net/publication/324684956
CITATIONS READS
0 1,031
1 author:
Ardiansyah Kurniawan
Bangka Belitung University
57 PUBLICATIONS 35 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENDEGRADASI SELULOSA ASAL EKOSISTEM MANGROVE TUKAK SADAI, BANGKA SELATAN View
project
All content following this page was uploaded by Ardiansyah Kurniawan on 22 April 2018.
i
PENGANTAR BUDIDAYA IKAN MEMANFAATKAN
LAHAN BASAH PASCA TAMBANG TIMAH
Redaksi :
Jl. Merdeka No. 04 Pangkalpinang
Telp. 0717-422965, 422145 Fax. 0717-421303
ii
PRAKATA
Penulis
iv
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ......................................................................... 1
2. Penambangan Timah ........................................................... 5
Penambangan Timah di Indonesia .......................................... 5
Dampak Negatif Penambangan Timah .................................... 8
Ringkasan .............................................................................. 16
3. Air untuk Budidaya Ikan ..................................................... 17
Sumber Air ............................................................................. 17
Air Tanah ........................................................................ 18
Air Permukaan ................................................................ 19
Kualitas Air ............................................................................ 21
Faktor Fisik ..................................................................... 22
Faktor Kimia ................................................................... 29
Faktor Biologi ................................................................. 37
Ringkasan .............................................................................. 40
4. Karakteristik Lahan Basah Pasca Penambangan Timah ... 41
Pembagian Kolong Pasca Penambangan Timah ...................... 18
Kondisi Perairan kolong ......................................................... 20
Unsur Hara ......................................................................... 43
Kualitas air Kolong ............................................................ 46
Struktur Komunitas Fitoplankton pada Kolong ................... 51
v
Tumbuhan pada Lingkungan Kolong ................................. 51
Sifat Tanah ........................................................................ 52
Ringkasan .............................................................................. 54
5. Wadah Budidaya Ikan ......................................................... 55
Sistem Budidaya Ikan ............................................................ 55
Sistem Budidaya Terbuka .................................................. 56
Sistem Budidaya Semi Tertutup ......................................... 60
Sistem Budidaya Tertutup .................................................. 63
Sistem Budidaya pada Kolong ................................................ 65
Ringkasan .............................................................................. 79
6. Manajemen Budidaya Ikan pada Lahan Basah
Pasca Tambang Timah ....................................................... 81
Manajemen Pemberian Pakan ................................................. 82
Metode Pemberian Pakan untuk Budidaya Ikan di Kolong .. 88
Manajemen Kualitas Air ........................................................ 90
Manajemen Usaha ................................................................... 94
Ringkasan .............................................................................. 97
vi
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
1 Pendahuluan
4
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
2 Penambangan Timah
Penambangan mineral memberikan efek pada dua sisi yang
bertentangan. Di satu sisi, pertambangan memberikan manfaat
ekonomi bagi Negara dan masyarakat, namun di sisi lain seringkali
memberikan kerusakan lingkungan.
6
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
7
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
9
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
10
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
12
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
14
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
15
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
RINGKASAN
Ketergantungan terhadap hasil tambang juga memberikan potensi
masalah sosial dan ekonomi. Hal ini telah terjadi di Singkep dimana
pada tahun 1992, PT.Timah sebagai pengelola penambangan timah
di pulau Singkep menghentikan operasinya akibat cadangan timah
yang dinilai tidak ekonomis lagi. Masyarakat pulau Singkep yang
terlanjur tergantung pada penambangan timah kehilangan pekerjaan.
Masalah sosial muncul dengan minimnya peluang pekerjaan dan
perekonomiaan merosot.
Wilayah utama pertambangan timah di Indonesia adalah pulau
Bangka dan Belitung di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
disamping pulau Singkep dan Bengkinang pada masa lampau.
Sebanyak lebih dari 400.000 hektar daratan pulau Bangka dan
Belitung merupakan luas kuasa penambangan timah.
Dampak negatif terjadi akibat kegiatan penambangan timah antara
lain mengubah bentuk bentang alam, merusak dan menghilangkan
vegetasi, menghasilkan limbah tailing maupun overburden, serta
menguras air tanah dan air permukaan. Jika tidak direhabilitasi,
lahan-lahan bekas penambangan membentuk kubangan raksasa
(kolong), dan hamparan tanah yang bersifat masam.
Kolam atau danau bekas penambangan (dikenal dengan sebutan
kolong) adalah perairan atau badan air yang terbentuk dari lahan
bekas penambangan bahan galian. Lahan bekas pertambangan di
daratan berbentuk lubang atau cekungan-cekungan di permukaan
tanah yang kemudian diisi limpasan air permukaan (air
hujan,sungai, laut) sehingga menyerupai kolam atau danau besar.
.
16
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
SUMBER AIR
Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran
air di bumi yang dikenal sebagai siklus hidrologi. Siklus ini berawal
dari sistem energi matahari yang merupakan energi yang berperan
cukup penting bagi siklus hidrologi memancarkan energinya
sehingga air yang berasal dari danau, rawa, sungai maupun dari laut
secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang naik ke
atmosfer. Angin akan mengangkut uap air pada jarak yang sangat
jauh dan akan berkumpul membentuk awan, setelah mengalami
jenuh akan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran air yang
jatuh ke permukaan bumi juga disebut dengan hujan. Turunnya
hujan ke bumi ini mengakhiri siklus hidrologi dan akan dimulai
dengan siklus yang baru.
Air tanah dapat kita dibagi menjadi dua, yakni air tanah
preatis dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang
letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan
18
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Air Permukaan
Air permukaan merupakan bagian air terbesar di dunia. Air
permukaan didapati pada sungai, danau, rawa dan laut. Air
permukaan dibedakan menjadi zona lentik dan zona lotik. Yang
membedakan keduanya adalah arus, hubungan tanah dan air serta
tekanan oksigen. Zona lentik adalah wilayah air tergenang yaitu
danau, rawa, waduk, kolong dan lainnya. Zona lotik merupakan
perairan yang mengalir seperti mata air dan sungai. Perbedaan yang
terjadi pada zona lentik dan lotik menyebabkan munculnya habitat
yang berbeda seperti pada Gambar 3.1. Kolong merupakan zona
lentik yang spesifik dimana kolong merupakan danau dengan
bermacam ukuran dengan segala akibat dari proses penambangan.
19
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
20
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
KUALITAS AIR
Dalam upaya pembudidayaan ikan secara optimal, maka
kualitas air pada sistem budidaya ikan diupayakan dapat sesuai
dengan nilai optimal parameter kualitas air yang dibutuhkan olah
komoditi yang dibudidayakan. Kesehatan ikan yang dibudidayakan
dapat dipengaruhi oleh kualitas air lingkungan budidaya ikan.
Kesuksesan pemanfaatan kolong sebagai perairan budidaya ikan
tergantung manajemen lingkungan budidaya yang sehat dan
produktifitas pakan alami di kolong.
Parameter kualitas air budidaya ikan yang perlu dipantau
antara lain suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman air, oksigen
terlarut, pH, alkalinitas, bahan organik, dan plankton. Parameter
kualitas air dapat dikelompokkan manjadi parameter fisik, kimia dan
biologi. Parameter kualitas air secara umum untuk budidaya perairan
terdapat pada Tabel 3.2.
FAKTOR FISIK
Kedalaman Air
Kedalaman air pada wadah budidaya khususnya sistem semi
tertutup memiliki pengaruh dalam meminimalkan fluktuasi dan
stratifikasi. Kedalaman air ideal untuk budidaya ikan adalah berkisar
anatara 1 – 2 meter, dimana pada kedalaman ini cahaya matahari
mampu masuk hingga mendekati dasar dan baik untuk produktivitas
perairan. Jika kedalaman terlalu rendah, maka terjadi fluktuasi suhu
yang besar antara siang hari dan malam hari. Suhu yang terlalu
tinggi pada siang hari membahayakan bagi ikan. Sementara kolam
yang terlalu dalam menimbulkan stratifikasi suhu, cahaya dan
produktifitas perairan.
Kedalaman air juga memperhitungkan jenis komoditas yang
dibudidayakan. Ikan gurami yang cenderung membutuhkan badan
air yang tinggi dan luas, maka kedalaman air budidayanya juga lebih
dalam. Sementara ikan lele yang mampu hidup dengan perairan
yang dangkal maka kedalaman air 50 – 60 cm telah mencukupi
untuk proses budidaya ikan.
Pengukuran kedalaman air dapat dilakukan menggunakan
tongkat berskala, sehingga ketika ujung tongkat menyentuh dasar
perairan maka kedalaman air dapat diketahui dengan membaca skala
pada tongkat tepat pada permukaan air.
Suhu
Suhu memiliki peran penting pada hewan akuatik, karena
sifat hewan akuatik yang poikilothermal. Perubahan suhu dapat
memberikan pengaruh pada kelarutan oksigen dan proses fisiologis
meliputi tingkat respirasi, efisiensi pakan, pertumbuhan, tingkah
laku dan reproduksi. Semakin tinggi suhu suatu perairan dapat
22
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
23
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
24
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Kecerahan
Parameter kualitas air pencerahan merupakan parameter
untuk mengukur kemampuan penetrasi cahaya matahari ke dalam
suatu perairan. Telah dikatahui bahwa cahaya matahari memiliki
peran penting dalam penyediaan oksigen dalam perairan umum
dimana cahaya matahari digunakan untuk proses fotosintesis.
Nilai kecerahan dapat diukur dengan lempeng secchi disk,
untuk menentukan titik terdalam penetrasi cahaya ke dalam suatu
perairan. Nilai kecerahan dipengaruhi oleh partikel-partikel
tersuspensi dalam perairan baik partikel organik maupun non
organik. Kecerahan suatu perairan tergambar pada Gambar 3.2.
Nilai kecerahan optimum adalah pada 25 – 30 cm, dimana
kekeruhan terjadi akibat plankton dan flok bakteri bukan partikel
non organik tersuspensi seperti tanah. Kekeruhan akibat plankton,
flok bakteri dan tanah tersuspensi dapat dibedakan dari warna
perairan. Semakin padat kandungan plankton suatu perairan maka
semakin rendah tingkat kecerahannya.
25
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
26
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Warna Air
Perairan memiliki warna akibat keberadaan fitoplankton,
zooplankton, partikel tanah, partikel organik dan ion logam. Perairan
yang digunakan untuk budidaya ikan atau udang sebaiknya
berwarna kehijauan atau kebiruan. Warna kuning atau keeamasan
dapat terjadi akibat perkembangan diatom yang besar. Kondisi air
sedemikian merupakan air terbaik untuk budidaya udang. Perairan
yang kehijauan merupakan perairan dengan pertumbuhan lebih besar
pada fitoplankton, kecoklatan mengindikasikan pertumbuhan
zooplankton dan coklat mengindikasikan kelebihan partikel tanah
tersuspensi.
Perairan yang kurang baik untuk budidaya adalah air yang
berwarna hitam, hitam kehijauan, coklat tua dan merah. Warna-
warna tersebut mengindikasikan berlebihnya pertumbuhan
27
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
28
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
FAKTOR KIMIA
Salinitas
Salinitas merupakan suatu ukuran konsentrasi ion-ion yang
terlarut dalam air yang diekspresikan dalam gram per liter (g/L) atau
part per thousand (ppt). Unsur utama pembentuk salinitas adalah
sodium (Na+) dan klorida (Cl-). Diluar kedua unsur tersebut juga
terdapat ion magnesium (Mg2+), kalsium (Ca2+), potassium (K+),
sulfat (SO4-) dan bikarbonat (HCO3) yang memberi pengaruh pada
nilai salinitas. Sehingga salinitas dapat dikatakan sebagai tingkat
keasinan atau kadar NaCl suatu perairan.
Perairan dapat dibagi berdasarkan salinitasnya menjadi
perairan tawar pada salinitas 0 - 4 ppt, perairan payau pada salinitas
5 – 30 ppt dan perairan laut pada salinitas lebih dari 31 ppt.
Umumnya perairan laut memiliki salinitas berkisar antara 30 – 37
ppt. Parameter salinitas suatu perairan dipengaruhi oleh curah hujan
dan tingkat evaporasi.
Komoditi budidaya ikan memiliki kemampuan beradaptasi
dengan salinitas berbeda-beda. Sebagian jenis ikan seperti bandeng
dan nila memiliki toleransi salinitas yang lebar atau disebut dengan
euryhaline. Sementara sebagian lainnya disebut stenohaline dimana
komoditi ikan tersebut memiliki toleransi salinitas yang kecil.
29
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
pH
pH merupakan konsentrasi ion hydrogen dimana memiliki
range nilai antara 0 hingga 14. pH optimal untuk pertumbuhan ikan
antara 6,5 – 8. pH dibawah 5 dan diatas 10 menjadi batas kematian
ikan dan udang. pH dibawah 6,5 dan diatas 8,5 berpengaruh pada
reduksi pertumbuhan ikan. Perbedaan pH dari pagi hari hingga
malam hari sebaiknya tidak lebih dari 0,5. Ketika pH meningkat,
amoniak dan nitrit akan menjadi racun, namun jika pH menurun
maka unsur H dan S menjadi lebih bersifat racun.
30
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
31
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
32
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau
sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand)
merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air.
Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan
air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut
memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah,
dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung
biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air
untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya
oksigen dalam air.
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam
menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang
lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida
dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat
pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan
oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam
proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air,
mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam
air. Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut adalah:
33
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
34
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
35
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Amonia
Amonia di perairan dapat berasal dari proses dekomposisi
bahan organik yang banyak mengandung senyawa nitrogen (protein)
oleh mikroba (amonifikasi), ekskresi organisme, reduksi bakteri oleh
bakteri dan pemupukan. Setiap amonia yang terbebas ke suatu
lingkungan akan membentuk reaksi kesetimbangan dengan ion
amonium.
Amonia merupakan gas buangan terlarut hasil metabolisme
ikan oleh perombakan protein, baik dengan ikan sendiri yang berupa
kotoran (feces dan urin) maupun dari sisa pakan. Kelarutan amoniak
sangat besar dan merupakan kompetitor kuat dalam ikatannya ke
darah dengan O2. substansi inipun sangat beracun, terutama pada
pH tinggi.
36
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
FAKTOR BIOLOGI
Sifat biologi air yang banyak berperan dan perlu
diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya ikan air tawar adalah
produktivitas primer, yakni produktivitas plankton, perifiton dan
bentos. Produktivitas primer sangat besar peranannya di dalam
pembenihan ikan air tawar, karena berfungsi sebagai pakan alami
37
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
serta penyedia oksigen terlarut dalam air bagi ikan untuk bernafas
(respirasi).
Plankton merupakan jasad-jasad renik yang melayang di
dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti
arus. Plankton dibagi menjadi fitoplankton (plankton nabati) dan
zooplankton (plankton hewani).
Berdasarkan ukurannya plankton terbagi atas makroplankton
ukuran 200 – 2000 μ, mikroplankton ukuran 20 - 200μ,
nannoplankton ukuran 2–20 μ dan ultra nannoplankton ukuran < 2
μ. Untuk mengambil plankton dari perairan dapat menggunakan
planktonet dengan berbagai ukuran sesuai jenis plankton yang ingin
di ambil.
Fitoplankton mempunyai klorofil (zat hijau daun) yang dapat
membuat makanan sendiri dengan mengubah bahan anorganik
menjadi bahan organik melalui proses fotosintesa. Fitoplankton
hidup pada lapisan perairan yang masih terdapat sinar matahari
sampai pada suatu lapisan perairan yang disebut garis kompensasi
(Compensation line).
Zooplankton umumnya bersifat fototaksis negatif (menjauhi
sinar matahari) sehingga dapat hidup di lapisan perairan yang tidak
terjangkau sinar matahari. Zooplankton merupakan konsumen
primer atau kelompok yang memakan fitoplankton. Dengan sifatnya
yang fototaksis, zooplankton akan banyak terdapat di dasar perairan
pada siang hari dan akan naik kepermukaan perairan pada malam
hari atau pagi hari.
Baik fitoplankton maupun zooplankton merupakan pakan
alami ikan. Keperluan pakan alami bagi pembenihan ikan air tawar
sangat penting karena larva ikan sangat menyukai pakan tersebut,
mempunyai kandungan protein yang tinggi untuk pertumbuhan larva
dan sesuai bukaan mulut larva. Dalam kemudahan pengambilan
38
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
39
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
RINGKASAN
Air sebagai media hidup komoditi perikanan di wadah budidaya
dapat dibedakan menjadi 2 sumber utama yaitu dari air
permukaan dan air tanah. Air permukaan yaitu air hujan yang
mengalami limpasan atau berakumulasi sementara ditempat-
tempat rendah misalnya air sungai, waduk, danau dan rawa.
Sedangkan air tanah yaitu air hujan yang mengendap atau air
yang berada di bawah permukaan tanah.
Parameter-parameter kualitas air budidaya ikan yang perlu
dipantau antara lain suhu, salinitas, kecerahan, kedalaman air,
oksigen terlarut, pH, alkalinitas, bahan organik dan plankton.
Nilai optimum kualitas air untuk budidaya ikan adalah
kedalaman air antara 1 – 2 meter, suhu antara 29 – 30C untuk
perairan tropis, kecerahan pada 25 – 30 cm, salinitas perairan
tawar pada 0 - 4 ppt, perairan payau pada salinitas 5 – 30 ppt dan
perairan laut pada salinitas lebih dari 31 ppt, pH antara 6,5 – 9
dan oksigen terlarut > 5 ppm.
40
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
41
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
42
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
43
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Tabel 4.1. Kandungan unsur hara Fe, Nitrogen dan Pospor pada
kolong di Pemali, Kabupaten Bangka
NO2- NO3- NH3- PO4-
Fe DIN
Kolong N N N P
(mg/l) (mg/l)
(mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)
Kolong
0,413 0,044 0,209 0,018 0,272 0,184
tertutup
Kolong
0,283 0,057 0,116 0,27 0,2 0,438
Terbuka
Sumber : Robani (2008)
44
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
45
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
46
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
35
33
Suhu (oC)
31
pagi
29
siang
27
sore
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 5 10 15 20 Umur Kolong
(tahun)
47
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
6
5,5
5 Nilai pH
4,5
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 5 10 15 20 Umur Kolong
(tahun)
48
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
120
100
80
60
Kecerahan
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur Kolong
0 5 10 15 20 (tahun)
49
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
tipe kolong dipilih kolong yang telah memiliki umur lebih dari 25
tahun untuk pengujian kandungan logam berat pada perairan dan
daging ikan. Logam berat melebihi batas yang ditemui pada ikan
disemua tipe kolong adalah logam berat jenis Pb.
51
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Sifat Tanah
Sifat tanah merupakan indikator penting dalam menilai tingkat
kesuburan tanah. Karakteristik sifat fisik tanah hasil analisis
laboratorium yaitu tekstur tanah menunjukkan ukuran butir tanah.
Tekstur tanah secara umum dibedakan atas tiga kelas, yaitu pasir (50μ-
2mm), debu (2 μ-50 μ), dan liat (kurang dari 2 μ) (Hardjowigeno,
2007).
Menurut Lestari Dwi (2008), tanah di lingkungan kolong pasca
penambangan timah memiliki sifat fisik berpasir. Analisis sifat fisik
tanah pada bekas penambangan timah menunjukkan bahwa komposisi
tanah bersifat pasir lebih dominan yaitu 72 – 86 %, berikutnya tanah
bersifat liat sebesar 5 – 24% dan tanah bersifat debu sebanyak 4 – 17
%. Kondisi tersebut menjadikan tanah bekas penambangan timah
minim unsur hara dan sulit mempertahankan air.
52
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
53
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
RINGKASAN
Kolong dapat digolongkan menjadi tiga tipe berdasarkan tingkat
kematangan biogeofisiknya, yaitu kolong usia muda (kolong yang
berumur kurang dari 5 tahun), kolong usia sedang (berumur antara 5
sampai 20 tahun) dan kolong usia tua (berumur lebih dari 20 tahun).
Kolong berdasarkan tipe habitatnya adalah (1) Kolong dengan
sumber air berupa mata air yang belum melewati kolong lain, (2)
Kolong dengan sumber air dari mata air dan telah melewati kolong
lain (3) Kolong yang tidak memiliki inlet dan outlet sehingga
perairan terisolir dari kolong lainnya dan (4) Kolong yang
terpengaruh pasang surut air laut.
Kondisi perairan kolong memiliki unsur hara yang cenderung
rendah terutama pada kolong muda, fluktuasi suhu yang tinggi
antara pagi dan siang hari, pH yang rendah dibawah 5 untuk kolong
muda, oksigen terlarut antara 5 – 9 ppm dan terdapat kandungan
logam berat berupa Pb, Zn dan Cu.
Sifat tanah pasca penambangan timah cenderung berpasir dan
tumbuhan yang dapat tumbuh pertama kali adalah paku-pakuan.
Jenis plankton yang banyak ditemui dalam perairan kolong adalah
Cyanophyceae, Euglenophyceae, Crysophyceae, Chlorophyceae,
Bacillariophyceae dan Dinophyceae dengan Chlorophyceae yang
merupakan fitoplankton paling banyak ditemui.
54
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
55
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
56
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
57
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Karamba Tancap
58
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Pen culture
59
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Kolam
Kolam dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan komoditi yang dibudidayakan
Kolam yang dibuat diwilayah pesisir dengan media
pemeliharaan ikan dengan air payau seringkali disebut dengan
tambak. Komoditas yang dibudidayakan di tambak adalah udang
vanamei, udang windu, rumput laut jenis Glacilaria, ikan
bandeng, ikan kakap dan ikan nila. Sementara kolam yang
menggunakan media air tawar dengan komoditi ikan air tawar
seperti ikan mas, ikan gurami, ikan lele dan jenis ikan lainnya
lebih sering disebut sebagai kolam.
2. Berdasarkan debit air
Kolam yang menggunakan air dengan debit lebih dari 50 liter
per detik disebut sebagai kolam air deras. Kolam yang memiliki
debit air antara 5 – 50 liter per detik disebut sebagai kolam
mengalir. Sedangkan kolam yang memiliki debit air 0 – 5 liter
per detik disebut sebagai kolam air tergenang atau stagnan. Jenis
kolam berdasarkan debit airnya juga dapat menentukan jenis
komoditi yang dibudidayakan. Ikan mas lebih menyukai kolam
dengan debit air yang tinggi atau kolam air deras, sedangkan
ikan lele dan gurami lebih sesuai untuk kolam air tergenang atau
stagnan.
60
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Gambar 5.4. Kolam ekstensif (atas kiri), kolam semi permanen (atas
kanan) dan kolam permanen (bawah) (Gusrina, 2008
dan dokumen pribadi)
61
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Bak
62
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Akuarium
63
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
64
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
65
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
66
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
68
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
69
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
70
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
71
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
72
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
S= x 100%
Keterangan :
S : Hang In Ratio
L : Panjang jaring sebelum Hang In atau dalam keadaan tertarik
i : Panjang tali ris atau panjang jaring dalam keadaan tidak tertarik
73
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
74
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
75
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
1. Perbaikan pematang
Kolong memiliki pematang yang beragam. Sementara lahan
disekitar kolong seringkali tandus dan minim vegetasi. Untuk
mencegah longsornya pematang kolong maka perlu dilakukan
perbaikan pematang kolong dengan memodifikasi model
pematang kolam tanah.
76
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
77
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
78
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
RINGKASAN
79
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
80
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Manajemen Budidaya
6 Ikan Pada Lahan Basah
Pasca Tambang Timah
Budidaya ikan secara umum dibedakan pada proses
pembenihan dan pembesaran. Proses pembenihan menghasilkan
individu-individu baru dari hasil pemijahan dan perawatan larva.
Pembesaran merupakan proses budidaya dalam upaya menambah
bobot dan ukuran dari individu-individu ikan.
Pemanfaatan kolong dengan perairan dan tanah yang spesfik
dan tidak optimum, maka proses budidaya yang sesuai adalah
pembesaran ikan dimana jenis komoditi yang dikembangkan
disesuaikan dengan kondisi perairan dan permintaan pasar. Perairan
kolong yang lebih minim unsur hara dan memiliki kualitas air yang
tidak optimal, maka komoditi yang dibudidayakan adalah komoditi
yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap kualitas air.
Kolong pasca penambangan timah dengan karakteristiknya,
menjadikan sebuah lahan budidaya perikanan yang belum ideal.
Kualitas air yang tidak optimum serta adanya kandungan logam
berat menjadikan pemanfaatan kolong sebagai lahan budidaya ikan
membutuhkan perlakuan tertentu.
Jika menilik pada kualitas air berdasarkan umur kolong sejak
terbebas dari penambangan timah, maka kolong umur 10 tahun telah
memiliki kualitas air yang memenuhi persyaratan budidaya
perikanan. Namun kendala logam berat yang terkandung dalam
perairan juga memerlukan perhatian khusus. Untuk itu metode
budidaya dan jenis komoditas yang sesuai menjadi awal
81
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
82
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Gambar 6.1. Tata letak budidaya ikan lele sistem probiotik organik
(Gunawan dan Harianto, 2011)
83
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
84
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
85
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
86
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Tabel 6.2. Dosis dan frekuensi pemberian pakan sesuai umur dan
kebiasaan makan udang.
87
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
88
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Suhu
Pada kondisi tidak optimum yaitu suhu perairan terlalu rendah,
maka dapat diberikan perlakuan-perlakuan berikut :
91
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Oksigen Terlarut
Jika terjadi kelebihan kadar oksigen, maka hal-hal yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik
maka kadar oksigen terlarut akan menurun.
Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut
maka semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena
proses fotosintesis semakinberkurang dan kadar oksigen
digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan- bahan organik dan
anorganik.
Namun jika terjadi kekurangan kadar oksigen terlarut, maka hal-hal
yang perlu dilakukan adalah :
Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun
maka kadar oksigen terlarut akan naik.
93
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
MANAJEMEN USAHA
Pada beberapa kolong yang telah berumur tua dan memiliki
kualitas air yang memenuhi persyaratan kualitas air untuk budidaya
ikan, telah digunakan untuk budidaya ikan baik pembesaran maupun
pembenihan. Namun masih banyak kolong yang belum
dimanfaatkan untuk peluang usaha potensial dibidang budidaya ikan
ini. Untuk mengoptimalkan usaha budidaya ikan memanfaatkan
kolong pasca penambangan timah dan agar usaha dapat
berkelanjutan serta memberikan keuntungan bagi pengelola usaha
budidaya maka perlu dipertimbangkan beberapa aspek dalam usaha.
Aspek-aspek tersebut adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial
dan aspek manajemen.
Aspek Pasar
Perencanaan dalam aspek pasar dapat memberikan gambaran
pemasaran produk panen pada akhir produksi budidaya ikan.
Penentuan komoditas yang dipelihara juga disesuaikan dengan
kebutuhan pasar. Dengan demikian, hasil produksi budidaya ikan
yang diproduksi memanfaatkan kolong dapat terserap oleh pasar.
Pemasaran produk hasil dapat direncanakan dengan memilih
beberapa jalur pemasaran produk ikan konsumsi yaitu (1)
memasarkan secara langsung kepada konsumen baik dengan
membuka outlet penjualan maupun konsumen dating langsung pada
lokasi budidaya ikan memanfaatkan kolong pasca penambangan
94
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Aspek Teknis
Komoditi budidaya yang telah dipilih untuk memanfaatkan
kolong pasca penambangan timah perlu dipelajari sisi teknisnya.
Pemahaman teknis budidaya memberikan peluang untuk
menghasilkan pencapaian produksi yang optimal.
Masing-masing jenis ikan memiliki sisi teknis berbeda-beda
mulai dari kebiasaan makan, jenis pakan hingga perlakuan-
perlakuan untuk meningkatkan produksi. Ikan-ikan jenis karnivora
maupun omnivore yang cenderung karnivora membutuhkan seleksi
atau grading selama produksinya untuk mencegah kanibalisme.
Demikian juga untuk ikan nila akan lebih cepat
pertumbuhannya jika dibudidayakan dengan sistem monosex. Buku-
95
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Aspek Sosial
Kolong pasca penambangan timah umumnya berada
ditempat yang jauh dari lokasi pemukima penduduk. Kondisi ini
memberikan dampak negatif pada keamanan lokasi jika digunakan
sebagai lokasi budidaya ikan. Seperti halnya pada Karamba Jaring
apung, ada baiknya pada pemanfaatan kolong sebagai lokasi
budidaya ikan diberikan rumah jaga untuk pengawasan serta
penyimpanan bahan dan alat budidaya ikan.
Aspek Manajemen
Pada aspek ini perlu diterapkan fungsi-fungsi sebuah usaha
untuk mencapai hasil berupa keuntungan. Fungsi manajemen
tersebut adalah (1) Perencanaan. Perencanaan ini dibutuhkan sebagai
jalur mencapai tujuan pembudidayaan ikan. Dalam perencanaan
terdapat aspek teknis, tenaga kerja, modal, biaya dan analisis
keuntungan yang hendak dicapai. (2) Pengorganisasian.
Pada fungsi manajemen ini, masing- masing tenaga kerja
memiliki pembagian tugas yang jelas dan terencana. (3) Pergerakan.
Yaitu sebuah proses untuk menggerakkan tenaga kerja ke arah yang
diinginkan baik dalam segi tenis maupun non teknis. Sebagai contoh
mengarahkan tenaga kerja melakukan proses pemberian pakan yang
benar. (4) Pengawasan. Pada fungsi ini dilakukan pengawasan
terhadap proses produksi agar sejalan dengan rencana dan mampu
mencapai tujuan.
96
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
RINGKASAN
Manajemen Pemberian Pakan
1. Berdasarkan pmanajemen pemberian pakan, budidaya ikan
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : (1) Budidaya Ikan
Secara Ekstensif, dimana budidaya mengandalkan pakan
yang tersedia pada perairan lahan budidaya yang disebut
juga pakan alami. (2) Budidaya Ikan Semi Intensif yaitu
dalam budidayanya tidak mengandalkan pakan alami saja,
namun juga telah ditunjang adanya pakan buatan. (3)
Budidaya Ikan Secara Intensif yang merupakan budidaya
ikan mengandalkan pakan buatan sebagai sumber makanan
utama ikan yang dibudidayakan.
2. Manajemen pemberian pakan pada suatu usaha budidaya
ikan harus diperhatikan antara lain adalah jumlah pakan
perhari yang diberikan dalam pemeliharaan ikan (feeding
rate), frekuensi pemberian pakan dalam satu hari (feeding
frekuensi), waktu pemberian pakan yang tepat (feeding
time) dan konversi pakan yang ditargetkan dalam suatu
usaha budidaya ikan.
3. Selain umur ikan, dosis dan frekuensi pemberian pakan juga
perlu mengikuti kebiasaan makan ikan. Ikan diurnal seperti
ikan Mas, Gurami, Nila dan ikan lainnya cenderung banyak
beraktifitas di siang hari. Ikan-ikan jenis tersebut lebih baik
diberikan pakan dalam jumlah lebih banyak pada siang hari.
Sementara ikan-ikan nocturnal seperti ikan lele lebih suka
makan pada malam hari sehingga pemberian pakan lebih
banyak dapat dilakukan pada malam hari.
97
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
98
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Manajemen Usaha
1. Aspek Pasar. Perencanaan dalam aspek pasar dapat
memberikan gambaran pemasaran produk panen pada
akhir produksi budidaya ikan. Penentuan aspek pasar
penting untuk menjamin kelanjutan usaha budidaya.
2. Aspek Teknis. Komoditi budidaya yang telah dipilih
untuk memanfaatkan kolong pasca penambangan timah
perlu dipelajari sisi teknisnya. Pemahaman teknis
budidaya memberikan peluang untuk menghasilkan
capaian produksi yang optimal.
3. Aspek Sosial. Kemanan lokasi budidaya ikan di kolong
dapat mempengaruhi capai produksi budidaya ikan.
4. Aspek Manajemen. Dalam upaya mencapai tujuan dan
kesinambungan usaha, maka perlu dilakukan fungsi
usaha yaitu (1) Perencanaan. (2) Pengorganisasian. (3)
Pergerakan dan (4) Pengawasan.
99
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Daftar pustaka
Anonymous. Tanpa tahun. Introduction to fresh Water aquaculture.
Diakses dari http://bieap.gov.in
Badri LN. 2004. Karakteristik tanah, vegetasi, dan air kolong pasca
tambang timah dan tehnik rehabilitasi lahan untuk keperluan
revegetasi (Studi kasus lahan pasca tambang timah Dabo
Singkep) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor
100
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
102
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
103
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Glosarium
Ad libitum. Pemberian pakan sebanyak-banyaknya tanpa
perhitungan.
Ad satiation. Pemberian pakan sekenyang-kenyangnya atau pakan
maksimal.
Aerobik. Reaksi metaboliesme yang menggunakan oksigen.
Algae. Anggota organism uniseluler serta multiseluler yang bersifat
eukariotik dan fotosintetik.
Anaerobik. Reaksi yang tidak membutuhkan oksigen
Anoxic limestone drains. Pembuatan wadah berisi batuan kapur
yang ditempatkan pada aliran air terkontaminasi untuk
menaikkan pH dan mengikat kontaminan.
Aquascape. Seni menghias akuarium dengan memadukan ikan dan
tanaman air.
Benthos. Organisme yang hidup di dasar perairan.
Blooming. Perbanyakan dalam jumlah besar
Constructed wetland. Rawa buatan untuk aliran air kolong.
Danau. Genangan perairan yang terdapat pada cekungan tanah yang
terbentuk secara alami
Dekomposisi. Pelapukan, perombakan unsure, pembusukan
Efisiensi pakan. Kemanfaatan pakan untuk pertumbuhan
Epifauna. Organisme yang mendiami permukaan dasar perairan
Euryhaline. Organisme yang memiliki tingkat toleransi salinitas
tinggi
Evaporasi. Penguapan
Faces. Keluaran sisa proses pencernakan
Fluktuasi suhu. Perubahan suhu yang terjadi pada satuan waktu
Fotosintesis. Proses perubahan karbondioksida dan air dengan
bantuan sinar matahari menghasilkan oksigen dan glukosa.
Fototaksis. Respon terhadap cahaya
Herbivora. Jenis ikan yang memiliki kebiasaan makanan tumuh-
tumbuhan (nabati)
In Situ Treatment. Perlakuan pada suatu lokasi perairan tertentu.
Infauna. Organisme yang mendiami bagian batang perairan
104
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Respirasi. Pernafasan
Rhizoma. Akar
Salinitas. Kandungan garam dalam air
Sechhi disk. Alat pengukur kecerahan air
Siklus hidrologi. Siklus perputaran air dari air permukaan menguap
menjadi awan danturun embali dalam bentuk hujan.
Soft Water. Air dengan tingkat kesadahan rendah
Stenohaline. Organisme yang memiliki memiliki tingkat toleransi
salinitas rendah
Tailing. Limbah atau ampas dari pertambangan
Tambang inkonvensional. Penambangan yang dilakukan dengan
peralatan sederhana
Toksik. Bersifat racun
Turbidity. Kekeruhan. Banyaknya partikel dalam perairan
Urin. Ekskresi sisa metabolisme
Waduk. Genangan perairan pada cekungan tanah yang terbentuk
secara buatan untuk tujuan irigasi dan hasil dari bendungan.
Zooplankton. Organisme uniseluler dalam air yang bersifat hewan.
106
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
Biografi Penulis
107
Pengantar Budidaya Ikan
Memanfaatkan Lahan Basah Pasca Penambangan Timah
108