Anda di halaman 1dari 31

LEMBAR PENGESAHAN

FLOATING RAFT SYSTEM TANAMAN SERAI WANGI (CYMBOPOGON


NARDUS) DALAM MENETARLKAN AIR KOLONG BEKAS TAMBANG
TIMAH Di DESA BERBURA RIAU SILIP

Ketua Tim

Ifanza Zazide Araya


NIM.1031911031

Menyetujui
Dosen Pembimbing

Delita Ega Andini


NIDN.0012129102

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan

Guskarnali, S.T,.M.T
NIP. 198808212019031011
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... i


DAFTAR TABEL ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................... 2
1.5. Keutamaan dan Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan ................ 2
1.6. Temuan yang Ditargetkan.............................................................. 2
1.7. Luaran Penelitian.......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4
2.1. Kolong Bekas Tambang Timah ..................................................... 4
2.2. Pengertian Hidroponik Rakit Apung (Floating Raft System) .......... 6
2.2.1 Peran Media Tanam Rockwol .............................................. 10
2.2.2 Mekanisme Penyerapan dan Akumulasi Logam Berat Oleh
Tanaman .............................................................................. 10
2.2.3 Endapan Timah Primer ......................................................... 13
2.3 Morfologi Tanaman Serai Wangi................................................... 15
BAB III METODE RISET .............................................................................. 25
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ......................................................... 25
3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan ........................................................ 27
3.3 Variabel Riset ..................................................................................... 27
3.4 Tahapan Riset ..................................................................................... 28
3.5 Prosedur Riset .................................................................................... 28
3.3.1 Uji Kualitas Air ........................................................................ 28
3.3.2 Akllimatisasi............................................................................. 28
3.3.3 Penyiapan Tanaman Serai Wangi .............................................. 28
3.3.4 Penanaman Tanaman Serai Wangi ............................................ 29
3.3.5 Pemantauan Tanaman ............................................................... 30
3.6 Analisis Data ...................................................................................... 30
3.7 Penyimpulan Hasil Penelitian ............................................................. 31
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................................... 32
4.1. Anggaran Biaya .................................................................................. 32
4.2. Jadwal Kegiatan ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 49
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping....................... 10
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ................................................... 20
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas ........ 21
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksanaan ......................................... 23

i
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya.......................................................... 8


Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ....................................................... 8

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal sebagai daerah yang kaya
akan sumber daya alam dan juga menyimpan hasil bumi yang kaya. Kepulauan
Bangka Belitung terletak dekat Provinsi Sumatera Selatan, dikenal sebagai satu-
satunya penghasil timah di Indonesia, bahkan nama Bangka sendiri berasal dari
wangka yang artinya timah. Potensi timah sebagai logam mulia membuat
masyarakat banyak melakukan penambangan illegal yang akhirnya management
pelaksanaan perbaikan lingkungan atau reklamasi diabaikan sehingga banyaknya
kolong-kolong bekas tambang timah sehingga membentuk genangan air yang
memiliki pH rendah dan kandungan logam tinggi. Desa Berbura sebagai lokasi
penelitian merupakan desa yang terletak Kecamatan Riau Silip yang merupakan
daerah dengan potensi terdapat mineral timah sehingga banyak lokasi tambang
timah illegal dan legal yang dilakukan masyarakat maupun perusahaan di daerah
kecamatan tersebut. Hal ini menyebabkan banyaknya kolong tambang yang
terbengkalai dan yang lebih memprihatinkan masyarakat menggunakan air kolong
sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari seperti air cucian ataupun MCK
(Mandi Cuci Kakus).
Air kolong tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan seperti
penyakit kulit kutu air, kurap, dan dapat menimbulkan rusaknya jaringan
penglihatan, pendengaran, ginjal, hati, lambung, sel darah dan mengancurkan
susunan syaraf pusat (otak) hingga kematian yang dikarenakan pH yang rendah dan
kandungan logam yang tinggi apabila belum dilakukan pengolahan air, tetapi jika
ingin digunakan untuk keperluan air minum perlu diuji lebih lanjut di Dinas
Kesehatan Kota Pangkalpinang sesuai dengan baku mutu yang diterapkan oleh
Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang. Akar wangi merupakan salah satu (tanaman
perennial) yang berbentuk rumpun dengan memiliki perakaran yang rimbun serta
tumbuh lurus ke dalam tanah, termasuk golongan rumput (Poaceae) memiliki tinggi
0,5-1,5m. Tanaman ini tahan terhadap logam berat, salinitas dan dapat tumbuh pada
pH antara 3-11,5 sehingga dapat digunakan untuk memulihkan kondisi fisik dan
2

kimia tanah yang rusak. Pemanfaatan akar wangi (Vetiveria zizanioides L) sebagai
fitoremediator logam berat mempunyai pengaruh yang baik, karena selain mampu
mengakumulasi logam berat pada jaringan tanaman juga mempunyai daya
penyesuaian yang luas serta mampu tumbuh di berbagai lokasi (Gurnita, 2017)
Pada penelitian berikutnya juga memanfaatkan tanaman akar wangi dalam
menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) efektifitas penyerapan
tanaman akar wangi dalam meremediasi logam berat seng (Zn) mencapai 69,68%
dan logam tembaga (Cu) mencapai 82,4% dalam detensi waktu selama 21 hari
(As’ad, 2014). Penelitian ini memiliki prospek untuk dikembangkan juga pada
bidang pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serai
wangi wangi (Cymbopogon nardus) yang lebih ramah lingkungan dan menuju
implementasi pertanian berkelanjutan, karena itu harapannya pada penelitian ini
jenis tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) dapat digunakan sebagai tanaman
2 penurunan logam berat dalam air menggunakan sistem hidroponik rakit apung
(floating roft system) sehingga dapat diaplikasikan pada air bekas kolong tambang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menertralkan air bekas kolong tambang yang mengandung
logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) yang tercemar akibat tambang illegal
menggunakan tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus)?
2. Bagaimana metode penanaman tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus)
hidroponik rakit apung yang tepat sebagai media penetral air ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kemampuan tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) dalam
menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) dalam air yang telah
tercemar di kolong bekas tambang timah.
2. Melakukan perancangan media tanam hidroponik rakit apung (Floating roft
system) menggunakan tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi terkait alternatif pengolahan air kolong bekas tambang
timah ilegal di Desa Berbura.
2. Memberikan informasi baru bahwa terdapat bahaya dari penggunaan air kolong
bekas tambang timah tanpa dilakukan penetralan pH dan logam beratnya.
3

1.5 Keutamaan dan Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan


Aktivitas pertambangan di Desa Berbura Riau Silip selama ini tidak diolah
kembali untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang tidak ramah
lingkungan dalam penggunaan jangka panjang namun masyarakat setempat
mengelolahnya begitu bebas untuk keperluan sehari-hari seperti air cucian ataupun
MCK (Mandi Cuci Kakus) yang dapat menyebabkan air kolong tambang tersebut
dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan baik penyakit kulit maupun
masalah kesehatan didalam bagian tubuh maka, untuk menghindari hal tersebut
agar terhindar dari beberapa masalah penyakit dan mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yang tidak ramah lingkungan dalam penggunaan jangka
panjang peneliti melakukan penanaman tanaman serai wangi (Cymbopogon
nardus) dengan sistem penanaman hidroponik rakit apung (Floating roft system).
1.6 Temuan yang Ditargetkan
Temuan dalam penelitian ini yaitu tanaman serai wangi (Cymbopogon
nardus) dapat menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) dari air yang
telah tercemar di lahan bekas tambang timah.
1.7 Luaran Penelitian
Luaran penelitian ini adalah laporan kemajuan, laporan akhir, artikel ilmiah,
dan akun media sosial selain itu, luaran dari penelitian ini adalah sistem tanaman
serai wangi (Cymbopogon Nardus) dalam menetralkan air kolong bekas tambang
timah.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolong Bekas Tambang Timah


Lubang bekas penambangan timah yang menurut istilah di wilayah Bangka
Belitung disebut kolong. Kolong merupakan istilah Bangka untuk menyatakan
lubang bekas tambang timah dengan sistem tambang semprot (hydraulic mining)
(Yusuf, Maulana. 2013). Kolong pun dapat disebut sebagai lahan bekas
penambangan yang berbentuk semacam danau kecil dengan kedalaman mencapai
40 meter (Inonu, Ismed. 2014). Pernyataan tentang kolong tersebut menyimpulkan
bahwa kolong merupakan lubang bekas galian timah yang berbentuk seperti danau,
berisi air dan memiliki kedalaman rata-rata 4-5 meter, tetapi ada yang mencapai
hingga 40 meter. Untuk memanfaatkan kolong bekas tambang timah ini, harus
dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya
dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan
konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya
rusak air (Rohmat, D. dan Ruhiyat, D. 2014). Sebelum dimanfaatkan kembali, air
dalam kolong bekas tambang timah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan hasil penelitian Wahyuni menyampaikan pencemaran logam pada
penambangan timah merupakan logam yang terdapat di alam sehingga kemudian
mencemari perairan dalam proses penambangannya (Wahyuni,H,dkk.2013).
Kandungan logam yang tinggi dijumpai di air dan sedimen kolong atau danau bekas
tambang antara lain Fe, Al, Pb, Zu, Cd, Zn, Cu (Meyzilia, Arvina dan Darsiharjo
2017).
2.2 Pengertian Hidroponik Rakit Apung (floating raft system)
Hidroponik merupakan budidaya tanaman dengan menggunakan air atau
tanpa tanah (Swastika et al., 2018). Terdapat beragam jenis hidroponik yang dapat
diterapkan, salah satunya adalah hidroponik sistem (floating raft) dan hidroponik
sistem DFT (Deep Flow Technique). Hidroponik sistem rakit apung merupakan
salah satu teknik budidaya berupa tanaman diletakkan pada lubang alat apung yang
mengapung di permukaan larutan air dan nutrisi (Yunindanova et al., 2018).
Keunggulan hidroponik sistem rakit apung diantaranya tanaman mendapatkan
5

suplai air dan nutrisi secara terus menerus sehingga lebih menghemat air dan nutrisi,
mempermudah perawatan karena tidak perlu penyiraman dan tidak membutuhkan.
Menurut Susilawati (2019), pengembangan hidroponik memiliki kelemahan yaitu
memerlukan kebersihan peralatan yang perlu dirawat secara intensif dan berkala.
Kelemahan hidroponik rakit apung terletak pada kebersihan alat apung. Alat apung
yang digunakan biasanya adalah styrofoam. Styrofoam bersifat mudah kotor dan
berlumut apabila berada di air secara terus menerus dan lumut yang menempel juga
sulit dibersihkan pada rakit apung. Hidroponik sistem DFT (Deep Flow Technique)
memiliki keunggulan pada perawatan, seperti mudah dibersihkan dan tanaman yang
dihasilkan terjamin kebersihannya. Akan tetapi untuk perancangan alat sendiri
memerlukan biaya yang cukup mahal karena banyaknya pipa PVC yang dibutuhkan
untuk perancangan. Hidroponik DFT juga harus membutuhkan daya listrik selama
24 jam untuk mempertahankan supaya air bisa tetap mengalir. Sirkulasi aliran air
yang terus menerus memerlukan biaya yang tidak sedikit (Ningrum et al., 2014).
Hidroponik sistem rakit apung dan hidroponik sistem DFT memiliki kelemahan
yaitu sulit dibersihkan dan banyak menggunakan pipa dalam perancangannya oleh
sebab itu, dibutuhkan modifikasi rancangan hidroponik sistem rakit apung
menggunakan pipa DFT untuk mengatasi kelemahan tersebut, yaitu dengan
menyusun pipa DFT yang dibelah dua. Modifikasi ini bertujuan untuk
mempermudah perawatan dan menghasilkan produksi tanaman yang optimal.
2.2.1 Peran Media Tanam Rockwool
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini, yaitu rockwool dan zeolit.
Menurut Wibowo (2015), media tanam yang tepat adalah dengan menggunakan
media tanam yang dapat mempertahankan kelembaban dalam waktu relatif lebih
lama. Media tanam yang terlalu lembab mengakibatkan akar tanaman rentan
terhadap serangan jamur, sedangkan media yang terlalu poros juga tidak baik untuk
tanaman karena kekurangan air bisa menyebabkan daun menguning dan keriput.
Rockwool dibuat dengan melelehkan kombinasi batu dan pasir dan kemudian
campuran diputar untuk membuat serat yang dibentuk menjadi berbagai bentuk dan
ukuran. Proses ini sangat mirip dengan membuat permen kapas. Bentuk bervariasi
dari 1"x1"x1" dimulai dengan bentuk kubus hingga 3"x12"x36" lempengan, dengan
berbagai ukuran lainnya. Rockwool merupakan salah satu media tanam yang paling
6

baik dan cocok untuk sayuran. Rockwool dapat menghindarkan dari kegagalan
semai akibat bakteri dan cendawan penyebab layu fusarium. Berdasarkan hasil
penelitian Saroh et al., (2016), bahwa pemakaian media tanam dalam penelitian
hidroponik sistem sumbu yang paling berpengaruh 12 terhadap pertumbuhan dan
hasil produksi adalah media tanam rockwool, sedangkan media tanam yang tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi adalah media tanam serbuk
gergaji kayu. Kelebihan rockwool sebagai media tanam adalah memiliki ruang pori
sebesar 95% dengan daya pegang air sebesar 80%. Sifat tersebut yang membuat
rockwool dapat digunakan sebagai media semai maupun media tanam.
2.2.2 Mekanisme Penyerapan dan Akumulasi Logam Berat Oleh Tanaman
Ada beberapa mekanisme penyerapan atau akumulasi logam berat oleh
tumbuhan atau tanaman dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1. Penyerapan oleh akar
tanaman Pada proses penyerapan polutan oleh tanaman, polutan-polutan diubah
dalam bentuk larutan tujuannya agar dapat diserap oleh akar tanaman. Senyawa-
senyawa yang dapat larut dalam air kemudian akan diserap oleh akar bersama
dengan air sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat hidroponik diserap oleh
permukaan tanaman itu sendiri. 2. Translokasi logam dari akar ke bagian tanaman
lain 5 Pada proses ini, setelah polutan menembus lapisan endodermis akar tanaman
kemudian diteruskan ke bagian atas tanaman melalui jaringan pengangkut (xilem
dan floem) ke bagian tanaman lainnya. 3. Lokalisasi logam pada sel dan jaringan
Pada proses ini tanaman berusaha untuk mencegah keracunan logam terhadap
selnya dengan cara menimbun logam di dalam satu organ tertentu seperti pada akar
bertujuan agar tidak menghambat proses metabolisme tanaman.
2.3 Morfologi Tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus)
Tanaman serai wangi merupakan tanaman dengan habitus terna perenial
yang tergolong suku rumput-rumputan. Tanaman serai wangi mampu tumbuh
sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm,
berwarna hijau muda, kasar dan memiliki aroma yang kuat. Serai wangi memiliki
akar yang besar dan merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek. Batang
serai wangi bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya
merupakan pelepah umbi pada pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada
juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan, nutrisi, kondisi kekeringan,
7

cahaya, suhu dan stres baik secara kimia maupun fisik.Umumnya dikenal lima jenis
fitohormon yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan ABA. Auksin merupakan
fitohormon yang tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan (growth and
development) suatu tanaman. Hal ini didukung dari penelitian Widiastoety (2014)
bahwa auksin berperan menstimulir pemanjangan dan pembesaran sel. Zat pengatur
tumbuh golongan auksin seperti NAA, IAA, IBA, dan 2,4-D berfungsi dalam
meningkatkan tekanan osmotik, permeabilitas sel, mengurangi tekanan pada
dinding sel, meningkatkan plastisitas dan mengembangkan dinding sel, serta
meningkatkan sintesis protein. Kombinasi auksin dengan sitokinin akan
menstimulir pembelahan sel dan memengaruhi lintasan diferensiasi. Menurut
Widiastoety (2014) auksin tidak berfungsi bila tidak berinteraksi dengan hormon
lainnya. Secara fisiologi hormon auksin berpengaruh terhadap pengembangan sel,
phototropisme, geotropisme, apical dominansi, pertumbuhan akar (root initiation,
parthenocarpy), absisi, pembentukan callus, dan respirasi. Ahli fisiologi
menyatakan bahwa, tumbuhan juga mengandung tiga jenis auxin lain yang
strukturnya mirip dengan IAA, yaitu:
a) Asam 4 kloroindolasetat (4-kloro IAA), ditemukan pada biji muda berbagai jenis
kacang-kacangan.
b) Asam fenilasetat (PAA), ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan.
c) Asam indolbutirat (IBA), ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis
tumbuhan.
8

BAB III
METODE RISET

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini akan dilaksanakan secara luring di Desa Berbura yang terletak
Kecamatan Riau Silip. Proses penelitian ini diperlukan waktu selama 4 bulan.
3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini berupa Tds meter,
pH meter, ember, cangkul, styrofoam, bambu, tali, pemberat, gergaji, meteran,
sarung tangan, gunting sedangkan bahan yang akan digunakan berupa, bibit serai
wangi atau (Cymbopogon nardus), arang, ijuk dan lain-lain.
3.3 Variabel Riset
Variabel yang digunakan dalam riset ini meliputi variabel kualitatif dan
kuantitatif. Variabel kualitatif adalah karakteristik tanaman serai wangi
(Cymbopogon nardus) dan kualitas air, panjang akar, tinggi bibit, persentase
tumbuh, berat kering akar, berat kering tajuk, dan rasio tajuk/akar bibit. Variabel
kualitatif meliputi kelompok gram positif atau negatif.
3.4 Tahapan Riset
Penelitian ini dilakukan melalui 7 (tujuh) tahap yaitu tahapan uji kualitas air
meliputi logam seng (Zn), tembaga (Cu) di laboratorium DLHK serta menggunakan
TDS meter dan pH meter untuk mengetahui kualitas pH dan TDS air sebelum
penanaman, tahapan penyiapan bibit tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus),
tahapan aklimatisasi yaitu proses penyesuaian bibit terhadap lingkungan air yang
digunakan sebagai media tanam, tahapan penanaman serai wangi (Cymbopogon
nardus) dan tahapan pemantauan meliputi laju pertumbuhan tanaman dan kualitas
air berupa pH, TDS, seng (Zn) dan tembaga (Cu) setelah penanaman serai wangi
(Cymbopogon nardus). Variabel yang digunakan dalam riset ini meliputi variabel
kualitatif dan kuantitatif, tahap analisis data serta tahap penyimpulan hasil
penelitian.
9

3.5 Prosedur Riset

Mulai

Uji Kualitas Air

Proses Aklimatisasi Penanaman


Persiapan Serai Wangi
Media Tanam
Pemantauan
Tanaman

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

3.5.1 Uji Kualitas Air


Pengujian kualitas air dilakukan pada lokasi kolong yang akan dilakukan
penanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) dengan mengambil sampel air dari
kolong menggunakan alat water sampler kemudian air tersebut dimasukkan
kedalam wadah berupa botol yang telah dicuci dengan air aquades, dan mengukur
suhu ruangan serta melakukan pengujian menggunakan pH meter dan TDS meter
dengan waktu 2 menit hingga muncul nilai pH air yang ditampilkan pada alat dan
mencatat hasil derajat keasaman pH.
3.5.2 Aklimatisasi
Pada proses aklimatisasi, tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus)
dibersihkan terlebih dahulu menggunakan air mengalir agar kotoran-kotoran yang
berada pada bibit tanaman akan hilang. Proses aklimatisasi tanaman dilakukan
selama 7 hari dengan menggunakan sistem hidroponik rakit apung yang dilakukan
pada penelitian ini yang bertujuan untuk menyesuaikan tanaman dan beradaptasi
pada lingkungan baru.
10

3.5.3 Penyiapan Tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus)


Persiapan tanaman dilakukan dengan menyiapkan tanaman Serai wangi
(Cymbopogon nardus) sebanyak yang diperlukan. Dalam penggunaan tanaman
Serai wangi (Cymbopogon nardus), dilakukan untuk pemilihan tanaman yang
dipilih berdasarkan perkiraan umur yang sama melalui ciri morfologi tanaman
seperti jumlah rumpun, tinggi tanaman dan panjang akar tanaman.
3.5.4 Penanaman Tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus)
Tanaman serai wangi yang sudah di aklimatisasi selama 1 minggu ditanam
pada media tanam selama 21 hari dengan tanah yang sudah direkayasa tercemar
logam Al dengan jumlah media tanam 3 kg tanah.
3.5.5 Pemantauan tanaman
Pemantauan tanaman dilakukan satu kali dalam 7 hari agar dapat mengetahui
kondisi perkembangan tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus) dengan sistem
hidroponik rakit apung.
3.6 Analisis Data
Data dari hasil penelitian dilakukan pengujian kualitas air terlebih dahulu
menggunakan pH meter dan uji laboratorium hasil yang didapat akan dilanjutkan
penanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) menggunakan sistem hidroponik
rakit apung hasil yang didapat dari penelitian akan dibuat bentuk laporan akhir yang
disajikan secara deskriptif.
3.7 Cara Penafsiran
Data disajikan dalam bentuk gambar, tabel dan grafik. Hasil penanaman sistem
hidroponik serai wangi disajikan melalui gambar dan tabel.
3.8 Penyimpulan Hasil Penelitian
Terdapat pencemaran air di Desa Berbura dari lahan bekas tambang dan
dilakukan penanaman tanaman serai wangi (Cymbopogon citratus) untuk
mengendalikan pencemaran lingkungan disajikan secara rinci dan jelas pada hasil
laporan akhir.
11

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya
Jenis Pengeluaran Besaran Dana (Rp)
Bahan Habis Pakai 11.027.000
Peralatan Penunjang 11.340.000
Biaya Perjalanan 2.280.000
Lain – lain 2.644.000
Jumlah 27.291.000

4.1 Jadwal Kegiatan


Tabel 4.1. Ringkasan Anggaran Biaya
No Jenis Kegiatan Bulan Penanggungjawab
1 2 3 4
1. Pengambilan sampel Ifanza Zazide Araya
2. Pengujian Kualitas Air Rahmad Nurshaidin
3. Aklimatisasi David Sinuraya
4. Penyiapan Media tanam David Sinuraya
Penanaman Tanaman Rosinta Sitorus
5.
Seraiwangi
6. Pemantauan Tanaman Rosinta Sitorus
7. Analisis Data Nabila Putri
Penyimpulan Hasil Ifanza Zazide Araya
8.
Penelitian
9. Dokumentasi Nabila Putri
12

DAFTAR PUSTAKA

Inonu, ismed, 2014. Pengelolahan Lahan Tailing Timah di Pulau Bangka. Hasil
Penelitian yang Dilakukan Dengan Prospek Kedepan. Universitas
Negeri Bangka Belitung: Program Studi Agroteknologi-FPPB
Rasyati, et.al. 2018. Pengembangan Media Praktikum Hidroponik Rakit Apung
Dan Rasio Nutrisi Yang Berbeda Untuk Pertumbuhan Selada. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(12), 1–13.
Rohmat, Ruhiyat, 2014. Pengelolaan Sumberdaya Air. Sekolah Pascasarjana UPI.
Saroh, et.al 2016. Pengaruh Jenis Media Tanam Dan Larutan Ab Mix Dengan
Konsentrasi Berbeda Pada Pertumbuhan Da Hasil Produksi Tanaman
Selada (Lactuca sativa L) Dengan Hidroponik Sistem Sumbu. Jurnal
Agrohita Vol. 1 No.1
Susilawati. 2019. Dasar Dasar Bertanam Secara Hidroponik. UPT.Penerbit dan
Percetakan.
Swastika, et.al. 2018. Buku Petunjuk Teknis Budidaya Sayuran Hidroponik
(Bertanam Tanpa Media Tanah). In Riau (ID): Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Wahyuni, H.dkk. 2013. Kandungan Logam Berat pada Air, Sedimen dan Plankton
di Daerah Penambangan Masyarakat Desa Batu Belubang Kabupaten
Bangka
Wibowo, Hendro. 2015. Panduan Lengkap Hidroponik. FlashBooks. Yogyakarta.
Widiastoety, D. 2014. Pengaruh auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhan
planlet anggrek Mokara. J. hort 24 (3) 230-238
Yusuf, Maulana. 2013. Model Pengembangan Kolong Terpadu Pasca
Penambangan Timah di Wilayah Bangka Belitung. Dalam Jurnal
Makalah Ilmiah Sriwijaya, Volume XVIII, No 11, April 2011. Halaman
669-681
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
1 Bahan Habis Pakai
Bibit Tanaman Serai
300 3.000 900.000
wangi (batang)
Pupuk Semai (pcs) 5 20.000 100.000
Gunting (pcs) 1 42.000 42.000
Styrofoam (buah) 10 25.000 250.000
Aquades (liter) 10 9.000 90.000
Kawat (meter) 10 5.000 50.000
Kayu List (batang) 10 25.000 250.000
Paku 2 inch (kg) 2 25.000 50.000
Sarung Tangan (set) 5 10.000 50.000
Cup (pcs) 300 500.00 150.000
Alat Tulis Kantor (ATK) 1 115.000 115.000
Rockwool (m) 3 100.000 300.000
Nutrisi AB Mix (kg) 2 90.000 180.000
Baja Ringan uk
20 85.000 1.700.000
0,75mm/6m (batang)
Baja Ringan uk
6 40.000 240.000
0,40mm/6m (batang)
Baut Sekrup uk 10*16
1 70.000 70.000
(kotak)
Atap Solar Flat 1,2mm
14 175.000 2.450.000
(meter)
Kran Air 1/2 inch 3 30.000 90.000
Panel surya (Set) 1 400.000 400.000
Paralon 4 inch 4 400.000 1.600.000
Spanduk 1x3 (m) 1 200.000 200.000
Stiker (m) 1 100.000 100.000
Rompi Lapangan (Pcs) 6 200.000 1.200.000
Tali tampar plastik 4
1 90.000 90.000
(mm)
SUB TOTAL 10.667,000
2 Peralatan Penunjang

pH Meter (buah) 1
6.000.000 6.000.000
TDS Meter (buah) 1 70.000 70.000
Corong (buah) 1 10.000 10.000
23

Sewa/jasa tukang bagunan


4 200.000 800.000
(harian)
Sepatu Boots (pasang) 5 110.000 550.000
Derigen 5 L (buah) 5 12.000 60.000
Jasa Editor Sosial Media
4 500.000 2.000.000
(Bulan)
Sewa Drone (Set) 1 1.200.00 1.200.000
Jasa Disain Alat
1 500.000 500.000
Hidroponik (set)
Ember (buah) 5 30.000 150.000
SUB TOTAL 11.340.000
3 Perjalanan
Ke lokasi Lahan Bekas
Tambang Pengambilan 4 380.000 1.520.000
Sampel/kali
Ke lokasi DLHK
2 380.000 760.000
Pengecekan Sampel/kali
SUB TOTAL 2.280.000
4 Lain-lain
Uji Laboratorium pH,
TSS, TDS, COD, Fe, Pb 2 Sampel 372.000 744.000
di DLHK
Biaya Promosi Media
Sosial "Instagram, Tiktok, 1 bulan 500.000 500.000
Youtube, Facebook"
Sewa Mess 1 Bulan 2 Kamar 500.000 1.000.000
Paket Internet Unlimited 4 Bulan 100.000 400.000
SUB TOTAL 2.644.000
GRAND TOTAL 26.931.000
GRAND TOTAL (Dua Puluh Enam Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Satu Ribu
Rupiah)
24

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas


No Nama/NIM Program Bidang Alokasi Uraian Tugas
Studi Ilmu waktu
(jam/
minggu)
1 Ifanza Teknik Teknik 8-10 Mempersiapkan
Zazide Pertambangan dan Melakukan
Araya/ pengambilan
1031911031 sampel dilokasi
hasil bekas lahan
tambang.
2 Rahmad Teknik Teknik 8-10 Melakukan
Nurshaidin/ Pertambangan pengujian sampel
1031911005 air menggunakan
pH meter dan
dilanjutkan
analisis ke
Laboratorium
Dinas
Lingkungan
Hidup

3 David Teknik Teknik 8-10 Melakukan proses


Christa Pertambangan aklimatisasi,
Sinuraya/ tanaman Serai
1031911003 wangi
dibersihkan
terlebih dahulu
menggunakan air
mengalir agar
kotoran-kotoran
yang berada pada
bibit tanaman
akan hilang.
Proses
aklimatisasi
tanaman
dilakukan selama
7 hari dengan
menggunakan
tanah rekayasa
yang digunakan
pada penelitian
yang bertujuan
untuk
25

menyesuaikan
tanaman dan
beradaptasi pada
lingkungan baru
4 Rosinta Teknik Teknik 8-10 Melakukan
Yuliany Pertambangan persiapan untuk
Sitorus/ melakukan
1031911006 penanaman
tanaman serai
wangi
(Cymbopogon
nardus) dan
dilanjutkan untuk
melakukan
penanaman
tanaman
menggunakan
sistem hidroponik
dilahan bekas
tambang serta
melakukan proses
pemantauan
terhadap tanaman.
5 Nabila Teknik Teknik 8-10 Proses analisis
Putri/ Pertambangan data dan
1032211014 penyimpulan
hasil penelitian
dilaporan akhir
26
27

Anda mungkin juga menyukai