PROPOSAL
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui:
Dosen Pembimbing
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
1. Tri Ari Setyastuti S.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi Teknik
Penanganan Patologi Perikanan,
2. Indah Puspitasari S.Si., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan demi terselesaikannya Laporan ini,
3. Seluruh Dosen Teknik Penanganan Patologi Perikanan yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini,
4. Ibunda dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik
motivasi maupun doa,
5. Dan teman-teman semua yang juga memberikan support dan motivasinya
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.2.1 Maksud ........................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan ............................................................................................ 2
III. METODOLOGI.............................................................................................. 20
3.1 Waktu dan Lokasi ................................................................................... 20
3.2 Metode Praktik ....................................................................................... 20
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 20
3.3.1 Data primer................................................................................... 20
3.3.2 Data sekunder .............................................................................. 21
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 21
3.4.1 Pengolahan data .......................................................................... 21
iv
3.4.2 Analisis data ................................................................................. 22
3.5 Metode Pengecekan Kualitas Air ............................................................ 23
3.6 Kultur Bakteri Vibrio sp ........................................................................... 24
3.7 Jadwal Kegiatan ..................................................................................... 25
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Standar Kualitas Air Pembesaran Udang Vannamei ...................................... 13
2. Jadwal Kegiatan ............................................................................................ 25
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Daftar Pertanyaan Wawancara……………………………………………………29
viii
1
I. PENDAHULUAN
dengan teknologi intensif oleh karena ketersediaan benih SPF (Spesific Pathogen
Free), sehingga dapat ditebar dengan kepadatan yang lebih tinggi, dan memiliki
sintasan serta produksi yang tinggi (Anonim, 2003; Poernomo, 2004). Di Indonesia
udang vaname dan dapat ditingkatkan hingga 244 ind./m2, dengan menggunakan
2004).
internasional, karena memiliki keunggulan nilai gizi yang sangat tinggi serta
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya budidaya udang
serangan penyakit pada udang vannamei sangat besar. Penyakit yang ditimbulkan
oleh bakteri, virus, dan jamur dapat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan
antara Host, Pathogen Agent, dan Environment. (Zonneveld et al., 1991). Pada
budidaya udang, penyakit yang mudah timbul umumnya disebabkan oleh bakteri
Vibrio sp. (Ruangpan dan Kitao, 1991). Jenis bakteri ini mampu berkembang
dengan cepat jika bahan organik dalam air tambak banyak. Menurut Singh (1986)
dan Hameed (1993), apabila populasi Vibrio sp. lebih banyak dibanding dengan
Salah satu yang faktor yang memicu terjadinya penyakit pada budidaya
udang vannamei yaitu berdasarkan kualitas airnya, yang mana baik buruknya
1
2
kualitas air juga menentukan pada tingkat kelangsungan hidup dari udang
bahwa fluktuasi pH, tingkat oksigen, temperatur, salinitas, kadar amonia, dan
sulfat, serta bahan-bahan organik yang lain dapat sebagai penyebab stress pada
“Kelimpahan Populasi Bakteri Vibrio sp. Dan Kualitas Air Pada Budidaya Udang
Vannamei Di PT. Pendawa Sena Jaya Situbondo Jawa Timur”, sehingga ilmu dan
untuk mempelajari, dan ikut serta dalam mendeteksi kelimpahan populasi bakteri
Vibrio sp. dan kualitas air pada budidaya udang vannamei di PT. Pendawa Sena
1.2.2 Tujuan
Sena Jaya
2
3
Arthropoda. Ada ribuan spesies di filum ini namun, yang mendominasi perairan
pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidea
Genus : Litopenaeus
3
4
vannamei dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu exopodite dan endopodite.
Vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau
Kepala udang vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan dua
pasang maxillae serta rostrum sebagai organ pertahanan diri. Kepala udang
vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang maxillipied dan lima pasang kaki
modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Endopodite kaki berjalan
Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki ke-1, ke-2, dan ke-3) dan tanpa capit (kaki
ke-4 dan ke-5). Di antara coxa dan dactylus, terdapat ruang berturut-turut disebut
basis, ischium, merus, carpus, dan cropus. Pada bagian ischium terdapat duri
taksonomi (Haliman dan Adijaya, 2005). Adapun morfologi udang vannamei dapat
4
5
alam, udang dewasa kawin dan memijah pada kolom perairan lepas pantai
(kedalaman kurang ebih 70 m) bagian selatan, tengah dan utara amerika dengan
suhu 26-30 °C dan salinitas + 35 ppt (Part Per Trillion). Setelah telur-telur
menetas,larva hidup dilaut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadia post
larva mereka bergerak kedaerah pantai dan perlahan-lahan turun didaerah estuari
dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrien, salinitas dan suhu yang
sangat berfariatif dibandingkan dengan laut lepas. Setelah beberapa bulan hidup
Udang biasa kawin didaerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin
5
6
tingkah laku udang. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), beberapa tingkah laku
1. Sifat nokturnal yaitu sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu
malam hari dan pada waktu siang hari mereka lebih suka beristirahat,
2. Sifat kanibalisme yaitu sifat suka memangsa sejenisnya. Sifat ini sering
timbul pada udang yang kondisinya sehat, yang tidak sedang ganti kulit.
udang yang keras (tidak elastis). Oleh karena itu untuk tumbuh menjadi
6
7
besar mereka perlu melepas kulit lama dan menggantikan dengan kulit
baru.
4. Daya tahan udang sangat besar pada waktu berupa benih sangat tahan
sedikit.
air; b) setting kincir air; c) pemasangan (perbaikan) PVC central drain /pintu monik
kontrol pemberian pakan dan kondisi udang; e) Pengisian air laut didalam tambak
sampai kedalaman 130-150 cm bila lahan sudah siap; f) setting dan pemasangan
organik. Selain itu, bisa ditambahkan bahan probiotik (bakteri pengurai) yang
mengandung Bacillus sp. karena secara tidak langsung bisa mempercepat proses
7
8
plankton akan terbentuk dalam waktu 3-5 hari (Rubiyanto dan Dian, 2006)
Menurut Rubiyanto dan Dian, (2006), tips memilih benur vaname yaitu:
sempurna
dilepas terlebih dahulu diadaptasikan terhadap parameter kualitas air yaitu suhu,
salinitas, pH, dan parameter kualitas air lainnya secara perlahan-lahan, lamanya
adaptasi berkisar 5-15 menit. Waktu penebaran yang baik diusahakan pagi (jam
05-07.00 WIB). Padat penebaran yang optimal pada pembesaran udang dengan
teknologi intensif pada sistem iniberkisar antara 25-50 ekor per m2 (tergantung
Pakan yang umum diberikan berupa pakan buatan dengan jenis crumble
dan pellet dan dapat diberikan jenis pakan tambahan lainnya (pakan
hasil pengamatan dan sampling di lapangan. Selain pakan buatan yang di berikan,
diberikan pula pakan segar berupa cumi segar dengan dosis 2-4 % (Ditjenkan,
2003)
8
9
udang mudah stress sehingga pertumbuhan udang terhambat. Selain itu, daya
Untuk mendapatkan parameter kualitas air yang optimal dan kondisi prima,
terprogram dengan memperhatikan kualitas air yang penting seperti suhu, O2, pH,
2.2.5 Sampling
9
10
menjaga kualitas air agar tetap stabil sehingga udang tidak stres; 4)
2.2.7 Pemanenan
Manenan udang dilakukan setelah umur pemeliharaan > 100 hari, akan
di pasaran. Teknik panen yang sering dilakukan adalah dengan cara menurunkan
volume air secara bertahap dengan gravitasi atau pompa air, bersamaan itu,
malam hingga pagi hari atau diusahakan pada suhu rendah dengan tujuan untuk
menyerang ikan-ikan air laut dan ikan air tawar, udang dan juga kerang- kerangan.
Adapun berdasarkan Gene bank (2003), klasifikasi bakteri Vibrio sp. adalah
sebagai berikut :
Phylum : Bacteria
10
11
Class : Schizomycetes
Order : Vibrionales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Bakteri Vibrio sp. mempunyai ciri-ciri antara lain berbentuk batang pendek,
bersifat gram negative, bergerak dengan flagel, tidak berspora, tidak berkapsul,
bakteri berwarna putih sampai krem, bentuk bulat, tepi rata dan tanpa pigmen serta
tumbuh pada media selektif Thiosulphate Citrate Bile Sucrose Agar (TCBSA)
dengan koloni berwarna kuning atau hijau (Ode, 2012). Adapun gambar morfologi
Gejala klinis yang ditunjukkan oleh sampel udang vanname (L. vannamei)
11
12
(Austin dan Austin, 2007). Adanya gejala klinis tersebut mengindikasikan adanya
infeksi bakteri genus Vibrio. Gejala klinis yang serupa juga telah dilaporkan pada
Adapun gambar gejala klinis udang berupa (a) tubuh memerah (kiri atas),
(b) pleopoda memerah (kanan atas), (c) telson memerah (kiri bawah), dan (d)
pada permukaan inang, diikuti masuknya bakteri ke dalam sel inang, dilanjutkan
proses kolonisasi pada jaringan target dari hospes dengan satu bagian sel yang
perlekatan, nutrisi, motilitas dan mengelak dari system imun serta invasi. Setelah
kolonisasi terjadi proses invasi, yaitu penyebaran lokal atau sistematik dalam
12
13
penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan meningkatkan daya tahan ikan
sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah stress
dan menurunkan daya tahan terhadap serangan bakteri, pada dasarnya kehadiran
penyakit adalah merupakan hasil interaksi antara lingkungan, inang dan patogen
(Ode, 2009).
Kualitas air yang baik mampu mendukung pertumbuhan udang secara optimal. Hal
ini berhubungan dengan faktor stress udang akibat perubahan kualitas air di
tambak. Beberapa parameter kualitas air yang harus selalu dipantau yaitu suhu,
Sesuai dengan SNI 01 7246:2006 bahwa parameter kualitas air yang optimal untuk
2 Salinitas g/l 15 – 25
3 pH - 7,5 – 8,5
13
14
12 Kecerahan air Cm 30 – 45
a) Suhu
suhunya relatif konstan dibandingkan dengan suhu udara (Boyd, 1990). Energi
dalam air akan menaikkan penyerapan panas. Terjadinya transfer panas dari
lapisan atas ke lapisan bawah tergantung dari kekuatan pengadukan air (angin,
mempengaruhi proporsi amonia bebas (NH3) dalam air. Semakin tinggi suhu
14
15
b) Kecerahan
yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton,
jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur dan pasir
dalam air juga berpengaruh. Plankton tersebut akan memberikan warna hijau,
kuning, biru-hijau, dan coklat pada air. Kedalaman air yang dipengaruhi oleh sinar
matahari (photic zone) di danau atau tambak sekitar dua kali nilai pengamatan
a) Salinitas
dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (0/oo) atau
ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama yaitu: sodium, potasium,
terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap kecil (Boyd, 1990).
Ion kalsium (Ca), potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang paling
berikut :
2. AirPayau :
15
16
3. Air Asin :
Marine : 30 - 40 ppt
b) pH
pH = -log [H+]
Nilai pH mengindikasikan apakah air tersebut netral, basa atau asam. Air dengan
kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan umum
yang tidak dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai
diatas 8,5, tetapi pada tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9 atau lebih
(Boyd, 2002).
c) Alkalinitas
hidroksida (OH-), borat (BO3-), fosfat (P043-), dan silikat (SiO44-), (Millero, 1999).
Kisaran total alkalinitas yang dikehendaki untuk budidaya udang adalah antara 75
dan 200 mg/l CaCO3. Alkalinitas karbonat–bikarbonat di permukaan dan air tanah
16
17
dihasilkan terutama melalui interaksi antara CO2 dan kapur (limestone) (Wurts dan
Durborow, 1992).
d) Hardness (Kesadahan)
bervalensi dua yang ada dalam air. Dalam budidaya perairan dinyatakan dalam
Oleh karena itu jika yang diperhitungkan hanya kandungan kalsium dan
e) DO
Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) merupakan variabel kualitas
air yang sangat penting dalam budidaya udang. Semua organisme akuatik
fitoplankton. Oksigen masuk dalam air melalui beberapa proses. Oksigen dapat
terdifusi secara langsung dari atmosfer setelah terjadi kontak antara permukaan
difusi ke udara, respirasi plankton, dan respirasi sedimen dasar (Boyd, 1990).
konsentrasi oksigen terlarut dalam air. Sisa pakan (uneaten feed) dan sisa hasil
17
18
f) Nitrit
Nitrit dalam kolam ikan berasal dari ekskresi ikan berupa amonia yang
dirubah menjadi nitrit oleh bakteri atau sisa pakan dan feses yang mengalami
normal, nitrit akan dirubah oleh bakteri menjadi nitrat, namun jika terjadi
keterbatasan oksigen terlarut, reaksi akan terhenti sampai nitrit (Durborow et al.,
1997). Toksisitas nitrit pada ikan dapat diatasi dengan meningkatkan rasio
molaritas klorida dan nitrit (Boyd, 1990) yaitu dengan menambahkan sodium
klorida (NaCl) dan kalsium klorida (CaCl2). Klor dapat menghalangi masuknya nitrit
g) Amonia
Amonia dalam perairan terdapat dalam dua bentuk yaitu amonia bebas
bebas pada konsentrasi tinggi beracun bagi ikan dan udang sedangkan amonia
ion tidak beracun. Kedua bentuk amonia tersebut dipengaruhi oleh pH dan suhu
perairan (Colt, 1984). Semakin tinggi pH dan suhu perairan semakin tinggi pula
Ion amonium (NH4+) relatif tidak beracun dan mendominasi perairan ketika pH
rendah. Secara umum kurang dari 10% amonia dalam bentuk toksik pada pH
kurang dari 8,0, namun akan naik secara drastis jika pH naik (Hagreaves dan
Tucker, 2004).
18
19
a) Plankton
Plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun 1887
kecil, tidak memiliki daya gerak (bila ada sangat kecil), melayang-layang di dalam
air dan tidak mampu menentang arus (Basmi, 1999). Plankton dapat dibedakan
pakan alami organisme akuatik dan melalui proses rantai makanan dapat
19
20
III. METODOLOGI
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL II) ini dilakukan dalam waktu yang
Desember 2022 di PT. Pendawa Sena Jaya Desa Lamongan, Kecamatan Arjasa,
Kabupaten Situbondo.
Metode yang digunakan pada kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL II) ini yaitu
deskriptif. Tujuan dari metode deskriptif ini untuk memberikan suatu deskripsi atau
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta
Data yang diperoleh dalam Praktek Kerja Lapang (PKL II) ini diperoleh dari
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari
langsung dari sumber asli. Sumber penelitian primer diperoleh untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Dalam praktek kerja lapang II ini, data primer yang akan
pemanenan, kultur bakteri Vibrio sp., dan, pengukuran kualitas air meliputi
20
21
parameter fisika yaitu suhu dan kecerahan, parameter kimia meliputi: pH, DO,
salinitas, dan alkalinitas, hardness, amonia, dan parameter biologi berupa plakton.
Ada dua metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data primer, yaitu:
metode survei dan metode observasi (Sangaji dan Sopiah, 2010). kemudian
setelah diperoleh data pengujian kualitas air baik parameter fisika dan kimia, lalu
dijadikan tabel dan grafik terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan metode
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari semua literatur (bukan dari
studi ini (Azwar, 1998). Data sekunder dapat berupa data internal dan data
eksternal. Data internal adalah data yang berisi dokumen-dokumen akuntansi dan
Sementara data eksternal adalah data yang umumnya disusun oleh suatu entitas
selain subyek dari organisasi yang bersangkutan (Sangadji dan Sopiah, 2010).
Data sekunder yang diambil pada Praktek Kerja Lapang II ini yaitu mengenai data
Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, mengacu pada Anggito
a) Editing
21
22
Sebelum data diolah data tersebut perlu diedit terlebih dahulu perkataan
lain data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam record book, daftar
pertanyaan ataupun pada interview guide perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki
Pada Praktek Kerja Lapang II ini, semua data yang diperoleh baik dari data
b) Tabulating
Membuat tabulasi tidak lain dari memasukkan data di dalam tabel-tabel dan
kategori. Dalam Praktek Kerja Lapang II ini data yang sudah terkumpul,
selanjutnya disusun dalam bentuk tabel ataupun grafik sehingga mudah untuk
dipahami.
paling mudah dibaca dan diinterprestasikan (Sugiyono, 2013). Analisa data pada
Praktek Kerja Lapang II ini yaitu menganalisa kelimpahan bakteri Vibrio sp dan
pengujian kualitas air berupa parameter fisika dan kimia pada budidaya udang
vannamei di PT. Pendawa Sena Jaya selama 54 hari yang kemudian setelah
diperoleh data-data tersebut diolah terlebih dahulu menjadi tabel dan grafik,
22
23
a) Suhu dan DO
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Tekan tombol on/off untuk menyalakan alat DO meter
3. Tunggu hingga 5 menit kemudian lakukan kalibrasi
4. Membuka penutup elektroda, kemudian mencelupkan elektroda sampai
kedasar tambak
5. Tunggu hingga nilai suhu pada layar stabil kemudian catat
6. Tekan tombol on/off untuk mematikan alat
b) Kecerahan
1. Secchidisk di turunkan secara perlahan-lahan ke tambak sampai piringan
hitam putih
2. Skla pada secchidisk yang sejajar dengan permukaan air (T1 dicatat)
3. Kemudian di angkat perlahan-lahan sampai piringan putih terlihat (T2)
4. Skala pada secchidisk yang sejajar dicatat
5. Nilai cerahan di hitung dengan rumus yang telah di tentukan
c) Salinitas
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Alat ukur di kalibrasi, kemudian penutup prisma dibuka dan diteteskan
sampel air sebanyak 1-2 tetes dengan menggunakan pipet tetes kemudian
tutup kembali prisma dengan baik dan pastikan air sampel memenuhi area
prisma
3. Mengambil hasil pengukuran pada skala, adanya perbedaan warna putih
dan biru, kemudian mencatat nilai yang tertera pada pembedaan warna
tersebut.
d) pH
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Menyalakan alat, kemudian alat dicelupkan kedalam larutan buffer untur
mengkalibrasi alat (larutan buffer 4,7-10)
23
24
steril yang berisi 9 ml larutan trisalt yang telah disterilkan. Larutan diaduk sampai
homogen dan diberi tanda 10-1. Diambil 1 ml sampel dari sampel tabung pertama
dan dimasukkan ke dalam 9 ml trisalt yang lain. Proses ini dilakukan sampai
angka 8. Setelah media mengeras, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 34°C
24
25
Waktu Pelaksanaan
Oktob
Uraian Kegiatan November Desember
er
1 1 2 3 4 1 2 3
Penyusunan
Proposal PKL
Pelaksanaan
Kegiatan PKL
Pengumpulan Dan
Analisa Data
Penyusunan Laporan
Konsultasi, Revisi,
Dan Pengumpulan
Laporan
25
26
DAFTAR PUSTAKA
26
27
Ode, Inem. 2012. Patologi Bakteri Vibrio pada Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Darussalam Ambon. Bimafika, 2012, 3, 355-359.
Singh, B.I. 1986. Studies on the Bacteria Associated with Penaeus indicus in a
Culture System. Ph.D. Thesis. Cochin University of Science and
Technology, Cochin, India, 230 pp.
SNI 01 7426:2006. Produksi udang vanname (Litopenaeus vannamei) ditambak
dengan teknologi intensif
27
28
28
29
1. Apakah benur yang digunakan di PT. Pendawa ini benar-benar benur yang
2. Dari sumber apa air pasok yang digunakan dan bagaimana prosesnya
sampai ke tandon?
3. Treatment apa saja yang digunakan pada air pemeliharaan di bak tandon?
6. Bagaimana manajemen kualitas air seperti suhu, pH, ammonia dll pada PT.
Pendawa ini?
8. Pada saat apa titik kritis pada pembesaran udang vannamei di PT. Pendawa
ini?
29