Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH REKAYASA BIOPROSES

PEMANFAATAAN MIKROORGANISME DI BIDANG INDUSTRI KIMIA

Diusulkan oleh:
Hurum Maqsurah 1604103010038
Hidayati Pasaribu 1604103010043
Khairunnisa 1604103010049
Indah Wulan Kharisma 1604103010052
Widya Putri Rahayu 1604103010058
Safira Mustaqilla 1604103010059
Heda Heldiana 1604103010060

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Syiah Kuala
Tahun 2019
2

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Rekayasa
Bioproses dengan judul “Pemanfaatan Mikroorganisme di Bidang Industri Kimia”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak telah membimbing dan membantu
kami dalam menulis makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap agar makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembaca.

Banda Aceh, 16 Maret 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..............................................Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................... Error! Bookmark not defined.ii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................................. 3
2.1. Biopolimer ..................................................................................................... 1
2.1.1 Produksi polylactic acid (PLA) .......................................................... 1
BAB 3. KESIMPULAN ............................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat


kecil.Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan,menghasilkan
energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Dalam sehari-hari mikroorganisme ini
sangat berperan. Baik peran positif maupun negatif, baik di bidang kesehatan,
makanan, lingkungan maupun di bidang industri misalnya industri Tekstil, industri
kimia dan industri obat-obatan.

Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan


organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala besar. Bioteknologi
mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan proses
yang melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi mikroorganisme kadang-kadang
disebut mikrobiologi industri, suatu bidang yang lama dan sudah diperbaharui pada
beberapa tahun terakhir ini karena penambahan teknik rekayasa genetika.

Mikrobiologi industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikroba sebagai


komponen untuk industri atau mengikut sertakan mikroba dalam proses, yang
bertujuan untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi dan bermanfaat.
Mikrobiologi industri awalnya dimulai dengan proses fermentasi alkohol, seperti
pada pembuatan “beer” dan “wine” (minuman dibuat dari buah anggur). Proses
mikrobial dikembangkan untuk produksi bahan farmasi seperti antibiotika, produksi
makanan tambahan seperti asam amino, serta produksi enzim, dan produksi industri
kimia seperti butanol dan asam sitrat.

Oleh sebab itu, kita juga mempunyai kewajiban untuk mempelajari berbagai
macam mikroba yang berperan dalam perindustrian. Dengan mempelajari jenis
mikroba yang terkandung dalam suatu produksi kita bisa mengetahui jenis mikroba
apa saja yang bermanfaat dan dapat kita lestarikan.
5

1.2. Rumusan Masalah

 Mikroorganisme apa saja yang berperan dalam industri kimia?


 Bagaimana karakteristik, susunan kimia, struktur mikroorganisme yang
 digunakan dalam Industri kimia?
 Bagaimana proses terjadinya metabolisme sel?
 Bagaimana peranan mikroorganisme dalam proses di Industri kimia?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui mikroorganisme apa saja yang berperan dalam industri


kimia
 Untuk mengetahui karakteristik, susunan kimia, struktur mikroorganisme
yang digunakan dalam Industri kimia
 Untuk mengetahui proses terjadinya metabolisme sel
 Untuk mengetahui Peranan mikroorganisme dalam proses di Industri kimia
6

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biopolimer
2.1.1 Produksi polylactic acid (PLA)
Poliasam laktat atau polylactic acid (PLA) adalah bahan plastik yang bersifat
biodegradable yang berpotensi untuk dikembangkan. Penggunaan PLA tidak hanya
terbatas pada bahan pembuatan bioplastik, tetapi PLA dapat dikembangkan sebagai
bahan penyalut atau pengungkung obat, industri medis, dan industri tekstil. Substrat
untuk pembuatan plastik PLA dengan menggunakan mikroba paling banyak terbuat
dari jagung, singkong, dan sagu. Produksi asam laktat dapat dilakukan dengan proses
fermentasi dengan bantuan bakteri asam laktat seperti bakteri L. delbrueckii subsp.
bulgaricus.

a. Karakteristik bakteri asam laktat dalam produksi polylactic acid (PLA)


Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk
batang atau bulat, tidak membentuk spora, fermentasi fakultatif anaeorob, tidak
mempunyai sitokrom, tidak memiliki kemampuan untuk mereduksi nitrat dan
memanfaatkan laktat, oksidasi negatif, katalase negatif, motilitas negatif dan
kemampuan memfermentasi glukosa menjadi asam laktat(Carr, 2002).
Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang biasa digunakan sebagai
probiotik. Bakteri ini bersifat nonpatogenik, nontoksikogenik, Gram positif,
anaerobik, tidak menghasilkan spora, bakteri penghasil asam laktat yang diproduksi
dari fermentasi karbohidrat (Desai, 2008).
Sifat terpenting dari bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk
merombak senyawa kompleks menjadi senyawa yang sederhana sehingga dihasilkan
asam laktat. Sifat ini penting dalam pembuatan produk fermentasi termasuk silase.
Produk asam menyebabkan pertumbuhan mikrobia lain yang tidak diinginkan
terhambat. Bakteri patogen seperti Salmonella dan Staphylococcus aureus yang
terdapat pada suatu bahan akan dihambat pertumbuhannya jika dalam bahan terdapat
bakteri asam laktat (Rahayu et al., 2004).
7

BAL adalah kelompok bakteri Gram positif berbentuk kokus atau batang,
tidak membentuk spora, pada umumnya tidak motil, bersifat anaerob, katalase negatif
dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi
karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat adalah mampu tumbuh pada kadar
gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan
disakarida (Syahrurahman, 1994).
Dalam pewarnaan gram sel-sel yang tidak dapat melepaskan warna dan akan
tetap berwarna seperti warna kristal violet yaitu biru-ungu disebut bakteri Gram
positif. Sedangkan sel-sel yang dapat melepaskan kristal violet dan mengikat safranin
sehingga berwarna merah muda disebut bakteri gram negatif (Fardiaz, 1989). Prinsip
pewarnaan gram adalah kemampuan dinding sel mengikat zat warna dasar (kristal
violet) setelah pencucian dengan alkohol 95%. Keadaan ini berhubungan dengan
komposisi senyawa penyusun dinding sel. Pada bakteri Gram positif mengandung
peptidoglikan lebih banyak dan lemak lebih sedikit dibandingkan bakteri gram
negatif (Syulasmi dkk, 2005).
Bakteri asam laktat juga menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) karena
adanya oksigen sehingga terjadi reaksi flavoprotein oksidasi atau Nicotinamida
Adenin Hidroxy Dinucleotida (NADH) perioksida (Byczkowski and Gessener, 1988).
Karbondioksida merupakan hasil dari produk fermentasi BAL secara
heterofermentatif. Mekanismenya adalah CO2 bekerja dalam suasana anaerob,
selanjutnya menghambat kerja enzim dekarboksilase dalam membran lipid sehingga
tidak mempunyai fungsi sebagai permeabilitas (Hotchkis et al,1999). Klasifikasi
bakteri asam laktat dalam genus yang berbeda sebagian besar didasarkan pada
perbedaan morfologi, cara fermentasi glukosa, pertumbuhan pada suhu yang berbeda,
dan kofigurasi dari asam laktat yang dihasilkan, kemampuan untuk tumbuh pada
konsentrasi garam tinggi, dan toleransi terhadap asam atau basa (Desai dan Anhur
2008).
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri Gram-positif yang
mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. Genus bakteri yang tergolong
kepada BAL adalah Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus,
8

Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Propionibakterium (Nettles dan Barefoot,


1993). Bakteri asam laktat dapat diklasifikasikan menjadi dua famili, yaitu
Streptococcaceae dan Lactobacillaceae. Famili dari Streptococcaceae terdiri dari
bentuk kokus atau bulat telur terdiri dari genus Streptococcus, Leuconostoc dan
Pediococcus, sedangkan famili Lactobacillaceae merupakan bentuk batang dan
anggotanya satu genus yaitu Lactobacillus. Masing-masing genus tersebut
mempunyai perbedaan kriteria yang didasarkan serta toleransi terhadap asam dan
basa (Sudarmadji dkk,1989). Karakterisasi bakteri asam laktat yang dapat
digolongkan ke dalam bakteri probiotik adalah diketahui sebagai materi yang tidak
berbahaya, dapat hidup selama dilakukan proses dan penyimpanan, memiliki efek
antagonis terhadap bakteri patogen, toleran terhadap asam lambung, getah pankreas
dan cairan empedu serta mampu melindungi epitelium inangnya (Farland dan
Cummings, 1998).
Ketika bakteri probiotik termakan, maka bakteri pertama kali akan
menghadapi keasaman lambung. Bakteri asam laktat tidak hanya tumbuh dengan
lambat pada pH rendah, tetapi kerusakan akibat asam dan hilangnya viabilitas juga
dapat terjadi pada sel bakteri yang terpapar pada pH rendah. Tiap galur memiliki
ketahanan yang berbeda terhadap asam atau pH rendah. Contohnya pada penelitian
yang dilakukan adalah, sebanyak 20 isolat yang berasal dari galur yang berbeda-beda
memiliki ketahanan yang berbeda-beda pada pH 2,5 selama 90 menit. Keseluruhan
isolat yang diteliti ternyata mampu hidup di pH 2,5 (Surono, 2004).

b. Susunan kimia bakteri asam laktat


Bakteri asarn laktat bersifat gram positif, tidak membentuk spora, dapat
berbentuk bulat atau batang, dengan komposisi basa DNA kurang dari 50% mol G
+C. Umumnya bersifat katalase negatif tetapi kadang-kadang terdeteksi katalase
negatif tetapi kadang-kadang terdeteksi katalase semu pada kultur yang ditumbuhkan
pada konsentrasi gula rendah. Untuk tumbuh membutuhkan karbohidrat yang dapat
difermentasi (Pot et al., 1994). Semula bakteri asam iaktat diklasifikasikan menjadi
empat kelas yaitu genus Lactobacillus, Leuconostoc, Streptococcus, dan Pediococcus.
9

Klasifikasi tersebut lebih didasarkan pada ciri morfologi, tipe fermentasi, kemampuan
untuk tumbuh pada suhu yang berbeda, sifat stereospesifik (D atau L laktik), serta
toleransi terhadap asam dan basa. Klasifikasi bakteri asam laktat berkembang
sehingga genus Lactobacillus menjadi Lactobacillus dan Carnobacterium. Sedangkan
genus Streptococcus menjadi empat yaitu Streptococcus, Lactococcus, Vagococcus,
dan Enterococcus. Genus Pediococcus menjadi Pedicoccus, Tetragenococcus dan
Aerococcus. Untuk genus Leuconostoc tetap. Klasifikasi yang baru tersebut
dihasilkan dengan rnempertimbangkan komposisi asam lemak pada membran sel,
motilitas dan urutan RNA, serta persen guanin dan sitosin pada DNA (Pot et al.,
1994).
 Senyawa Antimikroba yang Dihasilkan Bakteri Asam Laktat
Beberapa senyawa yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat bersifat
antimikroba diantaranya adalah asam-asam organik, hidrogen peroksida, reuterin dan
bakteriosin. Akumulasi produk akhir asam dan turunnya pH menyebabkan
penghambatan yang luas terhadap bakteri baik gram positif maupun negatif. Nilai
pH rendah yang dicapai, konstanta disosiasi dan konsentrasi asam menentukan
aktivitas penghambatan dari asam yang dihasilkan. Asamasam lipofilik seperti asam
laktat dan asetat dalam bentuk tidak terdisosiasi dapat menembus sel mikroba dan
pada pH intraseluler yang lebih tinggi, berdisosiasi menghasilkan ion-ion hidrogen
dan mengganggu fungsi metabolik esensial seperti translokasi substrat clan fosforilasi
ohidatif, dengan demikian mereduksi pH intraseluler (Baird dan Parker, 1980).
 Hidrogen Peroksida
Bakteri asam laktat menghasilkan hidrogen peroksida dengan adanya oksigen.
Pembentukan hidrogen peroksida dikatalisis oleh flavoprotein sitoplasmik( FAD)
NADH oksidase yang sangat aktif dengan tujuan untuk menghilangkan kelebihan
elektron dari NADH sehingga berkompetisi dengan laktat dehidrogenase untuk
NADH (terbentuk selama pemecahan glukosa) tetapi tanpa produksi ATP.
 Bakterlosin
Bakteriosin didefinisikan sebagai protein dengan efek antagonistik
intraspesifikatau yang memiliki aktivitas sebagai bakterisidal dengan spektrum
10

aktivitas yang lebih rendah bila dibanding dengan antibiotik (Daeschel, 1985).
Bakteriosin adalah senyawa protein,oleh karenanya disintesis melalui mekanisme
biosintesis protein ribosom umum yang melibatkan fanskripsi dan fanlasi. Bakteriosin
disandi baik oleh DNA kromosom maupun plasmid
 Reuterin
Reuterin adalah senyawa antimikroba yang mempunyai spektrum yang luas
yang efektif terhadap bakteri gram negatif, khamir, kapang dan protozoa. Senyawa ini
menghambat enzim-enzim sulfhidril seperti ribonukleotida reduktase, suatu enzim
yang terlibat dalam biosintesa DNA

c. Stuktur dan fungsi bakteri asam laktat

(a) (b)

Gambar struktur asam laktat : (a) Asam laktat Levorotatory (D (-) Lactic Acid), (b)
Asam laktat Dekstrorotary (L (+) Lactic Acid)

Fungsi Bakteri Asam Laktat :

1. Sumber yang baik bagi polimer yang berpotensial untuk digunakan dalam
makanan sehat
2. Meningkatkan kualitas kesehatan dan keamanan pangan melalui
penghambatan secara alami terhadap flora berbahaya yang bersifat pathogen
3. Berperan dalam proses fermentasi makanan sehingga dapat memperpanjang
umur simpan produk
4. Menghambat aktivitas bakteri pembusuk dan pathogen
5. Berperan sebagai kultur starter untuk berbagai ragam fermentasi daging ,
susu, sayuran dan rerotian atau bakeri
6. Mengontrol pertumbuhan bakteri patogen dalam bahan pangan karena mampu
menurunkan pH dan menghasilkan bakteriosin (protein aktif yang
menunjukkan aksi bakterisidal melawan bakteri Gram positif)
11

d. Metabolisme Sel
Berdasarkan jalur metabolisme saccharolytic, bakteri asam laktat dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu (Prescott et al., 2002) :
1. Homofermentatif : Bakteri dalam kelompok ini akan mengubah heksosa menjadi
asam laktat dalam jalur Embden-Meyerhof (EM), dan tidak dapat
memfermentasikan pentosa atau glukonat. Jalur metabolisme homofermentatif ini
dapat dilihat pada Gambar 1.
2. Heterofermentatif : Heksosa difermentasikan menjadi asam laktat, karbon
dioksida, dan etanol (atau asam asetat sebagai akseptor elektron alternatif).
Pentosa lalu diubah menjadi laktat dan asam asetat. Jalur metabolisme
heterofermentatif ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Bakteri homofermentatif memecah gula menjadi asam laktat, sedangkan
bakteri heterofermentatif mengubah gula menjadi asam laktat, asam asetat, dan etanol
(Battcock & Azam-Ali, 1998). Proses biokimia pembentukan asam laktat pada
bakteri homofermentatif (Gambar 1) dan heterofermentatif (Gambar 2).
12

Fruktos Glukos
a a
ATP ATP

ADP ADP
sa sa
Glukosa-6-
fosfat

Fruktosa-6-
fosfat
ATP

ADP
sa
2 Gliseraldehid-3-fosfat

2 Pi

2 NAD+ 4 ATP

2 NADH 4 ADP

2-piruvat

2 NAD+ 4 ATP

2 NADH 4 ADP

2-Laktat

Gambar 1 Metabolisme Homofermentatif dari Bakteri Asam Laktat


13

Glukosa Fruktosa

ATP ATP

ADPsa ADP
sa
Glukosa-6-fosfat Fruktosa-6-fosfat

2 NAD+

2 NADH

6-fosfoglukonat

2 NAD+

CO2 2 NADH

Ribulosa-5-fosfat

Xilulosa-5-fosfat
ATP ADP
sa
Gliseraldehid-3-fosfat Asetil fosfat Aseta
t
NAD 2 Pi CoA
+
Pi
NADH 2 ADP
Asetil CoA
2 ATP
NAD
Piruvat
H
NAD
NAD +
H Asetaldehid
NAD
+
NAD
Laktat
H
NAD
+
Etanol
Gambar 2 Metabolisme Heterofermentatif dari Bakteri Asam Laktat
14

e. Proses pembuatan poli asam laktat dengan proses fermentasi


Poli (asam laktat) merupakan merupakan poliester yang dapat diproduksi
menggunakan bahan baku sumberdaya alam terbarukan seperti pati dan selulosa
melalui fermentasi asam laktat. Polimerisasi secara kimiawi untuk menghasilkan PLA
dari asam laktat dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dari asam laktat
dan secara tidak langsung melalui pembentukan laktida (dimer asam laktat) terlebih
dahulu dan diikuti dengan polimerisasi menjadi PLA.
Sintesis Poli (asam laktat) melalui pembentukan laktida secara umum dibagi
dalam beberapa tahap, yaitu fermentasi bahan baku membentuk asam laktat,
dimerisasi asam laktat membentuk laktida dan langkah terakhir berupa polimerisasi
laktida membentuk PLA. Proses secara terperinci diperlihatkan pada gambar.
Dalam proses tersebut ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu
preparasi media fermentasi menggunakan materi organik, fermentasi asam laktat dan
pemisahan asam laktat.
Media fermentasi dipreparasi menggunakan biomassa yang mengandung
sekitar 40-50 %. Biomassa tersebut disentrifugasi untuk menghilangkan material
yang tak larut dan kemudian diencerkan dengan air hingga konsentrasi glukosa 7-10
%. Media tersebut kemudian diperkaya dengan sumber-sumber nitrogen dan faktor-
faktor pertumbuhan lain. Pada skala besar dapat ditambahkan 2-5% larutan eksrak
jagung dan ekstrak yeast
Media fermentasi diinokulasi dengan bakteri asam laktat pada kondisi
anaerobik. Bakteri yang digunakan biasanya berasal di genus laktobacillus. Bakteri
yang digunakan biasanya Laktobacillus delbruechi. pH dari media fermentasi di jaga.
pH nya 5.0-6,0 menggunakan larutan karbamat atau amonia dan temperaturnya pada
370 hingga 450. Fermentasi dilakukan selama 24-48 jam. Pada proses fermentasi ini
diharapkan glukosa yang terdapat pada media dapat dikonversi oleh bakteri melalui
glikolisis anaerob membentuk asam laktat. Setelah itu, hasil fermentasi dipisahkan
dengan sentrifugasi untuk proses lebih lanjut.
Hasil fermentasi selanjutnya diekstraksi menggunakan pelarut organik seperti
isoamil alkohol, butanol, sikloheksanon dan metil asetat pada rasio 1:1 hingga 1:5.
Ekstrak diambil untuk proses lebih lanjut. Asam laktat yang terkandung dalam ekstra
dikontakkan dengan larutan basa seperti amonia atau kaustik soda pada rasio 1:3
hingga 1:10. Penambahan basa ini bertujuan untuk membentuk garam laktat. Garam
laktat bersifat polar sehingga mudah dipisahkan dari pengotor yang terdapat pada
pelarut organik yang bersifat nonpolar. Campuran diaduk selama 1 jam dan dibiarkan
selama 2 jam agar kedua fasa yang terbentuk dapat terpisah. Fase air mengandung
garam laktat dipisahkan dari ekstrak. Fase organik diekstraksi beberapa kali dengan
air. Fase aquos mengandung garam asam laktat kemudian direaksikan dengan asam
15

mineral encer. Garam laktat akan terprotonasi kembali dengan adanya asam encer.
Proses tersebut menghasilkan asam laktat kembali. Asam laktat bersifat nonpolar dan
segera terpisah dari larutan air. Pemisahan kedua fase yang berbeda dapat dilakukan
dengan corong pisah. Asam laktat tersebut dilewatkan pada resin kationik untuk
menghilangkan ion metal yang mungkin masih ada. Pemurniaan asam laktat
selanjutnya dilakukan dengan destilasi vakum.
Asam laktat yang kemudian dikonversi menjadi laktida pada reaktor dengan
penyaluran tekanan dan suhu. Sintesis polimer dengan intermediet laktida ini lebih
menguntungkan karena dapat dihasilkan polimer dengan berat molekul tinggi. Hal
tersebut dapat terjadi sebab polimerisasi dapat dilakukan terhadap laktida dalam
kondisi bebas pelarut. Reaksi yang terjadi sebenarnya adalah reaksi esterifikasi. Asam
laktat memiliki gugus hidroksil dan karboksil. Kedua gugus ini yang dimanfaatkan
dalam pembentukan laktida.
Reaksi dilakukan pada suhu 120-150 C untuk menghilangkan air. Katalis
ditambahkan pada konsentrasi 0,05-2,0 %. Katalis yang digunakan dapat berupa
senyawa organologam misalnya dibutil timah oksida. Reaksi berlangsung selama 5-
24 jam dimana suhu ditingkatkan secara bertahap dari 140-275 C dan tekanan dari 1-
20 mmHg. Pada awal mula reaksi semula terbentuk polimer dengan berat molekul
rendah, namun polimer tersebut segera terdepolimerisasi membentuk laktida. Laktida
yang terbentuk didestilasi dan dikumpulkan dalam penampung. Destilasi menjadi
sangat penting sebab kemurnian laktida dapat menentukan panjang rantai polimer
yang terbentuk.
Proses selanjutnya adalah polimerisasi laktida membentuk PLA. Polimerisasi
dilakukan secara kondensasi dengan pembukaan cincin laktida. Polimerisasi
dilakukan dengan katalis berupa senyawa seng, timah atau kalsium pada reaktor yang
memiliki pengaduk pengatur suhu. Suhu yang digunakan sekitar 110-185°C selama
15-20 jam. Polimer yang diperoleh kemudian dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
dan dikoagulasi dan dikeringkan dalam pelarut lain.
Beberapa sintesis yang dilakukan misalnya, menggunakan laktida dengan
tingkat keasaman 0,01 % berat perberat (dalam bentuk asam laktat). Kelembaban
mencapai 180 ppm diperoleh dengan memanaskan laktida pada suhu 80°C selama 3
jam. Setelah itu, katalis berupa timah oksoat ditambahkan sebanyak 0,2 %
berdasarkan berat laktida. Suhu ditingkatkan secara perlahan hingga 180°C.
Polimerisasi dilakukan selama 2 jam diikuti pada suhu 150°C selama 4 jam dan
120°C selama 13 jam. Polimerisasi tersebut mengahasilkan poli (asam laktat) dengan
rendemen cukup tinggi yaitu 90%. Poli (asam laktat) yang diperoleh memiliki berat
molekul 235.000, viskositas intrinsik 0,69, titik leleh 170°C dan kalor pembentukan
29 kkal/mol.
16

Menurut Botelho et al (2004), kelebihan PLA dibandingkan dengan plastik yang


terbuat dari minyak bumi adalah:
1. Biodegradable, artinya PLA dapat diuraikan secara alami di lingkungan oleh
mikroorganisme.
2. Biocompatible, dimana pada kondisi normal, jenis plastik ini dapat diterima
oleh sel atau jaringan biologi.
3. Dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui (termasuk sisa industri) dan
bukan dari minyak bumi.
4. 100% recyclable, melalui hidrolisis asam laktat dapat diperoleh dan
digunakan kembali untuk aplikasi yang berbeda atau bisa digabungkan untuk
menghasilkan produk lain.
5. Tidak menggunakan pelarut organik/bersifat racun dalam memproduksi PLA.
6. Dapat dibakar sempurna dan menghasilkan gas CO2 dan air.
Saat ini, PLA sudah digunakan untuk beragam aplikasi, diantaranya dibidang
medis, kemasan dan tekstil. Dibidang medis, PLA sudah lama digunakan sebagai
benang jahit pada saat operasi serta bahan pembungkus kapsul. Selain itu pada
dasawarsa terakhir PLA juga dikembangkan dalam upaya perbaikan jaringan tubuh
manusia. PLA juga telah dikembangkan untuk pembuatan kantong plastik (retail
bags), kontainer, bahkan edible film untuk sayuran dan buah. Dalam bentuk film dan
bentuk foam digunakan untuk pengemas daging, produk susu, atau roti. Dapat juga
digunakan dalam bentuk botol dan cangkir sekali pakai untuk kemasan air, susu, jus
dan minuman lainnya. Piring, mangkok, nampan, tas, film pertanian merupakan
penggunaan lain dari jenis plastik ini.Selain itu dibidang tekstil PLA juga telah
diaplikasikan untuk pembuatan kaos dan tas. Di Jepang, PLA bahkan sudah
dikembangkan sebagai bahan dasar pembuatan compact disc (CD) oleh Sanyo.

f. Isu penggunaan bakteri asam laktat

Poli (asam laktat) (PLA) telah disoroti karena biodegradabilitasnya yang


sangat baik dan degradasi-hidro. Di sisi lain, perkiraan biodegradabilitas PLA
umumnya memerlukan pengukuran panjang selama beberapa bulan karena sulit bagi
pengurai terminal, mikroorganisme, untuk mengambil dan menggunakan bahan
17

polimer, sehingga sulit untuk menganalisis dan membandingkan hasil secara


kuantitatif. Dalam penelitian ini, dihipotesiskan bahwa pemasukan asam mono laktat
(LA) dalam campuran PLA meningkatkan tingkat perlekatan mikroba ke permukaan
campuran PLA, dan meningkatkan laju biodegradasi. Film campuran PLA yang
mengandung 1%, 2,5%, dan 5% LA disiapkan, dan perubahan morfologisnya ke
permukaan dan penampang film diselidiki. Biodegradasi campuran PLA / LA
menggunakan lumpur digester diperkirakan secara kuantitatif dari laju produksi gas
spesifik (SGPR) berdasarkan luas permukaan film campuran. Sifat fisik dan kimia
sebelum dan sesudah biodegradasi juga dibandingkan. Hasil ini menunjukkan bahwa
campuran PLA / LA dengan laju degradasi yang terkontrol dapat dikembangkan
dengan memasukkan bahan kimia yang mudah terurai, dan diimplementasikan
sebagai plastik dan polimer yang ramah lingkungan.
Biodegradasi polimer dan campuran telah disorot baru-baru ini karena
didorong oleh persyaratan untuk bahan ramah lingkungan. Kontrol inisiasi tingkat
inisiasi dan biodegradasi merupakan faktor penting untuk memperluas polimer
biodegradable. Berdasarkan Lee Jae choon at al tahun 2016 dalam penelitiannya,
perbedaan campuran PLA / LA yang mengandung 0%, l%, 2,5%, atau 5% dari asam
laktat yang disiapkan, dan perubahan fisik dan sifat kimia selama biodegradasi
diperiksa. SEM mengungkapkan pembentukan biofilm pada permukaan campuran
PLA / LA, yang bertindak sebagai mediator yang merendahkan PLA. Laktat adalah
substrat yang mudah digunakan untuk berbagai spesies bakteri, dan menyediakan
sumber karbon dan energi untuk mendegradasi PLA, yang adalah refraktori untuk
degradasi mikroba. Nilai biodegradasi diperkirakan dari laju produksi gas spesifik
(SGPR) baru CO2, dan CH4 berdasarkan luas permukaan campuran. SGPR PLA /
LA 5.0% adalah 0,246 mmol CO2 / daym2, dalam kondisi aerobik, dan 0,0303 mmol
CO2 dan 0,0129 mmol CH4 / hari m2 dalam kondisi anaerobik. Hasil yang diperoleh
diharapkan berkontribusi pada pengembangan strategi untuk meningkatkan tingkat
biodegradasi bahan campuran PLA, dan mengoptimalkan plastik dan polimer yang
ramah lingkungan.
18

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uraian yang telah dikemukakan,maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri Gram-positif yang
mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. Genus bakteri yang
tergolong kepada BAL adalah Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus,
Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Streptococcus, Propionibakterium.
2. Beberapa senyawa yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat bersifat
antimikroba diantaranya adalah asam-asam organic,hydrogen
peroksida,reutrin dan bakteriosin.
3. Fungsi dari bakteri asam laktat adalah sebagai sumber yang baik bagi polimer,
meningkatkan kualitas kesehatan dan keamanan pangan, proses fermentasi
makanan, menghambat aktivitas bakteri pembusuk,sebagai kultur starter dan
mengontrol pertumbuhan bakteri pathogen dalam makanan.
4. Metabolisme bakteri asam laktat dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
homofermentatif dan heterofermentatif.
5. Poliasam laktat atau polylactic acid (PLA) merupakan bahan plastik yang
bersifat biodegradable yang dapat dikembangkan dalam pembuatan
bioplastik,industri medis dan industri tekstil.
6. Polimerisasi secara kimiawi untuk menghasilkan PLA dilakukan dengan 2
cara yaitu secara langsung melalui asam laktat dan tidak langsung melalui
pembentukan laktida yang diikuti dengan polimerisasi menjadi PLA.
7. Pemasukan asam mono laktat (LA) dalam campuran PLA untuk
meningkatkan laju biodegradasi dan tingkat pelekatan mikroba ke permukaan
campuran PLA menjadi isu dalam penggunaan bakteri asam laktat.
19

DAFTAR PUSTAKA

Baird-Parker, A.C. 1980. Organic acids. In: Silliker, J.H., R.P. Elliot, A.C. Baird-
Parker, F.L. Bryan, J.H.B. Christian, D.S. Clark, J.C. Olson, dan Robert Jr.,
Microbial ecology of food. New York: Academic Press. pp. 126-135
Byczkowski J dan Gessner T. 1988. Biological Role of Superoxide Ion-Radical.J
Biochem.
Carr, F. J., D. Chill, and N. Maida. 2002. The Lactic Acid Bacteria: A Literature
Survey. Crit. Rev. Microbiol.
Desai dan Ankur. 2008. Strain Identification, Viability and Probiotics Properties of
Lactobacillus casei. School of Biomedical and Health Science Victoria
University. Werribee Campus Victoria Australia.
Farland,G.T.danJ.H.Cummings,1998.http://ighawaii.com/naturally/newsletter/biot
ic.html. Probiotic and Prebiotic. Departement of Molecular and Cellular
Pathology, University of Dundee, Ninewells Hospital Medical School, Wysong
Health Letter. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2016.
Fardiaz, S. 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
Hotchkiss JH, Chen JH, Lawless HT. 1999. Combined Effects Of Carbon Dioxide
Addition and Barrier Films on Microbial and Sensory Changes in Pasteurized
Milk. J. Dairy Sci.
Nettles, C.G and Barefoot, S.F. 1993. Biochemical and Genetic Characteristics of
Bacteriocin of Food-Associated Lactic Acid Bakteria. J. Food Prot. Vol. 56:
338-356.
Pot, B., W. Ludwig, Kersters, dan K. Schleifer. 1994. Taxonomy of lactid acid
bacteria. In : De Vuyst, L. dan E. J. Vandamme. Bacteriocins of lactic acid
bacteria : microbiology, genetic and application. London: Blackie Academic &
Professional
Rahayu, E.S. dan Margino. 2004. Bakteri Asam Laktat: Isolasi dan Identifikasi .
Materi Workshop. Seminar Makalah Tugas Akhir. PAU Pangan dan Gizi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Kasmidjo, R., Sardjono, Wibowo, D., Margino, S. dan Rahayu, E.S.
1989. Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi Universitas Gadjah Mada.
Surono, I.S. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Tri Cipta Karya.
Jakarta.
Syahrurahman, A.,1994, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi, Penerbit Bina Rupa
Aksara, Jakarta.
Syulasmi, A., Hamdiyati, Y. Dan Kusnadi. 2005. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.

Anda mungkin juga menyukai