Anda di halaman 1dari 39

PERHITUNGAN ESTIMASI SUMBER DAYA BATUBARA PT JHONLIN

BARATAMA, KABUPATEN TANAH BUMBU


KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan dari Program Studi S1 Teknik Pertambangan dan memperoleh gelar
Sarjana Teknik dari Universitas Cenderawasih

Oleh :

TRIO DZULFIKAR

20180611044002

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2022
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL

“PERHITUNGAN ESTIMASI SUMBER DAYA BATUBARA PT JHONLIN


BARATAMA, KABUPATEN TANAH BUMBU
KALIMANTAN SELATAN”

Disusun Oleh :

TRIO DZULFIKAR

20180611044002

Menyetujui/Mengetahui

Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

BEVIE M. NAHUMURY ST.MT

198104212008121003

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Permasalahan................................................................................................2
1.2.1 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.2.2 Batasan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................3
1.5 Keadaan Umum Daerah Penelitian............................................................3
1.5.1 Lokasi dann Kesampaian Daerah............................................................3
1.5.2 Fisiografi dan Geomorfologi...................................................................6
1.5.3 Stratigrafi.................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Sistem Penyaliran Tambang........................................................................8
2.2 Siklus Hidrologi (Hydrologycal Cycle)........................................................8
2.3 Faktor-Faktor Penting dalam Sistem Penyaliran Tambang....................9
2.4 Saluran Terbuka.........................................................................................14
2.5 Sumuran (Sump).........................................................................................16
2.6 Pompa..........................................................................................................17
2.7 Pipa..............................................................................................................19
2.8 Kolam Pengendapan Lumpur...................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................26
3.1 Rencana Penelitian.....................................................................................26
3.2 Alat dan Bahan...........................................................................................26
3.2.1 Alat........................................................................................................26
3.2.2 Bahan.....................................................................................................26
3.3 Metode Penelitian.......................................................................................26

iii
3.4 Diagram Alir Penelitian.............................................................................30
3.5 Jadwal Penelitian........................................................................................31

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Lokasi Daerah Penelitian....................................................................5
Gambar 1. 2 Peta Geologi Daerah Sekitar Penelitian..............................................7
Gambar 2. 1 siklus hidrologi....................................................................................9
Gambar 2. 2 Unsur-unsur Geometris Penampang Saluran....................................16
Gambar 2. 3 Grafik Penentuan Volume Sumuran Air Tambang...........................17

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Karakteristik Distribusi Frekuensi........................................................10
Tabel 2. 2 Nilai Variabel Reduksi Gauss...............................................................11
Tabel 2. 3 Derajat dan Intensitas Curah Hujan......................................................12
Tabel 2. 4 Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi........................................14
Tabel 2. 5 Harga Koefisien Manning (n)...............................................................15
Tabel 2. 6 Efisiensi Standar Pompa.......................................................................19
Tabel 2. 7 Kondisi Pipa dan Harga C.....................................................................20
Tabel 2. 8 Koefisien Kerugian Belokan Pipa.........................................................21
Tabel 2. 9 Koefisien Kerugian Dari Berbagai Katup............................................22
Tabel 3. 1 Tahap Penelitian....................................................................................27
Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian..................................................................................31

vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan batubara merupakan hal yang sangat
berpengaruh bagi ketersediaan energi pada saat ini, baik digunakan
sebagai pembangkit tenaga listrik, industri pembuatan semen,
peleburan bijih besi, dan lain-lain. Hal itu dapat dilihat dari
meningkatnya permintaan batubara, baik dari pasar domestik
maupun mancanegara. Sehingga menuntut banyaknya perusahaan
tambang berlombalomba meningkatkan produksi batubaranya untuk
bersaing memenuhi permintaan pasar batubara dunia. Dalam
mencapai target produksi, kelancaran suatu kegiatan penambangan
menjadi faktor yang paling utama, yaitu dengan cara meminimalkan
kendala-kendala yang dapat menghambat kegiatan penambangan.
Kendala air merupakan aspek vital yang tidak dapat dipisahkan dari
sistem pertambangan terbuka, semakin banyak lahan yang akan
ditambang, semakin banyak pula air yang masuk ke dalam tambang
(Ramadandika & Putri, 2015). Oleh karena itu perlu adanya
rancangan sistem penyaliran yang baik untuk mencegah front
penambangan tergenang air.
PT Jhonlin Baratama adalah sebuah anak perusahaan dari
Jhonlin Group yang didirikan di tahun 2003 dan berkantor pusat di
Kabupaten Tanah Bambu, Kalimatan Selatan. Metode penambangan
yang dilakukan oleh PT. Jhonlin Baratama menggunakan sistem
tambang terbuka (surface minning) dengan metode open pit
minning. Metode penambangan ini akan menyebabkan terbentuknya
cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk menjadi daerah
tampungan air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan
maupun air tanah. Pada saat kondisi cuaca ekstrim dengan adanya
curah hujan yang tinggi, maka air yang berasal dari limpasan
permukaan dapat menggenangi lantai dasar dan menyebabkan front

1
penambangan berlumpur sehingga dapat menghambat kegiatan
penambangan (Endriantho, 2009).
Kegiatan penambangan batubara yang dilakukan PT Jhonlin
Baratama dilakukan di enam lokasi yaitu area pertambangan sungai
dua, area pertambangan sungai danau, area pertambangan asam-
asam, area pertambangan kintap, area pertambangan konawe, dan
area pertambangan muarataweh. Sehubungan dengan meluasnya
wilayah penambangan tersebut, maka daerah tangkapan air hujan
pun menjadi lebih luas. Dengan terdapatnya daerah tangkapan air
hujan diatas, sehingga mengakibatkan debit yang dihasilkan air
hujan juga semakin meningkat dan menyebabkan peningkatan
volume air pada sump. Oleh karena itu dibutuhkan kinerja
pemompaan yang bagus, serta merencanakan kembali sistem
penyaliran tambang untuk daerah kemajuan tambang. Agar kegiatan
penambangan berjalan dengan lancar dan front penambangan
terbebas dari genangan air setelah terjadinya hujan, maka sistem
penyaliran harus dirancang dengan baik.
Pada saat musim penghujan, dasar tambang akan tergenang
air akibat air limpasan dari sekitar lokasi penambangan yang telah
berbentuk cekungan besar. Sasaran penyaliran adalah membuat
lokasi kerja di areal penambangan selalu kering karena bila tidak
terkontrol akan menimbulkan masalah seperti lokasi kerja, jalan
tambang becek dan licin, stabilitas lereng tambang rawan longsor,
peralatan tambang cepat rusak, kesulitan mengambil contoh
(sampling), efisiensi kerja menurun dan mengancam keselamatan
dan kesehatan kerja. Sistem penyaliran dapat berupa pencegahan air
masuk ke lokasi tambang yang penting di dalam merancangnya
harus dipertimbangkan faktor-faktor pengontrolan tersebut di atas.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang analisis sistem penirisan
tambang pada PT Jhonlin Baratama dengan tujuan untuk mengetahui

2
debit total air yang masuk ke sump. Kemudian mengevaluasi apakah
sistem pemompaan yang ada di perusahaan sehingga dapat
memberikan rekomendasi yang sesuai untuk sistem pemompaan
agar kejadian air sump meluap dan kondisi pompa yang dapat
breakdown sewaktu-waktu dapat dihindari.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Rumusan Masalah
1. Berapakah jumlah debit air total yang masuk ke dalam daerah sump x?
2. Berapa unit pompa yang dibutuhkan untuk menjaga elevasi air pada mine
sump utama agar tidak meluap ke front penambangan ?
3. Berapa waktu yang dibutuhkan dalam mengatasi air yang berada pada
sump x?
1.2.2 Batasan Masalah
Agar penulisan tidak keluar dari tujuan dan pembahasan yang sesuai
dengan permasalahan, maka penulis membatasi pada :
1. Penelitian dilaksanakan hanya di sump pit PT Jhonlin Baratama
2. Permasalahan pompa untuk mengeluarkan air dari sump ke saluran
tambang menggunakan pompa x.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menghitung total debit air yang masuk ke sump PT Jhonlin Baratama
2. Mengetahui berapa unit pompa yang dibutuhkan untuk menjaga elevasi air
pada mine sump utama agar tidak meluap ke front penambangan
3. Menghitung waktu yang yang diperlukan untuk mengatasi masalah air yang
berada pada sump x.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk peneliti, meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
menganalisis suatu masalah serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan
khususnya dalam bidang ilmu penirisan tambang.

3
2. Untuk Akademisi, diharapkan dari penelitian ini dapat memiliki dampak baik
serta menjadi bahan ajar di dalam perkuliahan bagi Perguruan Tinggi.
3. Untuk perusahaan, semoga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data
pendukung dan pembanding dalam menentukan pompa yang akan digunakan
dalam perusahaan tambang.
1.5 Keadaan Umum Daerah Penelitian
1.5.1 Lokasi dann Kesampaian Daerah
PT Jhonlin Baratama merupakan perusahaan pertambangan batubara yang
berada pada tempat yang strategis, dimana sarana dan prasarana yang ada untuk
kebutuhan sangat menunjang pada pertumbuhan industri pertambangan batubara
tersebut. Secara administrasif lokasi wilayah penambangan PT Jhonlin Baratama
site Sungai Dua terletak di Desa Sungai Dua, Kecamatan Simpang Empat,
Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis
wilayah ini terletak padsa koordinat 1150 59’32”E - 3024’13” S. PT Jhonlin
Baratama site Sungai Dua memiliki beberapa Pit aktif yaitu, Pit Gajah Mada, Pit
Putri Ahdadia (PAD), Pit BCMP, dan Pit Trambesi yang merupakan PKP2B PT
Arutmin Indonesia. Lokasi penelitian ini dapat di tempuh dari Jayapura melalui
jalur sebagai berikut :

1. Jayapura – Kalimantan Selatan dapat ditempuh melalui jalur udara


dalam waktu ± 6 jam.
2. Bandar udara – site penambangan dapat ditempuh melalui jalur
darat selama ± 15 menit mengunakan kendaraan roda dua dan empat.
Adapun batas wilayah lokasi penambangannya, yaitu:
 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Serongga
 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sungai Kecil
 SebelahTimur : Berbatasan dengan wilayah perkebunan PT. Sinarmas
 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Gunung Besi

4
5
Gambar 1. 1 Lokasi Daerah Penelitian

6
1.5.2 Fisiografi dan Geomorfologi
 Luas wilayah Desa Batu Ampar dari Utara ke Selatan sebesar 9 KM
sedangkan dari barat ke Timur 15 KM
 Luas seluruh desa Batu Ampar 13,5 KM2 / 13.500 Ha Desa Batu
Ampar memiliki dataran tinggi 1500 Ha, Pegunungan 256 Ha,
Perbukitan 578 Ha, selebihnya tanah rata 2466 Ha
1.5.3 Stratigrafi
Geologi dan stratigrafi daerah ini tersaji dalam (Gambar 2 Peta
Geologi sekitar Daerah Penelitian). Batuan sedimen Paleogen di daerah ini
dialasi oleh batuan Mesozoikum. Batuan tertua didaerah ini terdiri atas
Batuan Kelompok Samudra (oceanic rock) yang tersusun oleh batuan
ultramafik, rijang dan malihan yang berumur Jura. Batuan ini diterobos
batuan beku diorit dan granit berumur Kapur Awal. Di atas batuan
tersebut terendapkan batulempung Formasi Paniungan dan batugamping
Formasi Batununggal yang berumur akhir Kapur Awal. Tidak selaras di
atasnya ditindih oleh batuan sedimen Kelompok Pitap yang terdiri atas
Formasi Pudak, Keramaian dan Manunggul. Kelompok ini menjemari
dengan batuan gunung api Kelompok Haruyan (Formasi Pitanak dan
Paau). Kedua kelompok batuan tersebut berumur Kapur Akhir (Susanto
dkk., 1999)
Batuan sedimen Paleogen tertua di daerah ini adalah Formasi
Tanjung (Tet) berumur Eosen Akhir dengan Anggota Batulempung (Tetl).
Formasi Tanjung tersusun oleh perselingan batupasir berbutir kasar,
batupasir konglomeratan, dan konglomerat di bagian bawah. Perselingan
antara batulempung dan batubara di bagian tengah. Dan perselingan
batulanau dan batupasir halus-sedang di bagian atas. Anggota Lempung
tersusun oleh batulempung, setempat dengan sisipan tipis batupasir halus
gampingan (Heryanto, 2009). Formasi Tanjung tertindih secara selaras
oleh batugamping Formasi Berai yang berumur Oligo-Miosen. Formasi
Warukin berumur Miosen Tengah menindih secara selaras Formasi Berai.
Kemudian Formasi Warukin ditindih secara tidak selaras oleh Formasi

7
Dahor yang berumur Plio-Plistosen (Heryanto, 2010).

Gambar 1. 2 Peta Geologi Daerah Sekitar Penelitian

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Penyaliran Tambang
Penyaliran tambang adalah usaha atau kegiatan pengelolaan
air yang masuk ke dalam tambang agar tidak menganggu kegiatan
penambangan. Penanganan masalah air dalam suatu tambang
terbuka dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Mine drainage merupakan suatu upaya untuk mencegah masuknya air ke
dalam lubang tambang. Hal ini umum dilakukan untuk penanganan air tanah
dan air yang berasal dari sumber air permukaan. Untuk itu dibuat sistem
penyaliran air parit terbuka (open ditch), parit ini dibuat untuk mengalirkan air
ke semua tempat agar tidak menganggu kegiatan penambangan.
b. Mine dewatering merupakan usaha yang dilakukan untuk mengeluarkan air
yang telah masuk ke dalam areal penambangan, terutama untuk penanganan air
hujan. Upaya penanganan digunakan pompa-pompa sehingga area produksi
tidak terendam air dan kegiatan penambangan dapat terus beroperasi.
2.2 Siklus Hidrologi (Hydrologycal Cycle)
Keberadaan air di bumi mengalami proses alam yang berlanjut dan
berputar sehingga membentuk suatu siklus atau daur ulang. Dengan demikian
jumlah air yang ada di bumi merupakan satu kesatuan yang utuh dan bersifat
tetap. Proses pengurangan dan pengisian kembali sumber-sumber air di bumi dari
suatu tempat ke tempat yang lain membutuhkan waktu yang lama dan diatur
dalam suatu siklus tertutup yang disebut dengan siklus hidrologi yang melibatkan
elemen-elemen presipitasi, evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi, infiltrasi, dan
limpasan di permukaan (surface run off). Proses siklus hidrologi ini bermula dari
panas matahari yang menguapkan air di permukaan bumi. Uap air akan memasuki
atmosfer dan bergerak mengikuti gerakan udara. Beberapa bagian akan
mengumpul dan jatuh sebagai hujan dan salju kemudian mengalir kembali ke laut,
sebagian daripadanya akan tertinggal di darat. Begitu pula hujan yang jatuh ke
permukaan akan mengalir ke laut. Siklus ini diperlihatkan pada gambar dibawah
ini.

9
Gambar 2. 1 siklus hidrologi

2.3 Faktor-Faktor Penting dalam Sistem Penyaliran Tambang


Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam merancang
sistem
penyaliran pada tambang terbuka adalah:
a. Curah Hujan
Curah Hujan adalah jumlah atau volume air hujan yang jatuh pada satu satuan
luas, dinyatakan dalam satuan mm. Sumber utama air permukaan pada suatu
tambang terbuka adalah air hujan. Pengamatan curah hujan dilakukan dengan
alat pengukur curah hujan. Ada dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu alat
ukur manual dan otomatis. Alat ini biasanya diletakan ditempat terbuka agar
air hujan yang jatuh tidak terhalangi oleh bangunan atau pepohonan. Data
tersebut berguna pada saat penentuan hujan rancangan. Analisa terhadap
curah hujan ini dapat dilakukandua metode, yaitu:
1) Annual Series yaitu metode dengan mengambil satu data maksimum
setiap tahunnya yang berarti bahwa hanya besaran maksimum setiap tahun
saja yang dianggap berpengaruh dalam analisa data penelitian.
2) Partial Duration Series yaitu metode dengan menentukan lebih dahulu
batas awal tertentu curah hujan, selanjutnya data yang lebih besar dari
batas bawah tersebut diambil dan dijadikan data yang akan dianalisa.

10
b. Periode Ulang Hujan
Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu dimana curah hujan
biasanya akan berulang pada suatu periode tertentu, yang dikenal dengan
periode ulang hujan. Sebelum menganalisis data hujan dengan salah satu
distribusi di atas, perlu pendekatan dengan parameter-parameter statistik
untuk menentukan distribusi yang tepat digunakan.
Parameter-parameter tersebut meliputi antara lain:
1) Penentuan rata-rata (X)
Xi
X = ❑n persamaan 2.1

2) Penentuan deviasi standar (S)


¿¿
S= ❑ ¿ persamaan 2.2
n−1
3) Koefisien variasi (Cv)
S
Cv = persamaan 2.3
V
4) Koefisien skewness (Cs)
n
Cs = ∑ ¿¿ ¿ persamaan 2.4
i=1

5) Koefisien ketajaman (Ck)


n
2 x ∑ ¿¿ ¿
Ck = persamaan 2.5
n i=1
¿
Keterangan:
𝐗̅ = Curah hujan rata-rata (mm/bulan)
Xi = Curah hujan maksimun pada tahun x
n = Lama tahun pengamatan
S = Deviasi standar
Cv = Koefisien variasi
Cs = Koefisien skewness
Ck = Koefisien ketajaman
Tabel 2. 1 Karakteristik Distribusi Frekuensi

Jenis Distribusi Frekuensi Syarat Distribusi

11
Distribusi Normal Cs = 0 dan Ck = 3
Distribusi Log Normal Cs >0 dan Ck >3
Distribusi Gumbel Cs = 1,139 dan Ck =5,402
Distribusi Log-Person III Cs antara 0 – 0,9
Sumber: Soewarno, 2004.
Perhitungan periode ulang hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode,
metoda Gumbel, metode distribusi Log Normal , metode Log Person III.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode distribusi Log
Normal dengan rumus sebagai berikut ini:
YT=Y+KTxS persamaan 2.6
(Sumber: Suripin , 2004)
Keterangan:
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang Ttahunan,
YT = Log X
T̅ = Nilai rata-rata hitung variat
S = Deviasi standar nilai variat
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.
Nilai KT dapat dilihat pada Tabel 2.2 nilai variabel reduksi Gauss.
Tabel 2. 2 Nilai Variabel Reduksi Gauss

No Periode Ulang Peluang KT


1 1,001 0,999 -3,05
2 1,005 0,995 -2,58
3 1,010 0,990 -2,33
4 1,050 0,950 -1,64
5 1,110 0,900 -1,28
6 1,250 0,800 -0,84
7 1,330 0,750 -0,67
8 1,430 0,700 -0,52
9 1,670 0,600 -0,25
10 2,000 0,500 0

12
11 2,500 0,400 0,25
12 3,330 0,300 0,52
13 4,000 0,250 0,67
14 5,000 0,200 0,84
15 10,000 0,100 1,28
16 20,000 0,050 1,64
17 50,000 0,020 2,05
18 100,000 0,010 2,33
19 200,000 0,005 2,58
20 500,000 0,002 2,88
21 1.000,000 0,001 3,09
Sumber:Suripin, 2004

c. Intensitas Curah Hujan (I)


Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
hujan atau volume hujan dalam satuan waktu. Berdasarkan tinggi rendahnya
nilai intensitas curah hujan, hujan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
tingkatan yang dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2. 3 Derajat dan Intensitas Curah Hujan

Derajat Intensitas
No Kondisi
Hujan Curah Hujan
Hujan sangat Tanah agak basah atau dibasahi
1 < 0,02
lemah sedikit.
2 Hujan lemah 0,02 - 0,05 Tanah menjadi basah semuanya.
3 Hujan normal 0,05 - 0,25 Bunyi curah hujan terdengar.
Air tergenang diseluruh
4 Hujan deras 0,25 – 1,00 permukaan tanah dan terdengar
bunyi dari genangan.
5 Hujan sangat >1,00 Hujan seperti ditumpahkan,

13
deras seluruh drainase meluap.
Sumber: Rudy Sayoga,1999

It =
24
x( )
R 24 24
tc
2/3
persamaan 2.7

(Sumber: Awang Suwandhi, 2004)


Harga tc dapat dicari dengan menggunakan rumus :

( )
3
L
tc = 60 x 0,871 x 0,385
H
persamaan 2.8
(Sumber: Awang Suwandhi, 2004)
Keterangan:
It = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan rancangan (mm/hari)
Tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
L = Jarak terjauh sampai titik pengaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat berkumpulnya
Air (meter)
d. Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan (catchment area) adalah luasnya permukaan yang
apabila terjadinya hujan, maka air hujan tersbut akan mengalir ke daerah yang
lebih rendah menuju titik pengaliran. Air yang jatuh ke permukaan sebagian
akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian ditahan oleh tumbuhan
(intersepsi), dan sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi dan
akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Daerah tangkapan hujan
merupakan suatu daerah yang dapat mengakibatkan air limpasan permukaan
(run off) mengalir ke suatu daerah penambangan yang lebih rendah. Dalam
menentukan batasan catchment area dapat dibatasi dari daerah pit limit
penambangan, sedangkan daerah di luar areal penambangan tidak termasuk
kedalam catchment area.
e. Air Limpasan

14
Air limpasan (run off) adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang
bergerak dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa
memperhatikan asal atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran.
Debit limpasan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut ini:
QAL = C × I × A persamaan 2.9
(Sumber: Rudy Sayoga, 1999)
Keterangan:
QAL = Debit limpasan (m3/detik)
C = Koefisien limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/detik)
A = Luas catchment area (km2)
Tabel 2. 4 Koefisien Limpasan Pada Berbagai Kondisi

No Kemiringan Tutupan Nilai (C)


a. Sawah dan rawa 0,2
Datar
1 b. Hutan dan perkebunan 0,3
<3%
c. Perumahan dengan kebun 0,4
a. Hutan dan perkebunan
0,4
b. Perumahan
Menengah 0,5
2 c. Tumbuhan yang jarang
3% - 5% 0,6
d. Tanpa tumbuhan dan daerah
0,7
penimbunan
a. Hutan
0,6
b. Perumahan dan kebun
Curam 0,7
3 c. Tumbuhan yang jarang
>15% 0,8
d. Tanpa tumbuhan dan daerah
0,9 - 1
tambang
Sumber: Rudy Sayoga,, 1999

15
2.4 Saluran Terbuka
Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut
saluran terbuka. Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan menjadi saluran
alami (natural) dan saluran buatan (artificial). Bentuk penampang saluran air
umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe material pembentuk saluran serta
kemudahan dalam pembuatanya.
Saluran air dengan penampang segi empat atau segitiga umumnya untuk
debit kecil sedangkan untuk penampang trapesium untuk debit yang besar. Bentuk
penampang yang paling sering dan umum dipakai adalah bentuk trapesium, sebab
mudah dalam pembuatannya, murah, efisien dan mudah dalam perawatannya serta
stabilitas kemiringannya dapat disesuaikan menurut keadaan topografi dan
geologi.
Kapasitas pengaliran suatu saluran ditentukan dengan rumus manning dan
harga koefesien manning (n) dapat dilihat pada tabel 2.5
2
1 1
QSA = x R 3 x S2 x A persamaan 2.10
n
(Sumber: Rudy Sayoga, 1999)
Keterangan:
QSA = Debit aliran pada saluran (m3/detik)
A
R = Jari-jari hidrolik =
P
S = Kemiringan dasar saluran (%)
A = Luas penampang basah
n = Harga koefisien manning
Tabel 2. 5 Harga Koefisien Manning (n)

No Tipe Dinding Saluran n


1 Kaca 0,010
2 Saluran beton 0,013
3 Besi tulang dilapis 0,014
4 Bata dilapis mortar 0,015
5 Saluran tanah bersih 0,022

16
6 Pasangan batu disemen 0,025
7 Saluran tanah 0,030
8 Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040
9 Saluran pada galian batu padas 0,040
Sumber: Bambang Triatmodjo, 2008
Dimensi penampang yang paling efisien, yaitu dapat mengalirkan debit yang
maksimum untuk suatu luas penampang basah tertentu. Untuk bentuk saluran
yang akan dibuat ada beberapa macam bentuk dengan perhitungan geometrinya,
dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.

Gambar 2. 2 Unsur-unsur Geometris Penampang Saluran

2.5 Sumuran (Sump)


Sump adalah tempat yang paling rendah (semacam kolam kecil) dalam
tambang (tambang dalam atau tambang terbuka) untuk menampung air dan dari
tempat itu air dipompakan keluar tambang. Sump berfungsi sebagai tempat
penampungan air sebelum dipompa keluar tambang. Dengan demikian dimensi
sumuran ini sangat tergantung dari jumlah air yang masuk serta keluar dari
sumuran. Dalam pelaksanaan kegiatan penambangan biasanya dibuat sumuran
sementara yang disesuaikan dengan keadaan kemajuan medan kerja (front)
penambangan. Jumlah air yang masuk kedalam sumuran merupakan jumlah air
yang dialirkan oleh saluran-saluran, jumlah limpasan permukaan yang langsung
mengalir kesumuran serta curah hujan yang langsung jatuh kesumuran.
Sedangkan jumlah air yang keluar dapat dianggap sebagai yang berhasil dipompa,

17
karena penguapan dianggap tidak terlalu berarti. Dengan melakukan optimalisasi
antara input (masukan) dan output (keluaran), maka dapat ditentukan volume dari
sumuran.
Dimensi sumuran tambang tergantung pada kuantitas (debit) air limpasan,
kapasitas pompa, waktu pemompaan, kondisi lapangan seperti kondisi penggalian
terutama pada lantai tambang (floor) dan lapisan batubara serta jenis tanah atau
batuan di bukaan tambang. Volume sumuran ditentukan dengan menggabungkan
grafik intensitas hujan yang dihitung dengan teori mononobe versus waktu, dan
grafik debit pemompaan versus waktu, dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut.

Gambar 2. 3 Grafik Penentuan Volume Sumuran Air Tambang

Setelah ukuran sumuran diketahui tahap berikutnya adalah


menentukan lokasi sumuran pada bukaan tambang (Pit). Pada
prinsipnya sumuran diletakkan pada lantai tambang (Floor) yang
paling rendah, jauh dari aktifitas penggalian batubara, jenjang
disekitarnya tidak mudah longsor, dekat dengan kolam
pengendapan, dan mudah untuk dibersihkan.
2.6 Pompa
Pompa merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk memindahkan zat
cair dari suatu tempat ketempat lain. Berdasarkan prinsip kerjanya pompa
dibedakan atas:
a. Reciprocating Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di
dalam silinder. Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan
umumnya dapat mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi. Kerugiannya
adalah beban yang berat serta perlu perawatan yang teliti. Pompa jenis ini

18
kurang sesuai untuk air berlumpur karena katup pompa akan cepat rusak. Oleh
karena itu jenis pompa ini kurang sesuai untuk digunakan di tambang.
b. Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air yang
masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi air akan
dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa jenis ini
banyak digunakan ditambang, karena dapat melayani air berlumpur,
kapasitasnya besar dan perawatannya lebih mudah.
c. Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros)
melalui kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling kapal.
1) Daya Pompa
Daya pompa merupakan usaha pompa tiap satuan waktu. Beberapa langkah
yang harus ditempuh untuk menghitung daya pompa adalah dengan
menghitung losses yang terjadi pada instalasi pompa yang akan
direncanakan. Untuk menentukan daya pompa dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
p x g x Qpump x H
Ppump = persamaan 2.11
p
(Sumber: Syukriadi, 2005)
Keterangan:
Ppump = Daya pompa (Watt)
Ρ = Kerapatan air (998,3 kg/m3 pada suhu 20º C)
G = Percepatan gravitasi ( 9.8m/s2)
Qpump = Kapasitas pompa (m3/s)
H = Head total pompa (m)
p = Efisiensi pompa(%

Untuk menghitung debit aktual pompa dapat menggunakan persamaan


Xray berikut :

19
2
d X
𝑄 = 3,14 × × persamaan 2.12
4 √ 2 Y/g
Keterangan:
Q = Debit pompa (m3/det)
X = Panjang stick horizontal (cm)
Y = Tinggi stick vertikal (cm)
g = Gravitasi (9,8 m/s2)
d = Diameter pipa (cm)
Tabel 2. 6 Efisiensi Standar Pompa

Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006


2) Kapasitas Pompa
Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa
per satuan waktu. Kapasitas pompa ini tergantung pada kebutuhan yang
harus dipenuhi sesuai dengan fungsi pompa yang direncanakan.
2.7 Pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang digunakan untuk
mengalirkan fluida.Pipa untuk keperluan pemompaan biasanya
terbuat dari baja, tetapi untuk tambang yang tidak terlalu dalam
dapat menggunakan pipa HDPE. Pada dasarnya bahan apapun yang
digunakan harus memperhatikan kemampuan pipa untuk menekan
cairan di dalamnya. Sistem perpipaan tidak akan terlepas dari
adanya gaya gesekan pada pipa, belokan, pencabangan, bentuk
katup, serta perlengkapan pipa lainnya. Hal ini akan menyebabkan

20
terjadinya kehilangan energi sehingga turunnya tekanan di dalam
pipa. Kerugian head yang terjadi pada sistem perpipaan adalah
sebagai berikut :
a. Kerugian head akibat gesekan pada pipa (head friction)
Perhitungan besarnya kerugian gesekan pada pipa dapat dihitung
dengan
persamaan Hazen-William berikut ini:
10,666i x Q1,85
Hf = xL persamaan 2.13
C 1.85 x D 4.85
(Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006)
Keterangan:
Hf = Kerugian gesekan pada pipa (m)
Q = Debit aliran pipa (m3/detik)
C = Koefisien (dapat dilihat Tabel 2.7)
D = Dimameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
Tabel 2. 7 Kondisi Pipa dan Harga C

No Kondisi Pipa C
1. Pipa besi cor baru 130
2. Pipa besi cor tua 100
3. Pipa baja baru 120 - 130
4. Pipa baja tua 80 - 100
5. Pipa dengan lapisan semen 130 - 140
6. Pipa dengan terarang batu 140
Sumber: Rudy Sayoga. 1999.
b. Static head (Hc)
Static Head adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh
perbedaan
tinggi antara tempat penampungan dengan tempat pembuangan.
Hc  h2  h1 persamaan 2.14

21
(Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006)
Keterangan:
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
c. Shock loss head (Hl)
Kehilangan ini pada jaringan pipa disebabkan oleh perubahan-perubahan
mendadak dari geometri pipa, belokan-belokan, dan sambungan-sambungan.
v2
Hl = f xn persamaan 2.15
2x g
(Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006)
Keterangan:
D = Diameter dalam pipa (m)
n = Jumlah belokan
f = Koefisien kerugian
θ = Besar sudut belokan (derajat)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
v = Kecepatan rata- rata dalam pipa (m/s)
Tabel 2. 8 Koefisien Kerugian Belokan Pipa

F
𝛉°
Halus Kasar

5 0.016 0.024
10 0.034 0.44
15 0.042 0.062
22.5 0.066 0.154
30 0.130 0.165
45 0.236 0.320
60 0.471 0.684
90 1.129 1.265
Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006

22
d. Kerugian head pada katup (Hv ) Kerugian head pada katup adalah kehilangan
energi karena gesekan katup dan dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut
ini:
2
v
Hv = fv persamaan 2.16
2x g
(Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006)
Keterangan:
v = Kecepatan rata-rata di penampang masuk katup (m/s)
fv = Koefesien kerugian katup (dapat dilihat pada tabel 2.9)
Hv = Kerugian head katup (m)

Tabel 2. 9 Koefisien Kerugian Dari Berbagai Katup

JEN
DIAME
IS
TER
KAT
(mm)
UP
1 1 1 1 1
2 8 9
20 30 40 50 60 70 0 2 3 5 6
100 1,50 5 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 5
0 0 0
0 0 0 0 0
Katu
p 0,
0,14
soron 12
g
Katu 0,6 –
p 0,16
kupu (bervari
kupu asi
menurut

23
kontruks
i dan
diameter
)
0,09-
0,026
Katu (bervari
p asi
putar menurut
diameter
)
Katu
p
0, 8
cega 1, 1, 0, 0, 0, 0,
1,2 1 9 8
h 15 1 96 94 92 9
8 0,
jenis
ayun
Katu
p
cega
h
1, 1, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
tutup 1,2 1
15 1 9 8 7 6 5 4
cepat
jenis
tekan
an
Katu 1,44 1, 1, 1, 1,
p 39 3 3 2
cega 4
h
jenis

24
angk
at
beba
s
Katu
p
cega
h
tutup 6, 5, 5, 4,
7,3
- 6 9 3 6
cepat
jenis
pega
s
Katu
p
0,5
kepa
k
Katu
p 1,
1, 1, 1,
Isap 1,97 8
91 78 72
sarin 4
gan
Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006
Dari uraian diatas maka head total pompa dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
vd 2
H = Hf + Hc + Hi + Hv + persamaan 2.17
2x g
(Sumber: Haruo Tahara, Sularso. 2006)
Keterangan:
H = Head total pompa (m)

25
Hf = Head friction pompa (m)
Hc = Head statis pompa (m)
Hl = Head shock loss pompa (m)
Hv = Head kerugian pada katup (m)
vd 2

= Head kecepatan keluar (m)


2x g
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
Vd = Kecepatan rata-rata di penampang masuk katup (m/s)

2.8 Kolam Pengendapan Lumpur


Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) berfungsi sebagai
tempat menampung air tambang sekaligus untuk mengendapkan
partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari lokasi
penambangan. Kolam pengendapan akan berfungsi dengan baik
apabila rancangan kolam pengendapan yang akan dibuat sesuai
dengan debit air limpasan yang akan ditampung untuk pengendapan
lumpur. Rancangan kolam pengendapan dari segi geometri harus
mampu untuk menampung debit air dari lokasi penambangan.
Kolam pengendapan lumpur selain sebagai tempat untuk
mengendapkan material tersuspensi, di area tambang juga berfungsi
sebagai penampungan air limbah yang mengandung air asam
tambang (pH < 6), dimana di dalam tampungan tersebut dilakukan
perlakuan penetralan air limbah atau tercemar sehingga bisa menjadi
normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan oleh
pemerintah. Di kolam pengendap tersebut bisa dilakukan treatment
berupa pengapuran, pemberian alum, aerasi, dan perlakuan-
perlakuan lainnya sesuai dengan kondisi kandungan limbahnya.

26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rencana Penelitian
Adapun rencana penelitian yang akan dilakukan mengenai
“Analisis Efisiensi Penggunaan Pompa Terhadap Jumlah Debit Air
Yang Tertampung Pada Sump Di Pt Jhonlin Baratama, Kalimantan
Selatan”. Estimasi waktu dalam penelitian di pt. Jhonlin Baratama
berlangsung selama 2 sampai 3 bulan, dengan data yang diteliti
berupa data primer ( data yang diambil secara langsung di
lapangan ) dan data sekunder ( data pendukung yang diperoleh dari
perusahaan maupun sumber-sumber atau referensi dari luar).
3.2 Alat dan Bahan
Dalam kegiatan penelitian alat dan bahan yang akan digunakan penulis di lokasi
penelitian yang berada di PT. Jhonlin Baratama yang berada di Provinsi
Kalimantan Selatan. Sebagai berikut :
3.2.1 Alat
1. Laptop
2. Alat tulis
3. Meteran
4. Peralatan safety

27
3.2.2 Bahan
1. Plastik Sampel
2. Kertas A4
3.3 Metode Penelitian
Tahapan atau kegiatan serta hasil dari penelitian selama proses
pengambilan data di mulai dari awal dimana persiapan, studi
pustaka, metode peneltian, penelitian di lapangan dan pengolahan
data. Berikut tabel penjelasan alir penelitian.

Tabel 3. 1 Tahap Penelitian

No Kegiatan Keterangan Hasil


1. Mencari, mengumpulkan pustaka dan 1. Proposal
1 Persiapan melakukan studi literatur tentang teknik
2. Surat izin
Penirisan Tambang.
permohonan
2. Konsultasi dan ujian proposal
penelitian
penelitian
3. Surat izin
3. Surat izin penelitian yang dikeluarkan
melaksanaka n
oleh Fakultas yang ditujukan kepada
pengambilan
Pimpinan PT. Jhonlin Baratama
data yang
4. Meminta ijin kepada pihak perusahan
dikeluarkan
dalam hal ini PT. Jhonlin Baratama
oleh pihak PT.
untuk sedianya menerima dalam
Jhonlin
permohonan izin praktek lapangan dan
Bartama
pengambilan data untuk keperluan
Tugas akhir

28
1. Membaca dan mencari referensi – 1. Buku, jurnal
referensi serta mengambil keputusan terkait judul
terkait judul yang akan menjadi bagian yang akan
2 Studi
penting sebelum dan sesudah diteliti.
Pustaka
penelitian.
1. Observasi atau pengamatan langsung di 1. Memahami
lapangan metode yang
2. Dokumentasi kegiatan lapangan serta alir
Metode
selama proses pengambilan data serta penelitian.
3 Peneliti
interview kepada pihak PT. Jhonlin
an
Baratama
1. Data Primer : 1. Memahami
 Data beda ketinggian dilokasi data yang
penambangan. akan diteliti
 Data debit aktual pompa. 2. Mengambil
 Data pengukuran panjang dan data secara
jumlah langsung
belokan pipa. dilapangan.
4 Data  Data pengukuran dimensi saluran
Penelitian terbuka.
 Data debit aktual air tanah

2. Data Sekunder
 Data curah hujan tahunan
 Peta penyaliran tambang.
 Peta catchment area.
 Spesifikasi pompa yang digunakan
 Data dimensi settling pond

29
 Menghitung luas catchment area 1.menganalisis
bagian pit barat berdasarkan peta dampak operasi
situasi dan peta topografi. pertambagan
 Menghitung curah hujan rencana terhadap
menggunakan metode log normal. lingkungan
 Menghitung waktu konsentrasi air serta aspek
Pengolah
5 dengan rumus kirpich. sosial dan
an data
 Menghitung intensitas curah hujan ekonomi.

rencana dengan rumus mononobe. Berdasarkan

 Menghitung debit air limpasan data yang terlah

dengan rumus rasional. dikumpulkan

 Menghitung daya dan kebutuhan .

pompa
 Menentukan dimensi saluran
terbuka.

30
3.4 Diagram Alir Penelitian

Tahap Persiapan
 Pemilihan judul
 Studi Literatur/study pustaka
 Pengurusan surat izin

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Data beda ketinggian dilokasi penambangan. 1. Data curah hujan tahunan.
2. Data debit aktual pompa. 2. Peta penyaliran tambang.
3. Data pengukuran panjang dan jumlah belokan pipa. 3. Peta catchment area.
4. Data pengukuran dimensi saluran terbuka. 4. Spesifikasi pompa yang digunakan
5. Data debit aktual air tanah 5. Data dimensi settling pond

Pengolahan Data
1. Menghitung luas catchment area bagian pit barat berdasarkan peta
situasi dan peta topografi.
31
2. Menghitung curah hujan rencana menggunakan metode log normal.
3. Menghitung waktu konsentrasi air dengan rumus kirpich.
4. Menghitung intensitas curah hujan rencana dengan rumus
mononobe.
Hasil Dan Pembahasan
1. Curah hujan rencana
2. Debit limpasan air
3. Kapasitas debit pompa

3.5 Jadwal Penelitian


Berikut ini adalah jadwal kegiatan selama proses pengerjaan tugas akhir.
Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian

Tahun 2022

Juni Juli Agustus September


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 pengambilan data

3 Pengolahan data

4 Penyusunan
Laporan

32
33

Anda mungkin juga menyukai