Ketua Tim
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Guskarnali, S.T,.M.T
NIP. 198808212019031011
DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
kimia tanah yang rusak. Pemanfaatan akar wangi (Vetiveria zizanioides L) sebagai
fitoremediator logam berat mempunyai pengaruh yang baik, karena selain mampu
mengakumulasi logam berat pada jaringan tanaman juga mempunyai daya
penyesuaian yang luas serta mampu tumbuh di berbagai lokasi (Gurnita, 2017)
Pada penelitian berikutnya juga memanfaatkan tanaman akar wangi dalam
menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) efektifitas penyerapan
tanaman akar wangi dalam meremediasi logam berat seng (Zn) mencapai 69,68%
dan logam tembaga (Cu) mencapai 82,4% dalam detensi waktu selama 21 hari
(As’ad, 2014). Penelitian ini memiliki prospek untuk dikembangkan juga pada
bidang pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serai
wangi wangi (Cymbopogon nardus) yang lebih ramah lingkungan dan menuju
implementasi pertanian berkelanjutan, karena itu harapannya pada penelitian ini
jenis tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) dapat digunakan sebagai tanaman
2 penurunan logam berat dalam air menggunakan sistem hidroponik rakit apung
(floating roft system) sehingga dapat diaplikasikan pada air bekas kolong tambang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menertralkan air bekas kolong tambang yang mengandung
logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) yang tercemar akibat tambang illegal
menggunakan tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus)?
2. Bagaimana metode penanaman tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus)
hidroponik rakit apung yang tepat sebagai media penetral air ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kemampuan tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) dalam
menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) dalam air yang telah
tercemar di kolong bekas tambang timah.
2. Melakukan perancangan media tanam hidroponik rakit apung (Floating roft
system) menggunakan tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi terkait alternatif pengolahan air kolong bekas tambang
timah ilegal di Desa Berbura.
2. Memberikan informasi baru bahwa terdapat bahaya dari penggunaan air kolong
bekas tambang timah tanpa dilakukan penetralan pH dan logam beratnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suplai air dan nutrisi secara terus menerus sehingga lebih menghemat air dan nutrisi,
mempermudah perawatan karena tidak perlu penyiraman dan tidak membutuhkan.
Menurut Susilawati (2019), pengembangan hidroponik memiliki kelemahan yaitu
memerlukan kebersihan peralatan yang perlu dirawat secara intensif dan berkala.
Kelemahan hidroponik rakit apung terletak pada kebersihan alat apung. Alat apung
yang digunakan biasanya adalah styrofoam. Styrofoam bersifat mudah kotor dan
berlumut apabila berada di air secara terus menerus dan lumut yang menempel juga
sulit dibersihkan pada rakit apung. Hidroponik sistem DFT (Deep Flow Technique)
memiliki keunggulan pada perawatan, seperti mudah dibersihkan dan tanaman yang
dihasilkan terjamin kebersihannya. Akan tetapi untuk perancangan alat sendiri
memerlukan biaya yang cukup mahal karena banyaknya pipa PVC yang dibutuhkan
untuk perancangan. Hidroponik DFT juga harus membutuhkan daya listrik selama
24 jam untuk mempertahankan supaya air bisa tetap mengalir. Sirkulasi aliran air
yang terus menerus memerlukan biaya yang tidak sedikit (Ningrum et al., 2014).
Hidroponik sistem rakit apung dan hidroponik sistem DFT memiliki kelemahan
yaitu sulit dibersihkan dan banyak menggunakan pipa dalam perancangannya oleh
sebab itu, dibutuhkan modifikasi rancangan hidroponik sistem rakit apung
menggunakan pipa DFT untuk mengatasi kelemahan tersebut, yaitu dengan
menyusun pipa DFT yang dibelah dua. Modifikasi ini bertujuan untuk
mempermudah perawatan dan menghasilkan produksi tanaman yang optimal.
2.2.1 Peran Media Tanam Rockwool
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini, yaitu rockwool dan zeolit.
Menurut Wibowo (2015), media tanam yang tepat adalah dengan menggunakan
media tanam yang dapat mempertahankan kelembaban dalam waktu relatif lebih
lama. Media tanam yang terlalu lembab mengakibatkan akar tanaman rentan
terhadap serangan jamur, sedangkan media yang terlalu poros juga tidak baik untuk
tanaman karena kekurangan air bisa menyebabkan daun menguning dan keriput.
Rockwool dibuat dengan melelehkan kombinasi batu dan pasir dan kemudian
campuran diputar untuk membuat serat yang dibentuk menjadi berbagai bentuk dan
ukuran. Proses ini sangat mirip dengan membuat permen kapas. Bentuk bervariasi
dari 1"x1"x1" dimulai dengan bentuk kubus hingga 3"x12"x36" lempengan, dengan
berbagai ukuran lainnya. Rockwool merupakan salah satu media tanam yang paling
6
baik dan cocok untuk sayuran. Rockwool dapat menghindarkan dari kegagalan
semai akibat bakteri dan cendawan penyebab layu fusarium. Berdasarkan hasil
penelitian Saroh et al., (2016), bahwa pemakaian media tanam dalam penelitian
hidroponik sistem sumbu yang paling berpengaruh 12 terhadap pertumbuhan dan
hasil produksi adalah media tanam rockwool, sedangkan media tanam yang tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi adalah media tanam serbuk
gergaji kayu. Kelebihan rockwool sebagai media tanam adalah memiliki ruang pori
sebesar 95% dengan daya pegang air sebesar 80%. Sifat tersebut yang membuat
rockwool dapat digunakan sebagai media semai maupun media tanam.
2.2.2 Mekanisme Penyerapan dan Akumulasi Logam Berat Oleh Tanaman
Ada beberapa mekanisme penyerapan atau akumulasi logam berat oleh
tumbuhan atau tanaman dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1. Penyerapan oleh akar
tanaman Pada proses penyerapan polutan oleh tanaman, polutan-polutan diubah
dalam bentuk larutan tujuannya agar dapat diserap oleh akar tanaman. Senyawa-
senyawa yang dapat larut dalam air kemudian akan diserap oleh akar bersama
dengan air sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat hidroponik diserap oleh
permukaan tanaman itu sendiri. 2. Translokasi logam dari akar ke bagian tanaman
lain 5 Pada proses ini, setelah polutan menembus lapisan endodermis akar tanaman
kemudian diteruskan ke bagian atas tanaman melalui jaringan pengangkut (xilem
dan floem) ke bagian tanaman lainnya. 3. Lokalisasi logam pada sel dan jaringan
Pada proses ini tanaman berusaha untuk mencegah keracunan logam terhadap
selnya dengan cara menimbun logam di dalam satu organ tertentu seperti pada akar
bertujuan agar tidak menghambat proses metabolisme tanaman.
2.3 Morfologi Tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus)
Tanaman serai wangi merupakan tanaman dengan habitus terna perenial
yang tergolong suku rumput-rumputan. Tanaman serai wangi mampu tumbuh
sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm,
berwarna hijau muda, kasar dan memiliki aroma yang kuat. Serai wangi memiliki
akar yang besar dan merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek. Batang
serai wangi bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya
merupakan pelepah umbi pada pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada
juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan, nutrisi, kondisi kekeringan,
7
cahaya, suhu dan stres baik secara kimia maupun fisik.Umumnya dikenal lima jenis
fitohormon yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan ABA. Auksin merupakan
fitohormon yang tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan (growth and
development) suatu tanaman. Hal ini didukung dari penelitian Widiastoety (2014)
bahwa auksin berperan menstimulir pemanjangan dan pembesaran sel. Zat pengatur
tumbuh golongan auksin seperti NAA, IAA, IBA, dan 2,4-D berfungsi dalam
meningkatkan tekanan osmotik, permeabilitas sel, mengurangi tekanan pada
dinding sel, meningkatkan plastisitas dan mengembangkan dinding sel, serta
meningkatkan sintesis protein. Kombinasi auksin dengan sitokinin akan
menstimulir pembelahan sel dan memengaruhi lintasan diferensiasi. Menurut
Widiastoety (2014) auksin tidak berfungsi bila tidak berinteraksi dengan hormon
lainnya. Secara fisiologi hormon auksin berpengaruh terhadap pengembangan sel,
phototropisme, geotropisme, apical dominansi, pertumbuhan akar (root initiation,
parthenocarpy), absisi, pembentukan callus, dan respirasi. Ahli fisiologi
menyatakan bahwa, tumbuhan juga mengandung tiga jenis auxin lain yang
strukturnya mirip dengan IAA, yaitu:
a) Asam 4 kloroindolasetat (4-kloro IAA), ditemukan pada biji muda berbagai jenis
kacang-kacangan.
b) Asam fenilasetat (PAA), ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan.
c) Asam indolbutirat (IBA), ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis
tumbuhan.
8
BAB III
METODE RISET
Mulai
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
Inonu, ismed, 2014. Pengelolahan Lahan Tailing Timah di Pulau Bangka. Hasil
Penelitian yang Dilakukan Dengan Prospek Kedepan. Universitas
Negeri Bangka Belitung: Program Studi Agroteknologi-FPPB
Rasyati, et.al. 2018. Pengembangan Media Praktikum Hidroponik Rakit Apung
Dan Rasio Nutrisi Yang Berbeda Untuk Pertumbuhan Selada. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(12), 1–13.
Rohmat, Ruhiyat, 2014. Pengelolaan Sumberdaya Air. Sekolah Pascasarjana UPI.
Saroh, et.al 2016. Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Larutan Ab Mix Dengan
Konsentrasi Berbeda Pada Pertumbuhan Da Hasil Produksi Tanaman
Selada (Lactuca sativa L) Dengan Hidroponik Sistem Sumbu. Jurnal
Agrohita Vol. 1 No.1
Susilawati. 2019. Dasar Dasar Bertanam Secara Hidroponik. UPT.Penerbit dan
Percetakan.
Swastika, et.al. 2018. Buku Petunjuk Teknis Budidaya Sayuran Hidroponik
(Bertanam Tanpa Media Tanah). In Riau (ID): Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Wahyuni, H.dkk. 2013. Kandungan Logam Berat pada Air, Sedimen dan Plankton
di Daerah Penambangan Masyarakat Desa Batu Belubang Kabupaten
Bangka
Wibowo, Hendro. 2015. Panduan Lengkap Hidroponik. FlashBooks. Yogyakarta.
Widiastoety, D. 2014. Pengaruh auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhan
planlet anggrek Mokara. J. hort 24 (3) 230-238
Yusuf, Maulana. 2013. Model Pengembangan Kolong Terpadu Pasca
Penambangan Timah di Wilayah Bangka Belitung. Dalam Jurnal
Makalah Ilmiah Sriwijaya, Volume XVIII, No 11, April 2011. Halaman
669-681
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
pH Meter (buah) 1
6.000.000 6.000.000
TDS Meter (buah) 1 70.000 70.000
Corong (buah) 1 10.000 10.000
23
menyesuaikan
tanaman dan
beradaptasi pada
lingkungan baru
4 Rosinta Teknik Teknik 8-10 Melakukan
Yuliany Pertambangan persiapan untuk
Sitorus/ melakukan
1031911006 penanaman
tanaman serai
wangi
(Cymbopogon
nardus) dan
dilanjutkan untuk
melakukan
penanaman
tanaman
menggunakan
sistem hidroponik
dilahan bekas
tambang serta
melakukan proses
pemantauan
terhadap tanaman.
5 Nabila Teknik Teknik 8-10 Proses analisis
Putri/ Pertambangan data dan
1032211014 penyimpulan
hasil penelitian
dilaporan akhir
26
27