Dosen Pembimbing:
Dr. Achmad Sofian, S.Pi., M.Si
Wahyu Puji Astiyani, M.Sc
Dosen Pembimbing:
Dr. Achmad Sofian, S.Pi., M.Si
Wahyu Puji Astiyani, M.Sc
Dosen Pembimbing:
Dr. Achmad Sofian, S.Pi., M.Si
Wahyu Puji Astiyani, M.Sc
Disetujui oleh:
iii
DAFTAR ISI
iv
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 18
3.4.1 Data Primer ..................................................................................... 18
3.4.2 Data Sekunder ................................................................................. 19
3.5 Analisis Data .......................................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 22
4.1 Pembenihan Ikan Mas ............................................................................ 22
4.1.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan Induk ............................................ 22
4.1.2 Pemeliharaan Induk......................................................................... 23
4.1.3 Seleksi Induk ................................................................................... 23
4.1.4 Pemijahan ........................................................................................ 25
4.1.5 Penetasan Telur ............................................................................... 27
4.1.6 Pemeliharaan Larva ......................................................................... 30
4.1.7 Tahap Pendederan 1 ........................................................................ 30
4.2 Kualitas Air ............................................................................................ 32
4.2.1 Suhu ................................................................................................ 32
4.2.2 pH .................................................................................................... 33
4.2.3 DO (Dissolved Oxygen) .................................................................. 33
BAB V PENUTUP................................................................................................ 34
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 34
5.2 Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
LAMPIRAN .......................................................................................................... 38
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) II sebagai berikut:
1. Mengetahui teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) di Bala
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan.
2. Mengetahui nilai Fekunditas, FR (Fertilization Rate), HR (Hatching Rate)
dan SR (Survival Rate) pada pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) di Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pertengahan tubuh dengan posisi melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor (Narantaka, 2012).
Tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung
(dorsal) berukuran relatif panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan
sirip terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak antara sirip punggung
dan perut berseberangan. Sirip pada pectoral terletak dibelakang tutup insang
(overculum). Sisik ikan mas berukuran relatif lebih besar dan digolongkan kedalam
tipe sisik sikloid linea lateralis (gurat sisi), terletak dipertengahan tubuh, melintang
dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teet (gigi
kerongkongan) terdiri dari tiga baris yang berbentuk gigi geraham (Suseno, 2003).
4
2.1.3 Reproduksi
Keberhasilan satu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut
untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan
untuk mempertahankan populasinya. Setiap spesies ikan mempunyai strategi
reproduksi yang tersendiri sehingga dapat melakukan reproduksinya dengan
sukses.
Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian pada pengamatan
reproduksi ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian
dari reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan,
sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan
gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin
bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan
mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan
menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai.
Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan oleh
perkembangan stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi yang
mencirikan tahap stadianya. Pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10–
25% dari berat tubuh dan pertambahan pada jantan 5–10. Pencatatan perubahan
kematangan gonad dapat digunakan untuk mengetahui bilamana ikan akan
memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah (Khairuman dan Amri 2008).
Letak gonad betina ikan mas membesar mengisi dua pertiga rongga perut
atau hampir menutupi organ-organ tubuh. Sedangkan secara anatomi, ikan mas
jantan memiliki gonad yang halus dan berwarna putih. Gonad tersebut memanjang
dan bercabang dua. Fungsi dari gonad jantan adalah menghasilkan sel sperma. Dan
pada ikan betina terlihat seperti granula-granula bulat yang banyak serta berwarna
lebih kekuningan. Bulatan-bulatan tersebut merupakan telur dari ikan mas betina
yang siap dikelurkan saat proses pemijahan. Gonad betina yang telah matang dan
berada pada TKG IV biasanya akan terlihat dengan jelas bulatan-bualatangnya yang
terbungkus selaput dan berwarna kekuningan (Rochdianto, 2007).
Sistem reproduksi ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu ovipar dimana
perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan pelepasan sel telur jantan dan
betina, dimana spermatozoa diluar tubuh dan fertilisasi terjadi diluar tubuh. Ciri-
5
ciri lain adalah sel telur berukuran besar karena banyak mengandung kuning telur
yang dapat menjadi bekal bagi anak-anaknya dalam mengawali hidupnya diluar
tubuh (Susanto, 2004)
6
0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah
menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan
tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan
jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai
bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai
kebiasaan mengaduk-ngaduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari
makanan (Susanto, 2007).
7
c. Pengolahan tanah dasar
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian dasar
kolam, tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya
baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air. Struktur tanah yang
baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organik (pupuk), sehingga
pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas-gas
beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-lain.
d. Pembuatan Kemalir
Pembuatan kemalir dilakukan dengan cara menarik dua buah tali plastik dari
pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar kemalir antara
40-50 cm. Tanahnya digali sedalam 5–10 cm, lalu dilemparkan ke pelataran.
Pembuatan kemalir bertujuan untuk memudahkan penangkapan benih saat panen.
Di depan lubang pengeluaran dibuak kobakan dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan
tinggi 20 cm. Setelah kemalir dibuat, tanah dasar diratakan.
e. Pengapuran
Pengapuran dilakukan setelah pembuatan kemalir dengan cara menyiramkan
air kapur ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang. Sebelumnya ditebar atau
disiram, kapur direndam terlebih dahulu dengan air. Untuk kapur yang sudah
kering, pengapuran dapat dilakukan dengan cara menaburkan ke seluruh bagian
tanah dasar dan pematang. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya. Untuk kolam yang pH-nya
sudah 7, pengapuran tidak perlu dilakukan. Dosis pengapuran yaitu 40-50 gram/m2.
f. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menebar pupuk ke seluruh tanah dasar kolam.
Dengan cara seperti itu pupuk dapat tersebar merata dan pertumbuhan pakan alami
akan merata di seluruh bagian kolam. Pemupukan dalam kolam bertujuan untuk
menumbuhkan pakan alami agar kolam menjadi subur. Pakan alami sangat berguna
untuk berudu agar tumbuh lebih cepat. Setelah kolam dipupuk, kolam diisi air
selama 4 – 6 hari. Caranya dengan menutup pintu pengeluaran air (monik) dengan
3 – 4 buah belahan papan selebar masing-masing 10 cm, tidak terbuang. Selain cara
di atas, pemupukan dapat pula dilakukan setelah kolam diisi air, agar tidak
8
menimbulkan bau yang tidak sedap. Pupuk yang baik untuk kolam adalah kotoran
ayam. Dosis pupuknya 500-1000 gram/m².
9
2.2.3 Pemijahan
Teknik pemijahan ikan mas dapat dilakukan secara alami dan secara buatan.
Teknik pemijahan secara alami, ikan mas akan memijah tanpa rangsangan atau
induksi hormonal. Sedangkan pemijahan secara buatan dilakukan dengan adanya
rangsangan yang disebabkan oleh induksi hormon. Ikan mas dapat memijah dengan
baik secara alami apabila lingkungan tempat budidaya dibuat menyerupai habitat
asli ikan mas di alam (Lukman, 2021)
Induk yang akan dipijahkan dimasukkan kedalam kolam pemijahan setelah
kolam telah siap. Proses pemasukan induk harus dilakukan secara hati-hati dan
satu-satu dan tidak boleh kasar, penanganan induk yang tidak hati-hati akan
menyebabkan induk stres, penanganan yang kasar juga dapat mengakibatkan induk
betina mengeluarkan telur sebelum waktunya. Selama proses pemijahan induk yang
dipijahkan tidak boleh diberi makan, hal tersebut dilakukan karena pakan yang
diberikan selain dapat mengotori kolam juga dapat menyumbat saluran telur induk
betina sehingga dapat menggagalkan kegiatan pemijahan, perbandingan bobot
antara induk jantan dan induk betina adalah 1:1 artinya setiap berat induk betina 1
kg maka jantan juga harus 1 kg (biasa terdiri dari beberapa ekor induk jantan dan
betina) (Khairuman, 2008).
Apabila tahap-tahap dalam pemijahan dilakukan dengan benar maka induk
akan mulai memijah menjelang tengah malam, sebelum terjadi proses pembuahan
maka biasanya pada pukul 20.00-22.00 induk jantan akan mengejar ngejar induk
betina. Setelah berkejaran maka menjelang tengah malam pada pukul 22.00 - 03.00
terjadinya proses pemijahan yang ditandai dengan bunyi percikan air yang
dihasilkan akibat proses pengejaran induk betina oleh pejantan.dan biasanya induk
betina akan mengeluarkan telurnya lalu jantan akan merespon dengan
mengeluarkan sperma, sedikit demi sedikit telur yang berwarna kuning cerah akan
tampak menempel pada kakaban, menjelang pagi hari sekitar pukul 05.00 frekuensi
pengeluaran telur dan sperma oleh induk betina dan induk jantan akan mulai
berkurang.
Pada saat itu sebaiknya kegiatan pemijahan sebaiknya dihentikan, hal
tersebut dilakukan dengan cara mengambil kakaban dan dipindahkan kedalam
kolam penetasan dan diikuti dengan memindahkan induk kekolam pemeliharaan
10
induk. Tujuan dari pemisahan induk setelah memijah yaitu agar telur yang baru
menempel tidak dimakan oleh induk ikan mas, karena biasanya induk yang sudah
kelelahan memijah akan mulai mencari makan (Susanto, 2002).
11
Setelah telur menetas, harus segera dilakukan pengangkatan kakaban dari
dalam hapa atau bak fiber satu akuarium persatu. Larva yang baru masing memiliki
cadangan makanan berupa kantong kuning telur. Kuning telur akan teserap habis
dalam waktu kurang lebih antara 3-6 hari setelah menetas (Nugroho dan Kristanto,
2008).
Setelah cadangan telur habis maka larva dapat diberi makan berupa rotifera,
cacing sutra dan kuning telur rebus, caranya sebutir telur ayam matang di ambil
bagian kuningnya, kemudian hancurkan dan dilarutkan ke dalam 250 cc air bersih
setelah berbentuk suspensi masukkan ke dalam alat penyemprot nyamuk atau bisa
juga diberikan secara langsung, pemberian pakan dilakukan secara merata,
pemberian pakan dilakukan sebanyak lima kali sehari, sebutir telur cukup untuk
100.000 ekor larva. Pemeliharaan larva hingga benih berumur 4-5 hari paling lama
7 hari, selanjutnya benih dapat dilepas dari hapa (Nugroho dan Kristanto, 2008).
12
dan tidak cacat, ukuran benih sama, respon terhadap pemberian pakan, bebas dari
organisme penyakit, sesuai dengan standar.
Sebelum dilakukan penebaran terlebih dahulu dihitung kepadatan benih
yang disesuaikan dengan luas kolam pemeliharaan. Padat penebaran benih adalah
jumlah (biomassa) benih yang ditebar persatuan luas atau volume. Ukuran benih
yang akan ditebar yaitu 0,5 cm – 1 cm dan padat penebaran (100 ekor/m), jumlah
benih yang dipelihara tergantung luas kolam dan tingkat pengelolaannya. Pada saat
penebaran, benih terlebih dahulu diadaptasikan (aklimatisasi) dengan media
pemeliharaan. Aklimatisasi perubahan lingkungan yaitu dilakukan dengan
memasukkan air kedalam wadah pengangkutan benih ikan sedikit demi sedikit.
Seleksi terhadap benih ikan ini bertujuan agar pertumbuhan ikan pada
pemeliharaan dapat berlangsung secara maksimal. Seleksi dilakukan berdasarkan
keseragaman ukuran tubuh, kesehatan ikan, spesies definitif dan tidak bercampur
dengan spesies lain.
13
3. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam
satu liter air (ppt). Oksigen terlarut umumnya berasal dari difusi udara melalui
permukaan air, aliran air masuk, air hujan, dan hasil dari proses fotosintesis
plankton atau tumbuhan air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena
dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masa air serta merupakan indikator
yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi.
Oksigen terlarut- (DO) yang optimal untuk kelangsungan hidup ikan mas
berkisaran antara 3,40 -5,19 Mg/ L, sedangkan DO yang kisaran antara 3 Mg/ L
atau 4 mg dalam jangka waktu yang lama, maka akan menghentikan makan dan
pertumbuhan, dan dapat mematikan ikan mas itu sendiri (Mas’ud, 2011)
14
oleh faktor fisik dan kimia perairan (nonparasiter). Berikut ini adalah jenis-jenis
penyakit pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan penyebabnya.
Tabel 2. Penyakit Pada Ikan Mas
Jenis Penyakit Penyebab
Bintik Putih (White Spot) Disebabkan oleh organism Ichtyopthirius sp.
Yang dapat mengakibatkan tubuh pucat,
mengeluarkan lendir yang banyak serta bergerak
lamban dan muncul ke permukaan air.
Aeronomonas Disebabkan oleh air yang terlalu kotor dan
dingin.
Sumber: Rahmaningsih, 2016.
15
BAB III
METODOLOGI
16
Tabel 3. Alat dan Kegunaan
No Alat Kegunaan
1. WQC (Water Quality Untuk mengukur kualitas air seperti suhu, Ph,
Checker) dan DO
2. Lambit (Scoopnet) Untuk menangkap benih yang berumur satu
minggu ke atas
3. Seser Untuk menangkap ikan
4. Ember Untuk tempat penampungan atau menyimpan
larva sebelum dimasukan kedalam kolam
5. Kakaban Untuk tempat menempelnya telur ikan yang
telah dibuahi sel jantan
6. Timbangan Untuk menimbang bobot ikan mas
7. Penggaris Untuk mengukur panjang tubuh ikan mas
Sedangkan bahan yang digunakan dalam proses pembenihan ikan mas bisa
dilihat pada Tabel 4.
3.2.2 Bahan
Tabel 4. Bahan dan Kegunaan
No. Bahan Kegunaan
1. Induk jantan dan betina ikan Bahan Pengamatan
Mas
2. Telur ikan Mas Sebagai objek yang akan
menghasilkan individu ikan Mas
baru
3. Pakan Memenuhi kebutuhan energi
4. Bahan kimia, bahan bilogi dan Bahan tambahan apabila ikan sakit
obat-obatan dan membutuhkan perlakuan
5. Kapur Sebagai penstabil pH di dalam
kolam
6. Pupuk Organik Untuk meningkatkan jenis dan
populasi plankton sebagai pakan
alami ikan
17
3.3 Tahapan Kegiatan
Kegiatan praktik kerja lapangan II tentang pembenihan ikan mas yang
dilaksanakan di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB)
Cangkringan, adapun proses kegiatan dimulai dari persiapan kolam, seleksi induk,
pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih dan
pendederan. Tahapan kegiatan dapat dilihat pada Gambar 3.
Persiapan Wadah
Pemeliharaan Induk
18
tentang pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) di Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan.
2) Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab
secara langsung dengan pengelola dan pembimbing lapang untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut mengenai teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) di
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan.
3) Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keikutsertaan dalam suatu kegiatan yang dilakukan
secara langsung di lapangan. Partisipasi aktif dilakukan dengan peneliti mengikuti
atau terlihat secara langsung dalam beberapa kegiatan di lapangan yang
berhubungan dengan teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) di Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan.
4) Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi data dan informasi
yang sudah diperoleh. Dokumentasi juga untuk memperkuat keberadaan data dan
informasi sesuai dengan topik yang dibahas. Selain itu dokumentasi juga bisa
dijadikan sebagai bukti mengikuti kegiatan praktik di lapangan
.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang berperan
memberi keterangan, data pelengkap, dan sebagai data pembanding. Data ini dapat
diperoleh dari data dokumentasi dan pustaka, lembaga penelitian, laporan pihak
dinas, masyarakat dan pihak lain yang berhubungan dengan pembenihan ikan mas
Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan.
𝐺𝑤
Fekunditas (f): Fs x 𝐺𝑠
19
Keterangan:
f = Fekunditas
Fs = Jumlah telur sampling
Gw = Berat gonad
Gs = Berat telur sampling
2) FR (Fertilization Rate)
Fertilization Rate (FR) merupakan persentase telur yang terbuahi dari jumlah
telur yang dikeluarkan pada proses pemijahan (Fani et al., 2018). Nilai Fertilization
Rate (FR) pada studi ini dihitung menggunakan rumus (Hui et al., 2014):
3) HR (Hatching rate)
Hatching rate adalah daya tetas atau jumlah telur yang menetas. Untuk
mendapatkan HR sebelumnya sampling larva untuk mendapatkan jumlah larva.
Menurut Mustamin (2018), HR dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠
Hatching rate (HR): 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖 x 100 %
4) SR (Survival rate)
Survival Rate (SR) adalah presentase jumlah ikan yang hidup pada saat panen
terhadap jumlah ikan yang ditanam (SNI, 1999). SR dapat dihitung menggunakan
rumus berikut ini:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 (𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ)𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
Survival rate (SR): x 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟 (𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎)
20
Tabel 5. Parameter Kualitas Air
No. Parameter Baku Mutu
1. Suhu 25-30ºC
2. pH 6,5-8,5
3. DO >5 mg/L
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
4.1.2 Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam terpisah.
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan induk adalah kolam semi intensif
dengan dasar kolam tanah lumpur dan dinding beton dengan kedalaman kolam 1 m
dan tinggi air 0,70 m. Kolam pemeliharaan induk betina terdapat pada kolam E7
dan E10 dengan ukuran kolam 380 m2 sedangkan untuk kolam induk jantan terdapat
pada kolam D3 yang berukuran 200 m2 dan kolam E6 yang berukuran 380 m2. Induk
ikan mas diberi pakan berupa pelet terapung merk STP NGA 10 dengan frekuensi
pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari pada pukul 08.00 dan 14.00. Adapun kolam
pemeliharaan induk ikan mas dapat dilihat pada Gambar 5.
Hal tersebut telah sesuai dengan (SNI 01- 6137 – 1999) yaitu pemberian
pakan untuk induk ikan mas adalah 2 kali sehari dan minimal kadar protein pada
pakan adalah 30% dan lemak 6-8%. Proses pemeliharaan induk di BPTPB
dilakukan selama 6 bulan, dilakukan dari size 30-35 cm. Selanjutnya dilakukan
seleksi induk yang sudah matang gonad untuk dipindahkan ke dalam kolam
pemijahan untuk melakukan proses pemijahan
23
Tabel 6. Ciri Induk Mas Betina dan Jantan
No Betina Jantan
1. Ukuran badan lebih besar Ukuran badan lebih kecil
2. Gerakan lamban Gerakan lincah
3. Warna kurang menarik Warna lebih menarik
4. Perut membesar ke arah belakang, Badan langsing
jika diraba terasa lunak
5. Lubang anus agak membengkak atau Lubang anus tidak menonjol
menonjol berwarna merah
6. Bila perut diurut (striping) perlahan Bila perut diurut (striping) akan
arah anus akan keluar cairan keluar cairan sperma berwarna
kekuningan. putih seperti susu dari lubang
kelamin.
24
4.1.4 Pemijahan
Teknik pemijahan ikan mas di Balai Pengembangan Teknologi Perikanan
Budidaya (BPTPB) Cangkringan dilakukan secara alami. Kolam yang digunakan
untuk pemijahan berupa kolam intensif berukuran 5 m x 10 m berbentuk persegi
panjang dengan ketinggian kolam sekitar 1 m dan ketinggian air sekitar 30-40 cm.
Induk yang akan dipijahkan, berumur 2 tahun baik induk jantan dan betina.
Hal ini menandakan bahwa induk ikan mas akan menghasilkan telur dengan
kualitas dan kuantitas yang baik. Apabila induk yang digunakan sudah benar-benar
matang gonad.
Induk ikan mas sebelum pemijahan ditimbang terlebih dahulu dengan
menggunakan timbangan gantung. Setelah itu diperoleh perbandingan 1:2 (1 ekor
betina dan 2 ekor jantan) dengan bobot induk betina sebesar 2.150 gr sedangkan
bobot induk jantan sebesar 1.875 gr. Pada proses pemijahan dilakukan pada hapa
berukuran 2 m x 4 m sebanyak 1 hapa dan kakaban yang digunakan untuk proses
pemijahan berukuran 1 x 0,4 m sebanyak 3 kakaban injuk dan 3 kakaban hapa dari
1 hapa lalu diberi pemberat berupa batu agar kakaban tersebut dapat mengambang
di air.
Proses pemijahan akan berlangsung pada malam hari, terjadi sekitar pukul
22.00 – 03.00 yang ditandai dengan tingkah laku betina akan meloncat ke atas
permukaan untuk menarik perhatian induk jantan, lalu induk jantan akan mengejar
induk betina dan menggesekan tubuhnya pada induk betina dengan cara kejar-
kejaran pada tingkah laku ini induk betina akan mengeluarkan telur dan induk
jantan mengeluarkan sperma. Dalam selang waktu 24 jam setelah terlihat telur ikan
mas telah terbuahi oleh sperma jantan, kemudian induk mas diangkat untuk
dipindahkan dari kolam pemijahan. Hal ini bertujuan agar telur tersebut tidak
dimakan oleh induk.
25
Adapun kolam pemijahan yang digunakan pada saat praktik kerja lapangan dapat
dilihat pada Gambar 7.
26
Kemudian setelah itu telur diambil sebanyak 300 butir telur yang disimpan
dalam wadah sebanyak 3 buah untuk sampel dan masing-masing wadah itu berisi
100 butir telur. Berdasarkan sampel telur dari ketiga wadah tersebut diperoleh FR
(Fertilization Rate) sebanyak 79% hasil yang diperoleh tergolong tinggi. Tingginya
nilai FR tersebut, kemungkinan disebabkan oleh kualitas induk yang baik (sehat),
Menurut Taufiq (2010), presentase telur ikan yang terbuahi diatas 50% tergolong
tinggi, sedangkan 30-50% tergolong sedang dan dibawah 30% tergolong rendah.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi Fertilization rate diantaranya adalah
kualitas telur, kualitas sperma, dan kualitas air seperti suhu dan pH, adapun induk
jantan yang digunakan dalam pemijahan harus induk yang berkualitas karena akan
mempengaruhi sel sperma yang dihasilkan (Setyono, 2009). Sel sperma yang
kurang baik dapat memperlambat proses pembuahan dan bisa mengakibatkan
kematian pada telur. Kondisi sperma yang masih segar yaitu kualitas sperma yang
masih dalam kondisi baik dan pergerakannya aktif sehingga kemampuannya dalam
membuahi sel telur dengan baik kemungkinan masih ada (Kurniawan et al., 2013).
Hasil perhitungan FR dapat dilihat pada Lampiran 1.
27
Gambar 9. Pengamatan Telur Ikan Mas
Proses perubahan fisiologis dari telur yang terbuahi, diamati disetiap
jamnya selain itu, kesempurnaan organ tubuh tersusun dan berfungsi normal.
Perkembangan embrio menjadi larva membutuhkan waktu selama ±2 hari. Berikut
tabel pengamatan telur menjadi larva. Dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Siklus Pertumbuhan Embriogenesis Ikan Mas
Waktu
No Gambar Keterangan
(WIB)
28
Stadia gastrula muncul mata
5. 11.00
dan rongga mulai berisi.
Setelah telur menetas menjadi larva lalu kakaban diangkat secara perlahan,
larva yang baru menempel pada kakaban sehingga pada saat pengangkatan kakaban
dilakukan dengan cara membilas atau menggoyang-goyangkan kakaban dalam air
terlebih dahulu kemudian diangkat secara hati-hati.
Setelah itu dilakukan perhitungan, telur ikan mas yang menetas sebanyak
183 butir dengan presentase Hatching rate (HR) sebesar 76%, hasil yang diperoleh
tersebut tergolong normal dan hampir mendekati presentase 80%. Menurut Richter
dan Rustidja (1985) presentase penetasan ikan secara normal berkisar antara 50-
80%. Faktor pembuahan sangat ditentukan oleh seberapa banyak telur yang dapat
dibuahi oleh sperma, semakin banyak telur yang dibuahi oleh sperma semakin
tinggi daya tetasnya begitupun sebaliknya. Telur yang menetas ditandai dengan
adanya ekor yang dilanjutkan dengan adanya bintik mata, selain itu derajat
pembuahan telur juga dipengaruhi oleh kualitas pakan, jika induk ikan diberi pakan
29
berkualitas baik maka fekunditasnya akan semakin tinggi, sebaliknya pakan yang
buruk dapat menurunkan jumlah telur. Dengan kata lain faktor yang mempengaruhi
besar kecilnya fekunditas adalah kualitas pakan yang akan mempengaruhi Hatching
rate (Nainggolan, 2015). Hasil perhitungan HR dapat dilihat pada Lampiran 1.
dan disebarkan secara merata, adapun fungsi dari pemberian pupuk cair tersebut
yaitu untuk menumbuhkan pakan alami berupa (Fitoplankton dan Zooplankton).
30
proses pendederan meliputi persiapan kolam, pengelolaan kualitas air dan
pemanenan.
Memasuki hari ke 7-21 larva ikan mas mulai diberikan pakan buatan berupa
pellet yang berbentuk tepung atau powder yang diberikan secara adlibatum (sesuai
dengan perhitungan kebutuhan pakan berdasarkan berat tubuhnya) dengan
frekuensi pemberian sebanyak 2 kali/hari yaitu pukul 08.00 WIB dan Pukul 14.00
WIB. Adapun proses pemberian pakan dapat dilihat pada Gambar 11.
Pada hari ke 21 tahap pendederan 1 dilakukan perhitungan Survival Rate (SR) pada
benih ikan mas yang ada dikolam bak fiber padat tebar 150 ekor/m dengan luas
kolam 2 m, jadi padat tebar keseluruhan 300 ekor dan nilai SR yang di dapatkan
sebanyak 51%. Tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas masih cukup rendah,
karena tingkat kelangsungan hidupnya di bawah 70% (Kelabora, 2010).
Rendahnya tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas disebabkan karena ukuran
31
larva yang masih kecil sehingga sangat rentan terhadap perubahan kondisi media
seperti perubahan kualitas air sedangkan menurut Ariyanto et al (2008), rendahnya
nilai kelangsungan hidup ikan dapat terjadi karena kebutuhan hidup larva yang
meliputi pakan dan lingkungan optimal belum terpenuhi. Menurut Moleko et al
(2014), setelah menetas, larva ikan tergantung pada sumber makanan sebagai energi
yang digunakan untuk pertumbuhan. Kualitas pakan yang kurang baik akan
menyebabkan gangguan pada perkembangan larva, serta dapat menyebabkan
kematian. Adapun perhitungan SR dapat dilihat pada Lampiran 1.
SUHU
30 29,1
28,3 28,6 28,9
27,4 27,5
28 26,8
SUHU
26,3
26
24
1 4 11 18
HARI
Pagi Sore
32
sesuai untuk pemeliharaan ikan mas. Suhu air yang ideal bagi ikan mas terletak
antara 20-30ºC (Gusrina, 2008).
4.2.2 pH
Derajat Keasaman (pH) suatu perairan merupakan salah satu parameter
kimia yang penting dalam memantau kestabilan perairan. Terganggunya suatu
ekosistem perairan dapat diketahui dari kesuburan perairan dan indikator kesuburan
dapat dilihat dari derajat keasaman atau pH (Patty, 2015). Biasanya angka pH dalam
suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur
kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur akuatik.
Berdasarkan hasil pengukuran pH pagi dan sore hari pada kolam pemeliharaan larva
diperoleh diagram pengukuran suhu yang dapat dilihat pada Gambar 13.
PH
7,43 7,89 7,37 7,21 6,94 7,42 7,56
8 6,23
6
PH
4
2
0
1 8 11 18
HARI
Pagi Sore
33
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas
dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. Oksigen
terlarut merupakan parameter yang penting dalam menentukan kualitas perairan
(Simanjutak, 2007). Berdasarkan hasil pengukuran DO pagi dan sore diperoleh
diagram pengukuran DO yang dapat dilihat pada Gambar 14.
DO
7,6 6,86 7,49 7,3
8
6,4 6,32 6,32 6,96
6
DO
4
2
0
1 4 11 18
HARI
Pagi Sore
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan II dilaksanakan di Balai
Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan pada
kegiatan pembenihan ikan mas (Cryprinus carpio) dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tahapan pembenihan ikan mas dimulai dari persiapan wadah, pemeliharaan
induk, seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan proses
tahap pendederan hingga panen.
2. Kegiatan pemijahan ikan mas diperoleh fekunditas 101.750 butir telur/ekor
induk betina ikan mas. Presentase Fertilization Rate (FR) atau telur yang
terbuahi sebanyak 79%, Presentase Hatching Rate (HR) sebanyak 76%.
Presentase Survival Rate (SR) sebanyak 51%
5.2 Saran
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapang II di Balai Pengembangan Teknologi
Perikanan Budidaya (BPTPB) Cangkringan ini pada kegiatan pembenihan ikan
mas (Cryprinus carpio) memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penyusun dapat
memberi saran diantaranya:
1. Kegiatan monitoring kualitas air perlu dilakukan secara rutin, agar dapat
mengetahui kondisi lingkungan/kualitas air yang ada.
2. Kegiatan pemijahan dilakukan dengan mengikuti prosedur yang ada untuk
menghindari kegagalan dalam pemijahan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, I. E., Jamaris, I. Z., & Hendi, S. P. 2015. Penyakit ikan. Penebar Swadaya
Grup.
Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.
Agromedia. Jakarta.
Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K., 2004 Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit
Bina Adiaksara. Jakarta.
Husni. H. 2012. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Mas
(Cyprinus carpio Lin). Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Mustamin, M., Wahidah, W., & Dahlia, D. 2018. Teknik Pemijahan Ikan Mas Di
Balai Benih Ikan Mas (Bbi) Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang
Sulawesi Selatan. In Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin
Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi 1. 131-136.
35
Patty, S. 2015. Zat Hara (Fosfat, Nitrat) Oksigen Terlarut dan pH Kaitannya
dengan kesuburan di Perairan Jikumerasa, Pulau Buru. Pesisir dan Laut
Tropis. 1(1): 43-59.
Ramadhan, R., dan Sari, L. A. 2018. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus
carpio) Secara Alami di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya Air
Tawar (UPT PBAT) Umbulan, Pasuruan. Journal of Aquaculture and Fish
Health 7(3): 124-132.
Rochdianto, A. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Rukmana, R.H., 2006. Ikan Mas (Pembenihan dan Pembesaran). Aneka Ilmu.
Semarang
Saparanto dan Cahyo. 2009. Budidaya ikan Di kolam Terpal. Penebar Swadaya.
Bogor
Saparinto, Cahyo dan Rini S. 2013. Sukses Pembenihan 6 jenis Ikan Air
Tawar Ekonomis. Lily Publisher. Yogyakarta.
Seifali, M., Arshad, A., Esmaeili, H.R., Kiabi, B.H., Moghaddam, F.Y. and Betina.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 7(2): 17-27.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 01- 6131 – 1999. Produksi Ikan Mas. Jakarta
36
Standar Nasional Indonesia (SNI). 01-6134-1999. Induk Ikan Mas (Cyprinus
caprio). Strain Sinoyonya Kelas Induk Pokok (Parent stock)
Syandri. H; Y. Basri dan Maseriza. 2008. Penggunaan hormon LHRH dan vitamin
E untuk meningkatkan kualitas telur ikan kerandang (Chana pleurothalmus
Blkr). Jurnal Sigmatek 2 (1): 131-144
37
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Fekunditas, FR, HR, dan SR
➢ Perhitungan Fekunditas
Berat gonad = B Awal – B akhir
= 2.150 gr – 1.875 gr
= 275 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐺𝑜𝑛𝑎𝑑 (𝐺𝑤)
Fekunditas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝐹𝑠) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝐺𝑠)
275 𝑔𝑟
= 37 butir x 0,1 𝑔𝑟
= 101.750 butir
= 50.875 butir/kg berat induk
➢ Perhitungan Fertilization Rate (FR)
𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖
(FR) = 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑖 𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 x 100%
239
= 300 x 100%
= 79 %
➢ Perhitungan Hatching Rate (HR)
𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠
Hatching rate (HR) = 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑖 𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 x 100%
183
= 239 x 100%
= 76%
➢ Perhitungan survival rate (SR)
Uk Kolam Bak fiber =2x1m
Padat tebar = 150 ekor/m x 2 meter (kolam bak fiber)
= 300 ekor benih
𝑁𝑡 (𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛)
Survival rate (SR) = x 100%
𝑁𝑜 (𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑟)
155
= 300 x 100%
= 51%
38
Lampiran 2. Data Kualitas Air Pembenihan Ikan Mas
1. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air Kolam Penetesan Telur
Pagi Sore
Hari Ke- Suhu DO Suhu DO
pH pH
(ºC) (mg/L) (ºC) (mg/L)
1 25,5 6,39 7,57 26,7 7,32 7,42
2 26,8 6,23 6,45 27,3 7,56 7,24
3 25,8 7,37 7,32 27,8 7,21 6,56
39
DOKUMENTASI KEGIATAN
40
Pengecekan kualitas air Pengecekan kualitas air
(Kolam Penetasan Telur) (Kolam Pemeliharaan Larva)
41
3.
42