Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Profil Perusahaan

Nama Perusahaan

: PT. Gamping Sejahtera Indonesia (GSI)

Alamat

: Dusun Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan


Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, DIY

Telp

:(0274) 767787

Penanggung jawab

: Ir. Yanto Indonesianto, MSc.

Jabatan
Lokasi

: Direktur Perusahaan
: Proyek Dusun Nongkosepet, Desa Sidorejo,
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,

DIY.
Bidang usaha
: Penambangan Batugamping
Tim Pelaksanaan Perencanaan Penambangan
1. Ketua Tim
: Prof. Dr.Ir. H. Eko Prasetyo
2. Divisi Pemetaan dan Eksplorasi : Ir. H. Handika Adhewardana, MSc.
Ghaleh Tri Saputra S.T

3. Divisi Humas

: Galuh Ari Kurniawan, ST


Topan Agustian, S.T
Arfian Musyafa, S.T

Lokasi penambangan ini secara administratif terletak di Dusun


Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi D.I.Yogyakarta. Perbukitan Nongkosepet adalah daerah perbukitan yang
terletak di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Perbukitan ini yang
mencuatdari daerah rendah di sekitarnya, kearah selatan dari kota Yogyakarta.
Kabupaten Gunung Kidul perbukitan yang didominasi oleh batugamping, dimana
bukit-bukit tersebut berhubungan satu sama lain oleh punggung bukit atau
hamparan lembah. Lokasi ini merupakan daerah yang masuk didalam satuan
1

perbukitan kars gunung Sewu yang memanjang diselatan pulau Jawa Letak lokasi
lahan yang akan dimanfaatkan untuk Perencanaan Penambangan batugamping
terletak pada batas-batas :
Selatan

: Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.

Barat

: Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu.

Utara

: Desa Ngipak, Kecamatan Karangmojo.

Timur

: Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong.

Kabupaten

Gunung

Kidul

merupakan

salah

satu

dari

lima

kabupaten/kota di DIY, beribu kota di Wonosari dan berjarak sekitar 42 km


kearah tenggara dari kota Yogyakarta. Secara astronomis Kecamatan Ponjong,
kabupaten Gunung Kidul terletak pada koordinat UTM (Universal Transverse
Mercator) Zone 49S 463000 475000 mE 9115000 9130000 mS.

I.2

Status Perijinan
IUP Eksplorasi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam

jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun, sedangkan IUP Operasi Produksi untuk
pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun. WIUP
batuan diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan dengan cara
permohonan wilayah kepada pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37.
Sedangkan pada Pasal 58 berisi tentang:
1) Pemegang IUP Eksplorasi batuan diberi WIUP dengan luas paling
sedikit 5 (Lima) hektare dan paling banyak 5.000 (Lima ribu) hektare.
2) Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi batuan dapat
diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda.
3) Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.

Pemegang IUP Operasi Produksi batuan diberi WIUP dengan luas


paling banyak 1.000 (seribu) hektare.(Pasal 59)
I.2.1

Tata Cara Perijinan Surat Ijin Perdagangan


Surat ijin ini diajukan ke Departemen Perdagangan dengan

melampirkan akte notaris tentang PT. Gamping Sejahtera Indonesia (GSI) yang
telah disahkan oleh badan kehakiman. Dalam jangka 1 bulan surat ijin ini sudah
dapat diberikan. Surat ijin ini menerangkan tentang barang dagangan yang akan
dijual yaitu berupa batugamping.

Sesuai dengan IUP, Nomor: 005/SBL/SIUP-1/XI/2015, maka luas


daerah tambang batugamping Dusun Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan
Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, DIY adalah seluas 12,36 Ha.

I.3

Lokasi
Lokasi penambangan ini secara administratif terletak di Dusun

Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,


Provinsi D.I.Yogyakarta. Perbukitan Nongkosepet adalah daerah perbukitan yang
terletak di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Perbukitan ini yang
mencuatdari daerah rendah di sekitarnya, kearah selatan dari kota Yogyakarta.
Kabupaten Gunung Kidul perbukitan yang didominasi oleh batugamping, dimana
bukit-bukit tersebut berhubungan satu sama lain oleh punggung bukit atau
hamparan lembah. Lokasi ini merupakan daerah yang masuk didalam satuan
perbukitan kars gunung Sewu yang memanjang diselatan pulau Jawa Letak lokasi
lahan yang akan dimanfaatkan untuk Perencanaan Penambangan batugamping
terletak pada batas-batas :
Selatan

: Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.

Barat

: Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu.

Utara

: Desa Ngipak, Kecamatan Karangmojo.

Timur

: Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong.

Kabupaten

Gunung

Kidul

merupakan

salah

satu

dari

lima

kabupaten/kota di DIY, beribu kota di Wonosari dan berjarak sekitar 42 km


kearah tenggara dari kota Yogyakarta. Secara astronomis Kecamatan Ponjong,
kabupaten Gunung Kidul terletak pada koordinat UTM (Universal Transverse
Mercator) Zone 49S 463000 475000 mE 9115000 9130000 mS.

1.4

Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Lokasi ini terletak di Dusun Dusun Nongkosepet, Desa Sidorejo,

Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Dari kota Yogyakarta,


lokasi ini ditempuh melalui jalan wonosari yaitu : Yogyakarta Patuk Wonosari
Semanu Nongkosepet. Untuk sampai ke lokasi PT. GSI dapat ditempuh dalam
waktu 1 jam 30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Keadaan jalan dari kota Yogyakarta sampai Kecamatan Ponjong
cukup baik dan sudah beraspal. Sedangkan dari jalan raya wonosari Wonogiri
kelokasi penambangan yaitu Dusun Nongkosepet berupa jalan cor beton dan
macadam yang menanjak dan sempit. Jarak antara kota Yogyakarta sampai lokasi
IUP PT. GSI adalah 60 km. Diwilayah tersebut sebagian besar alat
transportasinya menggunakan kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan
angkutan umum.

Gambar 1.1 Peta Kesampaian Daerah Desa Sidorejo

1.5

Tata Guna Lahan


Tata Guna Lahan merupakan suatu upaya dalam merencanakan

penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,
industri, dll.
Sumber daya alam merupakan modal yang sangat penting dan
fundamental untuk semua aktivitas
meningkatkan

pertumbuhan

yang secara umum bertujuan untuk

ekonomi

dan

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka optimalisasi pemanfaatan sumber


daya alam harus dicapai dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, kelestarian,
kesesuaian dan berkelanjutan. Adapun tata guna lahan tercantum dalam Tabel 2.8.

Tabel 1.1.
Penggunaan Lahan di Desa Sidorejo, KecamatanPonjong.

No

Penggunaan Lahan

Luas (Ha)

Pemukiman

396

Sawah

Ladang

874

Hutan

Lain-lain

55

Jumlah

1.325

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul 2012

Gambar 1.2 Kondisi Jenis Tanah Kabupaten Gunungkidul.

BAB II
RENCANA PEMBUKAAN LAHAN
2.1. Area penambangan
2.1.1. Lokasi dan luas penyebaran
Lokasi penambangan ini secara administratif terletak di Dusun
Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi D.I.Yogyakarta. Perbukitan Nongkosepet adalah daerah perbukitan yang
terletak di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Perbukitan ini yang
mencuatdari daerah rendah di sekitarnya, kearah selatan dari kota Yogyakarta.
Kabupaten Gunung Kidul perbukitan yang didominasi oleh batugamping, dimana
bukit-bukit tersebut berhubungan satu sama lain oleh punggung bukit atau
hamparan lembah. Lokasi ini merupakan daerah yang masuk didalam satuan
perbukitan kars gunung Sewu yang memanjang diselatan pulau Jawa Letak lokasi
lahan yang akan dimanfaatkan untuk Perencanaan Penambangan batugamping
terletak pada batas-batas :
Selatan

: Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.

Barat

: Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu.

Utara

: Desa Ngipak, Kecamatan Karangmojo.

Timur

: Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong.

Kabupaten

Gunung

Kidul

merupakan

salah

satu

dari

lima

kabupaten/kota di DIY, beribu kota di Wonosari dan berjarak sekitar 42 km


kearah tenggara dari kota Yogyakarta. Secara astronomis Kecamatan Ponjong,
kabupaten Gunung Kidul terletak pada koordinat UTM (Universal Transverse
Mercator) Zone 49S 463000 475000 mE 9115000 9130000 mS.
Sesuai dengan IUP, maka luas daerah tambang batugamping Dusun
Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,
DIY adalah seluas 12,36 Ha.

2.1.2 rencana produksi


Keadaan,

sifat

dan kualitas

endapan

batugamping diperoleh

berdasarkan data singkapan, sample, dan data uji laboratorium. Berdasarkan


analisis tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai penyebaran batugamping
potensial dan dapat diketahui jumlah potensi sumberdaya dan cadangan
batugamping yang terdapat di lokasi tersebut. Data tersebut dapat menjadi
gambaran awal perencanaan dari suatu proses penambangan batugamping
tersebut.
Bentuk dan Penyebaran Endapan
Berdasarkan analisis data singkapan, contoh dan data uji kualitas
endapan bahan galian dapat diperoleh gambaran bentuk dan penyebaran endapan
batugamping yang potensial serta dapat diketahui jumlah potensi sumberdaya dan
cadangan batugamping di lokasi tersebut. Penyebaran batugamping didasarkan
pada pengamatan

singkapan yang sekaligus diambil contoh batuannya,

batugamping terdapat di semua bagian dan tertutupi oleh lapisan tanah penutup
yang tipis rata rata sekitar 50 cm.
Tabel 2.1.
Klasifikasi Sumberdaya
Kondisi
Geologi

Sederhana

Moderat

Kompleks

Sumberdaya
Kriteria

Hipotetik

Tereka

Tertunjuk

Jarak titik

Tidak

1000 < x

500 < x

informasi (m)

Terbatas

1500

1000

Jarak titik

Tidak

500 < x

250 < x

informasi (m)

Terbatas

1000

500

Jarak titik

Tidak

200 < x

100 < x

informasi (m)

Terbatas

400

200

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul 2012

Teruku
r
x 500

x 250

x 100

Sifat dan Kualitas Endapan


Sifat dan kualitas endapan batugamping yang terdapat di Dusun
Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kab. Gunungkidul ini
diketahui setelah dilakukannya pengujian di Laboratorium Program Studi Teknik
Pertambangan STTNAS Yogyakarta. Terdapat beberapa sampel batuan yang
diambil dari lokasi daerah yang direncanakan akan dilakukan kegiatan
penambangan. Pegujian yang dilakukan baik fisik dan mekanik dari conto yang
telah diambil dari lokasi, dimana data yang didapat akan diolah dan hasilnya
merupakan data untuk memilih metode penambangan dan rancangan Geoteknik.
Adapun yang diuji di laboratorium Mekanika Batuan Program Studi Teknik
Pertambangan STTNAS Yogyakarta
A.
Data Propertis Batuan
1. Sifat fisik
Jenis Batuan

: Batugamping

Desa

: Sidorejo

Dusun

: Nongkosepet

Tanggal Pengujian

: 25 Agustus 2014
Tabel 2.2

Hasil Pengujian Sifat Fisik Batugamping


Parameter

Perconto

Perconto

Perconto

Bobot isi asli, nat (kN/m3)

19,05

18,64

18,17

18,62

Bobot isi jenuh, sat (kN/m3)

20,09

20,14

19,85

20,03

Bobot isi kering, dry (kN/m3)

18,62

18,17

17,76

18,18

Berat Jenis Semu, app (kN/m3)

18,62

18,17

17,76

18,18

Berat Jenis Nyata, tr (kN/m3)

21,81

22,63

22,44

22,29

Rata-rata

Kadar Air Asli, nat (%)

2,286

2,572

2,316

2,391

Kadar Air Jenuh, sat (%)

7,911

10,825

11,753

10,163

Derajat kejenuhan, Sr (%)

28,889

23,762

19,706

24,119

Porositas, n (%)

10,478

15

16,789

14,089

Void Ratio, e

0,117

0,176

0,201

0,165

2. Sifat Mekanik
Pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian kuat geser
langsung, pengujian beban titik, dan pengujian kuat tekan uniaksial.
a. Pengujian Kuat Geser Langsung
Berdasarkan pengujian kuat geser langsung perconto batuan yang
dilakukan di Laboratorium Mekanika Batuan Program Studi Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta, menghasilkan data pengujian sebagai berikut:
Tabel 2.3
Hasil Uji Kuat Geser Residu
No.
Conto

Tegangan Normal,

Kuat Geser Residu,

MPa

MPa

0,2355

0,608

0,471

0,706

0,7065

0,824

10

r,

n, MPa

Gambar 2.1 Grafik Uji Kuat Geser


Dari grafik maka didapatkan :
a. Sudut gesek dalam ()

: 23,498

b. Kohesi (c)

: 0,5 MPa/49.035

b. Pengujian Beban Titik (Point Load Test)


Pada pengujian beban titik, dimensi perconto batuan yang digunakan
dan hasil pengujiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Hasil Pengujian Point Load Test
No.
Cont

Diameter
D (cm)

Beban
P (kN)

Point Load Index


Is (MPa)

o
A

1,35

0,415

1,30

0,408

1,30

0,400

11

c. Pengujian Kuat Tekan Uniaksial


Hasil dari pengujian kuat tekan uniaksial yang dilakukan di
Laboratorium Mekanika Batuan Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5
Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial
N

Parameter

Sampel C

o
1

Kuat Tekan Uniaksial

9,2

(MPa)
2

Batas Elastik (MPa)

Modulus Young (MPa)

Poissons Ratio

5,15
790,69
0,33

Berikut ini merupakan hasil pengujian kuat tekan uniaksial yang


berupa grafik seperti berikut :

12

Te
ga
ng
an
(
c,
M
Pa
)

Gambar 2.2 Grafik Hasil Uji Kuat Tekan Uniaksial


Cara Penaksiran Cadangan
Sumber daya adalah jumlah bahan galian batugamping yang ada
didaerah tersebut atau areal SIPD. Cadangan adalah bagian dari sumber daya yang
memenuhi persyaratan ekonomis dan legal untuk dapat ditambang dan diproduksi.
Untuk mengetahui cadangan,endapan dibagi dalam blok-blok.
Penaksiran cadangan adalah salah satu kegiatan dalam dunia
pertambangan yang dilakukan setelah tahap eksplorasi dan dilakukan sebelum
tahap persiapan penambangan. Volume cadangan yang diperoleh dilakukan
dengan menaksir batugamping yang akan ditambang setelah memasukan faktor
sudut kemiringan lereng akhir.
Klasifikasi dan Jumlah Cadangan (insitu, mineable, marketable,
dilengkapi dengan perhitungan stripping ratio)
Perhitungan jumlah sumber daya di Dusun Nongkosepet, Desa
Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi daerah
Yogyakarta dapat dilihat pada table berikut :

13

Tabel 2.6
Perhitungan Sumberdaya Batugamping Nongkosepet Desa Sidorejo

Volume

303.0

68568

Tonnes
351901
163192

->
306.0
306.0

Sg

Overag
e
96829

Total/

Losin

Productio

Pushbac

n/

k
315000

(5%)
15000

year
300000

Pushbac
k

2.3
8
9

79290

188709

->

2.3
8

309.0
309.0

90768

216027
216027

->

59928

315000

15000

300000

2.3

312.0
312.0

102920

244950
244950

->

315000

315000

15000

300000

2.3

315.0
315.0

114872

273395
273395

->

228951

315000

15000

300000

2.3

318.0
318.0

116907

548761
278237

->
321.0
321.0

270189

315000

15000

300000

2.3
8
5

113666

270524

->

2.3
8

324.0
324.0

102507

243967
243967

->

33391

315000

15000

300000

2.3

327.0
327.0

85248

356941
202890

->
330.0
330.0

104520

315000

15000

300000

2.3
8
3

64728

154051

->

2.3
8

333.0
333.0

53649

330068
127683

->
336.0
336.0

315000

8
45785

108968

->
339.0
339.0

63261
2.3

2.3
8

39251

93417

2.3

14

15000

300000

Volume

Tonnes

Sg

->

Overag
e

Total/

Losin

Productio

Pushbac

n/

(5%)

year

315000

15000

300000

Pushbac
k

342.0
342.0

33408

363312
79511

48222
2.3

->
345.0
345.0

8
28208

67135

2.3

->
348.0
348.0

8
23529

55998

2.3

->
351.0
351.0

8
19295

45921

2.3

->
354.0
354.0

8
15523

36945

2.3

->
357.0
357.0

8
12148

28912

2.3

->
360.0
360.0

9066

21576

2.3

->
363.0
363.0

8
6244

14860

2.3

->
366.0
366.0

8
3720

8854

2.3

->
369.0
369.0

8
1469

3496

2.3

->

372.0
Gran

123076

292912

2.3

Total

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode kontur dari


elevasi 370 sampai dengan elevasi 320 maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Volume total = 1230764 m3
Tonase

= 2929129 ton
Dengan target produksi penambangan batu gamping sebesar 315.000

ton/tahun maka didapatkan umur tambang yaitu 9 tahun.


15

Gambar 2.3 Peta Topografi Desa Sidorejo


2.2.

Penimbunan

2.2.1 lokasi dan luas lahan yang diguanakan


Lokasi ini terletak di Dusun Dusun Nongkosepet, Desa Sidorejo,
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Dari kota Yogyakarta,
lokasi ini ditempuh melalui jalan wonosari yaitu : Yogyakarta Patuk Wonosari
Semanu Nongkosepet. Untuk sampai ke lokasi PT. GSI dapat ditempuh dalam
waktu 1 jam 30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Keadaan jalan
dari kota Yogyakarta sampai Kecamatan Ponjong cukup baik dan sudah beraspal.
Sedangkan dari jalan raya wonosari Wonogiri kelokasi penambangan yaitu
Dusun Nongkosepet berupa jalan cor beton dan macadam yang menanjak dan
sempit. Jarak antara kota Yogyakarta sampai lokasi IUP PT. GSI adalah 60 km.
Diwilayah tersebut sebagian besar alat transportasinya menggunakan kendaraan
bermotor seperti sepeda motor dan angkutan umum.

16

Gambar 2.4 Peta Kesampaian Daerah Desa Sidorejo


2.2.2 penggunahan lahan
Tata Guna Lahan merupakan suatu upaya dalam merencanakan
penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,
industri, dll.
Sumber daya alam merupakan modal yang sangat penting dan
fundamental untuk semua aktivitas
meningkatkan

pertumbuhan

yang secara umum bertujuan untuk

ekonomi

dan

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka optimalisasi pemanfaatan sumber


daya alam harus dicapai dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, kelestarian,
kesesuaian dan berkelanjutan. Adapun tata guna lahan tercantum dalam Tabel 2.7.
Tabel 2.7.
Penggunaan Lahan di Desa Sidorejo, KecamatanPonjong.
No

Penggunaan Lahan

17

Luas (Ha)

Pemukiman

396

Sawah

Ladang

874

Hutan

Lain-lain

55

Jumlah

1.325

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul 2012

Gambar 2.5 Kondisi Jenis Tanah Kabupaten Gunungkidul.


Informasi mengenai geologi daerah peneitian sangat diperlukan di
dunia pertambangan karena keberadaan endapan bahan galian tidak terlepas dari
kondisi

geologinya.

Informasi

yang

di

jelaskan

berupa

penjelasan

fisiografi,stratigrafi dan struktur geologi.


2.3 fasilitas penunjang
Wilayah Kabupaten Gunungkidul secara regional (berdasarkan
pembagian zona fisiografi di Pulau Jawa, menurut Van Bemmelen, 1949)
termasuk ke dalam zona fisiografi Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat.

18

Zona fisiografi tersebut dibagi lagi menjadi 4 sub zona fisiografi. Empat Sub zona
tersebut adalah:
a. Pegunungan Baturagung.
Sub Zona Fisiografi Pegunungan Baturagung meliputi daerah Kecamatan
Patuk, Gedangsari, Ngawen dan Semin. Secara dominan wilayah tersebut
berupa perbukitan-pegunungan, dengan ketinggian berkisar 200 700 m
dan kelerengan berkisar 8 - > 40%. Namun di daerah Kecamatan Ngawen
memiliki ketinggian < 200 m dan kelerengan < 8% sampai datar (0 2%).
b. Pegunungan Masif .
Sebagian besar daerah Kecamatan Ponjong termasuk kedalam Sub Zona
Fisiografi Panggung masif, dengan beda tinggi berkisar 200 - > 700 m dan
kelerengan 15 - > 40%.
c. Plato Wonosari.
Sub Zona Fisiografi Plato Wonosari meliputi daerah Kecamatan Wonosari,
Playen, Paliyan, Semanu, dan Karangmojo. Morfologinya berupa dataran
tinggi dengan ketinggian berkisar 50 300 m dan kelerengan 0 8%.
d. Karst Gunung Sewu.
Daerah-daerah Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Tanjungsari,
Tepus, Rongkop dan Girisubo masuk ke Sub Zona Fisiografi Karst
Gunung Sewu. Secara umum morfologinya berupa bukit-bukit kecil dan
cekungan antar bukit (dolina) dengan ketinggian berkisar 0 400m dan
kelerengan 8 - >40%.
Topografi Kabupaten Gunungkidul bergelombang, separuh wilayah
ber-klas kemiringan lebih dari 15%, yakni pada zona utara (Pegunungan
Baturagung) dan zona barat, selatan dan timur (Pegunungan Seribu). Hanya zona
tengah relatif datar karena berupa ledok/plateau sehingga disebut kawasan Ledok
Wonosari, meliputi wilayah Kecamatan Wonosari, Playen, Semanu dan sebagian
Paliyan. Elevasi wilayah bervariasi dari 0 m dpal pada kawasan pantai, 100 400
m dpal . karst Pegunungan Seribu, 100 200 m dpal pada zona Ledok Wonosari
dan 400 800 m dpal pada Zona Pegunungan Baturagung.

19

Gambar 2.6 Sketsa fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (Van Bemmelen,
1949).
Geologi wilayah Kabupaten Gunungkidul dipengaruhi oleh keberadaan
karst Pegunungan Seribu, sekitar 74% wilayah ber-formasi Kepek yang berbatuan
dasar limestone (batuan gamping). Pada sisi barat berbatasan dengan wilayah
Bantul terdapat zona patahan sekaligus menjadi hambatan fisik/aksesibilitas bagi
wilayah Gunungkidul. Pada zona utara (Pegunungan Baturagung) terdapat
formasi geologi Andesit, Gunungwungkal, Wuni, Semilir, Nglangran dan
Mandalika. Jenis tanah adalah Mediterania di zona Pegunungan Seribu, Grumusol
pada Ledok wonosari dan Panggung Masif, Latosol dan Rensina pada zona
Baturagung dan Lembah Oyo.
Stratigrafi
Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur
relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan
untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar
lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas
penyebaran lapisan batuan.

20

Stratigrafi daerah pegunungan selatan bagian barat laut secara umum


tersusun oleh batuan yang hampir seluruhnya terbentuk oleh pengendapan gaya
berat (gravity depositional processes), yang mencirikan arah perlapisan yang khas
dari pegunungan selatan, yaitu mempunyai kemiringan ke arah selatan. (Dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.)

Gambar 2.7 Peta Geologi Daerah Gunungkidul.


a. Formasi Kebobutak.
Litologi dari formasi ini terdiri bagian atas yang terdiri dari
perselingan batupasir, batulempung dan lapisan tipis tuf asam dan bagian bawah
terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf, dan agglomerat.
Formasi ini terbentuk pada kala Miosen awal bagian awal pengendapan.
b. Formasi Semilir.
Litologi dari Formasi ini umumnya terdiri dari batupasir tufaan, batu
lanau dan batu lempung. Pada beberapa bagian terdapat pula batupasir tufan
konglomeratan, yang sebagian besar fragmennya berupa pumis. Formasi ini
terbentuk pada kala Miosen awal bagian tengah pengendapan.
c. Formasi Nglanggran.
Formasi ini dicirikan oleh penyusun utama terdiri dari breksi dengan
penyusun material vulkanik, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dan

21

memiliki ketebalan cukup besar. Breksi hampir seluruhnya tersusun oleh


bongkahan bongkahan lava andesit dan juga bom andesit.
Umur formasi ditafsirkan sebagai hasil pengendapan aliran rombakan
yang berasal dari gunung api bawah laut, dalam lingkungan laut yang dalam dan
proses pengendapan berjalan cepat, yaitu selama awal Miosen. Formasi ini
berumur miosen tengah bagian bawah dengan ketebalan lapisan kira-kira 750
meter (Van bammelen, 1949).
d. Formasi Sambipitu
Formasi Sambipitu tersusun oleh batupasir yang bergradasi menjadi
batulanau atau batulempung. Di bagian bawah batupasir masih menunjukkan sifat
volkanik sedang ke arah atas yang berubah menjadi batupasir yang bersifat
gampingan. Fomasi ini berumur antara miosen awal miosen tengah dengan
ketebalan sekitar 150 meter.
e. Formasi Oyo
Formasi ini terdiri dari litologi napal tufaan, tuf andesitan, dan
batugamping konglomeratan. Umur pengendapan pada kala miosen tengah.
Formasi ini terendapakan secara tak selaras diatas Formasi Sambipitu.
f. Formasi Kepek Wonosari
Pada formasi Wonosari terdiri dari litologi berupa batugamping,
batugamping napalan tufan, batugamping konglomerat, batupasir tufaan dan
batulanau.Kemudian diatasnya terendapkan secara tidak selaras Formasi Kepek
dengan litologi berupa napal dan batugamping berlapis. Umur pengendapan pada
kala miosen tengah miosen akhir.

22

Sumber : Surono, dkk

Gambar 2.8 Korelasi Statigrafi Daerah Gunungkidul.


Struktur Geologi
Pola struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan
sebagian besar berkaitan dengan gejala-gejala tektonik yang pernah berlangsung
pada Java Trench dan pembentukan sistem pegunungan di selatan Pulau Jawa.
Bentuk struktur yang terdapat di daerah penyelidikan dan sekitarnya selain
diperkuat oleh kenampakan permukaan juga di dukung oleh karakteristik anomali
geofisika (geomagnet, gaya berat dan head-on). Didaerah Dusun Nongkosepet,
Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kab. Gunungkidul memiliki struktur geologi
yang kompleks yaitu terdapatnya bidang perlapisan (Bedding Plane), kekar minor,
kekar mayor, dan sesar naik.
Geoteknik
Geoteknik

adalah

bidang

kajian

rekayasa

kebumian

yang

berkonsentrasi pada aplikasi teknologi teknik sipil untuk kontruksi yang


melibatkan material alam yang terdapat pada atau dekat dengan permukaan
bumi. Geoteknik tambang merupakan aplikasi dari rekayasa geoteknik pada
kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Aplikasi geoteknik
melibatkan disiplin ilmu Mekanika Tanah, Mekanika Batuan, Geologi, dan
Hidrologi. Melalui geoteknik tambang diharapkan rancangan suatu tambang baik
tambang

terbuka

maupun

tambang

23

bawah

tanah

perlu

dilakukan

analisis terhadap kestabilan yang terjadi karena proses penggalian dan


penimbunan, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan
yang aman dan ekonomis.
Kegiatan penambangan baik di permukaan maupun di bawah tanah
acapkali

dihadapkan

pada

problem-problem

stabilitas

struktur

dan

infrastruktur tambang yang kalau dirunut akan bersumber pada problem


geoteknik.

Sebagian

problem

tersebut

seharusnya

tidak

perlu

terjadi

seandainya dari awal telah dilakukan penyelidikan geoteknik secara teliti,


tetapi sebagian lainnya memang berkembang belakangan setelah proses
konstruksi selesai karena tidak atau kurang terpantau. Beberapa contoh
problem geoteknik yang dikemukakan pada tambang terbuka diantaranya
adalah:
Lereng

penambangan

runtuh

(produksi

terganggu/terhenti,

kemungkinan ada korban)


Jalan tambang longsor (pengangkutan terganggu/terhenti, produksi
terganggu)
Gangguan air tambang (penggalian terganggu)
Data geoteknik utama yang diperlukan untuk perancangan tambang

terbuka meliputi :
Sifat fisik (bobot isi, berat jenis, kadar air, porositas, void ratio, batas

Atterberg kadang-kadang diperlukan untuk material tanah)


Parameter kekuatan geser (kuat geser, kohesi, sudut geser dalam)
Daya dukung/Californian Bearing Ratio : untuk rancangan pondasi,
jalan angkut.
Parameter geoteknik di atas diperoleh melalui penyelidikan baik di

lapangan maupun di laboratorium. Tujuan dalam perancangan geoteknik tambang


adalah bahwa dalam merancang suatu tambang baik tambang terbuka perlu
dilakukan analisis terhadap kestabilan yang terjadi karena proses penggalian atau
penimbunan, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap rancangan yang
aman dan ekonomis.

24

BAB III
PROGRAM REKLAMASI
3.1 Lahan yang akan direklamasi
Luas lokasi tambang yang dimiliki PT. Gamping Sejahtera Indonesia
adalah 12.36 Ha. Fasilitas tambang yang ada tidak semuanya dibongkar. Gedung
kantor, mushola, bengkel, mesh, kantin dan sebagainya dibiarkan tetap berdiri
karena masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dialih fungsikan.
Program rencana reklamasi dan Pascatambang PT. Gamping Sejahtera Indonesia
sudah disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul
(sesuai Perda Kabupaten Gunungkidul No. 6 tahun 2011).
3.2 Penatagunaan lahan
Berikut program rencana

pengelolaan aset dan lokasi dan penutupan

tambang dapat dilihat pada Tabel 3.1 :


Tabel 3.1
Program Rencana Pengelolaan Aset dan Lokasi Reklamasi dan Penutupan
Tambang
Rona Akhir

Peruntukan Lahan

Luasan (m2)

Void Penambangan

Budidaya Tanaman Jati

15000

Kantor

Balai Desa

1105

Bengkel

Dibongkar dan Revegetasi Jabon

625

Stockyard

Dibongkar dan Revegetasi Jabon

825

Masjid

Tempat Ibadah Warga

200

Kantin

Kantin Warga

150

Tempat Pengolahan

Dibongkar dan Revegetasi Jabon

2400

Kolam Pengendapan

Diurug dan Revegetasi Jabon

626.6379

Sump Utama

Diurug dan Revegetasi Jabon

1075.3975

Penambangan

25

Pos Satpam
Area Penambangan
Elevasi 324

Dibongkar

100

Revegetasi Jabon

37964.5007

Sedangkan untuk pit akan dijadikan tempat revegetasi tanaman jati, seluas
13913.7100 m2. Pada void penambangan akan ditebar bibit tanaman Jati sebanyak
200 bibit terlebih dahulu. Bibit diperoleh dari beberapa hutan yang berada di
gunung kidul.
Penebaran tanaman Jati akan mulai dilakukan pada tahun ke-8, setelah
tambang berakhir pada akhir tahun ke-9. Dalam penebaran bibit ini dilakukan
sekaligus. Dengan demikian diharapkan masyarakat bisa memperoleh penghasilan
dari tanaman Jati tersebut dengan memanfaatkannya untuk kerajinan, sehingga
kegiatan penutupan tambang dapat memberikan manfaat pada masyarakat sekitar
tambang.
Bagian safety bench, akan ditanami tanaman jati juga sehingga akan
meningkatkan daya dukung tanah dan juga sebagai pencegah erosi, serta nantinya
kayu dari pohon jati kebon dapat dijual. Penanaman pohon jati pada safety bench
dilaksanakan pada awal tahun 2023.Setelah penanaman pada safety bench selesai,
pada tahun yang sama dilanjutkan dengan revegetasi menggunakan pohon jati
pada area bekas penambangan pada elevasi 394 Mdpl. Revegetasi yang dilakukan
yaitu dengan menggunakan sistem pot. Dimensi penanaman yaitu 10 m x 10
m.Lay out reklamasi pada tahun 2024. Untuk perhitungan biaya revegetasi dapat
dilihat pada Lampiran K.1.

Gambar 3.1 Program RevegetasiSistem Pot

26

Gambar 3.2 Lubang Tanam


3.3 Revegetasi
Fasilitas pengolahan akan dibongkar sehubungan dengan berhentinya
penambangan.

Pembongkaran

fasilitas

pengolahan

ini

dimulai

dengan

pembongkaran peralatan pengolahan, kemudian dilanjutkan pembongkaran


bangunannya. Bekas mesin-mesin pengolahan dan besi bekas bangunan akan
dijual dan bekas bangunan akan ditimbun di dasar pit. Area disekitar bekas
pengolahan, bekas ruang Power supply, bengkel, stockyard dan kolam
pengendapan akan dibongkar dan direvegetasi dengan pohon jati.Pembongkaran
fasilitas pengolahan dan fasilitas penunjang dilakukan pada awal tahun 2025.
Kemudian dilanjutkan dengan revegetasi pada tahun yang sama.
Untuk biaya pembongkaran dapat dilihat pada Lampiran K.3 dan untuk
biaya revegetasi stockyard, tempat pengolahan dan bengkel dapat dilihat pada
Lampiran K.1.
3.4 Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan Pascatambang
Untuk mengatasi timbulnya pengangguran karena PHK

(Pemutusan

Hubungan Kerja) akibat penutupan tambang, maka sebelum tambang ditutup PT.
Gamping Sejahtera Indonesia melakukan pelatihan dan penyuluhan yang
diharapkan dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi karyawan yang di PHK
dan masyarakat yang ditinggalkan oleh perusahaan.

27

Program pelatihan dan penyuluhan tersebut disesuaikan dengan program


coorporate social responsibility (CSR). Program penyuluhan dan pelatihan yang
diberikan berkaitan dengan perkebunan jati dan budidaya tanaman Jati dan
pemanfaatannya sebagai furniture, meubel, hiasan rumah, serta keterampilan
lainya, seperti pemasaran produk kerajinan dan produk jati. Penyuluhan dan
pelatihan dimulai 2 tahun sebelum tambang ditutup dan dilakukan setiap empat
bulan sekali. Berikut adalah program pengembangan yang akan dilakukan oleh
PT. Gamping Sejahtera Indonesia pada masyarakat dan karyawan dapat dilihat
pada Tabel 3.2 :
Tabel 3.2
Program Pengembangan Masyarakat dan Karyawan
Kegiatan

Pelaksanaan

Tempat

Target

Penyuluhan jati

Awal tahun ke
8

Aula
perusahaan

Karyawan dan 100


masyarakat

Penyuluhan
manajemen
penanaman jati

Pertengahan
tahun ke 8

Aula
perusahaan

Karyawan dan 100


masyarakat

Penyuluhan
Pemasaran Jati

Akhir tahun ke
8

Aula
perusahaan

Karyawan dan 100


masyarakat

Penyuluhan budidaya
tanaman Jati&
pengelolaan air

Awal tahun ke
9

Aula
perusahaan

Karyawan dan 100


masyarakat

Penyuluhan
manajemen kerajinan
dari tanaman
Jati&pengelolaan air

Pertengahan
tahun ke 9

Aula
perusahaan

Karyawan dan 100


masyarakat

Akhir tahun ke
9

Aula
perusahaan

Karyawan dan 100


masyarakat

Penyuluhan
pemasaran hasil
kerajinan

3.5 Pemeliharaan

28

Pemeliharaan dan perawatan dilakukan agar kegiatan reklamasi berjalan


lancar dan tujuan reklamasi dapat dicapai. Pemeliharaan dan perawatan terhadap
pohon-pohon jati dilakukan untuk memastikan pohon yang ditanam tumbuh
sesuai dengan yang diharapkan. Pemantauan juga dilakukan pada tapak bekas
tambang, terutama pada kualitas air pada void penambangan dan perkembangan
dari tanaman Jati. Pemantauan juga dilakukan pada kualitas air, tanah, dan udara
pada daerah bekas penambangan. Pemantauan kualitas air dilakukan 3 bulan
sekali atau dalam setahun dilakukan 4 kali. Dilakukan pada awal tahun 2024
sampai dengan akhir tahun 2026 (2 tahun). Pemantauan kualitas tanah dilakukan 6
bulan sekali atau dalam setahun dilakukan 2 kali. Dilakukan pada awal tahun 2022
sampai akhir tahun 2026 (4 tahun). Pemantauan kualitas udara dilakukan 3 bulan
sekali atau dalam setahun dilakukan 4 kali. Dilakukan pada awal tahun 2024
sampai dengan akhir tahun 2026 (2 tahun). Kualitas air, udara, dan tanah harus
memenuhi kriteria baku lingkungan hidup. Parameter-parameter kualitas udara,
air dan tanah yang harus dipantau dapat dilihat pada Lampiran K.5, Lampiran K.6,
dan Lampiran K.7.

29

BAB IV
KRITERIA KEBERHASILAN
4.1 Reklamasi dan penutupan tambang
Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut
adalah kegiatan penambangan bahan galian yang hingga saat ini merupakan salah
satu sektor penyumbangan devisa negara yang terbesar. Akan tetapi kegiatan
pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan, antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penurunan produktivitas tanah


Terjadinya erosi dan sedimentasi
Terjadinya gerakan tanah/longsoran
Gangguan terhadap flora dan fauna
Perubahan iklim mikro
Permasalahan sosial
Untuk mengatasi permasalahn ini, perlu adanya kebijakan penutupan

tambang yang bertujuan untuk mendorong setiap kebijakan pertambangan dengan


konsep pemanfaatan lahan bekas tambang. Konsep pemanfaatan lahan bekas
tambang tentunya harus sesuai dengan rencana pembangunan daerah.
4.2 Perencanaan Penutupan Tambang
Dengan adanya proyek pertambangan bahan galian batunapal akan
mengakibatkan suatu dampak baik langsung maupun tidak langsung ataupun
dampak positif dan negatif, terhadap lingkungan tersebut.
Dampak positif biasanya memperoleh nilai atau manfaat, dan sebaliknya
dampak negatif akan merugikan lingkungan tersebut. Dampak tersebut baik
pengaruh abiotik atau fisik (tanah, air dan udara), pengaruh biotik (flora dan
fauna) serta pengaruh ekonomi dan sosial budaya. Untuk mengatasi dampak
lingkungan tersebut terutama dampak negatif sebelumnya dilakukan analisis. Lalu
digunakan sebagai pedoman untuk perencanaan penutupan tambang. Rencana
penutupan tambang didesain berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
Peruntukan lahan bekas tambang.

Evaluasi dampak penting pada tahap penutupan tambang.

30

Rencana Tata Ruang Wilayah daerah bekas penambangan.

Diharapkan rencana kegiatan ini memberikan informasi khusus yang


berhubungan

dengan

pemanfaatan

lahan

pasca

tambang

yang

dapat

diperhitungkan baik terhadap persoalan peruntukan lahan pada pasca tambang


maupun terhadap persoalan lingkungan.
Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan
reklamasi lahan pasca tambang adalah sebagai berikut :
1.

Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara.

2.

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3.

Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi


dan Reklamasi Hutan.

4.

Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2010 tentang Wilayah


Pertambangan.

5.

Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan


Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

6.

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2012 tentang Perubahan


Atas Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

7.

Peraturan Pemerintah No.1 tahun 2014 tentang Perubahan


Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

8.

Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2010 tentang Pembinaan


dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara.

9.

Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 2010 tentang Reklamasi


dan Pascatambang.

10.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18


tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.
31

11.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.18


Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Penutupan Tambang
diperbarui dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
No.7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang
pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

12.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 2


tahun

2013

tentang

Pengawasan

Terhadap

Penyelenggaraan

Pengelolaan Usaha Pertambangan yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah


Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
13.

Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul No. 6 tahun 2011


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunungkidul Tahun
2010-2030.

4.2.1

Perencanaan Penutupan Tambang dari Aspek Teknik Fisik


Kegiatan dilokasi penambangan selama setahun terakhir sebelum kegiatan

penambangan berhenti sangat perlu sekali untuk melakukan perawatan terhadap


beberapa sarana dan prasarana yang bertujuan untuk menghindari kerusakan yang
lebih cepat. Karyawan bagian perawatan melakukan pemeriksaan secara rutin
pada semua peralatan. Keamanan sangat dibutuhkan untuk menjaga aset
perusahaan dari pencurian dan perusakan. Selain itu juga dilakukan pemantauan
lingkungan.
Setelah

kegiatan

penambangan

selesai,

PT.

Gamping

Sejahtera

Indonesiakemudian melakukan kegiatan-kegiatan penutupan tambang yang


meliputi:
a. Reklamasi
1. Tapak bekas tambang
Kegiatan utama yang dilakukan adalah reklamasi bekas

lokasi

penambangan, dan bekas kolam pengendapan, serta pengamanan semua bukaan


tambang yang berpotensi bahaya terhadap manusia.
2. Fasilitas pengolahan
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran fasilitas
pengolahan dan reklamasi bekas fasilitas pengolahan, serta stabilisasinya, dan
pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak dan B3.

32

3. Fasilitas penunjang
Kegiatan utama yang dilakukan adalah pembongkaran peralatan, mesin,
tangki bahan bakar minyak dan pelumas. Selain itu juga dilakukan pemulihan
(remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak dan B3.
4. Pemeliharaaan dan perawatan
Pemeliharaan dan perawatan ini mencakup pemeliharaan dan perawatan
terhadap tapak bekas tambang, lahan bekas fasilitas pengolahan, dan lahan bekas
fasilitas penunjang.
5. Sosial dan ekonomi
Kegiatan penting yang dilakukan adalah penanganan pengurangan dan
pemutusan hubungan kerja, bimbingan, dan bantuan untuk pengalihan pekerjaan
bagi karyawan.
4.2.2

Perencanaan Pengembangan Masyarakat dan Wilayah


Berkaitan dengan perencanaan pengembangan masyarakat dan wilayah di

Dusun Ngentak, Desa Candirejo, Kecamatan Semin, PT. Gamping Sejahtera


Indonesiamerencanakan

untuk

mengembangakan

masyarakat

menyangkut

beberapa bidang diantaranya bidang pemberdayaan ekonomi, bidang pendidikan,


bidang kesehatan dan kebersihan, serta bidang keagamaan.
Kegiatan bidang ekonomi bertujuan untuk menciptakan peluang kerja dan
wirausaha bagi masyarakat terutama dalam model perkebunan pohon jati. Selama
ini kegiatan perkebunan telah dilaksanakan oleh masyarakat. Dalam bidang
pendidikan perusahaan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap fasilitas seperti
sekolah di desa setempat. Kemudian dalam kegiatan bidang kesehatan dan
kebersihan lingkungan dilakukan dengan mengadakan penyuluhan dan bantuan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa yang memerlukan. Perusahaan
berupaya untuk dapat membangun sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari
dan saluran irigasi untuk pengairan perkebunan masyarakat. Kemudian dalam hal
bidang keagamaan dilakukan dengan membantu kegiatan pembangunan sarana
peribadahan bagi penduduk sekitar.
4.2.3
Pengelolaan Aset dan Lokasi
Fasilitas tambang yang ada tidak semuanya dibongkar. Gedung kantor,
mushola, bengkel dan kantin dibiarkan tetap berdiri karena masih bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dialih fungsikan. Berikut program

33

rencana pengelolaan aset dan lokasi dan penutupan tambang dapat dilihat pada
Tabel 4.1 :
Tabel 4.1
Program Rencana Pengelolaan Aset dan Lokasi Reklamasi dan Penutupan
Tambang
Rona Akhir Penambangan

Peruntukan Lahan

Luasan (m2)

Void Penambangan
Kantor
Bengkel
Stockyard
Masjid
Kantin

Budidaya Tanaman Jati


Balai Desa
Dibongkar dan Revegetasi Jabon
Dibongkar dan Revegetasi Jabon
Tempat Ibadah Warga
Gudang Penyimpanan Bibit

15000
1105
625
825
200
150

Tempat Pengolahan

tanaman Jati
Dibongkar dan Revegetasi Jabon

2400

Kolam Pengendapan

Diurug dan Revegetasi Jabon

626.6379

Sump Utama

Diurug dan Revegetasi Jabon

1075.3975

Pos Satpam

Dibongkar

100

Revegetasi Jabon

37964.5007

Area Penambangan
Elevasi 324

34

4.2.4

Manajemen Penutupan Tambang


Manajemen penutupan tambang berkaitan dengan proses merencanakan,

mengorganisasikan,

memimpin,

mengendalikan

usaha-usaha

dan

proses

penggunaan sumberdaya dana, sumberdaya manusia, sumberdaya energi dan


sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan/gagasan/cita-cita dari hasil penutupan
tambang yang telah ditetapkan sebelumnya. Berikut ini adalah runtutan
manajemen penutupan tambang di PT. Gamping Sejahtera Indonesia.
a. Profil wilayah
Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Gamping Sejahtera Indonesia
terletak di Dusun Nongkosepet, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunung Kidul,Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berupa daerah perbukitan.
Penambangan dilakukan pada kontur 372 294 Mdpl. Untuk profil wilayah yang
lebih lengkap dapat dilihat pada bab II.
b. Deskripsi kegiatan pertambangan
Kegiatan penambangan PT. Gamping Sejahtera Indonesia menggunakan
metode quarry kemudian dilanjutkan dengan open pit. Kegiatan diawali dengan
pembersihan lahan. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan sarana dan
prasarana pendukung tambang, pembuatan jalan angkut. Setelahnya kegiatan
penambangan dapat dilakukan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Waktu Kegiatan Persiapan Penambangan
Jenis Kegiatan

Tahun
4
5

Perizinan

Re

Re

Re

Re

Pendekatan

kla

kla

kla

kla

masyarakat &

ma

ma

ma

ma

pembebasan lahan

si

si

si

si

Perekrutan tenaga

Reklamasi
&
Pascatam
bang

kerja

35

Perjanjian (MOU)
jual beli
Land clearing&
pengupasan top
soil
Pembangunan
sarana & prasarana
Pengadaan &
persiapan
peralatan mekanis
Pembuatan jalan
tambang

c. Gambaran rona akhir tambang


Rona akhir tambag atau final pit PT. Gamping Sejahtera Indonesia pada
tahun ke-10 berada pada level 294 m. Daerah final pit relative mendatar dan
dikelilingi oleh lereng perbukitan.
d. Hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan (stake holders)
Sebelum memutuskan untuk melakukan reklamasi lahan

bekas

penambangan, dilakukan konsultasi dengan kepala dusun, kepala desa, ketua RT,
ketua RW, dan tokoh masyarakat serta tokoh agama setempat untuk
membicarakan bagaimana rencana peruntukan lahan bekas tambang tersebut agar
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Hasil dari konsultasi dengan pemangku kepentingan tersebut adalah lahan
bekas tambang dilakukan revegetasi dengan pohon jati yang akan dikelola oleh
pekerja dari masyarakat setempat sesuai dengan program CSR PT. Gamping
Sejahtera Indonesia.

36

e. Program pascatambang
Program Pascatambang yang dilakukan oleh PT. Gamping Sejahtera
Indonesia meliputi kegiatan :
i.

Tapak bekas tambang


Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran fasilitas
tambang, dan reklamasi bekas fasilitas tambang, lokasi penambangan, dan
bekas kolam pengendapan serta pengamanan semua bukaan tambang yang
berpotensi bahaya terhadap manusia.

ii.

Fasilitas pengolahan.
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran fasilitas
pengolahan dan reklamasi bekas fasilitas pengolahan, serta stabilisasinya,
dan pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia,
minyak dan limbah B3.
Berikut ini adalah Rencana Pembongkaran Fasilitas Penambangan

PT. Gamping Sejahtera Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 4.3.


Tabel 4.3
Rencana Pembongkaran Fasilitas Tambang
No

iii.

Sarana dan

1.
2.
3.
4.

Prasarana
Stockyard
Pengolahan
Stockpile
Genset/Power

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
13.
14.

suplay
Bengkel alat
Parkir
Kantor
Satpam
Mushola
Klinik Kesehatan
Kantin
Sump
Kolam Pengendapan

Luas Areal

Dibongkar

(m)
0,0825
0.24
0,12

0,01

0,0625
0,1125
0,045
0,01
0,015
0,015
0,015
0,0175
0,024

Fasilitas penunjang.

37

Tidak
Dibongkar

Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran sisa-sisa


bangunan, transmisi listrik dan pipa. Pembongkaran peralatan, mesin, tangki
bahan bakar minyak dan pelumas. Selain itu juga dilakukan reklamasi lahan bekas
sarana transportasi, serta pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan
kimia, minyak dan limbah B3.
iv.

Pemeliharaan dan perawatan.


Yang dimaksud adalah pemeliharaan dan perawatan terhadap tapak bekas

tambang, lahan bekas fasilitas pengolahan, dan lahan bekas fasilitas penunjang.
v.

Sosial dan ekonomi.

Kegiatan penting yang dilakukan adalah penanganan pengurangan dan


pemutusan hubungan kerja, bimbingan, dan bantuan untuk pengalihan pekerjaan
bagi karyawan. Kegiatan lainnya adalah pengembangan usaha alternatif untuk
masyarakat lokal yang disesuaikan dengan program-program coorporate social
responsibility (CSR) ataupun dari Comdev (Comunity Development).
f. Pemantauan
Pekerjaan penataan lahan merupakan bagian dari pemantauan lingkungan,
dikonsentrasikan pada reklamasi lahan bekas tambang, penataan kolam sedimen,
stabilitas lereng, dan kualitas air. Kegiatan rehabilitasi dikonsentrasikan pada
penanaman tanaman cover crop dan jenis tanaman yang sesuai daerah dan bernilai
ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat. Hasil pemantauan serta pelaporannya
mengenai :
i.

Kestabilan Fisik.
Pemantauan kestabilan lereng, keamanan bangunan pengendali erosi dan

sedimentasi, penimbunan material penutup, serta fasilitas lain.

38

ii.

Air Permukaan dan Air Tanah.


Pemantauan terhadap kualitas air kolam penampungan, sungai, air sumur

di sekitar lokasi bekas tambang, sumur pantau, air di kolam bekas tambang, dan
lain-lain.
iii.

Flora dan Fauna.


Pemantauan terhadap flora dan fauna akuatik dan terestrial.

iv.

Sosial dan Ekonomi.


Pemantauan sosial dan ekonomi (demografi, mata pencaharian, kesehatan,

pendidikan, dan lain-lain).


g. Organisasi
Organisasi untuk pascatambang tidak begitu banyak, hanya memerlukan
beberapa divisi maupun stafstaf dikarenakan lingkup kerjanya hanya untuk
pengelolaan dan pemantauan kegiatan yang telah direncanakan. kegiatan yang
dilakukan antara lain bertanggung jawab dan mengawasi atas K3, perawatan
berkala, melakukan rehabilitasi, pemantuan terhadap semua kegiatan dalam
pascatambang.
Berikut adalah Bagan Organisasi Pascatambang PT. Gamping Sejahtera Indonesia
KTT
PASCATAMBANG
(1)

BAGIAN
LINGKUNGAN
(1)

BAGIAN K3
(1)

BAG. COMDEV
(1)

STAFF(2)
STAFF
:
Gambar 4.1. Diagram Alir
Organisasi
Pascatambang
STAFF (2)
LISTRIK (2)
BAB V (2)
MEKANIK
RENCANA BIAYA REKLAMASI

39

5.1 Rencana Biaya Reklamasi dan Pascatambang


Rincian Biaya Reklamasi dan Pascatambang
5.1.1 Biaya Langsung,
1) Pengelolaan tapak bekas tambang
2) Pembongkaran bangunan dan sarana penunjang yang sudah tidak
digunakan, kecuali ditentukan lain.
3) Reklamasi tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan pemurnian, serta
fasilitas penunjang.
4) Pemantauan kualitas air, tanah, dan udara
5) Aspek sosial budaya dan ekonomi
(Rincian biaya langsung dapat dilihat pada Lampiran K.8)
5.1.2 Biaya tidak langsung
Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan
reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar acuan,
yang ditentukan sebagai berikut (Lampiran K.8):
1) Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5 % dari biaya langsung
2) Biaya perencanaan reklamasi sebesar 2 % - 10 % dari biaya langsung
3) Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor sebesar 3 % - 14 % dari biaya
langsung
4) Biaya supervisi sebesar 2 % - 7 % dari biaya langsung
5.1.3 Total Biaya
Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak
langsung dan biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-pajak
yang berlaku dan dibuat dalam mata uang Rupiah

40

Anda mungkin juga menyukai