DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya ........................................................ 7
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ..................................................... 8
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal sebagai daerah yang kaya akan
sumber daya alam dan juga menyimpan hasil bumi yang kaya. Kepulauan Bangka
Belitung terletak dekat Provinsi Sumatera Selatan, dikenal sebagai satu-satunya
penghasil timah di Indonesia, bahkan nama Bangka sendiri berasal dari wangka
yang artinya timah. Potensi timah sebagai logam mulia membuat masyarakat
banyak melakukan penambangan illegal yang akhirnya management pelaksanaan
perbaikan lingkungan atau reklamasi diabaikan sehingga banyaknya kolong-kolong
bekas tambang timah sehingga membentuk genangan air yang memiliki pH rendah
dan kandungan logam tinggi.
Desa Berbura sebagai lokasi penelitian merupakan desa yang terletak
Kecamatan Riau Silip dan dulunya sebagai lokasi yang terdapat tambang timah
illegal yang dilakukan masyarakat. Hal ini menyebabkan banyaknya kolong
tambang yang terbengkalai dan yang lebih memprihatinkan masyarakat
menggunakan air kolong sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari seperti air
cucian ataupun MCK (Mandi Cuci Kakus). Air kolong tersebut dapat menimbulkan
beberapa masalah kesehatan seperti penyakit kulit kutu air, kurap, dan dapat
menimbulkan rusaknya jaringan penglihatan, pendengaran, ginjal, hati, lambung,
sel darah dan mengancurkan susunan syaraf pusat (otak) hingga kematian yang
dikarenakan pH yang rendah dan kandungan logam yang tinggi apabila belum
dilakukan pengolahan air, tetapi jika ingin digunakan untuk keperluan air minum
perlu diuji lebih lanjut di Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang sesuai dengan baku
mutu yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang .
Akar wangi merupakan salah satu (tanaman perennial) yang berbentuk
rumpun dengan memiliki perakaran yang rimbun serta tumbuh lurus ke dalam
tanah, termasuk golongan rumput (Poaceae) memiliki tinggi 0,5-1,5m. Tanaman
ini tahan terhadap logam berat, salinitas dan dapat tumbuh pada pH antara 3-11,5
sehingga dapat digunakan untuk memulihkan kondisi fisik dan kimia tanah yang
rusak. Pemanfaatan akar wangi (Vetiveria zizanioides L) sebagai fitoremediator
logam berat mempunyai pengaruh yang baik, karena selain mampu mengakumulasi
logam berat pada jaringan tanaman juga mempunyai daya penyesuaian yang luas
serta mampu tumbuh di berbagai lokasi (Gurnita, 2017).
Pada penelitian berikutnya juga memanfaatkan tanaman akar wangi dalam
menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) efektifitas penyerapan
tanaman akar wangi dalam meremediasi logam berat seng (Zn) mencapai 69,68%
dan logam tembaga (Cu) mencapai 82,4% dalam detensi waktu selama 21 hari
(As’ad, 2014). Penelitian ini memiliki prospek untuk dikembangkan juga pada
bidang pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serai
wangi wangi (Cymbopogon nardus) yang lebih ramah lingkungan dan menuju
implementasi pertanian berkelanjutan, karena itu harapannya pada penelitian ini
jenis tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) dapat digunakan sebagai tanaman
2
penurunan logam berat dalam air menggunakan sistem hidroponik rakit apung
(floating roft system) sehingga dapat diaplikasikan pada air bekas kolong
tambang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menertralkan air bekas kolong tambang yang
mengandung logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) yang
tercemar akibat tambang illegal menggunakan tanaman serai wangi
(Cymbopogon nardus)?
2. Bagaimana metode penanaman tanaman serai wangi (Cymbopogon
nardus) hidroponik rakit apung yang tepat sebagai media penetralan
air ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kemampuan tanaman serai wangi (Cymbopogon
nardus) dalam menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga
(Cu) dalam air yang telah tercemar di kolong bekas tambang timah.
2. Melakukan perancangan media tanam hidroponik rakit apung
(Floating roft system) menggunakan tanaman serai wangi
(Cymbopogon nardus).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi terkait alternatif pengolahan air kolong
bekas tambang timah ilegal di Desa Berbura.
2. Memberikan informasi baru bahwa terdapat bahaya dari
penggunaan air kolong bekas tambang timah tanpa dilakukan
penetralan pH dan logam beratnya.
1.5 Keutamaan dan Kontribusi Terhadap Ilmu Pengetahuan
Aktivitas pertambangan di Desa Berbura Riau Silip selama ini tidak diolah
kembali untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang tidak ramah
lingkungan dalam penggunaan jangka panjang namun masyarakat setempat
mengelolahnya begitu bebas untuk keperluan sehari-hari seperti air cucian
ataupun MCK (Mandi Cuci Kakus) yang dapat menyebabkan air kolong tambang
tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan baik penyakit kulit
maupun masalah kesehatan didalam bagian tubuh maka, untuk menghindari hal
tersebut agar terhindar dari beberapa masalah penyakit dan mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yang tidak ramah lingkungan dalam penggunaan jangka
panjang peneliti melakukan penanaman tanaman serai wangi (Cymbopogon
nardus) dengan sistem penanaman hidroponik rakit apung (Floating roft system).
1.6 Temuan yang Ditargetkan
Temuan dalam penelitian ini yaitu tanaman serai wangi (Cymbopogon
nardus ) dapat menurunkan logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu) dari air yang
telah tercemar di lahan bekas tambang timah.
3
berkala. Kelemahan hidroponik rakit apung terletak pada kebersihan alat apung.
Alat apung yang digunakan biasanya adalah styrofoam. Styrofoam bersifat mudah
kotor dan berlumut apabila berada di air secara terus menerus dan lumut yang
menempel juga sulit dibersihkan pada rakit apung. Hidroponik sistem DFT (Deep
Flow Technique) memiliki keunggulan pada perawatan, seperti mudah
dibersihkan dan tanaman yang dihasilkan terjamin kebersihannya. Akan tetapi
untuk perancangan alat sendiri memerlukan biaya yang cukup mahal karena
banyaknya pipa PVC yang dibutuhkan untuk perancangan. Hidroponik DFT juga
harus membutuhkan daya listrik selama 24 jam untuk mempertahankan supaya air
bisa tetap mengalir. Sirkulasi aliran air yang terus menerus memerlukan biaya
yang tidak sedikit (Ningrum et al., 2014).
Hidroponik sistem rakit apung dan hidroponik sistem DFT memiliki
kelemahan yaitu sulit dibersihkan dan banyak menggunakan pipa dalam
perancangannya oleh sebab itu, dibutuhkan modifikasi rancangan hidroponik
sistem rakit apung menggunakan pipa DFT untuk mengatasi kelemahan tersebut,
yaitu dengan menyusun pipa DFT yang dibelah dua. Modifikasi ini bertujuan
untuk mempermudah perawatan dan menghasilkan produksi tanaman yang
optimal.
2.2.1 Peran Media Tanam Rockwool
Media tanam yang digunakan pada penelitian ini, yaitu rockwool dan zeolit.
Menurut Wibowo (2015), media tanam yang tepat adalah dengan menggunakan
media tanam yang dapat mempertahankan kelembaban dalam waktu relatif lebih
lama. Media tanam yang terlalu lembab mengakibatkan akar tanaman rentan
terhadap serangan jamur, sedangkan media yang terlalu poros juga tidak baik
untuk tanaman karena kekurangan air bisa menyebabkan daun menguning dan
keriput. Rockwool dibuat dengan melelehkan kombinasi batu dan pasir dan
kemudian campuran diputar untuk membuat serat yang dibentuk menjadi berbagai
bentuk dan ukuran. Proses ini sangat mirip dengan membuat permen kapas.
Bentuk bervariasi dari 1"x1"x1" dimulai dengan bentuk kubus hingga 3"x12"x36"
lempengan, dengan berbagai ukuran lainnya. Rockwool merupakan salah satu
media tanam yang paling baik dan cocok untuk sayuran. Rockwool dapat
menghindarkan dari kegagalan semai akibat bakteri dan cendawan penyebab layu
fusarium.
Berdasarkan hasil penelitian Saroh et al., (2016), bahwa pemakaian media
tanam dalam penelitian hidroponik sistem sumbu yang paling berpengaruh 12
terhadap pertumbuhan dan hasil produksi adalah media tanam rockwool,
sedangkan media tanam yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
produksi adalah media tanam serbuk gergaji kayu. Kelebihan rockwool sebagai
media tanam adalah memiliki ruang pori sebesar 95% dengan daya pegang air
sebesar 80%. Sifat tersebut yang membuat rockwool dapat digunakan sebagai
media semai maupun media tanam.
5
Ahli fisiologi menyatakan bahwa, tumbuhan juga mengandung tiga jenis auxin
lain yang strukturnya mirip dengan IAA, yaitu:
a) Asam 4 kloroindolasetat (4-kloro IAA), ditemukan pada biji muda berbagai
jenis kacang-kacangan.
b) Asam fenilasetat (PAA), ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan.
c) Asam indolbutirat (IBA), ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis
tumbuhan.
berada pada bibit tanaman akan hilang. Proses aklimatisasi tanaman dilakukan
selama 7 hari dengan menggunakan sistem hidroponik rakit apung yang dilakukan
pada penelitian ini yang bertujuan untuk menyesuaikan tanaman dan beradaptasi
pada lingkungan baru.
3.5.3 Penyiapan Tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus)
Persiapan tanaman dilakukan dengan menyiapkan tanaman Serai wangi
(Cymbopogon nardus) sebanyak yang diperlukan. Dalam penggunaan tanaman
Serai wangi (Cymbopogon nardus), dilakukan untuk pemilihan tanaman yang
dipilih berdasarkan perkiraan umur yang sama melalui ciri morfologi tanaman
seperti jumlah rumpun, tinggi tanaman dan panjang akar tanaman.
3.5.4 Penanaman Tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus
Tanaman serai wangi yang sudah di aklimatisasi selama 1 minggu ditanam
pada media tanam selama 21 hari dengan tanah yang sudah direkayasa tercemar
logam Al dengan jumlah media tanam 3 kg tanah.
3.5.5 Pemantauan tanaman
Pemantauan tanaman dilakukan satu kali dalam 7 hari agar dapat mengetahui
kondisi perkembangan tanaman Serai wangi (Cymbopogon nardus) dengan sistem
hidroponik rakit apung.
3.6 Analisis Data
Data dari hasil penelitian dilakukan pengujian kualitas air terlebih dahulu
menggunakan pH meter dan uji laboratorium hasil yang didapat akan dilanjutkan
penanaman serai wangi (Cymbopogon nardus) menggunakan sistem hidroponik
rakit apung hasil yang didapat dari penelitian akan dibuat bentuk laporan akhir
yang disajikan secara deskriptif.
3.7 Penyimpulan Hasil Penelitian
Terdapat pencemaran air di Desa Berbura dari lahan bekas tambang dan
dilakukan penanaman tanaman serai wangi (Cymbopogon citratus) untuk
mengendalikan pencemaran lingkungan disajikan secara rinci dan jelas pada hasil
laporan akhir.
Belmawa 6.222.000
Rekap Sumber Dana Perguruan Tinggi 758.000
Jumlah 6.980.000
DAFTAR PUSTAKA
Inonu, Ismed. 2014. Pengelolahan Lahan Tailing Timah di Pulau Bangka. Hasil
Penelitian yang Dilakukan Dengan Prospek Kedepan. Universitas
Negeri Bangka Belitung: Program Studi Agroteknologi-FPPB
Rasyati, D., Daningsih, E., & Marlina, R. 2018. Pengembangan Media Praktikum
Hidroponik Rakit Apung Dan Rasio Nutrisi Yang Berbeda Untuk
Pertumbuhan Selada. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 7(12), 1–13.
Rohmat, D. dan Ruhiyat, D. 2014. Pengelolaan Sumberdaya Air. Sekolah
Pascasarjana UPI.
Saroh, Mai., Syawaluddin., dan I. Sari. 2016. Pengaruh Jenis Media Tanam Dan
Larutan Ab Mix Dengan Konsentrasi Berbeda Pada Pertumbuhan Da
Hasil Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Dengan
Hidroponik Sistem Sumbu. Jurnal Agrohita Vol. 1 No.1.
Susilawati. 2019. Dasar Dasar Bertanam Secara Hidroponik. UPT.Penerbit dan
Percetakan.
Swastika, S., Yulfida, A., & Sumitro, Y. 2018. Buku Petunjuk Teknis Budidaya
Sayuran Hidroponik (Bertanam Tanpa Media Tanah). In Riau (ID):
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau, Badan
9