INDUSTRI EMAS
Disusun Oleh:
Nabila 1604103010063
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat
dan karunia-Nya penulis telah menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Shalawat
beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat
beliau sekalian serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.
Adapun Tugas Mata Kuliah Teknologi Minyak Bumi dan Petrokimia ini
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan kurikulum di
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, yang berjudul “
Industri Emas”
Dalam melaksanakan penyusunan tugas mata kuliah ini, hingga selesainya
laporan penulis telah banyak mendapat bantuan dan arahan dari banyak pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Jakfar, M.T selaku
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Teknologi Minyak Bumi dan Petrokimia.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dalam penulisan, untuk itu saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan tugas mata kuliah ini. Akhirnya, penulis berharap
semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, Amin.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2. Tujuan........................................................................................................... 5
BAB II KEADAAN UMUM DAN LANDASN TEORI ..................................... 6
2.1. Keadaan Geologi dan Mineralisasi serta Litologi ........................................ 6
2.1.1. Keadaan Geologi.................................................................................... 6
2.1.2. Mineralisasi............................................................................................ 8
2.1.3. Litologi................................................................................................... 9
2.1.4. Keadaan Iklim dan Curah Hujan ......................................................... 10
2.2. Landasan Teori ........................................................................................... 10
2.2.1. Bagian dalam Tambang Bawah Tanah ................................................ 12
2.2.2. Mekanisme Kegiatan ........................................................................... 14
2.3. Proses Pengolahan ...................................................................................... 19
2.3.1. Sianidasi............................................................................................... 20
2.3.2. Crushing (Peremukan)......................................................................... 20
2.3.3. Milling and Classification.................................................................... 22
2.3.4. Leaching............................................................................................... 23
2.3.5. Unit Recovery ...................................................................................... 25
2.3.7. Electrowining....................................................................................... 29
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 32
3.1. Kesimpulan................................................................................................. 32
3.2. Saran ........................................................................................................... 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
yaitu mengambilbijih emas dari perut bumi kemudian rongga yang telah kosong
diisi lagi dengan material limbah (waste material, pasir dan kerikil) yang
merupakan sisa pengolahan yang telah bersih dari zat-zat bebahaya.
Pada umumnya kegiatan penambangan yang dilakukan PT. Antam (Persero),
Tbk UBPE Pongkor yaitu mencangkup kegiatan pemboran, peledakan kemudian
broken ore hasil dari peledakan tersebut dilakukan proses mucking dan loading
dengan menggunakan alat berat yaitu LHD (Load Lauling Dump) dan kemudian
dilakukan proses pengangkutan menggunakan granby menuju ke proses
pengolahanemas untuk memisahkan bijih emas dari mineral pengotornya hingga
terbentuk dore bullion.
1.2. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung
kegiatan penambangan dan seluruh proses pengolahan emas.
6
BAB II
KEADAAN UMUM DAN LANDASN TEORI
Gambar 2.1. Penampang Tiga Urat Utama (Dept. Quality Control PT. Antam
(Persero), Tbk UBPE Pongkor, 2015)
Wilayah Gunung Pongkor terletak tepat pada posisi timur laut dari Kubah
Baya.Keadaan physiographic ini terdiri dari sabuk paleogenesedimen pada bagian
selatan yang terlapisi oleh unit sedimen yang lebih muda, sabuk vulkanik pada
bagian pusatnya serta pada sabuk utara terdapat batuan sedimen dari Miosen
Tengah sampai Pliosen.Pengendapan Gunung Pongkor dengan urutan batuan beku
berumur Tersier yang terdiri dari breksi tuf, tuf lapili dan intruksi andesit yang
terbentuk bersamaan dengan breksi vulkanik secara luas. Intrusi andesit terlihat
7
pada bagian timur dan bagin barat dari area Gunung Pongkor. Berdasarkan
assosiasi maka batuan andesit yang membentuk Gunung Pongkor berhubungan
dengan formasi andesit tua, formasi cimapag dan formasi bojongmanik.
Mineralisasi emas dan perak di Gunung Pongkor ditemukan pada batuan gunung
api yang disusun oleh aglomerat, tufa, breksi dan lava andesit. Secara paragenesa
kadar emas yang ditemukan dalam urat kuarsa terletak pada zona ubahan
hidrotermal yang meliputi daerah seluas 11 km x 6 km. Gunung Pongkor memiliki
struktur geologi dengan jalur gunung api yang masih aktif memanjang dari Barat
ke Timur 30-40 km yang umumnya masih tertutup dengan hutan primer. Pada
bagian Selatan terutama di sepanjang sungai Cikaniki terdapat batuan tufa breksi
dan sisipan batu lempung.
Struktur geologi tidak terlepas dari proses alam yang pada umumya terdiri
dari komponen struktur utama yang selalu dapat diamati serta dianalisa
keberadaanya yaitu kekar dan sesar, adapun di daerah Gunung Pongkor terdapat
sesar dengan arah N 190° E dan N 225° E dengan sudut kemiringan (dip) hampir
tegak yang telah terisi oleh urat kuarsa. Berdasarkan data geologi yang telah terdata
maka di daerah Gunung Pongkor terdiri beberapa sesar diantaranya Sesar Cikaniki,
Sesar Cihalang, Sesar Cidurian, Sesar Curug Bitung, Sesar Ciguha, Sesar Ciurug,
Sesar Gunung Singa, Sesar dan Sesar Teulukwaru.
2.1.2. MINERALISASI
Mineralisasi merupakan suatu proses yang terjadi akibat adanya pengkayaan
dari magma ke batuan atau yang lebih dikenal dengan proses hidrotermal sehingga
pada batuan baik yang surface maupun subsurface akan terisi oleh berbagai jenis
mineral. Hal demikian terjadi juga pada Gunung Pongkor yang diisi oleh mineral
logam emas dan perak yang tersebar di daerah Ciguha Utama dan Timur, Kubang
Cicau, Pasir Jawa serta Ciurug.
a. Urat Ciguha Utama dan Timur
Urat Ciguha memanjang sekitar 900 m dengan lebar antara 1,0 – 2,5 m dan
arah N 170° E, kemiringan 70° - 75° kearah barat. Urat ini terdapat dalam batuan
breksi dan tufa andesetik yang telah mengalami ubahan. Urat Ciguha mempunyai
bentangan panjang sekitar 1500 m yang ditandai dengan urat-urat kuarsa yang tipis
dengan kerapatan 1 - 3 m dan lebar 1 - 40 cm yang memperlihatkan arah penyebaran
sejajar dengan urat kuarsa yang sangat umum dijumpai sepenjang terowongan.
Zona bijih pada urat utama tersebar sepanjang 135 m dengan kadar rata-rata 4,0 –
28.18 gr/ton dan pada urat timur tersebar sepanjang 235 dengan kadar rata-rata 4.0
- 28.46gr/ton Au.
b. Urat Kubang Cicau
Urat Kubang Cicau merupakan suatu urat yang terdiri dari urat utama yang
arahnya dari utara – selatan dengan sudut kemiringan antara 65° - 75° kearah timur
dengan lebar 2 -10 m dan beberapa urat lainnya antara N 330° E – N 355° dengan
sudut kemiringan 60° - 70° ke arah timur sedangkan penyebaran mineral sepanjang
kurang lebih 2500 m.
c. Urat Ciurug
Urat Ciurug memanjang kurang lebih 2500 m dengan arah N 330° E – N 355°
E dengan kemiringan 55° - 70° ke arah timur dengan lebar antara 2 – 2.5 m.
d. Urat Pasir Jawa
Urat Pasir Jawa memanjang sekitar 1200 m dengan lebar antara 2 – 8 m dengan
jurus N 170° E dan kemiringan 70° - 75° ke arah barat. Pada daerah ini telah
mengalami ubahan pada kuarsa menjadi ubahan argilik (mineral teralterasi menjadi
lempung) dan propilitisassi (mineral teralterasi menjadi klorit limonit) dengan
9
peretakan batuan sangat rapat yang sebagaian besar terisi oleh kuarsa, limonit,
oksida mangan dan lempung terutama di sekitar kontak urat.
Tabel 2.1 Cadangan dan Kadar Rata-rata Bijih Emas Gunung Pngkor
Lokasi Jumlah Cadangan Kadar Emas Kadar Perak
(ton) (gr/ton) gr/ton)
2.1.3. LITOLOGI
Berdasarkan Peta geologi Bogor, jawa barat dengan skala 1 : 100.000 ( A.C
Efendi, 1986) batuan dasar daerah Pongkor dan sekitarnya dapat dikelompokkan
menjadi beberapa satuan batuan sebagai berikut.
Batuan Vulkanik Tak terpisahkan (QVu) termasuk breksi dan aliran lava terutama
bersifat andestik yang meliputi wilayah sekitar Gunung Pongkor diantaranya G.
Masigit, G. Dahu, G. Wiru, G. Malng dan G. Singa.
Bentuk Vulkanik yang lebih tua berupa tufa batu apung pasiran yang merupakan
hasil erupsi gunung api lebih tua.
Aliran Lava (Qvl), bersusunan basalt dengan kandungan mineral labrodonit,
piroksen dan hornblende. Batuan lva ini di beberapa tempat mencirikan struktur
lempeng dan sebarannya sebagian besar menempati di sekitar G. Singa.
Tufa batu apung pasiran) Qvst), terdiri dari tufa batu apung dan tufa pasiran
yang merupakan hasil dari endapan G. Salak. Di daerah Ciurug berisikan batuan
tufa batu apung yang dinamakan tras. Batuan tersebut umumnya berlapis tidak
baik, berbutir halus sampai kasar.
Tanah pelapukan yang terjadi pada batuan di atas umumnya berupa lanau,
warna coklat kehitaman hingga kemerahan, plastisitas rendah sampai sedang,
konsistensi sangat lunak hingga lunak dan ketebalan tanah pelapukan 1-2 meter.
10
1. Rock bolt
Rock bolt merupakan jenis penyangga yang dimiliki oleh perusahaan Aneka
Tambang Pongkor yang digunakan untuk menyangga batuan agar tidak mudah
runtuh serta memiliki kapasitas kekuatan untuk menyangga batuan dengan bobot
30-40 ton.
13
2.2.1.2 PERBENGKELAN
Di Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor memiliki tempat perbengkelan
yang digunakan untuk memperbaiki alat berat seperti Load Haul Dump, Jumbo
Drill , Whell loader dan alat berat lainnya.
Pongkor terdapat jenis endapan epitermal low sulfidation yang penyebaran urat
(vein) dengan arah tegak, sehingga pada pengambilan bijih dilakukan dari arah
bawah ke arah atas atau yang dikenal dengan overhand. Metode Cut And Fill
merupakan jenis metode tambang bawah tanah yang dipilih oleh perusahaan Aneka
Tambang Pongkor untuk kegiatan produksi. Produksi yang dilakukan oleh
perusahan Aneka Tambang dilakukan pada tahun 1994 yang dimulai dengan
kegiatan pengeboran, pengisian bahan peledak, peledakan, pembersihan,
penggerusan, pengisian, pengangkutan dan back filling.
2.2.2.2 PENGEBORAN
Pengeboran yang dilakukan oleh perusahaan Aneka Tambang Pongkor
menggunakan Jumbo Drill dan jecklag. Jumbo drill merupakan alat pemboran
dengan ukuran berkapasitas besar (mekanis), sedangakan jecklag merupakan alat
pemboran manual.
2.2.2.4 PELEDAKAN
Peledakan adalah proses penghancuran batuan dengan menggunakan bahan
peledak dan detonator. Untuk jenis detonator yang digunakan oleh perusahaan
Aneka Tambang Pongkor yaitu detonator listrik dan detonator biasa.
2.2.2.8 PENGANGKUTAN
Pengangkutan material seperti (ore, waste dan sebagiannya) dari dalam
tambang ke luar tambang dengan menggunakan Grandby. Untuk material batuan
sendiri diangkut dari master loading ke stoke file (dalam luar tambang).
batuan sehingga menjadikan area stope sebagian hilang (rongga) yang kosong yang
harus diisi kembali oleh tailing.
Crushing
Milling
Leaching
Gravity concentration Circuit(GCC)
Carbon in leach (CIL)
Elektrowinning
Smelting
19
2.3.1 SIANIDASI
Unit sianidasi merupakan unit proses pertama dalam proses pengolahan emas
yang mencangkup penghancuran ore hingga proses sianidasi. Unit ini terdiri dari
beberapa proses yaitu crushing, milling and classification dan leaching.
Ada dua jenis crusher yang digunakan yaitu primary crusher dan secondary
crusher. Primary crusher yang digunakan jaw crusher tipe double toggle dan cone
crusher sebagai secondary crusher. Ore yang masuk ke jaw crusher akan
dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil dari 40 cm. Setelah itu ore akan
ditransportasikan lagi menggunakan conveyor 01 menuju tramp iron magnet yang
berfungsisebagai penangkap sisa logam-logam yang terbawa dari tambang seperti
bijih besi, paku, baja dan logam pengotor lainnya agar tidak merusak screen dan
tidak merobek belt conveyor.
Ore selanjutnya dibawa menggunakan conveyor 02menuju primary screen
yang berfungsi untuk memisahkan ore yang lebih kecil dari 12.5 mm (undersize)
dengan ore yang lebih besar dari 12.5 mm (oversize). Jenis primary screen yang
digunakan jenis inclined vibrating cone crusher dust enclosure. Jenis ini memiliki
dua deck dengan ukuran deckatas 32 mm dan 16 mm untuk deck bawah yang
terbuat dari rubber. Oversize dari primary screen akan dibawa oleh conveyor 03
menuju cone crusher untuk dihancurkan lagi sehingga ukurannya kurang dari 12.5
mm, setelah direduksi ukurannya ore akan masuk ke conveyor 01, conveyor 02 dan
primary screen. Sedangkan undersize dari primary screen masuk ke secondary
screen.
Gambar 4.4 Fine Ore Bin (FOB) 1 dan Fine Ore Bin (FOB) 2.
2.3.4 LEACHING
Leaching merupakan proses pelarutan emas dari bijihnya menggunakan
pelarut tertentu. Proses leaching yang dilakukan oleh PT Antam Tbk, UBPE
Pongkor merupakan agitation leaching yang menggunakan pelarut sianida yang
diperoleh dari hasil pelarutan natrium sianida (NaCN) dengan di mixing Tank.
Persamaan reaksi pada proses leaching adalah sebagai berikutnya:
24
Waktu tinggal
Pada plant 1 terdapat dua buah leaching tank yang berkapasitas 340 m3
dengan waktu tinggalnya yaitu 7.5 jam. Sedangkan pada plant 2 memiliki satu buah
leaching tank yang berkapasitas 1000 m3 dengan waktu tinggal 15 jam. Jadi
masing-masing waktu tinggal pada plant 1 maupun plant 2 yaitu 15 jam.
Temperatur pada leaching tank
Temperatur pada leaching tank biasanya pada temperatur 300-330C. Jadi
temperatur pada proses leachingsama dengan temperatur di lingkungan sekitar.
memisahkan antara karbon dan slurry. Karbon akan ditransfer ke tangki selanjutnya
sedangkan slurry akan dikembalikan ke tangki yang mentransfer karbon.
Tujuan dari dari penambahan fress carbon di tangki CIL terakhir agar
penyerapan ion Au/Ag kompleks lebih efektif, karena kandungan Au-Ag di tangki
CIL terakhir paling rendah sehingga diharap kandungan Au-Ag di tangki CIL
terakhir seluruh ion Au-Ag kompleks dapat diadsorpsi olek fresh carbon yang
masih tinggi tingkat absorbsinya. Distribusi karbon di tangki CIL awal dan akhir
sekitar 30 gr/L, sedangkan di tangki CIL tengah sekitar 8 gr/L.
Pada prosesnya, umpan yang masuk ke tangki CIL berupa overflow dari
tangki leaching melalui launder, slurry mengalir dari tangki CIL 1 sampai ke tangki
CIL berikutnya. Pada tangki terakhir CIL ini di pasang carbon safety screen
lubangnya jenis square straight yang berukuran 0.5 mm. Carbon safety screen
bertujuan untuk mengurangi hilangnya carbon yang ikut terbawa oleh aliran slurry
ke thickener.
Karbon yang keluar dari tangki CIL 1 (diharap memiliki kandungan emas 700
ppm-1000 ppm di pompa ke loaded carbon surge bin yang terlebih dahulu melewati
loaded carbon screen. Setelah melewati loaded carbon screen karbon kaya masuk
ke surge bin yang berkapasitas 6 ton, sedangkan slurry yang ikut bersama karbon
akan di kembalikan ke tangki CIL pertama masing-masing plant.
2.3.6 Elution
Elution merupakan proses pelepasan emas dari karbon yang telah dimasukkan
di tangki CIL. Metoda elution yang dipakai di UBPE Pongor adalah Anglo
American Research Laboratory (AARL). Umpan yang masuk ke dalam proses
27
elution berupa loaded carbon sebanyak 6 ton yang telah ditampung di loaded
carbon surge bin. Proses elution terdiri dari 6 tahap, yaitu Acid Wash, Water Wash,
Pre-treatment, Recycle Elution, Water Elution, danCooling.
Tahapan – tahapan elution adalah:
1. Tahap pencucian dengan Asam (Acid Wash)
Asam yang digunakan untuk mencuci karbon pada tahap ini adalah asam
klorida. Pencucian dengan HCL ini bertujuan untuk menghilangkan atau
melarutkan pengotor seperti ion organik, senyawa kalsium karbonat, magnesium
karbonat dan silika yang teradsorbsi dan menutupi pori – pori karbon aktif.
Proses acid wash dilakukan dengan mengalirkan larutan HCL 30% yang
didistribusikan bersama fresh water pada temperatur kamar sehingga sebelum
masuk elution columnakan didapat konsentrasi HCL sebesar 3%. Sedangkan massa
HCL yang digunakan antara 800-900 kg. Proses acid wash berlangsung selama 10
menit dan diharapkan seluruh loaded carbon dapat terendam oleh larutan HCL,
sehingga seluruh loaded carbon dapat dicuci dengan baik. Massa HCL yang
digunakan antara 800-900 kg. Larutan HCL yang telah digunakan pada tahap acid
wash akan dialirkan ke tangki CIL terakhir.
Persamaan reaksi yang terjadi:
CaCO3 + 2 HCl Ca2+ + 2Cl- + CO2 + H2O
2 Ca[C-Au(CN)2-]2 + 4 H+ 2 Ca2+ + 2 [C-Au(CN)2-] + 4 HCN
2. Tahap Pencucian Air (Water Wash)
Tahap pencucian ini dilakukan dengan air panas yang bertujuan untuk
mengeluarkan pengotor yang terlarut oleh HCL dari column. Air yang digunakan
berasal dari fresh watertank yang terlebih dahulu melewati RHE (Recycle Heat
Exchanger) dan PHE (Plate Heat Exchanger) untuk dipanaskan.Panas dalam PHE
dihasilkan dari glycol yang dipanaskan oleh elution heater sedangkan RHE belum
panas karena belum ada larutan yang keluar dari elution column. Proses pencucian
ini dilakukan selama 120-130 menit. Air hasil dari pencucian akandialirkan ke
tangki terakhir CIL terakhir.
3. Tahap pre-treatment
Pada tahap ini merupakan proses awal pelepasan senyawa Au dan Ag dari
loaded carbon, yaitu dengan cara melemahkan ikatan senyawa ikatan kompleks Au
28
dan Ag dari karbon aktif. Proses ini berlangsung dalam column dengan cara loaded
carbon disemprot dengan larutan caustic cyanide, yang merupakan campuran
antara caustic (NaOH) dan cyanide (NaCN) yang dilarutkan dengan air dalam
caustic cyanide tank yang dilengkapi dengan agitator. Konsumsi masing-masing
reagent adalah 200-250 kg NaOH, 200-250 kg cyanide dan selebihnya air untuk
mencapai cyanide strenght antara 30.000 – 35.000 ppm atau masing-masing 3%
NaOH dan 3% NaCN dengan Ph larutan sebesar 12,8. Larutan caustic cyanide
melewati PHE untuk dinaikkan temperatur sampai 90-110 °C. Penyemprotan
dengan caustic cyanide ini bertujuan untuk melemahkan ikatan kompleks Au/Ag
dengan karbon dan tujuan dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi. Proses
pre-treatment ini berlangsung selama sekitar 20 menit.
Pada tahap ini semua alat atau proses didinginkan, elution heater dimatikan
tetapi pompa sirkulasinya masih berjalan. Air yang digunakan untuk mendinginkan
karbon di elution column dialirkan ke recycle tank yang akan digunakan untuk
proses elution selanjutnya bersama air yang berasal dari tahap lima. Fungsi dari
tahap cooling ini yaitu untuk mendinginkan karbon dan juga untuk mendinginkan
alat.
2.3.7 ELECTROWINING
Electrowinning adalah proses pengambilan logam-logam yang terkandung di
dalam air kaya dengan cara prinsip elektrolisa, yaitu mengendapkan logam yang
diinginkan dari larutan kaya dengan memberikan arus lisrik searah pada elektroda
yang digunakan sehingga terjadi proses reduksi dan oksida. Proses ini bertujuan
mengambil Au dan Ag yang terkandung dalam larutan kaya. Dari eluate tank,
larutan kaya akan di pompa menuju electrowinning cells. Electrowinning
cellsterdiri dari lima bak electrowinning yang dipasang secara parallel, dimana pada
setiap bak electrowinning terpasang 11 wire mesh anode sebagai kutub positif dan
10 wire mesh cathode sebagai kutub negatif. Wire mesh anode berbentuk segi empat
dengan lubang-lubang yang lebih besar dari lubang-lubang katoda. Wire mesh
anode dan wire mesh cathode terbuat dari bahan SS-316. Pada setiap bak
electrowinning dilengkapi dengan sebuah rectifier yang berfungsi untuk mengubah
arus AC menjadi arus DC.
Larutan kaya yang telah diambil logam emas dan peraknya disebut spent
electrolyte. Au dan Ag yang terkandung dalam larutan kaya akan menempel pada
katoda. Hal ini karena Au dan Ag bermuatan positif, sedangkan katodanya
bermuatan negatif. Pada katoda, tidak hanya ion Au dan Ag yang tereduksi menjadi
30
bentuk solid (cake) akan tetapi terdapat logam pengotornya lain yang ikut tereduksi
menjadi bentuk solid.
Reaksi elektrolisis yang terjadi pada proses electrowinning:
Anoda : 2OH- O2 + H2O + 2e-
Katoda : 2Au(CN)2-+ 2e- 2Au + O2 + H2 + 4CN-
Total : 2Au(CN)2-+ 2OH- 2Au + O2 + H2 + 4CN-
Pelepasan cake dari batang katoda dilakukan dengan menyemprotkan air pada
batang katoda, air sisa penyemprotan di tampung di dalam spent sump. Sedang
overflow dari electrowinning cellsakan masuk ke dalam spent return sump sebagai
barren solution dengan kandungan Au kurang dari 2 ppm dan Ag kurang dari 20
ppm. Barren solution masuk ke dalam cyanide holding tank yang akan digunakan
sebagai make up cyanide karena masih mengandung emas sianida sebesar 3000
ppm dan digunakan untuk menaikkan pH di tangki leaching pertama.
atas logam cair dan membentuk slag. Setelah penambahan boraks, cake dilebur
didalam morgan furnace pada suhu 1000-1200oC kemudian dore bullion
dituangkan ke dalam cetakan (bullion morgan). Komposisi dore bullion adalah 7-
15% dan 80-92%, kurang dari 2% dan memiliki dimensi 15 × 250 × 330 mm3.
Pengotor (slag) yang terbentuk pada saat proses peleburan berupa kalsium
karbonat, dan boraks dipisahkan dari logam cairnya dengan cara manual.
Pemisahan dengan cara manual ini mengakibatkan kemungkinan terbawanya emas
dan perak pada slag dengan peleburan menggunakan monarch furnace. Peleburan
slag biasanya dilakukan setelah beberapa kali peleburan utama. Setelah dilebur,
slag didinginkan dan dipisahkan dari pengotornya. Logam Au dan Ag yang
dihasilkan selanjutnya diikut sertakan bersama peleburan utama, sedangkan
slagakan dikirimkan ke ball mill untuk digerus bersama dengan ore.
Setiap selesai peleburan dore bullion akan dikirimkan ke Unit Bisnis
Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UBPPLM) di Pulogadung, Jakarta untuk
dipisahkan dan dimurnikan antara emas dan perak.
32
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. KESIMPULAN
a. Beberapa artefak tertua, emas ditemukan di Varna Necropolis di Bulgaria.
Makam pekuburan yang dibangun antara 4700 dan 4200 SM, menunjukkan
bahwa penambangan emas bisa setidaknya 7000 tahun. Oleh karena itu,
beberapa penulis menyebutkan bahwa penemu emas pertama kali adalah
Cadmus, bangsa Phoenicia
b. Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan
kalkopirit. Struktur kristal logam emas adalah face centred cubic atau kubus
berpusat muka.
c. Sifat emas yang sangat tidak reaktif membuatnya menjadikan logam emas
termasuk golongan native element.
d. Ektraksi emas bisa menggunakan metode Amalgamasi ataupun Sianidasi.
e. Manfaat Emas memberikan sumbangan yang amat besar bagi kehidupan
manusia seperti, untuk perhiasan, peralatan elektronik, kedokteran gigi, uang,
medali, dll.
3.2. SARAN
Untuk sebagai masukan kepada perusahaan Aneka Tambang Emas harus
lebih meningkatkan effisiensi kerja bagi para pekerja di dalam tambang agar
kegiatan aktifitas penambangan seperti pemboran, peledakan, pemuatan, pengisian
dapat mendukung kelencaran dari kegiatan produksi bahkan dapat melebihi target
dari pada produksi.