Oleh :
Harta Haryadi
Agus Miswanto
Adjat Sudradjat
Yudi Mandalawanto
Endang Mulyani
Eri Supriatna
Kegiatan Updating Data Mineral dan Batubara merupakan kegiatan lanjutan untuk
memperbaharui data sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi permintaan
seluruh pemangku kepentingan akan berbagai informasi data mineral dan batubara yang
sampai saat ini masih belum memenuhi harapan yang diinginkan.
Di sektor batubara, Updating Data Mineral dan Batubara 2009, dapat mendukung
pemerintah dalam merumuskan Kebijakan Batubara Nasional, yang merupakan acuan
bagi semua pihak dalam mengembangkan dan pemanfaatan batubara di Indonesia. Di
bidang mineral industri, sebagai informasi kepada konsumen pemakai dan investor
bahan galian industri, agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap BGI impor
dalam rangka menghemat devisa negara. Sedangkan di bidang logam diharapkan
menjadi data acuan bagi Indonesia untuk menjadi pengekspor mineral logam selain
untuk memenuhi permintaan industri pemakainya yang sangat beragam di dalam negeri
Oleh sebab itu keberadaan data dan informasi mineral dan batubara yang lebih akurat
serta dapat diakses dengan mudah oleh para pelaku usaha mineral dan batubara
diharapkan akan menjadi acuan bagi peningkatan investasi di sektor tersebut.
i
NIP. 100002751
ii
SARI
Kajian Updating Data Mineral dan Batubara 2009 disusun oleh Tim dari Kelompok
Program Kajian Kebijakan Pertambangan Mineral dan Batubara, Puslitbang Teknologi
Mineral dan Batubara. Isi kajian tersebut, memperbaharui data potensi dan cadangan,
serta tingkat pemasokan dan permintaan mineral dan batubara, seperti bentonit,
dolomit, fosfat, felspar, gamping, granit, kaolin, marmer, pasir kuarsa, bauksit, bijih besi,
emas, nikel, perak, timah, tembaga dan batubara.
Data kajian Updating Data Mineral dan Batubara 2009 bersumber dari data primer
maupun sekunder. Data sekunder berasal dari Badan Pusat Statistik, Dinas
Pertambangan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Pusat Sumberdaya
Geologi, Pusat Data dan Informasi ESDM, Direktorat Pembinaan dan Pengusahaan
Mineral dan Batubara (DPPMB) Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi
tahun 2007.
Sedangkan data primer, merupakan verifikasi langsung ke lapangan oleh Tim Kajian,
berupa kegiatan pengumpulan data mineral dan batubara yang dilakukan di beberapa
daerah di Indonesia, yaitu Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Jawa Barat, Propinsi
Banten, Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi DIY, Propinsi Jawa Timur, serta DKI Jakarta.
Verifikasi dilakukan dengan mendatangi responden baik produsen maupun konsumen
mineral dan batubara. Hal ini masih diperkuat dengan cara koresponden melalui jasa
pelayanan kirim.
Di samping berbagai sumber data yang disebutkan diatas, Kajian Updating Data Mineral
dan Batubara 2009, memakai rujukan dari berbagai tulisan yang merupakan kajian yang
terkait dengan mineral dan batubara, seperti yang tertulis pada daftar pustaka.
Seluruh data yang terdapat pada kajian Updating Data Mineral dan Batubara 2009;
kemungkinan ada perbedaan dalam besaran maupun volumenya dibanding dengan data
dengan sumber yang berbeda. Hal ini disebabkan cara pengumpulan, pengolahan data
serta sumber informasi yang berbeda. Dengan pertimbangan tersebut, kajian Updating
Data Mineral dan Batubara 2009 dapat dipertimbangkan untuk jadi penilaian, terutama
tingkat akurasi data yang akan dipilih untuk menghasilkan kajian maupun telaahan serta
menjadi acuan untuk berbagai kepentingan bagi seluruh pemangku kepentingan secara
optimal.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
2.18 Sumber Daya dan Cadangan Bijih Besi .................................... 19
2.19 Sumber Daya dan Cadangan Nikel ........................................... 20
2.20 Sumber Daya dan Cadangan Perak ........................................... 20
2.21 Sumber Daya dan Cadangan Timah ......................................... 21
2.22 Sumber Daya dan Cadangan Seng ............................................ 22
2.23 Sumber Daya dan Cadangan Batubara .................................... 22
v
4.3 Pertambangan Logam Indonesia ................................................... 56
4.3.1 Kondisi Pemasokan dan Kebutuhan Logam ........ 57
4.3.2 Permasalahan Logam Indonesia .............................. 58
4.3.3 Kebijakan Sektor Pertambangan Logam .............. 59
4.3.4 Prospek Logam Indonesia .......................................... 60
LAMPIRAN TABEL SUMBER DAYA DAN PEMASOKAN SERTA KEBUTUHAN MINERAL DAN
BATUBARA
TABEL SUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA ......... Hal.
vi
2.22 Sumber Daya dan Cadangan Seng ............................................. 222
2.23 Sumber Daya dan Cadangan Batubara ..................................... 226
TABEL PEMASOKAN DAN PERMINTAAN MINERAL DAN BATUBARA ............ Hal.
vii
I. PENDAHULUAN
Banyak wilayah di Indonesia menyimpan kekayaan mineral dan batubara yang cukup
besar, namun jumlah keseluruhan kekayaan tersebut sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti. Penyebabnya antara lain, masih kurangnya berbagai kegiatan
penyelidikan, pemetaan dan eksplorasi pertambangan mineral dan batubara, sementara itu
potensi yang telah diinventarisasi juga belum seluruhnya diusahakan.
Pada masa mendatang peran mineral dan batubara akan semakin meningkat, oleh sebab
itu keberadaan data dan informasi yang lebih akurat serta dapat diakses dengan mudah
oleh para pelaku usaha mineral dan batubara sangat penting, sehingga diharapkan akan
menjadi daya tarik usaha dan investasi di sektor tersebut
Di sektor batubara, berdasarkan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen ESDM tahun
2009, jumlah sumber daya batubara Indonesia tercatat sebesar 104,76 milyar ton, terdiri
dari sumber daya hipotetik 34,62 miliar ton, sumber daya indikasi 32,15 miliar ton,
sumber daya terduga sebesar 15,74 miliar ton, sumber daya terukur berjumlah 22,25
miliar ton. Berdasarkan kandungan kalori, dari seluruh total sumber daya tersebut, antara
lain sumber daya batubara kalori rendah berjumlah 21,18 miliar ton, kalori sedang
berjumlah 69,55 miliar ton, sumber daya kalori tinggi berjumlah 13,02 miliar ton, dan
sumber daya batubara dengan kalori sangat tinggi berjumlah 1,00 miliar ton.
Sampai tahun 2009, Propinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur merupakan daerah
yang memiliki sumber daya batubara terbesar di Indonesia. Jumlah sumber Daya
batubara di Sumatera Selatan berjumlah sebesar 49,56 miliar ton atau sekitar 47,31% dan
Kalimantan Timur berjumlah sebesar 37,54 miliar ton atau sekitar 35,83%.
Disamping sumber daya, Indonesia juga memiliki cadangan batubara yang siap tambang.
Cadangan batubara Indonesia dihitung berdasarkan endapan bahan batubara yang telah
1
diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, kualitas, dan secara ekonomis memenuhi
kriteria layak tambang. Jumlah cadangan batubara Indonesia pada tahun 2009 yang
dihimpun oleh Pusat Sumber Daya Geologi dari laporan perusahaan-perusahaan
pemegang ijin PKP2B di Indonesia adalah sebesar 18,71 miliar ton, dengan rincian 13,25
miliar ton berupa cadangan tereka, dan 5,46 miliar berupa cadangan terbukti.
Penambangan batubara di Indonesia secara garis besar dilakukan dengan dua pola, yaitu
Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan Kuasa
Pertambangan (KP). Di samping kedua pola kontrak tersebut, terdapat sebuah Badan
Usaha Milik Negara, yaitu PT. Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Produksi
batubara Indonesia pada tahun 2003 tercatat sebesar 112,99 juta ton hingga tahun 2008
produksinya mengalami peningkatan yang sangat tajam, yaitu menjadi sebesar 231,12
juta ton, berarti naik rata-rata sebesar 10,22 % setiap tahunnya. Berdasarkan data dari
Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara, sebagian besar dari produksi
pada tahun 2008 tersebut, yaitu 160,09 juta ton (69,27%) digunakan untuk memenuhi
kebutuhan ekspor, sisanya sebesar 69,43 juta ton (30,04%) untuk memenuhi keperluan di
dalam negeri.
Perkembangan ekspor batubara Indonesia tampaknya cukup signifikan, pada tahun 2003
ekspor batubara Indonesia sebesar 85,30 juta ton, tahun 2008 meningkat menjadi sebesar
160,27 juta ton, berarti rata-rata naik 9,35%, setiap tahunnya.
Hingga saat ini, pemakaian batubara di dalam negeri masih terbatas pada perusahaan-
perusahaan tertentu saja, yaitu Perusahaan Listrik (PLTU), industri semen, industri kertas
(pulp), industri metalurgi, industri tekstil, sebagian lainnya untuk pembuatan briket dan
pembuatan karbon aktif. Perkembangan penjualan batubara di dalam negeri pada tahun
2003 hanya 28,98 juta ton sedangkan pada tahun 2008 meningkat 69,43 juta ton berarti
rata-rata naik sebesar 11,65% setiap tahunnya selama kurun waktu 2003-2008.
Di sektor mineral industri dalam kurun waktu 2003-2008, sektor industri manufaktur
pemakai bahan galian (mineral) terus meningkat pasca krisis ekonomi, sehingga kegiatan
2
pertambangan BGI mulai memperlihatkan gejala meningkat, khususnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Berdasarkan data Pusat Sumber Daya
Geologi 2009, berbagai sumber daya mineral industri yang dimiliki Indonesia pada
umumnya sangat berlimpah, antara lain bentonit (611,35 juta ton), dolomit (1,96 miliar
ton), fosfat (18,97 juta ton), felspar (7,44 miliar ton), gamping (251,95 miliar ton), granit
(52,66 miliar ton), gypsum (7,44 juta ton), kaolin (732,86 juta ton), marmer (55,37 miliar
ton), pasir kuarsa (17,49 miliar ton), trass (3,89 miliar ton), zeolit (258,10 juta ton),
zirkon (206,46 ribu ton), bauksit (bijih 86,20 juta ton, logam 29,53 juta ton), tembaga
(bijih 3,19 miliar ton, logam 32,34 juta ton), emas (bijih 3,49 miliar ton, logam 3,00 ribu
ton), pasir besi (bijih 1,03 juta ton, logam 524,17 ribu ton), nikel (bijih124, 26 juta ton,
logam 2,36 juta ton), perak (bijih 3,31 miliar ton, logam 16,65 ribu ton), timah (bijih
231,93 ribu ton, logam 164,68 ribu ton), dan seng (bijih 5,10 juta ton, logam 775,20 ribu
ton).
Permasalahan yang dihadapi sektor BGI, antara lain hampir seluruh bahan galian industri
belum memberikan nilai tambah (value added) yang tinggi baik bagi para pengusaha
maupun pemerintah (perolehan pajak) disebabkan masih dijual dalam bentuk bahan baku
yang belum diolah (raw material), dilain pihak teknologi yang dimiliki sebenarnya sudah
mampu mengolahnya. Disamping itu, dukungan perbankan yang masih kurang, serta
berbagai peraturan dan Undang-undang khususnya setelah bergulirnya otonomi daerah
yang belum mendukung sektor pertambangan BGI, sehingga kegiatan usaha tersebut
telah menimbulkan sejumlah implikasi baik ekonomi, lingkungan maupun sosial.
Di sektor mineral logam yang secara umum kondisi pemasokan dan kebutuhannya sangat
erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Dan saat ini akibat krisis ekonomi global
yang menyebar dari Amerika Serikat hingga seluruh dunia yang menyebabkan
pertumbuhan ekonomi rata-rata yang kurang baik sangat berpengaruh terhadap tingkat
pemasokan dan kebutuhan logam. Tak dapat disangkal lagi, kalau selama ini Amerika
Serikat dan negara-negara maju merupakan pemakai terbesar produk-produk logam.
Dengan adanya krisis global yang berasal dari Amerika Serikat, maka sudah dapat
3
dipastikan hampir seluruh sektor pertambangan logam bukan saja yang berasal dari
Indonesia, namun produsen logam seluruh dunia pun akan terkena akibatnya.
Agar berbagai mineral dan batubara yang dimiliki oleh Indonesia dapat memberikan
manfaat yang maksimal, maka berbagai sumber daya alam tersebut perlu terdata. Untuk
menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi di sektor tersebut, maka dilakukan kajian
updating data Mineral dan Batubara, sebagai salah satu langkah untuk memberikan
informasi keekonomian mineral dan batubara kepada pihak-pihak terkait dengan sektor
tersebut, diantaranya para pengusaha serta pemerintah sebagai pemegang kebijakan agar
dapat lebih meningkatkan profesinya dalam rangka pemanfaatan sektor mineral dan
batubara sebagai bagian dalam wujud meningkatkan kesejahteraan bagi bangsa dan
negara.
Kaitan Dengan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, serta sejalan dengan program pemerintah berupa Kebijakan Energi Nasional
(KEN) dalam rangka mengamankan kestabilan dalam tingkat kebutuhan dan pemakaian
energi di masa mendatang, serta kebijakan di bidang mineral untuk menjadikan Indonesia
mandiri dan tidak tergantung kepada mineral impor, yang didukung dengan sumber daya
mineral dan batubara yang berlimpah. Oleh sebab itu keberadaan data dan informasi yang
lebih akurat serta dapat diakses dengan mudah oleh para pelaku usaha mineral dan
batubara diharapkan akan menjadi daya dukung program dan kebijakan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka kegiatan updating data mineral dan batubara akan
mendukung dan menunjang kearah tersebut dengan memberikan data dan informasi yang
menyeluruh seputar mineral dan batubara, bagi seluruh sektor-sektor yang terkait
sehingga dapat sejalan dengan Visi Departemen Energi dan Sumber daya Mineral, yakni
”Terwujudnya sektor energi dan sumber daya mineral yang menghasilkan nilai tambah
sebagai salah satu sumber kemakmuran rakyat melalui pembangunan berkelanjutan dan
ramah lingkungan, adil, transparan, bertanggung jawab, efisien serta sesuai standar
etika yang tinggi”.
4
1.2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran
a. Maksud kegiatan ini adalah untuk melakukan pengumpulan data mineral dan
batubara yang valid dan mutahir, serta memperbarui dan melengkapi (updating)
data kajian maupun database dan website sumber daya, serta pemasokan dan
kebutuhan mineral dan batubara yang bersifat komprehensif berbasis sistem
informasi.
b. Adapun tujuannya adalah menyediakan data mineral dan batubara yang valid
dan mutahir, sebagai informasi kajian maupun data digital yang dapat diakses
seluruh pemangku kepentingan yang membutuhkannya.
c. Sasaran kegiatannya adalah: dihasilkannya data sumber daya, pemasokan dan
kebutuhan mineral dan batubara yang valid dari tahun 2003-2008 untuk
mendukung kepentingan seluruh pemangku kepentingan; serta memperbaharui
dan melengkapi database mineral dan batubara yang ada.
5
Inventarisasi kebijakan-kebijakan terkait dengan pengelolaan mineral dan
batubara. Berdasarkan data penambangan dan perusahaan yang menambang serta
daerah yang berkualitas di tambang, maka banyak kebijakan-kebijakan terkait
pengelolaan mineral dan batubara nasional. Pada tahapan pekerjaan ini
mengumpulkan data yang menyangkut peraturan-peraturan, petunjuk teknis,
petunjuk pelaksanaan dan aturan-aturan lain yang dikeluarkan oleh pusat maupun
daerah dan beberapa data lainnya yang terkait.
1.4 Metodologi
Metoda yang digunakan dalam kegiatan ini untuk mencapai hasil yang maksimal, tepat
guna dan sasaran yaitu :
a. Survei langsung : yaitu dengan mendatangi responden baik produsen maupun
konsumen mineral dan batubara.
b. Survei tidak langsung : yaitu dengan mengumpulkan data yang tidak
berhubungan langsung dengan pemilik data primer, akan tetapi dilakukan dengan
cara berkunjung ke instansi yang mengelola ataupun punya otoritas kemineralan
dan perbatubaraan (instansi yang terkait dengan kemineralan dan perbatubaraan,
perusahaan swasta, Pemda setempat, Badan Pusat Statistik, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan
Batubara, Dinas Pertambangan, Pusat Sumber Daya Geologi, Pusat Data dan
Informasi Mineral dan Batubara, ESDM, Asosiasi-Asosiasi di sektor mineral dan
batubara, dll). Hal ini masih diperkuat dengan cara koresponden melalui jasa
pelayanan kirim.
6
Banten, Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi DIY, dan Propinsi Jawa Timur, serta
verifikasi data di Propinsi DKI Jakarta.
7
Kondisi Kemineralan dan
Data Base
Perbatubaraan Nasional
Mineral dan Batubara
Pengolahan Data
Penyaringan Data
Pengelompokan Data
Validitas dan akurasi data
DATA ULASAN
Gambar 1.1 Pola Pikir Kajian Updating Data Mineral dan Batubara
8
Pemerintah (sebagai masukan untuk menyusun kebijakan secara tepat di bidang
mineral dan batubara).
Produsen (sebagai informasi dalam rangka memaksimalkan kapasitas produknya,
informasi untuk mendisain perusahaan dalam rangka menghasilkan produk yang
lebih berkualitas, mengetahui arah dan kondisi pasar mineral dan batubara yang
dihadapi, serta merumuskan dan memproyeksikan hasil produknya agar dapat
bersaing dipasar domestik maupun luar negeri).
Konsumen (informasi untuk menentukan terjaminnya pasokan, sehingga
memberikan kesinambungan dalam berusaha, serta memperoleh iklim usaha yang
kondusif, dan dapat mengantisipasi berbagai persoalan yang menyangkut dengan
tingkat pemasokan dan kebutuhannya, mengurangi ketergantungan pemakaian
komoditas impor).
Peneliti/instansi (dapat dipakai untuk mendukung kajian dan analisis yang lebih
akurat di sektor mineral dan batubara).
Masyarakat (dapat digunakan sesuai dengan kebutuhannya, serta mudah di akses
dan bersifat mobile).
9
II. SUMBER DAYA DAN CADANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi 2009, sumber daya bentonit
Indonesia tersebar di Banten, Bengkulu, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jambi, Jawa Tengah,
Jawa Timur, NAD, NTB, NTT, Riau, Sulsel, dan Sumut. Jumlah sumber daya bentonit total
sebesar 611,35 juta ton, dengan rincian sumber daya hipotetik 446,84 juta ton, sumber
daya terduga 106,26 juta ton, sumber daya indikasi 58,25 juta ton.
natrium terdapat di Kec. Bandungan dan Boyolali (Jawa Tengah); Sorolangun Bangko
(Jambi); sumber daya lengkap bentonit dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi 2009, sumber daya dolomit Indonesia
berjumlah 1,96 miliar ton, dengan rincian sumber daya hipotetik berjumlah 1,80 miliar ton,
sumber daya terduga 163,80 juta, sumber daya indikasi sebesar 156,00 ribu ton.
Dolomit yang sudah diekploitasi berada di Ds. Socah, Gresik (Jawa Timur); Ds. Kaloi, Langsa
(NAD); Ds. Lemon (NTT); dan Parigi (Sulawesi Tenggara). Sumber daya dolomit seluruhnya
10
terduga sebesar 50,00 ribu ton, sumber daya indikasi sebesar 12,40 ribu ton dan sumber
daya terukur sebesar 31,97 ribu ton. Keberadaan sumber daya fosfat, antara lain di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, NAD, dan
Sulawesi Selatan. Sumber daya fosfat secara lengkap lihat Tabel 2.3
Sumber daya felspar cukup besar dan tersebar di hampir setiap propinsi, dengan bentuk
endapan yang berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain tergantung jenis
endapan primer atau sekunder.
Data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, menunjukkan sumber daya felspar
berjumlah 7,44 miliar ton, dengan rincian sumber daya hipotetik sebesar 3,82 miliar ton
ton, sumber daya terduga sebanyak 3,59 miliar ton, indikasi sebanyak 32,29 juta ton, dan
terukur sebesar 1,50 juta ton (Tabel 2.4). Sumber daya felspar tersebut tersebar di
propinsi Banten, Bengkulu, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Lampung, NAD, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Sumatera
Sumber daya batu gamping Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di setiap
propinsi (Tabel 2.5). Jumlah seluruh sumber daya batu gamping sekitar 251,95 miliar ton
(Pusat Sumber Daya Geologi, 2009) dengan rincian sumber daya hipotetik berjumlah
177,85 miliar ton, sumber daya terduga sebesar 69,51 miliar ton, sumber daya indikasi
sebesar 4,39 miliar ton dan sumber daya terukur sebesar 195,97 juta ton. Sebagian besar
cadangan batu gamping Indonesia terdapat di Bukit Ungasan, Ds. jimbaran sebesar 4,11
miliar ton, dan Perbukitan Nusa Penida 1,14 miliar ton (Bali); Kel. Tanjung Keramat 1,00
miliar ton, Kel. Piloloda 8,00 miliar ton, Dusun Butaikiki 7,00 miliar ton; dan Ds. Barakatu
11
8,75 miliar ton (Gorontalo); Yamboi sebesar 1,35 miliar ton (Irian Jaya Barat); Ds Watu
Agung 4,05 miliar ton (Jawa Tengah); Bukit Manunggu 1,00 miliar, Komplek Gunung
Seribu 1,00 miliar (Kalimantan Selatan); Batu Balobang Ds Sandaran 3,77 miliar ton,
Gunung Sekerat Ds Sekerat 1,66 miliar ton, dan Bengalun, Ds. Sesua 1,00 miliar ton
(Kalimantan Timur); Utara Ds. Fayaul sebesar 3,11 miliar ton, Ds. Weda 2,70 miliar ton, P.
Mandioli 1,35 miliar tondan Daruba P. Morotai sebesar 1,62 miliar ton (Maluku Utara).
Sumatera Barat merupakan propinsi yang memiliki sumber daya gamping terbesar
diantaranya; Muara Klawai 2,00 miliar ton, Ds. Muaro 4,32 miliar ton, Tanjunglolo 7,15
miliar ton, Surian Pantai Cermin 9,00 miliar ton, Panyinggahan 5,4 miliar ton, Pamusian
1,00 miliar ton, Singkarak 6,26 miliar ton, Kao-Rao 1,08 miliar ton, Kanagarian
Tambangan 6,26 miliar ton, Kamang 2,00 miliar ton, Rimbo Panjang 1,12 miliar ton,
Kampung Kalung 2,61 miliar ton dan Sumpur sebesar 8,15 miliar ton.
Penyebaran sumber daya batu gamping Indonesia, antara lain Bali, Banten, Bengkulu, DI
Yogya, Gorontalo, Irian Jaya Barat, Jawa Barat, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku Utara,
NAD, NTB, NTT, Papua, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Cadangan batu gamping di Indonesia mempunyai kadar, secara umum CaO (40 -55%);
SiO (0,23-18,12%); Al2O3 (0.20-4,33%); Fe2O3 (0,1-1,36%); MgO (0,05-4,26%); CO2 (35,74-
42,78%; H2O (0,1-0,85%); P2O5 (0,072-0,109%); K2=0,18 dan L.O.I=40,06%. (Tabel 2.5).
Potensi batu gamping yang sangat besar jumlahnya dan tersebar hampir di seluruh
propinsi di Indonesia merupakan sesuatu yang sangat menguntungkan bagi pihak
investor maupun calon investor yang terkait dengan sektor pertambangan batu
gamping, terutama kaitannya dengan masalah ketersediaan dan kontunuitas bahan
baku untuk industri pemakainya di dalam neger
12
2.6 Sumber daya Granit
Pada umumnya granit selalu berasosiasi keberadaanya dengan batu gamping, dimana
ada potensi batu granit akan selalu ada batu gamping. Namun demikian tidak setiap
ada batu gamping akan ada granit.
Sumber daya granit indonesia berjumlah lebih dari 52,66 miliar ton. Seperti dapat dilihat
pada Tabel 2.6, dengan rincian berupa sumber daya hipotetik sebesar 48,04 miliar ton,
sumber daya terduga 4,02 miliar ton dan sumber daya indikasi 592,71 juta ton.
Sumber daya granit yang terbesar antara lain di Gunung Hepolala 500,00 juta ton
(Gorontalo); Perbukitan Ds. Peruan Dalam 592,71 juta ton, Ds. Batu Tajam sebesar 200,00
juta ton (Kalimantan Barat); Gn. Hapunete dan Gn. Tampang sebesar 752,32 juta ton, Gn.
Pambakulan dan Gn. Warangan 278,64 juta ton (Kalimantan Selatan); Bukit Batumanuah
206,00 juta ton (Kalimantan Tengah); Ds. Letung 1,57 miliar ton (Riau); Wh. Akat sebesar
1,66 miliar ton, Kutasari Ds. Rumah Bun 3,25 miliar ton dan Ds. Marpunge sebesar 2,96
miliar ton (NAD); Ds. Praimadita 823,50 juta ton, dan Ds. Lailunggi 686,25 juta ton (NTT);
Madate 5,00 miliar ton, Ds. Tende dan Lalos 1,49 miliar ton, dan Sendona 1,82 miliar ton
(Sulawesi Tengah); Sumpur 2,50 miliar ton, Salibutan 1,30 miliar ton, Lembah Anai 2,25
miliar ton, dan Air Bangis 6,00 milir ton. (Sumatera Barat).
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, sumber daya gipsum di
Indonesia sekitar 7,44 juta ton berupa hipotetik 7,27 juta ton, sumber daya indikasi
sebesar 9,89 ribu ton dan sumber daya terukur sebesar 161,00 ribu ton.
13
Sebagian besar sumber daya gypsum berada di Bukit Sililua, Ds. Batu Putih, Dusun Baleer
sebesar 2,00 juta ton, dan Bukit Kamuesa, Dusun Lon sebesar 5,20 juta ton (NTT).
Sebaran sumber daya lainnya antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, dan
Sulawesi Selatan, selengkapnya lihat Tabel 2.7.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, potensi kaolin di
Indonesia sekitar 732,86 juta ton berupa hipotetik sebesar 591,99 juta ton, berupa
sumber daya terduga sebesar 31,53 juta ton, sumber daya indikasi sebesar 97,15 juta
ton, dan sumber daya terukur sebesar 12,19 juta ton.
Sumber daya hipotetik yang besar ada di Desa Badau, Tanjung Pandan sebesar 7,51 juta
ton (Bangka Belitung); Air Dingin, Lebong Simpa sebesar 162,50 juta ton (Bengkulu);
Perbukitan Sabang, Desa. Pendawan sebesar 26,50 juta ton, dan Simpang Silat dan
Nanga Silat, Ds. Miau Mer sebesar 20,00 juta ton (Kalimantan Barat); Perbukitan
Cintapuri, Kampung Banyubari sebesar 23,42 juta ton (Kalimantan Selatan); Desa. Sunar
Baru sebesar 30,00 juta ton (Lampung); Dusun Air Mama, Ds. Muta sebesar 26,00 juta ton
(NTT); Blok C Belilas sebesar 20,00 juta ton (Riau); dan Tarutung, Samela sebesar 90,00
juta ton (Sumatera Utara). Cadangan yang terdapat di Sumatera Selatan di Ds. Sepucuk,
Kec. Pedamaran memiliki kualitas yang cukup baik terutama untuk digunakan sebagai
bahan baku keramik dan pengisi (filler). Data selengkapnya lihat Tabel 2.8.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, di Indonesia penyebaran
marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.9. jumlah sumber daya
marmer seluruhnya berjumlah 55,37 miliar ton, dengan rincian berupa hipotetik
14
berjumlah 53,31 miliar, sumber daya terduga berjumlah 1,79 miliar ton, sumber daya
indikasi sebesar 205,42 juta ton, dan sumber daya terukur sebesar 69,73 juta ton.
Sumber daya marmer tersebar antara lain, di propinsi Banten, Irian Jaya Barat, Jawa
Barat, Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Lampung, NAD, NTB, NTT, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera
Utara. Daerah yang memiliki sumber daya marmer yang besar diantaranya, Gn. Baturaya
Selatan Ds. Mangkala sebesar 1,00 milyar ton, Perbukitan Solan dan Gn. Pasupati sebesar
1,00 milyar ton (Kalimantan Selatan); Ds. Dorotangga sebesar 850,00 juta ton (NTB); Bukit
Malaka, Kec. Kalumpang 4,31 miliar ton, Perbukitan Mangilu Ds. Mangilu 3,30 miliar ton,
Perbukitan Kampung Bungoro 4,25 miliar ton, Balu Saraung 2,78 miliar ton, dan Bulu Jati
Ds. Baleangin 2,41 miliar ton (Sulawesi Barat); Komplek Pompangeo 1,29 miliar ton
(Sulawesi Tengah), Ds. Asera 8,10 miliar ton, Ds. Lasusua 3,10 miliar ton, Ds. Kalisusu 3,24
miliar ton (Sulawesi Tenggara); dan Ds. Tilatang Kamang 1,07 miliar ton (Sumatera Barat).
Dari laporan penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi 2009, sumber daya pasir kuarsa
Indonesia terdapat di disetiap propinsi. Jumlah keseluruhn sumber daya pasir kuarsa
diperkirakan sekitar 17,50 miliar ton, dengan rincian berupa hipotetik, 17,16 miliar ton ,
sumber daya terduga sebesar 107,46 juta ton, sumber daya indikasi 105,94 juta ton dan
sumber daya terukur sebesar 117,61 juta ton.
Sumber daya pasir kuarsa yang terbesar terdapat di Ds. Watu Bangga sebesar 4,53 miliar
ton (Sulawesi Tenggara); Ds. Palengki sebesar 1,33 miliar ton, Sawah Tambang 2,65 miliar
ton, Sijungjung Pelanki sebesar 1,25 miliar ton, dan di Singkarak sebesar 2,50 miliar ton
(Sumatera Barat).
15
Sebaran sumber daya pasir kuarsa lainnya, antara lain di Propinsi Bangka Belitung,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, Lampung, NAD, NTT, NTB, Papua, Irian Jaya
Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Kualitas pasir kuarsa yang terbaik terdapat di daerah Kalimantan Selatan dengan kadar
silika (SiO2) berkisar antara 98,7 - 99,9%, kemudian pasir kuarsa yang berasal dari
Sumatera Selatan memiliki kadar SiO2 antara 97,6 - 98,53%. Data selengkapnya lihat
Tabel 2.10.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, di Indonesia memiliki
sumber daya trass sebesar 3,89 miliar ton, dengan rincian sumber daya hipotetik sebesar
3,63 miliar ton, sumber daya terduga 176,39 juta ton, sumber daya indikasi 63,55 juta ton
dan terukur sebesar 16,31 juta ton.
Sumber daya trass tersebar antara lain, di propinsi Bali, Bengkulu, DI Yogya, Jawa Barat,
Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NAD, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Daerah yang memiliki sumber daya trass yang besar diantaranya, Blok Cileuleuy sebesar
217,87 juta ton (Jawa Barat); Karang Anyar sebesar 400,00 juta ton (Jawa Timur);
Perbukitan Bulukapala, Desa. Kupa sebesar 984,38 juta ton (Sulawesi Selatan); dan
Kanagarian Matur Hilir sebesar 500,00 juta ton (Sumatera Barat), selengkapnya lihat
Tabel 2.11.
16
2.12 Sumber Daya Zeolit
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, sumber daya zeolit di
Indonesia sekitar 258,10 juta ton berupa hipotetik 81,00 juta ton, sumber daya indikasi
sebesar 113,10 juta ton, sumber daya indikasi 37,00 juta ton, dan sumber daya terukur
sebesar 27,00 juta ton.
Sebagian besar sumber daya zeolit berupa sumber daya terduga berada di Talang Baru
dan Campang sebesar 100,00 juta ton (Lampung), sumber daya hipotetik di Bojong
sebesar 24,15 juta ton (Jawa Barat); dan Desa. Seppong, Kec. Sendana sebesar 26,40 juta
ton berupa sumber daya hipotetik (Sulawesi Barat). Sebaran sumber daya lainnya antara
lain di Propinsi NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Selengkapnya lihat Tabel
2.12.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, sampai saat ini sumber
daya zirkon baru diketemukan di Kalimantan Barat, dan seluruhnya berjumlah 206,46
ribu ton dalam bentuk sumber daya hipotetik, selengkapnya lihat Tabel 2.13.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, sumber daya bauksit
Indonesia berupa bijih (hipotetik berjumlah 30,33 juta ton, terduga 3,37 juta ton, indikasi
51,34 juta ton, dan terukur sebesar 594,18 juta ton), sedangkan sumber daya logam
(berupa terduga berjumlah 1,64 juta ton, indikasi 23,72 juta ton, dan terukur sebesar
234,15 juta ton). Sumber daya hipotetik seluruhnya berada di Desa. Taraju (Kalimantan
Barat), sumber daya terduga seluruhnya berada di P. Bintan (Riau), dan sumber daya
17
Disamping sumber daya terdapat pula cadangan, dimana Cadangan bijih berupa
cadangan tereka berjumlah 43,02 juta ton, dan cadangan terbukti berjumlah 86,20 juta
ton, dan cadangan logam berupa cadangan tereka berjumlah 34,52 juta ton dan
cadangan terbukti berjumlah 29,53 juta ton. Selengkapnya lihat Tabel 2.14.
Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, dari total cadangan tembaga
berupa bijih sebesar 3,20 miliar tondan logam sebesar 32,34 juta ton, sebagian besar
cadangan tembaga tersebut, merupakan cadangan terbukti dengan lokasi sebaran di
Pegunungan Grasberg Papua yang merupakan konsesi PT. Freeport.
Sebaran cadangan tembaga lainnya, antara lain di Propinsi Bengkulu, Gorontalo, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, NAD, NTT,
NTB, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Data sumber daya dan cadangan tembaga
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.15.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, sumber daya emas
diklasifikasikan menjadi sumber daya berupa bijih (hipotetik berjumlah 5,76 juta ton,
terduga berjumlah 978,22 juta ton, indikasi 172,51 juta ton, dan terukur sebesar 878,86
juta ton). Sedangkan cadangan berupa bijih (cadangan tereka berjumlah 5,40 juta ton,
Adapun sumber daya berupa logam (hipotetik berjumlah 19,25 ton, terduga 2,57 ribu
ton, indikasi 253,64 ton, dan terukur 1,32 ribu ton), dan cadangan logam (berupa
cadangan tereka berjumlah 486,98 ton, dan terbukti 3,00 ribu ton).
18
Sebaran sumber daya dan cadangan emas Indoenesia, antara lain di Propinsi Banten,
Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NAD, NTT,
NTB, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Dari 3,49 miliar ton cadangan terbukti berupa bijih yang dimiliki Indonesia, 42,5% dari
jumlah tersebut atau-53,57% total cadangan emas primer berasal dari Gunung Bijih di
Papua, yang merupakan konsensi Pertambangan emas PT. Freeport Indonesia
Cooperation. Cadangan lain yang cukup besar terdapat di Gunung Pongkor (PT. Aneka
Tambang) dan Kalimantan (PT KEM). Data selengkapnya lihat Tabel 2.16.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, sumber daya pasir besi
diklasifikasikan menjadi sumber daya berupa bijih (hipotetik berjumlah 134,65 juta ton,
terduga berjumlah 7,04 juta ton, indikasi 117,32 juta ton, dan terukur sebesar 8,32 juta
ton). Sedangkan cadangan berupa bijih (cadangan tereka berjumlah 2,59 juta ton, dan
cadangan terbukti berjumlah 1,03 juta ton. Adapun sumber daya berupa logam
(hipotetik berjumlah 61,86 juta ton, terduga 1,43 juta ton, indikasi 4,16 juta ton, dan
terukur 4,74 juta ton), dan cadangan logam (berupa cadangan tereka berjumlah 1,89
Sebaran sumber daya dan cadangan pasiar besi Indoenesia, antara lain di Propinsi
Bengkulu, DI Yogya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Lampung,
19
Maluku, Maluku Utara, NAD, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Utara.
Daerah yang memiliki sumber daya pasir besi yang cukup besar, antara lain S.
Bogowonto, dan S. Progo sebesar bijih 28,66 juta ton dan logam 16,91 juta ton (DI
Yogya); Cikakap, Ds. Cikaso sebesar bijih 9,79 juta ton dan logam 5,58 juta ton (Jawa
Barat); P. Ende, Ds. Phondo sebesar bijih 57,13 juta ton dan logam 11,12 juta ton (NTT);
dan Lolak sebesar bijih 65,61 juta ton dan logam 35,06 juta ton (Sulawesi Utara). Data
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi tahun 2008,
sumber daya bijih besi di Indonesia sangat berlimpah. Jenis-jenis cadangan pada
umumnya berupa pasir besi, titan pleser, besi primer, dan besi laterit.
Penyebaran cadangan bijih besi di Indonesia, antara lain di Bengkulu (Kec. Pondok
Kelapa), Bangka Belitung (Kab. Bangka Selatan), Lampung (Kab. Lampung Timur, Kab.
Lampung Tengah, Kab. Lampung Selatan, dan Kab. Bandar Lampung), Nangro Aceh
Darusallam (Kab. Aceh Besar dan Kec. Meuraza Kab. Banda Aceh), Kalimantan Barat (Kab.
Ketapan), Kalimantan Selatan (Kab. Balangan, Kab. Tanah Laut, Kab. Kota Baru, Kab.
Tapin), Jawa Barat (Kab. Sukabumi, Kab. Subang, Kab. Cianjur, dan Kab. Ciamis), Sulawesi
Selatan (Kab. Luwu dan Kab. Takalar), Jawa Tengah (Kab. Purworejo dan Kab Jepara),
Kalimantan Tengah (Kab. Lamandau), Sulwesi Tenggara (Kab. Konawe, Kab Kolaka, dan
Kab. Kendari), Kalimantan Timur (Kab. Kutai), Jawa Timur (Kab. Lumajang), NTT (Kab.
Ngada), Sumatera Barat (Kab. Solok dan Kab. Sawah Lunto), Maluku Utara (Kab.
Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan), Sulawesi Utara (Kab. Bolaang Mongondow
dan Kab. Minahasa Utara, Sumatera Selatan (Kab. Musi Rawas), Sulawesi Tengah (Kab.
Poso), DI Yogyakarta (Kab. Kulon Progo dan Kab. Bantul), Irian Jaya Barat (Kab. Raja
20
Ampat), Jambi (Kab. Merangin) dan Papua (Kab. Jayapura). Seluruh data baik mengenai
jumlah, jenis dan kadar bijih besi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.18.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, cadangan nikel berupa
cadangan tereka untuk bijih berjumlah 16,55 juta ton dan cadangan terbukti berjumlah
124,26 juta ton. Sedangkan untuk cadangan logam, tereka berjumlah 6,59 juta ton dan
Adapun sumber daya berupa bijih (hipotetik berjumlah 64,62 ribu ton, terduga 811,70
juta ton, indikasi 602,64 juta ton, terukur 236,08 juta ton) dan sumber daya logam
(hipotetik berjumlah 801,25 ton, terduga 12,44 juta ton, indikasi 9,82 juta ton, terukur
Jumlah cadangan nikel yang besar terdapat di Irian Jaya Barat (Fofak Barat, Batang Pele,
Wemisi, Saraenbon, P. Gag, Kamboloi, Fofak Timur); Papua (Sentani, Tablasufa, Tanah
Merah); Kalimantan Timur (G. Nuh); Maluku Utara (P. Gebe, Kawasi, Coastal Deposit, S.
Jira, Santa Monica dan Ds. Pintu); Sulawesi Utara (A. Petea); Sulawesi Selatan (B. Petea,
Soroako); Sulawesi Tengah (Bahodopi); dan Sulawesi Tenggara (Pomalaa, Mandiodo,
Bahubulu, dan Tapunopaka). Data selengkapnya mengenai cadangan nikel dapat dilihat
pada Tabel 2.19.
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009), sumber daya dan
cadangan perak Indonesia tersebar di 17 propinsi, antara lain Propinsi Bangka Belitung,
Banten, Bengkulu, Gorontalo, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan
21
Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, Maluku Utara, NTB, Papua, Sulawesi Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Cadangan perak terbagi kedalam cadangan bijih (tereka sebesar 52,01 ribu ton, dan
terbukti 3,31 miliar ton). Cadangan perak terbukti berupa bijih yang bersar antara lain di
Propinsi Gorontalo (kurang lebih 30,24 juta ton); NTT (431,21 juta ton); sedangkan di
Papua cadangan perak diperkirakan mencapai 80% dari total cadangan bijih yang
dimiliki Indonesia (2,40 miliar ton), data selengkapnya lihat Tabel 2.20.
Sumber daya timah di Indonesia berada di Riau dan Propinsi Bangka Belitung. Propinsi
Bangka Belitung sampai tahun 2009 masih merupakan propinsi yang paling besar
memiliki sumber daya timah. Total sumber daya timah Indoneya bervariasi antara lain
terduga berjumlah (bijih 3,28 juta ton, logam 44,22 ribu ton); indikasi (bijih 245,49 ribu
ton, logam 125,51 ribu ton); terukur (bijih 513, 48 ribu ton, logam 452,89 ribu ton).
Sedanagkan berupa cadangan tereka (bijih berjumlah 319,70 ribu ton, logam 278,08 ribu
ton); terbukti (bijih 231,94 ribu ton, dan logam 164,68 ribu ton).
Lokasi cadangan timah di Propinsi Bangka Belitung berada di Kec. Sungai Liat, Muntok,
Nibung, dan Koba (Kabupaten Bangka), Kelapa Kampit Kabupaten Bangka, Sungai Liat
dan Belinyu serta Pemali (Kab. Belitung), sedangkan di Riau cadangan berada di Karimun,
Kundur dan Bangkinang. Data cadangan timah selengkapnya lihat Tabel 2.21.
Sumber daya seng di Indonesia berada di Propinsi Bangka Belitung, Bengkulu, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung,
22
Maluku, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan
Sumatera Utara.
Total Sumber daya seng diklasifikasikan antara lain, sumber daya hipotetik (bijih 12,82
juta ton, logam 1,69 juta ton) sebagian besar berada di Sumatera Barat, terduga ( bijih
28,57 juta ton, logam 1,66 juta ton) sebagian besar berada di Sumatera Utara dan
Kalimantan Barat, indikasi (bijih 21,48 juta ton, logam 1,54 juta ton) sebagian besar
berada di Sumatera Utara, terukur (bijih 8,59 juta ton, logam 1,09 juta ton) sebagian
Adapun yang berupa cadangan, antara lain cadangan tereka (bijih 1,70 juta ton, logam
200,06 ribu ton), dan cadangan terbukti (bijih 5,10 juta ton, logam 775,20 ribu ton),
kedua cadangan tersebut hampir seluruhnya berada di Sumatera Utara, selengkapnya
Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, sumber Daya batubara
Indonesia adalah sebesar 93,03 miliar ton. Sumber Daya batubara tersebut tersebar di 20
propinsi, antara lain Aceh (450,15 juta ton), Sumatera Utara (26,97 juta ton), Riau (1,77
miliar ton), Sumatera Barat (732,16 juta ton), Jambi (2,07 miliar ton), Bengkulu (198,65
juta ton), Sumatera Selatan (47,09 miliar ton), Lampung (106,95 juta ton), Banten (13,31
juta ton), Kalimantan Barat (527,52 juta ton), Kalimantan Tengah (1,59 miliar ton),
Kalimantan Selatan (12,09 miliar ton), Kalimantan Timur 25,99 miliar ton), Sulawesi
Selatan 231,11 juta ton), Papua Barat (151,26 juta ton), sedangkan Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua, relatif kecil. Jumlah sumber Daya
batubara pada masing-masing propinsi secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 2.23.
23
Berdasarkan tahapan penyelidikan yang telah dilakukan, jumlah sumber daya batubara di
Indonesia dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yakni sumber daya hipotetik dengan
jumlah keseluruhan 23,64 miliar ton, sumber daya indikasi 34,87 miliar ton, sumber daya
terduga 13,56 miliar ton dan sumber daya terukur berjumlah 20,96 miliar ton.
Sampai tahun 2009, Propinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur merupakan daerah
yang memiliki sumber daya batubara terbesar di Indonesia. Jumlah sumber Daya
batubara di Sumatera Selatan berjumlah sebesar 47,09 miliar ton atau sekitar 50,61% dan
Kalimantan Timur berjumlah sebesar 25,99 miliar ton atau sekitar 27,93%.
Disamping sumber daya Indonesia juga memiliki cadangan batubara yang siap tambang.
Cadangan batubara Indonesia dihitung berdasarkan endapan bahan batubara yang telah
diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, kualitas, dan secara ekonomis memenuhi
kriteria layak tambang. Jumlah cadangan batubara Indonesia pada tahun 2009 yang
dihimpun oleh Pusat Sumber Daya Geologi dari laporan perusahaan-perusahaan
pemegang ijin PKP2B di Indonesia adalah sebesar 18,71 miliar ton, dengan rincian 13,25
miliar ton berupa cadangan tereka, dan 5,46 miliar berupa cadangan terbukti. Data
24
III. URAIAN PEMASOKAN DAN KEBUTUHAN MINERAL SERTA BATUBARA
INDONESIA
Bentonit yang diproduksi di Indonesia umumnya adalah jenis Ca-bentonit dan sebagian
antara lain industri minyak goreng; kimia dasar; industri parmasi; industri kertas; industri
sabun dan kosmetika; serta industri keramik.
Pengusahaan dan produksi Ca-bentonit berkembang pesat dan sebagian besar berada
di P. Jawa. Selama tahun 2003-2008, tingkat produksi Ca-bentonit meningkat fluktuatif,
namun pada tahun 2008 terjadi penurunan akibat terjadinya krisis global. Produksi pada
tahun 2003 sebesar 163,29 ribu ton dan pada tahun 2008 menurun menjadi 148,9 ribu
ton. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2008, dalam kurun 2003-2008,
konsumsi Ca-bentonit Indonesia menunjukkan kondisi yang hampir sama dengan tingkat
produksi. Tahun 2008, total konsumsi bentonit berjumlah 135,04 ribu ton, dengan rincian
Ca-bentonit sekitar 91,20% (123,16 ribu ton), sisanya dikonsumsi oleh industri
pengecoran (11,88 ribu ton).
Ekspor bentonit yang berasal dari jenis Ca-bentonit dari tahun 2003-2008 menunjukkan
peningkatan yang berfluktuasi, dimana tahun 2005 ekspor menunjukkan volume yang
terbesar hingga mencapai 89,65 ribu ton yang ditujukan ke Singapura (48,0%) dan
Thailand (38,2%), dan sisanya sebesar (13,8%) ditujukan ke negara Jepang, Filipina dan
Malaysia.
24
Amerika Serikat, Singapura, Australia, Inggris, dan Belanda. Pada tahun 2003 impor
mencapai 22,79 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 4,375 juta, dan pada tahun 2008
meningkat kecil sekali menjadi 28,73 ribu ton dengan nilai US$ 8,195 juta. Data
pemasokan dan kebutuhan bentonit selengkapnya lihat Tabel 3.1
Pemanfaat dolomit oleh industri, ada yang digunakan secara langsung maupun dikalsinasi
dan semi kalsinasi untuk mengurangi kandungan oksidanya. Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik tahun 2008, produksi dolomit dalam kurun waktu 2003-2008 meningkat
fluktuatif. Pada tahun 2003 tingkat produksi mencapai 173,94 ribu ton dan pada tahun 2007
produksi mencapai 201,13 ribu ton, dan menurun pada tahun 2008 menjadi 145,09 ribu
ton.
Industri pengguna dolomit, antara lain industri pupuk, industri semen, industri gelas dan
kaca lembaran, industri keramik dan porselain, industri refraktori, dan industri permunian
logam dengan total volume konsumsi pada tahun 2003 sebesar 170,51 ribu ton, dan
konsumsi ini terus meningkat hingga mencapai 196,94 ribu ton pada tahun 2007, dan
Ekspor dolomit ditujukan ke Hongkong, Malaysia, dan Singapura. Ekspor komoditi dolomit
mengalami turun naik atau fluktuatif. Pada tahun 2003 ekspor mencapai 879,80 ton dengan
nilai US$ 28,61 juta, pada tahun 2005 menurun tajam hingga mencapai 40,00 ton dengan
nilai US$ 6,6 juta, namun di tahun 2008 meningkat cukup besar hingga mencapai 6,37 ribu
Walaupun produksi dolomit cukup tinggi serta adanya ekspor, namun di lain pihak tingkat
impor dolomit juga cukup tinggi. Pada tahun 2003 impor dolomit mencapai 4,31 ribu ton
dengan nilai US$ 793,69 ribu dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,48 ribu ton
25
dengan nilai US$ 1,96 juta. Dengan besarnya cadangan dolomit yang dimiliki Indonesia,
memberikan peluang untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara menambah
kapasitas produksi atau melakukan eklploitasi di lokasi yang baru, sehingga dapat
mengurangi tingkat impor. Data selengkapnya lihat Tabel 3.2.
Pulau Jawa namun masih dalam skala kecil. Hal tersebut terkait erat dengan sumber
daya fosfat yang keberadaannya di Pulau Jawa. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik tahun 2008, jumlah produksi fosfat dalam kurun waktu 2003-2008 menunjukkan
tingkat produksi yang fluktuatif. Produksi fosfat pada tahun 2003 tercatat sebesar 138,96
ribu ton, dan pada tahun 2008 menurun menjadi 136,74 ribu ton.
Produksi fosfat dalam negeri berada jauh di bawah kebutuhan, maka untuk memenuhi
kebutuhan industri pemakainya, Indonesia harus melakukan impor dalam jumlah yang
cukup besar. Selama kurun waktu 2003 hingga 2008, Indonesia telah mengimpor hampir
mencapai total 5 juta ton lebih fosfat dengan nilai lebih dari (total US$ 300 juta). Dimana
pada tahun 2003 impor mencapai 1,10 juta ton dengan nilai US$ 43,96 juta, dan pada
tahun 2008 impor tercatat sebesar 1,01 juta ton dengan nilai US$ 68,75 juta. Impor fosfat
Indonesia berasal dari negara Amerika Serikat, Rusia, Maroko, dan China.
Besarnya impor fosfat terkait dengan besarnya kebutuhan untuk pupuk di perkebunan
dan pertanian tanaman pangan, perluasan lahan persawahan, intensifikasi khusus,
26
Indonesia sebagai negara agraris, dimana sektor pertanian dan perkebunan merupakan
sektor yang dominan dan terus dikembangkan untuk memenuhi permintaan dalam
negeri maupun ekspor komoditi hasil sektor tersebut. Untuk menunjang hal tersebut
dikembangkan berbagai program, antara lain program pemerintah yang ditujukan
untuk perluasan tanaman pangan, lahan pertanian, pemanfaatan lahan yang didukung
oleh pemanfaatan teknologi modern, dan penyediaan sarana dan prasarana di sektor
tersebut,
Untuk menunjang berbagai program tersebut diperlukan kebutuhan pupuk yang sangat
besar. Sebagai konsumen pupuk terbesar, maka pemakaian fosfat di Indonesia masih
akan terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari konsumsi fosfat Indonesia yang
cukup besar setiap tahunnya, dimana pada tahun 2003 konsumsi mencapai 1,24 juta ton
dengan nilai sebesar Rp. 329,66 miliar dan pada tahun 2008 konsumsi mencapai 1,09
pulih akibat krisis dan harga pupuk fosfat yang masih mahal sehingga kenaikannya
cenderung lambat. Dengan demikian, program pemerintah untuk meningkatkan ekspor
dari sektor pertanian dan perkebunan agaknya akan terhambat dan akan memacu
mahalnya produk hasil pertanian dan perkebunan di dalam nergeri.
Disamping sebagai negara impotir fosfat yang tinggi, Indonesia juga mengekspor fosfat
dimana pada tahun 2003 tercatat ekspor sebesar 6,42 ribu ton dengan nilai US$ 189,90
ribu. Dan terakhir ekspor terjadi pada tahun 2006 yang berjumlah hanya 849,40 ton
dengan nilai US$ 70,80 ribu selanjutnya pada tahun 2007 dan 2008 ekspor sudah tidak
tercatat lagi. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.3.
27
Berkembangnya industri pemakai felspar seperti industri keramik, industri porselen,
industri gelas, industri kaca lembaran serta industri gelas amber, menyebabkan
kebutuhan dan produksi felspar di Indonesia juga ikut meningkat.
Selama tahun 2003-2008 produksi feldspar meningkat secara fluktuatif, dimana pada
tahun 2003 produksi sebesar 9,81 ribu ton. Pada tahun 2005 produksi feldspar
meningkat cukup besar hingga mencapai 24,91 ribu ton atau menjadi 3 kali lipat
dibanding tahun 2003 namun tahun 2006 produksi menurun tajam hingga mencapai
7,97 ribu ton akibat kelesuan pada industri pemakainya pada tahun tersebut. Dan pada
tahun 2008 meningkat kembali mencapai 21,04 ribu ton.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008, selama tahun 2003-2008 konsumsi
felspar yang diakibatkan kondisi perekonomian global yang kurang baik. Impor felspar
berasal dari China, Thailand, Malaysia, dan Australia.
Walaupun tingkat impor felspar cukup tinggi namun masih ada ekspor felspar yang
terjadi khususnya ke negara Jepang, Italia, dan Spanyol. Selama kurun waktu 2003-2008
28
tingkat ekspor berfluktuasi dimana pada tahun 2003 tercatat sebesar 1,10 ribu ton dan
pada tahun 2005 menurun hingga mencapai 10 ton namun pada tahun 2008 meningkat
kembali cukup besar hingga menjadi 2,65 ribu ton. Data selengkapnya lihat Tabel 3.4.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008, perkembangan pemasokan dan
seperti sektor konstruksi dan fondasi yang membutuhkan semen dalam jumlah sangat
besar dimana industri tersebut pemakai bahan baku gamping terbesar serta tidak begitu
Tingkat pemasokan dan kebutuhan yang terjadi pada tahun 2003 menunjukkan keadaan
dikonsumsi industri pemakai lainnya (industri pupuk, industri ketas, industri besi baja,
industri gelas, industri gula, industri pengolahan kulit, dan industri kimia pokok),
Sejalan program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah yang secara tidak
langsung memperluas areal pertanian, sementara daerah yang tanahnya mempunyai
tingkat keasaman tinggi, seperti di beberapa daerah di Sumatera, Kalimantan, dan
Sulawesi akan membutuhkan gamping yang sangat besar yang digunakan sebagai
29
pupuk. Selanjutnya, Untuk daerah yang tidak mempunyai cadangan batu andesit/basalt
sebagai bahan fondasi jalan dan perumahan, seperti di Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB,
dan NTT untuk memenuhi keperluan bahan baku tersebut dapat digantikan oleh
gamping. Berdasarkan ke dua hal tersebut, kebutuhan gamping di luar sektor industri
tahun 2003 ekspor sebesar 23,18 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 1,82 juta dan pada
tahun 2008 meningkat menjadi 116,04 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 16,01 juta.
Impor gamping ke Indonesia terdiri atas jenis kapur tohor (quick- lime). Pada tahun 2003,
jumlah impor gamping sebesar 42,33 ribu ton dengan nilai US$ 2,06 juta dan pada
tahun 2008 menurun menjadi 32,60 ribu ton dengan nilai US$ 1,76 juta (Tabel 3.5).
Perusahaan penambangan granit yang cukup besar di Indonesia, yaitu PT. Karimun
Granit yang mengusahakan tambang granit di P. Karimun, Riau. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik tahun 2008, tingkat pemasokan dan kebutuhan granit Indonesia
sangat menguntungkan dimana jumlah pemasokan sangat besar dibanding permintaan,
sehingga kelebihan produksi hampir sebagian besar di ekspor terutama ke Jepang,
Jenis granit yang diekspor sama dengan jenis yang diimpor, baik dalam bentuk produk
jadi maupun setengah jadi. Granit yang diekspor dalam jumlah besar, terutama produk
setengah jadi (produk tambang). Keadaan ini menunjukkan bahwa kapasitas terpasang
pabrik granit belum mampu untuk mengolah granit yang dihasilkan oleh tambang-
tambang granit di dalam negeri.
30
Tingkat Pemasokan dan Kebutuhan granit secara keseluruhan selama kurun waktu
2003-2008 meningkat fluktuatif. Produksi granit pada tahun 2003 sebesar 8,88 juta ton,
konsumsi sebesar 631,75 ribu ton dan kelebihan produksi di ekspor sebesar 8,25 juta
ton. Sedangkan pada tahun 2008 produksi tercatat sebesar 8,23 juta ton, konsumsi
sebesar 693,1 ribu ton, serta kelebihan produksi di ekspor sebesar 7,499 juta ton.
Walaupun produksi granit Indonesia sangat besar, dilain pihak sebagian perusahaan
pengolahan granit menggunakan bahan baku impor yang berasal dari Italia dan
Argentina berupa produk jadi (granit tile). Hal tersebut dipengaruhi oleh pola warna
granit yang berasal dari dalam negeri masih sangat terbatas, di samping pengusahaan
cadangan granit di dalam negeri yang memiliki tekstur khusus masih sangat sedikit.
Selama tahun 2003 impor granit tercatat sebesar 25,91 ribu ton dengan nilai sebesar US$
4,61 juta dan pada tahun 2008 menurun menjadi 21,60 ribu ton dengan nilai US$ 5,28
juta (Tabel 3.6).
berbeda pula. Adanya tampilan data kaolin tersebut dengan pertimbangan, dapat
dijadikan penilaian, terutama tingkat akurasi data yang akan dipilih untuk menghasilkan
kajian optimal.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2008, produksi kaolin Indonesia selama kurun
waktu 2003 sampai 2008 mengalami peningkatan yang fluktuatif. Pada tahun 2003
tingkat produksi mencapai 268,88 ribu ton dan meningkat cukup besar pada tahun 2007
31
hingga mencapai 407,71 ribu ton, atau meningkat hampir mencapai 2 kali lipat, namun
pada tahun 2008 menurun tajam menjadi 274,69 ribu ton.
Ttingkat konsumsi kaolin Indonesia signifikan dengan tingkat produksi, dimana pada
tahun 2003 konsumsi sebesar 243,81 ribu ton dan pada tahun 2008 konsumsi meningkat
melebihi tingkat produksi, menjadi 354,86 ribu ton, akibat besarnya permintaan industri
pemakainya. Industri pemakai kaolin, antara lain (industri keramik dan gelasir, industri
refraktori, industri kapur tulis, industri semen, industri gelas, industri ban, industri kertas,
industri cat, industri pestisida, industri kosmetika dan obat-obatan). Hingga tahun 2008,
permintaan konsumsi kaolin domestik masih besar. Tetapi ada beberapa jenis industri
yang memakai kaolin asal impor, antara lain industri kertas, cat, kosmetik, bata tahan api,
dan industri pengolahan bahan galian (dalam buku statistik industri berada dalam
kelompok industri barang bukan logam lainnya).
Sampai tahun 2008 kebutuhan kaolin di pasar luar negeri cukup besar. Peluang tersebut
32
3.8 Pemasokan dan Kebutuhan Marmer
Sampai tahun 2008, marmer masih dianggap barang mahal kecuali untuk ukuran yang
kecil-kecil sebagai souvenir. Marmer yang memiliki tekstur yang mengkilap biasanya
dijadikan interior maupun eksterior keindahan sebuah bangunan dan rumah. Keindahan
tekstur marmer belum ada substitusinya, karena kualitasnya yang baik dibandingkan
produk lantai atau dinding dari bahan lain. Penambangan marmer saat ini sudah
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2008, produksi marmer Indonesia saat
ini dihasilkan dari 30 perusahaan, 15 perusahaan diantaranya adalah PT. Alam Sumber
Indah, PT Analindo Utama, PT. Bakrie Prima Morano, PT. Bandung Marmer Sejati Alam,
PT. Bosowa Mining, PT. Breton Indomarble, PT. Citatan Tbk, PT. Dayacayo Asritama, PT.
Dwi Tunggal Marmer Indah, PT. Hamparan Aneka Granit, PT. Indo Liangka, PT. Indo Raya
Marmer, PT. Indokawa Rockline, PT.Industri Marmer Indonesia Tulung Agung, dan PT.
Javastone Perkasa. Selama kurun waktu 2003-2008 produksi seluruh perusahaan tersebut
terus meningkat, dimana pada tahun 2003 produksi tercatat sebesar 30,64 ribu ton dan
pada tahun 2008 meningkat menjadi 71,68 ribu ton.
Konsumsi marmer pada tahun 2003 tercatat sebesar 52,91 ribu ton dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 66,23 ribu ton. Jenis-jenis marmer yang dikonsumsi adalah jenis
marmer lokal yaitu, milano, mosaic torano, mosaic bologna, catona fucco, diamond
black, misty grey, moca cream, empired red, dan brecia damascati. Impor marmer pada
tahun 2003 tercatat sebesar 36,50 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 7,73 juta dan pada
33
tahun 2008 meningkat menjadi 38,51 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 10,88 juta. Jenis
marmer yang diimpor adalah marmer verde patricia (Italia), fantasi pink (China) dan
Ekspor marmer yang tercatat di Badan Pusat Statistik, sebagai ekspor barang tambang
dan industri yakni berupa keramik dan marmer dimana pada tahun 2003 total ekspor
mencapai 14,22 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 1,50 juta, dan pada tahun 2008 total
ekspor meningkat menjadi 33,96 ribu ton dengan nilai sebesar US$ 8,47 juta (Tabel 3.8).
Sumber daya pasir kuarsa yang dimiliki Indonesia sangat besar serta beragam
kualitasnya. Besarnya sumber daya tersebut mempengaruhi perkembangan pemasokan
dan kebutuhan pasir kuarsa bagi seluruh industri pemakainya di dalam negeri.
Sampai tahun 2008, perusahaan yang melakukan eksploitasi pasir kuarsa sudah cukup
banyak dan terdapat hampir di semua daerah, namun yang paling banyak adalah di
Bangka-Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Dalam kurun waktu
2003-2008, jumlah produksi pasir kuarsa Indonesia mengalami peningkatan, dimana
pada tahun 2003 produksi tercatat sebesar 2,60 juta ton dan pada tahun 2008 meningkat
menjadi 2,85 juta ton.
Industri semen merupakan pemakai utama pasir kuarsa terbesar (54,73%), sedangkan
industri lainnya, antara lain industri gelas dan kaca lembaran (26.95%), keramik (9,96 %),
pengolahan mineral (2,16%), perekat (1,93 %), makanan dan minuman (0,76 %),
komponen listrik (0,51%), refraktori/bata tahan api (0,40%), industri pengolahan asbes
(0,39%), dan sisanya merupakan untuk industri pengeboran (1,98%). Pada tahun 2003
total konsumsi oleh seluruh industri tercatat sebesar 2,53 juta ton, dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 2,75 juta ton.
34
Akibat adanya krisis finansial yang tidak hanya melanda Indonesia, namun ke seluruh
negara-negara lain, mengakibatkan pada kurun waktu yang sama mempengaruhi ekspor
pasir kuarsa. Negara tujuan ekspor pasir kuarsa Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan,
Taiwan, Hongkong, Thailand dan Singapura. Pada tahun 2003 total ekspor pasir kuarsa
Indonesia ke negara-negara tersebut mencapai 143,06 ribu ton dengan nilai sebesar US$
53,37 juta dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 172,40 ribu ton dengan nilai sebesar
US$ 13,11 juta.
Walaupun produksi pasir kuarsa dan silica cukup besar, beberapa industri pemakai di
dalam negeri masih menggunakan pasir kuarsa impor. Terutama dipakai sebagai sand
blasting pada pengecoran logam, yaitu untuk membuang karat pada pipa.
Perkembangan impor pasir kuarsa berfluktuasi cukup tinggi, tetapi jumlahnya sedikit
Sektor pertambangan pasir kuarsa di era otonomi daerah ini diperkirakan akan
mengalami persaingan antar daerah dalam mengembangkan potensinya, sehingga
tingkat eksploitasi pasir kuarsa akan meningkat sangat besar. Di lain pihak
perkembangan industri-industri pemakainya masih terkendala oleh berbagai krisis
yang terjadi. Oleh karena itu pemerintah perlu mengambil kebijakan di sektor
35
3.10 Pemasokan dan Kebutuhan Bauksit
Sebagian besar bauksit dihasilkan oleh PT. Aneka Tambang. Bauksit digunakan sebagai
bahan baku untuk pembuatan alumina dan diolah sebagai bahan baku alumunium.
Sekitar 90% alumina yang dihasilkan dari bijih bauksit digunakan untuk pabrik peleburan
alumunium, sisanya sebanyak 10% digunakan untuk keperluan non-metalurgis, seperti
pembuatan bata tahan panas (refractories), industri gelas keramik, bahan penggosok dan
industri kimia. Sebagian besar alumina dipergunakan untuk pabrik peleburan aluminium,
menjadi 9,89 juta ton tahun 2008. Dilihat dari tingkat konsumsi bauksit, maka sebagian
besar bauksit dikonsumsi oleh negara-negara industri yang merupakan konsumen
terbesar logam alumunium, dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi oleh negara-
negara penghasil bauksit itu sendiri yang merupakan negara berkembang. Oleh karena
konsumsi bauksit dikuasai oleh negara negara industri, maka pola konsumsi tersebut
sangat mempengaruhi pola penyebaran industri alumunium dunia.
Sampai tahun 2008, ekspor bauksit Indonesia sebagian besar ditujukan ke Jepang yang
berdasarkan kontrak jangka panjang. Pada tahun 2003 ekspor Indonesia ke negara
tersebut tercatat sebesar 1,260 juta ton dan pada tahun 2006 meningkat cukup besar
hingga mencapai 1,09 juta ton, dan tahun 2007 meningkat tajam hingga 17,03 juta ton,
namun pada tahun 2008 menurun kembali hingga mencapai 9,36 juta ton akibat
terjadinya krisis ekonomi global yang menggoncangkan industri-industri khususnya
industri pemakai barang logam alumunium di Jepang.
36
Sselama kurun waktu 2003-2008, memperlihatkan tidak adanya impor bauksit,
disebabkan hampir seluruh kebutuhan produsen industri yang menggunakan bahan
baku bijih bauksit dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri, disamping itu industri
pemakai bijih bauksit makin menurun kapasitas produksinya. (lihat Tabel 2.10).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2008, penambangan bijih besi banyak
dilakukan terutama di daerah Kalimantan Selatan, kemudian yang lainnya, walaupun kecil
yaitu Kalimantan Barat, Riau, Jambi, Bangka Belitung, dan Sulawesi Utara. Pada tahun
2003, produksi bijih besi dari daerah-daerah tersebut mencapai 245,41 ribu ton, dan
pada tahun 2008 produksi meningkat tajam hingga mencapai 1,87 juta ton.
Seluruh produksi bijih besi Indonesia di ekspor dan belum ada yang dipasarkan di dalam
negeri. Hal ini karena sampai saat ini (akhir tahun 2008) belum ada pabrik pengolahan
bijih besi di dalam negeri. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan industri pemakai bijih
besi terbesar, yaitu PT. Krakatau Steel memenuhi seluruhnya dari impor (dalam bentuk
pellet atau iron pellet, atau bijih besi yang sudah diolah dan siap sebagai bahan baku
untuk industri besi dan baja).
Bijih besi hasil penambangan dan belum diolah, seluruhnya dipasarkan ke pasar ekspor.
Industri dalam negeri hingga akhir 2008 ini belum ada yang menyerap atau yang
membutuhkan bijih besi tersebut. Ekspor bijih besi Indonesia pada tahun 2003 tercatat
sebesar 108,56 ribu ton dan pada tahun 2008 ekspor meningkat hingga mencapai 1,77
juta ton.
Konsumen bijih besi satu-sataunya di Indonesia, yaitu PT. Krakatau Steel selama ini
melakukan impor dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya untuk pembuatan
sponge iron. Impor tersebut dilakukan dalam bentuk pellet dan impor tersebut dilakukan
37
sejak pabrik sponge iron ini mulai berproduksi yaitu sejak tahun 1979. pabrik ini berlokasi
di Cilegon, Banten.
PT Krakatau Steel yang selama ini memproduksi sponge iron berkapasitas 2.300.000 ton
per tahun justru mengimpor bijih besi yang telah diolah menjadi pellet (iron pellet). Pada
saat ini usaha pembangunan pabrik pengolahan bijih besi menjadi bahan baku siap
pakai, seperti industri pig iron ataupun industri sponge iron masih dalam tahap
perencanaan. Belum jelas kapan pabrik-pabrik tersebut direalisir pembangunannya. Akan
Pada tahun 2003 impor bijih besi oleh PT. Krakatau Steel tercatat sebesar 1,31 juta ton
sedangkan konsumsi pada tahun yang sama oleh perusahaan tersebut mencapai 1,45
juta ton. Pada tahun 2008 impor yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel meningkat
menjadi 1,80 juta ton dan konsumsi meningkat menjadi 1,81 juta ton. Impor bijih besi
oleh PT. Krakatau Steel tersebut terutama didatangkan dari Brazil dan Chile.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Minerbapabum 2009, produksi emas Indonesia
selama kurun waktu 2003-2008 mengalami penurunan. Pada tahun 2003 produksi emas
Indonesia mencapai 141,02 ton dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 143,30 ton,
namun pada tahun 2008 menurun hingga mencapai 63,59 ton. Penurunan produksi
emas disebabkan harga emas yang tinggi, serta permintaan dari industri pemakainya
yang terus menurun akibat krisis finansial yang terjadi hampir disemua negara, terutama
negara-negara maju yang selama ini mengkonsumsi emas cukup besar.
Produsen emas Indonesia, antara lain PT Freeport (dari konsentrat tembaga) dan
perusahaan-perusahaan Kontrak Karya seperti PT Prima Lirang Mining, PT Ampalit Mas
38
Perdana, PT Aratutut, PT Monterado Mas Mining, PT Lusang Mining, PT KEM (Kelian
Equatorial Mining). Produksi PT Freeport dan PT Kelian Equatorial Mining, merupakan
produsen terbesar emas Indonesia yang volumenya sekitar 90% dari total produksi Emas
Indonesia.
Sampai tahun 2009, produksi emas Indonesia sebagian besar diekspor. Dibandingkan
dengan Jepang. Taiwan, dan China. Konsumsi emas Indonesia masih sangat kecil. Pada
tahun 2003, konsumsi emas Indonesia mencapai 17,78 ton dan pada tahun-tahun
berikutnya konsumsi terus menurun hingga mencapai 9,16 ton pada tahun 2008, hal
tersebut diakibatkan oleh makin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US$ hingga
harga emas sangat tinggi di pasaran, yang secara langsung tingkat konsumsi semakin
menurun.
Konsumen emas terbesar datang dari produsen penghasil perhiasan, kedokteran, sisanya
dikonsumsi sebagai bahan baku industri elektronik, dan dekorasi. Selain itu, emas
digunakan untuk tolok ukur moneter yang sewaktu-waktu dapat dialih fungsikan sebagai
pengganti mata uang atau alat pembayaran kepada negara lain. Berdasarkan sifatnya,
emas mudah ditempa, penghantar listrik yang baik, daya tahan yang tinggi terhadap
bahan kimia, serta mengkilap. Paduan emas dengan logam lain (platina, paladium, perak,
tembaga, nikel), dapat menghasilkan emas putih, dan kuning. Kemurnian emas
dinyatakan dalam karat. Emas murni dinyatakan dalam 24 karat sedangkan 1 karat
berarti dalam logam paduan tersebut hanya terdapat 1/24 bagian emas.
Eksportir emas pada awalnya adalah PT Freeport bersama dengan ekspor konsentrat
tembaga dan barang yang terbuat dari perak. Pada tahun 2003 ekspor emas Indonesia
mencapai 112,15 ton dan pada tahun 2008 ekspor menurun menjadi 62,67 ton. Selain PT.
Freeport, eksportir emas lainnya adalah PT Aneka Tambang yang merupakan satu-
satunya perusahaan yang mempunyai izin ekspor emas dan perak. Tujuan ekspor utama
emas Indonesia adalah Hongkong, Jepang, dan Singapura.
39
Impor emas yang dilakukan Indonesia, umumnya berupa barang-barang perhiasan dari
emas dan sedikit emas murni. Impor barang dapat berupa hasil paduan atau setengah
jadi. Barang tersebut datang dari Eropa (Itali, Inggris, Swiss, Belanda, Jerman, Perancis,
dan Amerika Serikat) dan Asia (Jepang, China, Singapura, Taiwan, dan Korea). Dalam
kurun waktu 2003-2008 impor emas tidak tercatat, karena sulitnya memperoleh data dari
para importir yang volumenya sedikit-sedikit tetapi importirnya banyak, (Tabel 3.12).
Nikel merupakan salah satu komoditi tambang utama Indonesia dan penghasil devisa
cukup besar. Penambangan dan pengolahan bijih nikel di Indonesia dilakukan oleh PT.
Aneka Tambang di daerah Pomalaa (Sulawesi Tenggara) dan Pulau Gebe (Maluku).
Sedangkan di daerah Soroako (Sulawesi Selatan) ditambang oleh PT. International Nickel
Indonesia (PT.INCO). Produksi nikel ada yang langsung di ekspor dalam bentuk bijih,
dan nickelmate, serta sebagian di olah menjadi feronikel.
Peningkatan produksi nikel disebabkan hampir semua industri pemakai logam lainnya
(besi, alumunium, baja, dll) mengalami penurunan permintaan akibat krisis finansial di
negara-negara industri maju, yang secara tidak langsung mengurangi jumlah kebutuhan
bahan baku, namun permintaan nikel masih stabil khususnya untuk industri-industri
peralatan komunikasi.
40
Konsumsi nikel di bidang industri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
penggunaan langsung, dalam arti penggunaan dalam bentuk nikel murni dan biasanya
sangat terbatas sekali, misalnya untuk pembuatan peralatan laboratorium kimia dan
fisika, anoda pada batere penyimpanan listrik jenis Edison, dan lampu radio sebelum
Sedangkan pemakaian nikel secara tidak langsung sangat luas sekali, meliputi berbagai
pembuatan paduan logam nikel besi (untuk bahan peralatan mesin-mesin berat,
transportasi, hull plate, missile casing, permesinan, pembuatan rel kereta api, mesin
diesel, mesin-mesin tahan abrasi, peralatan listrik dan komunikasi, untuk pembuatan
bagian-bagian motor/generator/instrumentasi), dan paduan nikel bukan besi (untuk
bahan kerangan pipa air/peralatan yang tahan air kecepatan tinggi, industri tabung
kondensor, alat penukar panas pada industri kimia, pembuatan mata uang logam, alat-
Selama kurun waktu 2003-2008, konsumsi nikel terus meningkat walaupun kecil sekali.
Pada tahun 2003 total konsumsi nikelmate oleh seluruh industri pemakainya tercatat
sebesar 357,85 ton, pada pada tahun 2006 konsumsi meningkat menjadi 383,12 ton,
sedangkan tahun 2007, dan 2008 tidak tercatat. Permintaan nikel yang melonjak tajam
datang dari negara-negara maju baru seperti China dan India.
Negara tujuan utama ekspor nikel Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, Korea
Selatan, China, dan India. Perkembangan ekspor nikel selama tahun 2003-2008
berfluktuatif. Pada tahun 2003 total ekspor nikel Indonesia masing-masing bijih nikel;
feronikel dan nickelmate tercatat sebesar 3,24 juta ton; 8,86 ribu ton; dan 71,52 ribu ton,
sedangkan pada tahun 2008 meningkat masing-masing menjadi 8,62 juta ton; 17,03 ribu
ton; dan 74,03 ribu ton.
41
Beberapa industri pemakai nikel di dalam negeri ada yang membutuhkan nikelmate
dengan spesifikasi khusus. Oleh sebab itu, kebutuhan tersebut harus dipenuhi oleh
nikelmate impor. Pada tahun 2003 jumlah impor nikelmate sebesar 328,87 ton, kemudian
pada tahun 2006 menurun sedikit menjadi 324,79 ton, dan tahun selanjutnya tidak
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Minerbapabum 2009, tingkat produksi perak
dalam kurun waktu 2003-2008 meningkat secara berfluktuasi. Pada tahun 2003 produksi
perak tercatat sebesar 285,21 ton dan pada tahun 2008 menurun menjadi 225,67 ton.
Total produksi perak selama kurun waktu tersebut, sebagian besar dihasilkan oleh PT.
Freeport Indonesia Inc., PT. Aneka Tambang Tbk., PT. Newmont Minahasa Raya, PT.
Newmont Nusa Tenggara, dan PT. Newmont Halmahera Mineral, PT. Kelian Equatorial
Mining, dan PT. Indo Muro Kencana. Konsumsi perak terbesar datang dari industri
perhiasan. Selama kurun waktu 2003-2008 tingkat konsumsi terus meningkat. Pada
tahun 2003 total konsumsi perak oleh industri pemakainya mencapai 30,32 ton, dan
Ekspor perak selama kurun waktu pengamatan tahun 2003-2008 menunjukkan kondisi
yang fluktuatif. Pada tahun 2003 ekspor perak tercatat sebesar 215,53 ton, kemudian
pada tahun-tahun selanjutnya ekspor perak terus mengalami peningkatan dengan laju
peningkatan rata-rata pertahun sebesar 14,11%. Sehingga pada tahun 2006 ekspor perak
tercatat sebesar 254,14 ton, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan hingga
mencapai 195,17 ton. Negara tujuan ekspor perak Indonesia adalah Jepang, dan
negara-negara Eropa seperti Inggris, Perancis, dan Jerman. Sementara itu, selama kurun
waktu pengamatan, impor perak tercatat hanya 2 tahun, yaitu pada tahun 2003 sebesar
20,52 ton, dan tahun 2004 sebesar 25,38 (Tabel 3.14).
42
3.15 Pemasokan dan Kebutuhan Timah
Produsen timah terbesar di Indonesia, antara lain PT. Timah dan PT. Koba Tin, dengan
lokasi penambangannya terkonsentrasi di P. Bangka dan Belitung serta di lepas pantai
peningkatan yang relatif konstan, dimana selama kurun waktu tersebut produksi timah
rata-rata berkisar sekitar 60 ribu ton. Pada tahun 2003, total produksi timah Indonesia
sebesar 66,28 ribu ton dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 71,61 ribu ton.
Timah dikonsumsi sebagai bahan baku atau bahan penolong di beberapa industri seperti
industri kaleng, pelat timah (tin plate), patri (solde)r, timah putih campur hitam (pewter),
logam putih (babbit), alat-alat listrik (kawat), alat-alat dapur, pipa dan fitting besi-baja,
industri aki (batere), elektronik, dan lain-lain. Jenis timah yang dipakai sebagai bahan
baku dan bahan penolong tersebut berupa timah batangan dan timah hasil daur ulang
(scrap). Perkembangan konsumsi timah di Indonesia dalam kurun waktu 2003-2008
menunjukkan penurunan. Pada tahun 2003 konsumsi timah tercatat sebesar 2,36 ribu
ton, kemudian menurun pada tahun 2008 menjadi 1,04 ribu ton. Penurunan konsumsi
timah, disebabkan banyaknya konsumen memakai substitusi timah. Sebagian besar dari
seluruh pemakaian timah di sektor industri terserap di industri logam khususnya yang
memproduksi pelat timah (tin plate) dan solder.
Ssebagian besar produksi timah Indonesia diekspor. Selama kurun waktu 2003-2008
total ekspor timah meningkat secara fluktuatif. Pada tahun 2003 total ekspor tercatat
sekitar 54,99 ribu ton, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 67,95 ribu ton. Negara
tujuan utama ekspor timah Indonesia, adalah Jepang, Amerika Serikat, Hongkong,
Singapura, dan China. Dalam kurun waktu pengamatan, data impor timah, (Tabel 3.15).
43
3.16 Pemasokan dan Kebutuhan Tembaga
Sebagian besar tembaga Indonesia dihasilkan oleh PT. Freeport Indonesia Inc., dan
sisanya oleh PT. Aneka Tambang dan PT. Newmont Nusa Tenggara. Selama tahun 2003-
mengalami penurunan hingga menjadi 655,06 ribu ton pada tahun 2008.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Minerbapabum 2009, total konsumsi tembaga
di Indonesia pada tahun 2003 sebesar 125,38 ribu ton, dan pada tahun 2008 menurun
menjadi 42,88 ribu ton. Penurunan konsumsi tembaga disebabkan para produsen
industri pemakai bahan baku dan penolong yang menggunakan konsentrat dan logam
tembaga mengalami penurunan permintaan dari konsumennya akibat krisis global.
Sebagian besar produksi tembaga Indonesia diekspor. Selama tahun 2003-2008 tingkat
ekspor tembaga fluktuatif, dimana pada tahun 2002 ekspor tembaga tercatat sebesar
855,02 ribu ton, dan meningkat menjadi 1,054 juta ton pada tahun 2005, namun pada
tahun 2008 mengalami penurunan hingga menjadi 541,10 raibu ton. Negara tujuan
ekspor tembaga adalah Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, dan India.
Walaupun produksi tembaga Indonesia cukup besar, namun Indonesia masih melakukan
impor walaupun jumlahnya relatif kecil, dan impor yang dilakukan adalah dalam bentuk
produk hasil olahan. Pada tahun 2003 impor tembaga tecatat 3,77 ribu ton dan pada
tahun 2006 menjadi 2,99 ribu ton. Tahun selanjutnya impor tidak tercatat, disebabkan
tidak ada laporan jumlah maupun volume impor dari industri pemakainya di dalam
negeri, data selengkapnya lihat Tabel 3.16.
44
3.17 Pemasokan dan Kebutuhan Batubara
Produksi batubara Indonesia,dihasilkan oleh 3 kelompok, antara lain : BUMN (PT. BA),
Kontraktor berupa Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
generasi I sampai III yang berjumlah 48 perusahaan, dan Kuasa Pertambangan (KP)
Swasta termasuk Koperasi Unit Desa (KUD) yang seluruhnya berjumlah 24 perusahaan.
Pada tahun 2003 jumlah produksi batubara Indonesia, mencapai 112,996 juta ton.
Apabila dirinci, maka dari jumlah tersebut dihasilkan dari PT. BA (10,027 juta ton, yang
dipasarkan di dalam negeri sebanyak 7,662 juta ton dan di ekspor sebanyak 2,361 juta
ton); produksi dari PKP2B generasi I (82,494 juta ton, yang dipasarkan di dalam negeri
sebanyak 17,340 juta ton dan di ekspor sebanyak 65,361 juta ton); produksi dari PKP2B
Generasi II (9,199 juta ton, yang dipasarkan di dalam negeri sebanyak 1,594 juta ton dan
di ekspor sebanyak 7,385 juta ton); produksi PKP2B generasi III (3,382 juta ton, yang di
pasarkan di dalam negeri sebanyak 1,510 juta ton dan di ekspor sebanyak 1,883 juta
ton); serta dari KP dan KUD (7,893 juta ton, yang dipasarkan di dalam negeri sebanyak
0,872 juta ton dan di ekspor sebesar 7,027 juta ton).
Pada tahun 2008 jumlah produksi batubara Indonesia, meningkat menjadi 231,13 juta
ton. Apabila dirinci, maka dari jumlah tersebut dihasilkan dari PT. BA (9,03 juta ton, yang
dipasarkan di dalam negeri sebanyak 7,21 juta ton dan di ekspor sebanyak 3,99 juta ton);
produksi dari PKP2B generasi I+II+III (176,99 juta ton, yang dipasarkan di dalam negeri
sebanyak total 36,15 juta ton dan di ekspor total sebanyak 142,38 juta ton); serta dari KP
dan KUD dengan produksi (45,09 juta ton, yang dipasarkan di dalam negeri sebanyak
26,07 juta ton dan di ekspor sebesar 13,70 juta ton, data selengkapnya lihat Tabel 3.17.
45
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Krisis finansial di Amerika Serikat yang dimulai akhir September 2008 goncangannya
merembet ke seluruh pasar perdagangan dunia. Begitu banyaknya negara yang
terpengaruh oleh krisis finansial ini, hal tersebut membuktikan bahwa ekonomi Amerika
Serikat sangat kuat menguasai perekonomian dunia. Negara-negara maju yang selama
ini jarang sekali mengalami krisis, seperti Ingris, Jerman, Perancis, Italia, Singapura dan
Jepang mulai terkena imbasnya. Pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut
menurun terus hingga tahun 2009 ini.
Pada awal tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang memberikan dampak luar biasa. Dari
laporan World Economic Outlook October 2009, secara keseluruhan dunia akan
mengalami kelambatan ekonomi dari 5% tahun 2007, menjadi 3,9% tahun 2008 dan
menjadi 3% tahun 2009. Bahkan Amerika Serikat sebagai pusat krisis ekonomi ini akan
melambat dari 2,0% tahun 2007, menjadi 1,6% tahun 2008 dan hanya 0,1% tahun 2009.
Sedangkan Eropa juga melambat dari 2,6% tahun 2007 menjadi 1,3% tahun 2008 dan
0,2% tahun 2009. Beberapa negara di Eropa bahkan akan mengalami kontraksi ekonomi
tahun 2009 sebesar 0,1-02% yaitu Inggris, Itali dan Spanyol. Namun untuk negara-
negara berkembang (emerging and developing economies /EDE), termasuk Indonesia,
diperkirakan akan tetap lebih tinggi pertumbuhannya, walaupun tetap juga menurun,
yaitu dari 8% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2008 dan 6,1% tahun 2009, dimana
kondisi tersebut akibat pengaruh positif negara China dan India sangat besar di dalam
pertumbuhan ekonomi kelompok EDE ini.
45
Selain mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, krisis tersebut juga berimbas kepada
menurunnya volume perdagangan dunia. Pada tahun 2008 output volume perdagangan
dunia tercatat sebesar 3,7% menurun dibanding tahun 2005 yang mencapai 4,9%,
sedangkan negara-negara maju lainnya seperti Negara-negara Euro, Negara-negara
Tabel 4.1
Laju Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia (%)
- Volume Perdagangan
Dunia 7,4 8,9 7,6 4,6
46
Sumber : International Monetary Fund (2009).
Menurunnya volume perdagangan dunia ini secara langsung akan berpengaruh
terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) terjadi pengetatan pegawai atau pemutusan
hubungan kerja, mempengaruhi tingkat produksi serta tingkat ekspor, yang keduanya
secara langsung akan mempengaruhi penerimaan negara (pajak dan non pajak).
empat indikator yang secara umum dianggap berpengaruh terhadap harga komoditas
Pada tahun 2007 harga minyak bumi terus merangkak hingga mencapai puncaknya
menjadi USD 150 per barrel, sebagian besar negara termasuk Indonesia terkena dampak
kenaikan harga ini, khususnya Indonesia karena semakin membengkaknya subsidi BBM
yang harus dikeluarkan Pemerintah. Kenaikan ini juga, membawa dampak lainnya
seperti kenaikan harga komoditas seperti batubara, dan mineral. Maka Pemerintahpun
berusaha menyesuaikan harga ini di dalam kontrak antara produsen dan konsumen
karena akan berpengaruh pada penerimaan negara (pemerintah berupaya agar para
produsen dapat menaikkan harganya dalam kontrak perdagangan mereka dengan
47
Pada akhir tahun 2008, berdasarkan data World Economic Outlook, (Internatinal Monetary
Fund/IMF), tercatat perkembangan harga logam dasar (base metal) selama tahun 2008.
Harga bijih besi naik 66%, tembaga dan aluminium meningkat kembali sebesar 17% dan
21%, tetapi seng dan nikel turun drastis. Sementara itu, permintaan untuk tembaga dan
aluminium, yang umumnya diperdagangkan lebih banyak dari pada jenis logam lainnya,
telah melemah. Penyebab dari fluktuatif harga logam adalah beberapa produsen utama
dunia seperti (Chili, China dan Afrika Selatan) telah mengurangi tingkat produksinya
Tahun 2010, diperkirakan bahwa harga logam dasar akan melemah disebabkan adanya
pelemahan pertumbuhan permintaan akibat melambatnya kegiatan industri, salah satu
faktor penyebabnya menurunnya permintaan logam dari negara China setelah
Pada tahun 2005, disaat aktivitas eksplorasi pertambangan secara global mengalami
peningkatan sebesar 34% dari tahun 2004, aktivitas eksplorasi pertambangan Indonesia
secara global justru menempati level terendah yakni 2%, dan tida ada pergerakan
investasi pertambangan. Ini berarti potensi sumber kekayaan alam pertambangan
Indonesia yang melimpah tidak tereksploitasi dan tidak termanfaatkan secara maksimal,
padahal potensi pertambangan di Indonesia masuk sepuluh besar dunia. Dibandingkan
dengan negara yang memiliki potensi tambang yang sama atau lebih rendah, tingkat
investasi dan nilai investasi pertambangan di Indonesia jauh tertinggal, dibanding Afrika
Selatan, Kolombia, Ekuador, atau Venezuela.
48
Selama tahun 2007, perkembangan iklim investasi pertambangan di Indonesia terus
dikeluarkan oleh Fraser Institute menyebutkan bahwa dari segi kepastian kebijakan
pertambangan, posisi Indonesia ada di peringkat ke-55 dari 65 negara yang memiliki
dimiliki Indonesia menempati posisi ke-15. Sehingga dapat disimpulkan bahwa iklim
investasi pertambangan di indonesia dinilai tidak kondusif dan penuh dengan
ketidakpastian yang berakibat tidak maksimalnya pemanfaatan SDA yang ada.
disebabkan, antara lain : sejumlah aturan kehutanan dan lingkungan hidup yang masih
tidak sinkron dengan UU pertambangan yang baru, ketidak pastian masalah hukum,
serta pelaksanaan otonomi daerah yang ikut memunculkan ketidakpastian/terjadinya
tumpang tindih antara kebijakan pemda dan pemerintah pusat terkait kontrak karya
Menurut data Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, juga
menunjukkan terjadi tren penurunan investasi sejak 2001. Tambang timah merupakan
sektor pertambangan yang anjloknya paling tajam, demikian pula emas dan tembaga.
Kendala investasi yang dihadapi sektor pertambangan berbeda dengan sektor riil.
Investasi di pertambangan demikian kompleks mulai dari peraturan perundang-
undangan, pajak, hubungan pusat dan daerah, royalti, tumpang tindih peraturan,
49
pengabaian karakteristik kegiatan usaha pertambangan, dan pertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi. Hal ini sangat berdampak terhadap peningkatan investasi.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pertengahan tahun 2007,
investasi di sektor pertambangan dari penanaman modal luar negeri (PMA) baru
mencapai Rp 778,2 miliar, sedangkan dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp
651 miliar, sedangkan target investasi yang telah ditetapkan oleh Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebesar US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 13,05 triliun.
investor baru. Sehingga, jika booming tersebut berakhir maka berakhir pulalah aliran
investasi pertambangan tersebut.
Pengelolaan yang kurang baik dari pemerintah di sektor pertambangan secara tidak
langsung mengakibatkan kerugian dalam penerimaan negara. Artinya, Potensi industri
pertambangan yang merupakan penyumbang cukup besar bagi perkembangan
perekonomian negara di Indonesia, tidak maksimal memberikan kontribusinya.
Pricewaterhouse Coopers (PwC) menyebutkan bahwa industri pertambangan telah
menyumbang rata-rata sekitar 2% untuk GDP Indonesia. Total keuntungan pemerintah
Indonesia dari royalti dan pajak mencapai US$ 2,7 miliar atau naik 62% dari tahun 2004.
Akan tetapi saat ini, potensi tersebut tidak bisa dimaksimalkan karena pemerintah tidak
mampu menciptakan iklim kondusif bagi investasi pertambangan, sehingga investor
enggan berinvestasi.
50
Permasalahan investasi ini sudah lama menjadi kendala utama dalam bidang
pertambangan di Indonesia. Namun pemerintah tidak segera menyelesaikannya yang
sumber daya alam yang melimpah tidak dapat dimanfaatkan oleh pemerintah secara
maksimal untuk pembiayaan pembangunan bangsa ini; kebijakan otonomi daerah serta
tidak adanya koordinasi antar departemen juga menjadi kendala yang menimbulkan
tumpang tindihnya kebijakan daerah dan pusat serta membuka ruang bagi daerah untuk
tidak adanya koordinasi antar departemen. Hingga saat ini, kelima problem utama
tersebut masih menjadi kendala utama bagi iklim investasi pertambangan di Indonesia.
Tata kelola kegiatan eksplorasi yang hanya berorientasi keuntungan, juga telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan, serta ekologi bumi sehingga kegiatan eksplorasi
berpotensi mendatangkan ancaman bagi peradaban manusia. Sehingga kegiatan
eksplorasi yang selama ini berlangsung, menjadi sebuah paradoks dimana kegiatan
eksplorasi mengakibatkan ekologi alam menjadi rusak, namun ketika tata kelola kegiatan
eksplorasi mulai diperbaiki justru menyebabkan iklim investasi pertambangan menjadi
lesu.
51
4.2 Prospek dan Perkembangan BGI
Demikian juga, sektor-sektor lainnya, kecuali sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan
air minum. Kondisi tersebut secara tidak langsung mempengaruhi sektor pertambangan,
khususnya sektor BGI.
Sektor BGI selama tahun 2003-2008, menunjukkan volume produksi besar, konsumsi
juga cukup besar, disamping itu cadangan BGI yang dimiliki Indonesia berlimpah,
namun di lain pihak pertumbuhan sektor tersebut tertinggal dibandingkan sektor-sektor
lainnya. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2008 hanya
sekitar 2,1 persen, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor
industri pengolahan yang mencapai 4,2 persen, konstruksi 8,7 persen, komunikasi dan
trasportasi 14,3 persen.
Peranan ekspor sektor BGI selama tahun 2003-2008 masih kecil. Dalam kurun waktu
tersebut, negara tujuan ekspor BGI Indonesia, antara lain Feldspar (Jepang, Italia, dan
Spanyol); Bentonit (Jepang, Thailand, Singapura, Filipina, dan Malaysia; Marmer ( Jepang,
Hongkong, Korea Selatan, Singapura, Italia, dan Australia); Dolomit (Hongkong; Malaysia,
dan Singapura); Batukapur (Malaysia dan Amerika Serikat); Pasir kuarsa (Hongkong,
Taiwan, Thailand, Singapura, dan Filipina); Kaolin ( Jepang, Korea Selatan, Hongkong,
Taiwan, Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia, Pakistan, dan Italia) ; Granit (Jepang,
Hongkong, Taiwan, Thailand, Singapura, India, Spanyol, dan Bangladesh).
52
4.2.2. Permasalahan BGI Indonesia
dihadapi dalam investasi di sektor ini, akibatnya : a. dari segi perolehan finansial bagi
pemerintah masih rendah, karena yang dijual masih dalam bentuk bahan baku sehingga
nilai tambahnya kecil, pajak yang diperoleh sedikit, dan kerusakan lingkungan sangat
besar; b. bagi perusahaan belum memberikan keuntungan maksimal, karena sulit
bersaing dengan BGI impor, mudah terkena goncangan dari berbagai krisis ekonomi
yang terjadi, dan tingkat keberlangsungan perusahaan tidak stabil; c. bagi konsumen,
bahan mentah dan bahan baku yang dibutuhkan cukup mahal disebabkan pasokan
masih tergantung dari BGI impor, serta keberlangsungan pasokan BGI dalam negeri yang
tidak pasti.
Negara-negara importir BGI Indonesia, antara lain Australia, Kanada, Hongkong, India,
Iran, Jepang, Kamboja, Korea Selatan, Malaysia, pakistan, Filipina, RRC, Singapura,
Thailand, Amerika Serikat dan Vietnam.
Perlu diambil berbagai kebijakan di sektor BGI, agar sektor tersebut memberikan
manfaat maksimal, diantaranya :
53
Serangkaian kebijakan dan regulasi untuk mempermudah dan menarik minat para
investor mengembangkan sektor ini, seperti menyederhanakan birokrasi untuk
sehingga produk BGI yang dijual sudah dalam bentuk olahan dan sesuai dengan
kebutuhan industri pemakainya. Apabila masalah ini diwujudkan, kemungkinan di masa
Pemerintah, produsen atau investor di sektor pertambangan BGI, serta sektor industri
dan konstruksi bekerjasama menganalisis dan menyusun berbagai permasalahan dan
pemecahannya dalam rangka menentukan alternatif terbaik dalam sektor tersebut
untuk berusaha mengurangi impor BGI, melalui tata kelola berbagai sumber daya BGI
yang dimiliki, sehingga dapat dicapai tingkat produksi dan eksploitasi yang maksimal,
serta produk yang berkualitas yang memiliki tingkat kompetitif dengan BGI impor, harga
lebih kompetitif, serta kelangsungan pasokan yang terjamin, sehingga industri-industri
pemakai BGI dapat berkembang dan maju selaras dengan kemajuan sektor manufaktur
dan konstruksi yang selama ini terus berkembang kearah modernisasi.
Untuk menunjang rencana memasuki pasar ekspor, serta dalam rangka ekspansi dan
perluasan pasar, maka para investor sektor BGI diharapkan memiliki sasaran visi tentang
situasi pasar dimasa mendatang (era perdagangan bebas) sebagaimana telah dimiliki
oleh investor negara-negara ASEAN lainnya, seperti oleh Singapura, Malaysia. Hal ini
perlu didorong oleh pemerintah dengan berbagai debirokrasi dan deregulasi terhadap
berbagai sektor perekonomian, sehingga kegiatan usahanya tidak hanya tertumpu pada
pasar domestik tetapi juga mengarah ke orientasi ekspor.
54
Para pengguna bahan galian industri, khususnya sektor industri riil dan industri
manufaktur dalam negeri dituntut untuk selalu mengutamakan pemakaian BGI domestik.
Dukungan yang sangat penting ini, akan menjadikan para pengusaha BGI makin
berkembang kearah peningkatan kualitas serta kuantitas produknya.
Meningkatkan inventarisasi dan evaluasi sumber daya BGI melalui eksplorasi secara
intensif, sehingga status sumber daya spekulatif dan hipotetik meningkat menjadi
sumber daya terduga, dan terbukti agar dapat dieksploitasi secara maksimal.
Mewajibkan kepada investor BGI untuk melakukan pemrosesan atau pengolahan sesuai
spesifikasi yang diinginkan konsumen dari hasil produknya, agar terjadi optimalisasi
pemanfaatan BGI dalam negeri, serta kewajiban bagi pengusaha melaksanakan
perencanaan dan pengelolaan eksploitasi sumber daya BGI secara arif dan bijak agar
tumbuhnya industri baru pasca krisis finansial, yang secara langsung akan mendorong
tingkat investasi di sektor BGI. Dukungan dari Pemerintah terhadap kemudahan investasi,
perijinan, pajak, dan pembatasan ekspor bahan mentah agar secepatnya direalisasikan.
Hasil analisis pasar serta hasil proyeksi beberapa mineral industri di ASEAN yang telah
55
gipsum 28.461.459 ton; kaolin 41.164.450 ton; batu gamping, dan sulfur masing-
masing adalah 700.439.259 ton, dan 2.613.604 ton (lihat Tabel 4.2).
Tabel 4.2
Berdasar data dari BPS pada tahun 2009, jumlah penduduk Indonesia mencapai
230.632.700 penduduk, dan diproyeksikan pada tahun 2015 akan meningkat menjadi
247.572.400 orang. Jumlah penduduk yang besar tersebut secara langsung akan
meningkatkan kebutuhan akan berbagai produk industri yang sangat besar, dan
merupakan pasar domestik yang sangat potensial bagi pengembangan sektor BGI yang
Keunggulan komparatif dari kondisi geograpis posisi Indonesia yang cukup strategis,
yaitu berada dipersimpangan antara negara-negara industri baru, sehingga memiliki
keuntungan dari segi jasa transportasi yang bisa lebih efisien dibanding negara
penghasil BGI lainnya.
56
Meskipun diterpa krisis finansial yang dimulai awal tahun 2008, namun pengaruhnya
bagi Indonesia tidak sebesar terhadap negara-negara maju. Pada tahun 2008, tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa mencapai hingga 5,0%. Hal tersebut
meningkat cukup pesat, yaitu sebesar 5,09% setiap tahunnya, dan sektor pertanian yang
meningkat sebesar 2,96%% setiap tahunnya. Proses perubahan struktur ekonomi
Dalam kondisi perekonomian yang cenderung semakin lesu akibat krisis finansilal, harga
logam juga terkena imbas, seperti emas. Padahal biasanya emas adalah cadangan
investasi alternatif yang terbaik, untuk berjaga-jaga bila terjadi kekacauan ekonomi atau
terjadi penurunan nilai tukar mata uang. Pada awal tahun 2008 harga emas mencapai
puncaknya sebesar USD 1.033,39 per ons, namun akhir 2008 harga emas telah menjadi
USD 726,80 per ons, suatu penurunan harga lebih dari sepertiganya dan mendekati
harga jual tahun 2007.
Pengaruh kiris finansial terhadap komoditi logam secara umum belum begitu besar.
Menurut John Dugdale, Presiden Lion Selection Asian Fund, pada awal tahun 2009
permintaan logam akan melebihi suplainya karena tipisnya kemampuan suplai yang ada.
Maka harga komoditi metal akan tetap terjaga kalaupun turun tidak akan terlalu drastis.
Pada bulan Oktober 2008, harga komoditas metal di London Metal Exchange (LME)
tercatat sbb: Tembaga USD 5.265 per metric ton; Aluminium USD 2.355 per metric ton;
Nikel USD 13.520 per metric ton; Timah USD 14.925 per metric ton; Emas USD 922,40
57
per 100 troy oz; Perak USD 11.97 per troy oz. Di pasar Indonesia, emas murni dari PT
Aneka tambang dijual Rp 282.000 per gram dan perak murni Rp.4.375.000 per kg.
Para ahli mineral dunia memperkirakan bahwa masih besar kemungkinan mineral logam
untuk dieksploitasi khususnya di kawasan Indonesia, Filipina, Papua New Guinea, dan
Asia Tengah khususnya pada wilayah sabuk emas (Gold Belt) di Thiansan, Tibet. Namun
untuk melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan produksi/pemasokan ini perlu
diiringi dengan regulasi dan kepastian hukum yang jelas sehingga akan dapat menarik
para investor, disamping harus juga diantisipasi sampai seberapa besar dampak krisis
Berdasarkan data dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2009, diketahui cadangan
zirkon total 206,46 ribu ton; bauksit (bijih 86,20 juta ton, logam 29,53 juta ton); tembaga
(bijih 3,20 miliar ton, logam 32,34 juta ton); emas (bijih 3,49 miliar ton, logam 3,00 ton);
pasir besi (bijih 1,03 juta ton, logam 524,18 ribu ton); bijih besi (lebih dari 1,00 miliar
ton); nikel (bijih 124,26 juta ton, logam 2,37 juta ton); perak (bijih 3,31 miliar ton, logam
16,65 ribu ton); dan timah (bijih 231,94 ribu ton, logam 164,68 ribu ton).
Di samping cadangan logam yang besar, tingkat pemasokan dan kebutuhan logam juga
mencerminkan peningkatan yang cukup besar dan fluktuatif, seperti bauksit pada tahun
2003 (produksi 245,41 ribu ton, konsumsi sebesar 245,57 ribu ton, ekspor sebesar 1,09
juta ton) pada tahun 2008 meningkat menjadi (produksi menjadi 9,89 juta, konsumsi
meningkat menjadi 324,78 ton, ekspor menjadi 9,36 juta ton).
Bijih besi pada tahun 2003 (produksi 245,41 ribu ton, konsumsi 1,45 juta ton, ekspor
108,56 ribu ton, impor 1,31 juta ton) pada tahun 2008 meningkat menjadi (produksi 1,87
juta ton, konsumsi 1,81 juta ton, ekspor 1,77 juta ton, dan impor 1,80 juta ton). Emas
pada tahun 2003 (produksi 141,02 ton, konsumsi 17,78 ton, ekspor 112,15 ton) pada
58
tahun 2008 menurun menjadi (produksi 63,60 ton, konsumsi 9,16 ton, ekspor 62,67 ton).
Bijih nikel pada tahun 2003 (produksi 4,39 juta ton, konsumsi 357,85 ton, ekspor 3,24
juta ton, impor 328,87 ton) pada tahun 2008 meningkat menjadi (produksi 10,63 juta
ton, ekspor 8,62 juta ton).
Perak pada tahun 2003 (produksi 285,21 ribu ton, konsumsi 30,32 ton, ekspor 215,53
ribu ton) pada tahun 2008 menurun menjadi (produksi 225,67 ribu ton, konsumsi
meningkat menjadi 123,06 ribu ton, ekspor 195,17 ribu ton).
Timah pada tahun 2003 (produksi 66,28 ribu ton, konsumsi 2,36 ribu ton, ekspor 54,98
ribu ton) pada tahun 2008 meningkat menjadi (produksi 71,61 ribu ton, konsumsi
menurun menjadi 1,04 ribu ton, ekspor 67,94 ribu ton). Dan tembaga pada tahun 2003
(produksi 1,01 juta ton, konsumsi 25,38 ribu ton, ekspor 855,02 ribu ton, impor 3,76
ton) pada tahun 2008 menurun menjadi (produksi 655,06 ribu ton, konsumsi 42,88 ribu
ton, ekspor 541,09 ribu ton ton).
Pada tahun 2008, kondisi mineral logam berbanding 180 derajat dengan tahun
sebelumnya. Harga rata-rata semua mineral logam di seluruh kawasan dunia mengalami
penurunan, penyebabnya adalah krisi global yang terjadi di Amerika Serikat yang
menjalar hampir kesemua negara. Krisis ini bukan saja menyebabkan sektor industri
pemakai logam menurun drastis, bahkan di sektor hulupun produksi makin menurun,
akibat besarnya ongkos produksi yang harus dikeluarkan tidak sebanding dengan harga
jual produknya, serta permintaan yang makin menurun dari industri pemakainya.
Salah satu logam yang tingkat harganya menurun dengan tajam adalah nikel. Di sisi lain,
pemakaian logam terbesar di dunia saat ini adalah bijih besi yang sekaligus sebagai
bahan baku pembuatan baja stainles dan sebagai paduannya yaitu nikel. Dengan
59
demikian kondisi buruk yang dialami oleh sektor pertambangan nikel sangat
mempengaruhi tehadap sektor pertambangan bijih besi.
Logam lainnya seperti tembaga, timah dan emas serta perak yang kesemuanya saling
berkaitan erat, seolah menjadi suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
pemakaiannya. Sehingga pada saat salah satu logam mengalami keterpurukan maka
Secara umum, kondisi pemasokan dan kebutuhan logam terkait erat dengan
pertumbuhan ekonomi. Dan saat ini, pertumbuhan ekonomi yang kurang baik hampir di
semua kawasan sangat berpengaruh terhadap tingkat pemasokan dan kebutuhannya.
Tak dapat disangkal lagi, kalau selama ini Amerika Serikat dan negara-negara maju
merupakan pemakai terbesar produk-produk logam. Dengan adanya krisis global yang
berasal dari Amerika Serikat, maka sudah dapat dipastikan hampir seluruh sektor
pertambangan logam bukan saja yang berasal dari Indonesia, namun produsen logam
seluruh dunia pun akan terkena akibatnya.
Untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi di sektor logam, maka pemerintah
secepatnya mengambil kebijakan, antara lain :
- Regulasi dan kebijakan dalam pengembangan pertambangan logam yang didasarkan
kepada data tingkat kebutuhan dan pemasokan logam yang akurat, sehingga
pengambilan keputusan dapat lebih tepat arah dan tepat sasaran, dengan kondisi
60
- Melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap tingkat produksi dan penjualan
ekspor serta mengkaji ulang kontrak karya di sektor pertambangan logam saat ini,
lapangan.
- Secepatnya merealisasikan industri pengolahan bijih besi di dalam negeri, untuk
mengurangi impor bijih besi yang selama ini cukup besar di impor industri besi baja
nasional.
- Eksplorasi besi juga perlu ditingkatkan terutama cadangan pasir besi di daerah
pantai-pantai, seperti di daerah Kalimantan, Lampung, Sulawesi, Jawa dalam rangka
pengoptimalan potensi yang di eksploitasi.
- Potensi dan cadangan mineral logam di Indonesia umunya memiliki lokasi yang jauh
dengan infrastruktur yang tidak memadai, maka agar potensi tersebut dapat
Selama tahun 2008, krisis global telah terjadi yang dampaknya terasa keseluruh dunia
namun di masa mendatang, diperkirakan krisis akan mulai mereda sejalan dengan
berbagai tindakan yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat untuk meredam krisis ini,
sehingga diperkirakan peningkatan industri akan terjadi pasca krisis ini.
Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Geologi 2009, Indonesia memiliki kekayaan
deposit mineral logam yang cukup besar, terutama di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Kekayaan yang dimiliki ini merupakan prospek yang
baik untuk dapat memasok berbagai kebutuhan industri logam dunia.
61
Pertambangan tembaga di Indonesia merupakan salah satu pertambangan besar dengan
produsen utama yaitu, PT. Freeport Indonesia dan PT. Newmont Nusa Tenggara. Dalam
Selama tahun 2007, naiknya harga logam berdampak pula dengan naiknya harga logam
daur ulang (skrap). Logam skrap meliputi sejumlah material seperti kuningan, tembaga,
timah, nikel dan logam lainnya, seperti baja stainless, besi tuang (casting), timah hitam,
seng. Seperti diketahui, ada dua industri hilir utama untuk logam skrap, yaitu logam
ferrous yang penggunaannya didominasi oleh tembaga, besi, besi baja tempa (wrought
iron steel) dan baja stainles (stainless steel), dan logam non ferrous meliputi tembaga,
alumunium lead, seng dan nikel. Lebih 50% dari produksi baja dunia menggunakan
logam skrap, dan ini merupakan prospek yang menguntungkan bagi sektor
pertambangan logam Indonesia.
Pada tahun 2008 hampir semua negara-negara di kawasan Amerika dan Eropa
mengalami krisis finansial, namun di kawasan Asia khususnya China belum kelihatan
dampaknya. Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan industri yang melambat,
sehingga hampir semua produk logam dunia yang merupakan industri hulu mengalami
penurunan. Di sisi lain masih banyak negara-negara yang pertumbuhan ekonominya
cukup baik, seperti China, India, dan negara-negara Timur Tengah.
Pertumbuhan ekonomi China yang tinggi mulai tahun 2002 hingga tahun 2006, telah
memicu pemerintah China melakukan pengembangan di berbagai bidang industri,
khususnya di industri baja stainles. Sampai tahun 2006 industri yang membutuhkan
bahan baku bijih besi kekurangan hingga 30%, dan diperkirkan hingga tahun 2010
kekurangannya bisa mencapai 50%. Kondisi tersebut memberikan peluang bagi ekspor
62
bijih besi Indonesia., yang selama ini di pasok Brasil, Australia dan India, yang pada tahun
2006 sudah mencapai 406 juta ton bijih besi kasar, selanjutnya akan meningkat menjadi
1,5 miliar ton besi untuk 5 tahun kedepan (Metal Space, 24/05-07), disamping itu, kondisi
ini merupakan kesempatan bagi para produsen logam indonesia untuk melakukan
Sampai akhir tahun 2007 konsumsi logam negeri China meningkat tiga kali lipat lebih
dari 11 % dari konsumsi dunia. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya persedian
nikel dunia, dan China telah menjadi pemakai nikel terbesar dunia melewati Jepang
karena adanya penambahan produksi dalam industri baja stainles, yaitu sekitar 2/3 dari
nikel yang dimiliki dipakai untuk produk baja stainles. Walaupun krisis finansial sedang
melanda dunia pada tahun 2008, namun konsumsi nikel China akan makin tinggi akibat
bertambahnya kapasitas pabrik baja stainles menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2009.
setara dengan 30 % dari kapasitas dunia pada tahun 2004. Penggunaan nikel untuk
produk baja statinles dalam bentuk flat saat ini mencapai 25 %. Para analis nikel,
memperkirakan bahwa permintaan nikel China dalam perioda 2005-2010 yang akan
mencapai 565 ribu ton lebih dari dua kali dari tingkat permintaan dekade yang lalu. Dan
pada periode 2010-2020 pertambahan permintaan diproyeksi akan mencapai 770 ribu
ton. Dan besarnya kebutuhan China untuk nikel, merupakan kesempatan pasokan bagi
industri nikel Indonesia.
Tahun 2008 diperkirakan kebutuhan tembaga dunia naik sebesar 3,6% atau sebesar
640.000 ton yaitu menjadi 18,43 juta ton. Produksi tembaga dunia diperkirakan akan sulit
untuk menutup besarnya permintaan dalam 2007. Apapun yang dilakukan dunia untuk
menambah dan memperbanyak produksi tambang dalam keadaan harga yang tinggi
untuk tahun 2007 ada kemungkinan akan terasa sulit untuk mencukupi banyaknya
permintaan dunia. Dari sisi pasokan, saat ini produksi tembaga smelter banyak menurun.
Hal tersebut memberikan kesempatan yang besar bagi negara produsen, seperti di PT.
Freeport Indonesia Cooperation di Indonesia. Disamping itu, permintaan impor tembaga
63
China bertambah dari 345 ribu ton menjadi 480 ribu ton dalam tahun 2007. Di Amerika
Serikat sendiri kenaikan harga tembaga memberikan gambaran peningkatan ekonomi,
Selama tahun 2007, permintaan timah dunia sangat besar yang membuat harga timah
tinggi, para analis timah memproyeksikan harga timah diperkirakan akan tetap tinggi
dalam 3 tahun kedepan hingga tahun 2010, yang disebabkan berlanjutnya pertumbuhan
permintaan yang tinggi dan pasokan yang tidak menentu. Selama tahun 2008, secara
umum stok timah yang disediakan di pasar masih tetap rendah sampai 2009. Di sisi lain.
dengan harga saat ini para produsen timah mendapat keuntungan yang mengesankan.
Dengan demikian tingginya harga timah diharapkan memberi pengaruh baik untuk
perusahaan-perusahaan timah yang besar seperti Malaysia Smelting, Core BHD (MSC),
Peru, Minsur SA, Yunan Tin Co Ltd., dan Indonesia Timah Tbk. Walaupun terjadi krisis
3% per tahun.
Para analis logam timah memperkirakan bahwa harga timah akan mengalami lonjakan
yang signifikan pada pertengahan tahun 2010, setelah krisis finansial akan berakhir. Di
masa mendatang, diperkirakan terhadap tingginya permintaan sehubungan solder
bebas timah (kandungan timah > 90%) untuk produk elektronik dan kelistrikan akan
memicu pertumbuhan demand tin plate dan makin tingginya konsumsi makanan kaleng
di dunia sehingga makin bertambahnya kebutuhan timah dalam aplikasi kimia untuk
menjaga keseimbangan lingkungan dan daya tahan terhadap korosi.
Selama tahun 2007, harga perak terus mengalami peningkatan. Dan produsen
merespon pasokan terhadap harga yang tinggi dengan jaminan melakukan sedikit
64
pengendalian produksi di masa datang. Pada tahun 2008, walaupun terjadi krisis
finansial, prospek perak untuk jenis perhiasan diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan terutama bagi bangsa yang memiliki tradisi kuat menggunakan perhiasan
perak, disertai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, seperti India, bangsa berbasis
etnis China (Rep. China, Hongkong, Taiwan dan Indonesia, Singapura, Rusia, negara-
negara Afrika dan negara-negara Arab. Di Negara maju, kemungkinan permintaan lebih
diarahkan untuk jenis-jenis perhiasan yang secara visual sangat menarik dan eksklusif
yang ada hubungan jenis perhiasan dalam kaitannya dengan fesyen yang kenaikannya
Perkembangan produk-produk elektronika dan listrik, telepon selular, batere dan cell uap
(fuel cell) makin pesat, yaitu dengan ditemukannya teknologi produk televisi PDP (Panel
Display Plasma) telah mendorong permintaan perak dunia yang tingi, sekitar 6 % sampai
5 tahun kedepan atau hingga tahun 2013. Pembuatan televisi dengan ukuran besar
diperkirakan membutuhkan pengadaan lebih dari 1 troy.oz perak. Dan penjualan televisi
jenis PDP diperkirakan akan bertambah sekitar 15 juta unit pada tahun 2010. Di bidang
lain, seperti kontruksi, kesehatan, super konduktivitas, penjernihan air, pengawetan kayu
diperkirakan akan terus berkembang dan memberikan peluang yang besar bagi
produsen perak. Di sisi lailn, konsumsi perak di industri fotografi ada penurunan karena
ditemukannya foto digital tetapi penrurunan ini tidak terlalu besar.
Di Amerika Serikat (US Food and drug Administration) berbagai keperluan pembungkus
makanan dan obat-obatan saat ini menggunakan perak sekitar 3 permil %. Kegunaan
perak di sini adalah sebagai pembungkus anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan S.
aureus, E. coli, E. hirae, dan P. aoruginosa selama 24 jam, dan ini juga memberikan
peluang bagi produsen perak dunia.
Eksport aluminium bukan tempa (unwrougt aluminium) China menurun 52,8 % pada
tahun 2007 dibandingkan perioda yang sama tahun 2006 mejadi 192.245 mt. Sementara
65
nilai ekspornya juga turun 45,1 % menjadi $AS 476,99 juta. Ekspor aluminium bukan
tempa pada bulan April 2007 jumlahnya 50.850 mt dengan nilai $AS 125,36 juta.
Menurunnya pasokan dari China, merupakan prospek yang baik bagi produsen
aluminium dunia, termasuk produsen alumunium Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, batubara telah memainkan peran yang cukup
penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor ini memberikan sumbangan yang cukup
besar terhadap penerimaan negara yang jumlahnya meningkat setiap tahun. Pada 2004
misalnya, penerimaan negara dari sektor batubara ini mencapai Rp 2,57 triliun,
pada 2007 telah meningkat menjadi Rp 8,7 triliun, dan mencapai Rp 10,2 triliun pada
2008 dan lebih dari Rp 20 triliun pada 2009. Sementara itu, perannya sebagai
sumber energi pembangkit juga semakin besar. Saat ini sekitar 71,1% dari
konsumsi batubara domestik diserap oleh pembangkit listrik, 17% untuk industri
semen dan 10,1% untuk industri tekstil dan kertas.
Produksi batubara Indonesia mencapai 231,13 juta ton pada 2008, meningkat
90,3% dibanding 2003. Peningkatan produksi ini didorong oleh meningkatnya
impor batubara oleh China menjadi 3 kali lipat pasca pemangkasan impor batubara
dari Australia sebanyak 34%. Sebagian besar produksi batubara Indonesia diekspor ke
luar negeri. Negara Tujuan Ekspor batubara Indonesia tahun 2008 : Jepang 22,8%;
Taiwan 13,7%; Asian Lain 6,9%; Eropa 14,9%; Pasifik 2,8%; Lainnya 6,9%.
Indonesia memiliki peran yang penting sebagai pemasok batubara dunia. Menurut
World Coal Institute, Indonesia telah menjadi eksportir batubara kedua terbesar
setelah Australia dengan kontribusi 26% terhadap total ekspor pada 2008, dan
merupakan eksportir batubara thermal (ketel uap) terbesar dunia dengan total
ekspor 160,09 juta ton pada 2008. Ekspor batubara Indonesia ditujukan ke berbagai
66
negara khususnya negara-negara di Asia seperti Jepang, China, Taiwan, India, Korea
Selatan, Hongkong, Malaysia, Thailand dan Filipina. Negara tujuan ekspor lainnya adalah
Eropa seperti Belanda, Jerman dan Inggris, serta negara-negara di Amerika. Irnportir
terbesar batubara Indonesia adalah Jepang (22,8%), dan Taiwan (13,7%). Berikutnya
sekitar 85% dari produksi batubara dihasilkan oleh 9 perusahaan besar di antaranya
Bumi Resources, Adaro, Kideco Jaya Agung, Berau Coal, Indominco Mandiri, dan PT
Bukit Asam. Berdasarkan data tahun 2004, cadangan batubara terbesar dimiliki oleh
Kaltim Prima Coal dan Bumi Resources Grup (3,472 miliar ton), Berau Coal (2,746
miliar ton), Arutmin Indonesia – Bumi Resouces Gruop (2,514 miliar ton), dan Adaro
Indonesia (1,967 miliar ton).
Saat ini produsen batubara terbesar Indonesia adalah PT. Bumi Resources yang
menguasai 2 perusahaan besar batubara yakni PT. Kaltim Prima Coal dan PT.
Arutmin dengan total pangsa pasar (30,3%) pada 2007, dilkuti PT. Adaro Indonesia
(20,2%), Kideco Agung (10,6%), Berau Coal (6,6%), Indominco Mandiri (5,8%), dan PT
Bukit Asam (4,8%), Gunung Bayan (2,4%) dan lainnya (19,3%).
67
Produksi batubara Indonesia terbesar (Top Produsen) tahun 2007, sumber Departemen
ESDM, Bumi Resources 54,2 juta ton; Adaro Indonesia 36,1 juta ton; Kideco Jaya Agung
18,9 juta ton; Berau Coal 11,8 juta ton; Indominco Mandiri 10,5; dan PTBA 8,6 juta ton.
Berdasarkan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen ESDM tahun 2009, jumlah
sumber daya batubara Indonesia tercatat sebesar 93,034 milyar ton, terdiri dari sumber
daya hipotetik 23,64 miliar ton, sumber daya indikasi 34,87 miliar ton, sumber daya
terduga sebesar 13,56 miliar ton, sumber daya terukur berjumlah 20,96 miliar ton.
Berdasarkan kandungan kalori, dari seluruh total sumber daya tersebut, antara lain
sumber daya batubara kalori rendah berjumlah 21,04 miliar ton, kalori sedang berjumlah
58,94 miliar ton, sumber daya kalori tinggi berjumlah 12,42 miliar ton, dan sumber daya
batubara dengan kalori sangat tinggi berjumlah 73,29 juta ton.
Sampai tahun 2009, Propinsi Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur merupakan daerah
yang memiliki sumber daya batubara terbesar di Indonesia. Jumlah sumber Daya
batubara di Sumatera Selatan berjumlah sebesar 47,09 miliar ton atau sekitar 50,61% dan
Kalimantan Timur berjumlah sebesar 25,99 miliar ton atau sekitar 27,93%.
Disamping sumber daya, Indonesia juga memiliki cadangan batubara yang siap
tambang. Cadangan batubara Indonesia dihitung berdasarkan endapan bahan batubara
yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, kualitas, dan secara ekonomis
memenuhi kriteria layak tambang. Jumlah cadangan batubara Indonesia pada tahun
2009 yang dihimpun oleh Pusat Sumber Daya Geologi dari laporan perusahaan-
perusahaan pemegang ijin PKP2B di Indonesia adalah sebesar 18,71 miliar ton, dengan
rincian 13,25 miliar ton berupa cadangan tereka, dan 5,46 miliar berupa cadangan
terbukti.
68
Pada tahun 2003 jumlah produksi batubara Indonesia, mencapai 112,99 juta ton dan
pada tahun 2004 meningkat menjadi 129,17 juta ton, dan pada tahun 2008 berdasarkan
data dari Pusat Data dan Informasi, Departemen ESDM produksi batubara meningkat
menjadi sebesar 231,13 juta ton. Jumlah produksi batubara tahun 2008, dihasilkan dari
PT. BA 9,03 juta ton (dipasarkan di dalam negeri sebanyak 7,21 juta ton dan di ekspor
sebanyak 3,99 juta ton); produksi dari PKP2B total 176,99 juta ton (dipasarkan di dalam
negeri sebanyak 36,15 juta ton dan di ekspor sebanyak 142,38 juta ton); serta dari KP
dan KUD 45,09 juta ton (dipasarkan di dalam negeri sebanyak 26,07 juta ton dan di
ekspor sebesar 13,70 juta ton).
Eksportir batubara terbesar dunia, tahun 2007 (International Energy Agency), Australia
244 juta ton; Indonesia 158,58 juta ton; Rusia 100 juta ton; Colombia; 67 juta ton; Afrika
Selatan 67 juta ton; China 54 juta ton; dan Amerika Serikat 53 juta ton. Peran China
sebagai negara eksportir batubara mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni
dari 94 juta ton pada 2003 menjadi hanya 54 juta ton pada 2007 yang disebabkan
meningkat tajamnya kebutuhan batubara domestik China.
Sampai saat ini, usaha industri berbasis sumber daya energi dan mineral masih dikuasai
oleh investor asing yang memiliki kemampuan dan memenuhi kriteria yang diperlukan
bagi investasi disektor tersebut. Dalam kaitan ini, peranan nasional, khususnya kalangan
swasta, masih belum signifikan.
Harga batubara naik drastis dari US$ 48 per ton menjadi US$ 58-60 per ton. Namun
peningkatan harga batubara tersebut seolah-olah tidak bisa dimanfaatkan dengan baik.
Indonesia tidak bisa mendapatkan imbas dari kenaikan harga minyak dunia yang
menyebabkan kenaikan harga batubara, disebabkan investasi pertambangan Indonesia
69
tidak berkembang. Salah satu akibatnya, Indonesia tidak bisa memanfaatkan maksimal
booming dalam pertambangan batubara. Bahkan, ketika harga batubara tinggi, nilai
output batubara tahun 2007 menunjukkan gejala merosot. Oleh sebab itu, peran pelaku
usaha-usaha ekonomi nasional harus terus diberdayakan, disamping terus mendorong
pihak penanam modal asing untuk mengembangkan sumber daya alam mineral dan
energi, agar terjadi pemanfaatan potensi yang maksimal.
Permasalahan lainnya yang dalam kaitannya dengan investasi pada industri batubara
adalah sebagai berikut:
Pertambangan Tanpa Izin (PETI). Hal ini bukan saja merupakan permasalahan Pemerintah
Daerah, tapi sudah berkembang menjadi permasalahan nasional. Oleh karena itu
penanggulangan permasalahannya pun harus bersifat menyeluruh dan melibatkan
seluruh instansi yang terkait, dengan harapan permasalahan tersebut dapat
ditanggulangi cepat dan tepat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah guna menanggulangi masalah
Pertambangan Tanpa Izin (PETI) ini. Realisasi atas upaya tersebut, Pemerintah telah
mengeluarkan Instruksi Presiden No. 3 tahun 2000 tanggal 3 April 2000 tentang
koordinasi Penanggulangan masalah Pertambangan Tanpa Izin.
Otonomi Daerah, sering menjadikan daerah kurang tepat dalam merespon investor,
khususnya sektor pertambangan. Pada kondisi ini perusahaan sering mendapat berbagai
70
punggutan, yang dapat meningkatkan ongkos produksi. Daerah merasa lebih bebas
menentukan pajak dan pihak perusahaan berada pada posisi yang sulit untuk
menghindar. Walaupun sebenarnya ada pengaturan oleh pemerintah tentang jenis dan
tarif pajak yang dapat dipungut daerah. Hal ini dapat menimbulkan resiko biaya tinggi
yang menyebabkan tidak kompetitifnya produk batubara itu sendiri maupun dari segi
investasi.
Faktor sosial politik dan keamanan dalam negeri yang belum sepenuhnya kondusif. Hal
ini menyangkut kepercayaan jaminan keamanan terhadap investor yang akan
menanamkan modalnya di dalam negeri. Selain itu, faktor tersebut kaitannya juga
dengan arus lalu lintas barang pesanan.
Krisis global yang terjadi awal tahun 2008, secara langsung memberikan pengaruh
perlambatan ekonomi dunia sehingga kebutuhan energi seperti batubara dan komoditi
tambang lainnya makin menurun. Pada saat ini, harga batubara sedang cenderung
menurun, mengikuti pola minyak bumi yang juga sedang menurun di bawah USD
100/barrel. Pada akhir tahun 2008, harga minyak dunia yang terus meningkat kembali
menembus level USD 90 perbarel, hal itu telah memberi pengaruh positif dengan
memicu meningkatnya harga beberapa komoditas pertambangan, salah satunya adalah
batubara, disebabkan komoditas ini merupakan sumber energi alternatif pengganti
minyak.
Konsumsi batubara dunia pada 2007 meningkat menjadi 5,522 miliar ton atau
71
dengan kontribusi 26%. Peran ini diperkirakan akan meningkat menjadi 29% pada
2030. Sedangkan kontribusinya sebagai pembangkit listrik diperkirakan juga akan
meningkat dari 41% pada 2006 menjadi 46% pada 2030. Meningkatnya peran
batubara sebagai pemasok energi di masa-masa mendatang membuat industri ini
memiliki prospek yang sangat besar bagi para investor tak terkecuali di Indonesia.
Pada tahun 2008 produksi batubara mencapai 231,13 juta ton, dan produksi ini sudah
mencapai target yang dicanangkan pemerintah yaitu di atas 200 juta ton. Jumlah itu
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Dan awal tahun 2009
keseimbangan pasokan dan kebutuhan batubara di kawasan Asia Pasifik mengalami
perubahan, disebabakan negara China daratan sebagai pemasok terbesar mulai
menghentikan pasokan batubaranya untuk kawasan Asia Pasifik, sementara negara
tersebut harus menyediakan fasilitas listrik kepada 700 juta rakyatnya yang 84 persennya
diperoleh dari pembangkit listrik tenaga uap batubara. Keadaan ini menyebabkan
negara-negara industri di Asia, seperti Taiwan, Korea, Jepang, dan India mulai beralih ke
Indonesia untuk mendapatkan pasokan batubara. Hal tersebut, memberikan prospek
bagi pasokan batubara Indonesia.
khususnya dalam beberapa tahun terakhir. Sampai dengan 2007 misalnya tercatat 251
perusahaan penambangan batubara di Indonesia.
72
Pada 2007 Indonesia berada di posisi k etujuh terbesar produsen batubara
dunia dengan kontribusi 4,2% dan di posisi kedua terbesar sebagai eksportir
Pasar batubara terbesar adalah Asia yang mengkonsumsi sekitar 54% dari konsumsi
batubara dunia. Tingginya konsumsi batubara negara-negara Asia menyebabkan
impor batubara terbesar berasal dari negara-negara Asia, seperti Jepang, Korea, China
Taipei, India dan China. Jepang adalah negara pengimpor batubara terbesar di
dunia dengan volume impor 182 juta ton pada 2007, diikuti Korea 88 juta ton dan
China Taipei 69 juta ton. Kondisi tersebut merupakan peluang yang sangat
menguntungkan bagi batubara indonesia, yang jarak transportasinya lebih dekat
dibanding negara-negara importir lainnya.
Peluang investasi pada sektor industri batubara masih terbuka cukup lebar. Namun yang
perlu diperhatikan disini adalah sifat pengusahaan dibidang batubara, umumnya adalah
padat modal, padat resiko, dan padat teknologi. Batubara disamping merupakan sumber
energi alternatif dari minyak dan gas bumi, juga merupakan salah satu komoditas
semen (menurut Asosiasi Semen Indonesia, diperkirakan meningkat rata-rata 10% per
tahun sehingga pada tahun 2025 kebutuhan semen diproyeksikan menjadi 223,56 juta
ton dan membutuhkan batubara sekitar 37,26 juta ton), industri pengecoran logam
(dimana pada tahun 2006 mengkonsumsi bataubara sebesar 195,80 ribu ton dan pada
tahun 2025 diproyeksikan membutuhkan batubara sekitar 230,9 ribu ton), industri tekstil
73
(menurut Kajian Batubara Ijang Suherman dkk, pada tahun 2006 hampir 224 industri
tekstil telah menggunakan bahan bakar batubara dengan konsumsi sebesar 3,07 juta ton
dan pada tahun 2025 diproyeksikan konsumsi akan meningkat dua kali lipat menjadi
6,04 juta ton), dan industri kertas (pada tahun 2005 telah mengkonsumsi sebesar 2,207
juta ton dan diproyeksikan pada tahun 2025 konsumsi pada industri tersebut akan
meningkat menjadi 4,601 juta ton).
Untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik hingga tahun 2009, pemerintah berencana
2025 untuk PLTU mencapai 101,4 juta ton dengan indikator pemakaian batubara pada
tahun 2007 sebesar 31,5 juta ton (asumsi Kebijakan Energi Nasional pada tahun 2025
kebutuhan batubara untuk PLTU sebesar 103 juta ton).
Dilihat dari persediaan maupun permintaan pasar dunia, masa depan industri batubara
Indonesia akan sangat cerah. Dari sisi permintaan pasar dunia, pemakaian batubara akan
terus meningkat karena tuntutan dunia akan bahan bakar yang lebih murah. Disamping
itu, tingginya biaya produksi penambangan batubara di negara-negara industri, telah
membuka peluang pasar ekspor batubara dari negara-negara berkembang seperti
Indonesia yang upah buruhnya masih lebih rendah.
Selama tahun 2003 sampai 2008 permintaan batubara terus meningkat, dimana pada
tahun 2003 jumlah permintaan sebesar 112,996 juta ton (permintaan dalam negeri
sebesar 28,979 juta ton, dan permintaan ekspor sebesar 84,017 juta ton), pada tahun
2008 permintaan meningkat menjadi 231,13 juta ton (permintaan dalam negeri sebesar
69,43 juta ton dan permintaan ekspor sebesar 160,09 juta ton). Selama periode tersebut
74
laju pertumbuhannya rata-rata naik sekitar 9,5% per tahun. Dan diproyeksikan
permintaan batubara pada tahun 2013 mencapai 250 juta ton. Permintaan batubara
yang sangat besar, baik itu di pasar lokal maupun ekspor diperkirakan akan terus
meningkat hingga 10 tahun kedepan. Kondisi ini, merupakan peluang pasar yang cukup
potensial apalagi peluang pasar ini didukung oleh deposit batubara yang dimiliki
Indonesia cukup besar, serta adanya kampanye pemakaian sumber energi alternatif di
luar minyak dan gas bumi. Penyebab lainnya adalah, karena sampai saat ini belum
ditemukan sumber energi alternatif baru pengganti batubara yang harganya lebih
murah. Oleh karena itu, sejalan dengan peningkatan kebutuhan tenaga listrik,
perkembangan industri pemakainya serta tentunya perkembangan ekonomi global,
industri ini sangat menarik untuk terus dikembangkan.
92,59 ribu ton setiap tahunnya. Industri-industri lainnya yang juga telah menggunakan
bahan bakar batubara, antara lain industri makanan, industri kimia, industri karet dan
ban. Dengan makin meingkatnya perkembangan industri pemakainya, di masa
mendatang konsumsi ini akan terus meningkat minimal sebesar 5% setiap tahunnya
setelah Australia. Dengan posisi tersebut, Indonesia menguasai pasar batubara dunia
sekitar 13-14 persen per tahun.
Dalam beberapa tahun kedepan prospek industri batubara diperkirakan masih cukup
baik di pasar dalam negeri maupun di pasar global.
75
Pertama, semakin besarnya peran batubara sebagai pembangkit listrik baik di Indonesia
dan gas akan semakin besar. Kebutuhan batubara di dalam negeri diperkirakan akan
terus meningkat. Pada tahun 2010 ketika semua proyek PLTU telah beroperasi
diperkirakan konsumsi batubara Indonesia akan mencapai 90 juta ton atau meningkat
hampir dua kali lipat dibanding tahun 2006. Sampai saat ini setidaknya terdapat lebih
dari 10 proyek PLTU di Indonesia yang menggunakan batubara sebagai sumber energi
yang direncanakan akan beroperasi mulai tahun 2009 hingga 2012.
Kedua, pasar batubara dunia akan semakin ketat setidaknya hingga 2020 sebagai akibat
meningkatnya permintaan dari dua negera raksasa dunia yaitu, China dan India untuk
pembangkit listrik. Apalagi adanya pembatasan ekspor batubara China oleh pemerintah
sejak tahun 2008 melalui pemberlakuan pajak ekspor batubara sebesar 10% untuk
mengantisipasi meningkatnya permintaan batubara dalam negeri China yang akan
semakin menurunkan ekspor batubara China, sebaliknya pada waktu yang sama
pertumbuhan pasokan dari Australia dan Afrika Selatan akan semakin berkurang yang
akan mendorong meningkatnya harga batubara antara 2009-2010. Menurut
proyeksi International Energy Outlook 2007, 72% konsumsi batubara dunia hingga
2030 akan didominasi oleh China dan India. Barlow Jonker memperkirakan impor
batubara India akan mencapai lebih dari 50 juta ton pada 2020 dan impor batubara
China mencapai 150 hingga 230 juta ton pada tahun yang sama. Saat ini pasar
ekspor terbesar Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, disamping
China dan India yang merupakan buyer baru bagi Indonesia. Meningkatnya
permintaan China dan India dimasa datang meningkatkan peluang Indonesia untuk
meningkatkan pangsa pasar ekspor melalui kedua negara tersebut.
76
Ketiga, penggunaan batubara sebagai energi alternatif relatif lebih murah dibanding
minyak dan LNG. Karena itu, harga diatas US$ 80 batubara masih disukai sebagai
sumber energi dibanding sumber energi lainnya. Untuk meenghasilkan 1 MGW/h listrik
dari batubara dibutuhkan biaya sebesar US$ 12.98 (asumsi harga batubara US$ 90 per
ton), lebih besar dibandinngkan minyak yang sebesar $ 30 (asumsi harga minyak US$ 54
per barrel), dan LNG yang sebesar US$ 20.47 (asumsi harga LNG $ 6/Mmbtu) ( Coal
Outlook, 2008).
Keempat, meskipun saat ini harga komoditas batubara turun cukup dalam karena
rendahnya permintaan menyusul krisis global, harga komoditas batubara masih akan
positif hingga beberapa tahun kedepan yang didorong oleh relatif tingginya
permintaan dibanding pasokan. Disamping itu sifat komoditas yang unrenewable
yaitu cenderung semakin menipis sementara permintaannya akan cenderung
meningkat.
Massey Energy Report rnemproyeksikan harga batubara akan berkisar pada US$ 78
hingga US$ 82 per ton pada 2009, dan US$ 90 hingga US$ 130 per ton pada 2010
(pada Desember 2008 harga batubara di Newcastle mencapai US$ 78,3 per ton
setelah mencapai harga tertinggi pada Agustus 2008 sebesar US$ 160 per ton.
sementara Citigroup memperkirakan harga kontrak batubara untuk batubara thermal
akan mencapai US$ 100 per metric ton sepanjang 2008-2009 dan batubara cooking akan
mencapai US$ 200 per ton.
rata-rata perusahaan tambang dunia. Dalam sepuluh tahun terakhir, keuntungan rata-
rata perusahaan tambang Indonesia mencapai dua kali perusahaan tambang di Australia.
77
Sumberdaya Mineral memperkirakan Indonesia memiliki sumber daya riil batubara
sebesar 93,03 miliar ton, cadangan terkira sebesar 13,25 miliar ton, dan cadangan
batubara terbukti sebesar 5,46 miliar ton. Sementara tingkat produksi batubara
Indonesia baru mencapai rata-rata sekitar 200 juta ton per tahun.
Ketujuh, Indonesia merupakan eksportir batubara thermal (ketel uap) terbesar dunia
dengan total ekspor 160,09 juta ton pada 2008. Deng an demikian Indonesia telah
memiliki pangsa pasar yang cukup luas di pasar global khususnya untuk batubara
thermal. Saat ini pasar utama batubara Indonesia adalah Jepang. Adanya kerjasama
Economic Partnership Agreement dengan Jepang akan semakin memperkokoh
posisi Indonesia sebagai pemasok batubara Jepang. semakin menurunnya peran
China, Australia dan Afrika Selatan sebagai pemasok batubara akan semakin
memperbesar peluang Indonesia untuk meningkatkan penetrasi pasarnya di
pasar internasional.
Kedelapan, meningkatnya permintaan China dan India dalam beberapa tahun kedepan
memberi peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa
pasarnya di kedua negara tersebut yang saat ini merupakan buyer baru bagi Indonesia.
Apalagi dengan bergesernya posisi China sebagai net importir batubara dengan
volume permintaan impor yang cenderung meningkat akan memberi peluang
semakin besar bagi Indonesia untuk mengambil alih pangsa pasar ekspor China
sekaligus meningkatkan pangsa pasar Indonesia ke China.
78
kondisi sosial ekonomi dan kestabilan politik, pengaturan batubara domestik dan ekspor,
pengaturan kontunuitas supply terhadap industri pemakainya, pengaturan royalti,
Pada ahir tahun 2007, harga batubara yang tercatat di Indonesia Coal Index (ICI) adalah:
USD126,39 per ton untuk batubara dengan kualitas 6500 kkal/kg, padahal sebelumnya
harganya adalah USD 149,18 per ton atau turun lebih dari 23 USD. Demikian juga untuk
kualitas lainnya USD 126,39 per ton untuk kualitas 5800 kkal/kg, yang sebelumnya USD
149,18 per ton. Untuk batubara kualitas rendah adalah USD 75,60 per ton untuk kualitas
5000 kkal.kg dan USD 42,82 per ton untuk kualiast 4200 kkal/kg. Kondisi akan terus
berubah, untuk itu pemerintah perlu mengantipasi perubahan tersebut. Di lain pihak
potensi sumberdaya mineral dan batubara Indonesia yang masih cukup besar perlu
dikelola sebaik mungkin agar memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian
dan pembangunan nasional.
79
V. DAFTAR PUSTAKA
2. Agus Miswanto, dkk, 2007. Analisis Bahan Galian Logam, Puslitbang Teknologi
Mineral dan Batubara, Bandung.
3. Badan Pusat Statistik 2004-2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri, Ekspor, Jilid
I dan Jilid II, Jakarta.
4. Badan Pusat Statistik, 2004-2008, Statistik Industri Besar dan Sedang, Jilid I dan
Jilid II, Jakarta.
6. Harta Haryadi, dkk, 2009. Updating Data Mineral dan Batubara, Puslitbang
Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
8. Pusat Sumber Daya Geologi, 2009. Sumber Daya Mineral dan Batubara di
Indonesia.
10. Triswan Suseno, dkk, 2005. Optimalisasi Pemasokan dan Kebutuhan Batubara
Indonesia Dalam Rangka Konservasi Energi Batubara. Puslitbang Teknologi
Mineral dan Batubara, Bandung.
12. -----, 2000. Peraturan Pemerintah No. 25, 2000, Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi, Jakarta.
13. -----, Oktober 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintah
Daerah, Fokus Media, Bandung.
78
14. -----, Oktober 2004 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah, Fokus Media, Bandung.
16. -----, Pebruari 2009, UU NO. 4 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
17. -----, Maret 2009. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Bank Indonesia,
Jakarta.
18. ….., Agustus 2008, Indonesia (Mineral, Coal, Geothermal, and Groundwater
Statistics, 2008). Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panasbumi). Jakarta.
19. ….., Desember 2007, Statistik Ekonomi Mineral Indonesia, 2007. Pusat Data dan
Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
79
TABEL 2.1 SUMBER DAYA BENTONIT
INDONESIA
BANTEN
BENGKULU
D I YOGYAKARTA
JAWA BARAT
80
JAMBI
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
SULAWESI UTARA
84
SUMBER DAYA (TON)
(RESOURCES)
TERUKU
PROPINSI R
NO (LOKASI) HIPOTETIK TERDUGA INDIKASI (MEASU
(HYPOTETIC) (INFERRED) (INDICATED) RED) TOTAL
1 2 3 4 5 6 7
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
85
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA BARAT
SUMATERA UTARA
86
TABEL 2.3 SUMBER DAYA FOSFAT INDONESIA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
87
JAWA TIMUR
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI SELATAN
89
TABEL 2.4 SUMBER DAYA FELSPAR
INDONESIA
BANTEN
BENGKULU
GORONTALO
8. - 2,500,000.00 - - 2,500,000.00
DESA KAYUBULAN
JAWA TENGAH
9. - 642,000.00 - - 642,000.00
KEBUTUH DUWUR, KEBUTUH JURANG
90
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
LAMPUNG
91
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
92
48. BELAKANG SD DS. SELEMAN - 120,000.00 - - 120,000.00
JALAN ANTARA MUARA ENIM-
49. KAMPUNG MINYAK - 90,000.00 - - 90,000.00
50. DS. DARMO - 150,000.00 - - 150,000.00
JALAN ANTARA TRAWAS-MUARA
51. LAKITAN 17,500,000.00 - - - 17,500,000.00
SUMATERA UTARA
93
SUMBER DAYA (TON)
PROPINSI (RESOURCES)
NO (LOKASI) HIPOTETIK TERDUGA INDIKASI TERUKUR
(HYPOTETIC ) (INFERRED) (INDICATED) (MEASURED) TOTAL
1 2 3 4 5 6 7
BALI
BANTEN
D I YOGYAKARTA
GUNUNG BAMBUSURAT,
16. DESA DON 9,522,000.00 - - - 9,522,000.00
GORONTALO
95
DESA BUBAA
TERSINGKAP DI TEPI
30. JALAN - 42,000,000.00 - - 42,000,000.00
JAWA BARAT
JAMBI
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
98
100. DESA KOTAKUSUMA - - - 120,000.00 120,000.00
101. P. NUSA BARUNG - - - 100,000.00 100,000.00
102. GUNUNG PEGAT - - - - -
103. DESA ARJOSARI - - - 100,000.00 100,000.00
KAMPUNG PALEM, DESA
104. DAD - 3,000,000.00 - - 3,000,000.00
105. DESA BERINGIN 600,000,000.00 - - - 600,000,000.00
KALIMANTAN
SELATAN
GUNUNG NARINGGIT
DAN GUNUNG SERANG,
106. DESA KAONG. 215,720,000.00 - - - 215,720,000.00
BUKIT
BATUBAGANTUNG, DESA
107. SALAMAN 88,000,000.00 - - - 88,000,000.00
DAERAH TRANSMIGRASI
BLOK SATU, DESA
108. MANTEWE. 10,611,000.00 - - - 10,611,000.00
GUNUNG BATU,
KAMPUNG PASAR, DESA
109. JAING HILIR. 22,500,000.00 - - - 22,500,000.00
BUKIT BATUPUTIH
HINGGA BUKIT JINGAH,
110. DESA DAMIT. 213,300,000.00 - - - 213,300,000.00
PERBUKITAN BATU
LANGSAT, DESA
111. AMBAWANG. 193,500,000.00 - - - 193,500,000.00
PERBUKITAN BATU
QIAKI, DESA
112. AMBAWANG. 270,000,000.00 - - - 270,000,000.00
113. BUKIT SAKAYU HINGGA 275,000,000.00 - - - 275,000,000.00
99
GUNUNG LIANG, DESA
KINTAPURA.
GUNUNG LANGSAT,
DESA RIAM ANDUNGAN
114. ULU. 26,122,000.00 - - - 26,122,000.00
PERBUKITAN HULU
SUNGAI KINTAP DAN
SUNGAI KINTAPONOKI,
115. DES - - 111,600,000.00 - 111,600,000.00
GUNUNG CERUCUK,
116. DESA TANJUN 5,200,000.00 - - - 5,200,000.00
BUKIT MANUNGGU DAN
BUKIT RAN, DESA
117. JOMBANG. 1,000,000,000.00 - - - 1,000,000,000.00
KOMPLEKS GUNUNG
BATUHAPU, DESA
118. KUPANG REJO. - 15,000,000.00 - - 15,000,000.00
KOMPLEK GUNUNG
TALIKUR, DESA PIPITAK
119. JAYA. - 125,500,000.00 - - 125,500,000.00
GUNUNG TALIKUR,
KAMPUNG BUNI'IN JAYA,
120. DESA LINUH. 290,897,000.00 - - - 290,897,000.00
GUNUNG AMBILIK DAN
GUNUNG
BATUNUNGGAL, DESA
121. HAPULANG. 143,000,000.00 - - - 143,000,000.00
PERBUKITAN DAERAH
TRANSMIGRASI
BATULICIN, DESA UPT
122. MANUNG 3,995,000.00 - - - 3,995,000.00
GUNUNG BATU
123. AWAYAN, DESA JU'UH.. 408,410,000.00 - - - 408,410,000.00
124. GUNUNG BATU KARAS 653,120,000.00 - - - 653,120,000.00
100
HINGGA GUNUNG
BERANGIN, DESA
PUYUN.
GUNUNG BATUTINDIH,
125. DESA TANUHI MALINAU. 232,717,000.00 - - - 232,717,000.00
GUNUNG BATU
TUNGGAL, DESA BATU
126. TUNGGAL. - - 105,780,000.00 - 105,780,000.00
GUNUNG PASULINGAN
DAN GUNUNG
BALONGAN, DESA BATU
127. KIJANG. 531,490,000.00 - - - 531,490,000.00
GUNUNG LIANG DAN
GUNUNG BATU JELAY,
128. DESA LALAPIN. 384,188,000.00 - - - 384,188,000.00
KOMPLEKS GUNUNG
SERIBU AMAT, DESA
129. CANTUNG KIWA HILIR. 1,000,000,000.00 - - - 1,000,000,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG
BUNGKUKAN, SUNGAI
130. KUPANG, DESA BENGKAL 39,937,000.00 - - - 39,937,000.00
GUNUNG BANIAN,
KAMPUNG BULUH, DESA
131. RANTAU BUDA. 25,310,000.00 - - - 25,310,000.00
KOMPLEKS GUNUNG
MANDAH, SUNGAI
132. DURIAN, DESA MANGKA. - 354,150,000.00 - - 354,150,000.00
PERBUKITAN DESA
MEGAHALAU HULU
HINGGA DESA RANTAU
133. BUDA. 365,290,000.00 - - - 365,290,000.00
GUNUNG SIALING DAN
GUNUNG ULAN, DESA
134. JAING HULU. 57,473,000.00 - - - 57,473,000.00
101
GUNUNG BATU BULI,
KAMPUNG LUMBIS,
135. DESA RIBANG. 6,630,000.00 - 12,548,000.00 - 19,178,000.00
GUNUNG BATU KUMPAI,
GUNUNG PARANG, DESA
136. PURUI. - - 396,415,000.00 - 396,415,000.00
GUNUNG BATULAKI DAN
GUNUNG BATUBINI,
137. DESA PADANG BATUNG. - 746,555,000.00 - - 746,555,000.00
KALIMANTAN TENGAH
102
KALIMANTAN TIMUR
PERBUKITAN HULU
SUNGAI LEN, CABANG
148. KIRI BELAYAN, DESA SID 1,320,000.00 - - - 1,320,000.00
PERBUKITAN HULU
SUNGAI RITAN, DESA
149. UMAQ DIAN. 880,000.00 - - - 880,000.00
AIR PUTIH DAN
SEMPAJA, DESA LOA
150. JANAN ILIR. 1,000,000.00 - - - 1,000,000.00
GUNUNG UANG,
KAMPUNG LOA IPUH,
151. DESA MUALAF 616,000.00 - - - 616,000.00
PERBUKITAN DESA
JAHAB, JONGKANG JAYA
152. TELUK DALAM. 880,000.00 - - - 880,000.00
SEPARI, SANGGULAN,
153. DESA BUKIT RAYA. 105,600,000.00 - - - 105,600,000.00
PERBUKITAN LONG
154. TASAK, DESA LONG LEES. 7,333,000.00 - - - 7,333,000.00
BATU BALOBANG,
TANJUNG MANGKALIAT,
155. DESA SANDARAN. 3,762,000,000.00 - - - 3,762,000,000.00
PERBUKITAN SEKERAT-
SEMBERANG
MANUMBAR, DESA
156. MARUKANGAN. 352,000,000.00 - - - 352,000,000.00
GUNUNG SEKERAT-
SEKURAU LUBUK
TUTUNG< DESA
157. SEKERAT. 1,664,500,000.00 - - - 1,664,500,000.00
DESA TANJUNG PALAS
158. TENGAH. 25,000,000.00 - - - 25,000,000.00
103
BENGALUN, DESA
159. SESUA. 1,000,000,000.00 - - - 1,000,000,000.00
DESA LEGAI,
160. BATUSOPANG 459,000,000.00 - - - 459,000,000.00
MARIANGO, DESA
161. MODANG. 22,500,000.00 - - - 22,500,000.00
LONG KALI, DESA
162. MENDIK. - - 21,300,000.00 - 21,300,000.00
163. DESA BATUBUTOK 450,000,000.00 - - - 450,000,000.00
PERBUKITAN HULU
SUNGAI BELAYAN, DESA
164. MUARA PEDOHON. 1,188,000.00 - - - 1,188,000.00
TELUK SANDARAN
SULAIMAN, TELUK
BAKONG, DESA
165. SANDARAN. 277,200,000.00 - - - 277,200,000.00
BUKIT SEMPUTUK,
KAMPUNG GUNTUNG,
166. DESA SATIMPO. 1,980,000.00 - - - 1,980,000.00
SUNGAI SEGAH, DESA
167. LONG AYAN. 164,000.00 - - - 164,000.00
168. DESA G. PUTRI 25,000,000.00 - - - 25,000,000.00
169. DESA KARANG JENAWI 22,000,000.00 - - - 22,000,000.00
170. DESA PEJALIN 37,500,000.00 - - - 37,500,000.00
BUKIT LOA SEDU, DESA
171. RAWA MAKMUR. 1,056,000.00 - - - 1,056,000.00
PERBUKITAN KENDISAN,
KAMPUNG PELAKAN,
172. DESA BEREBAS PANTAI 1,760,000.00 - - - 1,760,000.00
PERBUKITAN
PUNGGUNG BERUK,
KAMPUNG PANGGUL,
173. DESA SEKAMBIN 1,386,000.00 - - - 1,386,000.00
104
BUKIT DERUNGAU, DESA
174. MUARA LEKA. 1,096,000.00 - - - 1,096,000.00
PERBUKITAN LOBANG
BATIK, KAMPUNG KUARI,
175. DESA SATIMPO. 1,980,000.00 - - - 1,980,000.00
GUNUNG BATU BULAN,
176. DESA PERENG TALIK. 932,000.00 - - - 932,000.00
KM 14 DAN KM 17
JALAN PRODUKSI PT.
177. ITCI, DESA MUARA WIIS. 32,512,000.00 - - - 32,512,000.00
KAMPUNG BARU, DESA
178. LOA JANAN ILIR. 1,320,000.00 - - - 1,320,000.00
SUNGAI JEMBAYAN,
179. DESA LOA KULU KOTA. 508,000.00 - - - 508,000.00
SUNGAI JINTAN,
JONGGAN, DESA
180. JEMBAYAN. 880,000.00 - - - 880,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG
SALO PALAI, DESA
181. LABANG 770,000.00 - - - 770,000.00
PERBUKITAN MANGGU,
KAMPUNG REDAN, DESA
182. SEKAMBING. 7,040,000.00 - - - 7,040,000.00
LAMPUNG
MALUKU UTARA
105
187. GOTOWAGI 63,608,000.00 - - - 63,608,000.00
188. MUMAR - - 34,290,000.00 - 34,290,000.00
189. UTARA DESA FAYAUL 3,103,110,000.00 - - - 3,103,110,000.00
190. WEDA 2,700,000,000.00 - - - 2,700,000,000.00
191. P. MANDIOLI 1,350,000,000.00 - - - 1,350,000,000.00
DARUBA, PULAI
192. MOROTAI 1,620,000,000.00 - - - 1,620,000,000.00
NANGGRO ACEH
DARUSSALAM
NUSA TENGGARA
BARAT
NUSA TENGGARA
TIMUR
PAPUA
112
368. DS. NEMEWIKARYA 750,000.00 - - - 750,000.00
RIAU
DESA GEMA,TANJUNG
369. BALIT 2,486,000.00 - - - 2,486,000.00
370. SIMPANG KIRI 40,500,000.00 - - - 40,500,000.00
371. GEMA, KAMPARKIRI - 6,350,000.00 - - 6,350,000.00
BUKIT NURUT (G.
372. TENGAH) 6,350,000.00 - - - 6,350,000.00
SULAWESI BARAT
DUSUN KALOBIBING,
DESA MAMUNYU, KEC.
373. MAMUJU 6,000,000.00 - - - 6,000,000.00
DESA LABUANG, KEL.
374. BAURUNG 139,045,000.00 - - - 139,045,000.00
SULAWESI SELATAN
113
BULU TARRETA, DESA
381. WAEMPUTTAENG. 180,000,000.00 - - - 180,000,000.00
POLANGKI, DESA MULA
382. MENREE SAPPE WALIE 16,000,000.00 - - - 16,000,000.00
BULU CABBENG
383. LAKKORI, DESA TEMPEE. 32,000,000.00 - - - 32,000,000.00
BULU LANCA, DESA
384. MATTIRO WALIE. 3,500,000.00 - - - 3,500,000.00
PERBUKITAN DESA
385. CINNONG ULAWENG. 16,000,000.00 - - - 16,000,000.00
BULU LILINA AJANGALE,
DESA MANURUNGE
386. NINGO. 200,000,000.00 - - - 200,000,000.00
PERBUKITAN DESA
387. BALOCCI 900,000,000.00 - - - 900,000,000.00
388. PANGKEP - - 14,946,000.00 - 14,946,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG
PANRATAE, DESA
389. PANRENGRENG 2,290,093,000.00 - - - 2,290,093,000.00
390. BUKIT BANTIMALE 850,000,000.00 - - - 850,000,000.00
391. P. SELAYAR DAN P. PASI 3,131,661,000.00 - - - 3,131,661,000.00
PERBUKITAN HATCHERI,
392. DESA PALLETTE. 115,000,000.00 - - - 115,000,000.00
PERBUKITAN BATU
MALOPI, DESA LOMPO
393. RIAJA 50,700,000.00 - - - 50,700,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG
394. LAPAO, DESA BINUANG 148,200,000.00 - - - 148,200,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG
MADELLO, DESA
395. MADELLO 585,000,000.00 - - - 585,000,000.00
BUKIT BIRUEH, DESA
396. SIAWUNG 10,530,000.00 - - - 10,530,000.00
114
PERBUKITAN KAMPUNG
PACCIRO II, DESA
397. LIBURENG 812,500,000.00 - - - 812,500,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG
398. SAPEE, DESA SAPEE 16,250,000.00 - - - 16,250,000.00
PERBUKITAN BULULIKU,
399. DESA SIDDO 50,700,000.00 2,500,000.00 - - 53,200,000.00
PERBUKITAN KIRU-KIRU,
400. DESA CEPAGA-SIDDO 26,325,000.00 - - - 26,325,000.00
PERBUKITAN
BONTOCANI, DESA
401. LANGI KAHU 400,000,000.00 - - - 400,000,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG
402. BAMPAE, DESA PATAPPA 21,937,000.00 - - - 21,937,000.00
PERBUKITAN
BULULIANGE, DESA
403. MADELLO 622,531,000.00 - - - 622,531,000.00
PERBUKITAN DESA
404. PALLETTE. 165,000,000.00 - - - 165,000,000.00
BUKIT BUNE, DESA
405. KADIN 102,375,000.00 - - - 102,375,000.00
PERBUKITAN LISU, DESA
406. LOMPO TENGAH 487,500,000.00 - - - 487,500,000.00
BULU SAMPURUGAN
SIAME, DESA CANNI
407. SIRENRENG. 133,600,000.00 - - - 133,600,000.00
PERBUKITAN COPPO
BALIBUNG, DESA
408. LILIRIAWANG. 31,000,000.00 - - - 31,000,000.00
PERBUKITAN DESA
409. MATTARO PULLI. 52,000,000.00 - - - 52,000,000.00
PERBUKITAN DESA
410. LAMPOKO WOLLANGI 27,000,000.00 - - - 27,000,000.00
411. BUKIT LAPADARE, DESA 182,812,000.00 - - - 182,812,000.00
115
PATAPPA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI UTARA
MANGKIT, RATATOTOK,
431. BASA 12,065,000.00 - - - 12,065,000.00
432. RATATOTOK 6,750,000.00 - - - 6,750,000.00
116
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
118
SUMATERA UTARA
119
TABEL 2.6 SUMBER DAYA GRANIT
INDONESIA
GORONTALO
120
13. P. MARSABANDI 40,000,000.00 - - - 40,000,000.00
JAMBI
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
121
TUMINGKI.
GUNUNG PAMBAKULAN DAN
GUNUNG WARANGAN, DESA
30. SUMBA. 278,640,000.00 - - - 278,640,000.00
GUNUNG KIMUH KORANJI,
31. DESA SUNGAICUKA. 67,500,000.00 - - - 67,500,000.00
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
KEPULAUAN RIAU
122
LAMPUNG
NANGGRO ACEH
DARUSSALAM
RIAU
123
61. TANJUNG MEDAN 54,375,000.00 - - - 54,375,000.00
62. SUNGAI GITI 42,000,000.00 - - - 42,000,000.00
DESA KEBUN,
63. KAYUARO,DS.BATUSASAK 25,312,000.00 - - - 25,312,000.00
64. KOTORANAH 18,125,000.00 - - - 18,125,000.00
65. ----------------- 266,000,000.00 - - - 266,000,000.00
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SUMATERA BARAT
BENGKULU
JAWA BARAT
JAMBI
128
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
129
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
KEPULAUAN RIAU
LAMPUNG
131
58. BUKIT POMA, DESA KOPE 84,000.00 - - - 84,000.00
59. BOTO 25,000.00 - - - 25,000.00
60. MUTA 5,200,000.00 - - - 5,200,000.00
61. LONGKAP, DESA ALERMA 150,000.00 - - - 150,000.00
62. ALERMA 150,000.00 - - - 150,000.00
63. DUSUN AIRMAMA, DESA MUTA 26,000,000.00 - - - 26,000,000.00
RIAU
SULAWESI BARAT
SULAWESI UTARA
132
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
133
TEEL 2.9 SUMBER DAYA MARMER
INDONESIA
BANTEN
JAWA BARAT
JAMBI
JAWA TIMUR
134
11. DESA DADAPAN 8,100,000.00 - - - 8,100,000.00
12. BESOLE - - 9,855,000.00 - 9,855,000.00
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
135
27. PEKON TANJUNG KEMALA 7,452,000.00 - - - 7,452,000.00
28. DESA PURWOREJO 3,250,000.00 - - - 3,250,000.00
29. BEDENG BARU 1,687,000.00 - - - 1,687,000.00
30. BUKIT BATURAJA, DESA MARGOSARI 6,440,000.00 - - - 6,440,000.00
G. KASIH, DUSUN G. KASIH, DESA
31. SUKAMULYA 1,794,000.00 - - - 1,794,000.00
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
137
69. WAKORUMBA 1,261,400,000.00 - - - 1,261,400,000.00
70. KABAENA TIMUR 105,300,000.00 - - - 105,300,000.00
71. BUTON 2,363,281,000.00 - - - 2,363,281,000.00
72. MORAMO 1,080,000,000.00 - - - 1,080,000,000.00
73. ASERA 8,100,000,000.00 - - - 8,100,000,000.00
74. LASOLO 1,080,000,000.00 - - - 1,080,000,000.00
75. WOLO 3,888,000,000.00 - - - 3,888,000,000.00
76. LASUSUA 3,100,000,000.00 - - - 3,100,000,000.00
77. KALISUSU 3,240,000,000.00 - - - 3,240,000,000.00
78. KABAENA 1,731,780,000.00 - - - 1,731,780,000.00
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
138
Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi,
2009. Diolah kembali.
139
TABEL 2.10 SUMBER DAYA PASIR
KUARSA INDONESIA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
140
13. K. NYAMPLONG, DESA KRAGA 450,000.00 - 90,000.00 - 540,000.00
14. DESA LODAN KULON - - 26,500,000.00 - 26,500,000.00
15. DESA GESIKAN - 1,000,000.00 - - 1,000,000.00
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
PERBUKITANSABUHUR HINGGA
46. LEMBAH BESIH, DESA SABUHUR. 15,760,000.00 - - - 15,760,000.00
PERBUKITAN PATAMPA HINGGA
KALINGAYA, DESA PEGATAN
47. BESAR. 20,880,000.00 - - - 20,880,000.00
PERBUKITAN SAMIPAR HINGGA
GUNUNG TUNGGAL, DESA
48. BATAKAN. 6,850,000.00 - - - 6,850,000.00
PERBUKITAN BATAKAN HINGGA
TUNGKARAN NAIK, DESA
49. BATAKAN. 28,980,000.00 - 11,763,000.00 8,808,000.00 49,551,000.00
50. PERBUKITAN SUNGAI BESAR DAN 13,412,000.00 - - - 13,412,000.00
142
SUNGAI CAKAS, DESA BUKIT MULI
PERBUKITAN KAMPUNG KASAU
DAN SUNGAI KARUH, DESA
51. SEBAMBAN 14,790,000.00 - - - 14,790,000.00
PERBUKITAN KARANGAN PUTIH,
52. DESA MALIGUN. 195,000.00 - - - 195,000.00
PERBUKITAN KAMPUNG SEKAPUK,
53. DESA SETARAP. 112,000.00 - - - 112,000.00
54. PERBUKITAN DESA SELARU. - 30,000,000.00 - - 30,000,000.00
PERBUKITAN ASAM-ASAM, DESA
55. SEWARANGAN. 520,000.00 - - - 520,000.00
BUKIT SELARU, DESA SUNGUP
56. KANAN. 30,000,000.00 - - - 30,000,000.00
PERBUKITAN KARANGAN PUTIH,
57. DESA BINUANG SATU. 927,000.00 - - - 927,000.00
KALIMANTAN TENGAH
143
SUNGAI KAKI, DESA KATINGAN.
KALIMANTAN TIMUR
144
MERDEKA
GUNUNGPASIR, KELURAHAN
83. SAMBOJA, DESA KARYA JAYA. 56,700,000.00 - - - 56,700,000.00
PERBUKITAN KENDISAN, TANI
84. JAYA, DESA TELUK DALAM. 1,176,000.00 - - - 1,176,000.00
KAMPUNG MANUNGGAL JAYA,
85. DESA PONG PONG 231,525,000.00 - - - 231,525,000.00
86. DESA MUARA JAWA ULU. 2,255,000.00 - - - 2,255,000.00
PERBUKITAN MANUNGGAL JAYA,
87. DESA LOA JANAN ILIR. 1,470,000.00 - - - 1,470,000.00
PERBUKITAN MANGUNREJO, DESA
88. LOA JANAN ILIR. 1,848,000.00 - - - 1,848,000.00
PERBUKITAN JALAN BARU
SAMARINDA TENGGARONG, DESA
89. LOA JANA 1,890,000.00 - - - 1,890,000.00
PERBUKITAN PASIR, TANAH
90. MERAH, DESA SEMBOJA KUALA. 1,680,000.00 - - - 1,680,000.00
PERBUKITAN MANGKU JENANG,
91. DESA SARIJAYA. 1,176,000.00 - - - 1,176,000.00
PERBUKITAN SENYIUR, DESA
92. KALIORANG. 27,450,000.00 - - - 27,450,000.00
PERBUKITAN MENGENAY, DESA
93. KALIORANG. 8,000,000.00 - - - 8,000,000.00
94. BALIKPAPAN, DESA KARIANGGAU. 100,000.00 - - - 100,000.00
95. BALIKPAPAN, DESA BATU AMPAR. 811,000.00 - - - 811,000.00
BALIKPAPAN, DESA KARANG
96. JOANG. 2,789,000.00 - - - 2,789,000.00
97. KAPAU, DESA KARANG JOANG. 1,837,000.00 - - - 1,837,000.00
PERBUKITAN SUNGAI PELAPU,
98. DESA KARYABARU. 1,890,000.00 - - - 1,890,000.00
PERBUKITAN TANAH MERAH,
99. BOSANG ATAS, DESA SEBUNTAL. 1,512,000.00 - - - 1,512,000.00
100. PERBUKITAN SANGKOTEK, DESA 882,000.00 - - - 882,000.00
145
PALARAN ULU.
DANAU MELINTANG SEMAYANG,
101. DESA LIANG DAN LAMPIRI. 378,000,000.00 - - - 378,000,000.00
PERBUKITAN SUNGAI KELEAN,
102. DESA SARIJAYA. 1,512,000.00 - - - 1,512,000.00
PERBUKITAN SOPONYONO TANI
103. MAJU, KAMPUNG JAWA. 882,000.00 - - - 882,000.00
KAMPUNG BARONG TONGKOK,
104. DESA REJO BASUKI. 9,053,000.00 - - - 9,053,000.00
KAMPUNG DAMAI, DESA MUARA
105. BOMBOY. 49,035,000.00 - - - 49,035,000.00
KAMPUNG MELAK, DESA
106. EMPAKUK ULU. 5,167,000.00 - - - 5,167,000.00
KAMPUNG MUARAPAHU, DESA
107. TEPIAN ULAQ. 1,033,000.00 - - - 1,033,000.00
KAMPUNG MUARA MUNTAI ULU,
108. DESA KAYU BATU 1,741,000.00 - - - 1,741,000.00
PERBUKITAN TELUK DALAM, DESA
109. BATUAH 1,071,000.00 - - - 1,071,000.00
PERBUKITAN SUNGAI-BULU,
110. KAMPUNG JAWA, DESA BATUAH. 1,690,000.00 - - - 1,690,000.00
PERBUKITAN SUNGAIKARAS, DESA
111. SANGA SANGA DALAM. 22,050,000.00 - - - 22,050,000.00
PERBUKITAN WARGA TUNGGAL,
112. DESA LOA ULU. 1,008,000.00 - - - 1,008,000.00
PERBUKITAN RAMPAK BANDANG,
113. DESA SANGA-SANGA MUARA. 630,000.00 - - - 630,000.00
114. DESA NUNUKAN BARAT 300,000.00 - - - 300,000.00
115. DESA LAWE-LAWE 1,250,000.00 - - - 1,250,000.00
116. DESA GUNUNG KAPAN. 700,000.00 - - - 700,000.00
117. DESA JONE, PASIR BELEKONG. 11,600,000.00 - - - 11,600,000.00
118. DESA PAIT - 64,050,000.00 - - 64,050,000.00
119. SUNGAI PANCANG, DESA 2,600,000.00 - - - 2,600,000.00
146
PANCANG.
120. DUSUN VI, DESA PANCANG 1,950,000.00 - - - 1,950,000.00
DESA PANCANG, SUNGAI
121. NYAMUK. 3,250,000.00 - - - 3,250,000.00
122. DESA SELISUN 750,000.00 - - - 750,000.00
123. DESA BINUSAN 250,000.00 - - - 250,000.00
124. JALAN PT. KARYA MAS. 20,600,000.00 - - - 20,600,000.00
125. KAMPUNG SUNGAI SEDADAP 2,730,000.00 - - - 2,730,000.00
SENTOSA LONG-PEYENG, DESA
126. LONG NAH. 1,008,000.00 - - - 1,008,000.00
127. DUSUN IV, DESA PANCANG, 2,080,000.00 - - - 2,080,000.00
BUKIT KAYU MAS, KAMPUNG
128. SANGKIMAH, DESA LOK TUAN. 2,079,000.00 - - - 2,079,000.00
129. KAMPUNG SUNGAI MAMBUNUT 1,950,000.00 - - - 1,950,000.00
BUKIT KENDULU, DESA
130. BELIMBING. 2,100,000.00 - - - 2,100,000.00
PERBUKITAN MEDA, DESA
131. PELAWAN BESAR, BENUA BARU. 6,300,000.00 - - - 6,300,000.00
132. BUKIT KEPAYANG, DESA ROWE. 3,150,000.00 - - - 3,150,000.00
BARAT DAYA LAPANGAN
TERBANG NUNUKAN, DESA
133. NUNUKAN TIMUR. 6,500,000.00 - - - 6,500,000.00
KAMPUNG NUNUKAN, DESA
134. NUNUKAN TIMUR. 1,950,000.00 - - - 1,950,000.00
135. DESA NUNUKAN SELATAN 3,250,000.00 - - - 3,250,000.00
136. DESA NUNUKAN TIMUR 13,000,000.00 - - - 13,000,000.00
PERBUKITAN JALAN BARU
SAMARINDA TENGGARONG, DESA
137. LOA JANA 1,323,000.00 - - - 1,323,000.00
KEPULAUAN RIAU
147
139. BELANSAI 143,100,000.00 - - - 143,100,000.00
LAMPUNG
PAPUA
RIAU
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA BARAT
150
202. KANAGARIAN SARUASO 15,000,000.00 - - - 15,000,000.00
203. SARUASO 1,000,000.00 - - - 1,000,000.00
204. BUKIT KUDAPAN - 1,300,000.00 780,000.00 - 2,080,000.00
205. PANGIAN 2,500,000.00 - - - 2,500,000.00
206. LUBUK EMPATO 265,000,000.00 - - - 265,000,000.00
207. PALENGKI 1,325,000,000.00 - - - 1,325,000,000.00
208. S. NYALO, KOTO TERUSAN 35,000,000.00 - - - 35,000,000.00
209. ARAU 35,000,000.00 - - - 35,000,000.00
210. SAWAH TAMBANG 2,650,000,000.00 - - - 2,650,000,000.00
211. SIJUNJUNG PELANKI 1,250,000,000.00 - - - 1,250,000,000.00
212. SINGKARAK 2,500,000,000.00 - - - 2,500,000,000.00
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
152
TEBEL 2.11 SUMBER DAYA TRASS INDONESIA
BALI
BENGKULU
D I YOGYAKARTA
JAWA BARAT
153
10. SULUKUNING 729,000.00 - - - 729,000.00
11. CIMEONG 5,340,000.00 - - - 5,340,000.00
12. CINANGKA 10,680,000.00 - - - 10,680,000.00
13. CIKEBO 2,000,000.00 - - - 2,000,000.00
14. CIHAUR 6,000,000.00 - - - 6,000,000.00
15. GEKBRONG - - 42,500,000.00 - 42,500,000.00
16. BATUREOG, BONGKOK, PASIR 197,927,000.00 - - - 197,927,000.00
17. CILULUK - CIKANCUNG 15,600,000.00 - - - 15,600,000.00
18. KENDAA, PAMUCATAN CITIIS - 171,795,000.00 - - 171,795,000.00
19. PASIR MUNDING - - 1,050,000.00 - 1,050,000.00
JAMBI
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
SULAWESI SELATAN
155
50. BASAAN, BORGO, TOBABO 12,015,000.00 - - - 12,015,000.00
51. KUJANGA, TOMBATU 16,020,000.00 - - - 16,020,000.00
52. BASAAN 4,000,000.00 - - - 4,000,000.00
53. MATANI 41,250,000.00 - - - 41,250,000.00
54. TUMPAAN, TANGKUNEI 1,335,000.00 - - - 1,335,000.00
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
157
TABEL 2.12 SUMBER DAYA ZEOLIT INDONESIA
JAWA BARAT
LAMPUNG
158
11. RIASAWA BARAT, DESA ONDOREA - 1,250,000.00 - - 1,250,000.00
12. RIASAWA TIMUR, DESA ONDOREA - 250,000.00 - - 250,000.00
13. BAEBARA, DESA LOKOMEA - 11,500,000.00 - - 11,500,000.00
14. DESA KHEKAKADO - 100,000.00 - - 100,000.00
SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN
SUMATERA UTARA
159
TABEL 2.13 SUMBER DAYA ZIRKON INDONESIA
KALIMANTAN BARAT
160
161
TABEL 2.14 SUMBER DAYA
DAN CADANGAN BAUKSIT
INDONESIA
1. SIGEMBIR, P. BANGKA
- BIJIH - - - - 3,100,000.00 -
- LOGAM - - - - 852,500.00 -
KALIMANTAN BARAT
2. TAYAN MENUKUNG
- BIJIH - - 51,342,500.00 - 21,600,000.00 9,300,000.00
- LOGAM - - 23,720,235.00 - 10,260,000.00 4,398,900.00
3. TARAJU
- BIJIH 30,330,000.00 - - - - -
- LOGAM - - - - - -
4. TANAH MERAH
- BIJIH - - - 11,500,000.00 - -
- LOGAM - - - 5,801,750.00 - -
5. SIMPANG DUA
- BIJIH - - - 136,200,000.00 - -
- LOGAM - - - 52,573,200.00 - -
6. SANDAI
- BIJIH - - - 95,541,397.00 - -
- LOGAM - - - 29,713,374.40 - -
7. PANTAS - - - 146,725,000.00 - -
162
- BIJIH - - - 51,060,300.00 - -
- LOGAM
MUNGGU PASIR
8. - BIJIH - - - - 40,000,000.00 -
- LOGAM - - - - 19,000,000.00 -
9. KENDAWANGAN
- BIJIH - - - 5,900,000.00 - 71,903,546.00
- LOGAM - - - 1,852,600.00 - 22,534,571.30
10. GN. TUBA
- BIJIH - - - 17,270,000.00 - -
- LOGAM - - - 8,866,418.00 - -
11. BALAI BERKUAK
- BIJIH - - - 25,000,000.00 - -
- LOGAM - - - 9,975,000.00 - -
12. AIR UPAS
- BIJIH - - - 58,200,000.00 - -
- LOGAM - - - 25,864,080.00 - -
RIAU
163
Sumber : Pusat Sumber Daya
Geologi 2009, diolah kembali.
TABEL 2.15 SUMBER DAYA
DAN CADANGAN TEMBAGA
INDONESIA
BENGKULU
1. LEBONG SULIT
- BIJIH - - - 513,000.00 - -
- LOGAM - - - 2,872.80 - -
2. TAMBANG SAWAH
- BIJIH - - - 265,000.00 - -
- LOGAM - - - 166.62 - -
3. DAERAH KEC. PINO
- BIJIH - 100,000.00 - - - -
- LOGAM - 29,000.00 - - - -
GORONTALO
4. TULABALO
- BIJIH - 3,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 52,500.00 - - - -
5. KELAPA DUA
- BIJIH - - - - - 7,892,770.76
- LOGAM - - - - - 4,735.66
6. PADENGO I
- BIJIH - - - - - 14,621,245.20
- LOGAM - - - - - 8,772.75
164
7. PADENGO II
- BIJIH
- LOGAM- BIJIH - - - - - 6,414,333.24
- LOGAM - - - - - 3,848.60
8. TAMBANG TUA
- BIJIH - - - - - 3,639,027.56
- LOGAM - - - - - 2,183.42
9. KAYUBULAN
- BIJIH - 32,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 192,000.00 - - - -
10. MOTOMBOTO
- BIJIH - 3,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 60,000.00 - - - -
11. SUNGAI MAK
- BIJIH - 92,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 680,800.00 - - - -
12. TAMBULILATO, CABANG KIRI
- BIJIH - 295,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 1,239,000.00 - - - -
13. TAPADAA
- BIJIH - 15,000,000.00 - 45,000,000.00 - -
- LOGAM - 90,000.00 - 243,000.00 - -
JAWA BARAT
14. G. GEDE
- BIJIH - 1,460,935.00 - - - -
- LOGAM - 1,460.93 - - - -
15. G. LIMBUNG
- BIJIH - 3,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 12,950.00 - - - -
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
MALUKU
21. HARUKU
- BIJIH - - 610,000.00 - - -
- LOGAM - - 9,272.00 - - -
MALUKU UTARA
22. KAPUTUSAN
- BIJIH - 70,000,000.00 - 93,000,000.00 - 76,000,000.00
- LOGAM - 210,000.00 - 279,000.00 - 228,000.00
166
23. TANGSE
- BIJIH - 600,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 60,750,000.00 - - - -
24. BATUHIJAU
- BIJIH - 33,000,000.00 100,400,000.00 20,100,000.00 - 148,600,000.00
- LOGAM - 95,700.00 331,320.00 66,330.00 - 1,031,284.00
PAPUA
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
44. BULAGIDUN
- BIJIH - 14,400,000.00 - - - -
- LOGAM - 87,840.00 - - - -
45. SELATAN BUOL
- BIJIH - 250.00 - - - -
- LOGAM - 50.00 - - - -
SUMATERA BARAT
46. LANAWANG
- BIJIH 116.88 - - - - -
- LOGAM 2.77 - - - - -
47. LUBUK SULASIH
- BIJIH 12,500,000.00 - - - - -
- LOGAM 137,500.00 - - - - -
48. S. SUMPAHAN
- BIJIH 925,000.00 - - - - -
- LOGAM 50,875.00 - - - - -
49. SULIT AIR
- BIJIH 1,445,000.00 - - - - -
- LOGAM 5,346.50 - - - - -
SUMATERA SELATAN
51. PAGARGUNUNG
- BIJIH - - 800,000.00 - - -
- LOGAM - - 3,600.00 - - -
52. MUARA SIPONGI
- BIJIH - 113,000.00 - - - -
- LOGAM - 226.00 - - - -
53. PAGARAN SIAYU
- BIJIH - 65,000.00 - - - -
- LOGAM - 325.00 - - - -
170
TABEL 2.16 SUMBER DAYA
DAN CADANGAN EMAS
INDONESIA
BANTEN
1. CIBALIUNG
- BIJIH - 374,000.00 646,000.00 497,000.00 - -
- LOGAM - 3.67 6.33 4.87 - -
2. CIKIDANG, CIKOTOK DAN
SEKITARNYA
- BIJIH - - - - 92,300.00 96,800.00
- LOGAM - - - - 1.06 1.64
3. CIKONENG-CIBITUNG
- BIJIH - 374,000.00 646,000.00 497,000.00 - -
- LOGAM - 2.92 5.94 6.01 - -
4. CIPICUNG
- BIJIH 322,000.00 - - - - -
- LOGAM 2.70 - - - - -
5. CIAWITALI, CITOREK
SELATAN
- BIJIH - 621,000.00 - - - -
- LOGAM - 6.61 - - - -
BENGKULU
171
- LOGAM
7. TAMBANG SAWAH
- BIJIH - - - 265,000.00 - -
- LOGAM - - - 4.02 - -
8. LEBONG TANDAI
- BIJIH - - - 310,900.00 - -
- LOGAM - - - 3.42 - -
9. LEBONG SIMPANG
- BIJIH - - - 88,000.00 - -
- LOGAM - - - 0.44 - -
10. LEBONG DONOK
- BIJIH - - - 3,243,000.00 - -
- LOGAM - - - 46.37 - -
11. KARANG SULUH
- BIJIH - 300,000.00 - - - -
- LOGAM - - - - - -
12. DAERAH KEC. PINO
- BIJIH - 100,000.00 - - - -
- LOGAM - 0.21 - - - -
13. AIR NORA
- BIJIH - 400,000.00 - - - -
- LOGAM - - - - - -
14. LEBONG SULIT
- BIJIH - - - 513,000.00 - -
- LOGAM - - - 1.95 - -
GORONTALO
15. - PADENGO II
- BIJIH - - - - - 6,414,333.24
- LOGAM - - - - - 26.75
16. KAYUBULAN
- BIJIH - 32,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 10.56 - - - -
17. TULABOLO
- BIJIH - 3,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 14.00 - - - -
172
18. TAPADAA
- BIJIH - - - 45,000,000.00 - -
- LOGAM - - - 3.38 - -
19. TAMBULILATO, CABANG KIRI
- BIJIH - 295,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 171.10 - - - -
20. SUNGAI MAK
- BIJIH - - 92,000,000.00 - - -
- LOGAM - - 39.56 - - -
21. MOTOMBOTO
- BIJIH - 3,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 4.50 - - - -
22. G. PANI
- BIJIH - - - 7,810,618.00 - -
- LOGAM - - - 9.53 - -
23. G. MATAPUTI
- BIJIH - - - 9,150,000.00 - -
- LOGAM - - - 10.98 - -
24. - TAMBANG TUA
- BIJIH - - - - - 3,639,027.56
- LOGAM - - - - - 14.70
25. - PADENGO I
- BIJIH - - - - - 14,621,245.20
- LOGAM - - - - - 59.65
26. - KELAPA DUA
- BIJIH - - - - - 7,892,770.76
- LOGAM - - - - - 31.10
27. BAGANIT
- BIJIH - 50,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 50.00 - - - -
JAMBI
29. G. GEDE
- BIJIH - 1,460,935.00 - - - -
- LOGAM - 1.46 - - - -
30. G. PONGKOR (PT.ANTAM)
- BIJIH - 981,000.00 - - 2,182,000.00 700,000.00
- LOGAM - 6.87 - - 17.67 8.20
31. PELABUHAN RATU
- BIJIH - - - 25,000.00 - -
- LOGAM - - - 0.89 - -
32. KP. CIBUTUN
- BIJIH - 84,000.00 - - - -
- LOGAM - 0.50 - - - -
33. GN. SUBANG
- BIJIH - 59,523.00 - - - -
- LOGAM - 0.50 - - - -
34. G. LIMBUNG
- BIJIH - 3,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 3.50 - - - -
35. DAERAH JATILUHUR
- BIJIH - - 12,000,000.00 1,551,920.00 - -
- LOGAM - - 18.00 2.33 - -
36. CIRACAP
- BIJIH - - 784,300.00 847,100.00 - -
- LOGAM - - 3.15 3.41 - -
37. KEBONKACANG, CIGARU
- BIJIH 159,000.00 - - 28,441.00 - -
- LOGAM 0.39 - - 0.07 - -
38. CINEAM
- BIJIH - - 7,789.50 56,281.72 - -
- LOGAM - - 0.08 1.04 - -
39. CIMANDIRI
- BIJIH 61,220.00 - - - - -
- LOGAM 0.51 - - - - -
174
40. CIKONDANG, CIBEBER
TENGGARA
- BIJIH - - - 2,202.00 - -
- LOGAM - - - 0.03 - -
41. CIJIWA
- BIJIH 21,206.00 - - - - -
- LOGAM 1.00 - - - - -
DS.MEKARJAYA
42. - BIJIH - 1,594,285.00 281,800.00 148,153.00 - -
- LOGAM - 25.51 4.51 2.37 - -
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
57. KELIAN
- BIJIH - - - - - -
- LOGAM - - - - - -
176
58. MUYUP
- BIJIH - - - 300,000,000.00 - -
- LOGAM - - - 690.00 - -
LAMPUNG
MALUKU
66. LEROKIS
- BIJIH - - - - - -
- LOGAM - - - - - -
177
67. HARUKU
- BIJIH - - 610,000.00 - - -
- LOGAM - - 0.06 - - -
MALUKU UTARA
73. MIWAH
- BIJIH - - 20,000,000.00 - - -
- LOGAM - - 60.00 - - -
74. BUYASURI
- BIJIH 3,000,000.00 - - - - -
- LOGAM 9.00 - - - - -
75. TEBEDO
- BIJIH 300,000.00 - - - - -
- LOGAM 0.90 - - - - -
178
76. WATU ASAH
- BIJIH 500,000.00 - - - - -
- LOGAM 1.00 - - - - -
77. PELANGAN
- BIJIH 1,394,919.29 - - - - -
- LOGAM 3.75 - - - - -
78. BATUHIJAU
- BIJIH - - - - 456,491,000.00 181,973,000.00
- LOGAM - - - - 173.47 90.99
79. STOCKPILE (BATUHIJAU)
- BIJIH - - - - - 250,221,000.00
- LOGAM - - - - - 32.53
DODO, DESA LEDANG
80. - BIJIH - 32,340,000.00 - - - -
- LOGAM - 16.17 - - - -
PAPUA
81. G. ERTSBERG STOCKWORK
ZONE
- BIJIH - - - - - 143,626,000.00
- LOGAM - - - - - 119.21
82. WABU
- BIJIH - - - 117,000,000.00 - -
- LOGAM - - - 252.72 - -
83. N. DEEP MILL LEVEL ZONE
- BIJIH - - - - 121,953,000.00 24,464,000.00
- LOGAM - - - - 110.98 27.64
84. M. GURU RIDGE AREA
- BIJIH - - - - - 100,000,000.00
- LOGAM - - - - - 123.00
85. L. DOM OPEN PIT
- BIJIH - - - - - 23,650,000.00
- LOGAM - - - - - 10.17
86. KOMOPA - - - 191,500,000.00 - -
179
- BIJIH - - - 40.22 - -
- LOGAM
87. K. DOM BLOCK CAVE
- BIJIH - - - - - 22,021,000.00
- LOGAM - - - - - 7.93
88. J. BIG GOSSAN
- BIJIH - - - - - 52,736,000.00
- LOGAM - - - - - 59.59
89. H. MILL LEVEL ZONE BLOCK
CAVE
- BIJIH - - - - - 108,226,000.00
- LOGAM - - - - - 77.92
90. F. KUCING LIAR
- BIJIH - - - - - 577,711,000.00
- LOGAM - - - - - 612.37
E. GRASBERG PROXIMAL
SKARN
91. - BIJIH - - - - 7,000,000.00 -
- LOGAM - - - - 6.02 -
92. D. INTERMEDIATE OREZONE
(IOZ)
- BIJIH - - - - - 2,279,000.00
- LOGAM - - - - - 0.34
93. C. DOZ
- BIJIH - - - - - 148,391,000.00
- LOGAM - - - - - 83.10
94. B. GRASBERG BLOCK CAVE
- BIJIH - - - - - 985,292,000.00
- LOGAM - - - - - 847.35
95. A. GRASBERG OPEN PIT
- BIJIH - - - - - 472,524,000.00
- LOGAM - - - - - 472.52
96. I. MILL LEVEL ZONE DEEP
BLOCK CAVE
- BIJIH - - - - - 278,912,000.00
- LOGAM - - - - - 237.63
180
SULAWESI SELATAN
97. SASSAK
- BIJIH - - - 1,360.00 - -
- LOGAM - - - 0.01 - -
98. SANGKAROPI
- BIJIH
- LOGAM
- BIJIH - - 2,500,000.00 - - -
- LOGAM - - 3.60 - - -
99. SALO BULO
- BIJIH - 3,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 7.14 - - - -
100. AWAK MAS
- BIJIH - 2,800,000.00 - 52,580,000.00 - -
- LOGAM - 4.76 - 26.29 - -
TARRA
101. - BIJIH - 3,600,000.00 - - - -
- LOGAM - 6.91 - - - -
SULAWESI TENGAH
102. BULAGIDUN
- BIJIH - 14,400,000.00 - - - -
- LOGAM - 9.94 - - - -
103. PALU
- BIJIH - - - 18,000,000.00 - -
- LOGAM - - - 61.20 - -
SULAWESI UTARA
125. LOBONGAN
- BIJIH - - - - 1,400,000.00 -
- LOGAM - - - - 5.88 -
126. - EFFENDI PROSPEK
- BIJIH - 624,000.00 2,052,800.00 - 757,600.00 -
- LOGAM - 0.62 1.64 - 1.27 -
127. LOW GRADE (ARAREN 2-5) - - - - 45,357.00 -
- BIJIH - - - - 0.06 -
- LOGAM
183
128. SUB GRADE (PAJAJARAN)
- BIJIH - - - - 2,685.00 -
- LOGAM - - - - - -
129. B. BBT
- BIJIH - 100,000.00 1,300,000.00 1,400,000.00 663,000.00 949,000.00
- LOGAM - 0.29 4.03 5.18 2.63 4.07
130. BRAHASE-BAWONE
- BIJIH - 4,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 6.17 - - - -
131. A. PBH
- BIJIH - 200,000.00 2,100,000.00 2,000,000.00 874,000.00 782,000.00
- LOGAM - 0.80 6.93 6.00 2.93 2.65
132. D. KERIKIL
- BIJIH - 300,000.00 700,000.00 1,000,000.00 458,000.00 812,000.00
- LOGAM - 1.74 3.01 5.50 2.14 4.91
133. E. TOKA TINDUNG
- BIJIH - 2,024,000.00 17,099,000.00 1,265,000.00 - -
- LOGAM - 2.02 25.65 2.40 - -
134. F. PAJAJARAN
- BIJIH - 214,000.00 1,410,000.00 - 447,000.00 -
- LOGAM - 0.83 6.35 - 1.92 -
135. G. BLAMBANGAN
- BIJIH - 167,000.00 1,147,000.00 547,000.00 647,000.00 -
- LOGAM - 0.48 4.13 2.02 2.76 -
I. ARAREN 2-5
136. - BIJIH - - 353,000.00 1,286,000.00 - -
- LOGAM - - 0.92 3.86 - -
137. K. BIMA
- BIJIH - 1,304,000.00 146,000.00 - - -
- LOGAM - 6.91 1.28 - - -
138. LOW GRADE
- BIJIH - - - - 1,360,944.00 -
- LOGAM - - - - 1.40 -
139. LOW GRADE (ARAREN 2-5)
- BIJIH - - - - 9,875.00 -
- LOGAM - - - - - -
184
140. LOW GRADE (AAREN 1)
- BIJIH - - - - 32,300.00 -
- LOGAM - - - - - -
141. C. SERUJAN
- BIJIH - 100,000.00 500,000.00 1,100,000.00 26,000.00 261,000.00
- LOGAM - 0.26 1.35 3.41 0.13 1.12
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
185
149. - OROPA
- BIJIH - 7,100,000.00 - - - -
- LOGAM - 19.17 - - - -
150. - PACMIN
- BIJIH - 3,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 9.45 - - - -
151. A. PURNAMA
- BIJIH - - - - 38,241,000.00 -
- LOGAM - - - - 86.04 -
152. B. BASKARA
- BIJIH - - - - 2,469,000.00 -
- LOGAM - - - - 5.97 -
153. PAGARAN SIAYU
- BIJIH - 65,000.00 - - - -
- LOGAM - 0.60 - - - -
154. PUNGKUT ( SORIKMAS)
- BIJIH - - - - 5,395,683.45 -
- LOGAM - - - - 15.00 -
155. SIHAYO
- BIJIH - - 61,500.00 5,759,907.41 - -
- LOGAM - - 0.17 15.55 - -
TOTAL 3,486,563,909.7
- BIJIH 5,758,345.29 978,217,302.11 172,508,618.50 878,862,212.97 5,396,170.43 6
- LOGAM 19.25 2,568.03 253.64 1,321.67 486.98 3,003.66
186
TABEL 2.17 SUMBER DAYA
DAN CADANGAN PASIR
BESI INDONESIA
BENGKULU
D I YOGYAKARTA
187
6. S. BOGOWONTO - S. PROGO
- BIJIH - - 28,657,140.00 - - -
- LOGAM - - 16,907,712.60 - - -
S. OPAK - S. PROGO
7. - BIJIH - - 2,011,033.00 - - -
- LOGAM - - 1,186,509.47 - - -
8. WATES
- BIJIH - - 5,525,000.00 - - -
- LOGAM - - 2,801,175.00 - - -
JAWA BARAT
9. CIKAKAP, CIKASO
- BIJIH - - 9,786,229.00 - - -
- LOGAM - - 5,578,150.53 - - -
10. SINDANGBARANG
- BIJIH - - - 4,039,651.39 - -
- LOGAM - - - 2,319,971.79 - -
11. PANTAI UTARA
PAMANUKAN
- BIJIH - - 30,021.00 - - -
- LOGAM - - 16,421.49 - - -
12. PANGANDARAN
- BIJIH - - 113,094.00 - - -
- LOGAM - - 66,725.46 - - -
13. CIKALONG
- BIJIH - - 2,357,390.00 - - -
- LOGAM - - 1,323,203.01 - - -
14. CIJULANG
- BIJIH - - 162,221.90 - - -
- LOGAM - - 97,333.14 - - -
15. CIDAUN
- BIJIH - - - 3,329,500.30 - -
- LOGAM - - - 1,912,132.02 - -
16. CIBADOGOL, CITANGLAR - - 6,676,925.00 - - -
188
- BIJIH - - 2,523,877.65 - - -
- LOGAM
17. CIPATUJAH
- BIJIH - - - - 1,302,000.00 -
- LOGAM - - - - 733,286.40 -
JAWA TENGAH
18. ADIPALA
- BIJIH - - - - - 780,000.00
- LOGAM - - - - - 405,600.00
19. PANTAI KELING – BANGSRI
- BIJIH - - - 953,390.00 - -
- LOGAM - - - 510,254.33 - -
20.
PANTAI SELATAN KUTOARJO
- BIJIH - - - - 1,700,000.00 250,000.00
- LOGAM - - - - 812,600.00 118,575.00
JAWA TIMUR
KALIMANTAN TIMUR
LAMPUNG
MALUKU
26. TOWIL
- BIJIH - - 246,000.00 - - -
- LOGAM - - 135,300.00 - - -
MALUKU UTARA
35. P. ENDE-PHONDO
- BIJIH - - 57,134,358.40 - - -
- LOGAM - - 11,129,773.00 - - -
36. PATAWANG
- BIJIH - 50,000.00 - - - -
- LOGAM - 25,500.00 - - - -
37. WENDEWA UTARA
- BIJIH - 50,000.00 - - - -
- LOGAM - 30,500.00 - - - -
SULAWESI SELATAN
38. BATUBATU-BONTOSUNGGU
- BIJIH - 1,984,000.00 - - - -
- LOGAM - 317,440.00 - - - -
39. TANAHJAMPEA
- BIJIH 37,500.00 - - - - -
- LOGAM 16,125.00 - - - - -
40. PARAPUNGTA 2,865,000.00 - - - - -
- BIJIH 1,146,000.00 - - - - -
191
- LOGAM
BONTOKONAN-
41. BONTOMARU
- BIJIH - 2,865,000.00 - - - -
- LOGAM - 191,955.00 - - - -
42. KELARA, JENEPONTO
- BIJIH 500,000.00 - - - - -
- LOGAM 195,000.00 - - - - -
SULAWESI TENGAH
PANTAI KOLA
43. - BIJIH - 355,331.00 - - - -
- LOGAM - 88,832.75 - - - -
SULAWESI UTARA
44. TELING
- BIJIH 4,131,374.00 - - - - -
- LOGAM 428,423.48 - - - - -
45. BELANG
- BIJIH - - 425,986.10 - - -
- LOGAM - - 149,095.14 - - -
46. BINTAUNA
- BIJIH 16,321,692.00 - - - - -
- LOGAM 5,921,509.86 - - - - -
47. KOTABUNAN
- BIJIH 20,168,974.00 - - - - -
- LOGAM 8,771,486.79 - - - - -
48. LOLAK
- BIJIH 65,613,563.00 - - - - -
- LOGAM 35,063,888.00 - - - - -
49. LOLAN
- BIJIH 11,724,893.00 - - - - -
- LOGAM 5,361,793.57 - - - - -
50. POIGAR 4,955,543.00 - - - - -
- BIJIH 2,083,310.28 - - - - -
192
- LOGAM
51. SIDATE
- BIJIH 5,716,151.00 - - - - -
- LOGAM 1,789,155.26 - - - - -
TOTAL
- BIJIH 134,654,223.53 7,042,572.00 117,318,182.08 8,322,541.69 2,593,786.40 1,030,000.00
- LOGAM 61,863,563.54 1,438,254.83 44,156,286.11 4,742,358.14 1,893,786.40 524,175.00
193
TABEL 2.18 SUMBER DAYA DAN CADANGAN BIJIH BESI INDONESIA
SELUMA (NGALAS TALUN), KEC. SELUMA KAB. PANTAI Titan Pleser 3.231.063 667.958 - -
PASAR NGALAM, AIR BUSUK, KEC. SELUMA.
JEMBATAN AIR BUSUK, AIR PENAGO, KEC. SELUMA,
BENGKULU SELATAN
Ket. : Endapan Pantai Berupa Magnit dengan kadar Fe :
61,50%
Kadar Fe : 31,5 – 50,89%;
TiO2 = 6,2 – 14,9%
Kadar Fe : 31,18 – 58,05%;
TiO2 = 6,35 – 9,49%
2. BANGKA BELITUNG
BUKIT PALAWANG, KEC. PAYUNG, KAB. BANGKA Besi Primer 58.785 24.465 - -
SELATAN
Ket. : Mag. Hem Limonit dengan kadar Fe = 38 –
45,24%.
3. LAMPUNG
MANGANDUNG SARI, KEC. SEKAMPUNG UDIK, Besi Laterit 2.413.437 202.275 - -
NEGERI KATON, KEC. MARGA TIGA, KAB. LAMPUNG
TIMUR
194
Ket. :
Kadar Fe = 11 – 12%
Laterit, batuan basalt
Kadar Fe = 43% Co
G. TIGA SUKADANA, KEC. LABUAN MARINGGAI KAB. Besi Laterit 8.000 5.819 - -
LAMPUNG TENGAH
Ket. : Berupa hematit Fe
Oksida = 72,74%
KALIANDA, KEC. KALIANDA, KAB. LAMPUNG SELATAN Titan Pleser 661.895 36.206 - -
Ket. : Endapan pasir pantai berupa hematit dan ilmenit
dengan kadar Fe = 46,05 %.
195
54,03 – 63,14%, 55,05% - 59,47% Fe
5. KALIMANTAN BARAT
PEBATUAN, KEC. NAN GA TAYAP. AIR JEMAI, KEC. Besi Primer 281.000.000 160.240.000 - -
KENDAWANGAN.G. BATU BESI, KEC. KENDAWANGAN,
G. PANJANG, KEC. KENDAWANGAN. KAB. KETAPAN
Ket. : Primer kadar Fe = 64%, Kadar Fe = Oksida = 40 –
75%
6. KALIMANTAN SELATAN
BATU BERANI, KEC. AWAYAN, KAB. BALANGAN Besi Primer 64.000 35.110 - -
Ket. : Primer dengan kadar Fe = 54,86%, dan mineral
ikutan Krom, Nikel.
JAJAKAN PONTAIN, DS. SEI BAKAR, KEC. PELAIHARI, Besi Primer 1.197.000 778.050 - -
KAB. TANAH LAUT
Ket. : Kontak metasomatik dengan kadar Fe Oksida = 61
– 70,36%
196
PELAIHARI, KEC. PELAIHARI.
TANAH AMBUNGAN, KEC. PELAIHARI Besi Primer 12.430.200 1.413.770 - -
KAB. TANAH LAUT. 426.747.700 202.701.408 - -
Ket. : Kontak metasomatik dengan kadar Fe = 51,42 – Titan Pleser
57,36%.
Primer dengan kadar Fe = 31,72% dan mineral ikutan
Krom, Nikel.
Laterit dengan kadar Fe = 39,82 – 55,23%. Laterit
dengan kadar Fe = 46%.
7. JAWA BARAT
CIBADOGOL, CITANGLAR, KEC. CIEMAS, KAB. Pasir Besi 6.676.925 2.523.878 - -
SUKABUMI
Ket. : Fe = 37,8%
CIATER, KEC. SAGALAHERANG, JALAN CAGAK, KAB. Besi Laterit 500.000 225.000 - -
SUBANG
Ket. : Fe = 30 – 60%
197
Ket. : Fe = 60%
8. SULAWESI SELATAN
LARONA, KEC. NUHA. LINGKONA, KEC. NUHA, KAB. Besi Laterit 371.500.000 182.035.000 - -
LUWU
Ket. : Besi Laterit dengan kadar Fe : 49%
Berasosiasi dengan Ni kadar rendah dengan kadar Fe :
49%
Pasir Besi 2.865.000 1.146.000 - -
PARAPUNGTA, KEC. GATESONG SELATAN, KAB.
TAKALAR
Ket. : Pasir besi endapan Kadar Fe : 40%;
9. JAWA TENGAH
PANTAI SELATAN, KUTOARJO, KEC. KUTOARJO, KAB. Pasir Besi - - 2.550.000 1.173.000
PURWOREJO
Ket. : Ketebalan rata-rata 5 – 8 meter, dengan kadar Fe
= 45,7 – 46,2%. Jumlah fraksi magnetik 2.550.000 ton
PANTAI KELING BANGSRI, KEC. KELING BANGSRI, KAB. Pasir Besi 953.390 510.254 - -
JEPARA.
Ket. : Berupa magnetit dan Hematit, kadar Fe = 53,52%
198
10. KALIMANTAN TENGAH
KANAWAN, KEC. LAMANDAU, KAB. LAMANDAU. Besi Primer 1.080.000 594.000 - -
Ket. : Primer Kadar Fe = 50 – 60%
POMALAA, KEC. POMALAA. MADIODO, KEC. WOLO, Besi Laterit 61.210.000 19.146.488 3.100.000 401.949
KAB. KOLAKA
MANIANG, KEC. POMALAA, KAB. KOLAKA
Ket. : High Grade Saprolit
Low Grade Saprolit
199
BAMI, FLORES, KEC. RIUNG, KAB. NGADA.
Ket. : Kontak metasomatik dengan kadar Fe = 58,76 –
67,28% dan mineral ikutan mangan, timah
BUKIT LOLO, KEC. PULAU PUNJUNG, KAB. Besi Primer 75.000 43.943 - -
SAWAHLUNTO - SIJUNGJUNG.
Ket. : Magnetit dan hematit berasosiasi dengan Cu
dengan kadar Fe = 58,59%.
MALAMA, KEC. OBI SELATAN, KAB. HALMAHERA Besi Laterit 130.200.000 49.939.580 25.280.00 10.569.568
SELATAN.
Ket. : Limonit, dan Laterit (COG 1,2% Ni) kadar 41,81%
Fe.
P. BANGKA, KEC. LIKUPANG TIMUR, KAB. MINAHASA Besi Primer 17.500.000 5.250.000 - -
UTARA.
Ket. : Hematit, Fe rata-rata 30%
200
18. SUMATERA SELATAN
BUKIT RAYA/P. KIDAK, KEC. RAWAS HULU, KAB. MUSI Besi Primer 1.600.000 1.131.840 - -
RAWAS.
Ket. : Fe2O3 dan Fe3O4 , granitsabak dengan kadar Fe
Oksida = 70,74%
S. Opak - S. Progr, Kec. Srandakan, Sanden, Kab. Pasir Besi 2.011.033 1.186.509 - -
Bantul.
Ket. : Kadar Fe = 59%
22. JAMBI
NALO GEDANG, KEC. BANGKO, KAB. MERANGIN . Besi Laterit 1.009.917 555.454 - -
Ket. : Besi Deluvial Fe rata-rata 55%
23. PAPUA
TABLASUFA, KEC. SENGGI,. Besi Laterit 40.733.000 15.368.243 - -
TANAH MERAH, KEC, SENGGI.
KIRPON, KEC. SENGGI.
201
AMAYBU, KEC. SENGGI RHYNAUWEN, KEC. SENTANI
TIMUR.
KAB. JAYAPURA.
Ket. :
Limonit, kadar Ni = 1,22% Co = 0,12%, Fe = 43,8%
(COG 0,8%).
Saprolit, kadar Ni = 1,65%, Co = 0,05% Fe = 19,2%
(COG 0,8% Ni).
Limonit, kadar Ni = 1,2% Co = 0,14%, Fe =43,1% (COG
0,8% Ni).
Saprolit, kadar Ni = 1,9%, Co = 0,06% Fe = 21,3% (COG
0,8% Ni).
Limonit, kadar Ni = 1,07% Co = 0,11%, Fe =43,8%
Saprolit, kadar Ni = 1,42%, Co = 0,05% Fe = 22,3%
(COG 0,8% Ni).
Sumber : Statistik Potensi dan Neraca Sumberdaya Mineral, Batubara, Panas Bumi, 2008.
202
TABEL 2.19 SUMBER DAYA DAN
CADANGAN NIKEL INDONESIA
1. WEST FOFAK
- BIJIH - - - 2,362,000.00 - -
- LOGAM - - - 33,540.40 - -
2. BATANGPELE
- BIJIH - - - 5,378,000.00 - -
- LOGAM - - - 74,754.20 - -
3. WEMISI
- BIJIH - - - 1,481,000.00 - -
- LOGAM - - - 22,215.00 - -
4. SARENBON
- BIJIH - - - 15,697,000.00 - -
- LOGAM - - - 240,164.10 - -
5. P. GAG
- BIJIH - 135,000,000.00 93,000,000.00 12,000,000.00 262,000,000.00 -
- LOGAM - 1,822,500.00 1,255,500.00 162,000.00 3,537,000.00 -
6. MINJAIFUIN
- BIJIH - - - 5,406,000.00 - -
- LOGAM - - - 77,305.80 - -
7. KOEI
- BIJIH - - - 1,370,000.00 - -
- LOGAM - - - 19,728.00 - -
8. KAWE
- BIJIH - - - 4,130,000.00 - -
- LOGAM - - - 61,537.00 - -
203
9. KAPIAS
- BIJIH - - - 2,529,000.00 - -
- LOGAM - - - 39,452.40 - -
10. KAMBOLOI
- BIJIH - - - 6,071,000.00 - -
- LOGAM - - - 91,065.00 - -
11. EAST FOFAK
- BIJIH - - - 5,970,000.00 - -
- LOGAM - - - 99,699.00 - -
12. MEJA BESAR
- BIJIH - - - 4,144,000.00 - -
- LOGAM - - - 62,574.40 - -
KALIMANTAN TIMUR
MALUKU UTARA
14. A. P. GEBE
- BIJIH - - - - - 450,000.00
- LOGAM - - - - - 11,250.00
15. 16.D. P4P5
- BIJIH - - - - 5,200,000.00 -
- LOGAM - - - - 119,600.00 -
16. 16.D. P4P6
- BIJIH - - - - 1,400,000.00 -
- LOGAM - - - - 19,600.00 -
17. 16.E. P1
- BIJIH - - 3,800,000.00 - - -
- LOGAM - - 91,200.00 - - -
18. 16.E. P2
- BIJIH - - 1,640,000.00 - - -
- LOGAM - - 22,960.00 - - -
204
19. 16.F. P8
- BIJIH - - 1,650,000.00 - - -
- LOGAM - - 36,300.00 - - -
20. 16.F. P9
- BIJIH - - 1,050,000.00 - - -
- LOGAM - - 13,650.00 - - -
21. A. KAWASI
- BIJIH - - 4,600,000.00 2,200,000.00 - -
- LOGAM - - 101,200.00 48,400.00 - -
22. 16.C. BLOCK A MORNOPO
- BIJIH - - - - 10,400,000.00 -
- LOGAM - - - - 72,800.00 -
23. .E. BIG KAHUNA
- BIJIH - 40,400,000.00 - - - -
- LOGAM - 533,280.00 - - - -
24. A. HOUL SAGU
- BIJIH - - 1,100,000.00 - - -
- LOGAM - - 23,100.00 - - -
25. 16.C. BLOCK A MORNOPO
- BIJIH - - - - 3,500,000.00 16,500,000.00
- LOGAM - - - - 77,000.00 363,000.00
26. 16.B. SANGAJI
- BIJIH - - 52,800,000.00 - - -
- LOGAM - - 739,200.00 - - -
27. 16.B. SANGAJI
- BIJIH - - 74,000,000.00 - - -
- LOGAM - - 1,702,000.00 - - -
28. 16.A. P. PAKAL
- BIJIH - - 1,800,000.00 16,400,000.00 17,800,000.00 -
- LOGAM - - 30,960.00 273,880.00 267,000.00 -
29. A.MALAMALA ( P. OBI)
- BIJIH - - 4,500,000.00 - - -
- LOGAM - - 94,500.00 - - -
30. .F. BOKI MOKOT
- BIJIH - 18,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 257,400.00 - - - -
205
31. B. HOUL SAGU
- BIJIH - - 6,900,000.00 - - -
- LOGAM - - 103,500.00 - - -
32. .D. COASTAL DEPOSITS
- BIJIH - 9,100,000.00 43,700,000.00 - - -
- LOGAM - 126,490.00 611,800.00 - - -
33. .C. JIRA RIVER
- BIJIH - 7,500,000.00 23,900,000.00 - - -
- LOGAM - 80,250.00 336,990.00 - - -
34. .B. PINTU
- BIJIH - 34,000,000.00 25,000,000.00 - - -
- LOGAM - 489,600.00 420,000.00 - - -
35. .A. SANTA MONICA
- BIJIH - 33,000,000.00 - 72,000,000.00 - -
- LOGAM - 1,125,300.00 - 8,244,000.00 - -
36. 16.A. P. PAKAL
- BIJIH - - 3,300,000.00 9,150,000.00 13,500,000.00 -
- LOGAM - - 87,120.00 247,965.00 324,000.00 -
37. B. KAWASI
- BIJIH - - 5,100,000.00 1,200,000.00 - -
- LOGAM - - 76,500.00 18,000.00 - -
38. B. P. GEBE
- BIJIH - - - - - 500,000.00
- LOGAM - - - - - 7,950.00
39. B. TANJUNG BULI
- BIJIH - - - - 13,300,000.00 -
- LOGAM - - - - 199,500.00 -
40. B.MALAMALA
( P. OBI)
- BIJIH - - 12,100,000.00 - - -
- LOGAM - - 185,130.00 - - -
41. P. GEE
- BIJIH - - - - - 1,500,000.00
- LOGAM - - - - - 31,500.00
42. A. TANJUNG BULI - - - - 6,500,000.00 15,000,000.00
- BIJIH - - - - 143,000.00 345,000.00
206
- LOGAM
PAPUA
43. SENTANI
- BIJIH - 135,000,000.00 93,000,000.00 12,000,000.00 - -
- LOGAM - 1,755,000.00 1,357,800.00 159,600.00 - -
44. TABLASUFA
- BIJIH - - - 25,250,000.00 - -
- LOGAM - - - 335,825.00 - -
45. KIRPON
- BIJIH - - - 2,720,000.00 - -
- LOGAM - - - 30,736.00 - -
46. AMAYBU
- BIJIH - - - 1,690,000.00 - -
- LOGAM - - - 19,773.00 - -
47. TANAH MERAH
- BIJIH - - - 7,580,000.00 - -
- LOGAM - - - 100,056.00 - -
SULAWESI UTARA
48. A. PETEA
- BIJIH - - - - 49,800,000.00 13,400,000.00
- LOGAM - - - - 846,600.00 237,180.00
SULAWESI SELATAN
49. B. PETEA
- BIJIH - - - - - 19,000,000.00
- LOGAM - - - - - 271,700.00
50. SOROAKO EAST BLOCK
- BIJIH - - 7,200,000.00 - 16,500,000.00 10,200,000.00
- LOGAM - - 128,160.00 - 293,700.00 179,520.00
51. SOROAKO HPAL
- BIJIH - 108,300,000.00 - - - -
- LOGAM - 1,462,050.00 - - - -
52. SOROAKO OUTER SOA - 104,400,000.00 - - - -
207
- BIJIH - 1,889,640.00 - - - -
- LOGAM
53. SOROAKO WEST BLOCK
- BIJIH - 2,100,000.00 400,000.00 300,000.00 24,400,000.00 42,600,009.00
- LOGAM - 38,010.00 6,480.00 5,190.00 461,160.00 813,660.17
SULAWESI TENGAH
58. MANIANG
- BIJIH - - - - - 450,000.00
- LOGAM - - - - - 10,170.00
59. TAPUNOPAKA
- BIJIH - - - - 3,800,000.00 -
- LOGAM - - - - 76,000.00 -
60. POMALAA CRA - BLOCK 5
- BIJIH - - - - - 1,060,000.00
- LOGAM - - - - - 24,380.00
61. POMALAA B4 HPAL
- BIJIH - 23,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 317,400.00 - - - -
62. POMALAA B3 HPAL
- BIJIH - 8,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 116,800.00 - - - -
208
63. POMALAA B2 HPAL
- BIJIH - 900,000.00 - - - -
- LOGAM - 11,250.00 - - - -
64. POMALAA B1 HPAL
- BIJIH - 53,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 773,800.00 - - - -
65. POMALAA
- BIJIH - - - - - 3,600,000.00
- LOGAM - - - - - 68,400.00
MANDIODO
- BIJIH - - 21,600,000.00 5,450,000.00 - -
66. - LOGAM - - 324,000.00 81,750.00 - -
67. MANDIODO
- BIJIH - - 5,700,000.00 - - -
- LOGAM - - 125,400.00 - - -
68. IWOIKONDO
- BIJIH 64,617.00 - - - - -
- LOGAM 801.25 - - - - -
69. BAHUBULU
- BIJIH - - 20,600,000.00 5,200,000.00 - -
- LOGAM - - 309,000.00 78,000.00 - -
70. BAHUBULU
- BIJIH - - 10,000,000.00 8,400,000.00 - -
- LOGAM - - 180,000.00 151,200.00 - -
71. TAPUNOPAKA
- BIJIH - - - - 9,950,000.00 -
- LOGAM - - - - 159,200.00 -
72. POMALAA B1 FENI
- BIJIH - 18,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 432,000.00 - - - -
236,078,000.00 124,260,009.00
TOTAL 64,617.00 811,700,000.00 602,640,000.00 16,546,160.00
- BIJIH 801.25 12,442,870.00 9,819,170.00 10,778,410.30 6,596,160.00 2,363,710.17
- LOGAM
Sumber : Pusat Sumber Daya
Geologi 2009, diolah kembali.
209
TABEL 2.20 SUMBER DAYA
DAN CADANGAN PERAK
INDONESIA
BANTEN
2.
CIAWITALI, CITOREK SELATAN
- BIJIH - 621,000.00 - - - -
- LOGAM - 298.70 - - - -
3. CIBALIUNG
- BIJIH - 374,000.00 646,000.00 497,000.00 - -
- LOGAM - 31.04 53.62 41.25 - -
4. CIKIDANG, CIKOTOK DAN
SEKITARNYA
- BIJIH - - - - 92,300.00 96,800.00
- LOGAM - - - - 5.19 9.86
5. CIKONENG-CIBITUNG
- BIJIH - 374,000.00 646,000.00 497,000.00 - -
- LOGAM - 28.80 54.26 43.24 - -
210
6. CIPICUNG
- BIJIH 322,000.00 - - - - -
- LOGAM 154.88 - - - - -
BENGKULU
7. LEBONG SIMPANG
- BIJIH - - - 88,000.00 - -
- LOGAM - - - 0.44 - -
8. TAMBANG SAWAH
- BIJIH - - - 265,000.00 - -
- LOGAM - - - 13.06 - -
9. LEBONG SULIT
- BIJIH - - - 513,000.00 - -
- LOGAM - - - 41.55 - -
10. LEBONG SIMAU
- BIJIH - - - 260,000.00 - -
- LOGAM - - - 522.32 - -
11. LEBONG DONOK
- BIJIH - - - 3,243,000.00 - -
- LOGAM - - - 229.10 - -
12. LEBONG TANDAI
- BIJIH - - - 310,900.00 - -
- LOGAM - - - 135.55 - -
GORONTALO
JAWA BARAT
212
KALIMANTAN BARAT
26. BENGKAYANG
- BIJIH - - - - - -
- LOGAM - - - 5.44 - -
27. RIAM KUSIK
- BIJIH - 1,870,400.00 - - - -
- LOGAM - 467,400.00 - - - -
KALIMANTAN TENGAH
28. A. BAROI
- BIJIH - 200,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 10,000.00 - - - -
29. B. FOCUS 1
- BIJIH - 45,000,000.00 - - - -
- LOGAM - 18,000.00 - - - -
30. G. MURO
- BIJIH - - 6,200,000.00 6,450,000.00 - -
- LOGAM - - 142.60 238.65 - -
31. RUWAI
- BIJIH - 250,000.00 - - - -
- LOGAM - 80.00 - - - -
32. S. CEMPAGA, S. MENDAWAI
- BIJIH - - - 3,596,000.00 - -
- LOGAM - - - 266.10 - -
33. TEWE BARU
- BIJIH - 900,000.00 1,800,000.00 2,600,000.00 349,000.00 1,140,000.00
- LOGAM - 75.60 151.20 218.40 29.32 95.76
KALIMANTAN TIMUR
34. KELIAN
- BIJIH - - - - - -
- LOGAM - - - - - -
213
LAMPUNG
35. NAPAL
- BIJIH - - - - 86,975.00 -
- LOGAM - - - - 11.31 -
36. ULU SEMUNG WAY LINGGO
- BIJIH - 53,013.00 52,574.00 330,089.00 - -
- LOGAM - 7.42 7.15 48.52 - -
MALUKU
37. HARUKU
- BIJIH - - 610,000.00 - - -
- LOGAM - - 61.43 - - -
MALUKU UTARA
38. - KENCANA
- BIJIH - 1,000,000.00 650,000.00 - 640,000.00 -
- LOGAM - 38.00 29.90 - 28.16 -
39. - STOCKPILES
- BIJIH - - - 64,000.00 64,000.00 -
- LOGAM - - - 1.47 1.47 -
40. - TOGURACI
- BIJIH - 220,000.00 270,000.00 240,000.00 240,000.00 120,000.00
- LOGAM - 1.50 10.53 14.16 8.88 4.68
214
PAPUA
SUMATERA BARAT
218
87. G.ARUM
- BIJIH - - - 106,000.00 - -
- LOGAM - - - 9.01 - -
88. TANJUNGBALIT
- BIJIH - - - 918,101.00 - -
- LOGAM - - - 90.86 - -
89. SALIDA
- BIJIH - - - 579,000.00 - -
- LOGAM - - - 108.39 - -
90. KINANDAM
- BIJIH - - - 6,000.00 - -
- LOGAM - - - 0.18 - -
91. BALIMBING
- BIJIH - - - 75,000.00 - -
- LOGAM - - - 0.34 - -
92. MANGANI
- BIJIH - - - 900,000.00 - -
- LOGAM - - - 238.50 - -
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
248,578,549.00 3,310,528,176.7
TOTAL 481,000.00 290,222,413.00 53,562,874.00 52,012.53 6
- BIJIH 214.19 498,214.30 1,752.41 4,970.17 6,655.53 16,652.02
- LOGAM
220
TABEL 2.21 SUMBER DAYA DAN
CADANGAN TIMAH INDONESIA
BENGKULU
2. LEBONG SULIT
- BIJIH - - - 513,000.00 - -
- LOGAM - - - 820.80 - -
JAWA BARAT
3. G. GEDE
- BIJIH - 1,460,935.00 - - - -
- LOGAM - 60,190.52 - - - -
4. G. LIMBUNG
- BIJIH - 3,500,000.00 - - - -
- LOGAM - 161,000.00 - - - -
JAWA TENGAH
222
5. PROSPEK NOYU – NGRANDON
- BIJIH - 5,025,000.00 - - - -
- LOGAM - 74,113.73 - - - -
KALIMANTAN BARAT
6. RIAM KUSIK
- BIJIH - 1,870,400.00 - - 119,090.90 -
- LOGAM - 205,744.00 - - 13,100.00 -
KALIMANTAN TENGAH
7. RUWAI
- BIJIH - 250,000.00 - - - -
- LOGAM - 35,650.00 - - - -
KALIMANTAN TIMUR
8. SEGAH
- BIJIH 300,000.00 - - - - -
- LOGAM 39,000.00 - - - - -
LAMPUNG
9. G. RAJABASA
- BIJIH - - 135,000.00 - - -
- LOGAM - - 4,725.00 - - -
MALUKU
10. HARUKU
- BIJIH - - 610,000.00 - - -
- LOGAM - - 39,162.00 - - -
SULAWESI SELATAN
223
11. SANGKAROPI
- BIJIH - - 2,500,000.00 - - -
- LOGAM - - 30,000.00 - - -
SULAWESI TENGAH
12. PALELEH
- BIJIH 18,900.00 - - - - -
- LOGAM 2.14 - - - - -
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
16. S.TUBOH
- BIJIH - - - 1,760,000.00 - -
- LOGAM - - - 176,000.00 - -
SUMATERA UTARA
17. PAGARGUNUNG
- BIJIH - - 800,000.00 - - -
- LOGAM - - 36,800.00 - - -
18. ANJING HITAM, SOPOKOMIL
- BIJIH - 300,000.00 2,300,000.00 5,400,000.00 1,500,000.00 5,100,000.00
- LOGAM - 30,900.00 338,100.00 891,000.00 187,500.00 775,200.00
224
19. BASECAMP, SOPOKOMIL
- BIJIH - 800,000.00 - - - -
- LOGAM - 61,600.00 - - - -
20. LAE JEHE, SOPOKOMIL
- BIJIH - 1,500,000.00 2,900,000.00 - - -
- LOGAM - 139,500.00 292,900.00 - - -
TOTAL
- BIJIH 12,818,900.00 28,566,335.00 21,475,000.00 8,591,101.00 1,700,600.00 5,100,000.00
- LOGAM 1,695,252.14 1,658,120.25 1,539,083.00 1,097,567.27 200,600.00 775,200.00
225
ABEL 2.23 CADANGAN BATUBARA INDONESIA
226
15. KALIMANTAN TIMUR 8.224.440 13.002.980 2.717.480 7.493.630 31.438.530 Na 2.762.630
Low < 5.100 5.057.680 6.588.240 3.721.160 5.815.960 21.183.050 5.292.150 1.105.400
Medium 5.100-6.100 27.764.430 18.888.210 10.941.820 11.956.190 69.550.650 9.213.530 2.971.350
High 6.100-7.100 1.780.180 6.187.410 1.069.290 4.056.610 13.021.500 870.790 1.275.860
V. High > 7.100 90.110 482.930 5.800 422.810 1.001.640 74.290 179.180
227
TABEL 3.1
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN BENTONIT INDONESIA, 2003-2008
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
227
TABEL 3.2
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN DOLOMIT INDONESIA, 2003-2008
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
228
TABEL 3.3
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN FOSFAT INDONESIA, 2003-2008
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
229
TABEL 3.4
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN FELDSPAR INDONESIA, 2003-2008
230
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
TABEL 3.5
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN GAMPING INDONESIA, 2003-2008
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
231
Keterangan : Impor dan ekspor dalam bentuk produk flux, quicklime, slaked lime, chalk calcium carbonate dll.
TABEL 3.6
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN GRANIT INDONESIA, 2003-2008
2003
8.878.185,8 631.744,3 60.764.318,5 25.909,1 4.603,3 8.272.350,6 24.607,2
2004
8.624.348,5 647.537,9 62.283.426,5 25.782,7 4.740,3 8.002.593,3 26.459,8
2005
8.106.036,7 663.726,4 63.840.512.1 27.913,9 5.492,0 7.470.224,2 26.582,9
232
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
TABEL 3.7
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN KAOLIN INDONESIA, 2003-2008
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
233
TABEL 3.8
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN MARMER INDONESIA, 2003-2008
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
234
TABEL 3.9
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN PASIR KUARSA INDONESIA, 2003-2008
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
235
TABEL 3.10
Komoditi/
Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Uraian
1.330.827,00
a. Produksi ton 1.262.705,00 1.441.899,00 1.500.339,00 15.406.045,00 9.885.547,00
a)
b. Impor ton - - - - - -
17.031.809,00
c. Ekspor ton 1.093.965,00 1.326.559,00 1.617.566,00 1.536.542,00 9.360.357,00
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panasbumi, status 20 April 2009
- a) Impor logam aluminium
Ket : mulai tahun 2007 produksi dan ekspor sebagian besar dari 10 KP Bauksit
236
TABEL 3.11
Komoditi/
Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Uraian
BijihBesi
237
2.300.000,00
Sumber : BPS (Statistik Industri besar dan Sedang, 2003-2008, diolah kembali)
TABEL 3.12
a. Produksi
kg 141.019,00 92.936,00 143.298,00 85.411,00 117.727,00 63.593,00
b. Impor
kg - - - -
c. Ekspor
kg 112.154,00 77.475,00 141.216,00 85.942,00 83.240,00 62.669,00
d. Konsumsi *)
kg 17.783,00 12.684,00 55.743,00 16.693,00 36.774,00 9.160,00
US$/troy
e. Harga 362,82 409,19 426,99 604,27 696,67 916,12
onze
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panasbumi, status 20 April 2009
- *) Berdasarkan penjualan domestik dari perusahaan Kontrak Karya
238
TABEL 3.13
a. Produksi
239
Nikel kasar ton ni 71.521,00 73.575,00 77.218,00 72.879,00 77.838,00 74.030,00
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panasbumi, status 20 April 2009
- *) Berdasarkan penjualan domestik dari perusahaan Kontrak Karya + BUMN
TABEL 3.14
Komoditi/
Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Uraian
e.
US$/troy
Harga
Onze 4.891,00 6.650,00 7.053,00 11.069,00 13.398,00 15.500,00
240
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panasbumi, status 20 April 2009
- *) Berdasarkan penjualan domestik dari perusahaan Kontrak Karya + BUMN
TABEL 3.15
Komoditi/
Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Uraian
b. Impor ton - - - - - -
241
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panasbumi, status 20 April 2009
- *) Berdasarkan penjualan domestik dari perusahaan Kontrak Karya + BUMN
242
TABEL 3.16
Komoditi/
Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Uraian
Sumber : Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panasbumi, status 20 April 2009
- *) Berdasarkan penjualan domestik dari perusahaan Kontrak Karya + BUMN
243
TABEL 3.17
PERIMBANGAN PEMASOKAN DAN PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA, 2003-2008
Komoditi/ Satua
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Uraian n
Tembaga
b. Import Ton -
244
- PKP2B GENERASI I 17.340.000 19.610.000 25.564.000 34.132.185 36.194.420 36.151.468
- PKP2B GENERASI II 1.594.000 5.960.000 7.137.000 Total generasi Total generasi Total generasi
- PKP2B GENERASI III 1.510.000 2.983.000 4.269.000 I+II+III I+II+III I+II+III
- KP DAN KUD 872.000 100.000 1.257.000 10.623.919 21.209.915 26.070.812
Sumber : Mineral dan Statistik Batubara, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2009
245
TABEL 3.18
PRODUKSI BATUBARA INDONESIA 2003-2008 (Ton)
BUMN
1 Bukit Asam - - 8.559.124,00 9.291.705,00 8.555.027,00 9.033.330
2 Bukit Asam - Ombilin 9.764,00 69.330,00 47.511,00 - - -
Bukit Asam - Tanjung Enim
3 - Antrasit 10.017.074,00 8.637.836,00 - - - -
Bukit Asam - Tanjung Enim
4 - Uap - - - - - -
246
14 Insani Bara Perkasa, PT - - - 88.420,00 178.566,00 760.759
15 Interex Sacra Raya, PT - - - 212.800,00 158.748,00 111.697,00
Jorong Barutama Greston,
16 PT 2.891.449,00 2.801.038,00 3.028.935,00 3.091.646,00 2.676.652,00 2.419.454,00
17 Kadya Caraka Mulia, PT - - 167.416,39 434.184,00 335.607,00 225.943,47
Kalimantan Energi Lestari,
18 PT - - 600.805,00 153.907,25 335.607,00 20.254,00
19 Kaltim Prima Coal, PT 14.762.896,00 21.279.757,00 28.183.329,00 35.300.852,00 38.754.935,00 36.280.348,00
Kartika Selabumi Mining,
20 PT 301.632,26 736.115,19 1.035.136,43 1.109.683,00 601.208,00 207.844,34
21 Kideco Jaya Agung, PT 14.055.940,00 16.926.699,00 18.125.043,00 18.911.954,00 20.541.442,00 21.900.596,00
22 Lanna Harita Indonesia, PT 1.234.937,28 1.699.732,05 1.886.550,24 1.684.775,95 1.479.745,00 1.301.670,34
23 Mahakam Sumber Jaya, PT - - 2.304.470,09 2.943.896,98 2.936.481,00 3.059.294,00
24 Mandiri Intiperkasa, PT - 602.246,00 1.081.728,02 1.165.287,39 1.854.094,00 1.983.839,00
25 Marunda Graha Mineral, PT - 457.821,82 824.004,78 1.380.719,24 1.452.866,00 1.443.221,08
26 Multi Harapan Utama, PT 1.620.380,00 1.521.035,00 896.588,00 1.178.800,00 1.080.281,00 1.872.714,00
27 Riau Bara Harum, PT - - 167.029,60 916.948,00 726.630,00 325.516,00
28 Sumber Kurnia Buana, PT 932.447,49 756.553,73 870.184,85 1.340.599,67 1.526.047,00 1.018.232,81
29 Tanito Harum, PT 2.178.576,34 2.256.024,09 2.402.775,51 3.450.347,14 2.690.198,00 2.660.915,48
30 Tanjung Alam Jaya, PT 450.430,65 249.860,60 750.810,84 1.465.676,52 1.465.218,00 1.655.109,62
31 Trubaindo Coal Mining, PT - - 1.610.389,00 5.738.035,00 3.555.093,00 4.544.935,00
32 Nusantara Termal Coal - - - 208.417,65 930.416,00 889.683,27
33 Perkasa Inakakerta - - - - 523.576,00 1.144.163,24
34 Senamas Energindo - - - - - 6.750,00
35 Teguh Sinar Abadi, PT. - - - - - 209.390,00
Wahana Baratama Mining,
36 PT. - - - - - 780.451,99
SUB TOTAL 94.866.242,77 113.171.059,51 134.213.547,21 164.712.572,37 171.583.485,00 176.998.615,46
KP SWASTA
1 Alhasanie, PT - - 117.000,44 KP Kalsel KP Kalsel KP Kalsel
2 Anugerah Bara Kaltim, PT 2.574.904,20 3.413.334,68 3.394.765,09 6.786.986,00 10.993.391,00 21..890.887,00
3 Baradinamika Muda 328.304,19 - 63.679,58 KP Kaltim KP Kaltim KP Kaltim
247
Suksessarana
4 Bina Mitra Sumberarta, PT - - 168.731,97 13.854.493,00 23.589.272,00 18.515.704,00
5 Bukit Baiduri Energi, PT 2.516.916,91 1.430.397,61 1.689.698,91 KP Kalteng KP Kalteng KP Kalteng
6 Bukit Bara Utama, PT 101.916,51 95.915,13 116.135,88 - 421.834,00 519.179,00
7 Bukit Sunur, PT 113.823,60 154.972,90 94.469,98 KP Sumsel KP Sumsel KP Sumsel
8 Danau Mashitam, PT 97.648,51 177.941,80 150.806,79 - - 656.267
9 Fajar Bumi Sakti, PT 49.539,76 152.907,62 327.854,17 KP Sumbar KP Sumbar KP Sumbar
10 Firman Ketaun Perkasa - - - - 363.710,00 475.689,00
11 Karbindo Abesyapradhi, PT 29.184,32 - 34.065,25 KP Bengkulu KP Bengkulu KP Bengkulu
12 Karya Murni, KOP - - 12.568,00 458.505,26 470.126,00 808.654,00
Kayan Putra Utama Coal,
13 PT - - - KP Riau KP Riau KP Riau
14 Kimco Armindo, PT - - 963.001,00 1.433.306,49 770.190,00 942.512,00
Kitadin Corporation -
15 Embalut, PT 2.291.249,00 1.767.769,00 1.604.053,00 KP Jambi KP Jambi KP Jambi
16 Mahakarya Ekaguna, PT - - 185.556,00 - 199.664,00 1.285.863,00
Manunggal Inti Arthamas,
17 PT - - 308.420,14
18 Multi Prima Energi, PT - - 259.070,22
19 Nan Riang, PT - - -
Nusa Riau Kencana Coal,
20 PT - 93.546,54 388.498,59
21 Tri Bhakti Sarimas, PT - - 23.880,65
Sinamarinda Lintas
22. Nusantara, PT. - - -
Sumber : Mineral dan Statistik Batubara, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB)
Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi, 2009
248
249
TABEL 3.19
PENJUALAN DALAM NEGERI BATUBARA INDONESIA 2003-2008 (Ton)
NO
. NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 2007 2008
BUMN
1 Bukit Asam - - 7.151.010,00 6.754.874,10 6.753.775,00 7.205.363
2 Bukit Asam - Ombilin 26.342,00 92.833,00 41.756,00 - - -
Bukit Asam - Tanjung Enim -
3 Antrasit 7.635.672,00 7.117.259,00 - - - -
Bukit Asam - Tanjung Enim -
4 Uap - - - - - -
SUB TOTAL 7.662.014,00 7.210.094,00 7.192.766,00 6.754.874,10 6.753.775,00 7.205.363,00
KONTRAKTOR
1 Adaro Indonesia, PT 8.539.253,39 7.858.499,00 8.776.608,15 10.266.869,00 12.005.963,00 11.993.707,00
2 Allied Indo Coal, PT 117.910,65 192.702,00 - 70.000,00 85.646,00 97.902,00
3 Antang Gunung Meratus, PT 498.096,91 613.256,80 416.864,82 279.590,00 275.020,00 286.770,00
4 Arutmin Indonesia, PT 245.132,00 920.497,38 4.576.812,17 882.296,40 1.585.123,00 1.5733.373,00
5 Bahari Cakrawala Sebuku, PT 106.034,00 109.888,00 - - - -
Bangun Banua Persada
6 Kalimantan, PT - - - 173.386,57 323.006,00 334.756,00
7 Baramarta, PD - - 398.143,72 - - -
8 Baramulti Suksessarana, PT 49.190,00 57.337,62 24.874,45 - - -
9 Berau Coal, PT 2.324.605,00 2.970.767,00 3.752.957,00 3.223.516,40 4.412.443,00 4.400.693,00
10 Borneo Indobara - - - 213.621,00 451.511,00 469.767,00
11 Dharma Puspita Mining - - 3.478,92 - - -
12 Gunung Bayan Pratamacoal, PT - 3.343.013,22 3.818.317,34 4.209.902,00 3.525.877,00 3.500.621,00
13 Indominco Mandiri, PT - 94.539,50 46.787,00 998.696,00 196.182,00 223.182,00
14 Insani Bara Perkasa, PT - - - 34.053,58 42.583,00 49.998,00
15 Interex Sacra Raya, PT - - - - - -
Intitirta Primasakti ( Belum
16 Produksi ) - - - - - -
17 Jorong Barutama Greston, PT 706.361,14 1.039.801,23 840.529,76 673.103,44 752.246,00 744.831,00
250
18 Kadya Caraka Mulia, PT - - 167.417,00 - - -
19 Kalimantan Energi Lestari, PT - - - 90.915,01 - -
20 Kaltim Prima Coal, PT 572.468,00 551.169,00 905.068,00 1.188.333,00 2.671.873,00 2.650.145,00
21 Kartika Selabumi Mining, PT 283.867,15 837.224,68 992.557,86 1.109.713,34 622.270,00 643.998,00
Kendilo Coal Indonesia ( Belum
22 Produksi ) - - - - - -
23 Kideco Jaya Agung, PT 5.203.793,00 5.742.579,00 6.353.879,00 5.493.685,00 5.923.334,00 5.844.937,00
24 Lanna Harita Indonesia, PT 78.343,21 56.804,43 - - - -
25 Mahakam Sumber Jaya, PT - - 1.006.097,00 - - -
26 Mandiri Intiperkasa, PT - 16.317,00 - 32.378,31 32.897,00 38.450,00
Mantimin Coal Mining ( Belum
27 Produksi ) - - - - - -
28 Marunda Graha Mineral, PT - - - - - -
29 Multi Harapan Utama, PT 423.278,00 299.224,00 242.323,82 316.325,02 100.986,00 119.736,00
30 Nusantara Termal Coal - - - 192.658,66 925.314,00 934.064,00
31 Perkasa Inakakerta - - - - 82.414,00 81.164,00
32 Riau Bara Harum, PT - - 68.400,27 753.781,48 34.720,00 35.970,00
33 Senamas Energindo Mulia - - -
34 Sumber Kurnia Buana, PT 932.447,49 586.830,13 497.650,80 1.340.599,67 1.526.046,00 1.484.458,00
35 Tanito Harum, PT - - 9.129,00 249.572,00 426.637,00 448.452,00
36 Tanjung Alam Jaya, PT 450.440,75 282.415,63 - 749.997,00 - -
37 Trubaindo Coal Mining, PT - - 1.171.441,63 1.589.191,11 192.329,00 212.102,00
38 Wahana Baratama Mining - - -
25.572.865,6 34.132.185,2
SUB TOTAL 20.531.220,69 1 34.069.337,70 6 36.194.420,00 36.151.486,00
KP SWASTA
1 Alhasanie, PT - - - KP Kalsel KP Kalsel KP Kalsel
2 Anugerah Bara Kaltim, PT 157.509,35 3.347,42 - 3.143.606,00 10.815.069,00 14.378.024,00
Baradinamika Muda
3 Suksessarana, PT 368.619,16 - - KP Kaltim KP Kaltim KP Kaltim
4 Bina Mitra Sumberarta, PT - - - 6.260.758,94 9.113.928,00 8.426.469,00
5 Bukit Baiduri Energi, PT 43.940,01 - 32.451,42 KP Kalteng KP Kalteng KP Kalteng
6 Bukit Bara Utama, PT - - - - 421.834,00 519.179,00
251
7 Bukit Sunur, PT - 643,41 - KP Sumsel KP Sumsel KP Sumsel
8 Danau Mashitam, PT - - 48.566,16 - - 100.437,00
9 Fajar Bumi Sakti, PT 35.828,86 - 188.173,44 KP Sumbar KP Sumbar KP Sumbar
10 Firman Ketaun Perkasa - - - - 363.710,00 475.689,00
11 Karbindo Abesyapradhi, PT - - 56.426,67 KP Bengkulu KP Bengkulu KP Bengkulu
12 Karya Murni, KOP - - - 458.505,26 5.062,00 -
13 Kayan Putra Utama Coal, PT - - - KP Riau KP Riau KP Riau
14 Kimco Armindo, PT - - - 761.048,50 291.638,00 901.021,00
Kitadin Corporation - Embalut,
15 PT 265.977,00 77.975,00 571.024,00 KP Jambi KP Jambi KP Jambi
16 Mahakarya Ekaguna, PT - - 185.667,00 - 198.674,00 1.269.993,00
17 Manunggal Inti Arthamas, PT - - -
18 Multi Prima Energi, PT - - -
19 Nan Riang, PT - - -
20 Nusa Riau Kencana Coal, PT - 17.743,56 150.854,94
21 Restu Kumala Jaya, PT - - -
22 Tri Bhakti Sarimas, PT - - 23.880,65
10.192.308,0
23 Lain-lain 7.576.014,00 1 11.092.766,01
SUB TOTAL 871.874,38 99.709,38 1.256.933,28 10.623.919,56 21.209.915,00 26.070.812,00
35.864.883,0
TOTAL 28.979.109,07 0 46.419.036,99 51.510.978,92 64.140.110 69.427.643,00
Sumber : Mineral dan Statistik Batubara, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB)
Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi, 2009
TABEL 3.20
EKSPOR BATUBARA INDONESIA 2003-2008
N
o Nama Perusahaan 2003 2004 2005 2006 2007 2008
BUMN
252
1 Bukit Asam - - 2.492.201,00 2.848.534,00 3.955.077,00 3.998.138,00
2 Bukit Asam - Ombilin - - - - -
Bukit Asam - Tanjung Enim -
3 Antrasit 2.360.806,00 2.712.468,00 - - -
4 Bukit Asam - Tanjung Enim - Uap - - - - -
Sub Total 2.360.806,00 2.712.468,00 2.492.201,00 2.848.534,00 3.955.077,00 3.998.138,00
KONTRAKTOR
15.098.568,0
1 Adaro Indonesia, PT 15.187.110,00 0 17.317.389,00 24.439.968,00 26.531.585,00 26.379.085,00
2 Allied Indo Coal, PT - - - - - -
3 Antang Gunung Meratus, PT - - - - - -
13.754.456,0
4 Arutmin Indonesia, PT 12.987.344,00 0 12.516.891,00 13.276.712,12 14.127.124,00 14.279.624,00
5 Bahari Cakrawala Sebuku, PT 1.885.245,00 2.695.654,00 2.822.636,00 3.621.795,00 3.466.451,00 3.565.449,00
Bangun Banua Persada
6 Kalimantan, PT - - - - - -
7 Baramarta, PD 719.233,82 1.049.292,45 95.176,73 2.256.366,00 3.465.933,00 3.825.535,00
8 Baramulti Suksessarana, PT - - - - - -
9 Berau Coal, PT 4.266.215,00 6.160.482,00 5.762.556,00 6.757.761,49 8.217.800,00 7.759.200,00
10 Borneo Indobara - - - - - -
11 Dharma Puspita Mining - - 352.485,75 433.476,00 185.020,00 200.270,00
12 Gunung Bayan Pratamacoal, PT 3.538.810,12 1.149,80 - 949.843,00 1.006.373,00 991.123,00
13 Indominco Mandiri, PT 4.787.412,00 6.512.896,00 8.901.843,00 10.466.251,00 12.367.503,65 12.349.653,65
14 Insani Bara Perkasa, PT - - - 17.142,56 113.560,00 131.410,00
15 Interex Sacra Raya, PT - - - - 155.686,00 165.676,00
Intitirta Primasakti ( Belum
16 Produksi ) - - - - - -
17 Jorong Barutama Greston, PT 1.961.304,99 1.826.381,97 2.138.520,84 2.625.323,90 1.990.935,00 1.980.945,00
18 Kadya Caraka Mulia, PT - - - 434.185,00 335.607,00 357.609,00
19 Kalimantan Energi Lestari, PT - - 600.000,00 - - -
22.404.445,0
20 Kaltim Prima Coal, PT 16.033.799,10 0 26.622.409,00 34.153.393,31 37.498.986,00 37.476.984,00
21 Kartika Selabumi Mining, PT - - - - - -
253
Kendilo Coal Indonesia ( Belum
22 Produksi ) - - - - - -
10.965.933,0
23 Kideco Jaya Agung, PT 8.700.448,00 0 11.831.112,00 13.454.592,00 14.651.085,00 14.239.137,00
24 Lanna Harita Indonesia, PT 1.163.517,04 1.480.257,00 1.732.691,00 1.668.104,00 1.598.524,00 1.796.534,00
25 Mahakam Sumber Jaya, PT - - - 2.921.352,00 3.035.724,00 3.134.624,00
26 Mandiri Intiperkasa, PT - 352.481,00 1.020.531,00 897.204,59 1.814.041,00 1.715.141,00
Mantimin Coal Mining ( Belum
27 Produksi ) - - - - - -
28 Marunda Graha Mineral, PT - 191.226,00 788.254,83 860.424,00 1.535.549,00 1.635.559,00
29 Multi Harapan Utama, PT 1.159.308,00 1.001.505,00 648.073,40 934.481,00 1.062.215,00 962.205,00
30 Nusantara Termal Coal - - - - - -
31 Perkasa Inakakerta - - - - 364.784,00 353.884,00
32 Riau Bara Harum, PT - - - 901.508,57 706.225,00 717.125,00
33 Senamas Energindo Mulia - - - - - -
34 Sumber Kurnia Buana, PT - - - - - -
35 Tanito Harum, PT 2.239.660,00 2.967.338,00 5.467.352,00 2.444.573,33 2.294.042,00 2.274.242,00
36 Tanjung Alam Jaya, PT - 33.586,93 - 1.465.676,52 1.464.953,00 1.574.653,00
37 Trubaindo Coal Mining, PT - - 389.197,00 2.754.648,88 3.868.002,00 3.778.102,00
38 Wahana Baratama Mining - - - - - -
86.495.652,1 127.734.782,4
Sub Total 74.629.407,07 4 99.007.118,56 0 142.597.966,00 142.384.028,00
KP SWASTA
1 Alhasanie, PT - - - KP Kalsel KP Kalsel KP Kalsel
2 Anugerah Bara Kaltim, PT 2.317.394,00 1.478.802,55 1.501.591,24 4.414.733,00 521.331,00 2.155.282,00
Baradinamika Muda Suksessarana,
3 PT - - - KP Kaltim KP Kaltim KP Kaltim
4 Bina Mitra Sumberarta, PT - - - 7.746.893,54 10.570.592,00 10.567.851
5 Bukit Baiduri Energi, PT 2.459.137,00 1.255.449,63 1.626.484,52 KP Kalteng KP Kalteng KP Kalteng
6 Bukit Bara Utama, PT 107.793,62 83.261,94 73.559,20 - - -
7 Bukit Sunur, PT 156.008,68 129.814,09 79.383,80 KP Sumsel KP Sumsel KP Sumsel
8 Danau Mashitam, PT 49.175,50 196.682,37 110.559,66 - - 544.912,00
9 Fajar Bumi Sakti, PT 3.604,76 - 119.853,10 KP Sumbar KP Sumbar KP Sumbar
254
10 Firman Ketaun Perkasa - - - - - -
11 Karbindo Abesyapradhi, PT - - - KP Bengkulu KP Bengkulu KP Bengkulu
12 Karya Murni, KOP - - - 508.283,53 436.704,00 137.812,00
13 Kayan Putra Utama Coal, PT - - - KP Riau KP Riau KP Riau
14 Kimco Armindo, PT - - - 716.323,27 491.974,00 284.370,00
15 Kitadin Corporation - Embalut, PT 1.934.167,00 864.441,00 1.051.616,00 KP Jambi KP Jambi KP Jambi
16 Mahakarya Ekaguna, PT - - - - - 12.807,00
17 Manunggal Inti Arthamas, PT - - -
18 Multi Prima Energi, PT - - -
19 Nan Riang, PT - - -
20 Nusa Riau Kencana Coal, PT - 84.802,98 241.185,18
21 Restu Kumala Jaya, PT - - -
22 Lain-lain 2.360.806,00 2.712.468,00 2.492.201,00
Sumber : Mineral dan Statistik Batubara, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB)
Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi, 2009
255