Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KEGIATAN MAGANG PENYULUH PERIKANAN DI DINAS

KETAHANAN PANGAN PERTANIAN DAN PERIKANAN BANJARBARU


PADA USAHA BUDIDAYA IKAN PAPUYU (Anabas testudineus) POKMAS
SAKURA KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS KOTA BANJARBARU
PROVINSI KALIMANTANSELATAN

OLEH:

RAHMAT REZA HARYANDI


1910715210001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2022
LAPORAN KEGIATAN MAGANG PENYULUH PERIKANAN DI DINAS
KETAHANAN PANGAN PERTANIAN DAN PERIKANAN BANJARBARU
PADA USAHA BUDIDAYA IKAN PAPUYU (Anabas testudineus) POKMAS
SAKURA KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS KOTA BANJARBARU
PROVINSI KALIMANTANSELATAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Kegiatan Magang Pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

OLEH:

RAHMAT REZA HARYANDI


1910715210001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : LAPORAN KEGIATAN MAGANG PENYULUH


PERIKANAN DI DINAS KETAHANAN PANGAN
PERTANIAN DAN PERIKANAN BANJARBARU
PADA USAHA BUDIDAYA IKAN PAPUYU (Anabas
testudineus) POKMAS SAKURA KELURAHAN
GUNTUNG MANGGIS KOTA BANJARBARU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NAMA : RAHMAT REZA HARYANDI
NIM : 1910715210001
JURUSAN : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
PROGRAM STUDI : SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

Disetujui oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Leila Ariyani Sofia, S.Pi., M.P Mailita S.Pd.I., M.Pd.


NIP. 19730428 199803 2 002 NIP. 1993052920 180121 3 001

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi Sosial Ekonomi


Fakultas Perikanan dan Kelautan Perikanan
ULM Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM

Dr. Ir. Hj. Agustiana, MP Muhammad Adnan Zain,S.Pi.,M.P


NIP. 19630808 198903 2 002 NIP. 19820315 200501 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur Praktikan Panjatkan Kehadirat Allah SWT, Karena Rahmat
Dan Karunia-Nya, sehingga praktikan dapat menyusun Laporan Program Kerja
Magang di Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Banjarbaru dengan
wilayah penyuluhan Guntung Manggis pada waktu yang telah ditentukan. Pada
kesempatan ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada ketua tim pembimbing Ibu
Ibu Dr. Leila Ariyani Sofia, S.Pi., M.P dan Mailita, S.Pd.I., M.Pd. sebagai anggota
tim pembimbing atas bimbingan serta saran yang diberikan selama penyusunan
Laporan program magang ini. Terima kasih pula saya sampaikan kepada Bapak Feri
Budi Permana, A.Md, selaku Pembimbing Penyuluh Lapang dan kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Saya menyadari bahwa Laporan Kegiatan Magang yang ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga Laporan Kegiatan Magang ini bermanfaat bagi
semua orang dan bisa berguna sebagaimana mestinya.

Banjarbaru, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan Magang ......................................................................... 2
1.3. Ruang Lingkup .......................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3
2.1. Penyuluhan Perikanan ............................................................... 3
2.2. SKKNI Bidang Penyuluhan Perikanan ..................................... 8
BAB III. METODELOGI ........................................................................... 17
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 17
3.2. Desain Magang .......................................................................... 17
3.3. Populasi/Kelompok Sasaran ..................................................... 17
3.4. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 17
3.5. Metode Analisis Data ............................................................... 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 21
4.1. Rumusan Keadaan Wilayah Perikanan ...................................... 21
A. Sumber Daya Alam .............................................................. 21
B. Sumber Daya Manusia .......................................................... 21
C. Sumber Daya Penunjang ....................................................... 22
D. Sumber Daya Penyuluhan..................................................... 22
E. Peta Usaha Perikanan ............................................................ 23
F. Rencana Usaha Bersama (RUB) ........................................... 23
4.2. Penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan .......................... 24
A. Indentifikasi Isu-Isu .............................................................. 24

iv
B. Perumusan Masalah .............................................................. 24
C. Perumusan Tujuan ................................................................ 25
D. Penyusunan Cara Mencapai Tujuan/Rencana Kerja
Penyuluhan ......................................................................... 25
4.3. Penetapan Metode Penyuluhan Perikanan ................................ 25
A. Perumusan Kebutuhan Teknologi ........................................ 25
B. Penyusunan Materi/Media Penyuluhan ................................ 26
C. Pertemuan/Pembinaan Penyuluhan ...................................... 26
D. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut/Evaluasi...................... 26
4.4. Penumbuhan/Pembinaan Kelembagaan ................................... 26
A. Penumbuhan Kelompok ...................................................... 26
B. Penyusunan AD/ART Kelompok ......................................... 27
C. Perdaftaran KUSUKA ......................................................... 36
D. Pendaftaran UMKM Berbasis Resiko .................................. 37
4.5. Fasilitas Pelaksanaan Usaha Perikanan ..................................... 37
A. Penetapan Kondisi Usaha Perikanan .................................... 37
B. Penetapan Materi Konsultasi ............................................... 37
C. Pendampingan Usaha Perikanan .......................................... 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 39
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 39
5.2. Saran ....................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
4.1.B. Sumber Daya Manusia Pokmas Sakura di Kelurahan Guntung
Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru
Provinsi Kalimantan Selatan ...................................................... 21
4.1.E. RUB Pokmas Sakura di Kelurahan Guntung Manggis
Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan...................................................................... 23
4.2.A. Isu-isu permasalahan dan penyelesaian yang ada di Pokmas
Sakura di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan
Ulin Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan ................... 24

vii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
4.1.E. Peta Usaha Pokmas SAKURA Wilayah Kota BanjarBaru
Provinsi Kalimantan Selatan ....................................................... 23
4.3.B. Gambar leaflet sebagai media penyuluhan di Pokmas SAKURA
Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin
Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan ............................ 26
4.1.E. Gambar KUSUKA Pokmas SAKURA Wilayah Kota BanjarBaru
Provinsi Kalimantan Selatan ....................................................... 36

v
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi cukup besar


untuk melakukan pengembangan budidaya ikan air tawar. Salah satu komoditas ikan
air tawar yang sangat potensial adalah ikan papuyu. ikan papuyu merupakan salah satu
jenis ikan yang banyak ditemukan di perairan rawa Kalimantan Selatan. Umumnya
ikan ini mendiami ketiga jenis perairan rawa yaitu rawa monoton, rawa tadah hujan,
dan rawa pasang surut. Secara khusus ikan papuyu mendiami daerah perairan rawa
dengan karakter perairan berwarna kecoklatan, tetapi umumnya ia mampu hidup di
wilayah perairan yang soft, hard, alakalin’e, acidic dan brackish water, seperti di rawa,
danau, sawah, sungai kecil, dan parit, serta di kolam yang mendapat air banjir atau
berhubungan denga saluran air terbuka (Rukmini, Slamat, & Aisiah, 2014)
Kegiatan magang merupakan suatu proses pembelajaran yang mengandung
unsur “belajar sambil bekerja” (learning by doing), dimana pemagang akan
membiasakan diri untuk mengikuti proses pekerjaan yang sudah biasa dilakukan
sumber belajar atau fasilitator pemagang (Wardani, 2013). Pemagang bukan hanya
melihat atau mendengar teori pekerjaan, akan tetapi harus melakukan langsung apa
yang dilihat dan dipahaminya.
Tujuan utama dari sebuah perusahaan ialah pencapaian profit (laba) dan hal
ini dapat juga sebagai tolak ukur dalam sukses atau tidaknya sebuah perusahaan dalam
pencapaian tujuannya, selain itu perusahan harus efektifitas dan efisien dalam
menjalankan operasional perusahaan juga memang peran penting. Efisiensi yang
dimaksud adalah strategi pemasaran yang dilakukan dengan perhitungan dan
pertimbangan yang tepat sehingga tidak ada pemborosan biaya baik itu dalam
operasional maupun dalam biaya promosi maupun iklan dan efektifitas yang dimaksud
ialah pemilihan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan pasar yang dilayani
oleh perusaan sehingga sasaran yang ditetapkan dapat tercapai.
Sebuah segmentasi pasar, sasaran konsumen dan posisi pasar yang dilakukan
tidak akan berjalan jika tidak diikuti dengan strategi pemasaran yang tepat, oleh karna
itu strategi pemasaran adalah merupakan ujung tombak untuk meraih konsumen

1
2

sebanyak-banyaknya, dan disamping itu tujuan strategi pemasaran juga


digunakan untuk menjatuhkan lawan atau menghadapi serangan persaingan yang ada
dan akan masuk. Strategi adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh suatu
perusahaan untuk mencapai tujuan, setiap langkah harus dijalankan secara hati-hati
dan terarah. Untuk mencapai tujuan perusahaan harus siap untuk bersaing dengan
pesaing kecil sampai pesaing besar. Selain itu, setiap waktu akan terus bermunculan
pesaing-pesaing baru, apa lagi jika produk yang ditawarkan memberikan keuntungan
yang menggiurkan, pesaing-pesaing inilah yang disebut sebagai rintangan atau
hambatan untuk menjual produk ke pelanggan.
Pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk dan
mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada
masyarakat agar produk itu dikenal dan akhirnya membeli. Mengkomunikasikan
produk perlu disusun suatu strategi yang sering disebut dengan strategi bauran promosi
(Promotion-mix) yang terdiri dari 4 komponen utama, yaitu periklanan (advertising),
promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations), dan
penjualan perorangan (personal selling).
1.2. Tujuan Magang

1. Mengidentifikasi Keadaan Umum Wilayah Perikanan


2. Menganalisis Programa Penyuluhan Perikanan
3. Melakukan Penetapan Metode Penyuluhan Perikanan
4. Mengetahui Penumbuhan Kelompok Pelaku Utama Perikanan
5.Mengetahui Kegiatan Fasilitasi Pelaksanaan Usaha Perikanan Serta
Melaksanakan Penyuluh Perikanan Prioritas dan Evaluasi Hasil
1.3. Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup di bidang penyuluhan di kota banjarbaru adalah berupa
1. Rumusan keadaan wilayah perikanan
2. Penyusunan programa penyuluh perikanan
3. Penetapan metode penyuluhan perikanan
4. Penumbuhan/pembinaan kelembagaan
5. Fasilitas pelaksanaan usaha perikanan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Perikanan


Penyuluhan seringkali diasosiasikan dengan penerangan atau propaganda,
padahal penyuluhan ialah upaya mengubah perilaku individu, kelompok, atau
komunitas agar tahu, mau, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi supaya
dapat hidup lebih baik dan bermartabat. Agar penyuluhan dapat berlangsung dengan
baik diperlukan pendidikan dan komunikasi untuk berbagi informasi. Hal ini dapat
dilakukan oleh fasilitator, baik yang berasal dari suatu sistem sosial itu sendiri
(internal agent of change) atau yang berasal dari luar sistem sosial itu, seperti penyuluh
lapangan atau pekerja pembangunan dari sebuah lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Penyuluhan itu sendiri merupakan proses pendidikan, sehingga dalam
pelaksanaannya penyuluhan berpegang pada falsafah pentingnya individu,
berkesinambungan, dan berasas demokrasi, agar klien mandiri. (Amanah, 2006)
Khusus tentang penyuluhan perikanan, pelaksanaannya terintegrasi dengan
penyuluhan pertanian. Ketika Departemen Perikanan dan Kelautan (DKP) dibentuk
pada tahun 1998, penyuluhan perikanan di daerah dikelola oleh unit kerja yang
memiliki tugas dan fungsi penyuluhan perikanan pada salah satu dinas terkait yang
menangani bidang perikanan. Prinsip-prinsip penyuluhan dan konsep-konsep terkait
secara umum berlaku dalam penyuluhan perikanan. Namun demikian, perbedaan cara
petani dan nelayan mengelola sumber daya alam, menuntut perbedaan pendekatan
penyuluhan bagi kedua kelompok masyarakat itu (Siti Amanah dan Yulianto, 2002).
Penyuluhan dapat memberi kontribusi pada peningkatan kemampuan nelayan.
Melalui penyuluhan, akan terjadi perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
nelayan. Bisnis mereka akan berkembang, demikian pula lingkungan hidup dan
sosial budaya masyarakat setempat. Perikanan sebagai sebuah sistem hubungan antar
manusia memiliki keterkaitan dengan berbagai elemen, Pengembangan sektor
perikanan tidak terlepas kebijakan makro ekonomi dan sistem sosial ekonomi
masyarakat. Di level makro, dalam menetapkan sebuah kebijakan, pemerintah
berpedoman pada kondisi sosial ekonomi masyarakat perikanan, yang antara lain
mencakup karakteristik rumah tangga, perkembangan kelompok nelayan, teknologi
perikanan yang digunakan, dan penanganan pasca panen. (Amanah, 2006)

3
4

2.1.1. Penyuluhan Perikanan Menurut Para Ahli

Penyelenggaraan penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku


utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi
pemodalan,dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluhan adalah perpanjangan pelayanan yang menyebarluaskan
keunggulan hasil dari suatuinstitusi pendidikan kepada orang-orang yang tidak dapat
mengikuti kegiatanpendidikan tersebut dengan cara yang regular. Hal tersebut
menegaskan bahwa bentuk dari penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan.
Penyuluh perikanan tidak hanya dimanfaatkan untuk mampu menyebarluaskan
informasi saja, namun juga membantu petani dalam menganalisi situasi yang sedang
dihadapi, meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan.
Penyuluhan merupakan suatu proses aktif yang memerlukan interaksi antara
penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan perilaku. Dengan kata
lain kegiatan penyuluhan tidak terhenti pada penyebarluasan informasi, dan
memberikan penerangan. Akan tetapi, merupakan proses yang dilakukan secara terus
menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu dan melelahkan, sampai
terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan
yang menjadi client penyuluhan (Rohman, 2008).
Penyelenggaraan penyuluhan diharapkan mampu memberikan suatu
perubahan sosial baik pada individu maupun masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Dari pelaksanaan
penyuluhan tersebut diharapkan masyarakat mampu mendapatkan atau
mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta perilakunya maupun keluarganya.
Oleh karena itu, proses dan penyelenggaran penyuluhan harus dibuat sedemikian rupa
agar masyarakat mau, mampu, tertarik, dan ikut serta dalam penyelenggaraan
penyuluhan sehingga mampu mewujudkan harapan yang diinginkan.
Penyuluh perikanan dalam hal ini berperan penting sebagai (agent of change)
yang dapat menyokong kinerja sistem penyuluhan tersebut. Selain itu, prinsip
5

mengutamakan kebutuhan pelaku utama harus tetap menjadi paradigma dominan


dalam penyelenggaraan sistem penyuluhan tersebut. Implikasinya, ketika profesi
penyuluh perikanan telah secara formal dilegitimasi oleh pemerintah, maka
kompetensi penyuluh menjadi penting untuk senantiasa dikembangkan sesuai
perubahan yang terjadi. Atas dasar itulah, pembahasan tentang kompetensi penyuluh
penting dilakukan sebagai respon atas diakuinya profesi penyuluh perikanan.
Keberhasilan penyuluh perikanan dalam menghantar pembudidaya perikanan,
nelayan, pengolah dan pemasar hasil perikanan untuk meningkatkan efisiensi
usahanya, mengembangkan kelompok dan organisasi sosial ekonomi, menjaga
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan akan berbanding lurus dengan kinerja,
dan pencapaian tujuan pembangunan perikanan itu sendiri. Pada prinsipnya
penyuluhan menerapkan pendekatan yang serupa dengan yang dipegang oleh
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) RI yaitu pro-job, progrowth, dan pro-
poor.

2.1.2. Media Penyuluhan

Penyelenggaraan penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku


utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi pemodalan,
dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penyuluh perikanan berperan dalam membantu sasaran menentukan pilihan
teknologi yang akan digunakan dengan memberikan pertimbanganpertimbangan atas
penggunaan suatu teknologi seperti pertimbangan biaya dan pendapatan, risiko pasar
dan saluran pemasaran serta kualitas dan kuantitas produk yang diperlukan konsumen.
Agar informasi yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sasaran maka
penyuluh perlu terus-menerus mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi sehingga
penyuluh dapat melaksanakan fungsi dan perannya. Perkembangan ilmu dan teknologi
tersebut dapat diperoleh salah satunya dengan memanfaatkan berbagai macam media
yang tersedia. Informasi yang diperlukan untuk masing-masing penyuluh berbeda
6

tergantung dari masalah spesifik lokasi, kebutuhan informasi sasaran, maupun kondisi
dan kebutuhan penyuluh tersebut dalam menunjang pelaksanaan tugas dan
pengembangan profesinya.
Berbagai media sosial seperti facebo ok dan twitter telah digunakan olehPusat
Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dan Kementerian
Pertanian dalam menginformasikan kegiatan apa saja yang dilakukan, informasi
budidaya, pemasaran, dan pengolahan, serta teknologi terbaru di sektor perikanan.
Sehingga, penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
kegiatan penyuluhan pertanian dan perikanan yang telah memanfaatkan media sosial
dan ketersediaan informasi dari Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Pertanian terkait kegiatan perikanan di
media sosial.Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video
camera, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs,
1975).
Sophia (1988) berpendapat bahwa selain komunikasi melalui media cetak
seperti artikel, majalah, buku, laporan teknis, buletin dan sebagainya, pesan atau
informasi dapat disampaikan juga melalui saluran yang bersifat lisan seperti :
pembicaraan tatap muka, melalui interaktif radio, melalui televisi, korespondensi
perorangan, seminar, pertemuan ilmiah dan sebagainya. Akan tetapi suatu informasi
dapat pula diperoleh melalui media telekomunikasi yang melakukan pembicaraan
tidak melalui tatap muka, seperti melalui telepon, handphone dan internet.
Akses informasi pada media sosial di era modern seperti sekarang lebih
beragam dan bervariasi. Internet dapat diakses oleh segala lapisan masyarakat, terbuka
luas untuk mendapatkan berbagai informasi. Teknologi digital yang terus berkembang,
memberikan peluang seluas-luasnya bagi kita untuk dapat memanfaatkan baik
mendapatkan informasi maupun menyebarluaskan informasi secara cepat dalam ruang
tanpabatas. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan bagi penyuluh dalam menjalankan peran
dan fungsi penyuluh untuk menjadi media belajar dan membantu memecahkan
permasalahan. Sebagai penyuluh yang bertugas di BPP dituntut untuk selalu berupaya
meningkatkan kapasitas guna menghadapi perkembangan teknologi yang demikian
pesat.
7

Dari beberapa pendapat tentang pengertian media yang dijelaskan sebelumnya,


dapat disimpulkan bahwa pengertian media penyuluhan adalah alat bantu penyuluh
dalam melaksanakan penyuluhan yang dapat merangsang sasaran suluh untuk dapat
menerima pesan-pesan penyuluhan, dapat berupa media tercetak, terproyeksi, visual
ataupun audio-visual dan komputer. Tanpa alat-alat audio-visual/media maka
penyuluhan tidak akan mempunyai efektivitas yang dituntut oleh jaman elektronik
sekarang ini, serta penggunaannya memerlukan kemahiran dan keterampilan.
Fokus dari adanya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi adalah
untuk memenuhi kebutuhan sasaran seperti petani ataupun nelayan. Informasi-
informasi penting tersebut adalah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
kegiatan perikanan yang ada antara lain sasaran seperti petani ataupun nelayan dapat
memeriksa informasi pasar, harga jual dan harga beli, teknologi apa yang digunakan,
atau berita terkini mengenai kegiatan pertanian yang ada. Penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi ini telah membangun sistem sosial ekonomi menjadi lebih
sederhana, praktis, luas, dan cepat.
Safrida et al (2015) menyatakan bahwa penyuluh perikanan dalam
pengembangan sektor perikanan memiliki peran. Peran yang dimiliki penyuluh
sangatlah besar, mulai dari penyampaian informasi perikanan, penyaluran sarana
produksi perikanan, serta peran penyuluh perikanan dalam proses pengolahan dan
pemasaran hasil. Dalam strategi komunikasi, peranan komunikator sangatlah penting.
Guna melancarkan komunikasi, komunikator sebaiknya mempergunakan pendekatan
yang disebut AIDDA Procedure yang meliputi Attention, lnterest, Desire, Decision,
Action. Upaya tersebut dilakukan oleh para penyuluh perikanan dalam setiap
melakukan kunjungan penyuluhan antara lain mereka berusaha membangkitkan
perhatian dan minat dengan menanyakan perkembangan usaha mereka dan
menggunakan cara-cara yang menumbuhkan rasa kedekatan dan kekeluargaan
(Handrini, 2012).
Kegiatan penyuluhan perikanan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap sasaran penyuluhan, mengidentifikasi masalah, pertukaran
informasi antara penyuluh dan pelaku utama dalam menjalankan bisnisnya. dengan
sasaran berupa kelompok perikanan menggunakan metode diskusi maupun ceramah
8

bertempat di rumah anggota kelompok serta biaya yang dikeluarkan bersumber dari
biaya sadaya kelompok yang bersaangkutan.
Kunjungan kelompok bertujuan untuk bertemu dan bersosialisasi kepada pelaku
utama dan bertukar informasi mengenai permasalahan dan solusi permecahan
permasalahan serta meningkatkan PKS pelaku utama. Kunjungan kelompok
menggunakan metode anjang sana observasi langsung ke rumah pelaku tama. Dengan
materi diskusi dan sharing kepada sasaran perorangan/kelompok.
Demonstrasi cara merupakan metode dan teknik penyuluhan yang dilakukan
dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan maksud agar
memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata atau konkret. Melalui
kegiatan demonstrasi, sasaran (audience) diajarkan mengenai keterampilan,
memperagakan cara kerja teknik-teknik baru termasuk keunggulannya untuk
menyempurnakan cara lama. Sedangkan pendampingan administrasi kelompok adalah
meningkatkan kemampuan dan keterampilan pelaku utama dalam kelompok sehingga
dapat mengelola organisasi kelompoknya dengan baik dan benar.

2.2. SKKNI Bidang Penyuluhan Perikanan


2.2.1. Pengertian SKKNI
Berdasar arti dalam bahasa Indonesia, kata ”Standar” diartikan sebagai
ukuran yang disepakati. Kata ”Kompetensi Kerja” mempunyai arti sebagai
kemampuan kerja seseorang yang dapat terobservasi, serta mencakup atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja seseorang dalam menyelesaikan suatu
fungsi dan tugas atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ditetapkan.
Kata ”Nasional” mempunyai arti berlaku di seluruh wilayah negara Republik
Indonesia, dan kata ”Indonesia” mempunyai arti nama untuk negara kesatuan Republik
Indonesia (Indonesia, 2003).
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat
SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan/atau keahlian, serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan
tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam menjalankan fungsi dan perannya, perlu ada pembinaan,
9

peningkatan dan pengembangan profesionalitas Penyuluh Perikanan. Kementerian


Kelautan dan Perikanan telah menyusun Standar Kompetensi Kerja Penyuluh
Perikanan yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 403 Tahun 2014 tentang Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis
Golongan Pokok Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya Bidang Penyuluh
Perikanan (Lumempow dkk, 2018).
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ini
kemudian menjadi dasar pelaksanaan sertifikasi profesi bagi Penyuluh Perikanan.
Selain itu dalam mewujudkan penyuluh perikanan yang profesional dan kompeten
dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan dan kompeten dalam bidang perikanan
tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa dalam rangka pengembangan SDM
Masyarakat Kelautan dan Perikanan, standardisasi dan sertifikasi penyuluh perikanan
menjadi tanggungjawab Pemerintah Pusat dalam hal ini melalui Pusat Penyuluhan KP
(Situmeang dkk, 2021).
Dikaitkan dengan pembinaan, peningkatan dan pengembangan
profesionalitas Penyuluh Perikanan di Indonesia, maka diperlukan adanya SKKNI
Penyuluh Perikanan. Asosiasi profesi Penyuluh Perikanan, Lembaga Sertifikasi
Profesi, dan Lembaga Diklat Profesi bersama-sama dengan pengguna (Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha) melakukan kesepakatan untuk
mengacu pada SKKNI Penyuluh Perikanan sebagai standar kompetensi yang
dipergunakan untuk menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan, dan
meningkatkan kompetensi Penyuluh Perikanan sesuai dengan kebutuhan program
pembangunan Perikanan.

2.2.2. Sertifikasi Penyuluh Perikanan


Sertifikasi bertujuan untuk membangun keprofesian dibidang penyuluhan
perikanan, peningkatan kualitas penyuluhan, mengangkat harkat martabat Penyuluh
Perikanan, melindungi profesi Penyuluh Perikanan dari praktek-praktek yang tidak
kompeten yang merusak citra profesi Penyuluh Perikanan, sekaligus melindungi
masyarakat dari praktek-praktek penyuluhan perikanan yang tidak bertangggung
jawab serta kompetensi dalam teknis perikanan. Sertifikasi profesi Penyuluh
Perikanan merupakan suatu upaya legalitas kompetensi dan profesionalisme profesi
10

Penyuluh Perikanan. Dengan sertifikasi profesi, diharapkan Penyuluh Perikanan tidak


hanya kompeten menangani masalah dan materi teknis, akan tetapi juga fungsi dan
peran lainnya dalam sistem penyuluhan perikanan (Panjaitan dkk, 2018).
Penyuluh Perikanan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyuluh
Perikanan PNS adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup kelautan
dan perikanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan perikanan. Sertifikat Profesi
Penyuluh Perikanan yang selanjutnya disebut sertifikat adalah bukti pengakuan tertulis
atas penguasaan kompetensi kerja, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
atas nama Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Proses sertifikasi profesi Penyuluh
Perikanan merupakan serangkaian uji kompetensi berdasarkan SKKNI Profesi
Penyuluh Perikanan (Masiani, 2017).
Jumlah Penyuluh Perikanan yang sudah tersertifikasi profesi Penyuluh
Perikanan masih sedikit, sehingga Pusat Penyuluhan Kelautan dan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai instansi pembina jabatan fungsional
Penyuluh Perikanan melaksanakan kegiatan sertifikasi profesi Penyuluh Perikanan.
Sertifikasi profesi Penyuluh Perikanan merupakan suatu upaya legalitas kompetensi
dan profesionalisme profesi Penyuluh Perikanan. Sertifikasi bertujuan untuk
membangun keprofesian dibidang penyuluhan perikanan dan peningkatan kualitas
penyuluhan. Dengan sertifikasi profesi, diharapkan Penyuluh Perikanan tidak hanya
kompeten menangani masalah dan materi teknis, akan tetapi juga fungsi dan peran
lainnya dalam sistem penyuluhan perikanan.
Sertifikasi profesi Penyuluh Perikanan merupakan suatu upaya legalitas
kompetensi dan profesionalisme profesi Penyuluh Perikanan. Sertifikasi bertujuan
untuk membangun keprofesian dibidang penyuluhan perikanan, peningkatan kualitas
penyuluhan, Dengan sertifikasi profesi, diharapkan Penyuluh Perikanan tidak hanya
kompeten menangani masalah dan materi teknis, akan tetapi juga fungsi dan peran
lainnya dalam sistem penyuluhan perikanan. Dalam melaksanakan profesi Penyuluh
Perikanan dituntut adanya penerapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) Penyuluh Perikanan yang telah ditetapkan berdasarkan SK Kemenakertrans
Nomor 403 Tahun 2014, SKKNI ini merupakan acuan dalam penyusunan Materi Uji
Kompetensi (MUK). Penelitian ini bertujuan mengkaji metode asesmen yang paling
11

efektif diterapkan pada pelaksanaan uji kompetensi profesi penyuluh perikanan


(Amanah dan Farmayanti, 2014).
Sertifikasi ini bertujuan untuk membangun keprofesian dibidang penyuluhan
dan teknis perikanan, peningkatan kualitas penyuluhan, mengangkat harkat martabat
Penyuluh Perikanan, melindungi profesi Penyuluh Perikanan dari praktek-praktek
yang tidak kompeten yang merusak citra profesi Penyuluh Perikanan, sekaligus
melindungi masyarakat dari praktek-praktek penyuluhan perikanan yang tidak
bertangggung jawab serta kompetensi dalam teknis perikanan (Amanah dan
Farmayanti, 2014).
Uji kompetensi yang direncanakan dan disusun sehingga dapat menjamin
bahwa semua persyaratan dilakukan secara objektif dan sistematis dengan buktibukti
yang terdokumentasi. Agar rangkaian proses ini dapat dilaksanakan secara optimal,
diperlukan kelembagaan yang memiliki kewenangan melakukan uji kompetensi.
Lembaga ini bersifat independen, bekerja berdasarkan peraturan, prosedur dan
manajemen mutu untuk melaksanakan kegiatan uji kompetensi dan sertifikasi. Jumlah
Penyuluh Perikanan yang sudah tersertifikasi profesi Penyuluh Perikanan masih
sedikit, sehingga Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan sebagai instansi pembina
jabatan fungsional Penyuluh Perikanan melaksanakan kegiatan sertifikasi profesi dan
teknis bagi Penyuluh Perikanan pada Tahun Anggaran 2015.
Pengelompokan Unit-Unit Kompetensi Pengelompokan unit-unit kompetensi
dalam standar kompetensi penyuluh perikanan dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:
Kelompok Kompetensi Umum, Kelompok Kompetensi Inti, dan Kelompok
Kompetensi Pilihan (Yuniarti, 2011).
1. Kelompok Kompetensi Umum Kelompok Kompetensi Umum mencakup unit-unit
kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan pada hampir semua sub bidang
keahlian/pekerjaan. Misalnya melakukan komunikasi dialogis.
2. Kelompok Kompetensi Inti Kelompok Kompetensi Inti mencakup unit-unit
kompetensi yang berlaku dan dibutuhkan untuk mengerjakan tugas-tugas inti pada
suatu bidang keahlian/ pekerjaan tertentu dan merupakan unit-unit yang wajib
(compulsory) dari sub bidang keahlian/pekerjaan dimaksud dengan tingkat
pengetahuan dan keterampilan spesifik. Misalnya menyusun programa penyuluhan
perikanan.
12

3. Kelompok Kompetensi Pilihan Kelompok kompetensi Pilihan mencakup unit-unit


kompetensi yang dapat ditambahkan ke dalam sub bidang keahlian/pekerjaan
tertentu yang bersifat pilihan dan memerlukan kemampuan analisis yang mendalam
dan terstruktur.
Unit-unit ini sebagai penciri bidang keahlian dan bersifat pilihan untuk
mengerjakan tugas-tugas spesifik pada sektor, sub sektor atau bidang
keahlian/pekerjaan tertentu. Misalnya membenihkan ikan (budidaya perikanan),
merencanakan pengelolaan usaha perikanan tangkap (penangkapan ikan) dan
mengidentifikasi jenis dan potensi bahan baku ikan (pengolahan hasil perikanan).
SKKNI Penyuluh Perikanan antara lain digunakan sebagai acuan untuk
(Amanah, 2008):
1. Menyusun uraian pekerjaan Penyuluh Perikanan;
2. Menilai unjuk kerja Penyuluh Perikanan;
3. Melakukan sertifikasi profesi Penyuluh Perikanan;
4. Menyusun dan mengembangkan program Diklat dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia (SDM) Penyuluh Perikanan.
Dengan tersusunnya SKKNI Penyuluh Perikanan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan, maka (Shidiq dkk, 2018):
1. Penyuluh Perikanan diharapkan mampu untuk:
a. Merencanakan kegiatan penyuluhan perikanan;
b. Melaksanakan kegiatan penyuluhan perikanan;
c. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan;
d. Mengembangkan penyuluhan perikanan.
2. Lembaga diklat profesi diharapkan mampu untuk:
a. Menyelenggarakan program Diklat Penyuluh Perikanan;
b. Mengembangan program Diklat Penyuluh Perikanan.
3. Lembaga sertifikasi profesi diharapkan mampu untuk:
a. Menyelenggarakan sertifikasi kompetensi Penyuluh Perikanan;
b. Melaksanakan verifikasi Tempat Uji Kompetensi Penyuluh Perikanan.
2.2.3. Penyuluh Bidang Perikanan
Penyuluhan perikanan merupakan proses pembelajaran dalam rangka
peningkatan kapasitas kemampuan sasaran penyuluhan perikanan yakni pelaku utama
13

dan pelaku usaha, untuk mengorganisasikan dirinya dalam mengembangkan bisnis


perikanan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya dengan tetap
memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup (Putri dkk, 2019).
Keberhasilan penyuluhan tidak semata-mata tergantung pada bagaimana
penyuluh tersebut berhasil menyampaikan pesan atau memperkenalkan inovasi
teknologi rekomendasi yang akan diadopsi oleh pelaku utama, tetapi jauh lebih penting
dari itu adalah penyuluh perikanan yang berperan dalam memberikan bimbingan dan
pembinaan kepada pelaku utama dan pelaku usaha, dapat mengubah pengetahuan,
ketrampilan dan sikap pelaku utama sebagai subjek penyuluhan dengan
mengutamakan proses. Karena melalui proses tersebut pelaku utama dibentuk dalam
ruang dan waktu, Pendekatan wilayah sering digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam proses perencanaan atau penyusunan suatu program kerja dan kebijakan
tertentu, contohnya Minapolitan yang merupakan konsepsi pembangunan ekonomi
kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,
efesiensi, berkualitas dan percepatan (Agussabti, 2020).
Penyuluh perikanan seharusnya menganggap wilayah kerja sebagai suatu aset
yang harus ditumbuhkembangkan. Wilayah kerja bukan hanya semata-mata sebagai
isi dari dokumen SK penunjukan wilayah kerja, namun lebih dari itu sebagai suatu
amanat yang diemban untuk bisa bekerja dan berkarya demi pembangunan perikanan
di wilayah tersebut. Peran suatu wilayah kerja jangan dilihat dari satu sisi saja misalnya
sebagai benda mati (topografi, geografis, batas wilayah, jumlah dusun dan aspek
kependudukan), namun lebih dimaknai secara luas dan kompleks (Primyastanto,
2015).
Peran suatu wilayah kerja merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau
status peyelenggaraan penyuluhan perikanan. Adapun fungsi suatu wilayah kerja bagi
penyelenggaraan penyuluhan perikanan adalah sebagai berikut (Primyastanto, 2015) :
1. Wilayah kerja sebagai lokasi satuan administrasi pangkalan (Satminkal)
penyuluhan perikanan terkecil. Wilayah kerja berperan sebagai lokasi pusat
kegiatan penyelenggaraan penyuluhan.
2. Wilayah kerja sebagai kesatuan koordinasi dan komunikasi. Profesi penyuluh
perikanan tidak hanya menyelenggarakan kegiatan penyuluhan perikanan yang
bersifat teknis, namun adanya melaksanakan fungsi koordinasi dan komunikasi
14

dengan Pemerintah Desa dan Kecamatan di wilayah kerjanya. Hal ini agar
tercapainya penyelenggaraan penyuluhan perikanan yang parsitipatif dengan
melibatkan segenap pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga efesiensi dan
efektifitas kegiatan bisa berjalan dengan baik. Disamping itu juga dengan adanya
sinergitas dan sinkronisasi dari berbagai instansi/ lembaga akan sangat membantu
pihak Pemerintah Desa dalam melaksanakan program - program pembangunan di
desanya, misalnya pengelolaan dana desa, pembangunan sarana dan prasarana
serta kegiatan non-fisik yang masuk ke desa tersebut.
3. Wilayah kerja sebagai pusat interaksi sosial. Desa merupakan wilayah yang
memiliki struktur dan karakteristik potensi yang beragam, yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari. Seorang penyuluh perikanan dituntut harus mampu
berinteraksi sosial dengan penduduk di wilayah tersebut, hal ini sangat berguna
untuk membangun dan memupuk rasa solidaritas, kekeluargaan dan keakraban
dengan masyarakat sekitar. Terkadang penyuluh perikanan perlu terlibat dalam
kegiatan yang bersifat sosial seperti pengajian, gotong royong, musyawarah desa,
dan lain-lain. Secara tidak langsung dengan kita membaur dalam kegiatan sosial,
maka masyarakat akan menganggap keberadaan kita dan mengangkat citra nama
baik sebagai penyuluh perikanan.
4. Wilayah kerja sebagai sentra produksi Potensi-potensi yang ada dalam suatu
wilayah akan dimanfaatkan dan dikelola oleh masyarakat sekitar untuk
kesejahteraan taraf hidupnya. Salah satu tugas penyuluh perikanan adalah
menyebarluaskan akses teknologi yang telah direkomendasi oleh KKP, melalui
difusi teknologi ini bertujuan untuk membangunkan dan meningkatkan potensi
wilayah yang produktif dalam menghasilkan suatu komoditi unggulan spesifik
lokasi. Penyuluh perikanan mendampingi pelaku utama dan pelaku usaha dalam
mengembangkan wilayah sebagai sentra produksi, misalnya melalui kegiatan
pendataan produksi kelompok binaan dimana akan terdokumentasi dalam bentuk
laporan produksi. Wilayah sebagai sentra produksi akan memiliki kelebihan
diantaranya adalah sebagai pusat data dan informasi, mendatangkan investor,
menumbuhkan tenaga kerja baru, membangun jejaring kerja, dan bisa sebagai
calon lokasi suatu kegiatan atau program dari Pemerintah.
15

5. Wilayah kerja sebagai indikator kinerja penyuluhan perikanan. Indikator


keberhasilan penyuluhan perikanan bukan hanya tergantung pada unsur-unsur
yang terkait kelembagaan kelompok pelaku utama (penumbuhan dan
pengembangan kelompok, kenaikan kelas kelompok, penumbuhan koperasi
sektor KP, penumbuhan UMK, dan lain-lain), wilayah kerja juga bisa dijadikan
sebagai salah satu indikator kinerja penyuluh perikanan.
Peran Penyuluh perikanan bertindak sebagai pendamping dan mitra sejati
pelaku utama (pembudi daya ikan, nelayan dan pengolah ikan) dan pelaku usaha
perikanan yang menjadi sasaran program tersebut dalam mengembangkan bisnis
perikanan. Penyuluh Perikanan merupakan bagian penting dalam suatu sistem
penyuluhan perikanan. Fungsi dan peran Penyuluh Perikanan dalam sistem
penyuluhan perikanan, yaitu (Pangaribuan, 2018):
1. Memfasilitasi proses pemberdayaan pelaku utama dan pelaku usaha;
2. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber
informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat
mengembangkan usahanya;
3. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan
pelaku utama dan pelaku usaha perikanan;
4. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha perikanan dalam
menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya
saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan
berkelanjutan;
5. Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan
tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;
6. Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian
fungsi lingkungan, dan;
7. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan perikanan yang maju dan modern
bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berkelanjutan.
Penyuluhan perikanan adalah pendidikan non formal yang ditujukan kepada
masyarakat perikanan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam bidang kelautan dan perikanan. Kegiatan penyuluhan diharapkan mendorong
terwujudnya masyarakat perikanan menuju kehidupan lebih layak, berusaha yang
16

lebih menguntungkan, dan kehidupan yang lebih sejahtera. Beberapa alasan yang
menjadikan penyuluhan perikanan itu sangat penting, berupa (Sudrajat, 2021):
a. Amanat perundang-undangan;
b. Secara biofisik, sifat, karakteristik, dan bentuk kegiatan perikanan dan kelautan
sangat spesifik; dan
c. Peran strategis penyuluhan perikanan dalam pembangunan masyarakat perikanan
yang mandiri dan berdaya saing.
BAB III. METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan mulai dari tanggal 1 September 2022


sampai dengan 30 September 2022, bertempat di Dinas Ketahanan Pangan Pertanian
dan Perikanan Kota Banjarbaru dengan kelompok binaan kelompok Sakura di
Kelurahan Guntung Manggis. Waktu pelaksanaan magang mengacu pada Jam Kerja
Efektif Mahasiswa (JKEM) yaitu 192 jam, dilaksanakan dalam waktu 30 hari dengan
kisaran waktu 6,5 JKEM per hari.

3.2. Desain Magang


Kegiatan magang program studi Sosial Ekonomi Perikanan kali ini mengacu
pada kompetensi bidang penyuluhan. Untuk lokasi kegiatan berada di dinas ketahanan
pangan pertanian dan perikanan kota banjarbaru. Selain itu masing masing mahasiswa
juga di bagikan ke masing masing kelompok perikanan di wilayah banjarbaru. Untuk
hari senin kamis jumat berada di dinas adapun kegiatannya seperti pelatihan
pembuatan fortofolio dan sharing mengenai kegiatan penyuluhan yang sedang
dilaksanakan. Dan untuk selasa dan rabu melakukan kegiatan di pokmas atau
kelompok perikanan masing masing.

3.3. Populasi/Kelompok Sasaran


Kelompok yang menjadi sasaran penyuluh adalah kelompok SAKURA yang
terletak di Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru
dan juga merpakan salah satu Kelompok Binaan Dinas Ketahanan Pangan Pertanian
dan Perikanan Banjarbaru.

3.4. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peserta magang untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian
(Wiyono, 2016). Seperti pengumpulan data berupa prosedur analisa, hasil analisa

17
18

check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk
merekam gambar.
Prosedur pengumpulan data yang digunakan pada kegiatan magang di Dinas
Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan menggunakan beberapa metode, yaitu:

3.4.1. Mengetahui Keadaan Umum Wilayah Perikanan di Lokasi Magang

Prosedur pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui keadaan


umum wilayah perikanan di lokasi magang yaitu dengan menggunakan beberapa
metode sebagai berikut:
a. Metode pengamatan (observasi) hal ini dilakukan agar data yang diperoleh
sesuai dengan kondisi di lokasi magang.
b. Metode wawancara (interview) hal ini dilakukan dengan tujuan agar data yang
ada di lokasi magang lebih lengkap. Metode ini dilakukan dengan cara
wawancara dengan penyuluh pembimbing lapangan serta masyarakat setempa.
c. Metode dokumentasi merupakan salah satu cara pencatatan dan penyalinan dari
suatu data yang dibutuhkan untuk suatu penelitian dengan sebuah media. Metode
dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari
lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini
merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil
penelitian.
d. Metode partisipatif adalah metode yang dilibatkan oleh penulis atau orang yang
berpraktik turut ambil bagian dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan objek.
Metode partisipatif merupakan pembuat keputusan menyarankan kelompok atau
masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,
keterampilan, bahan dan jasa.

3.4.2. Mengetahui Programa Penyuluhan Perikanan di Lokasi Magang

Prosedur pengambilan data yang digunakan untuk mengetahui programa


penyuluhan perikanan di Pokmas Sakura kelurahan Guntung Manggis yaitu dengan
metode wawancara antara penyuluh dan masyarakat Pokmas Sakura. Setelah
dilakukan wawancara antara penyuluh dengan masyarakat Pokmas Sakura maka
didapatkan hasil yaitu masyarakat Pokmas Sakura membutuhkan cara bagaimana agar
19

bisa menjual ikan dalam jumlah yang lebih banyak lagi, dan solusi dari saya sebagai
penyuluh yaitu dengan memberikan materi penyuluhan berupa strategi pemasaran ikan
papuyu.

3.4.3. Mengetahui Prosedur Penyuluhan Perikanan di Lokasi Magang

Metode pengambilan data yang digunakan untuk mengetahui metode


penyuluhan perikanan di lokasi magang, yaitu dilakukan dengan metode observasi,
dokumentasi dan wawancara bersama masyarakat dan penyuluh pendamping
lapangan. Selain itu, wawancara bersama penyuluh pendamping lebih tahu sistematis
kondisi yang ada di lokasi magang agar kegiatan penyuluhan perikanan dapat tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan.
3.4.4. Menumbuhkan Kelompok Pelaku Utama Perikanan di Lokasi Magang

Metode pangambilan data yang digunakan untuk menumbuhkan kelompok


pelaku utama perikanan di lokasi magang yaitu menggunakan metode observasi dan
wawancara bersama masyarakat dan penyuluh pendamping lapangan mengenai upaya
menumbuhkan kelompok pelaku utama perikanan di daerah lokasi magang dengan
tujuan agar dapat memajukan sektor perikanan di daerah setempat agar dapat bersaing
dengan usaha yang ada di luar daerah.
3.4.5. Melaksanakan Kegiatan Fasilitasi dan Evaluasi Pelaksanaan Usaha
Perikanan di Lokasi Magang

Metode pengambilan data yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan


fasilitasi dan evaluasi pelaksanaan usaha perikanan di lokasi magang yaitu dengan
metode observasi, dokumentasi dan wawancara bersama penyuluh pendamping
lapangan serta masyarakat.

3.5. Metode Analisis Data


Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh
peserta magang untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Berdasarkan kegiatan magang ini, jenis dan sumber data yang digunakan adalah:
a. Sumber data
20

Sumber data adalah subyek penelitian dimana data menempel. Sumber data
dapat berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya, Ketepatan memilih dan
menentukan jenis sumber data akan menentukan kekayaan data yang diperoleh. Data
yang dapat dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.
b. Data Primer
Data primer adalah jenis data yang dikumpulkan secara langsung. Data
primer di dapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini antara lain; Catatan hasil
wawancara, hasil observasi lapangan, data-data mengenai informan. Data primer yang
digunakan dalam kegiatan magang ini diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan
observasi langsung dengan anggota kelompok usaha Mandiri Kelurahan Landasan
Ulin Timur
c. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil melalui perantara atau pihak yang
telah mengumpulkan data tersebut sebelumnya, dengan kata lain peneliti tidak
langsung mengambil data sendiri ke lapangan.. Data sekunder diperoleh dari Kantor
Kelurahan Landasan Ulin Timur dan tokoh-tokoh masyarakat serta berbagai sumber
yang menjelaskan tentang keadaan di Kelurahan Landasan Ulin Timur.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Rumusan Keadaan Wilayah Perikanan

A. Sumber Daya Alam


Sumber Daya Alam yang ada di komplek ini hanya terdapat 1 kelompok yaitu Pokmas
Sakura, Pokmas Sakura merupakan kelompok masyarakat yang bekerja di bidang
budidaya dan pemasaran ikan papuyu tepatnya terletak di Komp. GCIP HERO
PUSKOPAD RT. 050 RW 001 Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan
Ulin, Kota Banjarbaru dengan titik 3°27'24.9"S 114°44'31.9"E. Dimana kelompok ini
merupakan kelompokKelompok ini memiliki 10 kolam bioflok yang berisi ikan
Papuyu dengan luas kolam bioflok 3x3 meter. Jumlah ikan perkolam mencapai 1000
ekor per kolam. Sumber air dalam kolam yaitu dari sumur.
B. Sumber Daya Manusia
Adapun susunan anggota kelompok sebagai berikut :
No Nama Jabatan Alamat
1 Maksudah Ketua Komp. GUP Jl. Parkit No.
17, RT. 02/03
2 Andy Sekretaris Komp. GUP Jl. Pipikau
No. 27. Rt.02/03
3 Berlita Anggraini Bendahara Komp. GUP Jl. Pipikau
No. 16. Rt.02/03
4 Hartini Anggota Komp. GUP Jl. Parkit
No.07, Rt. 02/03
5 Sukarpik Anggota Komp. GUP Jl. Parkit No.
15, Rt.02/03
6 Dewi Retno Anggota Komp. GUP Jl. Parkit
Blok R, Rt.02/03.
7 Supriyono Anggota Komp. GUP Jl. Parkit
Blok R, Rt.02/03.
8 Kastowo Anggota Komp. GUP Jl. Parkit
Blok R, Rt.02/03.
9 Herma Krosdiana Anggota Komp. GUP Jl. Parkit
Blok R, Rt.02/03.

21
22

10 Budi Hermanto Anggota Komp. GUP Jl. Parkit


Blok R, Rt.02/03.
11 Iwan Sudarmono Anggota Komp. GUP Jl. Parkit
Blok R, Rt.02/03.
Pokmas Sakura merupakan kelompok masyarakat yang bekerja di bidang
budidaya dan pemasaran ikan papuyu, salah satu kegiatan rutin yang ada di Pokmas
Sakura yaitu kerja bakti di setiap hari minggu. Dan hasil pembesaran dari budidaya
ikan papuyu di Pokmas Sakura dilakukan pemasaran ikan papuyu yang dilakukan Ibu
Maksuda selaku ketua Pokmas Sakura. Dan tujuan pemasarannya dilakukan ke
pelanggan tetap.

C. Sumber Daya Penunjang

Sumber Daya Penunjang pada Pokmas Sakura yang didapatkan adalah sebagai
berikut :
✓ Perkantoran pemerintah
✓ Pertokoan
✓ Pasar
✓ Tetangga

D. Sumber Daya Penyuluhan

Pada wilayah Landasan Ulin Timur data sumber daya penyuluh ada dua yaitu
sebagai beikut :
1. Feri Budi Permana,Amd. (Penyuluh Perikanan Kecamatan Guntung Manggis dari
Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Pertanian)
2. Rahmat Reza Haryandi ( Mahasiswa ULM)

22
23

E. Peta Usaha Perikanan

Gambar 4.1.E Peta Usaha Pokmas Sakura Wilayah Kota BanjarBaru Provinsi
Kalimantan Selatan

Keterangan

Lokasi Magang

Pertokoan

Tempat makan

F. Rencana Usaha Bersama (RUB)

Adapun rencana usaha bersama (RUB) pada Pokmas Sakura adalah sebagai
berikut :

No Uraian Belanja Volume Sat Satuan Harga Jumlah


1 Kolam Terpal 10 Set 2.800.000 28.000.000
2 Bibit Ikan Papuyu 11.300 Ekor 450 5.085.000
3 Pakan Starter (0,8) 20 Sak 225.000 4.500.000
4 Pakan Starter (0,10) 21 Sak 220.000 4.620.000
5 Pakan Protein 35 Sak 415.000 14.525.000
(30%) No.1
6 Pakan Protein 34 Sak 405.000 13.770.000
(30%) No. 2
7 Mesin Pompa Air 1 Pcs 1.000.000 1.000.000
8 Mesin Aerator LP 1 Unit 2.000.000 2.000.000
100
9 Tandon Air (1200 1 Pcs 1.500.000 1.500.000
Liter)
Total 75.000.000

23
24

4.2. Penyusunan programa penyuluhan perikanan

A. identifikasi isu-isu

Identifikasi masalah didefinisikan sebagai upaya untuk menjelaskan masalah dan


membuat penjelasan dapat diukur. Identifikasi ini dilakukan sebagai langkah awal
penelitian. Jadi, secara ringkas, identifikasi adalah mendefinisikan masalah penelitian.
Selain itu, identifikasi masalah juga dapat diartikan sebagai proses dan hasil pengenalan
masalah.
Berikut pada tabel 4.2 Adapaun isu permasalahan yang dihadapi Pokmas Sakura
dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
No. Isu permasalahan Penyelesaian
1. Harga pakan mahal Membuat pakan sendiri yang hemat
lingkungan
2. Cara meningkatkan penjualan Melakukan penyuluhan mengenai strategi
ikan pemasaran ikan
Harga pakan mahal, harga 1 sak (50 kg) pakan sebesar 405.000 ribu, dan 1 sak
pakan bertahan untuk kurang lebih 1 bulan. Penyelesaian yang harus dilakukan yaitu
membuat pakan sendiri yang lebih hemat karena bahan bahannya hanya menggunakan sisa
sayur, sisa buah, dedak dan ampas tahu yang bahan bahannya mudah didapat dan harganya
relatif lebih murah. Kegiatannya belum terlaksana.
Cara meningkatkan penjualan ikan, beberapa cara untuk meningkatkan penjualan
ikan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas produk, melakukan promosi seperti
membuat spanduk, memberikan promo diskon dan melakukan penyuluhan mengenai
strategi pemasaran ikan. Penyelesaian yang dilakukan yaitu dengan melakukan penyuluhan
mengenai strategi pemasaran ikan. Dan penyuluhan sudah terlaksana.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang dihadapi oleh Pokmas Sakura dapat dirumuskan
beberapa masalah penting sebagai berikut :
1. Bagaimana cara agar masyarakat Pokmas Sakura bisa membuat pakan alami sendiri.
2. Bagaimana cara agar memasarkan hasil budidaya ikan.
3. Bagaimana cara agar masyarakat Pokmas Sakura bisa melakukan pemijahan.

24
25

C. Perumusan tujuan

Prinsip yang digunakan dalam merumuskan tujuan yaitu


1. Smart specific (khusus) kegiatan penyuluhan harus dilakukan untuk memenui
kebutuhan khusus atau yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan
keinginannya dengan mengedepankan prioritas masalah.
2. Measurable (dapat diukur) bahwa kegiatan penyuluhan harus mempunyai
tujuan akhir yang dapat diukur.

D. Penyusunan cara mencapai tujuan/rencana kerja penyuluh

Langkah-langkah pokok perencanaan bagi para penyuluh adalah:


1. Menentukan masalah, tugas, tujuan dan kebutuhan secara jelas
2. Mencari informasi secara lengkap yang berhubungan dengan berbagai kegiatan
3. Mengobservasi, meneliti, menganalisis dan mengklasifikasi informasi yang
sudah terkumpul
4. Melaksanakan metode perencanaan yang telah dibuat dengan menetapkan
pelaksanaan rencana (memilih rencana yang diajukan/memantapkan
perencanaan dan mempertimbangkan hambatan-hambatan dengan berbagai
kegiatan.
4.3. Penetapan Metode Penyuluhan Perikanan

A. Perumusan Kebutuhan Teknologi


Untuk mencapai tujuan pembangunan kelautan dan perikanan, pengembangan
sumberdaya manusia merupakan faktor kunci yang harus diperhatikan. Salah satu upaya
dalam mewujudkan hal tersebut adalah melalui pengembangan program kegiatan
penyuluhan perikanan lebih lanjut, Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan
multimedia yang begitu cepat, penyuluh perikanan dituntut untuk memahami teknologi
informasi.

B. Penyusunan Materi/Media Penyuluhan

Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah leatflet. Leaflet adalah selembar
kertas cetak yang dilipat berisi informasi pendek dan ringkas. Leaflet biasanya digunakan
dalam bisnis sebagai media untuk mengiklankan produk dan jasa yang mereka tawarkan.

25
26

Contoh gambar leaflet :

C. Pertemuan/Pembinaan Penyuluhan

Pertemuan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 28 September 2022 yang


dihadiri oleh sebagian kelompok Sakura. Judul penyuluhan yang saya lakukan yaitu
tentang strategi pemasaran ikan papuyu.
D. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut/Evaluasi

Mengenai rencana tindak lanjut di kelompok Pokmas Sakura ini dimana saya
sebagai penyuluh akan selalu melakukan pemantauan sebagai seorang penyuluh di bidang
budidaya perikanan khususnya di kolam bioflok ini. Disini di utamakan untuk selalu
memberi pakan, menjaga kualitas air, kesehatan ikannya.

4.4. Penumbuhan/Pembinaan Kelembagaan

A. Penumbuhan Kelompok
Dalam upaya penataan kelembagaan pelaku utama maka diperlukan penumbuhan
kelembagaan pelaku utama di setiap lokasi usaha, supaya kegiatan penyuluhan perikanan
lebih optimal. Penumbuhan kelembagaan pelaku utama adalah proses inisiasi dan fasilitasi
tumbuhnya suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran pelaku utama dengan cara
bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan prinsip kesamaan
kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan
keserasian hubungan antara pelaku utama, sehingga dapat merupakan faktor pengikat
untuk kelestarian kehidupan berkelompok, dimana setiap anggota kelompok dapat merasa
memiliki dan menikmati manfaat sebesar-besarnya dari apa yang ada dalam kelompok.
Untuk kelompok Pokmas Sakura ini memilki 1 ketua, 1 sekertaris, 1 bendahara,
dan 8 anggota kelompok. Yang dimana mereka siap bekerjasama untuk meningkatkan hasil

26
27

produksi budidaya ikan papuyu yang mereka kelola, mulai dari pembuatan kolam, tretmen,
penyebaran bibit, sampai ke hasil pemanennya dan hasilnya siap dikelola dengan sebaik
mungkin.

B. Penyusunan AD/ART Kelompok

ANGGARAN DASAR

KELOMPOK MASYARAKAT
“SAKURA”

ANGGARAN DASAR
KELOMPOK MASYARAKAT “SAKURA”
KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS
KECAMATAN LANDASAN ULIN KOTA BANJARBARU

PENDAHULUAN

Dengan menyadari arti penting akan peranan kelompok dalam upaya


meningkatkan kesejahteraan para anggota dan keluarganya, maka dipandang perlu
untuk menciptakan suasana yang dapat mendorong terwujudnya keseragaman
langkah dan tindakan dalam berusaha perikanan, yaitu dengan menyusun Anggaran
Dasar Kelompok Pembudidaya Ikan yang telah tebentuk.

BAB I
Bentuk, Nama, Tempat Kedudukan dan Waktu

Pasal 1

Organisasi ini berbentuk kelompok masyarakat yang diberi nama


”SAKURA”
Pasal 2

Organisasi ini bersifat lokal dan bertempat kedudukan di Kelurahan Guntung


Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru.

27
28

Dasar, Asas dan Tujuan

Pasal 4

Organisasi ini dibentuk berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Pasal 5

Asas organisasi Kelompok Masyarakat Sakura adalah:


a) Persatuan, Kesatuan, Persaudaraan dan Kekeluargaan.
b) Rasa sepenanggungan, seperjuangan dan seprofesi sebagai pembudidaya ikan.
c) Pengabdian,
d) Kerja sama.
Pasal 6
Tujuan dibentuknya kelompok yaitu :
1. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota,
2. menumbuhkan sikap mental para anggota untuk kesejahteraan dan kemandirian,
3. Meningkatkan kesejahteraan anggota,

BAB III
Organisasi
Pasal 7
Kepengurusan organisasi kelompok adalah :
1) Ketua

2) Sekretaris
3) Bendahara
4) Anggota

Pasal 8

Rapat
1) Rapat – rapat yang dilakukan kelompok adalah :

28
29

a. Rapat Anggota
b. Rapat Pengurus
2) Rapat dalam butir ( 1 ) dapat bersifat rutin maupun istimewa.
3) Rapat berwenang mengangkat seorang penasehat,.

BAB IV
Keanggotaan
Pasal 9
a) Keanggotaan terdiri dari pembudidaya ikan yang berdomisili di Kelurahan
Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru.
b) Hak, kewajiban dan pemberhentian keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB V
Keuangan

Pasal 10

a) Keuangan kelompok dapat diperoleh dari :


1. Uang iuran anggota.
2. Hasil usaha sebagai pembudidaya ikan.
3. Sumbangan yang tidak mengikat.
4. dan lain – lain yang bersifat sah dan resmi.
b) Setiap hasil keuangan pada butir ( a ), wajib dilaporkan dan dipertanggung
jawabkan kepada anggota.

BAB VI
Perubahan Anggaran Dasar

Pasal 11

29
30

Perubahan terhadap Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan apabila rapat
anggota telah menyetujuinya yaitu sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah anggota.
BAB VII
Penutup

Pasal 12

a) Hal – hal yang belum diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Dasar ini adalah
diatur kemudian dengan musyawarah mufakat dan kekeluargaan.
b) Anggaran Dasar ini berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di :
Pada Tanggal :

Ketua Sekretaris,

( ) ( )
Mengetahui,
Penyuluh Perikanan

( )

30
31

ANGGARAN RUMAH TANGGA


KELOMPOK MASYARAKAT
“SAKURA”

ANGGARAN RUMAH TANGGA


KELOMPOK MASYARAKAT “SAKURA”
KELURAHAN GUNTUNG MANGGIS
KECAMATAN LANDASAN ULIN KOTA BANJARBARU

BAB I
Lokasi Kelompok

Pasal 1

Lokasi kedudukan kelompok Masyarakat Sakura di jalan Komp. GCIP


HERO PUSKOPAD RT. 050 RW 001. Kelurahan Guntung Manggis
Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru.

BAB II
Keanggotaan

Pasal 2

Anggota kelompok masyarakat Sakura adalah pembudidaya ikan yang


berada di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota
Banjarbaru. Berjumlah 11 orang, nama ketua adalah Ibu Maksuda, Sekretaris pak
Andy, Bendahara Bu berlita Anggraini, anggota Hartini, Sukarpik, Dewi Retno
WatiHerma krosdianBudi HermantoIwan sudarmono Supriyono dan kastowo.

31
32

BAB III
Hak, Kewajiban dan Pemberhentian Anggota

Pasal 3

Setiap anggota kelompok mempunyai hak sebagai berikut :


1) Mendapatkan layanan pengembangan usaha dan sarpras
2) Berhak dipilih dan memilih pengurus
3) Mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul serta saran baik lisan maupun tertulis.
4) Memperoleh perlindungan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku.

Pasal 4

Setiap anggota kelompok mempunyai kewajiban :


1) Menaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan lain
yang ditetapkan kelompok.
2) Menjunjung tinggi nama baik kelompok.
3) Menghadiri rapat – rapat, pertemuan dan gotong royong.
4) Ikut aktif dalam meningkatkan produksi, pemasaran, dan nilai tambah.
5) Menaati segala peraturan dan instruksi Pemerintah.

Pasal 5

Anggota dapat diberhentikan dari keanggotaan apabila:


1) Meninggal dunia,
2) Mengundurkan diri atas permintaan sendiri,
3) Melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB IV
Kepengurusan Kelompok
Pasal 6

Kepengurusan kelompok adalah sebagai berikut ;


a) Ketua : Maksudah

32
33

b) Sekretaris : Andy
c) Bendahara : Berlita Anggraini
d) Anggota – anggota : 1. Hartini
2. Sukarpik
3. Dewi Retno Wati
4. Herma Krosdiana
5. Budi Hermanto
6. Iwan Sudarmono
7. Supriyono
8. Kastowo

Pasal 7

Tugas dari masing – masing pengurus adalah sebagi berikut :


A. KETUA
1) Sebagai pemimpin organisasi
2) Melaksanakan ketentuan yang terdapat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
RumahTangga.
3) Mengatur kegiatan kelompok sesuai rencana dan program kerja kelompok.
4) Memimpin rapat dan pertemuan lainya.
5) Menciptakan situasi tentram bagi anggota.
6) Mengatur jalannya kekayaan kelompok.
7) Mengatur hubungan kerjasama dengan lembaga dan termasuk dengan Pemerintah.

B. SEKRETARIS
1) Mengatur pelaksanaan administrasi.
2) Menyiapkan administrasi rapat (surat undangan, pembacaan tata tertib rapat,
menyiapkan sarana dan prasarana, dan notulen).
3) Bertanggung jawab kepada ketua berkaitan dengan tugas yang dibebankan.

C. BENDAHARA
1) Mencatat dan menyimpan pemasukan dan pengeluaran keuangan kelompok
2) Melaporkan hasil dan posisi keuangan pada saat rapat.
3) Bertanggung jawab kepada ketua terhadap bidang tugasnya.

33
34

BAB V
Rapat
Pasal 8

a. Rapat dalam kelompok terdiri dari :


1) Rapat Anggota.
2) Rapat Pengurus
b. Ketentuan rapat :
1) Rapat anggota dan rapat pengurus dilaksanakan setiap sebulan sekali yaitu pada
minggu pertama (sesuai kesepakatan).
2) Rapat terlaksana apabila 2/3 anggota hadir.
3) Rapat berdasar atas musyawarah dan mufakat.
4) Keputusan rapat atau hasil rapat dianggap sah jika 2/3 yang hadir menyatakan
setuju.
5) Setiap rapat dilaksanakan absensi, bagi yang tidak hadir dikenakan sangksi
sesuai peraturan organisasi.

BAB VI
Larangan dan Sanksi
Pasal 9

Setiap anggota kelompok dilarang memakai dan menggunakan bahan –


bahan kimia yang dilarang pemerintah.
Pasal 10

Bagi anggota yang melanggar dapat dikenakan sanksi sesuai dengan


ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dan peraturan perundangan
yang berlaku sebagai berikut :
1) Bagi anggota yang tidak hadir dalam rapat dan kegiatan gotong royong dan atau
kegiatan sosial lain akan dikenakan denda sebesar Rp. 10.000, (sesuai dengan
kesepakatan anggota)
2) Anggota yang tidak hadir dalam kegiatan penggalangan dana, dikenakan denda
sesuai dengan pendapatan pada saat itu.
3) Jika terdapat anggota yang berturut – turut tiga kali melanggar ketentuan, maka
diadakan rapat untuk menentukan layak/tidaknya yang bersangkutan menjadi
anggota dalam kelompok.
34
35

4) Jika terdapat anggota yang dikeluarkan, maka semua hak dan


kewajibannya dalamkelompok dinyatakan tidak berlaku.

BAB VII
Keuangan
Pasal 11
a) Sumber – sumber keuangan kelompok berasal dari :
1. Uang iuran anggota.
2. Hasil usaha budidaya ikan.
3. Sumbangan yang tidak mengikat.
4. dan lain – lain.

b) Hal – hal yang menyangkut pengeluaran dan pemasukan keuangan wajib


dipertanggung jawabkan dalam rapat anggota.

BAB VIII
Perubahan atau Penyempurnaan Anggaran Rumah
Tangga

Pasal 12

Perubahan atau penyempurnaan terhadap anggaran rumah tangga ini


hanya dapat dilakukan melalui rapat anggota dan 2/3 jumlah anggota
menyatakan setuju.

BAB IX
Penutup
Pasal 13

a) Hal – hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan
diatur kemudian dengan musyawarah dan kekeluargaan.
b) Anggaran rumah tangga ini berlaku sejak ditetapkan.
36

Ditetapkan di : Pada Tanggal :

Ketua, Sekretaris,

( ) ( )
Mengetahui,
Penyuluh
Perikanan

( )

C . Perdaftaran KUSUKA

KUSUKA adalah singkatan dari Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan


Perikanan. Kartu ini dapat digunakan sebagai identitas tunggal pelaku usaha
kelautann dan perikanan. Yang berhak memiliki kartu ini adalah nelayan,
pembudidaya ikan, petambak garam, pemasar ikan, pengolah ikan dan
pengusaha jasa pengiriman hasil perikanan. Selama menjadi pelaku usaha
kelautan dan perikanan kartu ini berlaku di seluruh Indonesia dan dapat
diperpanjang setiap 5 tahun..
Contoh KUSUKA Pokmas Sakura
37

D. Pendaftaran UMKM Berbasis Resiko

Perizinan Berbasis Risiko diresmikan sejak berlakunya PP No.5 Tahun


2021 yang merupakan turunan dari Undang-undang Cipta Kerja. Sistem perizinan
ini mengubah konsep perizinan yang bersifat ex-ante (persyaratan dipenuhi dulu di
awal) dengan konsep perizinan ex-post (verifikasi dilakukan setelahnya). Dengan
mekanisme tersebut, diharapkan proses mendapatkan izin usaha semakin sederhana
dan mudah.

4.5. Fasilitas Pelaksanaan Usaha Perikanan

A. Penetapan Kondisi Usaha Perikanan


Penetapan dalam kegiatan usaha perikanan di pokmas Sakura ini adalah
segala sesuatu yang merupakan penunjang utama untuk memperoleh sumber daya
ikan, antara lain, berupa kolam terpal yang digunakan, lahan dan kolom air, serta
saluran pengairan. Untuk pembudidaya ikan, prasarana yang diperlukan berbeda-
beda. Prasarana lebih berupa infrastruktur fisik Prasarana yang dibutuhkan
pembudidaya antara lain jaringan listrik. Sedangkan prasarana yang dibutuhkan
pembudidaya ikan antara lain lahan dan kolom air (untuk budi daya perikanan di
perairan umum dan), saluran pengairan, jalan produksi, jaringan listrik dan pasar.

B. Penetapan Materi Konsultasi

Penetapan materi yang disampaikan penyuluh merupakan penetapan yang


sudah disepakati antara penyuluh dan sasaran, dan materi penyuluhan sudah sesuai
dengan masalah yang dihadapi oleh Pokmas Sakura ini terutama dalam hal strategi
pemasaran ikan papuyu.

C. Pendampingan Usaha Perikanan


Pendamping usaha perikanan pada Pokmas Sakura ini memiliki peran
memberikan berbagai kemampuan dasar yang diperlukan oleh kelompok seperti
mengefasilitasi, pembukuan, administrasi, memecahkan masalah, mengambil
keputusan dan sebagainya. Kegiatan pendampingan pengembangan usaha
perikanan harus dilaporkan sesuai prosedur. Kegiatan pendampingan usaha
38

perikanan yang dilakukan adalah dengan cara melakukan penyuluhan perikanan.


Materi penyuluhan yang disampaikan adalah mengenai strategi pemasaran ikan
papuyu.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Pokmas Sakura di Komp. GCIP HERO PUSKOPAD RT. 050 RW 001


Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin, Kota Banjarbaru
memiliki 1 unit usaha yaitu budidaya pembesaran ikan papuyu. Usaha
budidaya ikan kolam terpal dibentuk pada tahun 2021. Dimana merupakan
program pemerintah RT Mandiri pada setiap kelurahan. Pokmas SAKURAi
di unit pembudidaya perikanan ini memiliki anggota berjumlah 11 orang
dengan memiliki struktur organisasi yang baik dan lengkap.
2. Penyuluhan adalah perpanjangan pelayanan yang menyebarluaskan
keunggulan hasil dari suatuinstitusi pendidikan kepada orang-orang yang
tidak dapat mengikuti kegiatanpendidikan tersebut dengan cara yang regular.
Hal tersebut menegaskan bahwa bentuk dari penyuluhan merupakan
kegiatan pendidikan.Penyuluh perikanan tidak hanya dimanfaatkan untuk
mampu menyebarluaskan informasi saja, namun juga membantu petani
dalam menganalisi situasi yang sedang dihadapi, meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan.
3. Penyuluh perikanan seharusnya menganggap wilayah kerja sebagai suatu
aset yang harus ditumbuhkembangkan. Wilayah kerja bukan hanya semata-
mata sebagai isi dari dokumen SK penunjukan wilayah kerja, namun lebih
dari itu sebagai suatu amanat yang diemban untuk bisa bekerja dan berkarya
demi pembangunan perikanan di wilayah tersebut. Peran suatu wilayah
kerja jangan dilihat dari satu sisi saja misalnya sebagai benda mati
(topografi, geografis, batas wilayah, jumlah dusun dan aspek
kependudukan). kompleks (Primyastanto, 2015).
5.2. Saran

Sebaiknya anggota Pokmas Sakura kedepannya bisa membuat pakan alami


sendiri dan tidak hanya berfokus pada pembesaran ikan betok saja melainkan

39
40

bisa memijahkan dan menghasilkan benih ikan dengan kualitas yang unggulan, dan
tentunya menyesuaikan dengan permintaan pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Amanah, S., & Farmayanti, N. (2014). Pemberdayaan sosial petani-nelayan,


keunikan agroekosistem, dan daya saing. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Amanah. S. 2008. Sistem Penyuluhan Perikanan dalam Mengantisipasi Era
Perubahan. Jurnal Penyuluhan. Vol.4. No.2.
Choeronawati. A. I. 2020. Strategi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Dalam
Masa Pandemi Covid-19 Di Kecamatan Purworejo. Jurnal Abdi Insani
Universitas Mataram. Vol. 7. No.3. Jawa Tengah.
Dekayanti, T., 2019. Manajemen Pemasaran Usaha Budidaya Ikan Hias Koi
(Cyprinuscarpio L) Di Unlam III Kelurahan Guntung Paikat Kecamatan
Banjarbaru Selatan Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. 4, 279-
286.
Dewi, P. M., Bambang, E. A., & Yudi, P. (2017). Review Of Indonesian Work
Competency Standards For Nuclear Material Installation Workers.
Indonesia, P. R. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia.
Leilani, A. 2017. Efektifitas Penggunaan Media Penyuluhan. Jurnal Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan Indonesia. Vol. 9. No. 1. Jawa Barat.
Lumempow, O. E., Dundu, A. K., & Arsjad, T. T. (2018). Study penerapan standar
kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) bidang K3 (Studi kasus:
Pembangunan gedung laboratorium fakultas teknik unsrat). Jurnal Sipil
Rume, M. I.2022. Efektifitas Penggunaan Media Penyuluhan Dalam Budidaya Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Dengan Sistem Bioflok di Kebun
Tani SVD Patiahu. AQUANIPA-Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan,Vol.
4. No.1.
Safrida. 2015. Peran Penyuluh Perikanan Dalam Pengembangan Sektor Perikanan
di Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Agrisep. Vol. 16. No. 2.
Syarief. A. N. L. 2021. Pemahaman Dan Persepsi Penyuluh Perikanan Terhadap
Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Penyuluhan di
Kota Bandar Lampung. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Vol. 0. No. 1. Lampung.
Shidiq, F., Nurani, T. W., & Yusfiandayani, R. (2019). Evaluasi Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sub Golongan
Penangkapan Ikan Di Laut. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan, 10(1), 39-48.
Situmeang, A., Hutauruk, R. H., Tan, W., & Fransisca, D. (2021). Efektivitas
Kewenangan Pemerintah Kota Tanjungpinang Di Bidang Kelautan Dan
Perikanan Pasca Lahirnya Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Wajah
Hukum, 5(1), 284-299.
Sudrajat, C. (2021). Strategi Produktivitas Penyuluhan Perikanan pada Masa
Pandemi. Jurnal Analis Kebijakan, 5(1), 100-106.
Umbara. D. S. 2021. Persepsi Penyuluh Terhadap Strategi Komunikasi Dalam
Pemanfaatan Media Informasi Di Era Digital Di Kabupaten Tasikmalaya.
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Vol. 7. No.
2. Bandung.
Pangaribuan, T. R. A. (2018). Mengembangkan Peran Edukasi dan Diseminasi
Informasi Oleh Penyuluh Perikanan Bagi Masyarakat Nelayan di
Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan
Pembangunan), 17(1), 61-75.
Panjaitan, P., Widiasih, U., & Djari, A. A. (2018). Kajian Efektifitas Penerapan
Berbagai Metode Asesmen Pada Uji Kompetensi Profesi Penyuluh
Perikanan (Studi Kasus Uji Kompetensi di Jurusan Penyuluhan Perikanan
STP Bogor). Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan, (5).
Putri, J. A., Yuniarti, T., & Dewi, I. J. P. (2019). Analisa Permasalahan Penyuluhan
Perikanan di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka. Jurnal
Penyuluhan Perikanan dan Kelautan, 13(2), 149-168.
Primyastanto, M. (2015). Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Melalui
Kelembagaan Lokal Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Berbasis
Kearifan Lokal Di Pesisir Selat Madura. Gunung Samudera CV [PT Book
Mart Indonesia].
Prayoga. K. 2017. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Penyuluhan Pertanian dan
Perikanan Indonesia.
Yuliyarabihati. 2016. Analisis Pemasaran dan Distribusi Ikan Nila Segar
(Oreochromis niloticus) Di Pasar Bauntung Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan. Enviro Scienteae. Vol.12.No.2. Banjarbaru.

Yuniarti, W. (2011). Analisis Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Bogor


(Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).

Anda mungkin juga menyukai