dari pantai Palang Tuban. Terdapat tiga buah pompa
pengirim jenis sentrifugal multistage dengan kapasitas masing-masing 16.000
BOPD, dua buah digerakkan oleh motor dan satu buah digerakkan oleh diesel
engine.

7. Kompressor
Kompressor berfungsi untuk mengalirkan gas dari suatu tempat ke tempat lain
dengan cara memampatkan dan menaikkan terkanan gas tersebut.

Terdapat dua unit gas compressor dengan penggerak gas engine yang
berfungsi untuk menaikan tekanan gas. Satu kompressor sebagai sweet gas
compressor untuk mensuplai gas ke turbine dan satunya sebagai sour gas
compressor untuk menaikkan tekanan gas keluaran stripper untuk disuplai ke
SRU. Dengan merubah suction dan discharge, sour gas compressor dapat
difungsikan sebagai sweet gas compressor apabila pada sweet gas compressor
timbul masalah atau dalam perbaikan sehingga suplai gas ke turbin tidak
terputus.
Terdapat tiga unit kompressor udara berpenggerak motor yang bekerja
secara bergantian dan otomatis yang berfungsi mensuplai kebutuhan udara
bertekanan untuk peralatan instrumentasi. Unit ini dilengkapi dengan pengering
udara (air dryer) untuk mencegah masalah pada alat instrumentasi akibat
kondensasi udara.

8. Nitrogen Plant
Nitrogen plant adalah unit yang menghasilkan nitrogen yang digunakan untuk
purging, inert gas, dan blanketing.

9. Flare Stack
Flare Stack adalah menara atau cerobong terakhir dari suatu proses pengolahan
minyak pada sektor upstream dimana semua gas yang telah dipisahkan dari
minyak akan dialirkan ke flare stack tersebut untuk dibakar
10. Tanki
Tanki berfungsi untuk menyimpan feed, produk intermediate (setengah jadi)
dan produk minyak atau gas. Secara umum, tangki merupakan alat yang
berfungsi untuk menyimpan atau menampung feed, produk minyak atau gas,
serta produk yang masih setengah jadi (intermediet product). Pada tangki Crude
Oil digunakan untuk menampung minyak mentah atau crude oil.

11. Absorber
Absorber adalah alat yang digunakan untuk proses absorbsi, yaitu proses
penyerapan fluida gas oleh seluruh bagian zat cair sebagai absorben. Pada
Pertamina Asset 4 Sukowati field, absorber digunakan untuk memisahkan H₂S
dan membentuknya menjadi sulfur cake (padatan). Absorber digunakan untuk
proses ionisasi dari gas yang dialirkan dari coalescing filter dengan cara
mensirkulasikan larutan kimia dengan metoda countercurrent (aliran terbalik)
antara gas dengan larutan tersebut.

12. Scrubber
Scrubber dapat di definisikan sebagai alat pemisahan suatu partikel solid (debu)
yang ada di gas atau udara dengan menggunakan cairan sebagai alat bantu.

13. Unit Pembangkit Tenaga Listrik


Terdapat empat unit turbine generator dual fuel dengan kapasitas masing-masing
750 KW, empat unit gas engine generator dengan kapasitas masing-masing 1200
KW , satu unit diesel generator dengan kapasitas 1250 KW, dan satu unit turbine
generator dual fueldengan kapasitas 2,5 MW.Pembangkit listrik yang digunakan
dalam Centra Processing Area (CPA) Sukowati Field menggunakan empat (4)
buah turbin gas dengan bahan bakar fuel gas dari produksi CPA Sukowati itu
sendiri.
II.2 Proses Produksi di Lapangan

CPA Sukowati dapat mengolah minyak bumi yang berasal dari 5


sumur minyak yaitu Mudi Pad A, B, & C serta Sukowati Pad A & B. Crude
Oil dari Mudi maupun Sukowati merupakan jenis crude oil Sour Crude
karena kandungan H₂S-nya masih sangat tinggi yaitu 1,5 – 2 % (15.000 –
20.000 ppm). Sehingga harus diolah (treating) untuk menurunkan
kandungan H₂S-nya, karena kandungan H₂S yang diperbolehkan
terkandung dalam crude oil adalah dibawah 10 ppm.
Crude Oil dari Mudi Pad akan dialirkan menuju Separator PV-9700,
sedangkan crude oil dari Sukowati Pad akan dialirkan menuju separator V-
100 & PV-9900. Pada ketiga separator tersebut, akan terjadi pemisahan 3
fluida yaitu gas, minyak, dan air. Proses pemisahan pada CPA dibagi
menjadi 3 bagian besar, yaitu Oil Process (Proses Minyak), Gas Process
(Proses Gas), dan Water Process (Proses Air).
Pada Oil Process (Proses Minyak), minyak yang diolah pada CPA
(Central Processing Area) Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field sebesar
9MBSD (Mega Barrel Per Day). Minyak outlet separator akan dialirkan
menuju kolom stripper yang berjumlah 3 dengan nama kolom PV-3300,
PV-3900, & PV-9500. Pada kolom stripper, minyak akan masuk melalui top
kolom, sedangkan lean/sweet gas sebagai stripper akan masuk melalui
bottom kolom. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kontak yang sempurna
antara minyak dan lean gas, sehingga H₂S yang terkandung dalam minyak,
dapat terikat oleh lean gas secara efektif. Kandungan H₂S pada minyak
outlet kolom stripper akan turun drastis menjadi sekitar 50 – 100 ppm,
sedangkan lean gas akan berubah menjadi sour gas karena kandungan H₂S-
nya yang tinggi dan akan dikembalikan lagi menuju unit SRU (Sulfur
Recovery Unit) untuk dijadikan sweet gas kembali. Kemudian minyak akan
dialirkan melewati Coriolis flow meter yaitu alat pengukur aliran minyak
yang sudah terlisensi Internasional menuju Gas Boot yang berjumlah 3
buah dengan kode peralatan PV-4501A, PV-900, dan PV-960. Pada Gas
Boot, minyak akan mengalami proses Degassing (Pengurangan Gas) yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan minyak dengan memisahkannya
terhadap fraksi gas. Pengurangan tekanan minyak dilakukan untuk
menghindari over pressure yang dapat menyebabkan ledakan pada tanki
crude closed system. Minyak outlet Gas Boot akan ditampung pada tanki
crude yang berjumlah 4 buah yaitu TK-8001A/B, & TK-8003A/B. Minyak
pada tanki masih memiliki kandungan H2S yang cukup tinggi dan harus
dikurangi menggunakan bantuan chemical berupa H₂S Scavenger
(Triazine) sehingga kandungan H₂S pada minyak turun menjadi kurang
dari 10 ppm dan memenuhi syarat untuk dijual. Kemudian minyak dalam
tanki dipompakan menggunakan booster pump PP-500A/B/C/D, PP-
600A/B, PP-8201A/B. Booster pump digunakan untuk menaikkan NPSHA
(Net Positive Suction Head Available) karena NPSHR (Net Positive
Suction Head Required) shipping pump lebih tinggi daripada NPSHA yang
tersedia dari tanki sehingga dapat menyebabkan pompa kavitasi dan tidak
dapat mengalirkan minyak. Sebelum dialirkan menuju Shipping Pump,
minyak dipanaskan terlebih dahulu melalui HE-4000 dengan menggunakan
panas dari air outlet separator. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko
aliran minyak terhambat dalam pipa karena temperature yang terlalu rendah
pada proses shipping (pengapalan). Setelah itu, minyak dipompakan
menggunakan shipping pump PP-8300A/B & PP-8400A/B menuju FSO
(Floating Storage Offloading) yang terletak di Laut Jawa sebelah utara
Kabupaten Tuban dengan panjang pipa onshore (darat) 36km dan pipa
offshore (laut) 22km.

Pada Water Process (Proses Air), air outlet separator akan dialirkan menuju
HE-4000 untuk dimanfaatkan sebagai pemanas minyak. Selain itu, HE-
4000 berfungsi untuk menurunkan tekanan air karena temperaturnya turun.
Kemudian air dialirkan menuju Gas Boot PV-580 untuk meenghilangkan
kandungan gas (Degassing) dan menurunkan tekanan air. Tekanan air
dikontrol persis seperti tekanan minyak untuk mencegah over pressure pada
tanki. Air ditampung pada tanki TK-8002A/B. Kemudian air diinjeksikan
kembali menuju Water Injected Well karena air hasil separasi crude oil
mengandung H₂S dan impurities lain yang berbahaya apabila diibuang ke
lingkungan sekitar. Air buangan ini juga dapat berfungsi untuk
meningkatkan tekanan sumur minyak sehingga produksi Crude Oil pada
sumur – sumur minyak mengalami kenaikan. Air yang diolah pada CPA
(Central Processing Area) Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field sebesar
52MBSD.

Ada 3 proses utama di CPA yaitu:


1. Proses Pemisahan (Separation)
2. Proses Pemompaan (Shipping)
3. Proses Sweetening Gas.

1.Proses Pemisahan (Separation)


Proses ini berawal dari Liquid (air, minyak & gas) dari manifold
dialirkan diseparator untuk dipisahkan.
a. Minyak dari separator dialirkan ke alat berikutnya yaitu Striper untuk
diturunkan kandungan H2s yang masih terikut di minyak, targetnya
adalah dibawah 100 PPM dengan bantuan diinjeksikan sweet gas
kedalam Striper untuk dikontakkan dengan minyak yang ada didalam
striper tersebut, harapannya bisa mengikat gas H2s yang masih terikut
diminyak. Selanjutnya dari striper diteruskan ke alat berikutnya yaitu
Gas Boot. Fungsinya adalah untuk mengurangi tekanan sebelum masuk
ke Tangki. Dimana gas yang masih terikut diminyak akan dipisahkan
diGas boot dan dialirkan atau dibakar di LP (low presure)
flare.Selanjutnya minyak dialirkan ke Tangki. Disini adalah ending dari
proses pemisahan. Yang perlu diperhatikan diTangki ini harus kondisi
positif pressure (untuk menghindari oksigen masuk didalam tangki)
karena didalam tangki sudah ada BAHAN BAKAR (minyak mentah)
dan PANAS jadi harus kita hindari untuk OKSIGEN ada didalam tangki.
Mengacu dari syarat benda terbakar adalah terjadinya SEGI TIGA API
yaitu bahan bakar, panas dan oksigen.
b. Air dari separator (air formasi) akan melewati Heat Excanger untuk
difungsikan sebagai pemanas minyak saat proses pemompaan setelah ltu
dilanjutkan masuk Gas boot untuk dikurangi tekanannya sebelum masuk
ditangki penampungan.
c. Gas dari separator akan dialirkan sebagian ke pendingin gas agar terjadi
kondensasi dan selanjutnya masuk di scruber untuk diambil
kondensatnya kemudian masuk filter coalesing untuk disaring
kotorannya sebelum masuk ke Absorber untuk dikontakkan dengan
cairan solution (cairan kimia) dan keluaran dari Absorber sudah menjadi
Sweet Gas.

2. Proses Pemompaan (Shiping)


a. Proses pemompaan minyak:
Proses ini adalah kelanjutan dari proses pemisahan yang mana ending
pemisahan adalah ditangki. Jadi setelah dari tangki akan dihisap atau
dialirkan kepompa booster selanjutnya akan dialirkan ke Heat Excanger
untuk dipanaskan sebelum menjadi suction pompa besar dan dipompa
langsung menuju Tangker lepas pantai. Di proses pemompaan ini ada
tambahan chemical untuk menurunkan H2s yang terkandung diminyak
dibawah 10 PPM dikarenakan diarea tangker nanti akan ada proses
loading unloading minyak.
b. Proses pemompaan Air.
Dari tangki air akan dihisap oleh pompa booster untuk menjadi suction
pompa besar dan selanjutnya langsung dipompakan kedalam sumur lagi
(diinjeksikan / dikembalikan ke recervoir lagi)

3. Proses Sweetening Gas


Proses dimana untuk menurunkan kandungan H2s yang terkandung
digas menjadi dibawah 10 PPM dari 1.6 %
Sebagian gas dari separator sekitar 4- 5 MMCFD. Hasil dari gas sweet
(kandungan H2s dibawah 10 PPM) ini difungsikan sebagai:
a. Blanket system
b. Kebutuhan Striper
c. Pilot Flare
d. Penggerak Turbine

Pada Gas Process (Proses Gas), gas outlet separator yang masih
berupa Sour Gas akan dialirkan menuju cooler berupa Air Fan Cooler
berjumlah 4 buah yaitu PBC-01, PBC-02, AC-3010, & AC-3050. Apabila
pada separator terjadi kenaikan tekanan yang signifikan karena produksi
gas yang berlebih, maka gas outlet separator dapat dialirkan langsung
menuju KO Drum V-700, dan Seal Drum V-4000 & V-400 sebelum
kemudian dibakar pada HP (High Pressure Flare). Sour Gas outlet Cooler
Fan kemudian dialirkan menuju 2 buah Scrubber PV-3500 & PV-3700
supaya gas dapat terpisah dari kotoran debu dan condensate minyak,
sehingga condensate dapat ditampung dalam tanki TK-8006 untuk dijual
dan meningkatkan margin. Sour gas yang sudah bersih dari debu dan
condensate minyak, dibagi menjadi dua. Sour gas sejumlah 8 MMSCFD
langsung dijual dan dialirkan menuju PT Gasuma, sedangkan sisa sour gas
4 MMSCFD akan detreating lagi pada unit SRU (Sulfur Recovery Unit)
untuk memisahkan antara gas dengan sulfur sehingga menghasilkan Sweet
Gas dengan kandungan H2S rendah sebesar 2 ppm dan Sulfur Cake
(padatan sulfur). Sweet Gas produk SRU dapat digunakan sebagai blanket
system pada tanki closed system untuk mencegah terjadinya kekurangan
tekanan dalam tanki karena dapat mengakibatkan tanki kempot. Selain itu,
juga dapat digunakan sebagai media stripper pada kolom stripper dan
media bahan bakar penggerak turbin Power Supply Generator (Pembangkit
Listrik CPA). Gas – gas sisa (excess gas) keluaran Gas Boot akan dialirkan
menuju LP (Low Pressure) Flare untuk dibakar.

II.3 Analisis Proses di SRU (Sulfur Recovery Unit)

Pada kunjungan di PT Pertamina EP Asset 4 Sukowati memiliki 2 jenis


SRU ( Sulfur Recovery Unit ) yakni
1. Sulfur Field Gas
Sulfur Field Gas menghasilkan solar, di proses pada PP 9650
2. Sulfur Sweet Gas
Sulfur Field Gas fungsinya sebagai Bahan Bakar dan Generator, diproses pada
PP 9600
Pada dasarnya pembuatan SRU ini di desain untuk memurnikan gas
alam hasil pemisahan dari separator untuk digunakan sebagai feed gas untuk
pengikatan H2S pada crude oil di stripper. Namun, hasil gas yang lebih banyak
dari perkiraan digunakan sebagai feed gas untuk gas turbine yang berguna
untuk power plant pada Central Processing Area, sebagian gas dijual dan
sebagian lagi di bakar di flare.

SRU merupakan unit yang berfungsi sebagai pengolah sour


gas menjadi sweet gas dengan cara menghilangkan kandungan H2S
dari gas dan diubah menjadi sulfur padat. Feed SRU merupakan sour
gas yang telah melalui scrubber PV-3500 untuk dipisahkan cairan
yang terikut dalam gas. Rata-rata inlet sour gas pada SRU sebesar 5,9
MSCFD. Sour gas masuk ke dalam coalescing filter PV- 1100. Pada
coalescing filter gas difilter agar sebisa mungkin hidrocarbon cair
tidak bisa terikut dalam gas karena terikutnya hidrokarbon cair ke
dalam absorber akan menimbulkan foaming-floating pada larutan
yang ada di absorber PV-1110
Sour gas masuk ke dalam absorber melalui sparger yang bertujuan untuk memperluas
permukaan kontak. Gas masuk lewat bagian bawah vessel dan larutan masuk lewat
bagian atas vessel. Di dalam absorber akan terjadi kontak antara larutan dan gas. Gas
masuk absorber pada tekanan 60 psig dan flow rate 7639 scfm. Level liquid dijaga
setinggi 23’. Sehingga terjadi proses absorpsi sehingga kandungan H2S yang keluar
dari absorber kurang dari 10 ppm.

Di dalam absorber H2S akan dirubah menjadi S0, terjadi reaksi reduksi

sehingga Fe3+ menjadi Fe2+ . .Sementara larutan yang telah mengikat S0 akan di

alirkan menuju oxidizer TK-1130. Didalam oxidizer terjadi proses oksidasi Fe2+

kembali menjadi Fe3+ yang nantinya digunakan kembali di dalam absorber.

Sebagian larutan yang mengandung sulfur yang berbentuk bubur akan dipompa
PP-1160 dan disaring dengan filter press unit untuk dipisahkan antara sulfur padat
dengan larutan. Sulfur padat akan ditampung di bag sementara larutan akan dialirkan
kembali ke dalam oxidizer. Sementara sebagian larutan akan dipompa recirculation
pump PP-1150 kembali ke absorber. Untuk penjelasan lebih lanjut flow diagram SRU
dapat dilihat pada gambar 3.1.
Proses Sulfur Recovery Unit dengan larutan katalis (solution catalyst) ini
dikembangkan dari reaksi Claus yang telah dimodifikasi dan diselesaikan
dengan menambahkan sejumlah oksigen ke dalam suatu cairan untuk
mengoksidasi gas Hidrogen Sulfida (H2S) menjadi sulfur padat.

Dimana proses ini merupakan suatu proses isothermal , reaksi Claus sebagai
berikut:

H2S + ½ O2 H2O + S0

Reaksi ini diselesaikan di dalam suatu cairan penyerap dengan

menggunakan ion besi (Fe+++) yang dapat larut di dalam air dan dapat
teroksidasi oleh oksigen dalam proses aliran gas, dimana ion ini dapat
memindahkan muatan- muatan negatif (electron) dari sebuah ion sulfida
menjadi sulfur padat.

Reaksi-reaksi dasar dari proses Sulfur Recovery Unit dapat


dikelompokkan menjadi dua tahapan reaksi sesuai dengan fungsi peralatan di
dalamnya, yaitu reaksi penyerapan (absorption) dan reaksi pembentukan
kembali (regeneration)

II.1.1 Reaksi Penyerapan (Absorption)2:7)

Reaksi penyerapan adalah reaksi kimia yang terjadi di dalam Absorber,


yaitu proses penyerapan H2S dalam bentuk gas yang mengalami ionisasi dan

kemudian dioksidasi oleh ion – ion Besi (Fe+++) yang merupakan cairan katalis
menjadi sulfur padat.

H2S (gas) + 2Fe+++ 2H+ + S0 + 2Fe++


II.1.2 Reaksi Pembentukan Kembali (Regeneration)

Reaksi pembentukan kembali (regenerasi) adalah reaksi yang terjadi di

oxidizer yaitu reaksi pembentukan kembali ion besi (Fe+++) dari ion besi (Fe+
+) sisa hasil reaksi absorpsi.

½ O2 + H2O + 2Fe++ 2OH- + 2Fe+++

Penambahan persamaan-persamaan absorption dan regeneration akan


menghasilkan modifikasi dari reaksi Claus seperti di atas. Dimana reaksi Claus
ini adalah proses reaksi dengan temperatur konstan dan tekanan yang
bervariasi.

Dalam reaksi keseluruhan, ion-ion besi berfungsi untuk memindahkan


elektron-elektron dari bagian reaksi penyerapan tersebut ke bagian
pembentukan kembali, dan merupakan hal penting untuk menyediakan
sedikitnya dua atom besi per atom sulfur yang dihasilkan. Dalam hal ini, ion-
ion besi adalah reagent. Tetapi ion-ion tersebut tidak terkonsumsi dalam reaksi
keseluruhan dan bertindak sebagai katalis untuk reaksi H2O dan oksigen (O2).
Karena fungsi ganda ini, ion kompleks besi disebut reagen katalis.

II.1.3 Peralatan Penyusun SRU

Lapangan produksi migas yang fluida produksinya mengandung unsur


H2S perlu diperhatikan karena H2S merupakan gas yang berbahaya terhadap
mahluk hidup dan sangat korosif pada sistem perpipaan, sehingga H 2S harus
dipisahkan terlebih dahulu dari fluida reservoir yang diproduksikan untuk
selanjutnya diproses sehingga dapat digunakan. Fluida produksi dialirkan ke
Processing Unit
selanjutnya fluida tersebut dipisahkan menggunakan three phase
separator, masing-masing fasa dialirkan ke sistem pengolahan untuk
diproses lebih baik.

Proses pengolahan gas yang berkadar H2S tinggi yang disebut


sour gas menjadi gas dengan kadar H2S rendah 0 -10 ppm yang
disebut sweet gas dapat menggunakan Sulfur Recovery Unit (SRU).
Untuk proses pemurnian gas tersebut menggunakan bejana berisi
cairan untuk menghilangkan H2S dengan tekanan operasi. Sebuah
oxidizer sirkulasi dipasang untuk menghasilkan kembali unsur besi
dalam larutan katalis. Unit ini di desain untuk memproses gas dengan
kadar H2S yang tinggi dan untuk menghasilkan unsur sulfur.

Sistem pada oksidizer adalah suatu proses oksidasi cairan yang


dapat menghilangkan H2S dari aliran gas dengan mengubahnya
menjadi unsur sulfur. Sulfur Recovery Unit (SRU) terdiri dari beberapa
peralatan, secara skema dapat digambarkan sebagai berikut, lihat
gambar 3.2
Fungsi Sulfur Recovery Unit (SRU) adalah:

1. Untuk menangkap unsur S dalam gas H 2S dengan kadar


sebanyak 2% (20.000 ppm) menjadi <10 ppm.
2. Menghilangkan unsur sulfur dari fluida produksi.
3. Menghasilkan sweet gas yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar pada peralatan pembangkit tenaga listrik. Dengan
beroperasinya Sulfur Recovery Unit (SRU) dapat mengurangi
penggunaan minyak diesel yang diganti dengan menggunakan
sweet gas.
4. Menghasilkan sweet gas yang dapat digunakan dalam unit
pemurnian minyak. Dimana dengan beroperasinya Sulfur
Recovery Unit (SRU) akan mengurangi penggunaan bahan
kimia dalam unit pemurnian minyak hingga 50%.

II.1.4 CoalescingFilte

Sour gas dari scrubber diteruskan ke coalescing filter untuk


menyaring cairan (kondensat) yang masih terikut dalam gas atau
mengeringkan gas sehingga bebas dari liquid dan material solid. . Fuel
gas disaring dengan menggunakan 2 buah filter berbentuk tabung yang
memiliki ukuran filter sebesar 100 mikron. Karena hydrocarbon yang
terikut masuk ke absorber bisa menyebabkan sulfur settling dan
foaming larutan. Terdapat pressure gauge untuk mengetahui tekanan
yang ada pada coalescer. Terdapat pula pressure safety valve untuk
menjaga peralatan dari tekanan yang berlebihan. Apabila ada tekanan
yang berlebihan pressure safety valve akan terbuka dan gas yang
berlebihan akan dibuang pada HP
flare. Blowdown valve juga ada untuk mengurangi tekanan pada peralatan
jika terjadi emergency shutdown.

II.3.1 Absorber

Absorber digunakan untuk proses ionisasi dari gas yang dialirkan dari
coalescing filter dengan cara mensirkulasikan larutan kimia dengan metoda
countercurrent (aliran terbalik) antara gas dengan larutan tersebut.

Dimana gas masuk kedalam bejana Absorber dari bawah melalui


sparger (suatu pipa dengan diameter tertentu yang berlubang-lubang)
sedangkan larutan kimia dimasukkan dari atas.

Gas H2S yang masuk kedalam Absorber dikontakkan dengan larutan


kimia dengan arah yang berlawanan, hal ini bertujuan untuk memperpanjang
waktu berlangsungnya reaksi sehingga reaksi dapat berjalan sempurna. Gas
H2S direaksikan didalam Absorber dimaksudkan untuk mengurangi komponen
ikuta
(impuritis) yang ada didalam gas (yaitu, CO2, N2, dan H2S), namun yang
paling besar dan berbahaya adalah H2S sehingga yang diutamakan adalah
penanganan terhadap gas H2S

Didalam Absorber terjadi reaksi oksidasi S2- menjadi S0(padat) karena


terjadi transfer elektron Fe yang dimanfaatkan untuk mengubah H2S gas
menjadi sulfur, namun didalam Absorber belum semua H2S dapat diubah
menjadi sulfur. Dengan kata lain Absorber ini dapat menurunkan kadar H2S
dari 1.4%-1.7% (14.000- 17.000ppm) menjadi 2.6 ppm, sehingga unit ini
memiliki effisiensi 99,97%.
3.3.1 Oxidizer

Untuk mengubah H2S menjadi unsur sulfur, digunakan proses


oksidasi H2S dengan memakai katalis chelate besi (konsentrasi 600
ppm), prinsip dasar yang digunakan pada sistem ini adalah reaksi
kimia sebagai berikut :

H2S + ½ O2 H2O + S0

Sistem tersebut memilih menggunakan ion besi (Fe) sebagai


katalis dalam proses reaksi ini, karena Fe itu sendiri murah dan tidak
beracun.

Setelah bereaksi dengan H2S, ion-ion besi Fe+++ berubah


menjadi Fe++ kemudian larutan kimia mengalir ke Oxidizer untuk

meregenerasi ion besi Fe++menjadi Fe+++. Oxidizer terbagi dalam 5


chamber yaitu reaction chamber (R), chamber 1,2,3 dan degassing
chamber (D). Larutan kimia yang telah bereaksi dengan gas H2S dari
Absorber dialirkan menuju Oxidizer masuk ke Reaction chamber
(Ruang R) yang berfungsi mengubah H2S yang tidak terpisahkan di
Absorber menjadi sulfur dan sebagian dilewatkan (bypass) langsung

menuju chamber 1 bertujuan untuk regenerasi Fe2+ menjadi Fe3+.

Dari chamber 1, cairan dialirkan ke chamber 2, chamber 3


kemudian degassing chamber selanjutnya dipompakan kembali ke
Absorber. Sirkulasi bagian dalam ini dapat dipengaruhi dengan adanya
perbedaan permukaan cairan dalam pengoksidasi. Ketinggian level

didalam Oxidizer perlu di jaga agar regenerasi Fe++ menjadi Fe+++


lebih sempurna
Oxidizer Air Blower menyemprotkan udara yang diambil dari
kompresor udara ke dalam Oxidizer, yaitu pada chamber 1, 2, dan 3.
Pada chamber tersebut terjadi reaksi oksidasi antara ion besi dalam
larutan kimia dengan O2 dari Air blower, reaksi dasar yang digunakan
dibagi menjadi dua langkah yaitu penyerapan dan regenerasi.

Regenerasi:

Penyerapan oksigen (O2)

½O2 (gas) + H2O ½O2 (aq) + H2O

Regenerasi dari ferrousIons (Fe2+)

½O2(aq) + H2O + 2Fe++ 2OH- + 2Fe+++

Secara keseluruhan reaksi dari regenerasi (regeneration reaction):

½O2(gas) + H2O + 2Fe++ 2OH- + 2Fe+++

Dalam reaksi secara keseluruhan, ion-ion besi berfungsi untuk


memindahkan elektron-elektron dari bagian penyerapan ke bagian
pembentukan kembali, dan merupakan hal penting untuk menyediakan
sedikitnya 2 atom besi per atom sulfur yang dihasilkan. Dalam hal ini
ion-ion besi adalah reagent. Tetapi ion-ion tersebut tidak terkonsumsi
dalam reaksi keseluruhan dan hanya bertindak sebagai katalis untuk
reaksi H2O dan O2. Karena fungsi ganda ini ion kompleks besi
disebut sebagai reagent katalis. Ion-ion besi tidak bersifat stabil dalam
larutan-larutan encer dan akan mengendap sebagai Ferrous Sulfida
(FeS) sehingga diperluk
chelating untuk mempertahankan besi dalam larutan yang bersifat
basa (pH 8-8,5) dan pH yang rendah akan mengurangi penyerapan
H2S. Suhu pada oxidizer dijaga karena pada reaksi kimia oxidizer
membutuhkan panas untuk melakukan reaksinya. Suhu panas
dihasilkan oleh heater yang ada di dalam oxidizer. Suhu di oxidizer

dijaga pada suhu 128oF.

Sulfur padat yang terbentuk di Oxidizer dalam bentuk suspensi


perlu untuk diambil (disaring) setelah mencapai konsentrasi yang
cukup (0,5% weight sulfur), karena jika dibiarkan kandungan sulfur
dalam jumlah besar akan membuat proses absorbsi H2S tidak optimal.
Suspensi sulfur yang terbentuk di Oxidizer dipompakan dengan filter
feed pump masuk kedalam sulfur filter, dimana suspensi sulfur
dipisahkan dan diperoleh sulfur cake.

Sistem yang digunakan dalam Absorber dan Oxidizer adalah


sistem tertutup, meski demikian tetap dibutuhkan penambahan bahan
kimia kedalam sistem karena beberapa alasan diantaranya :

(1) Ada bahan kimia terikut pada sulfur (Fe, chelate)


(2) Ada katalis yang rusak karena adanya reaksi samping FeS,
Fe(OH)3
Semua faktor tersebut dapat mengurangi kadar larutan kimia yang
ada didalam Absorber maupun Oxidizer, sehingga dibutuhkan
penambahan jumlah zat kimia. Penambahan semua jenis zat kimia

dilakukan melalui chamber 3, karena diharapkan Fe2+ yang telah

diregenerasi pada chamber 1, 2 dan telah mendekati sempurna (Fe3+)


menjadi lebih baik lagi sehingga dapat digunakan kembali sebagai
katalis yang akan dialirkan kedalam Absorber.
3.3.2 Air Blower
Blower udara ini mempunyai kapasitas udara 2254 MSCF tiap
blower dengan tekanan pada 7 psig. Udara yang dihasilkan adalah

untuk membantu proses pembentukan ion besi Fe +++ (regenerasi)


yang terjadi di tanki pengoksidasi (oxidizer)

3.3.3 Filter Press

Alat ini berfungsi menyaring sulfur. Filter press ini didesain


untuk memisahkan padatan-padatan yang sangat kecil dari fasa cair
dan mencucinya secara efisien sebelum membentuk sulfur cake.
Filter press ini memiliki 4 tahapan, yaitu :

1) Pengisian solution dari oxidizer melalui pompa PV-1160 (slury feed)


2) Memisahkan solution dari sulfur (dewatering)
3) Pengeringan sulfur (air blow)
4) Dicuci kembali memakai air RO agar zat-zat kimia yang
terikut tidak terbuang ( cake wash )

Sulfur cake yang terbentuk dalam jumlah yang banyak dijual


kepada perusahaan yang membutuhkan sulfur sebagai bahan produksi
seperti pembuatan pupuk, kosmetik, sabun, karet dan lain-lain.

3.3.6. Chemical Feed System

Merupakan beberapa tanki yang berfungsi untuk menambah bahan-bahan


kimia yang diperlukan oleh oxidizer, walau alat ini berjalan secara otomatis namun
operator alat ini harus juga memonitor untuk memastikan bahwa bahan- bahan kimia
yang diberikan kepada oxidizer mencukupi.
½ O2 + H2O + 2Fe2+ 2OH + 2Fe3+

Dengan terbentuknya kembali ion besi menjadi Fe3+, Solution akan


disirkulasikan kembali ke Absorber kembali. Dalam operasinya, SRU dibantu oleh
beberapa bahan kimia seperti S9118 (Ferric Ions), S9117(Chelating Agent), S 9116
(Biostat), Thiosulfate (S2O3), ARI-600 (Surfactant), Antifoam, dan KOH.

II.4 Kegiatan di Laboratorium

Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field juga mempunyai laboratorium dengan


berbagai proses pengujian yang dilakukan di dalamnya. Terdapat 4 proses
pengujian atau analisa yang dilakukan di dalam laboratorium, antara lain yaitu
pengujian minyak atau crude oil, pengujian air formasi, pengujian solution, dan
pengujian gas. Pengujian – pengujian tersebut harus dilakukan dengan tujuan untuk
mengontrol hasil atau produk agar sesuai dengan standar yang diminta atau telah
ditetapkan.

1. Pengujian Crude Oil


Pada analisa crude oil atau minyak, pengujian yang dilakukan di laboratorium
yaitu derajat API serta BS&W atau Basic Sediment and Water, dimana pengujian
atau analisa tersebut digunakan untuk menganalisa kandungan air dan sedimen
crudenya. Analisa BS&W sangat penting untuk dilakukan, dengan tujuan agar
dapat mengurangi kerusakan alat karena korosi serta dapat memperlancar proses
pengolahan crude oil atau minyak tersebut.

2. Pengujian Solution
Pada pengujian solution terdapat dua proses yang terjadi, yaitu proses pada
Absorber dan proses pada Oksidiser, dimana kedua alat tersebut memiliki fungsi
yang berbeda. Pada Absorber terjadi proses penyerapan H2S yang kemudian
akan diolah menjadi bentuk padatan atau solid dengan bantuan katalis Fe 3+. Pada
Oksidiser terjadi proses regenerasi katalis yang telah digunakan pada Absorber
sehingga ion-ion Fe2+ akan kembali menjadi Fe3+.
3. Pengujian Air Formasi
Pada pengujian air formasi, analisa yang dilakukan meliputi dua hal yaitu,
pengujian atau testing pada turbiditas dan oil content. Pada proses analisa
turbiditas dimaksudkan untuk menguji kekeruhan yang terkandung di dalam air
tersebut. Pada pengujian oil content dimaksudkan untuk menguji kandungan
minyak yang terikut di dalam air.

4. Pengujian Gas
Pada analisa gas, testing atau pengujian dilakukan pada kandungan H2S yang
terdapat di dalam Sweet Gas. Kandungan H2S yang terdapat dalam Sweet Gas
harus sesuai dengan standar ppm yang telah ditentukan dengan tujuan agar tidak
merusak peralatan.
Dalam laboratorium juga terdapat peralatan-peralatan yang mendukung proses
pengujian

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 KESIMPULAN

Dari kunjungan ke lapangan ke Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field yang


telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa :  Sulfur Recovery Unit
terdiri dari 4 unit utama yaitu coalescing filter, absorber, oxidizer, dan filter press.
 Inlet gas masuk ke dalam SRU mengandung H2S sebesar 2% sedangkat outlet
gas keluaran dari SRU mengandung H2S < 10 ppm.  Suhu pada proses SRU di
jaga sekitar 128oF. karena pada suhu ini reaksi kimia yang terjadi di absorber dan
oxidizer dapat berlangsung dengan optimal.  Pada Central Process Area terdapat
unit-unit atau peralatan lapangan yang membantu proses produksi dari feed
tersebut sehingga menjadi produk minyak, gas, dan air.  Pada produk minyak
akan masuk ke dalam unit-unit atau peralatan tertentu untuk menghilangkan
kandungan H2S atau asam sulfidanya, kemudian setelah minyak yang diproduksi
telah bebas dari impurities atau zat pengotor tersebut, akan dialirkan lagi menuju
ke Tangker lepas pantai Kemudian pada produk air tersebut akan dipompakan atau
diinjeksikan lagi ke dalam sumur, dan pada produk gas akan mengalami proses
Sweetening Gas yaitu proses menurunkan kandungan H 2S yang terdapat di dalam
gas dengan tujuan agar menghasilkan Sweet Gas. Selain itu, dapat memahami
proses yang terjadi di SRU (Sulphur Recovery Unit) yang secara garis besar
merupakan unit yang mampu mengubah H2S menjadi Sulphur padat. Level pada
absorber dijaga pada ketinggian 23 ft dari batas bawah vessel. Level ini dijaga
agar waktu kontak antara gas dan liquid terpenuhi sehingga pengikatan sulfur
menjadi optimal.  Sulfur Recovery Unit merupakan unit untuk mengurangi
keasaman suatu gas dengan cara mengurangi kadar H2S di dalam gas dan
mengubahnya menjadi sulfur cake dengan kapasitas sebasar 7,5 ton / hari.  Saat
kunjungan tidak hanya dijelaskan lapangan saja namun laboratorium juga.

III.2 SARAN

Saran untuk kunjungan saat membagi kelompok agar jumlahnya sedikit


agar materi yang disampaikan jelas. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam
penyerapan sulfur perlu pengawasan lebih dalam penggunaan chemicals.
Penurunan pengikatan sulfur dalam gas oleh SRU akan mengakibatkan
menurunnya pengikatan H2S dalam crude oil di stripper, kadar H2S yang masih
tinggi juga dapat mengakibatkan naiknya tingkat korosi pada peralatan –
peralatan. Sebaiknya peralatan yang tidak bisa dioperasikan segera diganti.
Sebaiknya disediakan snack makanan dan minuman kepada visitor.

Anda mungkin juga menyukai