Oleh:
AINU RIF’AH
1810711220001
Oleh:
AINU RIF’AH
1810711220001
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan magang.
yang akan dilaksanakan di Usaha Menengah Kecil (UKM) Rini Amplang di
Sungai Ulin, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kalimantan Selatan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Dewi Kartika Sari,
M.P., M.Si sebagai ketua dan Bapak Ir. Purnomo, M.P, sebagai anggota dari Tim
Pembimbing atas segala bimbingan dan saran yang telah diberikan selama
penulisan laporan kegiatan magang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak, terutama penulis sendiri.
Penulis
i
RINGKASAN
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
RINGKASAN ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Tujuan .................................................................................... 3
1.3. Kegunaan ................................................................................ 3
1.4. Waktu dan Tempat ................................................................. 3
BAB 2. METODE PRAKTIK .............................................................. 4
2.1. Metode Praktik Magang ......................................................... 4
2.2. Pengumpulan Data .................................................................. 6
BAB 3. REALISASI KEGIATAN MAGANG ................................... 8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 12
4.1. Hasil ........................................................................................ 12
4.1.1. Kegiatan Praktik Magang Minggu Pertama ........................ 12
4.1.2. Kegiatan Praktik Magang Minggu Kedua dan Ketiga......... 14
4.1.3. Kegiatan Praktik Kerja Magang Minggu Keempat ............. 18
4.2. Pembahasan ............................................................................ 18
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 25
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 25
5.2. Saran ....................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 26
LAMPIRAN ......................................................................................... 28
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang ini; Usaha
Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimilik, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
atau tidak langsung dengan Usaha kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini (Kurniawan dan Luluk, 2014).
Menurut Permenkes RI No. 1096 tahun 2011, sanitasi dan hygiene adalah
suatu upaya untuk mengendalikan faktor resiko terjadinya kontaminasi terhadap
makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan
yang digunakan. Hal tersebut bertujuan agar makanan aman untuk dikonsumsi.
Pada pelaksanaan higiene sanitasi pengolahan makanan, terdapat 6 (enam) prinsip
utama penerapan yaitu mulai dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan
makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan matang, pengangkutan
makanan dan penyediaan/penyajian makanan (Depkes, 2000).
Menurut Qosthari dan Choirul (2016), amplang adalah sebuah makanan
ringan tradisional yang umumnya terbuat dari ikan tenggiri. Amplang merupakan
makanan khas dari Kalimantan. Sama seperti kerupuk ikan lainnya, amplang
memiliki rasa ikan yang kental dan gurih. Namun, amplang memiliki bentuk
seperti ujung jari kelingking yang meruncing dan ada pula yag berukuran lebih
kecil menyerupai kuku macan. Sari dan Anita (2019) menyatakan bahwa bahan
yang digunakan pada pembuatan amplang adalah ikan, tepung kanji, telur, bumbu
penyedap rasa, minyak goreng, soda kue, gula pasir, dan garam. Cara pembuatan
kerupuk amplang, yaitu: (1) menghaluskan daging ikan (pisahkan daging dengan
tulang); (2) mencampurkan telur, gula pasir, garam, dan soda kue di dalam wadah;
(3) mencampurkan ikan yang telah dihaluskan; (4) menambahkan tepung kanji
sedikit demi sedikit hingga berbentuk adonan; (5) membuat adonan berbentuk
memanjang atau sesuai selera; (6) menggoreng adonan hingga mengembang dan
matang; (7) meniriskan kerupuk hingga tidak ada minyak yang menempel dan (8)
mengemas kerupuk ikan (amplang).
3
1.2. Tujuan
4
5
Pengumpulan data merupakan salah satu teknik atau cara yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta yang ada di lapangan. Cara yang
dapat dilakukan pada saat pengumpulan data adalah dengan metode observasi,
wawancara, dokumentasi dan lain sebagainya. Pada kegiatan magang di UKM
Rini Amplang ini menggunakan 2 jenis data yaitu:
1. Data Primer
Menurut Pratiwi (2017), data primer adalah data yang diperoleh langsung
oleh peneliti di lapangan melalui responden dengan cara observasi, wawancara,
dan penyebaran angket. Sasaran data pada data primer yaitu data yang ditemukan
7
langsung oleh peneliti di lapangan. Data ini tidak tersedia dalam bentuk
terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui
narasumber atau dalam istilah teknisnya responden (orang yang dijadikan sebagai
sarana mendapatkan informasi ataupun data).
2. Data Sekunder
Menurut Nurwanda dan Elis (2020), data sekuder diperoleh secara tidak
langsung oleh peneliti. Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan
data primer. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
dokumen, buku, jurnal, dan lain sebagainya.
BAB 3. REALISASI KEGIATAN MAGANG
8
9
Dilanjutkan
6. Sabtu, 2
Oktober - Libur Magang -
2021
7. Senin, 4 - Mempraktikkan
Oktober pengolahan amplang Libur Magang -
2021
8. Selasa, 5 - Mempraktikkan
Oktober pengolahan amplang
Libur Magang -
2021 - Mempraktikkan
pengemasan amplang
9. Rabu, 6 - Mempraktikkan
Oktober pengolahan amplang
Libur Magang -
2021 - Mempraktikkan
pengemasan amplang
10. Kamis, 7 - Mempraktikkan
Oktober pengolahan amplang
Libur Magang -
2021 - Mempraktikkan
pengemasan amplang
11. Jum’at, 8 - Mempraktikkan - Pemisahan daging,
Oktober penangananan ikan tulang dan kulit
2021 segar sebagai bahan - Penggilingan dan
baku amplang pemotongan
- Mempraktikkan (pencetakan)
100%
pengolahan amplang amplang
- Penyortiran
amplang
- Pengemasan dan
pelabelan
12. Sabtu, 9
Oktober - Libur Magang -
2021
13. Senin, 11 - Mengetahui jenis-
Oktober jenis produk yang
Libur Magang -
2021 dihasilkan di UKM
Rini Amplang
14. Selasa, 12 - Mempraktikan
Oktober pengemasan amplang
2021 - Mengetahui jenis-
Libur Magang -
jenis produk yang
dihasilkan di UKM
Rini Amplang
10
Dilanjutkan
15. Rabu, 13 - Mempraktikkan - Mengikuti bazar
Oktober pengolahan amplang (menjaga stand) di
2021 - Mempraktikkan PEMKO
pengemasan amplang Banjarbaru
- Pemotongan
adonan amplang
- Membersihkan
meja/tempat
adonan dan 100%
pemotongan
amplang
- Mengetahui dan
mempraktikkan
penerapan sanitasi
dan hygiene di
UKM Rini
Amplang
16. Kamis, 14 - Mempraktikkan - Penggilingan dan
Oktober pengolahan amplang pemotongan
2021 - Mempraktikkan adonan amplang
pengemasan amplang - Pemotongan dan
pelabelan kemasan
- Membersihkan
meja dan ruang
100%
produksi
- Mengetahui dan
mempraktikkan
penerapan sanitasi
dan hygiene di
UKM Rini
Amplang
17. Jum’at, 15 - Mempraktikkan - Melipat dus
Oktober pengolahan amplang kemasan amplang
100%
2021 - Mempraktikkan - Menjaga toko
pengemasan amplang
18. Sabtu, 16
Oktober - Libur Magang -
2021
19. Senin, 18 - Mempraktikkan - Membersihkan
Oktober pengolahan amplang toko
100%
2021 - Mempraktikkan - Menjaga toko
pengemasan amplang
20. Selasa, 19 - Mempraktikkan - Penimbangaan dan
Oktober pengolahan amplang pengemasan
100%
2021 - Mempraktikkan amplang
pengemasan amplang - Jaga toko
11
Dilanjutkan
21. Rabu, 20 - Mempraktikkan - Melipat dus
Oktober pengolahan amplang kemasan amplang
2021 - Mempraktikkan - Wawancara dengan
pengemasan amplang pemilik UKM Rini
100%
Amplang
- Pengemasan
amplang
- Menjaga toko
22. Kamis, 21 - Mempraktikkan - Membersihkan
Oktober pengolahan amplang toko dan menjaga
2021 - Mempraktikkan toko
pengemasan amplang - Mengupas bawang 100%
putih
- Pengemasan
amplang
23. Jum’at, 22 - Mempraktikkan - Penggilingan dan
Oktober pemasaran produk pemotongan
2021 amplang 100%
- Melipat dus
kemasan amplang
24. Sabtu, 23 - Penggilingan dan
Oktober pemotongan
2021 amplang
- 100%
- Pelabelan dan
pengemasan
amplang
25. Senin, 25 - Mempraktikkan - Mengikuti bazar
Oktober pemasaran produk (menjaga stand) di
2021 Aula Lingganan
100%
Kantor DPRD
Banjarbaru
- Menjaga toko
26. Selasa, 26 - Mempraktikkan - Membersihkan dan
Oktober pemasaran produk menjaga toko
100%
2021 - Pengemasan
amplang
27. Rabu, 27 - Mempraktikkan - Mengupas bawang
Oktober pemasaran produk putih 100%
2021 - Menjaga toko
28. Kamis, 28 - Pamitan magang dan - Pamitan dengan
Oktober penyerahan pemilik dan
2021 kenangan-kenangan karyawan di UKM
Rini Amplang
100%
- Penyerahan plakat
dan kenang-
kenangan
- Foto bersama
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
12
13
c. Penggilingan
Daging yang sudah dipisahkan dari tulang dan kulit digiling dengan alat
penggiling daging (meat grinder). Alat penggiling daging (meat grinder)
merupakan alat yang digunakan untuk menghaluskan daging agar bentuknya
menjadi lebih halus lagi dan dapat dengan mudah diolah menjadi sebuah produk.
Cara penggunaan alat ini adalah dengan cara menyalakan mesin lalu memasukkan
daging yang telah dipisahkan dari kulit dan tulang tersebut sedikit demi sedikit
(sesuai ukuran/tampungan mesin), sambil di dorong dengan sendok agar
mempercepat proses penghalusan tersebut. Setelah semua daging telah digiling,
matikan mesin tersebut, lalu mesinnya dibersihkan.
d. Pencampuran
Daging ikan yang sudah digiling dicampurkan dengan bahan-bahan, yaitu:
1 kg bawang putih yang telah dihaluskan, 5 kg gula, 1 kg garam, ¼ bks soda kue,
dan 2 kg telur.
e. Pengadonan
Setiap pengadonan, adonan ikan yang digunakan pada setiap adonan
adalah sebanyak 1,6 kg dan tepung tapioka sebanyak 1,5 kg. Perbandingan adonan
ikan dengan tepung tapioka adalah 1:1. Pada tahap ini, adonan di uleni sampai
kalis sebelum dilakukan proses penggilingan dan pencetakan/pemotongan adonan.
Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dari singkong yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dan pengikat yang menghasilkan tekstur plastis dan dapat
menghasilkan tekstur yang renyah (Sovyani et al, 2019).
f. Penggilingan dan Pencetakan/Pemotongan Adonan
Adonan yang diuleni sampai kalis di potong dan digiling memanjang.
Setelah digiling memanjang, adonan dipotong sekitar 0,5 cm dengan
menggunakan pisau. Lalu dimasukkan kedalam loyang, adonan yang telah
dimasukkan kedalam loyang dipisah-pisahkan apabila ada adonan yang menempel
satu sama lain.
g. Penggorengan
Tahap selanjutnya adalah penggorengan, ada beberapa standarisasi pada
saat proses penggorengan yaitu wajan yang telah bersih dimasukkan minyak
sebanyak 4 L, panaskan minyak sampai kira-kira suhu 170 – 200oC, setelah panas
16
masukkan amplang yang telah dipotong tersebut, dan amplang digoreng selama
±30 menit. Perlu diingat, api yang digunakan menggunakan api sedang. Api tidak
boleh terlalu kecil maupun terlalu besar karena hal tersebut sangat mempengaruhi
hasil dari penggorengan amplang tersebut. Selain itu, waktu penggorengan juga
harus diperhatikan apabila terlalu cepat mengangkat amplang maka yang terjadi
adalah amplang akan menyusut dan apabila terlalu lama atau lebih dari 30 menit
maka amplang tersebut akan terlalu coklat bahkan gosong, hal tersebut dapat
mempengaruhi kualitas dari amplang tersebut. Setelah 3 kali penggorengan
minyak akan diganti dengan minyak baru, hal tersebut bertujuan untuk menjaga
kualitas dari produk. Hasil wawancara dengan Bu Rini diperoleh informasi
minyak bekas penggorengan tersebut akan dibeli kembali oleh para karyawan
yang bekerja disana.
h. Pengemasan
Sebelum dikemas, amplang yang sudah diangkat didinginkan terlebih
dahulu dengan menggunakan kipas angin. Kipas angin berfungsi untuk
mempercepat pendinginan amplang. Setelah di dinginkan amplang di sortir
terlebih dahulu, penyortiran tersebut berguna untuk pemilahan amplang apabila
ada amplang yang tidak memenuhi standarisasi misalnya terlalu kecil, terlalu
coklat, maupun yang sedikit menyusut. Setelah di sortir, amplang ditimbang dan
dimasukkan ke dalam kemasan yang sebelumnya sudah diberi stiker label dan
expired date. Setelah ditimbang, bagian atas kemasan ditutup dengan mesin press
injak dan produk pun siap untuk dipasarkan. Kemasan yang digunakan pada
amplang ini adalah kemasan primer (kemasan yang mengalami kontak langsung
dengan produk). Diagram alir pengolahan amplang di UKM Rini Amplang
disajikan pada Gambar 4.1.
17
Penggilingan
Pemotongan
Tetesan minyak
Penirisan goreng
4.2. Pembahasan
dan kaki. Hal tersebut bertujuan agar menjaga kebersihan tangan dan juga kaki
agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan pada saat produksi. Selain
mencuci tangan dan kaki, karyawan maupun peserta magang wajib menggunakan
masker sebelum memasuki dan pada saat produksi berlangsung. Hal tersebut di
karenakan UKM ini melaksanakan produksi dengan mengikuti protokol kesehatan
apalagi pada masa pandemi ini. Untuk karyawan laki-laki, memakai tutup kepala
atau topi hal tersebut bertujuan agar menghindari apabila ada rambut yang lepas
ketika produksi. Selain itu, saat produksi karyawan tidak di perbolehkan memakai
aksesoris seperti cincin atau gelang. Akan tetapi pada saat pengadonan dan
pemotongan adonan, karyawan belum menggunakan sarung tangan, hal tersebut
dapat mengakibatkan kontaminasi terhadap produk/amplang.
Menurut Chaerul et al. (2021), kualitas suatu produk pangan untuk
dikonsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme yang ada,
pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan memegang peran yang penting
untuk pembentukan senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan
menyebabkan makanan menjadi tak layak makan, beberapa mikroorganisme yang
dapat mengkontaminasi makanan dapat menimbulkan bahaya bagi yang
mengkonsumsinya. Pada pengemasan amplang karyawan juga menggunakan
sarung tangan yang bertujuan agar kualitas dan kehigienisan dari amplang tersebut
tetap terjaga dan menghindari terjadinya kontaminasi. Selesai proses produksi,
alat yag digunakan untuk membuat amplang dicuci dan ruangan dibersihkan.
Ramlan dan Sumihardi (2018) menyatakan bahwa sarana sanitasi di
industri yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup seperti
tersedianya, yaitu:
1. Sarana bersih dengan kualitas dan kuantitas air yang memenuhi syarat
sehingga aman untuk membersihkan badan, mencuci pakaian dan peralatan,
serta untuk menyiram tanaman.
2. Sarana jamban keluarga yang selalu dalam kondisi bersih sehingga nyaman
digunakan dan tidak menjadi tempat bersarangnya serangga dan binatang
pengerat.
3. Sarana pembuangan sampah yang mudah dijangkau, aman digunakan dan
selalu dalam kondisi bersih sebelum dan sesudah digunakan sehingga tidak
20
menjadi tempat bagi serangga dan binatang pengerat untuk mencari makanan
dan bersarang.
4. Sarana air limbah yang dapat menyalurkan menampung, mengolah dan
membuang air limbah dengan benar sehingga aman bagi badan air dan biota
air.
UKM Rini amplang menyediakan air bersih yang bersumber dari sumur
dan disimpan dalam tandon air yang berfungsi untuk mencuci tangan, mencuci
alat yang digunakan untuk produksi, mencuci bahan baku, dan juga untuk
membersihkan ruang produksi. Air yang bersih memiliki ciri-ciri yaitu tidak
memiliki rasa, tidak memiliki bau, jernih, memiliki Ph normal, dan tidak
mengandung bakteri. Kondisi Air yang ada di UKM Rini Amplang sudah baik,
airnya jernih, tidak berbau dan tidak ada rasa. Selain air, sarana yang perlu di
tinjau adalah toilet. Pada dasarnya toilet yang kotor bisa saja menjadi sarang
bakteri, bau yang busuk membuat udara menjadi sangat tidak nyaman. Toilet di
UKM Rini Amplang terlihat bersih dan tidak terlalu sempit sehingga cukup
nyaman. Ruang produksi di UKM Rini Amplang cukup bersih dan sering
dibersihkan serta aman dari tikus dan kecoa, mesin yang digunakan pada
penggilingan dan pengemasan tidak berkarat dan layak digunakan sehingga
memenuhi syarat yang telah ditetapkan di peraturan Menteri perindustrian
Republik Indonesia Nomor: 11/M-IND/PER/3/2014 tentang Program
Restrukturisasi Mesin dan/ atau Peralatan Industri Kecil dan Menengah. Akan
tetapi, pada bagian ruang penggorengan lantainya licin dan beresiko terhadap
keselamatan pekerja di bagian penggorengan. Lantai yang licin disebabkan karena
minyak yang terciprat saat menggoreng maupun saat mengangkat amplang.
Berdasarkan wawancara, belum ada yang terjatuh karena lantai licin tersebut akan
tetapi ada pekerja yang tergelincir dan hampir terjatuh. Keselamatan kerja
merupakan hal yang sangat penting dalam hal memberi perlindungan pada pekerja
agar terhindar dari terjadinya celaka (Ramlan dan Sumihardi, 2018). Selain
sanitasi dan hygiene, keselamatan kerja pekerja juga diperhatikan.
Penanganan limbah padat di UKM Rini Amplang sudah cukup baik,
contohnya kulit dan kepala ikan yang sudah dimanfaatkan. Kulit ikan yang dijual
kembali dan kepala ikan yang juga dijual kembali, diolah menjadi berbagai
21
masakan oleh pemilik UKM Rini Amplang maupun di berikan secara gratis,
biasanya pelanggan yang membeli kulit ikan menggunakannya untuk membuat
batagor maupun empek-empek kulit. Akan tetapi tulang dari ikan tenggiri tidak
dimanfaatkan (dibuang saja), hal tersebut di karenakan adanya keterbatasan alat
pada pengolahannya. Selain limbah padat, limbah cair seperti air bekas cucian
ikan dan air sabun bekas mencuci alat produksi dibuang begitu saja tanpa
ditangani lebih lanjut lagi.
Produksi amplang di UKM Rini Amplang dilakukan 2-3 kali seminggu,
hal tersebut dikarenakan pengolahan amplang dilakukan apabila ada pesanan atau
persediaan amplang yang ada di toko sudah mulai menipis. Ketika tidak
melakukan produksi, peserta magang memiliki kegiatan yaitu menjaga toko. Pada
saat menjaga toko, ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat menjaga toko,
seperti membersihkan toko, melipat dus/kemasan, terkadang mengupas bawang
untuk bahan produksi amplang.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dalam setiap produksi amplang
menggunakan ikan tenggiri sebanyak 35 kg, 35 kg tepung tapioka, 5 kg gula, 1 kg
garam, 2 kg telur, ¼ bks soda kue, 1 kg bawang putih, dan 15 lt minyak goreng
untuk menggoreng ikan. Total modal 1 kali produksi adalah Rp. 4.151.000
dengan pendapatan Rp.8.000.000, dari 35 ikan tenggiri pada 1 kali produksi dapat
menghasilkan amplang sebanyak 70 kg. Total laba 1 kali produksi Rp. 3.849.000.
Rini Amplang di kelompokkan sebagai UKM (Usaha Kecil dan Menengah)
karena laba pertahunnya Rp.554.256.000 dengan omset pertahunnya itu sekitar
Rp.1.152.184.000.000.
Menurut Sulastri (2016), usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM
adalah sebuah istilah yang mengacu kepada jenis usaha kecil yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha. UM (Usaha Mikro) memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp.50.000.000,00 dengan penghasilan maksimal Rp. 300.000.000,00,
sedangkan usaha kecil memiliki kekayaan bersih < Rp.50.000.000,00 –
Rp.500.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan) dengan penghasilan
tahunan < Rp.300.000.000,00– Rp.2.500.000.000,00, dan usaha menengah
memiliki kekayaan bersih < Rp.500.000.000,00 – Rp.10.000.000.000,00 (tidak
22
(2017), bahan baku yang berkualitas dan terhindar dari cacat akan memberikan
kualitas yang baik pula.
Kemasan yang tersedia untuk pemasaran di UMK Rini amplang ada 3
jenis, yaitu: kemasan plastik, toples dan dus/kotak. Kemasan plastik dengan berat
75 g, 95 g, 110 g, 200 g, dan 300 g. Kemasan yang sering ditemukan adalah
ukuran 75 g dan 110 g. Harga dari setiap kemasan berbeda beda, tergantung dari
berat dar setiap kemasan tersebut, harga amplang kemasan 75 g (Rp.10.000), 95 g
(Rp.13.000), 110 g (Rp.17.000), 200 g (Rp.35.000), dan 300 g (Rp. 45.000).
Selain itu, tersedia kemasan plastik dengan ziplock, kemasan tersebut dengan isi
amplang 75 g dan kemasan tersebut merupakan kemasan siap ekspor. Di bagian
belakang kemasan menggunakan 3 bahasa seperti bahasa Indonesia, Inggris, dan
China dengan harga Rp.15.000 per kemasan. Selain kemasan plastik, amplang ini
juga tersedia dalam bentuk kemasan toples dengan berat 75 g dengan harga
Rp.10.000 dan 110 g dengan harga Rp. 25.000 yang sangat cocok untuk oleh-
oleh maupun cemilan ketika di perjalanan. Selain itu, tersedia kemasan dus/kotak,
di dalam kemasan dus terdapat 10 pcs amplang kemasan plastik dengan berat 75 g
atau 6 pcs amplang kemasan 110 g. Harga 1 dus/kotak amplang adalah
Rp.100.000. Amplang bertahan selama 6 - 7 bulan setelah dikemas, tanggal
kadaluarsa pada amplang sudah tertera di kemasan produk.
Menurut Susetyarsi (2012) ada 3 fungsi kemasan, yaitu:
1. Melindungi produk yang bersangkutan terhadap kerusakan-kerusakan dari
saat produk tersebut diproduksi sampai produk tersebut dikonsumsi.
2. Memudahkan pengerjaan dan penyimpanan produk oleh produsen, perantara
maupun konsumen.
3. Menarik konsumen atau sebagai alat promosi.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang ini adalah sebagai
berikut :
1. Kegiatan magang yang berlangsung di UKM Rini Amplang berjalan dengan
lancar dan kegiatan tersebut dapat menambah wawasan pengolahan dan
sanitasi hygiene yang diterapkan serta keterampilan dalam membuat amplang.
2. Sanitasi yang di terapkan di UKM Rini Amplang sudah cukup baik, dan
sudah mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan. Akan tetapi, limbah
padat seperti tulang ikan belum bisa dimanfaatkan dengan baik dan limbah
cair seperti air bekas cucian ikan dan air sabun dibuang begitu saja (tanpa
ditangani lebih lanjut lagi).
5.2. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 19. Pelabelan Kemasan Toples Gambar 20. Melipat kotak Amplang
Gambar 21. Penimbangan Amplang Gambar 22. Penimbangan Amplang
Gambar 31. Mengikuti Bazar di Aula Gambar 32. Penyerahan Plakat dan
Lingganan Kantor DPRD Kenang-kenangan
Banjarbaru
Gambar 33. Penyerahan Bingkisan Gambar 34. Foto Bersama dengan
Kepada Pemilik UKM Rini Karyawan di Ruang
Amplang Produksi
Gambar 39. Amplang kemasan toples Gambar 40. Amplang kemasan toples
berat isi 75 g berat 110 g
Lampiran 2. Catatan Harian Kegiatan Magang di UKM Rini Amplang
Lampiran 3. Lembar Penilaian di UKM Rini Amplang