Anda di halaman 1dari 59

Aspek Perpajakan Dalam Penggunaan

Dana APBN/APBD

Bagi Bendahara

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying, 2014


AGENDA SOSIALISASI
PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26


PAJAK
PENGHASILAN
PPh Pasal 4 Ayat (2)

PAJAK PPh Pasal 21/26


PERTAMBAHAN
NILAI
BENDAHARA PEMERINTAH

WAJIB

MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMOTONGAN & PEMOTONGAN PAJAK PUSAT ATAS
DANA YG BERASAL DARI APBN/APBD

Objek Penjelasan
PPh Pasal 21 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan kepada orang pribadi
sehubungan dengan pekerjaan jabatan, jasa & kegiatan
PPh Pasal 4 ayat (2) Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan jasa tertentu &
sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan,pengalihan hak
atas tanah/bangunan, hadiah undian dan lainnya)
PPh Pasal 22 Pemungutan atas penghasilan yg dibayarkan sehubungan dengan
pembelian barang
PPh Pasal 23 Pemotongan atas penghasilan yg dibayarkan berupa hadiah, bunga,
deviden, sewa, royalty dan jasa-jasa lainnya selain Objek PPh Psl 21
PPh Pasal 26 Pembayaran atas penghasilan kepada Wajib Pajak Luar Negeri.
PPN dan PPnBM Pemungutan atas pajak konsumsi yg dibayar sendiri sehubungan
penyerahan Barang Kena Pajak & Jasa Kena Pajak
Bea Materai Pembayaran atas pemanfaatan dokumen2 tertentu (kuitansi, kontrak)
PPh Pasal 22

5
DASAR HUKUM

• Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983


tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008;

• Peraturan Menteri Keuangan Nomor


154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di
Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 224/PMK.011/2012.
DEFINISI DAN OBJEK PPh ps. 22
Pajak sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan
kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lainnya.

 Impor Barang
 Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
DJA, bendaharawan pemerintah pusat/daerah.
 Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh
BUMN/D yang dananya dari belanja negara/daerah.
 Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina
dan badan usaha lainnya yang bergerak di bidang bahan
bakar jenis Pertamax, Pertamax Super dan gas.
 Dan lain-lain ditentukan dengan UU.
BUKAN OBJEK PPh PASAL 22
 Impor barang dan atau penyerahan barang yang berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak
tidak terutang PPh. Dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 22.
 Impor Barang yang dibebaskan dari Bea Masuk.
 Impor sementara jika akan di ekspor kembali.
 Pembayaran untuk pembelian barang atas penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).
 Pembayaran atas pembelian barang oleh bendahara pemerintah yang jumlahnya
paling banyak Rp.2.000.000 dan tdk merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
 Pembayaran oleh BUMN yang jumlahnya paling banyak Rp.10.000.000 atas
pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
 Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum/PDAM, dan
benda pos.
 Atas impor emas batangan yg akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan
emas untuk tujuan ekspor dinyatakan dengan SKB.
 Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh KPN.
 Re-impor barang-barang yg telah diekspor utk tujuan perbaikan, pengerjaan dan
pengujian.
PEMUNGUT PPh PASAL 22
• Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
• Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) pusat maupun daerah, berkenaan
dengan pembayaran atas pembelian barang;
• Bendahara Pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan
dengan mekanisme uang persediaan (UP);
• Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi
delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS);
• PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara
(Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.,
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya
(Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero); Bank-bank Badan Usaha
Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk
keperluan kegiatan usahanya.
• Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam
negeri;
• Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
• Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
• Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan,
dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya
atau ekspornya.
TARIF PPh PASAL 22
• Importir yang memiliki API (angka pengenal importir); tarif 2.5%
– PPh pasal 22 = 2.5% x Nilai Impor
• Importir yang tidak memiliki API, tarif 7.5%
– PPh pasal 22 = 7.5% x Nilai Impor
• Barang impor yang tidak dikuasai; tarif 7.5% dari harga jual lelang
– PPh pasal 22 = 7.5% x Harga Jual Lelang
• Atas pembelian barang yang dananya dari APBN/D; tarif 1.5%
– PPh pasal 22 = 1.5% x Pembelian dalam negeri
• Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU swasta; tarif 0.3%
– PPh pasal 22 = 0.3% x Penjualan
• Penebusan premium, solar, pertamax o/ SPBU Pertamina; tarif 0.25%
– PPh pasal 22 = 0.25% x Penjualan
• Atas penjualan minyak tanah, gas LPG, pelumas; tarif 0.3%
– PPh pasal 22 = 0.3% x Penjualan
BUMN tertentu atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan
PPh pasal 22 = 1,5% dari harga pembelian tidak termasuk PPN;
Industri farmasi, atas penjualan semua jenis obat kepada distributor di dalam negeri
PPh pasal 22 = 0,3% dari DPP PPN;
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM),
dan importir umum kendaraan bermotor
PPh pasal 22 = 0,45% dari DPP PPN.
SAAT PEMUNGUTAN

PADA SETIAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN


ATAS
PENYERAHAN BARANG OLEH REKANAN

TARIF 1,5%
DARI HARGA/NILAI
PEMBELIAN BARANG

JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA


TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
11
BUKTI PEMUNGUTAN

SSP

LEMBAR KE-1 WAJIB PAJAK REKANAN

LEMBAR KE-2 KPP MELALUI KPPN

LEMBAR KE-3 KPP SBG LAMPIRAN SPT


MASA BENDAHARA

KANTOR PENERIMA PEMBAYARAN


LEMBAR KE-4 (BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO)

LEMBAR KE-5 PEMUNGUT PPh PSL 22

12
TATA CARA
PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN

PPh PASAL 22

DIPUNGUT PADA SETIAP PELAKSANAAN PEMBAYARAN

DISETOR PADA HARI YANG SAMA

KE BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO

SSP

DIISI OLEH DAN ATAS NAMA REKANAN

DITANDATANGANI OLEH BENDAHARA


13
TATA CARA PELAPORAN

PELAPORAN
PPh PASAL 22

SPT MASA
F.1.1.32.02

KE KPP/KP2KP

SELAMBAT-LAMBATNYA
14 HARI SETELAH
BULAN TAKWIM BERAKHIR

JIKA JATUH PADA HARI LIBUR

PADA HARI KERJA BERIKUTNYA 14


CONTOH PENGHITUNGAN
PPh PASAL 22

Drs. Delta, Bendahara Madrasah Negeri Depok membeli komputer Rp


11.000.000, (harga yg tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 22
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 11.000.000,- x 100/110 x 1,5% = Rp 150.000,-
*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera di kuitansi tsb
dikalikan 100/110

Apabila rekanan tidak memiliki NPWP maka


PPh pasal 22 terutang :
Rp 11.000.000,- x 100/110 x 1,5% x 200% =Rp300.000,-

15
PPh Pasal 23

16
PEMOTONG PPh PASAL 23

 Badan Pemerintah.
 Subjek Pajak Dalam Negeri.
 Penyelenggara Kegiatan.
 Badan Usaha Tetap (BUT)
 Perwakilan Perusahaan Luar Negeri
Lainnya.
 Orang Pribadi sebagai WP yang
ditunjuk oleh Kepala KPP.
PEMOTONG PPh PASAL 23/26
Peraturan Menkeu No.244/PMK.03/2008

BENDAHARA PEMERINTAH PUSAT


BENDAHARA PEMERINTAH DAERAH
BADAN

YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN


ATAS OBJEK PPh Pasal 23

18
PENGHASILAN
YANG DIKENAKAN PEMOTONGAN
PPh PASAL 23

HADIAH DAN PENGHARGAAN SEHUBUNGAN DENGAN


KEGIATAN SELAIN YANG TELAH DIPOTONG PPh. 21

SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN


PENGGUNAAN HARTA

IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN:


• JASA TEKNIK;
• JASA MANAJEMEN;
• JASA KONSULTAN HUKUM,
• JASA KONSULTAN PAJAK,
• JASA LAIN SELAIN JASA YG TELAH DIPOTONG PPh PSL 21

YANG BERASAL DARI MODAL :


• DEVIDEN
• BUNGA
• ROYALTI 19
TIDAK DIKENAKAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 23
WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI /
BADAN

YG DAPAT MENUNJUKKAN YG MELAKSANAKAN


SKB PEMOTONGAN PROYEK PEMERINTAH YG
PPh PASAL 23/26 DIDANAI HIBAH ATAU
PINJAMAN LN

20
TIDAK DIKENAKAN
PEMOTONGAN PPh PASAL 23

A. PENGHASILAN YG DIBAYAR ATAU TERUTANG KPD BANK;


B. SEWA YG DIBAYARKAN ATAU TERUTANG SEHUBUNGAN DGN SEWA GUNA
USAHA DENGAN HAK OPSI;
C. DEVIDEN ATAU BAGIAN LABA YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PERSEROAN
TERBATAS SEBAGAI WP DALAM NEGERI,KOPERASI, BUMN/D, DARI
PENYERTAAN MODAL PADA BADAN USAHA YANG DIDIRIKAN DAN
BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA DGN SYARAT : 1) DIVIDEN BERASAL
DARI CADANGAN LABA YG DITAHAN DAN 2) BAGI PERSEROAN TERBATAS,
BUMN/BUMDYG MENERIMA DIVIDEN, KEPEMILIKAN SAHAM PADA BADAN YG
MEMBERIKAN DIVIDEN PALING RENDAH 25 PERSEN DARI JML MODAL YG
DISETOR;
D. BAGIAN LABA YG DITERIMA ATAU DIPEROLEH ANGGOTA DARI PERSEROAN
KOMANDITER YG MODALNYA TDK TERBAGI ATAS SAHAM-SAHAM,
PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA DAN KONGSI;
F. SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI YANG DIBAYARKAN KEPADA
ANGGOTANYA;
G. PENGHASILAN YANG DIBAYAR ATAU TERUTANG KEPADA BADAN USAHA
ATAS JASA KEUANGAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI PENYALUR PINJAMAN
DAN/ATAU PEMBIAYAAN YANG DIATUR DENGAN PERATURAN MENTERI
KEUANGAN.
21
TARIF DAN DASAR PEMOTONGAN
PPh PASAL 23

HADIAH DAN
SEWA
PENGHARGAAN,
DAN
DEVIDEN, BUNGA
JASA LAINNYA
DAN ROYALTI

TARIF TARIF
15 % 2%

JUMLAH BRUTO

DASAR PEMOTONGAN

JIKA REKANAN TDK MEMILIKI NPWP MAKA


22
TARIFNYA 100% LEBIH TINGGI
JUMLAH BRUTO OBJEK PPh PASAL 23

JUMLAH BRUTO ADALAH SELURUH JUMLAH PENGHASILAN DENGAN NAMA


DAN DALAM BENTUK APAPUN YANG DIBAYARKAN, DISEDIAKAN UNTUK
DIBAYARKAN ATAU TELAH JATUH TEMPO PEMBAYARANNYA OLEH BADAN
PEMERINTAH, SUBJEK PAJAK BADAN DALAM NEGERI, PENYELENGGARA
KEGIATAN, BENTUK USAHA TETAP, ATAU PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR
NEGERI LAINNYA KEPADA WAJIB PAJAK DALAM NEGERI ATAU BENTUK
USAHA TETAP.

TIDAK TERMASUK

1. PEMBAYARAN GAJI, UPAH, HONORARIUM, TUNJANGAN & PEMBAYARAN LAIN SBG


IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YG DIBAYARKAN OLEH WP PENYEDIA
TENAGA KERJA KEPADA TENAGA KERJA YG MELAKUKAN PEKERJAAN, BERDASARKAN
Jasa
KONTRAK DGN PENGGUNA JASA (HARUS DIBUKTIKAN DGN KONTRAK DAN DAFTAR Catering
PEMBAYARAN GAJI DSB); &
2. PEMBAYARAN ATAS PENGADAAN/PEMBELIAN BARANG ATAU MATERIAL (HARUS Jasa
DIBUKTIKAN DGN FAKTUR PEMBELIAN); Yg telah
2. PEMBAYARAN KEPADA PIHAK KEDUA (SBG PERANTARA) UTK SELANJUTNYA dikenakan
kecuali PPh
DIBAYARKAN KEPADA PIHAK KETIGA (HARUS DIBUKTIKAN DGN FAKTUR TAGIHAN
bersifat
DARI PIHAK KETIGA DISERTAI PERJANJIAN TERTULIS ); final
4. PEMBAYARAN PENGGANTIAN BIAYA (REIMBURSEMENT) YAITU PENGGANTIAN (konstruksi)
PEMBAYARAN SEBESAR JUMLAH YG NYATA-NYATA TELAH DIBAYARKAN OLEH
PIHAK KEDUA KEPADA PIHAK KETIGA (HARUS DIBUKTIKAN FAKTUR DGN TAGIHAN
ATAU BUKTI PEMBAYARAN DARI PIHAK KEDUA KE PIHAK KETIGA 23
Objek Pemotongan PPh Pasal 23
No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu
Penghitungan penyetoran pelaporan
1 jasa teknik, jasa manajemen, jasa 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
Konstruksi, jasa konsultan berikutnya berikutnya

1. Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah 15% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln


berikutnya berikutnya
2. Sewa dan penghasilan lain 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
sehubungan dengan penggunaan berikutnya berikutnya
harta kecuali Sewa Tanah dan/atau
Bangunan
3. Imbalan Jasa Lain
1. Jasa Penilai (appraisal) 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
berikutnya berikutnya

2. Jasa Aktuaris 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln


berikutnya berikutnya
3. Jasa Akuntansi,pembukuan dan 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
atestasi laporan keuangan berikutnya berikutnya
4. Jasa Perancanag (design) 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
berikutnya berikutnya
5. Jasa pengeboran (drilling) di 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
bidang penambangan migas,kecuali berikutnya berikutnya
yg dilakukan BUT
6. Jasa penunjang di bidang 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
penambangan Migas berikutnya berikutnya
24
*tidak termasuk PPN 
Objek Pemotongan PPh Pasal 23 …lanjutan
No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu
Penghitungan penyetoran pelaporan
7. Jasa penambangan dan jasa 2% Jumlah Bruto* 10 bln 20 bln
penunjang di bidang penambangan berikutnya berikutnya
selain migas
8. Jasa penunjang di bidang 2% Jumlah 10 bln 20 bln
penerbangan dan bandar udara Bruto* berikutnya berikutnya

9. Jasa penebangan hutan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

10. Jasa pengelolaan limbah 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

11. Jasa penyediaan tenaga kerja 2% Jumlah 10 bln 20 bln


(outsourcing service) Bruto* berikutnya berikutnya

12. Jasa perantara atau keagenan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

13. Jasa di bidang perdagangan surat- 2% Jumlah 10 bln 20 bln


surat berharga, kecuali yg di lakukan Bruto* berikutnya berikutnya
Bursa Efek, KSEI dan KPEI
14. Jasa kostodian/penyimpanan/penitipan, 2% Jumlah 10 bln 20 bln
kecuali yg dilakukan KSEI Bruto* berikutnya berikutnya

15. Jasa pengisian suara (dubbing dan/atau 2% Jumlah 10 bln 20 bln


sulih suara Bruto* berikutnya 
berikutnya
25
*tidak termasuk PPN
Objek Pemotongan PPh Pasal 23 …lanjutan

No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu


Penghitungan penyetoran pelaporan
16. Jasa mixing film 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

17. Jasa sehubungan dengan software 2% Jumlah 10 bln 20 bln


komputer, termasuk perawatan, Bruto* berikutnya berikutnya
pemeliharaan dan perbaikan
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, 2% Jumlah 10 bln 20 bln
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, Bruto* berikutnya berikutnya
dan/atau TV Kabel, selain yg dilakukan
oleh Wajib Pajak yg ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
izin dan/atau sertifikat sbg pengusaha
konstruksi
19. Jasa perawatan/perbaikan 2% Jumlah 10 bln 20 bln
/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik Bruto* berikutnya berikutnya
telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
Kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan, selain yg dilakukan
Wajib Pajak yg ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai
sertifikat sbg pengusaha konstruksi
20. Jasa maklon 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

21. Jasa penyelidikan dan keamanan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya
26
*tidak termasuk PPN

Objek Pemotongan PPh Pasal 23
No Objek Tarif Dasar Sifat Batas waktu Batas waktu
Penghitungan penyetoran pelaporan
22. Jasa penyelenggara kegiatan 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

23. Jasa pengepakan 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

24. Jasa penyediaan tempat dan/atau 2% Jumlah 10 bln 20 bln


waktu dalam media masa, media luar Bruto* berikutnya berikutnya
ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi
25. Jasa pembasmi hama 2% Jumlah 10 bln 20 bln
Bruto* berikutnya berikutnya

26. Jasa kebersihan atau cleaning service 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

27. Jasa katering atau tata boga 2% Jumlah 10 bln 20 bln


Bruto* berikutnya berikutnya

*tidak termasuk PPN

27
TATA CARA PEMOTONGAN
PPh PASAL 23

DILAKUKAN PADA SAAT MEMBAYARKAN


PENGHASILAN OLEH BENDAHARA & BADAN

BUKTI PEMOTONGAN

F.1.1.33.06 atau 1 UNTUK REKANAN


F.1.1.33.07 2 LAMPIRAN SPT MASA PPh
3 PASAL 23/26
ARSIP
BENDAHARA/BADAN

28
TATA CARA PENYETORAN
PPh PASAL 23
JUMLAHKAN PPh PSL 23/26 DALAM
BUKTI PEMOTONGAN
SELAMA SATU BULAN TAKWIM

DISETOR KE BANK PERSEPSI ATAU


KANTOR POS DAN GIRO DGN MENGGUNAKAN SSP

PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM


BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT
TERUTANGNYA PAJAK

APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR,


MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA
HARI KERJA BERIKUTNYA
29
TATA CARA PELAPORAN
PPh PASAL 23

MENGISI DGN LENGKAP DAN BENAR


SPT MASA PPh PSL 23/26 (F.1.1.32.03)
RANGKAP 2

LAMPIRAN
* LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26
* DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26
* LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN

SELAMBAT-LAMBATNYA
KE KPP/ 20 HARI SETELAH
KP2KP BULAN TAKWIM BERAKHIR

PD HARI KERJA JIKA JATUH PD


BERIKUTNYA HARI LIBUR
30
CONTOH PENGHITUNGAN
PPh PASAL 23
Contoh 1
Drs. Delta, Bendahara Madrasah Negeri Depok menggunakan jasa pemeliharaan
komputer Rp 11.000.000, (harga yg tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 11.000.000,- x 100/110 x 2% = Rp 200.000,-
*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera dikuitansi tsb
dikalikan 100/110

Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 terutang :


Rp11.000.000 x 100/110 x 2% x200%= Rp400.000,-

Contoh 2
Drs. Yaumin, Bendahara Depdiknas menggunakan jasa biro Iklan untuk memasang Iklan
di Media massa dan elektronik dengan total pembayaran Rp 1.100.000.000, (harga yg
tertulis di kuitansi) -.
Penghitungan PPh Pasal 23
Harga yg tertulis di kuitansi adalah nilai barang termasuk PPN, maka
Rp 1.100.000.000,- x 100/110 x 2% = Rp 20.000.000,-
*Utk mencari harga barang tanpa PPN maka nilai tertera dikuitansi tsb
dikalikan 100/110

Apabila rekanan tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 terutang : 31


Rp1.100.000.000 x 100/110 x 2% x200%= Rp4.000.000,-
PPh Pasal 4 ayat (2)

32
OBJEK PPh PASAL 4 (2)

Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya (20% x Bruto).

Penghasilan dr transaksi saham dan sekuritas lain dibursa efek


(0.1%xBruto  kecuali transaksi saham pendiri 0.6%xBruto)

Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau


bangunan (5% x Bruto).

Penghasilan tertentu lainnya.

Diatur dengan Peraturan Pemerintah.


LAIN-LAIN TARIF FINAL
 Penghasilan yg diterima Orang Pribadi/Badan dari transaksi penjualan
saham atau sekuritas lain di bursa efek:
– Untuk transaksi semua jenis saham = 0.1% x Bruto.
– Untuk transaksi saham pendiri = 0.6% x Bruto.

 Penghasilan bunga deposito, tabungan, giro, SBI, obligasi dan


penghasilan bunga deposito dari simpanan di luar negeri = 20% x Bruto.
 Penghasilan WP OP dari investor atas penyerahan bangunan dengan
kontrak BOT (Build, Operate and Transfer) = 5% x Bruto.
 Penghasilan transaksi pengalihan hak atas tanah/bangunan= 5%xBruto.
 Penghasilan penyewaan tanah/bangunan = 10% x Bruto
 Penghasilan yg diterima WP perusahaan pelayaran DN = 1.2% x Bruto.
 Penghasilan yg diterima WP perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri = 2.64% x Bruto.
 Penghasilan perusahaan penerbangan dlm negeri berdasarkan perjanjian
kontrak (charter) = 1.8% x Bruto (bersifat tidak final)
Pengadaan Jasa Konstruksi
Kegiatan Jasa Kontruksi meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
konstruksi diantaranya pembangunan gedung,
jalan, jembatan, dll.

Dipotong PPh Pasal 4 Ayat (2) Final dengan tarif


sebagai berikut :
Tarif PPh Final Jasa
Konstruksi
JASA
JASA JASA
JASA
PERENCANAAN
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN &&PENGAWASAN
PENGAWASAN

YG MEMILIKI YG TIDAK MEMILIKI YG MEMILIKI YG MEMILIKI YG TIDAK MEMILIKI


KUALIFIKASI KUALIFIKASI KUALIFIKASI USAHA KUALIFIKASI KUALIFIKASI
USAHA MENENGAH ATAU USAHA USAHA
USAHA KECIL
KUALIFIKASI BESAR

2% 4% 3% 4% 6%

DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG


MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
BUKAN OBJEK PPh PASAL 4 (2)

 Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
 Bunga deposito dan tabungan serta SBI, sepanjang jumlah deposito dan
tabungan serta SBI tdk melebihi Rp 7.500.000,- bukan jumlah terpecah2.
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima oleh dana
pensiun yang pendiriannya telah disyahkan oleh Menteri Keuangan.
 Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemi-likan
RS, RSS, kavling utk RS dan RSS, rumah susun sederhana utk dihuni.
 Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yg diterima oleh bukan subjek
pajak.
Contoh 1 PPh Pasal 4 ayat (2) :
Instansi X (NPWP : 00.123.456.7-115.000) melakukan pengadaan Jasa
Pelaksanaan Konstruksi (pembangunan gedung) yang dilakukan oleh PT.
Konstruksi (NPWP : 02.777.777.7-115.000) pengusaha yang memiliki
kualifikasi sebagai usaha kecil dengan nilai Jasa sebesar Rp 500.000.000
(lima ratus juta rupiah) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) pada tanggal 02 Juli 2011. Maka pajak
yang harus dipotong oleh Instansi X atas jasa tersebut adalah :
Nilai Kontrak Rp 500.000.000
PPN Rp 50.000.000
Total tagihan dari rekanan (PT. Konstruksi) Rp
550.000.000

PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong :


Tarif X Nilai Jasa : 2% X Rp 500.000.000 = Rp 10.000.000
PPN dipungut : 10% X Rp 500.000.000 = Rp 50.000.000
Total PPN dan PPh dipungut/dipotong = Rp 60.000.000
Dibayar kepada rekanan (total tagihan dari rekanan – total PPN dan PPh
dipungut/dipotong) : Rp 550.000.000 - Rp 60.000.000 = Rp
Contoh 2 PPh Pasal 4 ayat (2) :

Instansi Y menyewa gedung untuk tempat belajar siswa kepada


Pulan (NPWP : 07.777.777.7-115.000), selama 2 bulan dengan harga
sewa sebesar Rp 4.000.000 pada tanggal 07 Juli 2013.

Maka pajak yang harus dipotong oleh Instansi Y atas jasa tersebut
adalah :
PPh Pasal 4 ayat (2) = Tarif X Harga Sewa
= 10% X 4.000.000 = Rp 400.000

Dibayar kepada Pulan (Harga sewa – PPh


dipotong) : Rp 4.000.000 - Rp 400.000 = Rp 3.600.000.
PPN

40
PENGERTIAN
PAJAK PAJAK PENJUALAN
PERTAMBAHAN ATAS BARANG MEWAH
NILAI (PPN) (PPn BM)

PAJAK YG DIKENAKAN
PAJAK YG DIKENAKAN
ATAS KONSUMSI BARANG
ATAS KONSUMSI
YG BERDSRKAN KMK
BARANG DAN JASA
TERGOLONG BRG MEWAH
DI DALAM

DAERAH PABEAN

WILAYAH RI YG DI DALAMNYA
BERLAKU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PABEAN
41
SYARAT PEMUNGUTAN PPN :

• ADANYA PENYERAHAN DI DALAM


DAERAH PABEAN;
• YANG DISERAHKAN BARANG KENA
PAJAK / JASA KENA PAJAK;
• YANG MENYERAHKAN ADALAH
PENGUSAHA KENA PAJAK.

42
BARANG KENA PAJAK
(BKP)

BARANG BARANG
BERWUJUD TIDAK BERWUJUD

SIFAT/HUKUMNYA

BARANG
BERGERAK YANG DIKENAKAN
PPN
BARANG
TIDAK BERGERAK
43
JASA KENA PAJAK
(JKP)

SETIAP KEGIATAN PELAYANAN


BERDASARKAN
SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM

YANG MENYEBABKAN
BARANG/FASILITAS/KEMUDAHAN/HAK,
TERSEDIA UTK DIPAKAI

TERMASUK

JASA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN


BARANG KARENA PESANAN/PERMINTAAN
DGN BAHAN DAN ATAS PETUNJUK DARI PEMESAN

DIKENAKAN PPN 44
PENGUSAHA KENA PAJAK
(PKP)

ORANG PRIBADI/
BADAN DALAM BENTUK APAPUN

DALAM LINGKUNGAN
PERUSAHAAN ATAU PEKERJAANNYA

- MENGHASILKAN BARANG;
- MENGIMPOR BARANG;
- MENGEKSPOR BARANG;
- MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
- MEMANFAATKAN BRG TDK BERWUJUD DARI LUAR DAERAH PABEAN;
- MELAKUKAN USAHA JASA; ATAU
- MEMANFAATKAN JASA DARI LUAR DAERAH PABEAN YG MELAKUKAN
PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP YG DIKENAKAN PPN;

TIDAK TERMASUK PENGUSAHA KECIL YG MEMILIH


KECUALI 45
PENGUSAHA KECIL UTK DIKUKUHKAN MENJADI PKP.
PERHATIAN !!!
Untuk memudahkan pengadministrasian penyetoran dan
pelaporan pajak, dianjurkan kepada bendaharawan untuk
bekerja sama/berbelanja HANYA dengan rekanan yang telah
memiliki NPWP DAN telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP).

Mintalah Faktur Pajak dari rekanan yang telah dikukuhkan


sebagai PKP setiap melakukan transaksi pembelian barang.
Rekanan Non PKP tidak boleh menerbitkan Faktur Pajak.

Faktur Pajak dibuat/diterbitkan oleh rekanan, bukan oleh


bendaharawan. Setiap rekanan yang telah memiliki NPWP
BELUM TENTU berhak menerbitkan Faktur Pajak . Pastikan
rekanan tersebut telah dikukuhkan sebagai PKP.
Setiap rekanan/WP yang menerbitkan/membuat Faktur
Pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP, diancam
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak dan paling banyak 6
(enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak.

(Pasal 39A huruf b UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum


dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009).
PENGUSAHA KECIL
PMK No. 197/PMK.03/2013
Berlaku Mulai 1 Januari 2014

PENGUSAHA YG DLM LINGKUNGAN


PERUSAHAAN/PEKERJAANNYA MELAKUKAN

PENYERAHAN BKP DAN ATAU JKP

PEREDARAN BRUTO
TDK LEBIH DARI
Rp 4,8 MILYAR SETAHUN

Catatan :
Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku
peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,- maka pengusaha
ini memenuhi syarat sebagai PKP sehingga wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP selambat-lambatnya
pada akhir bulan berikutnya. 48
DASAR PENGENAAN PAJAK

HARGA JUAL

HARGA
PENGGANTI
SEBAGAI
DASAR
NILAI IMPOR PENGHITUNGAN
PPN
YANG
TERUTANG
NILAI EKSPOR

NILAI LAIN
YG DITETAPKAN
MENKEU
49
PEMUNGUT PPN
(Sejak 1 Januari 2004)
KMK No. 563/KMK.03/2003

BENDAHARA
BENDAHARA
PEMERINTAH
KPPN
PUSAT/DAERAH

50
OBJEK PEMUNGUTAN PPn BM

PENYERAHAN
BKP YANG BERDASARKAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
TERGOLONG SEBAGAI BARANG MEWAH

OLEH

PABRIKAN

51
TARIF PPN DAN PPn BM
TARIF

PPN EKSPOR PPn BM

10 % PPN 0 % 10, 20 30, 40 50, 200

DENGAN PERATURAN PEMERINTAH DAPAT DIUBAH

SERENDAH-
5% RENDAHNYA 10%

SETINGGI-
15% TINGINYA
200% 52
SAAT DAN DASAR
PEMUNGUTAN PPN DAN PPn BM
PEMUNGUTAN
PPN DAN PPn BM

SAAT PEMBAYARAN OLEH BENDAHARA


KEPADA PKP REKANAN

DASAR PEMUNGUTAN
PEMBAYARAN OLEH BENDAHARA
TERMASUK PPN DAN/ATAU PPn BM

CONTOH

TIDAK TERUTANG PPn BM TERUTANG PPn BM 20%

YG DIPUNGUT
PPN YG DIPUNGUT
• PPN 10/130
10/110
• PPn BM 20/130

53
DASAR PEMUNGUTAN
TATA CARA PEMUNGUTAN
REKANAN MENYAMPAIKAN
TAGIHAN KEPADA BENDAHARA

SSP FAKTUR PAJAK

DIISI OLEH DAN 2


ATAS NAMA 3
REKANAN
KPP
ARSIP PKP REKANAN
DITANDATANGI
OLEH
BENDAHARA
BENDAHARAWAN
DICAP OLEH BENDAHARA
DISETOR TGL ..... DAN
DITANDATANGANI BENDAHARA
TATA CARA PENYETORAN

DISETOR

1 PKP REKANAN
SSP KPP MELALUI BANK/POS
2
3 LAMPIRAN SPT MASA PPN
4 BANK PERSEPSI/POS & GIRO
5
ARSIP BENDAHARA

BANK PERSEPSI/
KANTOR POS DAN GIRO

DLM HAL TGL 7 SELAMBAT-LAMBATNYA


BERTEPATAN DGN HARI LIBUR, TGL 7 BULAN TAKWIM
MAKA PENYETORAN DILAKUKAN BERIKUTNYA SETELAH
PD HARI KERJA BERIKUTNYA MASA PAJAK BERAKHIR 55
TATA CARA PELAPORAN
PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT
OLEH BENDAHARA

KPP DGN DILAMPIRI


1
LAPORAN FP LEMBAR KE-3
PEMUNGUTAN 2 ATASAN BENDAHARA)*
3
PPN/PPn BM ARSIP BENDAHARA*)
*) DLM HAL PEMUNGUT PPN/PPn BM
ADALAH BENDAHARAPEMERINTAH
PUSAT, LEMBAR KE-2 ADALAH
ARSIP BENDAHARA

DALAM HAL AKHIR BULAN BERIKUTNYA


SELAMBAT-LAMBATNYA SETELAH MASA PAJAK BERAKHIRJATUH
AKHIR BULAN BERIKUTNYA SETELAH PADA HARI LIBUR PELAPORAN
MASA PAJAK BERAKHIR DILAKUKAN PADA HARI KERJA
BERIKUTNYA

DLM HAL BANK PEMERINTAH ATAU BANK PEMBANGUNAN DAERAH BERTINDAK SBG “KASIR”
DARI BENDAHARAWAN PEMERINTAH (MIS: PROYEK INPRES), MAKA FAKTUR PAJAK DAN
SSP DITERUSKAN KE BANK YBS MELALUI BENDAHARA. YG DIWAJIBKAN UTK MEMUNGUT
DAN MELAPOR ADALAH BANK YBS 56
PEMBAYARAN YANG
TIDAK DIPUNGUT PPN
OLEH

DALAM HAL
PEMBAYARAN
TDK MELEBIHI DARI JML Rp 1.000.000,00 TERMASUK PPN DAN/ATAU PPn BM
DAN MERUPAKAN PEMBAYARAN YG TDK DIPECAH-PECAH

BBM DAN NON-BBM YG PENYERAHANNYA DILAKUKAN OLEH


PERTAMINA

ATAS JASA ANGKUTAN UDARA YG DISERAHKAN OLEH PERUSAHAAN


PENERBANGAN

ATAS PENYERAHAN BKP/JKP YG MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN YANG


BERLAKU, MENDAPAT FASILITAS PPN TIDAK DIPUNGUT DAN ATAU
DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

UNTUK PEMBEBASAN TANAH, KECUALI PEMBAYARAN ATAS


PENYERAHAN TANAH OLEH REAL ESTATE ATAU INDUSTRIAL ESTATE

UNTUK PENYERAHAN BKP/JKP YG MEMPEROLEH FASILITAS PPN TDK


DIPUNGUT
57
PEMBAYARAN YANG TIDAK MELEBIHI JUMLAH Rp 1.000.000,00 DAN
MERUPAKAN PEMBAYARAN YANG TIDAK DIPECAH-PECAH
YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN PPN/PPn BM

CONTOH
A HARGA JUAL Rp 800.000,00
PPN= 10 % X Rp 800.000 Rp 80.000,00
PPn BM=20 % X Rp 800.000 Rp 160.000,00
HARGA JUAL TERMSK PPN/PPn BM Rp 1.040.000,00
DIPUNGUT
Rp 1.040.000,- > Rp 1.000.000,-
PPN/PPn BM

B HARGA JUAL Rp 800.000,00


PPN= 10 % X Rp 800.000 Rp 80.000,00
PPn BM= 10 % X Rp 800.000 Rp 80.000,00
HARGA JUAL TERMSK PPN/PPn BM Rp 960.000,00
TIDAK DIPUNGUT
Rp 960.000,-  Rp 1.000.000,-
PPN/PPn BM

DIPUNGUT PPN/PPn BM : PPN/PPn BM TERUTANG


- PENYERAHAN OLEH BKN PKP DISETOR SENDIRI
- DENGAN PO/SPK OLEH PKP 58
Cintailah Negeri dengan
Membayar Pajak .....

www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai