Anda di halaman 1dari 18

451 / TEKNIK ELEKTRO

USULAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

KAJIAN PERBANDINGAN KONFIGURASI WENNER,


SCHLUMBERGER, DAN WENNERSCHLUMBERGER
UNTUK IDENTIFIKASI PASIR BESI DI SUNGAI NOE METAN
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

JANI FREDIE MANDALA, ST, MT


NIDN : 0022016806
JEHUNIAS LEONIDAS TANESIB, S.Si., M.Sc.
NIDN : 0029117105

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


APRIL 2015
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul........................................................................................................... i
Halaman Pengesahan.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
RINGKASAN................................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Khusus Penelitian........................................................................ 3
1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian............................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 6
2.1 Lithostratigrafi......................................................................................... 6
2.2 Pasir Besi Noe Metan.............................................................................. 8
2.3 Metode Geolistrik.................................................................................... 9
2.4 Konfigurasi Elektroda dan Sensitifitasi................................................... 10
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 14
3.1 Lokasi Penelitian..................................................................................... 14
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................ 14
3.3 Prosedur Penelitian.................................................................................. 14
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN........................................................ 16
4.1 Biaya Penelitian......................................................................................... 16
1.1 Jadwal Penelitian..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian ................................................................ 20
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas............................ 22
Lampiran 3. Biodata Ketua Peneliti ............................................................................... 24
Lampiran 4. Biodata Anggota Peneliti ........................................................................... 28
Lampiran 5. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ................................................................ 31
RINGKASAN

Adanya mineralisasi logam dan paduan besi ditemukan daerah Kokfeu dan Besana, di
lereng dan sungai-sungai di bagian barat Gunung Mollo. Sifat dari logam ini mempunyai
daya hantar listrik yang sangat baik dan daya hambat yang rendah. Metode geolistrik
merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang dapat memberikan gambaran kondisi
dan kedalaman batuan dengan mengukur sifat kelistrikan batuan. Penelitian untuk
mengetahui sebaran pasir besi daerah Sungai Noe Metan Kokfeu dan Besana, di lereng
bagian barat Gunung Mollo, menggunakan metoda geolistrik tahanan jenis konfigurasi
Wenner-Schlumberger yang panjang bentangannya dimodifikasi untuk mendapatkan
ketelitian yang lebih tinggi dengan kedalaman berkisar 20 - 30 meter.
Pasir besi, dan atau paduan besi merupakan bahan galian logam yang bernilai
ekonomis dan salah satu kegunaannya yaitu sebagai salah satu bahan baku pabrik semen.
Selama ini Pabrik Semen Kupang masih mengimpor semen dari luar NTT, dan adanya
kebijakan pembangunan smelter logam serta kebutuhan yang tinggi baik nasional dan
internasional terhadap logam maka maka dengan ditemukannya mineralisasi logam dan
paduan besi di Pulau Timor, akan menjadi salah komoditi bahan galian yang memiliki pasar
lokal maupun nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan ketebalan dan sebarannya secara
horisontal pasir besi yang terdapat di Sungai Noe Metan dan sekitarnya. Hasil penelitian ini
diharapkan nantinya berdasarkan data ketebalan dan sebarannya dibawah permukaan secara
geofisika dapat ditindak lanjuti dengan pemboran untuk perhitungan sumber daya terukur.
Sehingga perhitungan sumber daya terukur nantinya tidak saja beberapa meter dipermukaan
namun dapat dilakukan hingga beberapa puluh meter dibawah permukaan. Hasil penelitian
ini diharapkan berupa sumber daya pasir besi tereka di Sungai Noe Metan dan sekitarnya
didaerah tersebut untuk dapat dikembangkan menjadi pedoman pemboran untuk dapat
dilakukan perhitungan sumber daya terukur. Hasil penelitian ini sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya dan menjadi informasi bagi pemerintah daerah dan masyarakat
setempat untuk dapat dikembangkan sebagai salah kegiatan ekonomi guna memenuhi
kebutuhan pasir besi Pabrik Semen Kupang, salah satu komiditi bahan galian logam dari
Pulau Timor.

Kata Kunci: Geolistrik, Tahanan Jenis, Konfigurasi, Wenner, Schlumberger, Pasir Besi.
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan mineral logam besi dan salah satunya yang berupa pasir besi untuk
kebutuhan dalam negeri dan luar negeri sangat tinggi sebagai bahan baku besi dan baja dan
industri lainnya. Di Indonesia, endapan bijih besi dalam bentuk pasir besi diperkirakan
berjumlah 83 juta ton dengan kadar sekitar 38-59 % Fe. Kebutuhan akan besi dari tahun ke
tahun makin meningkat. Pada saat ini kebutuhan besi baja di Indonesia mencapai sekitar 9
juta ton pertahun. Bahan baku bijih besi berbentuk pellet yang digunakan untuk pembuatan
besi baja tersebut saat ini masih diimpor.
Pasir besi juga digunakan sebagai salah satu bahan tambahan untuk pabrik semen
yakni 1%. Pabrik Semen Kupang hingga saat ini masih mendatangkan pasir besi dari
Cilacap, Jawa Tengah. Pada saat ini produksi Pabrik Semen II Kupang adalah sebesar
300.000 ton/tahun yang berarti kebutuhan pasir besi per tahun adalah 3.000 ton/tahun dan
kebutuhan pasir silika pertahun adalah 27.000 ton. Saat ini telah disetujui Menteri
Perindustrian RI dan telah direncanakan peningkatan produksi Pabrik Semen Kupang melalui
pembangunan Pabrik Semen Kupang III, yang akan beroperasi pada Tahun 2018, dengan
kapasitas produksi 1,5 Juta ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan 5,8 juta ton semen di
kawasan Indonesia Timur. Untuk itu maka dibutuhkan bahan baku pasir besi sebanyak 15.000
ton/tahun dan bahan baku pasir silika 135.000 ton. Bahan baku PT. Semen Kupang yang
masih diimpor dari luar NTT yaitu silika (kebutuhan 9%), pasir besi (kebutuhan 1%),
gypsum sintetik (kebutuhan 3-5%) dan batubara untuk pembakaran material semen. Ironisnya
secara sumber daya keterdapatan sumber daya pasir besi dan silika terdapat di NTT.
Permasalahannya yaitu dimana, berapa kadarnya, berapa cadangannya dan bagaimana
penambangannya yang berwawasan lingkungan tidak diketahui baik oleh pemerintah maupun
investor yang ingin menanamkan modalnya di NTT.
Sungai Noe Metan terletak di kaki Gunung Mollo bagian barat, dan merupakan batas
antara Desa Kokfeu (Kecamatan Mollo Utara) dan Desa Besana (Kecamatan Mollo Barat) di
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Di Sungai Noe Metan yang mengalir dan behulu di
Gunung Mollo dan bermuara di Sungai Noe Nisnoni. Di sungai ini dijumpai batuan dan pasir
yang bersifat dapat di tarik oleh magnet. Secara megaskopis sebagian besar bongkah batuan,
kerikil dan pasir yang dijumpai disungai Noe Metan berupa pecahan dari amfibolit, genes
amfibolit dan sedikit andesit, batu sabak dan granulit. Secara megaskopis mineral yang
dijumpai di dalam bongkah batuan berupa, hornblende, plagioklas, olivin, hematite, kwarsit,
sedikit biotit, piroksin, dan garnet. Pasir dan kerikil yang terdapat di Sungai Noemetan dan
batuan hasil endapan sungai purba disekitarnya menunjukkan sifat dapat ditarik oleh magnet
sehingga diyakini mengandung unsur-unsur logam.
Salah satu sifat dari logam yakni mempunyai daya hantar listrik yang sangat baik dan
daya hambat yang rendah. Karena sifat kelistrikan ini, keterdapatan dan sebaran pasir besi
dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode geolistrik (Effendy, 2012). Metode
geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam
eksplorasi mineral dengan hasil yang cukup baik, sebagaimana yang telah dilakukan oleh
para peneliti terdahulu dalam melakukan Eksplorasi Pasir Besi dengan metode Geolistrik
Tahanan Jenis / Geolistrik konfigurasi menggunakan Wenner, Schlumberger dan Wenner -
Schlumberger secara tersendiri. Namun belum pernah dilakukan pada suatu titik / lokasi
pengukuran dilakukan dengan konfigurasi yang berbeda-beda sehingga belum diketahui
bagaimana perbedaan hasil pengukuran tahanan jenis dari tiga konfigurasi yang berbeda dan
sering digunakan. Dengan menggunakan tiga konfigurasi yang berbeda dengan panjang
bentangan yang sama diharapkan dapat diperoleh nilai tahanan jenis dari masing-masing
metode sehingga dapat dikaji perbedaan dan efektifitas penggunaan ketiga metode tersebut,
serta dapat diperoleh nilai tahanan jenis batuan dibawah permukaan yang lebih akurat.
Berdasarkan uraian diatas dan upaya pemetaan geofisika bawah permukaan dalam rangka
eksplorasi bawah permukaan guna pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi
kebutuhan lokal maupun kebutuhan logam di Indonesia maka penulis tertarik melakukan
peneletian yang berjudul Kajian Perbandingan Konfigurasi Wenner, Schlumberger, dan
WennerSchlumberger untuk Identifikasi Pasir Besi di Sungai Noe Metan Kabupaten
Timor Tengah Selatan.

1.2 Tujuan Khusus Penelitian


Tujuan khusus penelitian ini pada Tahun Pertama, yaitu:
1. Mengetahui perbandingan nilai tahanan jenis pasir besi dengan metode geolistrik
konfigurasi Wenner, Schlumberger dan Wenner - Schlumberger.
2. Mengetahui sebaran dan ketebalan pasir besi atau pasir yang mengandung unsur
logam besi yang terdapat di bawah permukaan, baik yang berada di bawah
permukaan di sungai maupun endapan sungai purba disekitar Sungai Noe Metan.
3. Mengetahui kedalaman basement endapan pasir besi di sekitar Sungai Noe Metan.
4. Sebagai referensi untuk pemilihan konfigurasi yang paling tepat dan efektif dalam
melakukan identifikasi nilai tahanan jenis pasir besi dibawah permukaan.
5. Referensi nilai tahanan jenis pasir besi hasil endapan Kompleks Mutis untuk
identifikasi pair besi di daerah lainnya disekitar endapan sungai dan endapan
sungai purba hasil rombakan Kompleks Mutis.
6. Referensi untuk pemboran kedalaman menengah (20 - 30 meter) guna eksplorasi
detil guna mendapatkan sumber daya terukur dibawah permukaan.

Tujuan khusus penelitian ini pada Tahun Kedua, yaitu:


1. Membuktikan metode geolistrik apakah konfigurasi Wenner, Schlumberger dan
Wenner - Schlumberger yang paling detil untuk memetakan perlapisan batuan
berdasarkan tahanan jenis pada endapan-endapan yang mengandung logam melaui
data pemboran, karena hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan
secara real dilapangan metode mana yang dianggap paling tepat.
2. Melakukan kajian penyebab perbedaan nilai tahanan jenis, kedalaman penetrasi,
sebaran horisontal dari pasir besi dari penggunaan konfigurasi Wenner,
Schlumberger dan Wenner - Schlumberger di Sungai Moe Metan dan disekitarnya
dengan membandingkannya pada data pemboran.
3. Menyempurnakan aturan konfigurasi metode geolistrik yang dianggap paling tepat
memisahkan lapisan batuan yang mengandung logam berdasarkan tahanan
jenisnya.
4. Memberikan saran penggunaan metode geolistrik konfigurasi mana yang dianggap
paling tepat serta yang telah disempurnakan untuk pemetaan dan atau eksplorasi
mineral logam khususnya pasir besi

1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian


Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa:
1. Sebagai informasi untuk pemilihan konfigurasi yang lebih akurat dan efektif untuk
identifikasi pasir besi dibawah permukaan menggunakan metode tahanan jenis.
2. Diperoleh data bawah permukaan melalui pendugaan tidak langsung secara
geofisika, untuk perencanaan pemboran untuk eksplorasi pasir besi bawah
permukaan.
3. Masyarakat dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengetahui sumber
daya mineral dan dapat menggunakannya untuk menghitung cadangan mineral
tersebut untuk dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan lokal dan apakah
kompetitif untuk dapat diekspor keluar Pulau Timor.
4. Masyarakat disekitar lokasi dapat memanfaatkan sumber daya mineral yang ada
didaerahnya melalui usaha pertambangan rakyat melalui Izin Pertambangan
Rakyat.
5. Informasi ini dapat digunakan untuk perencanaan penambangan, studi kelayakan
dan referensi untuk penelitian sumber daya mineral di lokasi lainnya yang berupa
dan berasal dari rombakan batuan yang bersumber dari Kompleks Mutis dan
Formasi Metan.
6. Informasi ini dapat digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku
besi dan silika untuk memenuhi kebutuhan Pabrik Semen Kupang baik pada saat
ini maupun pada saat peningkatan produksi, guna menekan biaya produksi dari
biaya bahan baku, sehingga produksi Pabrik Semen Kupang dapat kompetitif dan
ekonomis karena hampir seluruh bahan bakunya berasal dari Pulau Timor (kecuali
gypsum sintetik).
7. Informasi ini dapat dipakai untuk melakukan eksplorasi sumber daya mineral pasir
besi dan pasir silika yang berasal dari Kompleks Mutis dan Formasi Metan yang
ada di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara maupun di tempat lain di
Kabupaten Timor Tengah Selatan sehingga nantinya dapat diperoleh lokasi-lokasi
alternatif pemenuhan kebutuhan sumber daya mineral pasir besi dan pasir silika
untuk kebutuhan bahan baku PT. Semen.
8. Sumbangsi penerapan IPTEK untuk meningkatkan kemajuan sains, laboratorium
dan teknik dengan mentransfer informasi atau bertukar ide demi kemajuan sains
dan institusi.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lithostratigrafi
Menurut Sawyer dkk.(1993), secara umum litostratigrafi di Pulau Timor dapat dibagi
menjadi tiga sekuen yaitu Sekuen Kekneno (Allocthon), Sekuen Kolbano, dan Sekuen
Viqueque. Sekuen Kekneno merupakan sekuen batuan yang tertua di Pulau Timor dan
Kompleks Mutis/Lolotoi termasuk di dalam Sekuen ini dan merupakan batuan dasar yang ada
di Pulau Timor (Lihat Gambar 1). Kompleks Mutis/Lolotoi (Kompleks Lolotoi merupakan
kesamaan Kompleks Mutis yang berdada di Timor Leste). Kompleks Mutis merupakan
batuan dasar di Pulau Timor Barat yang batuannya terdiri dari sekis, filit, amfibolit, dan
serpertinit ophiolite yang termetamorfkan seberumur Pra-Perm.

Gambar 1. Lithostratigrafi Kekneno sekuen (Alochthon), Kompleks Mutis


merupakan batuan dasar di Pulau Timor Barat. Sawyer dkk.(1993)

Menurut Suwitodirdjo K, dan Tjokrosapoetra S, (1996), daerah penelitian yakni di


sekitar Sungai Noe Metan Litostratigrafinya dari tua ke muda terdiri dari: Kompleks Mutis,
Formasi Metan dan Satuan Batuan Konglomerat Kerakal (Lihat Gambar 2).

Daerah Penelitian
Gambar 2. Peta Geologi dan Lithostratigrafi Sungai Noe Metan dan sekitarnya
(Suwitodirdjo K, dan Tjokrosapoetra S, 1996)

Berdasarkan peta geologi P3G Bandung oleh Suwitodirdjo K, dan Tjokrosapoetra S,


(1996), aliran sungai Noe Metan dari hulu ke hilir mengalir melalui saatuan batuan Kompleks
Mutis, dan satu anak sungai di dekat Mollo Tuan mengalir melalui Formasi Metan, kemudian
mengalir melalui Satuan batuan Konglomerat dan Kerakal dan bermuara di Sungai Noel
Nisnoni. Kompleks Mutis (pPm) berumur Pra Perem, berupa batuan malihan berderajat
rendah sampai tinggi yang meliputi batusabak, filit, sekis, amfibolit, sekis amfibolit, kwarsit,
genes amfibolit, granulit. Amfibolit merupakan bagian terbesar di dalam Komplek Mutis.
Kadang-kadang di dalam amfibolit ditemukan pula batuan granitan, gnanodioritan dan
dioritan yang termalihkan. Komplek Mutis diterobos oleh retas yang bersusunan diabas,
diorit hornblende, diorit kwarsa dan retas tersebut agak termalihkan. Formasi Metan (Tem),
berumur Eosen Bawah, terdiri dari aglomerat andesit dan tufa gelas yang ukurannya
mencapai sebesar kepalan tangan. Di antara aglomerat dan tufa tersebut didapatkan sisipan-
sisipan lava. Umumnya berkomposisi andesit, sebagian bertekstur gelas dan mengandung
hornblende. Satuan batuan Konglomerat dan Kerakal (Qac) berumur kwarter, berupa
bongkahan, kerikil, kerakal berselingan dengan batupasir yang merupakan endapan sungai
purba hasil rombakan dari batuan yang berada di Gunung Molo dan disekitarnya. Sedangkan
Aluvium (Qa) berupa pasir, kerikil, kerakal yang berasal dari bermacam-macam batuan,
terdapat pada dataran banjir Sungai Noel Nisnoni dan Sungai Noemetan.
Penamaan batuan di Kompleks Mutis oleh Suwitodirdjo K, dan Tjokrosapoetra S,
(1996), yaitu di dominasi oleh berupa batuan metamorf derajat rendah sampai tinggi berupa
amfibolit disamping adanya batuan sekis, pilit, batu sabak dan lain-lain. Sedangkan menurut
para peneliti lain seperti Barber (1981), Jacobson (1992), Sawyer (1993), Haris Ron (2000),
Audley-Charles (2004), menyebutnya sebagai seri ofiolit yang telah mengalami
metamorfisma derajat menengah dan merupakan batuan dasar (tertua) di Pulau Timor.
Seri Ofiolit yang lengkap dari atas ke bawah berupa: Sediment: lempung (black shale)
dan rijang endapan laut dalam yang terbentuk pada saat kerak lautan terbentuk. Sedimen ini
bila termetamorfkan menjadi batu sabak, filit, dan sekis. Sekuen Extrusive: berupa lava
bantal basaltik. Sheeted dikes: dike yang vertikal dan pararel yang memotong lava diatasnya.
High level intrusives: gabbro isotropic, yang terbentuk dari dapur magma. Lava basaltik dan
gabro jika termetamorfkan akan menghasilkan batuan metamorf ampbibole. Peridotite:
lapisan yang kaya dunit yang terpisahkan dari dapur magma, yang jika termetamorfkan
menghasilkan serpentinit.

2.2 Pasir Besi Noe Metan


Pasir besi, pasir krom, dan pasir silika merupakan hasil endapan dari dari batuan yang
telah ada sebelumnya, yang dapat berupa batuan beku dan batuan metamorf yang
mengandung mineral / bijih besi. Pasir besi merupakan akumulasi dan proses pengkayaan
supergene hasil rombakan dari batuan beku andesitik (intermediert) dan batuan beku basa
terutama ophiolit. Pasir besi yang batuan induknya berasal dari batuan metamorf, yaitu
berasal dari batuan metamorf yang mengandung mineral besi / bijih besi seperti amfibol. Hal
ini disebabkan Batuan Ultrabasa kaya akan unsur Fe, Mg, Ni, dan Cr (Bowen Series).
Pengkayaan ini di awali oleh proses pelapukan (weathering) dan pencucian (leaching) oleh
air. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan besi sebesar
9,85%. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion
dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara unsur-unsur tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Frangklin, Dkk (P3G Bandung, 2011) Di daerah
Lelogama Kabupaten Kupang dijumpai adanya mineralisasi logam dasar dan logam besi dan
paduan besi yang ditemukan bersumber dari batuan metamorf, ultrabasa dan urat kuarsa yang
yang berupa Kompleks Mutis. Di daerah ini beberapa conto batuan termineralisasi yang
dianalisis menunjukan kadar logam yang cukup berarti seperti Tembaga (0,15 6,1 %); Nikel
(0,2 %); Kromit (1,5 %) dan Emas (0,3 g/t).Nilai kadar ini ditemukan pada batuan yang telah
mengalami proses pengayaan sekunder (Gossan, limonitik dan urat kuarsa termineralisasi).
Sementara dari hasil analisis kimia endapan sungai aktif, kandungan logamnya tidak
menunjukan angka yang signifikan. Meskipun demikian berdasarkan data-data yang
diperoleh, maka dibeberapa tempat menunjukan adanya zona-zona anomali seperti Nikel
(2260 ppm) dan Kromit (1333 ppm) di Noil Kapsali Oelbanu; Timbal (55 ppm) dan Emas
(0,008 ppm) di Noil Tarmanu Noil Kuku; Seng (217 ppm) di Oelnaineno serta Tembaga (81
ppm) di Fatuleu.
Bedasarkan hasil penelitian Ramli Y. R., Dkk ( P3G Bandung, 2011) Penyebaran besi
yaitu di sekitar Sene, Kapan, Oetulu dan Musi. Hasil analisis kimia nilai kisaran Fe tertinggi
antara 45,57 % 52,98%, dengan rata-rata 29,48% dan standar deviasi 10,47%. Fe di jumpai
pada endapan hasil rombakan Kompleks Mutis dan Formasi Metan.
Adanya amfibol ubahan dari gabro, basal, peridotite, yang terdapat pada batuan
Kompleks Mutis dapat berperan sebagai batuan induk pasir besi. Adanya sifat kemagnetan
butiran pasir dan kerikil serta batuan yang diendapkan di Sungai Noe Mollo dan dari
pengamatan megaskopis adanya corak-corak merah kecoklatan pada pasir, kerikil dan
bongkah yang terdapat di Sungai Noe Mollo, serta pengamatan menggunakan loupe diamati
adanya mineral-mineral besi seperti hematite dan magnetit maka diduga endapan pasir di
sungai Noe Mollo yang berwarna abu-abu kehitaman adalah endapan pasir besi.

2.3 Metode Geolistrik


Batuan mempunyai sifat-sifat kelistrikan karena batuan merupakan suatu jenis materi.
Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik ke
dalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya
ketidakseimbangan atau arus listrik yang sengaja dimasukkan ke dalamnya. Dalam hal ini
akan dielajari tentang potensial listrik alam dari batuan, konduktivitas batuan dan konstanta
dielektrik batuan (Hendrajaya, 1990).
Dalam survei metode geolistrik akan diperoleh nilai beda potensial, kuat arus dan
nilai tahanan jenis batuannya. Tahanan jenis batuan yang didapat secara langsung merupakan
tahanan jenis semu yang memerlukan suatu pengolahan data lebih lanjut untuk mendapatkan
tahanan jenis yang sebenarnya untuk tiap-tiap lapisan. Tahanan jenis sebenarnya tersebut
digambarkan sebagai penampang 1D pada setiap stasiun. Kemudian dari penanmpang 1D
tersebut, dapat dikembangkan menjadi penampang 2D dengan metoda mapping dengan cara
korelasi tiap-tiap stasiun.
Pada pengukuran geolistrik tahanan jenis, biasanya digunakan dua buah elektroda
arus C di permukaan. Besarnya potensial pada titik P di permukaan akan dipengaruhi oleh
kedua elektroda tersebut (Lihat Gambar 3):

Gambar 3. Dua elektroda arus dan potensial di permukaan bumi homogen isotropis
(Loke & Barker, 1996)
potensial yang timbul pada titik P2 akibat arus dari elektorda C1 dan C2, sehingga
beda potensial antara titik P1 dan P2 ditulis sebagai berikut:

atau

Dimana K = faktor geometri

Harga resistivitas pada persamaan diatas merupakan harga resistivitas semu yang
diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan. Harga resistivitas sebenarnya dapat diperoleh
dengan melakukan suatu proses perhitungan, baik secara manual maupun secara
komputerisasi. Perhitungan secara manual dilakukan dengan bantuan beberapa jenis kurva
yang dikenal dengan kurva standar dan kurva bantu. Sedangkan cara komputerisasi
membutuhkan suatu perangkat lunak berupa software. Software yang umum digunakan
adalah IP dan RES2DINV.

2.4 Konfigurasi Elektroda dan Sensitifitasi


Ada beberapa bentuk konfigurasi elektroda (potensial dan arus) dalam eksplorasi
geolistrik tahanan jenis dengan faktor geometri yang berbeda-beda, yaitu: Wenner Alpha,
Wenner Beta, Wenner Gamma, Pole -Pole, Dipole-Dipole, Pole-Dipole, Wenner
Schlumberger, dan Equatorial Dipole-Dipole. Setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan
kekurangan, baik ditinjau dari efektivitas dan efisiensinya maupun dari sensitifitasnya.
Gambar 5 menunjukkan berbagai bentuk susunan (konfigurasi) elektroda.
Gambar 4. Konfigurasi elektroda dalam eksplorasi geolistrik (Loke, 2004)

Konfigurasi Wenner, Schlumberger dan Wenner-Schlumberger digunakan pada


pengukuran tahanan jenis 2D sedangkan konfigurasi Pole- pole, Pole - dipole dan Dipole -
dipole digunakan pada pengukuran tahanan jenis 3D. Dalam Penelitian ini digunakan
Pengukuran Tahanan Jenis 2D.
1. Konfigurasi Wenner Aplha
Wenner Alpha memiliki konfigurasi elektroda potensial berada di antara elektroda
arus yang tersusun dari C1 P1 P2 C2. Jarak elektroda yang satu dengan lainnya sama
dengan a, seperti terlihat pada Gambar 4a. Faktor geometri konfigurasi ini adalah k = 2a.
Keuntungan dan keterbatasan konfigurasi Wenner Alpha (Taib, 2004), adalah:
- Konfigurasi elektroda Wenner Alpha, sangat sensitif terhadap perubahan lateral
setempat dan dangkal; seperti gawir, lensa-lensa setempat. Hal tersebut terjadi
karena anomali geologi diamati oleh elektroda Ci dan Pi berkali-kali. Namun
demikian untuk jarak C-P yang lebih pendek, daya tembus (penetrasi) lebih besar,
sehingga berlaku untuk eksplorasi resistivitas dalam.
- Karena bidang equipotensial untuk benda homogen berupa bola, maka data-data
lebih mudah diproses dan dimengerti. Disamping itu, errornya kecil.
- Karena sensitif terhadap perubahan-perubahan ke arah lateral di permukaan,
konfigurasi ini disukai dan banyak digunakan untuk penyelidikan Geotermal.
- Karena pengukuran setiap elektroda harus dipindahkan, maka memerlukan buruh
yang lebih banyak

2. Konfigurasi Wenner Beta


Wenner beta merupakan kasus khusus untuk konfigurasi Dipole-Dipole dengan
susunan elektroda seperti terlihat pada Gambar 4b. Elektroda potensialnya berdekan pada
satu sisi dan elektroda arusnya di sisi yang lain, dengan susunan mulai dari C2 C1 P1
P2. Jarak elektroda yang satu ke elektroda yang lain juga sama dengan a. Faktor geometri
konfigurasi ini adalah k = 6a. Keunggulan dan kelemahan konfigurasi ini hampir sama
dengan Wenner Alpha, hanya berbeda pada sensitivitas. Wenner Beta lebih sensitif ke arah
horisontal dibandingkan Wenner Alpha, sementara Wenner Alpha lebih sensitif ke arah
vertikal atau penetrasi Wenner Alpha lebih dalam daripada Wenner Beta.

3. Konfigurasi Wenner Beta


Jarak elektroda konfigurasi ini juga seperti Wenner Alpha dan Beta yaitu sejauh a,
akan tetapi kedudukan elektrodanya berselang-seling mulai C1 P1 C2 P2, seperti pada
Gambar 4c. Faktor gemetri konfigurasi ini adalah k = 3a. Konfigurasi ini jarang digunakan
karena memang tidak dapat memberikan hasil yang lebih baik dan memuaskan.

4. Konfigurasi Wenner-Schlumber
Dalam konfigurasi ini, posisi elektroda sama dengan Wenner Alpha, tetapi jarak
antara elektroda arus dan elektroda potensial adalah n kali jarak kedu elektroda potensial.
Konfigurasi ini ditunjukkan dalam Gambar 4g dengan dengan faktor geometri sama dengan
k = n(n + 1)a. Keuntungan dan keterbatasan konfigurasi Wenner- Schlumberger (Taib,
2004), adalah:
- Dalam konfigurasi ini, MN tidak terlalu sering dipindahkan, sehingga mengurangi
jumlah buruh yang dipakai.
- Referensi dan kurva-kurva lebih banyak, dan studi yang dilakukan cukup banyak.
- Konfigurasi ini tidak terlalu sensitif terhadap adanya perubahan lateral setempat,
sehingga metoda ini dianjurkan dipakai untuk penyelidikan dalam.
- Kelemahannya: AB/MN harus berada pada rasio 2,5 < AB/MN < 50. Di luar rasio
tersebut, faktor geometri sudah berdeviasi

Setiap konfigurasi elektroda memiliki sensitivitas yang berbeda-beda, misalnya


Wenner Alpha dan Schlumberger memiliki kedudukan elektroda yang sama dan sama sensitif
terhadap perubahan vertikal, akan tetapi jangkauan penetrasinya berbeda karena dipengaruhi
oleh faktor jarak. Begitu pula Wenner Beta dan Dipole-Dipole yang sensitif terhadap
perubahan horisontal, namun Dipole-Dipole lebih baik untuk daerah yang lebih luas. Seperti
yang terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Model sintetik yang menunjukkan sensitifitas tiap konfigurasi elektroda
dalam eksplorasi geolistrik (Darlin dan Zhou, 2004)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Peneltian ini dilaksanakan di daerah Noe Metan Desa Kokfeu Kecamatan Molo
Utara dan Desa Besana Kecamatan Molo Barat Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Pengambilan conto pasir besi dilakukan di alur sungai Noe Metan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat- alat yang digunakan antara lain GPS handheld, total station, meteran, magnet, loupe,
kompas geologi, disto, palu geologi, magnetik pen, Resistivitymeter Naiura NRD 300 HF,
elektroda, palu, accu, kabel-kabel penghubung, alat bantu komunikasi (Handy Talky),
kamera digital, alat gali, sekop, alat tulis, buku lapangan dan peralatan keselamatan kerja.
Bahan-bahan yang digunakan adalah: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25000, Peta Geologi
skala 1:250000, isolasi, pita ukur dan larutan HCL.

3.3 Prosedur Penelitian


1. Kegiatan Sebelum Pekerjaan Lapangan
- Studi Literatur, meliputi pengumpulan dan pengolahan data dari literatur-literatur
terdahulu. Terdiri dari mempelajari geologi regional daerah penelitian, dan referensi
tentang pasir besi khusunya pemetaan dan informasi mengeai survey bawah
permukaan menggunakan metode geolistrik.
- Studi Penginderaan Jarak Jauh, yaitu melakukan interpretasi gejala-gejala geologi
yang berguna sebagai acuan dari data Citra Landsat, Foto Udara, Peta Topografi dan
Peta Tematik lainnya.
- Persiapan dan Penyediaan Peralatan Lapangan, yaitu pembelian dan
pembuatan/penggambaran peralatan dan bahan penelitian serta menyusun jadwal,
rute, rencana titik pengukuran dan menentukan arah bentangan elektroda.

2. Kegiatan Pekerjaan Lapangan


- Pemetaaan Geologi, yakni meliputi pemetaan batas pasir besi dengan litologi lainnya,
sehingga diperoleh gambaran sebaran endapan pasir besi.
- Pengukuran Topografi, dilakukan dengan Total Station untuk menggambarkan
morfologi daerah endapan pasir besi, dan titik-titik serta lintasan dimana dilakukan
pengukuran geolistrik.
- Pengukuran Geolistrik, dilakukan untuk mengetahui sebaran endapan pasir besi
yang berada di bawah permukaan.

3. Kegiatan Setelah Pekerjaan Lapangan


- Pengolahan Data
Pengolahan data berupa perhitungan nilai tahanan jenis berdasarkan hasil pengukuran
di lapangan menggunakan program MS.Excel dan pengolahan data untuk mendapat
nilai tahanan jenis sebenarnya, Membuat penampang bawah permukaan berdasarkan
data hasil identifikasi dan interprestasi dengan bantuan program IP2WIN dan
RES2DINV utuk mengetahui sebaran endapan pasir besdi di bawah permukaan.
- Penyusunan laporan
- Seminar dan publikasi
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

2.1 Biaya Penelitian


Rekapitulasi biaya penelitian ditunjukan pada tabel berikut:
No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp.)
1 Gaji dan Upah 14,600,000
2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan 45,350,000
3 Perjalanan 7,350,000
4 Lain-lain 7,700,000
Jumlah 75,000,000

2.2 Jadwal Penelitian


Penelitian ini derencanakan selama 5 (lima) bulan dengan pelaksanaan seperti tabel
berikut :

Waktu / Bulan ke - Lokasi dan


No Jenis Kegiatan
Pelaksana
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan, perijinan dan
1 Undana, Kupang
administrasi
2 Pengukuran Topografi Lapangan
3 Pengukuran Geolistrik Lapangan
4 Pengolahan Data Undana, Kupang
5 Analisa dan Interpretasi Undana, Kupang
Pembuatan Peta Penampang
6 Undana, Kupang
Bawah Permukaan
Estimasi Sumberdaya Pasir
7 Undana, Kupang
Besi
8 Pembuatan Laporan Undana, Kupang
9 Seminar dan Publikasi Undana, Kupang

Anda mungkin juga menyukai