Anda di halaman 1dari 44

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN

PENGELOLAAN LIMBAH INFEKSIUS


DI WILAYAH KERJA UPT. PUSKESMAS MELATI
KUALA-KAPUAS

Diajukan guna menyusun proposal penelitian untuk memenuhi


Sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

MUHAMMAD FARID
NPM. 19070080

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Profosal penelitian oleh Muhammad Farid, 19070080


Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Banjarmasin, ...................... 2023


Pembimbing I

Norsita Agustina, SKM., M. Kes


NIDN. 1101088903

Banjarmasin, ...................... 2023


Pembimbing II

Akhmad Fauzan, SKM., M. Kes


NIDN. 1116108502
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN

Proposal penelitian oleh Muhammad Farid ini

Telah dipertahankan di depan dewan penguji

Pada tanggal ...................... 2023

Dewan Penguji

Ketua

Norsita Agustina, SKM., M. Kes


NIDN. 1101088903

Anggota I

Akhmad Fauzan, SKM., M. Kes


NIDN. 1116108502

Anggota II

Siska Dhewi, SKM., M.Kes


NIDN. 1108018701

Mengesahkan
Dekan FKM

Meilya Farika Indah, SKM., M.Sc.


NIK. 060709281
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta'ala karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya jugalah saya dapat

menyelesaikan Proposal penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Dengan Pengelolaan Limbah Infeksius Di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Melati Kuala Kapuas”.

Proposal penelitian ini disusun dan diajukan guna menyusun skripsi untuk

memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM). di Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Studi

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al

Banjari Banjarmasin.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih

yang sebesa-besarnya kepada:

1. Prof. Abd.Malik, SPt., M.Si., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam

Kalimantan Muhammad Arsyad AlBanjari.

2. Meilya Farika Indah, SKM., M.Sc selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.

3. Chandra, SKM., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.

4. Norsita Agustina, SKM., M. Kes, selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal

penelitian ini.
5. Akhmad Fauzan, SKM., M.Kes, selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan proposal penelitian.

6. H. Muhammad Hipni, S. Kep, Ns. selaku Kepala UPT Puskesmas Melati

Kuala Kapuas.

7. Orang Tua yang telah memberikan dukungan, semangat dan do’a.

8. Teman-teman mahasiswa atau mahasiswi yang banyak membantu

memberikan saran untuk kelancaran proposal skripsi ini.

Pada kesempatan yang baik ini saya mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu tersusunnya proposal penelitian ini. Saya

berharap proposal penelitian ini benar-benar bermanfaat bagi kita semua dan saya

pribadi memohon maaf sekiranya apabila dalam proposal penelitian ini terdapat

kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu

Wa Ta'ala.

Banjarmasin, .................... 2023


Peneliti

Muhammad Farid
NPM. 19070080
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN............................ iii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... v

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 14

A. Tinjauan Umum Tentang Limbah Infeksius ............................... 14

B. Pengertian Pengelolaan Sampah ................................................. 21


C. Tinjauan Umum Mengenai Sikap Pengelolaan Dengan Limbah

Infeksius ..................................................................................... 23

D. Tinjauan Umum Mengenai Sikap Pengelolaan Limbah

Infeksius ..................................................................................... 24

E. Kerangka Teori............................................................................ 26

F. Kerangka Konsep........................................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 28

A. Rancangan Penelitian ................................................................. 28

B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 28

C. Instrumen Penelitian ................................................................... 29

D. Variabel Penelitian ..................................................................... 29

E. Definisi Operasional ................................................................... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 31

G. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 34

H. Biaya Penelitian........................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional........................................................................... 30

3.2 Rencana Biaya Penelitian................................................................... 35


DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konsep........................................................................ 26

2.4 Kerangka Konsep........................................................................ 27


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kapada Responden

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2022, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Indonesia mengalami kenaikan 0,97 poin dibanding tahun sebelumnya. Nilai

IKLH Indonesia sejak tahun 2018 hingga tahun 2022 terus meningkat.

Berturut-turut nilainya 65,14; 66,55; 70,27; 71,45; dan tahun ini sebesar 72,42

poin. (IKLH, 2022). Sebagai sarana pelayanan umum, Puskesmas memelihara

dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan

persyaratan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh beberapa Puskesmas

dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan pengetahuan

masyarakat di bidang kesehatan. Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan

dari pelayanan kesehatan adalah sampah/limbah yang dapat menyebabkan

penyakit dan pencemaran. (IKLH, 2022)

Sebanyak sekitar 83.000 kilogram limbah infeksius yang ditangani

seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan. Jumlah limbah infeksius

di Kalsel meningkat signifikan apalagi selama wabah virus corona terjadi,

berupa bekas infus, alat pelindung diri atau APD, bekas rapid test dan sisa

sampel swab. Selain itu limbah juga ada dari para pasien seperti tisu, masker

atau gelas bekas yang digunakan pasien terkontaminasi covid. Limbah medis

ini jika tidak ditangani betul, maka akan sangat berbahaya dan beracun.
Karena itu, limbah medis harus dikelola dengan baik. Untuk itu pemerintah

kabupaten dan kota melakukan pengawasan secara ketat (Widianjono, 2020).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2014 secara nasional

terdapat 74,76% kabupaten/kota yang telah melaksanakan pembinaan

pengelolaan limbah medis tetapi masih belum memenuhi target Renstra

Kementerian Kesehatan tahun 2014 yaitu sebesar 75%. Rencana strategis

Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menyebutkan bahwa dalam

penyehatan lingkungan sasaran kegiatannya adalah meningkatkan penyehatan

dan pengawasan kualitas lingkungan. Indikator pencapaian tersebut salah

satunya persentasi pelayanan kesehatan yang melakukan pengelolaan limbah

medis sesuai standar sebesar 36% (5,6) (Darus, 2018).

Limbah yang dihasilkan oleh puskesmas dapat berbentuk padat, cair

dan gas. Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai

akibat kegiatan yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Limbah

medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah

patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah siotoksis, limbah

kimiawi, limbah radiaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan

kandungan logam berat yang tinggi (Adrianto, dkk, 2019).

Menurut Kemenkes (2021), dalam undang-undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa setiap orang

berhak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat

kesehatan. Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.

UPT Puskesmas Melati, merupakan Puskesmas yang terletak di pusat

kota, berada di kawasan padat penduduk. Puskesmas ini memliki lebih dari

seribu pengunjung setiap bulannya. Sehingga penggunaan sampah infeksius

juga pasti digunakan sebanyak pengunjung di Puskesmas tersebut.

Pembuangan limbah infeksius di Puskesmas Melati masih sangat terbatas,

karena yang benar benar terlatih dalam pengelolaannya hanya ada 1 orang dan

yang melakukan pengemasan ada 2 orang. Gudang penyimpanan limbah

infeksius berada diantara ruang kerja dan masih dilalui staf dan pasien.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik mengambil lokasi

penelitian dan meneliti lebih jauh bagaimana peran tenaga kesehatan di UPT

Puskesmas Melati terhadap pengelolaan limbah infeksius dengan ini penulis

mengangkat judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pengelolaan

Limbah Infeksius Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Melati Kuala Kapuas”.

UPT Puskesmas Melati melakukan kerjasama untuk pengangkutan

limbah bahan berbahaya beracun (B3) secara rutin yang selanjutnya diangkut

dengan armada berupa kendaraan darat untuk diolah berdasarkan ketentuan

pemusnahan limbah Infeksius.

Kerjasama ini bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan

khsusnya pengelolaan limbah Infeksius yang dihasilkan Puskesmas Melati,

serta menjamin keselamatan dan kesehatan pasien dan tenaga Kesehatan

maupun masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan di Puskesmas Melati.


]Saat ini Puskesmas Melati hanya memiliki Tempat Pembuangan Sampah

(TPS) Limbah Medis B3 dan belum mampu untuk mengolah sendiri sehingga

rutin setiap awal bulan, jadwal pengangkutan limbah B3 untuk Puskesmas

Melati.

Berdasarkan karakteristiknya limbah medis B3 di Puskesmas

merupakan limbah infeksius, agar tidak menimbulkan kerugian terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan hidup perlu dilakukan pengelolaan yang

tepat dengan menggandeng pihak ke tiga yaitu dari PT Artama Sentosa

Indonesia. Dengan begitu Puskesmas Melati tercipta kondisi lingkungan

tempat kerja yang bersih, indah, nyaman dan sehat, serta lingkungan sekitar

puskesmas bebas dari kontaminasi limbah medis.

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Hasil observasi dan wawacara dengan 5 orang petugas pengelola

sampah medis pada tanggal 02 Januari 2023 di Puskesmas Melati Kuala

Kapuas sebanyak 20 kg setiap bulan nya berupa handscoon, masker,

kapas, jarum suntik, vial/ampoule yang berhubungan dengan pasien yang

membersihkan sampah medis padat adalah petugas kesehatan lingkungan

sesuai dengan arahan tenaga sanitarian. Sampah medis padat ini dikelola

oleh pihak ke 3 yaitu Rumah Sakit.

Pengelolaan limbah jarum suntik harus dikumpulkan ditempat yang

benar benar jauh dari ruangan kerja, tempat tinggal masyarakat dan

kerumunan banyak orang. Namun tempat pembuangan limbah sementara


di UPT Puskesmas Melati berdekatan dengan ruang kerja tata usaha dan

ruang imunisasi. Gudang B3 belum memenuhi standart fasilitas yang

menjamin keamanan lingkungan disekitar puskesmas melati karna masih

berdempetan dengan bangunan atau ruangan imunisasi dan masih belum

menggunakan bahan tembok. (Puskesmas Melati, 2023).

2. Pertanyaan Masalah

a. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan pengelolaan limbah

infeksius di UPT Puskesmas Melati tahun 2023?

b. Apakah ada hubungan sikap dengan pengelolaan limbah infeksius di

UPT Puskesmas Melati tahun 2023?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Pengelolaan Limbag Infeksius Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Melati

Kuala Kapuas Tahun 2023”

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi data dan gambaran pembuangan limbah infeksius di

UPT Puskesmas Melati pada bulan Januari - Maret 2023 sebagai bahan

evaluasi.

b. Mengidentifikasi pengetahuan terhadap limbah infeksius di UPT

Puskesmas Melati Kuala Kapuas 2023.

c. Mengidentifikasi sikap terhadap limbah infeksius di UPT Puskesmas

Melati Kuala Kapuas 2023.


d. Menganalisis hubungan pengetahuan pengelolaan limbah infeksius di

UPT Puskesmas Melati Kuala Kapuas 2023.

e. Menganalisis hubungan sikap pengelolaan limbah infeksius di UPT

Puskesmas Melati Kuala Kapuas 2023.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi UPT. Puskesmas Puskesmas Melati

Memberikan informasi kepada puskesmas tentang faktor-faktor apa

saja yang berhubungan dengan pengelolaan limbah infeksius di wilayah

kerja UPT. Puskesmas Melati Kuala Kapuas.

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman dari penelitin ini dalam pengelolaan limbah infeksius.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman dari penelitian ini dalam implementasi kebijakan terhadap

pengelolaan limbah infeksius.


E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Judul Tahun&Tempat
No Nama Peneliti Metode Hasil penelitian
penelitian Penelitian

1. Hubungan Muhammad 2020, Puskesmas Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan nilai p-value =
Pengetahuan Erwan Maulana Bumi Makmur jenis penelitian kuantitatif 0,003 < signifikansi p = 0,05 yang artinya
Dan Sikap dengan pendekatan cross ada hubungan antara pengetahuan petugas
Petugas sectional. kesehatan dengan pengelolaan limbah medis
Kesehatan di puskesmas bumi makmur dan nilai p-value
Dengan = 0,007 < signifikansi p = 0,05 yang artinya
Pengelolaan ada hubungan antara sikap petugas kesehatan
Limbah Medis dengan pengelolaan limbah medis di
Di Puskesmas puskesmas bumi makmur. Adanya hubungan
Bumi Makmur antara pengetahuan dan sikap dengan
pengelolaan limbah medis, maka diharapkan
setiap petugas kesehatan harus memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik terhadap
pengelolaan limbah medis di puskesmas agar
tindakan yang dilakukan dalam menangani
dan mengelola limbah medis dapat berjalan
dengan benar.
2. Hubungan Masa Hastuty, Milda 2019 di RSUD Desain penelitian ini Hasil penelitian tentang hubungan masa
Kerja Dengan Rokan Hulu adalah analitik dengan kerja dengan perilaku petugas dalam
Perilaku Petugas rancangan cross sectional, pengelolaan sampah medis di RSUD Rokan
Medis yaitu rancangan penelitian Hulu tahun 2018 diperoleh hasil Ada
Dalam dengan melakukan hubungan masa kerja dengan perilaku
Penanganan pengukuran atau petugas medis dalam penanganan sampah
Sampah Medis pengamatan saat medis diperoleh nilai p value = 0,001 (p >
bersamaan (Hidayat, 0,05).
2014). Lokasi
dilaksanakan di RSUD
Rokan Hulu dan waktu
penelitian adalah di bulan
Februari – Maret 2019.
Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh petugas
medis di RSUD Rokan
Hulu yang berjumlah 390
orang dengan jumlah
sampel dalam penelitian
ini adalah 198 orang

3. Faktor-Faktor Sari, Pegi Fatma 2018 di Penelitian ini merupakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 71%
Yang Okneta Puskesmas penelitian analitik pelayanan kesehatan kelompok usia dewasa,
Berhubungan Cawas I observasional penelitian 90% berpendidikan tinggi (gelar associate
Dengan Praktik Kabupaten dengan pendekatan cross dan sarjana), 71% memiliki masa kerja lama
Pengelolaan Klaten sectional. Populasi dalam (lebih dari sepuluh tahun), 71% memiliki
Limbah Medis penelitian ini ada 31 pengetahuan yang baik, 71% memiliki sikap
Padat pekerja yang yang baik dan 61,3% memiliki praktik yang
memproduksi dan atau baik. variabel sikap berhubungan dengan
melakukan limbah medis praktik (p-value = 0,042) sedangkan variabel
padat di Cawas I CHC. usia (p value = 0,455), tingkat pendidikan
Sampel sebanyak 31 (p-value = 0,311), pengalaman kerja (p value
petugas kesehatan = 0,174) dan tingkat pengetahuan ( p-value =
dimasukkan dalam 0,076) tidak ada hubungan dengan praktek.
penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian terdapat
menggunakan total hubungan antara sikap petugas kesehatan
sampling. Pengumpulan dengan praktik pengelolaan limbah medis
data menggunakan padat di Cawas I CHC, Kabupaten Klaten.
kuesioner dan lembar
observasi. Analisis data
menggunakan uji korelasi
Spearman.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Limbah Infeksius

1. Pengertian Limbah B3 Infeksius

Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis.

Limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan

penyimpanan menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung

diolah.Faktor penting dalam penyimpanan limbah medis adalah

melengkapi tempat penyimpanan dengan penutup, menjaga areal

penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis,

membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat.

Limbah infeksius atau B3 medis khusus, diatur khusus dalam Surat

Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:

SE.2/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2020 Tahun 2020. Aturan ini mengenai

Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3).

Penanganan diperlukan sarana kesehatan, seperti alat pelindung

diri (APD), alat dan sampel laboatorium. Setelah digunakan, sarana

kesehatan ini menjadi limbah B3 dengan kategori limbah infeksius

sehingga perlu dikelola seperti limbah B3.

Secara garis besar, regulasi ini mengatur pengelolaan limbah

infeksius yang berasal dari fasyankes untuk penyimpanan dalam kemasan

tertutup maksimal 2 hari sejak dihasilkan; mengangkut dan/atau

memusnahkan pada pengolahan LB3 menggunakan fasilitas insinerator

14
dengan suhu pembakaran minimal 800°C atau otoklaf yang dilengkapi

dengan pencacah.

Limbah infeksius mencakup pengertian limbah yang berkaitan

dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan

intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

Namun beberapa institusi memasukkan juga bangkai hewan percobaan

yang terkontaminasi atau yang diduga terkontaminasi oleh organisme

patogen ke dalam kelompok limbah infeksius.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Limbah Infeksius

a. Pengetahuan

Pengetahuan, dapat ditafsirkan sebagai segala sesuatu yang

diketahui, pedoman dalam membentuk suatu tindakan seseorang, dan

dapat juga didefinisikan sebagai hasil penginderaan terhadap segala

sesuatu yang telah terjadi dan dilewati berdasarkan pengalaman.

Semakin baik pengetahuan semakin baik pula pengelolaan

sampah. Pengetahuan yang baik berpengaruh terhadap sikap yang baik.

Begitu pula sebaliknya. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan

melalui pendidikan formal dan nonformal. Pengetahuan tentang

pengelolaan infeksius juga didasari dengan pengetahuan apa saja jenis

limbah tersebut.
b. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus,

yang melibatkan pendapat dan emosi orang yang bersangkutan. Sikap

juga dapat didefinisikan sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan

respons. Sikap merupakan suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak

mendukung (Unfavourable) pada suatu objek. Sikap juga dapat

diartikan sebagai keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan

untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan (Nooragni,2022). Sikap

dilihat sebagai langkah pertama dalam upaya mencapai pengurangan

penggunaan kantong plastik atau meningkatkan daur ulang.

c. Umur

Usia atau umur adalah lama waktu hidup seseorang atau

keberadaan sejak dilahirkan atau diadakan sampai dengan sekarang

yang ditentukan dengan menggunakan hitungan tahun. Usia

merupakan umur individu yang dapat dihitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun.

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan atau wawasan responden. Semakin cukup usia

maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik

dalam bekerja dan berfikir. Dari tingkat kepercayaan masyarakat,

orang yang cukup umur lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini dapat diketahui dari sisi pengalaman dan


kematangan jiwa. Pegawai yang berusia lebih dewasa cenderung lebih

mempunyai komitmen pada organisasi dibandingkan dengan yang

berusia muda sehingga tingkat loyalitas mereka lebih tinggi pada

organisasi. Hal ini bukan saja disebabkan karena lebih lama tinggal di

organisasi, tetapi dengan usia tuanya tersebut. Klasifikasi umur

digolongkan menjadi 3 kategori yaitu :

1) Usia dewasa muda (elderly aulthood) usia 18/20-25 tahun;

2) Usia dewasa tua (medlle years) usia 25-60/65 tahun;

3) Lanjut usia (geriatric age) usia >65/70 tahun.

d. Jenis Kelamin

Perbedaan pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian

dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar

pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar

pertimbangan emosional atau perasaan. jenis kelamin adalah

pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja

antara lakilaki dan perempuan.

e. Pendidikan

Pendidikan dirancang untuk memberikan informasi yang

disesuaikan dan untuk mempertahankan penyebaran informasi secara

berkala untuk mendorong dan mendukung pengurangan dan

pengetahuan sumber limbah infeksius dan non infeksius. (Muchsin,

2022)

f. Lama Kerja
Lama kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga

kerja itu bekerja di suatu tempat. Kurun waktu tersebut dimulai dari

seseorang mulai bekerja hingga jangka waktu tertentu.

Lama kerja seorang tenaga kesehatan di Puskesmas Melati

juga mempengaruhi orang tersebut tau bagaimana pembuangan

sampah infeksius dan non infeksius dilingkungan tersebut.

g. Pelatihan

Pelatihan sangat mempengaruhi dalam pembinaan pengelolaan

sampah medis. Perlu adanya tenaga terlatih agar mampu memimbing

tenaga medis lainnya dalam pemilahan sampah. (Muchsin, 2022)

3. Sumber-Sumber Limbah Infeksius

Limbah infeksius atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis

yang diduga berasal dari rumah sakit, klinik, puskesmas atau fasilitas

layanan kesehatan (fasyankes) kerap ditemukan selama masa pandemi di

Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

4. Jenis-Jenis Limbah

Limbah dapat diklasifikasikan berdasar hal berikut:

a. Senyawa, limbah terbagi menjadi:

1) Limbah organik adalah limbah yang berasal dari mahluk hidup dan

dapat diuraikan oleh bakteri pengurai atau dekomposer. Contohnya

sayuran atau buah yang sudah busuk.


2) Limbah an-organik adalah limbah yang tidak dapat diuraikan oleh

bakteri pengurai, dan bukan berasal dari mahluk hidup. Contohnya

plastik.

b. Wujud, limbah terbagi menjadi:

1) Limbah padat yaitu limbah berbentuk padat seperti kaleng, kaca,

plastik.

2) Limbah cair adalah limbah berwujud cair seperti air bekas cucian.

3) Limbah gas seperti karbondioksida,

4) Limbah suara seperti suara kendaraan bermotor, barang elektronik.

c. Asal sumber, limbah terbagi menjadi:

1) Limbah domestik, yakni limbah yang berasal dari kegiatan

pemukiman penduduk dan kegiatan usaha seperti pasar, restoran,

dll.

2) Limbah industri, yakni limbah yang merupakan hasil buangan

industri.

3) Limbah pertanian, yakni limbah yang berasal dari kegiatan

pertanian/perkebunan.

4) Limbah pertambangan, limbah yang berasal dari kegiatan

pertambangan.

5. Berdasarkan Sifat Fisiknya

Pengelompokan Limbah Berdasarkan Bentuk atau Wujudnya dapat

dibagi menjadi empat diantaranya yaitu:

a. Limbah Cair
1) Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair

hasil buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan,

perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu: air sabun, air

detergen sisa cucian, dan air tinja.

2) Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair

hasil buangan industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan

kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan

makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.

3) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair

yang berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran

pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau

melalui luapan dari permukan. Air limbah dapat merembes ke

dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau

bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang

membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contohnya yaitu: air

buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan

perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.

4) Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran

air hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan

tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan

padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair.

6. Limbah padat
Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas

domestik yang berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya

yaitu: kertas, plastik, serbuk besi, serbuk kayu, kain, dll. Limbah padat

dapat diklasifikasikan menjadi enam kelompok sebagai berikut:

a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi

basah, berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau

terurai mikroorganisme. Contohnya yaitu: sisa makanan, sisa dapur,

sampah sayuran, kulit buah-buahan.

b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah

padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh

mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Contohnya yaitu: selulosa,

kertas, plastik, kaca, logam.

c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya

hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan

tidak mudah membusuk.

d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang

berupa bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang

mati.

e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan

jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti

dedaunan, kertas dan plastik.


f. Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat yang

bersal daribuangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari

jenis industrinya.

Penanganan limbah padat bisa dibedakan dari kegunaan atau fungsi

limbah padat itu sendiri. Limbah padat ada yang dapat didaur ulang atau

dimanfaatkan lagi serta mempunyai nilai ekonomis seperti plastik, tekstil,

potongan logam, namun ada juga yang tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Limbah padat yang tidak dapat dimanfaatkan lagi biasanya dibuang,

dibakar, atau ditimbun begitu saja. Beberapa industri tertentu limbah padat

yang dihasilkan terkadang menimbulkan masalah baru yang berhubungan

dengan tempat atau areal luas yang dibutuhkan untuk menampung limbah

tersebut.

7. Limbah gas

Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai

media. Secara alami udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2,

NO2, CO2, H2 dll. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan

udara alami akan menurunkan kualitas udara. Limbah gas yang dihasilkan

berlebihan dapat mencemari udara serta dapat mengganggu kesehatan

masyarakat. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua

bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih

mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut

dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan

melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung.


Limbah gas yang dibuang keudara biasanya mengandung partikel-

partikel bahan padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan ringan

sehingga tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Bahan padatan dan cairan

tersebut disebut sebagai materi partikulat. Seperti limbah gas yang

dihasilkan oleh suatu pabrik dapat mengeluarkan gas yang berupa asap,

partikel serta debu. Apabila ini tidak ditangkap dengan menggunakan alat,

maka dengan dibantu oleh angin akan memberikan jangkauan pencemaran

yang lebih luas. Jenis dan karakteristik setiap jenis limbah akan tergantung

dari sumber limbah.

8. Limbah suara

Limbah suara yaitu limbah yang berupa gelombang bunyi yang

merambat di udara. Limbah suara dapat dihasilkan dari mesin kendaraan,

mesin-mesin pabrik, peralatan elektronikdan sumber-sumber yang lainnya.

B. Pengertian Pengelolaan Sampah

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat jumlah

limbah medis dari Pandemic ini meningkat 30%, sedangkan kapasitas

pengolahan limbah B3 medis di beberapa daerah terutama di luar Jawa masih

terbatas. ( KLHK, 2020)

Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme

pathogen dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit

pada manusia rentan. Kalau tidak dikelola dengan baik, limbah medis dari

penanganan pasien dengan penyakit menular dikhawatirkan menjadi sumber

penularan penyakit bagi pasien, petugas, dan masyarakat sekitar. Adapun


limbah infeksius tersebut berupa masker bekas, sarung tangan bekas, perban

bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan, kertas bekas makanan

dan minuman, alat suntik bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas,

sisa makanan pasien. (PERMENPAN NO.22 Th 2021)

Limbah dengan karakteristik infeksius sangat berbahaya bagi tenaga

kesehatan maupun pengunjung, dan petugas yang menangani limbah.

Pemusnahan limbah infeksius secara tepat dan benar sangat penting, untuk

memutus mata rantai penularan. 

Untuk mengatasi itu, Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan (MLHK) memberikan respon cepat dengan rilis Surat

Edaran No. SE.02/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah

Infeksius (Limbah B3 dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona

Virus Disease).Untuk limbah medis yang bersumber dari rumah tangga,

Pemerintah Daerah diminta berpartisipasi dalam menyiapkan sarana dan

prasarana seperti dropbox. (KLHK, 2022).

Sedangkan limbah yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan

(FASYANKES), dapat dilakukan pemusnahan dengan insinerator bersuhu 800

derajat Celsius, hanya selama masa pandemi ini, dan alternatif pemusnahan

melalui kiln semen juga dimungkinkan.

Salah satu kendala yang terkemuka untuk wilayah terpencil adalah

ketidaktersediaan fasilitas pemusnah limbah medis, sehingga Dinas

Lingkungan Hidup diminta dapat mendukung dan membantu FASYANKES

dalam melakukan tata cara penguburan sesuai Pemenlhk Nomor P.58/Menlhk-


Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 

Dengan berbagai upaya yang dilakukan dari banyak pihak untuk

mengelola limbah medis, diharapkan usaha ini terus bisa menekan penularan

dan risiko lainnya yang bisa ditimbulkan.

C. Tinjauan Umum Mengenai Sikap Pengelolaan Limbah Infeksius

Pengertian Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional yang dapat

dilihat terlebih dahulu dari sikap yang tertutup seseorang. Dimana komponen

pokok sikap meliputi :

1. kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan bertindak (tend to behave).

Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Sikap dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu emosi dalam diri individu, pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga

pendidikan atau lembaga agama. Selain itu sikap juga dipengaruhi oleh situasi

interaksi kelompok, situasi komunikasi individu telah memiliki pengetahuan,

pengalaman, kecerdasan dan bertambahnnya umur.

Sikap terbentuk dari melalui kegiatan yang berulang-ulang sehingga

terbentuk sikap yang diserap oleh individu serta dari pengalaman dari diri

sendiri atau orang terdekat, dimana mereka dapat mengakrabkan pada sesuatu
atau menolaknya. Terkadang sikap dapat diambil tanpa mengerti situansinya

secara lengkap.

Metode cara pengukuran sikap responden yaitu ada 2 (dua) metode

yaitu.

1. Thrustone Metode, thrustone disebut juga sebagai metode interval tampak

setara. Metode penskalaan yang merupakan pernyataan sikap dengan

pendekatan stimulus yaitu penskalaan dalam pendekatan yang ditujukan

untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada suatu kontinum

psikologis yang akan menunjukkan derajat favourable atau tak favourable

pernyataan yang bersangkutan.

2. Likert Pengukuran sikap dengan metode rating yang dijumlahkan (Method

of Summated Ratings). Metode ini merupakan metode penskalaan

pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar

penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan

oleh derajat favourable nya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh

distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang

bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study). Pada penelitian yang

dilakukan di UPT. Puskesmas Melati diperoleh ada hubungan sikap

dengan sikap dalam pembuangan limbah infeksius.


D. Kerangka Teori

Pengetahuan

Sikap

Umur

Jenis kelamin

Faktor Presdiposisi Pendidikan

Lama kerja

Pelatihan

Faktor pemungkin pelayanan limbah


Pewadahan
medis

Dukungan dari kepala


Faktor penguat ruang

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Muchsin, 2022)


E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Dependen

Pengetahuan

Pengelolaan Limbah
Infeksisus

Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep (Muchsin, 2022)

F. Hipotesis

1. Ada hubungan Hubungan Pengetahuan Terhadap Pengelolaan Limbah

Infeksius Di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Melati Kuala-Kapuas.

2. Ada hubungan sikap terhadap Pengelolaan Limbah Infeksius Di Wilayah

Kerja UPT. Puskesmas Melati Kuala-Kapuas.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Menurut Wisadirana, rancangan penelitian adalah bagian penelitian

untuk membuat rancangan analisis data dan membantu menentukan sampel

dalam penelitian.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode survei, dimana penulis membagikan kuesioner untuk

pengumpulan data. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

untuk menguji hipotetsis yang telah ditetapkan peneliti mempelajari

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pengelolaan Limbah Infeksius Di

Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Melati Kuala-Kapuas.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2018). Populasi penelitian ini adalah tenaga

kesehatan di UPT. Puskesmas Melati Bulan Januari- Maret Tahun 2023

sebanyak 57 orang.

62
2. Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini sebanyak responden. Adapun teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara menggunakan total

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Notoatmodjo, 2018). Alasan pengambilan total sampling

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 57 orang kemudian di kurangi 5

orang karena sudah dilakukan wawancara observasi.

C. Instrumen Penelitian

Untuk melakukan penelitian ini diperlukan adanya alat atau instrmen

penelitian yang akan mempermudah dalam memperoleh data yang akan

digunakan untuk pengumpulan data.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar

kuisioner yang berisikan pertanyaan tentang Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Dengan Pengelolaan Limbah Infeksius.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2020)
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Variable dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Variable bebas (independen) Variable independen adalah variable bebas,

penyebab variabel yang mempengaruhi dependen dalam penelitian

ini,variabel bebasnya adalah faktor-faktor yang meliputi pengetahuan dan

sikap.

2. Variabel terikat (dependen)

Variabel dependen adalah variabel tergantung,terpengaruh,atau akibat.

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hubungan pengetahuan dan

sikap dengan pengelolaan limbah infeksius di UPT Puskesmas Melati

Kuala Kapuas.

E. Definisi Operasional

Lingkup variabel-variabel yang diamati atau diteliti, yang juga

dimanfaatkan untuk mengarahkan atau pengamatan terhadap variabel-variabel

yang bersangkutan serta mengembangkan instrument.

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

1. Variabel Hal-hal yang Kuisioner & 1. Baik Apabila Ordinal


Terikat dilakukan Wawancara pernyataan
responden yang responden Ya
≥70%
Pengelolaan berhubungan
2. Tidak Baik
Limbah dengan Apabila
pengetahuan pernyataan
dan sikap responden
dengan Tidak<70%
pengelolaan (Ghozali, 2018)
limbah.
2. Variabel Bebas Segala sesuatu Kuisioner & 1. Baik 75%-100% Ordinal
yang di ketahui Wawancara 2. Cukup 58%-<
Pengetahuan oleh responden 75%
3. Kurang <58%
tentang
(Wawan dan Dewi,
pengetahuan
2010)
pengelolaan
limbah infeksius

3. Sikap Reaksi atau Kuisioner & 1. Positif Apabila Ordinal


respon yang di Wawancara pernyataan
ketahui oleh responden Ya
≥70%
responden
2. Negatif Apabila
tentang sikap pernyataan
pengelolaan responden Tidak
limbah <70%
(Agus Riyanto,
2010)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari subyek penelitian terutama responden. Data tersebut berupa hasil

kuisioner seperti penghetahuan dan sikap dengan pengelolaan limbah

infeksius Dipuskesmas Melati Kuala Kapuas 2023.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari puskesmas Melati

tahun 2023 seperti profil puskesmas jumlah tenaga kesehatan.

2. Teknik Pengolahan Data

a. Pengolahan data Proses pengolahan data dengan komputer Menurut

(Notoatmodjo, 2018) terdapat langkah-langkah sebagai berikut:

1) Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner.

2) Skoring

Skoring adalah suatu proses pengubahan jawaban instrumen

menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu

jawaban terhadap item dalam instrument.

a) Pengetahuan

(1) Baik jika skor 76% - 100%

(2) Cukup jika skor >55% - 75%

(3) Kurang jika skor <55%

b) Skala

(1) Skala 1 (Sangat tidak setuju)

(2) Skala 2 (Tidak Setuju)

(3) Skala 3 (Netral)

(4) Skala 4 (Setuju)

(5) Skala 5 (Sangat Setuju)

3) Coding (pengkodean)

Coding dilakukan untuk mengklasifikasikan jawaban dari

para responden kedalam kategori dengan memberikan kode pada

setiap jawaban responden. Dengan tujuan untuk memudahkan

dalam analisis data.

c) Pengetahuan

(4) Baik diberi kode 1


(5) Cukup diberi kode 2

(6) Kurang diberi kode 3

d) Sikap

(1) Positif diberi kode 1

(2) Negatif diberi kode 2

b. Entry data (memasukan data)

Entry yaitu data yang telah dikode tersebut kemudian

dimasukan kedalam program kompuer untuk selanjutnya akan

diolah.

c. Cleaning (pembersihan data)

Cleaning yaitu apabila data dari setiap sumber data atau

responden selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan dan sebagainya yang kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

d. Tabulating yaitu memasukkan data kedalam bentuk tabel dengan

teliti dan teratur, kemudian dihitung dalam satu kategori.

3. Cara Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat merupakan analisis yang digunakan untuk menjelaskan

karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti menggunakan

distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini analisis univariat digunakan


untuk menjelaskan atau mendeskripsikan pengetahuan, sikap,

pengelolaan sampah medis infeksius di UPT Puskesmas Melati Kuala

Kapuas 2023.

b. Analisis Bivariat

Analisisbivariat penelitian ini menggunakan uji Chi Square

yaitu suatu bentuk uji untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikatnya. Adapun rumus Chi Square

adalah :

Σ( 0−E)2
x hit =
2
E

Keterangan :

x² = Nilai Chi Square

Σ = Jumlah

0 = Frekuensi Observasi / nilai yang diamat

E = Frekuensi eksfektasi / harapan

Dalam melakukan analisa terhadap data penelitian juga

menggunakan ilmu statistik terapan Chi Square yang disesuaikan

dengan tujuan yang hendak dianalisis menggunakan sistem

komputerisasi.

Syarat uji Chi Square :

1) Digunakan pada data diskrit, dengan 2 kategori atau lebih.

2) Bila tabelnya lebih dari 2x2 misalnya, 3x2, 3x3 dan seterusnya,

maka gunakan uji PearsonChi-Square dan juga expected (E) nya

tidak boleh kurang dari angka 5 untuk cells.


3) Bila pada tabel 2x2 dan tidak ada nilai expacted(E) < 5, maka uji

yang dipakai sebaiknya ContinuityCorrection.

4) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai expacted(E) < 5, maka uji yang

dipakai adalah Fisher’sExact Test.

Untuk menyimpulkan hasil statistik sebagai berikut :

1) Jika p ≤ α 0,05 maka Ha diterima Ho ditolak, berarti ada hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat.

2) Jika p > α 0,05 maka Ha ditolak Ho diterima, berarti tidak ada

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT. Puskesmas Melati Kuala-Kapuas.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan Proposal Skripsi hingga

selesai waktu penelitian secara keseluruhan dari 1 Mei 2023 hingga 30 Juni

2023.

.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin M. 2018. Sanitasi Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depkes RI. 1996. Peraturan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Direktur


Jendral PPM dan PLP tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/menkes/sk/ii/2004


Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes
RI.

Dinas kesehatan, Puskesmas Bumi Makmur. 2020

Dinas Kesehatan, Puskesmas Cawas kabupaten klaten. 2018

RSUD Rokan Hulu, 2019

Fahriyah L. (2015). Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Perawat dalam


Pemilahan dan Pewadahan Limbah Medis Padat. Banjarmasin:
Universitas Lambung Mangkurat.

https://banjarmasin.tribunnews.com/2020/08/03/limbah-infeksius-covid-19-di-
kalsel-seberat-83000-kg

Kementerian Lingkungan Hidup,RI. (2018). Pengelolaan Limbah. Pekanbaru:


Kementerian Lingkungan Hidup RI.

Maharani. Pengetahuan dan Sikap Tenaga Kesehatan Terhadap Pengelolaan


Limbah Medis pada Salah Satu Rumah Sakit di Kota Bandung. Fakultas
Kedokteran Univ. Padjadjaran (2017).

otoatmodjo S. 2018. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:


Jakarta.

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, 2018.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 7 Tahun 2019. Tentang


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Kementrian Kesehatan RI, 2019.

Pratiwi D & Maharan C. (2013). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat pada
Puskesmas Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 9(1):74-84

Riyanto. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS). Salemba Empat, 2018.
Sembiring. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Perawat dalam
Pengelolaan Sampah Medis di RSU Sembiring Deli Tua Tahun 2018. J.
Kesehat. Masy. Dan Gizi, Fak. Kesehat. Masy. (2018).

Sugiyono, P. D. 2020. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Yang.


Bersifat: Eksploiratif, Enterpretif Dan Konstruktif.

Anda mungkin juga menyukai