Disusun oleh:
Kelompok 7
Ane Ayustina 2022339024
Bartian Rachmat 2022337012
Orry Fiasih 2021339027
Restu Margirizki 2022339022
Rishda Sagita Razak 2022337027
Witri Aulya N. A. 2022339020
Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Pengantar dan Desain Teknik Lingkungan 1.
Penyusun menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karenanya penyusun terbuka untuk segala saran dan masukan yang bersifat
membangun. Begitupun besar harapan penyusun, jika makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
3.4 Pengamatan Pada Proses Pelayanan Pelanggan ................................................... 21
3.5 Jaminan Mutu Usaha DAM Adiqua ...................................................................... 22
3.6 Volume Produksi Usaha DAM Adiqua ................................................................ 26
3.7 Aspek Keuangan Usaha DAM Adiqua ................................................................. 27
3.7.1 Pengeluaran Rutin Bulanan Rata-rata: ...................................................... 27
3.7.2 Harga Jual Air Minum: ................................................................................ 27
3.7.3 Pendapatan Bulanan Rata-rata:................................................................... 27
3.7.4 Keuntungan Bulanan Rata-rata: ................................................................. 28
3.7.5 Titik Impas .................................................................................................... 28
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 29
4.1 Simpulan ................................................................................................................... 29
4.2 Saran .......................................................................................................................... 29
BAB V DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 31
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengujian Air Minum dan Permenkes No. 492 Tahun 2010 ......... 25
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor 907 tahun 2002, air minum
didefinisikan sebagai air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan, dan dapat langsung diminum. Air
minum yang murni dan sehat bukan saja air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa, tetapi air tersebut juga harus bebas kontaminan kimiawi maupun
mikrobiologi.
Konsumsi air dengan kualitas yang tidak memenuhi standar air minum
dapat mengganggu kesehatan masyarakat, karena air yang tidak sehat dapat
berperan sebagai water borne disease, yaitu penyakit penyebaran penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui air yang tidak sehat. Beberapa penyakit yang
ditularkan melalui media air yang kurang sehat di antaranya adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasite seperti cacingan, penyakit yang disebabkan oleh bakteri
seperti tipus, kolera, disentri, dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus
seperti diare, hepatitis, dan polio. (Sebayang, dkk., 2015)
Masyarakat selama ini sering mengonsumsi air yang diambil dari beberapa
sumber, antara lain dari sumur, mata air, dan juga dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Semakin majunya teknologi dan diiringi dengan semakin
sibuknya aktivitas manusia, maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih
praktis dan biaya yang relatif lebih murah dalam memenuhi kebutuhan air minum.
1
Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif adalah air
minum isi ulang.
Depot Air Minum (DAM) adalah badan usaha yang mengelola air minum
untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah. Industri pengolahan air minum
dalam skala kecil atau yang dikenal sebagai DAM telah berkembang dengan sangat
pesat, hal ini dapat dikatakan telah membantu pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat atas penyediaan air minum dengan harga yang pantas dan
terjangkau. Jenis usaha ini harus mendapat pemantauan yang optimal, sehingga
kualitas air hasil produksi yang dihasilkan oleh DAM tidak merugikan kesehatan
masyarakat.
Tingginya permintaan terhadap air minum isi ulang oleh banyak rumah
tangga menyebabkan banyaknya kegiatan penjualan air minum isi ulang
bermunculan dan semakin mudah ditemukan. Meskipun harga yang ditawarkan
lebih murah, ternyata tidak semua produk air minum isi ulang terjamin keadaannya,
terutama dari ancaman kontaminasi biologi. Air minum yang aman haruslah
memenuhi standar yang telah ditetapkan mulai dari aspek fisik, kimia,
mikrobiologi, dan radioaktif sesuai dengan Permenkes RI Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka kelompok kami merasa perlu untuk
mengamati bagaimana sebuah usaha depot air minum dikelola, baik secara teknis
produksi, pengendalian mutunya, perawatan dan integritas peralatannya, serta
aspek keuangan yang terkait.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Air minum isi ulang adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung
diminum tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah mengalami proses pemurnian
baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya. (Nita, 2014)
Air baku adalah air yang menjadi bahan baku utama air olahan untuk
kegunaan tertentu. Kegunaan air baku terbesar adalah untuk air minum. Dalam PP
Nomor 16 tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, air baku air minum
dapat dari sumber air permukaan, cekungan, air tanah, dan atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu.
3
a. Bak atau tangki penampung air baku,
b. Unit Pengolahan Air (water treatment), yang terdiri dari:
i) Pre-filter (saringan pasir = sand filter).
Fungsi pre-filter adalah menyaring partikel-partikel yang kasar
dengan bahan dari pasir, atau dari jenis bahan lain yang efektif dengan
fungsi yang sama.
ii) Karbon Filter.
Fungsi carbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa
klor, dan bahan organik.
iii) Filter lain.
Fungsi filter ini adalah sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 mikron yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
tertentu.
iv) Alat Desinfeksi.
Fungsi alat desinfeksi adalah untuk membunuh kuman patogen
yang terdapat di air minum, sehingga kemudian cukup aman untuk
langsung dikonsumsi tanpa melalui proses perebusan kembali.
Biasanya adalah berupa sistem ozonisasi atau dengan sinar ultraviolet
berpanjang gelombang 254 nm atau 2537 Å.
4
c. Harus mempunyai manhole,
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran,
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman, dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi.
Tangki galang, pompa, dan sambungan harus terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) seperti stainless steel atau polycarbonate, tahan korosi, dan
bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkut harus dibersihkan
dan didesinfeksi bagian luarnya minimal setiap 3 bulan sekali.
Air baku harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk
diperiksa terhadap standar mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Tangki yang tidak rutin dibersihkan sangat rentan terkontaminasi bakteri,
terutama bakteri Coliform. Tingginya tingkat kontaminasi bakteri Coliform akan
mempengaruhi keberadaan bakteri patogen lain yang dapat hidup di dalam air,
contohnya bakteri Escherichia coli. (Suhestry, dkk., 2022). Keberadaan bakteri
tersebut dapat menimbulkan penyakit seperti diare.
5
3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat
pencampuran ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu
ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm.
6
harus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan
(food grade) dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85 oC, kemudian dibilas
dengan air minum atau air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa
deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.
5. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin, serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis.
6. Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa oleh
konsumen, dan atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.
2.2 Regulasi
Dalam Permenkes ini telah diatur berupa parameter persyaratan kualitas fisik,
kimia, biologi untuk produk air minum isi ulang yang harus dipatuhi. Contoh
cemaran fisik seperti benda mati, getaran, atau suhu yang dapat mempengaruhi
kualitas air minum. Cemaran kimia seperti bahan organik dan bahan anorganik pada
proses pengolahan air minum isi ulang. Cemaran mikrobiologi seperti bakteri
patogen, virus, kapang, atau jamur yang dapat menimbulkan penyakit.
7
1. Memiliki izin operasi Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda Daftar Usaha
Perdagangan (TDUP).
2. Memiliki Surat Jaminan Pasok Air Baku dari perusahaan yang memiliki izin
pengambilan air dari instansi yang berwenang.
3. Wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium
pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang
terakreditasi.
Salah satu peraturan yang mengatur kegiatan usaha depot air minum adalah
disusunnya PERMENKES No. 43 Tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi DAM
(Depot Air Minum) Isi Ulang. Dalam Permenkes tersebut ditegaskan bahwa Depot
Air Minum wajib memiliki:
1. Izin Usaha Industri atau Tanda Daftar Industri dan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP).
2. Surat izin pengambilan air atau surat jaminan pasokan air baku dari PAM atau
perusahaan lain yang memiliki izin pengambilan air dari instansi yang
berwenang.
3. Sertifikat Laik Higiene Sanitasi yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
4. Selain itu setiap DAM juga wajib menyediakan informasi mengenai:
a. Alur pengolahan air minum,
b. Masa kadaluarsa alat desinfeksi,
c. Waktu penggantian dan/atau pembersihan filter,
d. Sumber dan kualitas air baku.
5. Setiap DAM harus melakukan pemeriksaan kesehatan penjamah paling sedikit
1 (satu) kali dalam setahun.
6. Setiap pemilik DAM wajib melakukan pengawasan terhadap pemenuhan
Persyaratan Higiene Sanitasi secara terus menerus.
7. Setiap DAM harus memiliki tenaga teknis sebagai konsultan di bidang Higiene
Sanitasi.
8
8. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Higiene Sanitasi
pemilik dan Penjamah DAM wajib mengikuti pelatihan/kursus Higiene
Sanitasi.
1. Tempat
a. Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit.
b. Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah pemeliharaannya.
c. Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai.
d. Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak
menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah.
e. Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak
menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta mempunyai
ketinggian cukup.
f. Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan, penyimpanan,
pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung/konsumen.
g. Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar
secara merata.
h. Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran udara dengan baik.
i. Kelembaban udara dapat memberikan mendukung kenyamanan dalam
melakukan pekerjaan/aktivitas.
j. Memiliki akses kamar mandi dan jamban.
k. Terdapat saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar dan tertutup.
l. Terdapat tempat sampah yang tertutup.
9
m. Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun Bebas
dari tikus, lalat dan kecoa.
2. Peralatan
a. Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan.
b. Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam masa pakai/tidak
kadaluarsa.
c. Tandon air baku harus tertutup dan terlindung.
d. Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan pembersihan.
e. Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada
konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam.
f. Melakukan sistem pencucian terbalik (backwashing) secara berkala
mengganti tabung macro filter
g. Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan ukuran berjenjang.
h. Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet dan atau ozonisasi dan atau
peralatan disinfeksi lainnya yang berfungsi dan digunakan secara benar.
i. Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol (galon).
j. Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam ruangan tertutup.
k. Tersedia tutup botol baru yang bersih.
3. Penjamah
a. Sehat dan bebas dari penyakit menular.
b. Tidak menjadi pembawa kuman penyakit.
c. Berperilaku higienis dan sanitasi setiap melayani konsumen.
d. Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap melayani
konsumen.
e. Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi.
f. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 (satu) kali
dalam setahun.
g. Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki sertifikat telah mengikuti
kursus higiene sanitasi depot air minum.
10
4. Air Baku dan Air Minum
a. Bahan baku memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologi, dan kimia standar
pengangkutan air baku.
b. Memiliki surat jaminan pasok air baku.
c. Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-
zat beracun ke dalam air/harus tara pangan.
d. Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air.
e. Pengangkutan air baku paling lama 12 jam sampai ke depot air minum dan
selama perjalanan dilakukan desinfeksi
f. Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik,
mikrobiologi dan kimia standar yang sesuai standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum.
11
mengandung bakteri patogen. Proses penghilangannya dilakukan dengan
disinfeksi.
1. pH
pH merupakan faktor penting bagi air minum, pada pH 8,5 akan
mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air minum.
2. Zat Padat Total
Total solid merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan
3. Zat Organik
Zat organik dalam air berasal dari alam (tumbuh-tumbuhan, alcohol,
selulosa, gula dan pati), sintesa (proses-proses produksi) dan fermentasi. Zat
organiK yang berlebihan dalam air akan mengakibatkan timbulnya bau yang
tidak sedap.
4. Besi
Keberadaan besi dalam air bersifat terlarut, menyebabkan air menjadi merah
kekuning-kuningan, menimbulkan bau amis, dan membentuk lapisan–lapisan
seperti minyak. Besi merupakan logam yang menghambat proses desinfeksi
menggunakan klor. Dalam air minum kadar maksimum besi yaitu 0.3 mg/l,
sedangkan untuk nilai ambang rasa pada kadar 2.0 mg/l. Besi dalam tubuh
dibutuhkan untuk pembentukkan hemoglobin namun dalam dosis berlebihan
dapat merusak dinding halus.
5. Mangan
Mangan dalam air bersifat terlarut, biasanya membentuk MnO2. Kadar
mangan dalam air maksimum yang diperbolehkan adalah 0.1 mg/l. Adanya
mangan yang berlebihan dapat menyebabkan flek pada benda-benda putih oleh
12
deposit MnNO2, menimbulkan rasa, dan menyebabkan warna ungu/hitam pada
air minum, serta bersifat toksik.
6. Tembaga
Pada kadar yang lebih besar dari 1.0 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak
pada lidah, dan dapat menyebabkan gejala ginjal, muntaber, pusing, lemah,
serta dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Dalam dosis rendah
menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa.
7. Seng
Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi pada dosis tinggi
dapat bersifat racun. Pada air minum kelebihan kadar Zn > 3.0 mg/l dalam air
minum menyebabkan rasa kesat/pahit dan apabila dimasak timbul endapan
seperti pasir dan menyebabkan muntaber.
8. Klorida
Klorida mempunyai tingkat toksisitas yang tergantung pada gugus
senyawanya. Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan
air minum. Kadar Klor yang melebihi 250 mg/l akan menyebabkan rasa asin
dan korosif pada logam.
9. Nitrit
Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methemoglobinemia terutama pada
bayi yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit.
10. Logam-logam berat (Pb, As, Cd, Hg, Cn)
Adanya logam-logam berat dalam air akan menyebabkan gangguan pada
jaringan syaraf, pencernaan, metabolisme oksigen, dan kanker.
Air minum secara fisik harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi diantaranya yaitu:
1. Bau
Bau disebabkan oleh adanya senyawa yang terkandung dalam air seperti gas
senyawa organik dapat menghasilkan bau padat zat cair dan gas. Bau yang
13
disebabkan oleh senyawa organik ini selain mengganggu dari segi estetika, juga
beberapa senyawa dapat bersifat karsinogenik. Pengukuran secara kuantitatif
bau sulit diukur karena hasilnya terlalu subjektif (Kemenkes, 2010).
2. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total Suspended Solid baik yang
bersifat organik maupun anorganik. Zat organik berasal dari pelapukan tanaman
dan hewan, sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari pelapukan batuan
dan logam. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung
perkembangannya. Kekeruhan dalam air minum tidak boleh lebih dari 5 NTU
(Kemenkes, 2010).
3. Rasa
Syarat air bersih/minum adalah air tersebut tidak boleh berasa. Air yang
berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut. Sebagai
contoh rasa asam dapat disebabkan oleh asam organik maupun anorganik,
sedangkan rasa asin dapat disebabkan oleh garam terlarut dalam air (Kemenkes,
2010).
4. Suhu
Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara 25°C dengan batas toleransi
yang diperbolehkan yaitu 25°C ± 3°C. Suhu yang normal mencegah terjadinya
pelarutan air kimia pada pipa, menghambat reaksi biokimis pada pipa dan
mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Jika suhu air tinggi, maka jumlah oksigen
terlarut dalam air akan berkurang, juka akan meningkatkan reaksi dalam air
(Kemenkes, 2010).
5. Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk alasan
estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun
organisme yang berwarna.
Air yang telah mengandung senyawa organik seperti daun, potongan kayu,
rumput akan memperlihatkan warna kuning kecoklatan, oksida besi akan
14
menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, dan oksida mangan akan
menyebabkan warna air kecoklatan atau kehitaman (Kemenkes, 2010).
15
BAB III
PEMBAHASAN
Tangki pada truk yang digunakan adalah tangki khusus pengangkut air,
berbahan dasar stainless steel yang materialnya memiliki kualitas tara pangan (food
grade), mampu menjaga kestabilan air yang diangkut, serta tahan korosi. Air baku
tersebut selanjutnya disimpan dalam dua tangki khusus penyimpanan air berbahan
dasar tara pangan (food grade), yang masing-masing berkapasitas 3100 liter.
Proses pengolahan air baku tersebut dimulai dengan memompakan air dari
tangki penyimpanan menuju tangki media filter untuk diberikan penyaringan
pertama guna menghilangkan partikel kasar, dan menghilangkan bau. Selanjutnya
dengan tekanan pompa yang sama, air akan mengalir menuju unit cartridge filter
yang berisi saringan dengan ukuran mata saring berbeda dan berjenjang dalam tiga
tabung terpisah.
Air yang telah melalui dua tahap filtrasi tersebut, kemudian dialirkan menuju
unit sterilisasi yang memanfaatkan lampu ultraviolet berintensitas tinggi guna
membunuh mikroba-mikroba yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Produk
16
keluaran dari unit sterilisasi yang merupakan air minum siap konsumsi kemudian
dipecah menjadi dua aliran, yaitu untuk keperluan pembilasan galon konsumen, dan
sebagai produk air minum siap jual.
Berikut adalah skema pengolahan air minum yang kelompok kami amati pada
DAM Adiqua.
Keterangan:
A. Tangki Penyimpanan Air Baku.
B. Pompa Transfer.
C. Unit Media Filter.
D. Filter Cartridge.
E. Water Sterilizer (ultraviolet lamp).
F. Air untuk pembilasan gallon.
G. Air minum siap jual.
Tangki yang dimiliki oleh DAM Adiqua adalah dua buah tangki khusus
penyimpanan air berbahan dasar tara pangan (food grade), yang masing-masing
berkapasitas 3100 liter. Tangki tersebut dihubungkan dengan pompa transfer
melalui pipa-pipa pvc, yang dilengkapi dengan valve-valve pengatur aliran air.
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan informasi jika pemilik usaha DAM
17
Adiqua rutin membersihkan tangki airnya setiap enam bulan sekali atau dua kali
dalam setahun.
Pembersihan dilakukan secara manual dengan menggosok bagian dalam
tangki menggunakan sponge dan lap bersih. Dalam hal ini pemilik atau operator
tidak menggunakan deterjen apapun, baik yang tara pangan (food grade) maupun
yang tidak dan kemudian bagian dalam tangki dibilas kembali dengan air baku yang
biasa dipakai.
18
Gambar 4. Pompa Transfer DAM Adiqua
19
3.3.4 Filter Cartridge
Water sterilizer yang dimiliki oleh DAM Adiqua adalah sebuah unit sterilizer
lampu ultraviolet bermerek Aquatech, dengan daya 30 – 40watt yang nilai GPM
nya tidak bisa kami pastikan. Dari pengamatan kami, lampu indikator pada
electronic ballasts yang menunjukkan kondisi nyata lampu ultraviolet dalam
keadaan mati. Namun menurut infomasi dari operator DAM, yang mati hanyalah
lampu indikatornya saja, sementara lampu ultravioletnya tetap berfungsi. Meskipun
begitu, kami tak memiliki kesempatan untuk memastikannya.
20
Gambar 7. Unit Water Sterilizer DAM Adiqua
Orang yang secara langsung menangani proses pengelolaan air atau penjamah
harus memenuhi perilaku hidup bersih (PHBS). Penjamah harus mencuci tangan
dengan sabun sebelum melayani pelanggan, berpakaian bersih, dan tidak merokok.
Selain itu, di masa pandemi seperti sekarang, penggunaan masker wajib untuk
menghindari adanya penularan CoVid19 melalui udara. Berdasarkan pengamatan
penjamah DAM Adiqua menggunakan baju yang bersih, dan tidak merokok ketika
melayani pelanggan. Namun, yang bersangkutan tidak rutin mencuci tangan
sebelum melayani pelanggan dan tidak mengenakan masker.
21
sebelum diisi dengan air siap minum (Permenkes, 2014). Selain itu, air yang
digunakan untuk mencuci juga perlu dijaga pada suhu 60-85 ℃.
Setiap depot air minum wajib menjamin air yang diproduksi memenuhi
standar baku mutu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Air
minum harus memenuhi syarat kesehatan yaitu persyaratan bakteriologis, fisika,
kimia, dan radioaktif agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Depot air minum yang tidak menjamin kualitas airnya akan menimbulkan masalah
bagi konsumennya terlebih bila baku mutu bakteriologis yang diabaikan. Kualitas
bakteriologis yang diabaikan akan menimbulkan gangguan kesehatan contohnya
penyakit kolera, diare, tipoid, hepatitis, disentri, dan gastroenteritis (Khoeriyyah
dkk., 2013 dalam Dewanti dan Lilis, 2017). Pengujian kualitas air yang diproduksi
22
juga harus dilakukan secara berkala agar kualitas air minum terus terjaga. Pengujian
kualitas air minum harus dilakukan setiap bulan dan Dinkes harus melakukan
pengujian kualitas air minum secara berkala, minimal dua kali dalam setahun
(Permenkes, 2010).
23
menyebabkan fluorosis gigi, penghambatan perkembangan otak anak, serta
mempengaruhi sistem hormon pada tubuh. Kandungan total kromium dalam air
bersifat karsinogenik, kadmium dalam air minum akan menyebabkan kerusakan
ginjal, nitrit dan nitrat akan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah. Dan
sianida merupakan zat yang sangat beracun karena dapat menghalangi ikatan sel
dengan oksigen sehingga sel tidak dapat bekerja dengan baik. Sedangkan selenium
merupakan bahan yang baik untuk tubuh karena dapat mengurangi radikal bebas
dalam tubuh. Namun, bila konsumsinya melebihi baku mutu akan menyebabkan
kerusakan saraf sampai kerontokan rambut. Selain itu DAM Adiqua juga tidak
melakukan pengujian terhadap parameter alumunium. Alumunium yang jumlahnya
melebihi ambang batas dalam tubuh dapat menyebabkan beberapa masalah
kesehatan mulai dari luka usus sampai kerusakan kulit.
Berikut adalah hasil pengujian air minum DAM Adiqua bila dibandingkan
dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010.
24
Tabel 1. Hasil Pengujian Air Minum dan Permenkes No. 492 Tahun 2010
Pengujian yang tidak dilakukan secara berkala dan tidak mengikuti aturan
baku mutu yang terbaru dapat mengakibatkan kurangnya kualitas air minum yang
dihasilkan. Berdasarkan wawancara, meskipun air yang diproduksi oleh DAM
Adiqua sudah lama tidak pernah diuji laboratorium, namun hingga kini pengelola
belum pernah menerima komplain dari konsumen-konsumennya. Kami juga
melakukan wawancara terhadap dua orang pelanggan DAM Adiqua, dan mereka
menyatakan selama ini belum pernah terkena masalah kesehatan yang terkait
dengan pengkonsumsian air minum dari usaha tersebut. Namun demikian, hal ini
tetap perlu diwaspadai karena konsumsi air minum yang tidak sesuai standar dalam
jangka panjang dapat berisiko pada gangguan atau masalah kesehatan.
25
Gambar 10. Set-up Bagian Belakang Area Pelayanan DAM Adiqua
Sanitasi dan Higiene DAM juga merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan agar menghasilkan air minum berkualitas baik. Berdasarkan
Permenkes No. 43 Tahun 2014, tempat usaha merupakan salah satu aspek dalam
persyaratan sanitasi dan higiene DAM. Lokasi DAM harus berada di daerah bebas
pencemaran lingkungan, dan penularan penyakit serta bebas dari vektor serta
binatang pembawa penyakit lainnya seperti lalat dan kecoa. Selain lokasi usaha,
penjamah merupakan aspek penilaian sanitasi dan higiene suatu DAM.
Usaha DAM Adiqua berlokasi di area pertokoan yang berlokasi di Jalan
Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Lokasi pertokoan ini jauh dari
tempat pembuangan sampah yang berpotensi menyebarkan penyakit. Berdasarkan
pengamatan, tempat usaha DAM Adiqua tidak terlalu bersih dan rapi. Pada bagian
belakang dari unit terlihat banyak wadah air yang tidak terpakai, serta beberapa
wadah berisi air yang tidak tertutup sehingga dapat menjadi sarang nyamuk.
250 x 19 liter x 3 = 14250 liter/bulan, atau sebanyak 750 wadah air minum isi
ulang.
26
3.7 Aspek Keuangan Usaha DAM Adiqua
Catatan:
Harga air baku yang diperoleh oleh DAM Adiqua adalah seharga Rp
200.000 per 8000 liter.
Harga air minum yang dijual oleh DAM Adiqua dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
• Untuk konsumen yang datang langsung : Rp 3.500/wadah
• Untuk konsumen yang menggunakan jasa antar : Rp 5.000/wadah
27
Sehingga pendapatan rata-rata per bulannya adalah, berkisar antara Rp
2.625.000 hingga Rp 3.750.000
Instalasi pengolahan air minum isi ulang tersebut dibeli oleh pemilik DAM
Adiqua dari pemilik sebelumnya, dengan nilai perolehan sebesar Rp 13.000.000.
Sehingga dengan keuntungan rata-rata di atas, maka titik impas/balik modalnya
dapat dicapai pada bulan ke 6 hingga bulan ke 11.
28
BAB IV
4.1 Simpulan
• Air minum yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat harus memenuhi
syarat fisik, kimiawi, bakteriologis/mikrobiologi dan radioaktivitas, sebab
air baku belum tentu memenuhi standar air minum.
• Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi
Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
• Perawatan alat pada DAM Adiqua belum dilakukan secara optimal, mulai
dari kurangnya unit media filter silica, tabung filter yang tidak rutin
dibersihkan, hingga matinya indikator lampu ultraviolet.
• Pengujian kualitas hasil unit pengolahan air minum di DAM Adiqua sudah
terlalu lama sejak terakhir kali diujikan, yaitu pada tahun 2003. Dan banyak
ketidaksesuaian hasil pengujian air minum tersebut dengan baku mutu air
minum yang berlaku saat ini.
• Tidak adanya pemantauan rutin dari instansi pemerintah terkait (Dinas
Kesehatan) terhadap kualitas air minum yang dihasilkan oleh usaha DAM
Adiqua.
4.2 Saran
• Sebaiknya dilakukan pengujian ulang, dan rutin terhadap kualitas air baku
serta air minum yang dihasilkan oleh DAM Adiqua, disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku saat ini.
• Sebaiknya pengelola DAM Adiqua lebih memperhatikan integritas dari unit
instalasi pengolahan air minumnya, dengan cara melakukan perawatan rutin
serta penggantian spare-parts dari peralatan yang jika diperlukan atau
sesuai dengan saran manufaktur yang dianjurkan.
29
• Sebaiknya Dinas Kesehatan terkait harus melakukan pemantauan rutin
terhadap kualitas air minum yang dihasilkan oleh usaha Depot Air Minum.
30
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
ALFIAN, A. R., dkk. 2021. Mengenal Air Minum Isi Ulang. Universitas Andalas.
Sumatera Barat.
MAIRIZKI, F. 2017. Analisis Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) Di Sekitar Universitas Islam Riau. Jurnal Endurance 2(3), (389-
396). STIKes Al-Insyirah. Riau.
ROSITA, N. 2014. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) di Tangerang Selatan. Jurnal Kimia Valensi Vol.
4 No. 2 (134-141). UIN Syarif Hidyatullah. Jakarta.
SUHESTRY, A. D., dkk. 2022. Analisis Mikrobiologi, Fisika, dan Kimia Air
Minum Isi Ulang dari Depot Di Kampung Baru, Kedaton, Bandar Lampung.
31
Jurnal Agroindustri Berkelanjutan Vol. 1 No. 1. Universitas Lampung.
Lampung.
WANDRIVEL, R. 2012. Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum
Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan
Mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas :1(3). Universitas Andalas.
Sumatera Barat.
32