LAPORAN
HIBAH PENELITIAN MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS UDAYANA
TIM PENGUSUL:
1. Ir.Yenni Ciawi, Ph.D. NIDN: 0018116606
2. Prof.Dr.Ir.I Made Alit Karyawan Salain, DEA. NIDN:
0004046202
3. I Ketut Diartama Kubon Tubuh
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ....................................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................................ iii
Ringkasan ........................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Khusus Penelitian dan Batasan Penelitian Tahun Berjalan .............................. 2
1.3 Pentingnya atau Keutamaan Rencana Penelitian Ini .................................................... 2
1.4 Potensi Hasil Penelitian ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4
2.1 Penurunan Kualitas Air ................................................................................................. 4
2.2 Penyaringan air ............................................................................................................. 5
2.3 Filter Keramik .............................................................................................................. 6
2.3.1 Keramik ..................................................................................................................... 6
2.3.2 Pembuatan Keramik ................................................................................................... 6
2.3.3 Karbon Aktif .............................................................................................................. 7
2.4 State of The Art Penelitian tentang Filter Keramik ....................................................... 8
2.4.1 Penggunaan Filter Keramik dalam Pengolahan Air Minum ..................................... 9
2.4.2 Keamanan Saringan Keramik untuk Air Minum ........................................................ 9
2.4.3 Aplikasi Filter Keramik dalam Pengolahan Air Limbah ........................................... 10
2.4.4 Aplikasi Bio-keramik dalam Pengolahan Gas ........................................................... 10
2.5 Kuat Tekan Filter Keramik .......................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 12
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................................. 12
3.2 Pembuatan Benda Uji .................................................................................................... 12
3.3 Rancangan Penelitian dan Metode Kerja ..................................................................... 13
3.4 Roadmap Penelitian ...................................................................................................... 14
BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN............................................................. 15
4.1 Biaya ……………………….............................................................................................. 15
4.2 Jadwal Kegiatan ............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16
LAMPIRAN 1 JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN ........................................ 19
LAMPIRAN 2 DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN ........... 21
LAMPIRAN 3 SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI ………………………… 22
LAMPIRAN 4 BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI ..................... 23
LAMPIRAN 5 SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN ................... 33
iii
RINGKASAN
Banyaknya kasus kanker di desa-desa di tepi Danau Batur dapat berhubungan dengan pola hidup
masyarakat yang menggunakan air danau dan air sumur di tengah lahan pertanian sebagai air
minum. Air tersebut sudah pasti telah tercemar pupuk dan pestisida dalam sistem pertanian
intensif yang diterapkan oleh para petani. Buktinya tanaman eceng gondok tumbuh dengan subur
dan pendangkalan danau telah terjadi. Masyarakat tidak punya pilihan lain sumber air minum,
sebab itu air ini harus bisa diolah sehingga layak digunakan sebagai air baku air minum.
Pengolahannya harus sederhana dan bisa dijangkau biayanya oleh masyarakat. Salah satu caranya
adalah dengan menyaringnya. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki potensi pembuatan filter
keramik ramah lingkungan dari bahan tanah liat dan sekam padi yang dapat menyaring air kotor
menjadi air bersih (air kelas IV baku mutu air dalam Lampiran 2 Peraturan Pemerintah RI No. 82
tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Bahan yang
dibutuhkan mudah diperoleh, yaitu tanah liat dan bahan pengisi berupa sekam padi. Metode yang
digunakan cukup sederhana yaitu dengan mencampur tanah liat dan bahan pengisi, mencetak,
mengeringkan, dan membakarnya. Aspek yang diteliti adalah pengaruh komposisi bahan
terhadap kualitas filter yang dihasilkan. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah laju
alir filtrat, kualitas filtrat, kuat tekan filter.
BAB I PENDAHULUAN
robust, hemat bahan, mudah dibuat, mudah digunakan, mudah dibawa, murah, sangat ramah
lingkungan, jika tidak terpakai lagi dapat dibuang dengan mudah ke lingkungan tanpa diolah.
Selain itu, sejalan dengan anjuran untuk mengembangkan produk lokal/dalam negeri
dalam rangka melepas ketergantungan pada impor, untuk mengantisipasi kebutuhan air bersih
di masa yang akan datang, maka riset mengenai filter keramik ini sangat layak dan sangat
urgen dilakukan.
hasilnya bergantung pada ketebalan dan kerapatan kain. Teknik yang ke dua lebih baik
hasilnya, yaitu menggunakan kapas, yang juga tergantung pada ketebalan dan kerapatan
kapas. Teknik ke tiga adalah aerasi, yaitu mengisikan oksigen ke dalam air sehingga karbon
dioksida serta hidrogen sulfida dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat
dikurangi atau dihilangkan. Selain itu, partikel mineral yang terlarut dalam air seperti besi
dan mangan akan teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang
nantinya dapat dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi. Teknik ke empat adalah
saringan pasir lambat (SPL), yang dibuat dengan menggunakan lapisan pasir pada bagian
atas dan kerikil pada bagian bawah. Air bersih didapatkan dengan jalan menyaring air baku
melewati lapisan pasir terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan kerikil. Teknik ke
lima adalah saringan pasir cepat (SPC), sama seperti saringan pasir lambat, tetapi arah
penyaringan air terbalik, yaitu dari bawah ke atas (upflow). Teknik ke-6 adalah gravity-fed
filtering system yang merupakan gabungan dari SPC dan SPL. Air bersih dihasilkan melalui
dua tahap, dengan SPC dulu, kemudian SPL. Untuk mengantisipasi debit air hasil
penyaringan yang keluar dari SPC, digunakan beberapa SPL. Teknik ke-7 adalah saringan
arang, yaitu saringan pasir ditambah dengan satu lapisan arang, yang sangat efektif
menghilangkan bau dan rasa yang ada pada air baku. Arang dibuat dari kayu atau batok
kelapa, atau lebih baik arang aktif. Saringan arang aktif komersil sudah banyak diproduksi
dengan harga yang relatif mahal, contohnya Navaza (Anonim, tt-a), untuk saringan dengan
produk air untuk mandi dan mencuci, filter yang diklaim dapat digunakan 3-5 tahun dijual
dengan harga Rp1,7 juta-Rp.1,95 juta. Saringan air sederhana/tradisional merupakan
modifikasi dari saringan pasir arang dan saringan pasir lambat, dan menggunakan lapisan
pasir, kerikil, batu, arang, dan ijuk. Teknik yang lain menggunakan filter keramik yang dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat dipersiapkan dan digunakan untuk
keadaan darurat. Campuran perak yang berfungsi sebagai disinfektan dapat ditambahkan
pada filter. Filter dapat disikat untuk membersihkannya (Freeman et al., 2012)
Saringan bentuk lain terbuat dari cadas, bentuknya seperti kendi/lumpang, umum
digunakan oleh masyarakat di beberapa desa di Bali. Air, dari sumur gali atau dari saluran
irigasi sawah, ditempatkan dalam suatu wadah yang di dalamnya diletakkan lumpang batu
dan air akan tersaring ke dalam lumpang melalui pori-pori batu cadas, namun kecepatan
penyaringan relatif rendah bila dibandingkan dengan SPL, apalagi SPC.
9
prosuk akan sama persis. Pengeringan adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat
pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting:
(1) Air pada lapisan antar partikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai
akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori
hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air yang terserap pada permukaan partikel hilang. Tahap-
tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan secara lambat untuk
menghindari retak/cracking terlebih pada tahap 1 (Norton, 1975/1976). Proses yang terlalu
cepat akan mengakibatkan keretakan karena hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi
penataan partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.
Untuk itu, pada tahap awal benda keramik diangin-anginkan pada suhu kamar dan setelah
tidak terjadi penyusutan, baru dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering.
c. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik, yaitu mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah
tungku/furnace bersuhu tinggi. Beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran:
suhu sintering/matang, atmosfer tungku dan mineral yang terlibat (Magetti, 1982). Selama
pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting, hilang/muncul fase-
fase mineral, dan hilang berat (weight loss). Untuk benda-benda keramik berglasir,
pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan
mampu menyerap glasir secara optimal. Biskuit/bisque dibakar pada kisaran suhu 700-
1000oC. Pembakaran biskuit sudah cukup membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap
air. Pengglasiran dilakukan dengan melapisi biskuit dengan glasir dengan cara dicelup,
dituang, disemprot, atau dikuas. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk menambah
keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
Secara umum karbon aktif ini dapat dibuat dari bahan dasar batu bara atau biomasa,
atau bahan lain yang mengandung unsur karbon yang besar. Dewasa ini karbon aktif yang
berasal dari biomasa banyak dikembangkan para peneliti karena bersumber dari bahan yang
terbarukan dan lebih murah. Bahkan karbon aktif dapat dibuat dari limbah biomasa seperti
kulit kacang-kacangan, limbah padat pengepresan biji–bijian, ampas kulit buah, dan lain
sebagainya.
Proses pembuatan arang aktif dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengaktifan secara
fisika dan secara kimia. Pengaktifan secara fisika pada dasarnya dilakukan dengan cara
memanaskan bahan baku pada suhu yang cukup tinggi (600–9000C) pada kondisi miskin
udara (oksigen), kemudian pada suhu tinggi tersebut dialirkan media pengaktif seperti uap
air dan CO2. Sedangkan pada pengaktifan kimiawi, bahan baku sebelum dipanaskan
dicampur dengan bahan kimia tertentu seperti KOH, NaOH, K2CO3 dan lain sebagainya.
Biasanya pengaktifan secara kimiawi tidak membutuhkan suhu tinggi seperti pada
pengaktifan secara fisika, namun diperlukan tahap pencucian setelah diaktifkan untuk
membuang sisa–sisa bahan kimia yang dipakai. Sekarang ini telah dikembangkan
penggabungan antara metode fisika dan kimia untuk mendapatkan sekaligus kelebihan dari
kedua tipe pengaktifan tersebut (Romanos et al., 2012 dan Bareev et al. ,2001).
batita di Afrika. Namun, dari hasil penelitian selama tiga tahun memperlihatkan bahwa
efektivitas filter pot keramik ini dalam menurunkan kadar bakteri akan hilang setelah tiga
tahun jika perawatan pot tidak dilakukan, pembersihan pot harus dilakukan minimal empat
bulan sekali. Ketersediaan pot pengganti juga menjadi masalah.
Mahlangu et al. (2012). menemukan bahwa pot filter keramik yang dilapisi dengan
perak koloid dapat menurunkan kadar besi, kalsium, magnesium, arsen sehingga memenuhi
baku mutu air minum menurut UU Afrika Selatan dan WHO.
Freeman et al. (2012) melakukan penelitian di India dan menemukan bahwa
penggunaan pot keramik dapat menurunkan kadar TTC (termotolerant coliform) dalam air
minum rumah tangga miskin yang menjadi target studi.
Mwabi et al (2012) membandingkan kinerja beberapa filter keramik (filter pasir
standar, filter zeolit, filter ember, filter tabung, dan filter pot terlapisi koloid) dalam
memurunkan kadar kekeruhan, kadar E.coli dan coliform dan menemukan bahwa pot keramik
yg paling bagus.
Abebe et al. (2014) mendapatkan bahwa penggunaan pot filter dengan kandungan
silver koloid dapat menurunkan kasus diare pada kelompok penderita HIV di Afrika Selatan.
Penggunaan koloid perak sebagai media deaktivasi bakteri dalam filter pot keramik
memperlihatkan bahwa waktu simpan air berpengaruh besar terhadap deaktivasi bakteri.
Sementara itu, deaktivasi virus masih menjadi masalah (van der Laan, 2014).
Kuat tekan didefinisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap beban yang
dilakukan sampai bahan tersebut pecah. Secara umum dapat diketahui hubungan antara
kekuatan terhadap tekanan (pembebanan yang diberikan) adalah seperti di bawah ini.
Fm = P/A
dengan:
Fm = Kuat tekan benda uji setiap perlakuan (Mpa)
P = Beban maksimum yang diberikan hingga benda uji hancur (N)
A = Luas penampang benda uji (mm2)
15
Penelitian ini akan dilaksanakan di UPT Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik
dan Porselin Bali, UPT Laboratorium Kimia Analitik Universitas Udayana, dan
Laboratorium Bahan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. Saringan keramik
yang akan dibuat adalah modul yang berisi biskuit keramik berbentuk lempengan dan
berbentuk kolom yang diharapkan jauh lebih murah dan lebih ringan daripada saringan
keramik berbentuk pot.
Bahan yang digunakan adalah tanah liat, sekam padi, serbuk gergaji, batok kelapa, air
uji, pelarut, bahan uji COD, BOD.
Saringan yang telah dibentuk kemudian dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan dalam 2
tahap, yaitu dengan diangin-anginkan di tempat yang terlindung.
d. Pembakaran
Saringan keramik yang telah kering kemudian dibakar pada tungku pembakaran selama 12
jam dengan suhu 9000C. Tahap ini dilakukan di UPT Pengembangan Seni dan Teknologi
Keramik dan Porselin Bali.
e. Pemilihan
Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap ada atau tidaknya pecah-pecah, retak-retak,
perubahan bentuk, suara saringan bila dipukul (nyaring atau tidaknya), ratanya permukaan
dan perubahan warna.
adalah kualitas air yang meliputi kekeruhan, COD, BOD, konsentrasi E.coli dan coliform
(Robyt and White, 1990). Luaran tahap ini adalah data hasil analisis air umpan dan air hasil
saringan. Tahap ke delapan adalah pengujian kuat tekan saringan keramik. Tahap ini akan
dilakukan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana (ASTM C-170,
Sebayang, 2009). Luaran tahap ini adalah data kuat tekan yang dapat ditanggung oleh
saringan keramik. Tahap ke sembilan adalah pembuatan laporan akhira.
Dari hasil pengujian tanah liat diketahui tanah sampel termasuk lempung mineral Illite
dan memiliki plastisitas tinggi karena indeks plastis >17%. Langkah-langkah pengujian dapat
dilihat pada lampiran D.
Rata-Rata 60 menit
No Jenis Benda Uji
pertama (ml/menit)
1 A 8,83
2 B 13,34
3 C 7,84
4 D 10,55
5 E 11,1
6 F 0
Benda uji B memiliki kecepatan aliran air yang paling lambat di antara benda uji yang
lain, ini dapat disebabkan oleh banyak faktor di antaranya pada proses pencetakan masih
dilakukan secara manual sehingga tekanan yang diberikan dalam proses pencetakan tidak
merata. Tetapi hasil penelitian ini memiliki kecenderungan semakin banyak bahan
pencampur, semakin besar air yang dapat melewati saringan.
Dua filter dengan hasil filtrat yang paling baik nilai BOD, COD, dan kekeruhannya
adalah C2 dan D1. Jika dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Bali No. 8/2007, nilai COD
masuk ke dalam kelas III untuk C2 sedangkan D1 masuk ke dalam kelas II, nilai parameter uji
BOD masuk ke dalam kelas IV untuk C2 sedangkan D1 masuk ke dalam kelas III, sedangkan
nilai kekeruhan tidak tercantum dalam Peraturan Gubernur Bali No. 8/207 tersebut.
Filtrat benda uji C2 masuk ke dalam kelas IV sedangkan filtrat benda uji D1 masuk ke
dalam kelas III. Air kelas III menurut buku peraturan Peraturan Gubernur Bali No. 8/2007
adalah air yang peruntukannya pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertamanan dan peruntukan lainnya yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
21
Hasil pengujian BOD (biological oxygen demand) yang dituangkan dalam grafik, yaitu
banyaknya oksigen dalam ppm yang dibutuhkan mikroorganisme untuk menguraikan bahan
organik mengalami penurunan yang signifikan setelah melewati filtrat D1 menjadi 4,74 dari
air sampel sebesar 11,5, jadi filtrat D1 berhasil menurunkan kadar BOD dalam air.
Hasil pengujian COD (chemical oxygen demand) yang dituangkan dalam grafik, yaitu
banyaknya oksigen dalam ppm yang dibutuhkan mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan-
bahan organik secara kimia mengalami penurunan setelah melewati filtrat C2 menjadi 14,994
dari air sampel sebesar 36,656, jadi saringan C2 berhasil menurunkan kadar COD dalam air.
Dengan berkurangnya oksigen dapat menghambat kemampuan mikroorganisme untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik di dalam air.
9
D2 5,90 2,94 93 4
10 E1 7,27 3,69 23 0
11 E2 7,42 3,58 25 25
Jika hasil penelitian air sampel dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Bali
no.8/2007, nilai air sampel parameter uji BOD masuk dalam kelas III, COD masuk dalam
kelas I, coliform masuk dalam kelas II, sedangkan E.coli tidak masuk dalam kelas manapun,
karena baku mutu air Pergub. Bali No. 8/2007 tidak terdapat E.coli. Dengan demikian air
sampel masuk kedalam kelas III Peraturan Gubernur Bali No. 8/2007.
Pada hasil filtrat benda uji D2, parameter uji BOD masuk pada kelas III, COD masuk
pada kelas I, coliform masuk pada kelas I, dan untuk E.coli tidak masuk kemanapun karena
baku mutu air Peraturan Gubernur Bali No. 8/2007 tidak terdapat nilai untuk E.coli. Maka
untuk hasil air filtrat benda uji D2 masuk dalam kelas II Peraturan Gubernur Bali No.8/2007.
Yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan
lainya yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Untuk hasil filtrat benda uji B2, parameter uji BOD masuk pada kelas II, COD masuk
pada kelas I, Coliform masuk pada kelas I, dan untuk E.coli tidak masuk kemanapun karena
baku mutu air Peraturan Gubernur Bali No. 8/2007 tidak terdapat nilai untuk E.coli. Jadi
untuk hasil filtrat benda uji B2 masuk dalam kelas I. Yaitu air yang peruntukannya dapat
digunakan sebagai air baku air, dan peruntukan lainya yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
25
1000
Rata-rata (mg/L)
800
600
Saringan 1
400 Saringan 2
200
0
Air Baku Saringan Saringan Saringan Saringan Saringan
A1,A2 B1,B2 C1,C2 D1,D2 E1,E2
Jenis Benda Uji
250
Rata-rata (mg/L)
200
150
100
50
0
Air Baku Saringan Saringan Saringan Saringan Saringan
Gambar 4.8 Grafik Hasil Pengujian E.coli
Hasil pengujian E.coli yang dituangkan dalam grafik yaitu banyaknya bakteri E.coli
yang terkandung dalam air sampel mengalami penurunan setelah melewati filtrat B1, C1, C2,
D2, dan E1 menjadi 0 dari air sampel sebesar 1100 MPN/100mL, jadi saringan B1, C1, C2,
D2, dan E1 berhasil menurunkan jumlah bakteri E.coli dalam air. Dengan berkurangnya
jumlah bakteri E.coli dapat meningkatkan kualitas air dan dapat digunakan sebagai air baku
air minum yang perlu juga dilakukan pengujian lebih lanjut di Laboratorium Mikrobiologi.
D3 95 8,273
5 E E5 110 4,582 4,566
E6 105 4,455
6 F F1 175 17,183 16,61
F5 185 16,037
14
12
10
8
6
4
2
0
A B C D E F
Jenis Benda uji
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Komposisi terbaik bahan baku filter keramik ialah dengan persentase 97% dan sekam
padi 3%, yaitu benda uji D. Kecepatan aliran air benda uji D pada uji kelolosan air
adalah 13,34 ml/menit.
2. Pengujian kualitas air mendapatkan hasil filter no D2 menghasilkan filtrat yang
kualitas airnya paling baik, yaitu BOD = 2.94, COD = 5.90, Coliform = 23, E.coli =
0, dan kekeruhan = 6, 376. Kualitas air meningkat dari kualitas air kelas III menjadi
kualitas air kelas I pada Pergub. Bali No. 8/2007.
3. Kuat tekan yang diterima filter keramik D sebesar 7,637 Mpa.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abebe, L.S., Smith, J.A., Narkiewicz, S., Oyanedel-Craver, V., Conaway, M., Singo,
A., Amidou, S., Mojapelo, P., Brant, J., Dillingham, R. (2014). Ceramic water filters
impregnated with silver nanoparticles as a point-of-use water-treatment intervention for
HIV-positive individuals in Limpopo Province, South Africa: a pilot study of
technological performance and human health benefits. J Water Health.12 (2):288-300.
Anonim (2014). Penyerahan hadiah lomba pemenang PKTP. http://www.banglikab.go.id/?
content=berita&mode=73eb4ec1c63ae6fa52c6faf023d3865d. diakses tgl.9 Februari 2015.
Anonim. (tt-a). Navaza, Saringan air. http://www.airminumisiulang.com/product/57/113/
filter_keramik. Diakses tgl.2 Februari 2015.
Anonim. (tt-b). Ceramic water filter project. http://pottersforpeace.com/ceramic-water-filter-
project/. Diakses tgl.10 Februari 2015.
Archer A.R., Elmore, A.C., Bell, E., Rozycki, C. (2011). Field investigation of arsenic
in ceramic pot filter-treated drinking water. Water Sci Technol. 63 (10):2193-8.
Bagreev, A.; Rhaman, H.; Bandosz, T. J (2001). "Thermal regeneration of a spent activated
carbon adsorbent previously used as hydrogen sulfide adsorbent". Carbon 39 (9): 1319–
1326.
Black, J. T. and Kohser, R. A. (2012). DeGarmo's materials and processes in
manufacturing. Wiley. p. 226. ISBN 978-0-470-92467-9.
Carter, C. B. and Norton, M. G. (2007). Ceramic materials: Science and engineering.
Springer. pp.3 & 4. ISBN 978-0-387-46271-4.
Center for Economics and Development Studies Unpad (2012). Akses terhadap air bersih di
Indonesia. http://keberpihakan.org/data/p1%7Ci209%7Cs0%7Ce0. Diakses tgl.1 Februari
2015.
Chrisbiyanto, A. (2014). Indonesia Butuh Air Bersih. http://nasional.sindonews.com/read
/862939/18/indonesia-butuh-air-bersih-1399907826. Diakses tgl.1 Februari 2015.
Das, B.M. (1995). Soil Mechanics. 3th Ed. Pws.Pub.Co.
Donachy, B. (2012). Summaries of Reports and Studies of the Ceramic Water
Purifier. http://www.pottersforpeace.org/ diakses tgl.2 Februari 2015.
Freeman, M.C. and Clasen T. (2011). Assessing the impact of a school-based safe water
intervention on household adoption of point-of-use water treatment practices in southern
India. Am J Trop Med Hyg. 84 (3): 370-8.
Freeman, M.C., Trinies, V., Boisson, S., Mak, G. and Clasen, T. (2012). Promoting
Household Water Treatment through Women's Self Help Groups in Rural India:
Assessing Impact on Drinking Water Quality and Equity. PLoS One 7 (9): e44068.
Han, W., Yue, Q., Wu, S., Zhao, Y., Gao, B., Li, Q., Wang, Y. (2013). Application and
advantages of novel clay ceramic particles (CCPs) in an up-flow anaerobic bio-
filter(UAF) for wastewater treatment. Bioresour Technol. 137: 171-8.
Hardiyatmo, H.C. (2002). Mekanika Tanah I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kusuma, A.A.G.K. 2007. Pemanfaatan Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Pengganti Tanah Liat
Pada Produksi Genteng Keramik. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana.
Li, Z.X., Yang, B.R., Jin, J.X., Pu, Y.C., Ding, C. (2014). The operating performance of a
biotrickling filter with Lysinibacillus fusiformis for the removal of high-loading gaseous
chlorobenzene. Biotechnol Lett. 36 (10): 1971-9.
Luoto, J., Najnin, N., Mahmud, M., Albert, J., Islam, M.S., Luby, S., Unicomb, L., Levine,
D.I. (2011). What point-of-use water treatment products do consumers use? Evidence
from a randomized controlled trial among the urban poor in Bangladesh. Plos One 6 (10):
31
e26132.
Mahlangu, O., Mamba, B., Momba, M. (2012). Efficiency of Silver Impregnated Porous Pot
(SIPP) filters for production of clean potable water. Int J Environ Res Public Health. 9
(9): 3014-29.
Marlianto, E. dan Sembiring, A.D. (tt). Pengaruh Aditif Serbuk Kayu dalam Pembuatan
Keramik Berpori untuk Digunakan Sebagai filter Gas Buang.
http://www.researchgate.net/publication/42324045_Pengaruh_Aditif_Serbuk_Kayu_dala
m_Pembuatan_keramik_Berpori_untuk_Digunakan_Sebagai_Filter_Gas_Buang. Diakses
tgl.2 Februari 2015.
Freeman, M, C., Trinies, V., Boisson, S., Mak, G. and Clasen, T. (2012). Promoting
Household Water Treatment through Women's Self Help Groups in Rural India:
Assessing Impact on Drinking Water Quality and Equity PLoS One 7 (9): e44068.
Mellor, J., Abebe, L., Ehdaie, B., Dillingham, R., Smith, J. (2014). Modeling the
sustainability of a ceramic water filter intervention. Water Res. 49: 286-99.
Mwabi, J.K., Mamba, B.B., Momba, M.N. (2012). Removal of Escherichia coli and faecal
coliforms from surface water and groundwater by household water treatment
devices/systems: a sustainable solution for improving water quality in rural communities
of the Southern African development community region. Int J Environ Res Public
Health. 9 (1): 139-70.
Niu, H., Leung, D.Y., Wong, C., Zhang, T., Chan, M., Leung, F.C. (2014). Nitric oxide
removal by wastewater bacteria in a biotrickling filter. J Environ Sci (China). 26 (3): 555-
65.
Osborne, P. (2014). Portable Filter Press. https://www.youtube.com/watch?v=_YyCyobLSJE.
Diakses tgl.2 Februari 2015.
Oyanedel-Craver, V.A. and Smith, J.A. (2008). Sustainable colloidal-silver impregnated
ceramic filter for point-of-use water treatment. Environ Sci Technol. 42 (3): 927-33.
Robyt, J.F. and White, B.J. (1990). Biochemical Techniques Theory and Practice. Waveland
Press, Inc. Prospect Heights, hal. 219.
Romanos, J., Beckner, M., Rash, T., Firlej, L., Kuchta, B., Yu, P., Suppes, G., Wexler,
C. and Pfeifer, P. (2012). Nanospace engineering of KOH activated carbon.
Nanotechnology 23 (1).
Sebayang, P., Muljadi, dan Tetuko, A.P. (2009). Pembuatan Bahan Filter Keramik Berpori
Berbasis Zeolit Alam dan Arang Sekam Padi. Teknologi Indonesia 32 (2): 99-105.
Sukarma, H.R. (2011). Buku Panduan Pembuatan Saringan Keramik. Yayasan Tirta
Indonesia Mandiri www.tirtacupumanik.com.
Suparta, IK. (2014). Legislator Desak Pemda Tangani Pendangkalan Danau Batur.
Antaranews, 14 Agustus 2014. http://bali.antaranews.com/berita/57204/legislator-desak-
pemda-tangani-pendangkalan-danau-batur, diakses tgl.6 Februari 2015.
Sutika, IK. (2014). Danau Batur Bangli Alami Pendangkalan Tujuh Meter. Antaranews, 13
Agustus 2014. http://bali.antaranews.com/berita/57113/danau-batur-bangli-alami-
pendangkalan-tujuh-meter, diakses tgl.6 Februari 2015.
Thioritz, S. (2010). Kajian Solusi Krisis Air Bersih di Indonesia. Mediatek 4 (1): 38-43. US
Environmental Protection Agency (2015). Granular activated carbon.
http://iaspub.epa.gov/
tdb/pages/treatment/treatmentOverview.do?treatmentProcessId=2074826383
van der Laan, H., van Halem, D., Smeets, P.W., Soppe, A.I., Kroesbergen J., Wubbels
G., Nederstigt, J., Gensburger, I., Heijman, S.G. (2014). Bacteria and virus removal
effectiveness of ceramic pot filters with different silver applications in a long term
32
LAMPIRAN
1. JUSTIFIKASI ANGGARAN
Penelitian ini akan dilakukan selama dua tahun dan biaya yang dibutuhkan adalah
sebesar Rp.15.000.000,-. Justifikasi anggaran secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
1.1 Anggaran biaya untuk pelaksana
Anggaran biaya untuk gaji tim peneliti (satuan gaji Rp.30.000/jam, 5 bln/th dan 4mgg/bln)
Tahun I
Nama Peran
Jam/mg Jumlah (Rp.1000)
Dr.Ir. Yenni Ciawi Ketua 4 2.400
Prof.Dr.Ir.I M.Alit Karyawan Salain, DEA Anggota 1 3 1.800
Total 4.200.000
Alat Bantu
Sikat tabung Kelengkapan biosafety 1 2 2
34
4. Perjalanan
Material Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga satuan Biaya Per Tahun
(Rp.1000) (Rp.1000)
Subtotal 500
5. Lain-Lain
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Harga satuan Biaya Per Tahun
(Rp.1000) (Rp.1000)
Administrasi laboratorium Sewa lab&peralatan 1 1.000 1.000
Pendaftaran seminar seminar 1 1.000 1.000
Poster dan material seminar 1 750 750
seminar
Pertemuan Bulanan Konsumsi 3 100 300
Material rapat 3 10 30
Dokumentasi Cetak foto 1 paket 150 150
Penelusuran pustaka Top up pulsa 1 paket 100 100
(internet)
Fotokopi/print pustaka 400 lmbr 0,25 100
Subtotal 2.680
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp.1000) 15.000