Dana APBN/APBD
Bagi Bendahara
WAJIB
MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS
DANA YG BERASAL DARI APBN/APBD
Objek Penjelasan
PPh Pasal 21 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi
sehubungan dengan pekerjaan jabatan, jasa & kegiatan
PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu &
sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak
atas tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)
PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan
pembelian barang
PPh Pasal 23 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga,
deviden, sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21
PPh Pasal 26 Pembayaran atas penghasilan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.
PPN dan PPnBM Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan
penyerahan Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak
Bea Materai Pembayaran atas pemanfaatan dokumen2 tertentu (kuitansi, kontrak)
PPh Pasal 22
5
DASAR HUKUM
Impor Barang
Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
DJA, bendaharawan pemerintah pusat/daerah.
Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
BUMN/D yang dananya dari belanja negara/daerah.
Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina
dan badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan
bakar jenis Pertamax, Pertamax Super dan gas.
Dan lain-lain ditentukan dengan UU.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 22
Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak
tidak terutang PPh. Dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 22.
Impor Barang yang dibebaskan dari Bea Masuk.
Impor sementara jika akan di ekspor kembali.
Pembayaran untuk pembelian barang atas penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).
Pembayaran atas pembelian barang oleh bendahara pemerintah yang jumlahnya
paling banyak Rp.2.000.000 dan tdk merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
Pembayaran oleh BUMN yang jumlahnya paling banyak Rp.10.000.000 atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan
benda pos.
Atas impor emas batangan yg akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan
emas untuk tujuan ekspor dinyatakan dengan SKB.
Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh KPN.
Re-impor barang-barang yg telah diekspor utk tujuan perbaikan, pengerjaan dan
pengujian.
PEMUNGUT PPh PASAL 22
• Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
• Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pusat maupun daerah, berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang;
• Bendahara Pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP);
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
• PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.,
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya
(Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); Bank-bank Badan Usaha
Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya.
• Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam
negeri;
• Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
• Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
• Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.
TARIF PPh PASAL 22
• Importir yang memiliki API (angka pengenal importir); tarif 2.5%
– PPh pasal 22 = 2.5% x Nilai Impor
• Importir yang tidak memiliki API, tarif 7.5%
– PPh pasal 22 = 7.5% x Nilai Impor
• Barang impor yang tidak dikuasai; tarif 7.5% dari harga jual lelang
– PPh pasal 22 = 7.5% x Harga Jual Lelang
• Atas pembelian barang yang dananya dari APBN/D; tarif 1.5%
– PPh pasal 22 = 1.5% x Pembelian dalam negeri
• Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU swasta; tarif 0.3%
– PPh pasal 22 = 0.3% x Penjualan
• Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU Pertamina; tarif 0.25%
– PPh pasal 22 = 0.25% x Penjualan
• Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, pelumas; tarif 0.3%
– PPh pasal 22 = 0.3% x Penjualan
BUMN tertentu atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
PPh pasal 22 = 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk PPN;
Industri farmasi, atas penjualan semua jenis obat kepada distributor di dalam negeri
PPh pasal 22 = 0,3% dari DPP PPN;
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor
PPh pasal 22 = 0,45% dari DPP PPN.
SAAT PEMUNGUTAN
TARIF 1,5%
DARI HARGA/NILAI
PEMBELIAN BARANG
SSP
12
TATA CARA
PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN
PPh PASAL 22
SSP
PELAPORAN
PPh PASAL 22
SPT MASA
F.1.1.32.02
KE KPP/KP2KP
SELAMBAT-LAMBATNYA
14 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR
15
PPh Pasal 23
16
PEMOTONG PPh PASAL 23
Badan Pemerintah.
Subjek Pajak Dalam Negeri.
Penyelenggara Kegiatan.
Badan Usaha Tetap (BUT)
Perwakilan Perusahaan Luar Negeri
Lainnya.
Orang Pribadi sebagai WP yang
ditunjuk oleh Kepala KPP.
PEMOTONG PPh PASAL 23/26
Peraturan Menkeu No.244/PMK.03/2008
18
PENGHASILAN
YANG DIKENAKAN PEMOTONGAN
PPh PASAL 23
ORANG PRIBADI /
BADAN
20
TIDAK DIKENAKAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
HADIAH DAN
SEWA
PENGHARGAAN,
DAN
DEVIDEN, BUNGA
JASA LAINNYA
DAN ROYALTI
TARIF TARIF
15 % 2%
JUMLAH BRUTO
DASAR PEMOTONGAN
TIDAK TERMASUK
27
TATA CARA PEMOTONGAN
PPh PASAL 23
BUKTI PEMOTONGAN
28
TATA CARA PENYETORAN
PPh PASAL 23
JUMLAHKAN PPh PSL 23/26 DALAM
BUKTI PEMOTONGAN
SELAMA SATU BULAN TAKWIM
LAMPIRAN
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN
SELAMBAT-LAMBATNYA
KE KPP/ 20 HARI SETELAH
KP2KP BULAN TAKWIM BERAKHIR
Contoh 2
Drs. Yaumin, Bendahara Depdiknas menggunakan jasa biro Iklan untuk memasang Iklan
di Media massa dan elektronik dengan total pembayaran Rp 1.100.000.000, (harga yg
tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 1.100.000.000,- x 100/110 x 2% = Rp 20.000.000,-
*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera dikuitansi tsb
dikalikan 100/110
32
OBJEK PPh PASAL 4 (2)
2% 4% 3% 4% 6%
Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Bunga deposito dan tabungan serta SBI, sepanjang jumlah deposito dan
tabungan serta SBI tdk melebihi Rp 7.500.000,- bukan jumlah terpecah2.
Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima oleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri Keuangan.
Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemi-likan
RS, RSS, kavling utk RS dan RSS, rumah susun sederhana utk dihuni.
Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yg diterima oleh bukan subjek
pajak.
Contoh 1 PPh Pasal 4 ayat (2) :
Instansi X (NPWP : 00.123.456.7-115.000) melakukan pengadaan Jasa
Pelaksanaan Konstruksi (pembangunan gedung) yang dilakukan oleh PT.
Konstruksi (NPWP : 02.777.777.7-115.000) pengusaha yang memiliki
kualifikasi sebagai usaha kecil dengan nilai Jasa sebesar Rp 500.000.000
(lima ratus juta rupiah) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) pada tanggal 02 Juli 2011. Maka pajak
yang harus dipotong oleh Instansi X atas jasa tersebut adalah :
Nilai Kontrak Rp 500.000.000
PPN Rp 50.000.000
Total tagihan dari rekanan (PT. Konstruksi) Rp
550.000.000
Maka pajak yang harus dipotong oleh Instansi Y atas jasa tersebut
adalah :
PPh Pasal 4 ayat (2) = Tarif X Harga Sewa
= 10% X 4.000.000 = Rp 400.000
40
PENGERTIAN
PAJAK PAJAK PENJUALAN
PERTAMBAHAN ATAS BARANG MEWAH
NILAI (PPN) (PPn BM)
PAJAK YG DIKENAKAN
PAJAK YG DIKENAKAN
ATAS KONSUMSI BARANG
ATAS KONSUMSI
YG BERDSRKAN KMK
BARANG DAN JASA
TERGOLONG BRG MEWAH
DI DALAM
DAERAH PABEAN
WILAYAH RI YG DI DALAMNYA
BERLAKU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PABEAN
41
SYARAT PEMUNGUTAN PPN :
42
BARANG KENA PAJAK
(BKP)
BARANG BARANG
BERWUJUD TIDAK BERWUJUD
SIFAT/HUKUMNYA
BARANG
BERGERAK YANG DIKENAKAN
PPN
BARANG
TIDAK BERGERAK
43
JASA KENA PAJAK
(JKP)
YANG MENYEBABKAN
BARANG/FASILITAS/KEMUDAHAN/HAK,
TERSEDIA UTK DIPAKAI
TERMASUK
DIKENAKAN PPN 44
PENGUSAHA KENA PAJAK
(PKP)
ORANG PRIBADI/
BADAN DALAM BENTUK APAPUN
DALAM LINGKUNGAN
PERUSAHAAN ATAU PEKERJAANNYA
- MENGHASILKAN BARANG;
- MENGIMPOR BARANG;
- MENGEKSPOR BARANG;
- MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
- MEMANFAATKAN BRG TDK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN;
- MELAKUKAN USAHA JASA; ATAU
- MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN YG MELAKUKAN
PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP YG DIKENAKAN PPN;
PEREDARAN BRUTO
TDK LEBIH DARI
Rp 4,8 MILYAR SETAHUN
Catatan :
Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku
peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,- maka pengusaha
ini memenuhi syarat sebagai PKP sehingga wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP selambat-lambatnya
pada akhir bulan berikutnya. 48
DASAR PENGENAAN PAJAK
HARGA JUAL
HARGA
PENGGANTI
SEBAGAI
DASAR
NILAI IMPOR PENGHITUNGAN
PPN
YANG
TERUTANG
NILAI EKSPOR
NILAI LAIN
YG DITETAPKAN
MENKEU
49
PEMUNGUT PPN
(Sejak 1 Januari 2004)
KMK No. 563/KMK.03/2003
BENDAHARA
BENDAHARA
PEMERINTAH
KPPN
PUSAT/DAERAH
50
OBJEK PEMUNGUTAN PPn BM
PENYERAHAN
BKP YANG BERDASARKAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
TERGOLONG SEBAGAI BARANG MEWAH
OLEH
PABRIKAN
51
TARIF PPN DAN PPn BM
TARIF
SERENDAH-
5% RENDAHNYA 10%
SETINGGI-
15% TINGINYA
200% 52
SAAT DAN DASAR
PEMUNGUTAN PPN DAN PPn BM
PEMUNGUTAN
PPN DAN PPn BM
DASAR PEMUNGUTAN
PEMBAYARAN OLEH BENDAHARA
TERMASUK PPN DAN/ATAU PPn BM
CONTOH
YG DIPUNGUT
PPN YG DIPUNGUT
• PPN 10/130
10/110
• PPn BM 20/130
53
DASAR PEMUNGUTAN
TATA CARA PEMUNGUTAN
REKANAN MENYAMPAIKAN
TAGIHAN KEPADA BENDAHARA
DISETOR
1 PKP REKANAN
SSP KPP MELALUI BANK/POS
2
3 LAMPIRAN SPT MASA PPN
4 BANK PERSEPSI/POS & GIRO
5
ARSIP BENDAHARA
BANK PERSEPSI/
KANTOR POS DAN GIRO
DLM HAL BANK PEMERINTAH ATAU BANK PEMBANGUNAN DAERAH BERTINDAK SBG “KASIR”
DARI BENDAHARAWAN PEMERINTAH (MIS: PROYEK INPRES), MAKA FAKTUR PAJAK DAN
SSP DITERUSKAN KE BANK YBS MELALUI BENDAHARA. YG DIWAJIBKAN UTK MEMUNGUT
DAN MELAPOR ADALAH BANK YBS 56
PEMBAYARAN YANG
TIDAK DIPUNGUT PPN
OLEH
DALAM HAL
PEMBAYARAN
TDK MELEBIHI DARI JML Rp 1.000.000,00 TERMASUK PPN DAN/ATAU PPn BM
DAN MERUPAKAN PEMBAYARAN YG TDK DIPECAH-PECAH
CONTOH
A HARGA JUAL Rp 800.000,00
PPN= 10 % X Rp 800.000 Rp 80.000,00
PPn BM=20 % X Rp 800.000 Rp 160.000,00
HARGA JUAL TERMSK PPN/PPn BM Rp 1.040.000,00
DIPUNGUT
Rp 1.040.000,- > Rp 1.000.000,-
PPN/PPn BM
www.pajak.go.id