Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH CPG

“ PEMBUATAN PUPUK KALIUM PHOSPAT DARI LIMBAH


CAIR PEMASAKAN RUMPUT LAUT DAN ASAM FOSFAT
(H3PO4) DENGAN PROSES KRISTALISASI “
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengolahan Limbah
Cair, Padat, dan Gas

Dosen Pengampu : Ir. Suprihatin, MT

Disusun Oleh :
1. Wahyu Nur Fadlilah Dwi P. (17031010009)
2. Elda Prian Budi (17031010011)
3. Widiya Ningrum (17031010013)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai
dengan Proses Kristalisasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun makalah “ Pembuatan Pupuk Kalium Phospat Dari Limbah
Cair Pemasakan Rumput Laut Dan Asam Fosfat (H 3PO4) Dengan Proses
Kristalisasi “ ini diselesaikan dengan tujuan penyelesaian salah satu tugas dari
mata kuliah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas Program Studi Teknik
Kimia, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir.
Suprihatin, MT selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Limbah Cair,
Padat Dan Gas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Surabaya, 28 Maret 2020

Penulis

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur i
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai
dengan Proses Kristalisasi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang......................................................................................1


I.2 Tujuan...................................................................................................2
I.3 Manfaat.................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum..........................................................................................4


II.1.1 Rumput Laut..............................................................................4
II.1.2 Limbah Cair Pemasakan Rumput Laut.....................................4
II.1.3 Kandungan Limbah Cair Pemasakan Rumput Laut..................5
II.1.4 Pupuk.........................................................................................5
II.1.5 Klasifikasi Pupuk......................................................................6
II.1.6 Unsur-Unsur Pupuk...................................................................6
II.1.7 Pupuk Anorganik.......................................................................10
II.1.8 Peranan Kalium Bagi Tumbuhan..............................................11
II.1.9 Peranan Fosfat Bagi Tumbuhan................................................12
II.1.10 Kebutuhan Pupuk Di Indonesia.................................................12
II.1.11 Standart Pupuk Phospat.............................................................13
II.1.12 Standart Pupuk Kalium.............................................................14
II.1.13 Asam Fosfat...............................................................................14
II.1.14 Kalium Hidroksida....................................................................14
II.1.15 Larutan......................................................................................15
II.1.16 Kelarutan...................................................................................16
II.1.17 Kristalisasi.................................................................................17
II.1.18 Metode-Metode Kristalisasi......................................................17
II.1.19 Supersaturasi.............................................................................19

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ii
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai
dengan Proses Kristalisasi

II.1.20 Pertumbuhan Kristal..................................................................20


II.1.21 Prinsip Kristalisasi.....................................................................21
II.1.22 Macam-Macam Pemisahan Berdasarkan .................................22
Perpindahan Massa Padat Cair
II.2 Landasan Teori......................................................................................22
II.2.1 Proses Pembuatan Pupuk Kalium Phospat..................................22
II.2.2 Reaksi Kalium Hidroksida Dengan Asam Fosfat.......................23
II.2.3 Faktor-Faktor Kristalisasi............................................................24

BAB III PROSES PENGOLAHAN

III.1 Cara Pengolahan...................................................................................25


III.2 Diagram Alir Pembuatan Pupuk Kalium Phospate...............................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur iii
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Rumput laut merupakan bagian terbesar dari tanaman laut yang tumbuh dan
berkembang hampir di seluruh perairan Indonesia. Volume produksi rumput laut
di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Keberhasilan
produksi budidaya rumput laut di Indonesia, telah mendorong tumbuhnya industri
rumput laut yang saat ini berkembang dengan sangat pesat (Hala, 2018). Dengan
banyaknya industri rumput laut yang tumbuh di indonesia, tentu saja
menimbulkan berbagai macam permasalahan. Salah satu masalah yang dihadapi
dalam industri rumput laut adalah terkait dengan permasalahan limbah. Salah satu
limbah utama dalam pengembangan industri rumput laut adalah limbah air cucian
rumput laut yang bersifat alkali (Utami, 2019). Limbah cair industri rumput laut
mengandung NaCl, Kalium serta Lignin. Limbah cair tersebut bila dibuang
langsung ke sungai dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sehingga perlu
dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke Lingkungan. Pengolahan
limbah cair rumput laut dapat dilakukan sekalian untuk memanfaatkan unsur
kalium sebagai pupuk anorganik untuk tanaman (Setiawan, 2007).
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari senyawa anorganik yang
mengandung unsur hara tertentu yang diperlukan tumbuhan. Unsur Fosfat (P)
dan Kalium (K) merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat esensial bagi
tanaman disamping unsur nitrogen (N). Peranan kalium berperan penting antara
lain untuk meningkatkan laju fotosintesa, sintesa protein dan karbohidrat,
menguatkan batang tanaman, sehingga tanaman lebih peka terhadap serangan
hama penyakit. Fosfat yang terpenting bagi tanaman adalah disamping
memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran, juga memacu
pertumbuhan generatif tanaman (Alan dan Yanto, 2004).
Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aprilina Purbasari dan
Faleh Setia Budi (2007) mengenai “Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Abu
Kulit Kapok dan Tepung Fosfat Secara Granulasi”, bahan yang digunakan adalah

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 1
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

tepung fosfat dari Rembang (kadar P2O5 11,37%), abu kulit kapok, aquadest, dan
asam fosfat (H3PO4) 20%. Pada penelitian ini didapatkan hasil berupa pupuk
kalium phospat yang berbentuk granula dengan hasil yang didapat yaitu pengaruh
kadar abu terhadap kadar kalium pupuk yang dihasilkan, peningkatan kadar abu
kulit kapok dalam umpan akan menghasilkan pupuk kalium-fosfat dengan kadar
kalium yang lebih tinggi. Kadar kalium terbesar yang didapat adalah 1,88% untuk
proses menggunakan asam fosfat dan 2,09% dengan menggunakan aquadest.
Pengaruh kadar abu terhadap kadar fosfat (P2O5 ) pupuk yang dihasilkan, apabila
kadar abu kulit kapok semakin meningkat menyebabkan kadar fosfat (P2O5) dalam
pupuk menurun. Dengan meningkatnya kadar abu kulit kapok, maka jumlah
tepung fosfat yang ada dalam umpan semakin menurun sehingga secara nyata
kadar fosfat dalam pupuk menurun mengalami breakage dalam putaran pan
glanulator. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani dkk (2015) mengenai ‘Peman
faatan Limbah Alkali Industri Rumput Laut dan Limbah Pickling Industri Pela
pisan Logam Sebagai Pupuk Anorganik’ didapatkan hasil yaitu kadar kalium seba
gai K2O dari hasil pengolahan limbah cair industri rumput laut tersebut berkisar
antara 0,08 - 0,12 % (800 – 1200 ppm) nilai tersebut lebih tinggi dari pada
standard sesuai SNI 02 – 2805: 2005 sebesar 600 ppm, dengan cara memban
dingkan nilai di atas dengan nilai mengikuti aturan pemakaian pupuk dengan cara
pemakaian bahwa 1 gr pupuk KCl dilarutkan dalam 1 liter air.
Dalam pengolahan limbah ini dilakukan dengan proses kristalisasi dengan
larutan asam fosfat dan limbah cair pemasakan rumput laut. Untuk melakukan
proses kristalisasi diperlukan pelarut sebagai (pendispersian) dengan menggu-
nakan aquadest hingga didapatkan larutan asam fosfat yang terdirpersi dengan
aquadest. Kemudian larutan tersebut dicampurkan dengan limbah cair pemasakan
rumput laut dan dilakukan proses pemanasan hingga terbentuk kristal yang
diinginkan.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 2
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

I.2. Tujuan
Pembuatan pupuk kalium phospat melalui proses kristalisasi dari asam
fosfat dan limbah cair pemasakan rumput laut dengan tujuan :
1. Mempelajari tentang pengolahan limbah cair pemasakan rumput laut
2. Mempelajari proses kristalisasi pada pembuatan pupuk kalium phospat
3. Mengubah limbah cair pemasakan rumput laut menjadi produk berupa
pupuk kalium phospate

I.3. Manfaat
Pembuatan pupuk kalium phospat melalui proses kristalisasi dari asam
fosfat dan limbah cair pemasakan rumput laut dengan manfaat :
1. Dapat meningkatkan nilai guna dari limbah cair pemasakan rumput laut
2. Dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan limbah cair
pemasakan rumput laut
3. Dapat mempelajari proses apa saja yang dapat digunakan untuk mengolah
limbah cair pemasakan rumput laut

BAB II

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 3
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Rumput Laut
Rumput laut atau algae yang dikenal dengan nama Seaweed merupakan
bagian terbesar dari tanaman laut dan dapat digunakan oleh manusia sebagai
makanan dan obat-obatan. Secara umum rumput laut yang tersebar luas di
perairan di Indonesia sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk
makanan dan obat tradisional (LIPI, 2000). Rumput laut mempunyai manfaat
yang sangat beragam karena memiliki kandungan alginate, agaragar, karaginan
dan zat lain yang kaya akan iodium, kalium dan soda. Industri yang
memanfaatkan rumput laut antara lain kelompok industri makanan, kosmetik,
farmasi dan food supplement (Santi, 2008)

II.1.2 Limbah Cair Pemasakan Rumpu Laut


Menurut Ariani (2015) Industri rumput laut merupakan salah satu
industri potensi inti daerah di Jawa Timur seperti Madura, Pasuruan yang salah
satu produknya berupa karagenan. Kegunaan karaginan antara lain sebagai
pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi
sehingga banyak dimanfaatkan di beberapa industri, antara lain makanan,farmasi
dan kosmetik.
Pada proses produksi karaginan tersebut banyak menggunakan larutan
KOH 7 – 8 % pada tahap pemasakan rumput laut. Sebagai produk samping dari
proses produksi karagenan, industri rumput laut juga menghasilkan limbah cair
terutama dari proses pemasakan dan pencucian. Karakteristik limbah cair
karagenan berwarna coklat kehitaman dengan pH sangat tinggi sekitar 12 – 13
mengandung kalium kadar tinggi sekitar 1% - 7%. Tingginya kadar kalium pada
limbah cair industri rumput rumput, berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk
anorganik kalium.
Menurut Wibowo (2012) menjelaskan bahwa limbah cair industri
rumput laut yang dihasilkan dari proses pencucian mempunyai pH sangat tinggi
berkisar 12-13, serta memiliki kandungan organik dan padatan terlarut yang

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 4
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

tinggi. Menurut Dina (2005) karakteristik limbah cair hasil pengolahan rumput
laut di PT.BI adalah kalium = 0,87% - 2,88%; klorida =1,37% - 2,41%; nitrogen
sebagai N-total = 0,03%, fosfor sebagai P2O5(x10-3) = 3,2% - 20.72% dan pH =
9,92 - 11.76. Menurut Setiawan (2007), Limbah cair industri rumput laut
mengandung NaCl, Kalium serta Lignin. Limbah cair tersebut bila dibuang
langsung ke sungai dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sehingga perlu
dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke Lingkungan. Pengolahan
limbah cair rumput laut dapat dilakukan sekalian untuk memanfaatkan unsur
kalium sebagai pupuk anorganik untuk tanaman.

II.1.3 Kandungan Limbah Cair Pemasakan Rumput Laut


Berikut merupakan kandungan yang terdapat dalam limbah cair
pemasakan rumput laut :
Tabel.1 Hasil Uji Limbah Cair Industri Rumput Laut

(Ariani, 2015)

II.1.4 Pupuk
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau
lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Jadi,
memupul berarti menambah unsur hara kedalam tanah (pupuk akar) dan tanaman
(pupuk daun). Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun balakangan ini
jumlah pupuk cenderung makin beragam dengan aneka kandungan, dari segi

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 5
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

unsur yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk, yaitu pupuk
mikro dan pupuk makro. Sebagai patokan adalah unsur yang dikandungnya.

II.1.5 Klasifikasi Pupuk


II.1.5.1 Berdasarkan Asal
a.) Pupuk Anorganik
Seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K)
b.) Pupuk Organik
Seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau
II.1.5.2 Berdasarkan Cara Pemberiannya
a.) Pupuk Akar
Pupuk akar ialah segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar.
Misalnya : TSP, ZA, KCl, kompos, pupuk kandang, dan Dekaform.
b.) Pupuk Daun
Pupuk daun ialah segala macam pupuk yang diberikan lewat daun
dengan cara penyemprotan. Sampai saat ini diperkirakan ada banyak
jenis pupuk daun yang beredar dipasaran.
II.1.5.3 Berdasarkan Unsur Hara yang Dikandung
a.) Pupuk Tunggal
Pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur, misalnya urea yang
hanya mengandung unsur nitrogen (N).
b.) Pupuk Majemuk
Pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur, misalnya NPK,
beberapa jenis pupuk daun, dan kompos.
c.) Pupuk Lengkap
Pupuk yang mengandung unsur secara lengkap (keseluruhan ), baik
unsur makro maupun mikro.
(Lingga, 2008)
II.1.6 Unsur-Unsur Pupuk
Unsur-unsur yang ada didalam pupuk meliputi :
a. Nitrogen (N)

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 6
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Nitrogen dibutuhkan untuk menyusun 1-4% bahan kering (bagian


keras) tanaman, seperti batang, kulit, dan biji. Nitrogen diambil dari tanah
dalam bentuk nitrat (NO3) atau amonium (NH4+), atau kombinasi dengan
senyawa metabolisme karbohidrat didalam tanaman dalam bentuk asam amino
dan protein. Nitrogen juga tersedia pada kompos dan pupuk kandang dalam
jumlah sedikit.
Pupuk non organik (buatan) yang banyak digunakan petani adalah urea.
Urea mengandung nitroge 46%. Apabila urea ditebarkan dipermukaan tanah
tanpa dimasukkan kedalam tanah, kandungan nitrogennya akan menguap 20-
30%, sehingga pemakaiannya harus dilakukan dengan dibenamkan atau
dicampur dengan tanah. Apabila bercampur dengan tanah, urea akan larut
kedalam bentuk amonium karbonat, kemudian akan berubah menjadi NH3 dan
karbondioksida.
Amonium diperlukan sebagai unsur dan sumber penting pembentuk
nitrogen pada pupuk nitrogen. Pupuk ini diproduksi melalui suatu proses
sintesis persenyawaan antara hidrogen dan nitrogen. Reaksi ini menghasilkan
senyawa sintesis yang mengandung nitrogen.
Nitrogen merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman.
Nitrogen berguna sebagai proses pertumbuhan dan pementukan produksi
tanaman, seperti buah, daun, dan umbi.
Kekurangan nitrogen pada tanaman menunjukkan gejalan sebagai berikut :
1. Kondisi tanaman buruk dan menjadi sangat kerdil
2. Daun tanaman kecil, berwarna pucat, dan berwarna hijau kekuningan
3. Daun pada bagian paling baah seperti terbakar dan mati sebelum masanya,
sementara daun pada tajuk atas tanaman masih hijau
4. Produksi tanaman rendah
b. Fosfor (P)
Fosfor dibutuhkan untuk menyusun 0,1-0,4% bahan kering tanaman.
Unsur ini sangat penting didalam proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi
tanaman. Fosfor juga dibutuhkan didalam pembelahan sel, pengembangan

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 7
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

jaringan dan titik tumbuh tanaman, serta memiliki peranan penting didalam
proses transfer energi.
Sumber utama pupuk fosfat adalah batu fosfat (phosphate rock). Batu
fosfat perlu melewati proses pengasaman atau pemanasan untuk mendapatkan
larutan fosfat. Contoh pupuk yang mengandung fosfor atau fosfat adalah triple
super phosphate (TSP). Pupuk ini mengandung unsur P sebanyak 40-4 8%.
Namun jenis yang saat ini banyak beredar dipasaran adalah SP-36.
Kekurangan fosfor pada tanaman menunjukkan gejala sebagai berikut :
1. Pertumbuhan kerdil
2. Daun berwarna hijau pucat, ungu, atau merah tua, terutama diujung dan tepi
daun
3. Beberapa daun berwarna hijau tua kebiruan, terutama bila tanaman tidak
memiliki kandungan nitrogen sama sekali
4. Tanaman selalu terlihat hijau dan terhambat untuk tua, kadang-kadang
meninggi dan kurus
5. Buah tidak terbentuk atau tidak tumbuh normal
6. Proses pembuahan terhambat dan produksi tanaman rendah
c. Kalium (K)
Kalium dibutuhkan untuk menyusun 1-4% bahan kering tanaman.
Proses ini terjadi didalam larutan sel. Kalium memiliki banyak fungsi.
Diantaranya mengaktifkan 60 enzim tanaman dan berperan penting dalam
sintesis karbohidrat dan protein.
Kalium juga meningkatkan kadar air pada tanaman, sehingga
meningkatkan ketahanan dan kemampuan tanaman terhadap stres kekeringan,
cuaca dingin, dan tingginya saliritan (kadar garam). Tanaman kekurangan
kalium akan rentan terhadap serangan penyakit.
Sumber utama pembuatan pupuk kalium adalah lapisan bawah danau
garam. Umumnya pupuk kalium berbentuk water soluble (larutan cair). Pupuk
dengan kandungan kalium yang biasa dipakai dan banyak beredar dipasaran
adalah KCl (pottasium chloride). Pupuk ini memiliki kandungan K2O 48-60%.
Kekurangan kalium pada tanaman menunjukkan gejala sebagai berikut :

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 8
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

1. Daun menjadi kecil, memutih, kekuningan, atau kemerahan. Biasanya


bermula pada bercak dipinggir daun
2. Bagian pinggir daun (dibawah tajuk tanaman) berwarna kuning atau
kemerahan, menjadi coklat, terbakar, dan akhirnya mati
3. Pertumbuhan tanaman kerdil
4. Rebah
5. Buah kecil dan terdapat bercak luka. Daya simpan, kualitas buah, dan
produksi sangat rendah
d. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan bagian dari klorofil tanaman, yakni pigmen
hijau yang berfungsi sebagai penerima energi matahari dan diperlukan dalam
proses fotosintesis. Unsur ini terdapat 15-20% didalam klorofil. Magnesium
berperan dalam reaksi enzim, untuk proses transfer energi pada tanaman.
Kekurangan magnesium pada tanaman menunjukkan gejala sebagai berikut :
1. Daun berwarna hijau pucat atau kuning pucat
2. Terjadi klorosis atau warna kekuningan diantara jaringan daun, kemudian
menebal (terkonsentrasi) dengan jelas, akhirnya terjadi nekrosis atau
matinya jaringan tanaman
3. Terhambatnya pertumbuhan tanaman, karena terhambatnya proses
fotosintesis. Hal ini terjadi karena fungsi magnesium yang penting didalam
klorofil.
e. Sulfur (S)
Sulfur seperti fosfor dan magnesium sangat berperan dalam
pertumbuhan tanaman. Sulfur penting untuk menyusun protein dan membentuk
klorofil.Tanaman yang kekurangan sulfur terlihat pucat. Bila kadar protein
kurang, pertumuhan akan terhambat.
Kekurangan sulfur pada tanaman menunjukkan gejala sebagai berikut :
1. Pertumbuhan tanaman merana, kerdil, dan kurus meninggi
2. Menunjukkan gejala kekurangan nitrogen, tetapi seluruh bagian tanaman
berwarna kuning
3. Daun menguning, termasuk daun yang baru muncul

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 9
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

4. Terlambat dalam proses pematangan


f. Kalsium (Ca)
Kandungan kalsium dalam bahan kering tanaman sebanyak 0,5-3%.
Unsur ini penting untuk pertumbuhan akar dan sebagai penyusun dinding sel.
Kekurangan kalsium pada tanaman jarang terjadi, karena tersedia cukup dalam
tanah. Pemberian kalisum lebih dimaksudkan untuk mengatur keasaman tanah,
daripada meningkatkan tersedianya kalsium sebagai unsur hara bagi tanaman.
Kekurangan kalsium pada tanaman menunjukkan gejala sebagai berikut :
1. Daun pada bagian bawah tajuk berwarna hijau pucat
2. Daun muda berwarna kekuningan, menghitam, dan mati
3. Tanaman terlihat layu
4. Perakaran tumbuh tidak beraturan dan tidak normal
(Harianto, 2010)
II.1.7 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik merupakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan
tanaman baik tingkat tinggi atau rendah. Istilah pupuk umumnya berhubungan
dengan pupuk buatan. yang tidak hanya berisi unsur hara tanaman dalam bentuk
unsur nitrogen, tetapi juga dapat berbentuk campuran yang memberikan bentuk-
bentuk ion dari unsur hara yang dapat diabsorpsi oleh tanaman. Untuk menunjang
pertumbuhan tanaman secara normal diperlukan minimal 16 unsur di dalamnya
dan harus ada 3 unsur mutlak, yaitu nitrogen, fosfor dan kalium. pupuk anorganik
(pupuk buatan) merupakan semua jenis pupuk yang berasal dari bahan kimia
anorganik dibuat oleh pabrik. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua berdasarkan
kemurniannya, yaitu: pupuk anorganik teknis yang merupakan pupuk buatan,
yaitu pupuk yang dibuat oleh pabrik dari bahan kimia anorganik seperti urea,
NPK dan TSP dan pupuk anorganik pro analis.
Pupuk anorganik pro-analisis merupakan pupuk kimia buatan yang
mempunyai tingkat kemurnian hampir 100%. Chlorella sp. dapat tumbuh dalam
berbagai media yang mengandung cukup unsur hara, seperti N, P, K dan unsur
mikro lainnya. Chlorella sp. akan tumbuh pada temperatur optimal 25°C. Unsur
yang diperlukan mikroalga dalam jumlah besar adalah karbon, nitrogen, fosfor,

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 10
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

sulfur, natrium, magnesium dan kalsium. Sedangkan unsur hara yang dibutuhkan
dalam jumlah relatif sedikit adalah besi (Fe), tembaga(Cu), mangan (Mn), seng
(Zn), silicon (Si), boron (B), molibdenum (Mo), vanadium (V) dan kobalt (Co) .
(Amini, 2005)
II.1.8 Peranan Kalium Bagi Tumbuhan
Pemupukan kalium memegang peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan produksi suatu tanaman. Hara kalium merupakan hara makro bagi
tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P. Kalium
merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman,
seperti:
(1) Meningkatkan aktivasi enzim
(2) Mengurangi kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata
(3) Meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP)
(4) Membantu translokasi asimilat
(5) Meningkatkan serapan N dan sintesis protein
(Havlin et al., 1999)
Menurut Nursyamsi et al. (2004), bila ketersediaan kalium tanah rendah
maka pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman akan memperlihatkan gejala
kekahatan. Kadar dan dinamika hara K tanah perlu diketahui untuk menentukan
jumlah pupuk yang diberikan agar pemupukan efisien. Selain itu metode ekstraksi
untuk menetapkan kadar hara K dalam tanah juga harus sesuai untuk tanah dan
tanaman yang dikehendaki. Selanjutnya untuk memutuskan apakah suatu tanah
perlu dipupuk (dengan dosis tertentu) atau tidak maka batas kritis (critical level)
suatu hara untuk tanaman pada tanah tertentu perlu ditetapkan terlebih dahulu.
Batas kritis adalah kadar hara di dalam tanah dimana produksi atau kualitas
tanaman akan menurun bila hara tersebut ditambahkan ke dalam tanah. Bila kadar
hara tanah lebih rendah daripada batas kritis maka tanaman akan memberikan
respon yang tinggi terhadap pemberian pupuk. Sebaliknya bila kadar hara lebih
tinggi daripada batas kritis maka tanaman tidak respon terhadap pemberian pupuk.
Salah satu cara untuk menentukan batas kritis tanah dan kebutuhan pupuk suatu
tanaman pada tanah tertentu adalah melalui penelitian uji tanah.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 11
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

II.1.9 Peranan Fosfat Bagi Tanaman


Fosfor adalah hara makro esensial yang memegang peranan penting
dalam berbagai proses, seperti fotosintesis, asimilasi, dan respirasi. Fosfor
merupakan komponen struktural dari sejumlah senyawa molekul pentransfer
energi ADP, ATP, NAD, NADH, serta senyawa sistem informasi genetik DNA
dan RNA (Gardner et al, 1985). Embleton et al. (1973) menyatakan bahwa P
berperan dalam pertumbuhan tanaman (batang, akar, ranting, dan daun). Fosfor
dibutuhkan oleh tanaman untuk pembentukan sel pada jaringan akar dan tunas
yang sedang tumbuh serta memperkuat batang, sehingga tidak mudah rebah pada
ekosistem alami (Aleel, 2008).

II.1.10 Kebutuhan Pupuk Di Indonesia


Indonesia merupakan negara agraris sehingga pupuk sangat
dibutuhkan. Oleh karena itu perlu adanya produksi pupuk yang mampu
mencukupi kebutuhan sektor pertanian diindonesia. Menurut data dari Asosiasi
Produsen Pupuk Indonesia (APPI) data produksi dan konsumsi adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Data Produksi dan Komsumsi Pupuk Ton/Tahun
Pupuk Fosfat/SP-36
Tahun
Produksi Konsumsi
2007 660.653 801.541
2008 478.829 594.960
2009 742.986 714.747
2010 636.207 634.883
2011 441.223 723.177
2012 521.486 858.719
2013 517.757 830.638
2014 400.508 798.816
2015 281.579 829.134
2016 464.982 865.434
2017 480.131 860.270
(APPI, 2018)

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 12
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Grafik 1. Hubungan Antara Tahun dengan Jumlah Produksi dan Konsumsi Pupuk
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi pupuk
phospat disetiap tahun berbanding terbalik dengan jumlah konsumsi disetiap
tahun. Jumlah produksi pupuk phosphat disetiap tahun belum memenuhi
kebutuhan pupuk phospat. Dapat dilihat pada grafik konsumsi pupuk lebih besar
dibandingkan dengan jumlah produksi pupuk phospat.

II.1.11 Standart Pupuk Phospat


Berdasarkan SNI 02-3769-2005 dengan judul Pupuk SP-36 untuk
Pertanian :
Tabel 2. Standart Nasional Indonesia Pupuk SP-36
No Uraian Satuan Persyaratan
1 Kadar unsur hara fosfor sebagai P2O5
 P2O5 total % Min 36
 P2O5 larut dalam asam sitrat 2% % Min 34

 P2O5 larut dalam air % Min 30


2 Kadar Belerang (sebagai S) % Min 5
3 Kadar asam bebas (sebagai H3PO4) % Maks 6
4 Kadar air % Maks 5
Sumber SNI 02-3769-2005

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 13
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

II.1.12. Standart Pupuk Kalium


Berdasarkan SNI 02-2809-2005 dengan juduk Pupuk Kalium Sulfat
untuk Pertanian
Tabel 3. Standart Nasional Indonesia Pupuk Kalium Sulfat
No Uraian Satuan Persyaratan
1 Kadar unsur hara fosfor sebagai K2O % Min 50
2 Kadar Belerang (sebagai S) % Min 17
3 Kadar asam bebas (sebagai H2SO4) % Maks 2,5
4 Kadar Clorida (Cl) % Maks 2,5
5 Kadar air % Maks 1
Sumber SNI 02-2809-2005

II.1.13 Asam Fosfat


Tiga asam fosfat dikenal yaitu asam orto fosfat (H3PO4), asam
pirofosfat (H4P2O7), dan asam metafosfat (HPO3). Garam-garam dari asam ini
benar-benar ada. Ortofosfat adalah yang paling stabil dan paling penting. Larutan
pirofosfat dan metafosfat berubah menjadi ortofosfat perlahan-lahan pada suhu
biasa, dan lebih cepat dengan dididihkan (Svehla, 1985). Asam fosfat merupakan
merupakan asam mineral anorganik yang memiliki rumus kimia H 3PO4. Asam
fosfat juga dikenal pula sebagai asam ortofosfat atau asam fosfat. Asam fosfat
berwujud zat padat dengan T.D =280°C dan T.L = 44,1°C dan pada temperatur
tinggi (t =1040 °C), mengalami disosiasi. Sumber yang pada umumnya dari asam
fosfat adalah larutan air 85% (Warlinda, 2018).

II.1.14 Kalium Hidroksida


Kalium hidroksida merupakan penamaan dalam bahasa Indonesia
untuk senyawa potassium hydroxide dan dikenal dengan nama lain seperti:
caustic potash, potassia, dan potassium hydrate. Kalium hidroksida merupakan
senyawa anorganik dengan rumus molekul KOH dimana unsur kalium (K+ )
mengikat sebuah gugus hidroksil (OH- ). Seperti halnya natrium hidroksida, maka
kalium hidroksida merupakan basa kuat dan banyak digunakan pada industri

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 14
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

kimia sebagai pengontrol derajat keasaman suatu larutan maupun campuran.


Kalium hidroksida atau biasa disebut potassium hydroxide berfungsi sebagai
bahan baku industri kalium karbonat selain itu juga digunakan sebagai bahan
baku pembantu pada industri pupuk, fosfat, kimia agro (agro chemical), baterai
alkaline, dan pada industri tekstil. Kalium hidroksida juga digunakan pada
industri sabun sebagai bahan pemucat (Sunarti, 2016). KOH memiliki sifat
higroskopis (menyerap uap air). KOH juga memiliki kelarutan yang tinggi dalam
air. Pada suhu 250C, kelarutan KOH dalam air yaitu 1100 g/L. KOH juga
memiliki sifat mudah terionkan menjadi ion-ionnya. Selain itu, kalium adalah
salah satu unsur hara makro utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
Tingginya konsentrasi K+ dan rendahnya konsentrasi Na+ dalam tanah akan
menurunkan tingkat stres tanaman akibat efek terlarutnya ion garam dalam tanah
(Istiqomah, 2016).

II.1.15 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat dalam komposisi yang bervariasi (Petrucci. 1985). Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh,
jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran
tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian (Styarini, L. W.
2012). Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi
larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut
(Khikmah, N. 2015). Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan,
maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, yang nantinya akan
mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu larutan merupakan
suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara
luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan) (Wolke, 2003).
Suatu zat cair akan mendidih apabila molekul-molekul mendapat
energi yang cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 15
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

selanjutnya berubah menjadi uap (Arlita, M. A. 2013). Ketika zat lain terlarut
dalam air maka bahan dari zat tersebut akan menjadi partikel-partikel, yang
nantinya partikel ini akan mengikat partikel air dan membebaskan diri menjadi
uap, dengan kata lain molekul-molekul air akan memerlukan energi yang lebih
tinggi untuk mendidih (Wolke, 2003). Waktu yang diperlukan untuk mendidih
pada larutan berbeda-beda tergantung besarnya jenis zat terlarut dan
konsentrasinya. Konsentrasi larutan adalah komposisi yang menunjukkan dengan
jelas perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat kecil atau
besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan keluar
(mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu suatu larutan dapat
mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan jenuh (Adha, S.
D. 2015)

II.1.16 Kelarutan
Kelarutan secara kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi
molekuler homogen. Suatu larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah larutan
yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan yang sempurna pada temperatur tertentu. Larutan
jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam keadaan setimbang
dengan fase padat. Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak dari yang seharusnya
pada temperatur tertentu terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Widyanigsih,
2009).
Tabel 3. Solubility Kalium Phospat, Dikalium Phospat, dan Tri Kalium Phospat
pada 100 ml Aquadest
Solubility pada 100 ml
Senyaw aquades
a
Cold water Hot water
KH2PO4 14,8 83,5
K2HPO4 33 -

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 16
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

K3PO4 193,1 -

(Perry, 1999)
II.1.17 Kristalisasi
Kristalisasi adalah suatu pembentukan partikel padatan didalam sebuah
fasa homogen. pembentukan partikel padatan dapat terjadi dari fasa uap, seperti
pada proses pembentukan kristal salju atau sebagai pemadatan suatu cairan pada
titik lelehnya atau sebagai kristalisasi dalam suatu larutan (cair). Kristalisasi dari
suatu larutan merupakan proses yang sangat penting karena ada berbagai macam
bahan yang dipasarkan dalam bentuk kristalin, secara umum tujuan kristalisasi
adalah untuk memperoleh produk dengan kemurnian tinggi dan dengan tinggkat
pemunggutan (yield) yang tinggi pula.Salah satu sifat penting kristal yang perlu
diperhatikan adalah ukuran kristal individual dan keseragaman ukuranya (Sebagai
kristal bulk) Untuk alasan inilah distribusi ukuran kristal (Crystal Size
Distribution, CSD) harus selalu dikontrol (Mc Cabe et al, 1985). Kristalisasi juga
merupakan proses pemisahan solid-liquid, karena pada kristalisasi terjadi
perpindahan massa solute dari larutan liquid kepadatan murni pada fasa kristal
(Geankoplis, 1993).

II.1.18 Metode-Metode Kristalisasi


1. Evaporation Crystallization (EC)
Kristalisasi dengan pemanasan (EC) adalah kristalisasi yang terjadi
melalui proses pemanasan. Zat pelarut akan terpisah dari zat terlarut melalui
perlakuan dengan pemanasan. Zat terlarut akan terpisah dari larutan dengan
membentuk kristal padat. Pada suhu tertentu, zat pelarut pada larutan jenuh dapat
menguap dengan bantuan energi panas yang diberikan dari luar. Melalui
penguapan zat pelarut secara bertahap, maka larutan akan mencapai kondisi jenuh.
Penguapan yang terjadi pada larutan secara terus-menerus akan menyebabkan
terbentuknya kristal zat terlarut dari larutan jenuhnya. Contoh kristalisasi melalui
pemanasan adalah pembentukan garam melalui proses pemanasan matahari secara
alami.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 17
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

2. Cooling Crystallization (CC)


Kristalisasi dengan pendinginan (CC) adalah kristalisasi yang terjadi
melalui proses pendinginan. Kristalisasi ini dilakukan untuk larutan yang
memiliki nilai kelarutan yang sangat dipengaruhi oleh temperatur. Nilai
kelarutannya akan bertambah jika terjadi penambahan temperatur. Pembentukan
kristal pada proses ini terjadi melalui proses pendinginan untuk mendapatkan
kondisi jenuh. Contoh penerapan proses ini adalah pendinginan limbah industri
yang mengandung salinitas tinggi untuk mendapatkan kristal amonium sulfat.
3. Reaction Crystallization (RC)
Kristalisasi reaksi adalah proses pemisahan yang dapat terjadi melalui
reaksi antara gas dan larutan atau antara larutan dan larutan. Kristalisasi ini
merupakan salah satu metoda yang dapat menghasilkan produk dengan nilai
kemurninian tinggi. Kristalisasi reaksi dapat digunakan untuk recovery ion-ion
anorganik dan menghilangkan logam berat. Proses kristalisasi reaksi
membutuhkan bahan kimia untuk menghasilkan kristal.
4. Drowning-out Crystallization (DC)
Kristalisasi menggunakan metoda DC adalah kristalisasi akibat adanya
penambahan zat dari luar untuk mencapai pemisahan dalam bentuk kristal. Zat
yang ditambahkan untuk pembentukan kristal dapat berupa gas, cair , dan padat.
Zat penambah ini seiring disebut sebagai antisolvent, pengencer, presipitan,
salting-out agent atau watering-out agent. Setelah penambahan zat tersebut,
kelarutan senyawa tertentu akan menurun secara signifikan dan terbentuk kristal
dari larutan.
5. Membrane Distillation Crystallization (MD)
Kristalisasi menggunakan metode MD merupakan proses hybrid membran
distilasi dan kristalisasi. MD adalah proses pemisahan menggunakan driving force
berupa termal yang terintegrasi pada teknologi membran dan distilasi. Prinsip
pada MD adalah pemisahan dengan memanfaatkan pemisahan uap air dengan air
terkonsentrasi melalui pori-pori membran hidrofobik, namun menghambat
penetrasi air, sehingga terjadi pemisahan dari larutan terkonsentras. (Apriani,
2018)

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 18
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

II.1.19 Supersaturasi
Supersaturasi merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi padatan
(solute) dalam suatu larutan melebihi konsentrasi jenuh larutan tersebut, maka
pada kondisi inilah kristal pertama kali terbentuk ada 4 metode untuk
membangkitkan supersaturasi, yaitu : Pengubahan suhu, penguapan solven, reaksi
kimia, dan pengubahan komposisi solven. Pembangkitan supersaturasi dengan
cara pengubahan suhu lebih dikenal dengan istilah Cooling, yaitu penurunan suhu
Apabila suatu larutan jenuh diturunkan suhunya maka konsentrasi jenuh larutan
tersebut akan turun, sehingga kondisi supersaturasi tercapai dan kristal mulai
terbentuk. Proses itu digambarkan pada grafik dibawah ini.
c

Konsentrasi

Temperature T

Gambar 1. Grafik konsentrasi larutan pembentukan kristalisasi dengan proses


pendinginan
Pembangkitan supersaturasi dengan cara penguapan solven dilakukan
dengan proses eveporasi. Apabila pelarut (Solvent) pada suatu larutan jenuh
dikurangi, maka konsentrasi jenuh larutan tersebut akan turun, sehingga kondisi
supersaturasi tercapai dan kristal terbentuk.(Fachry, 2008)

II.1.20 Pertumbuhan Kristal

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 19
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Pertumbuhan kristal merupakan tahap ketiga dari proses kristalisasi.


Setelah proses nukleasi terjadi, nukleus yang ada di dalam larutan akan terus
tumbuh besar seiring waktu akibat penambahan molekul ion dari larutan yang
mengalami supersaturasi. Dengan semakin meningkatnya dimensi kristal
meningkat, maka kecepatan pengendapan kristal akan meningkat pula, sehingga
pemisahan antara padatan dan cairan akan lebih mudah dilakukan. Pada dasarnya,
ada 3 (tiga) tahap yang terjadi pada proses kristalisasi, tahap supersaturasi, tahap
nukleasidan tahap pertumbuhan kristal. Masing-masing tahap akan dijelaskan
pada subbab di bawah ini.
a. Supersaturasi
Tahap supersaturasi terjadi apabila konsentrasi bahan terlarutnya telah melebihi
fase kesetimbangan. Tingkat supersaturasi akan menentukan terjadinya
pembentukan kristal di dalam larutan. Dimana:
1. Undersaturated, berarti konsentrasi molar ion dari suatu produk lebih kecil
dari kelarutan produk, dengan demikian kristalisasi tidak mungkin terjadi.
2. Metastable, berarti larutan telah mengalami proses saturasi, namun nukleasi
spontan tidak terjadi. Oleh karena itu, pada zona ini pembentukan kristal
dapat dipicu dengan penambahan seed material.
3. Oversaturated, berarti konsentrasi bahan-bahan terlarut telah melebihi nilai
kesetimbangan, sehingga nukleasi spontan dapat terbentuk. (Anggrainy,
2015)
b. Nukleasi
Nukleasi adalah pembentukan inti kristal proses nukleasi ini dipengaruhi oleh
temperature, bibit, impuritis dan pengadukan yang dapat menginduksi nukleasi
( Fachry, 2008 ) Nukleasi dibedakan antara nukleasi primer dan sekunder.
1.) Nukleasi Primer
Nukleasi ini terjadi akibat dari gabungan – gabungan molekul suatu zat
terlarut membentuk cluster yang tumbuh menjadi kristal. Jika ukuran
kristal yang diperoleh besar maka kelarutannya akan kecil. Begitu pun jika
ukuran kristal nya kecil, maka kelarutannya akan semakin besar. Sehingga

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 20
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

pada proses pelarutan jika ukuran kristal besar maka akan tumbuh jika
kecil maka akan terlarut.
2.) Nukleasi Sekunder
Nukleasi ini terbentuk jika kristal makroskopis ada di dalam magma.
Nukleasi disebabkan oleh fluida geser dan tumbukan antar kristal atau
kristal dengan dinding alat kristalisasi. Zat terlarut bisa menjadi Kristal
dengan cara difusi melalui fase zat cair ( Pinalia, 2011 )

II.1.21 Prinsip Kristalisasi


Pada prinsipnya kristalisasi terbentuk melalui dua tahan yaitu, nukleasi
atau pembentukan inti kristal dan pertumbuhan kristal. Faktor pendorong untuk
laju nukleasi dan laju pertumbuhan kristal ialah supersaturasi. Baik nukleasi
maupun pertumbuhan tidak dapat berlangsung didalam larutan jenuh atau tak
jenuh (Mc Cabe, 1985). Inti kristal dapat terbentuk dari berbagai jenis partikel:
molekul, atom, atau ion. Karena adanya gerakan dari partikel-partikel tersebut,
beberapa partikel mungkin membentuk suatu gerombolan atau klaster, klaster
yang cukup banyak membentuk embrio pada kondisi lewat jenuh yang tinggi
embrio tersebut membentuk inti kristal.
Urutan tahap evolusi kristal adalah: gerombolan (klaster), embrio, inti
(nukleus), kristal. Dalam proses pemisahan padat-cair mekanisme nukleasi terbagi
2 kategori, yaitu:
a. Nukleasi Primer
Nukleasi akibat penggabungan molekul-molekul solute membentuk
klaster yang kemudian tumbuh menjadi kristal. Dalam larutan supersaturasi,
terjadi penambahan solute sehingga mendifusi ke klaster dan tumbuh menjadi
lebih stabil. Ukuran kristal besar, maka solubility kecil, sebaliknya ukuran
kristal kecil maka solubility besar. Oleh karenanya, jika ada kristal yang
berukuran lebih besar maka kristal akan tumbuh, sedangkan kristal kecil akan
terlarut lagi.
b. Nukleasi Sekunder

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 21
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Merupakan pembentukan inti yang dipengaruhi oleh kristal-kristal


makroskopik yang sudah ada didalam magma. Ada dua macam nukleasi yang
dikenal: yang pertama disebabkan oleh geser fluida, dan yang kedua oleh
tubrukan antara sesama kristal yang ada atau antara kristal dengan dinding
kristalisator dan impeller putar atau daun agitator.
Pertumuhan kristal adalah suatu proses difusi, yang dimodifikasi oleh pengaruh
permukaan padat tempat pertumbuhan itu berlangsung. Molekul-molekul atau
ion-ion zat terlarut mencapai permukaan kristal yang tumbuh dengan cara
difusi melalui fase zat cair. (Pinalia, 2011)

II.1.22 Macam-Macam Pemisahan Berdasarkan Perpindahan Massa Padat-


Cair
Pemisahan berbasis perpindahan massa padat-cair dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan besar, yaitu :
1. Kristalisasi dari larutan atau dikenal sebagai kristalisasi. Proses ini sudah
lama dikenal dan sudah banyak dipakai dalam industri. Bahan-bahan larut
dalam suatu solven, kemudian diambil dengan kristalisasi.
2. Kristalisasi dari lelehan atau biasa disebut melt crystallization (kristalisasi
lelehan). Proses ini belum banyak. digunakan dalam industri. Dalam proses
ini tidak dibutuhkan solven.Cairan berupa campuran lelehan bahan-bahan.
(Sediawan, 2002)
II.2 Landasan Teori
II.2.1 Proses Pembuatan Pupuk Kalium Phosphate
Kristalisasi dengan pemanasan (EC) adalah kristalisasi yang terjadi
melalui proses pemanasan. Zat pelarut akan terpisah dari zat terlarut melalui
perlakuan dengan pemanasan. Zat terlarut akan terpisah dari larutan dengan
membentuk kristal padat. Pada suhu tertentu, zat pelarut pada larutan jenuh dapat
menguap dengan bantuan energi panas yang diberikan dari luar. Melalui
penguapan zat pelarut secara bertahap, maka larutan akan mencapai kondisi jenuh.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 22
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Penguapan yang terjadi pada larutan secara terus-menerus akan menyebabkan


terbentuknya kristal zat terlarut dari larutan jenuhnya (Apriani, 2018).

II.2.2 Reaksi Kalium Hidroksida dengan Asam Fosfat


Senyawa dipotasium phospat (K2HP04) adalah salah satu senyawa
orthophospat (P043- ) yang banyak dikembangkan selain monopotassium phospat
(K2HP04) dan tripotassium phospat (K3HP04) Senyawa orthophospat (P043+ ), dari
monopotassium phospat ke tripo-tassium phospat dibuat dari netralisasi H 3P04
dengan KOH. Reaksi ini dapat berlangsung secara cepat (spontan) dan diperoleh
hasil dengan kemumian tinggi Penggunaan lain dari senyawa ini adalah sebagai
pupuk, bahan pembantu pada pembuatao kertas dan obat pencahar.Kemampuan
substitusi atom H pada asam phospat oleh logam potassium tergantung pada
nisbah mol K2O dengan P2O5. Bila perbandingan K2O dan P2O5 antara I dan 1,3;
logam potassium hanya dapat mensubstitusi satu atom H membentuk (KH 2P04).
Akan tetapi bila nisbah K2O / P2O5 lebih besar atau sama dengan 3, semua atom H
dapat disubstitusi oleh logam potassium membentuk K3P04.Adapun bila nisbah
K2O / P2O5 sebesar 2, logam potasium dapat mensubstitusi dua atom H
membentuk K2HP04 (Kirk and Othmer, 1982).

KOH + H3PO4 KH2PO4 + H2O


Kalium Asam Monokalium Aquadest
Hidroksida Phosphate Phosphate

2KOH + H3PO4 K2HPO4 + 2H2O


Kalium Asam Dikalium Aquadest
Hidroksida Phosphate Phosphate

3KOH + H3PO4 K3PO4 + 3H2O


Kalium Asam Trikalium Aquadest
Hidroksida Phosphate Phosphate

II.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kristalisasi

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 23
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kristalisasi yaitu sebagai berikut :
1. Temperatur
Pembentukan suatu kristal pada temperatur tinggi dikontrol oleh difusi,
sedangkan pada temperatur rendah dikontrol oleh Surface integrase.
2. Ukuran Partikel
Kecepatan pembentukan kristal lebih cepat pada ukuran yang lebih kecil
dibandingkan kristal besar. Biasanya berukuran sekitar 200 mikrometer
sampai 2 mm. Kristal besar mempunyai kecepatan terminal yang besar,
sehingga kecepatan pembentukannya rendah.
3. Zat pengotor (impurities)
Zat pengotor dapat merubah sifat larutan, konsentrasi kesetimbangan dan
supersaturasi, juga karakteristik kristal. Zat pengotor dapat memperlambat
jika zat pengotor teradsorpsi pada permukaan tertentu pada kristal sehingga
akan mengubah bentuk dari kristal.
4. Kelarutan
Larutan tidak mampu melarutkan padatan lagi, sehingga larutan akan
melewati titik kejenuhan, yang nantinya akan terbentuk suatu kristal/padatan
di dalam larutan lewat jenuh ( Fachry, 2008 ).

BAB III
PROSES PENGOLAHAN

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 24
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

III.1 Cara Pengolahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk kalium phosphate ini


adalah limbah cair pemasakan rumput laut yang didapatkan dari PT. Amarta
Carrageenan Indonesia, asam fosfat 85% dan aquadest. Pembuatan pupuk ini
dengan menggunakan metode yang sederhana yaitu proses evaporasi (penguapan)
dengan bantuan pemanasan. Alat yang digunakan pun sederhana yaitu hot plate
sebagai media pemanasnya, beaker glass sebagai wadah yang digunakan untuk
proses evaporasi dan thermometer yang digunakan untuk mengetahui suhu larutan
agar tetap stabil. Asam fosfat yang digunakan harus diencerkan terlebih dahulu.
Dari kadar 85% diencerkan menjadi 10% 1000 ml. Volume larutan sebesar 750
ml dengan suhu pemanasan yang harus dijaga adalah 100 ℃. Ambil limbah
sebanyak 500 ml dan ambil asam fosfat yang sudah diencerkan sebanyak 250 ml
kemudian masukkan kedalam beaker glass. Sebelum proses pemanasan di
lakukan, cek pH dari larutan tersebut. Lalu lakukan proses evaporasi dengan
menggunakan bantuan hot plate. Selalu cek suhu pada saat proses pemanasan agar
suhu tetap stabil. Dan hasil akhirnya berupa pupuk kalium phosphate yang
berbentuk kristal.
III.2 Diagram Alir Pembuatan Pupuk Kalium Phosphat

H3PO4 Air (sesuai variabel)

Limbah Cair Pemasakan Rumput Laut


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
500ml
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 25
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Larutan H3PO4 (%)


10, volume yang diambil
250 ml

Pemanasan 1000C

Proses
kristalisasi

Produk Kalium
Phosphate

DAFTAR PUSTAKA

Adha. S. D. 2015. “Pengaruh Konsentrasi Larutan HNO3 dan Waktu Kontak


Terhadap Desorpsi Kadmium (II) yang Terikat Pada Biomassa Azolla
Micropylla-Sitrat”. Jurnal Kimia Student. Vol: 1. No: 1. Hal: 636-642.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 26
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Aleel, K.G. 2008. “Phosphate Accumulation In Plant: Signaling”. Plant Physiol.


Vol: 03. No: 05. Hal: 148.
Amini, S dan Syamdidi 2006. “Konsentrasi Unsur Hara Pada Media dan
Pertumbuhan Chlorella Vulgaris Dengan Pupuk Anorganik Teknik dan
Analis”. Jurnal Perikanan. Vol: 8. No: 2. Hal: 201-206.
Anggrainy, A. D. 2015. “Penyisihan dan Recovery Fosfat Dari Air Limbah
Rumah Sakit Dengan Proses Kristalisasi”. Tesis. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Ariani, N. M. 2015. “Pemanfaatan Limbah Alkali Industri Rumput Laut Dan
Limbah Pickling Industri Pelapisan Logam Sebagai Pupuk Anorganik”.
Jurnal Riset Industri (Journal Of Industrial Research). Vol: 9. No: 1. Hal:
39-48.
APPI. 2018. “ Supply and Demand”. (https://www.appi.or.id/?statistic). Diakses
pada tanggal 07 Desember 2019 pukul 21.00 WIB.
Ariani, N, M, dkk. 2015. “Pemanfaatan Limbah Alkali Industri Rumput Laut Dan
Limbah Pickling Industri Pelapisan Logam Sebagai Pupuk Anorganik”.
Jurnal Riset Industri. Vol: 9. No: 1. Hal: 39-48.
Arlita, M. A. 2013. “Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Penyerapan
Larutan Gula Pada Bengkuang (Pachyrrhizus erosus)”. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung. Vol:2. No: 1. Hal: 85-94.
Dina, Y, dkk. 2005. “Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput
Laut Sebagai Pupuk Buatan”. Skripsi Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Hasanuddin. Vol: 6. No: 1. Hal: 2.
Embleton, T.W., W.W. Jones, C.K. Lebanauskas, and W. Reuther. 1973. “Leaf
Analysis As a Diagnostic Tool and Guide to Fertilization. In W. Reather
(Ed)”. The Citrus Industry. Rev. Ed. Univ. Calif. Agr. Sci. Barkely. Vol:
3. Hal: 183-210.
Fachry, R & Tumanggor, J. 2008. “Pengaruh Waktu Kristalisasi Dengan Proses
Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal Amonium Sulfat Dari
Larutannya”. Jurnal Teknik Kimia. Vol: 15. No: 2. Hal: 9-16.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 27
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1985. “Physiology of Crop Plant.
Alih Bahasa Susilo H. 1991. Jakarta: UI Press.
Geankoplis, C.J.. 1993. “Transport Processes and Unit Operations, 3 rd Edition”.
India: Asoke K. Ghosh, Prentice-Hall.
Hala, Y, dkk. 2018. “Analisis Potensi Limbah Cair Hasil Pengolahan Rumput
Laut Sebagai Pupuk Buatan”. (www.researchgate.net/publication/26
5102616). Diakses pada tanggal 5 Februari 2018 pukul 16.45 WIB.
Harianto B. 2007. “Cara Praktis Membuat Kompos”. Jakarta: Agro Media.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale and W.L. Nelson. 1999. “Soil Fertility and
Fertilizers An Introduction to Nutrient Management. 6 th ed”. New Jersey:

Prentice Hall, Upper Saddle River.


Istiqomah, A.U., Rahmawati, F., dan Nugrahaningtyas, K,D.. 2016. “Penggantian
Soda Api (NaOH) dengan Kalium Hidroksida (KOH) Pada Destilasi Sistem
Biner Air-Etanol”. Jurnal Penelitian Kimia. Vol: 12. No: 2. Hal: 179-189.
Khikmah, N. 2015. “Pengaruh Konsentrasi NaOH dan Laju Alir pada Penentuan
Kreatinin Dalam Urin Secara Sequential Injection Analysis”. Jurnal
Kimia Student. Vol: 1. No: 1. Hal: 613-615.
Kirk, R.E., dan Othmer, D.F.. 1982. “Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd
Edition”. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Lingga dan Marsono. 2008. “Petunjuk Penggunaan Pupuk”. Jakarta: Penebar
Swadaya.
LIPI Indonesia. 2000. “Pembuatan Rumput Laut”. Jakarta.
Mc. Cabe, Warren L. 1985. “Unit Operations of Chemical Engineering, 4 ed”.
Singapore: Mc Graw-Hill Book Co.
Nursyamsi, D. 2006. “Kebutuhan Hara Kalium Tanaman Kedelai Di Tanah
Ultisol”. Jurnal ilmu tanah dan lingkungan. Vol: 6. No: 2, Hal: 71-81.
Perry, R. H. 1999. “ Chemicel Engineer’s Hand Book”. Kansas: Mc Graw Hill
Petrucci, R. H. 1985. “Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2”.
Jakarta: Gramedia.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 28
Makalah Pengelolaan Limbah Cair, Padat Dan Gas
Pembuatan Pupuk Kalium Phospat dari Limbah Cair Pemasakan
Rumput Laut dan Asam Fosfat (H3PO4) Dengan Proses Kristalisai

Pinallia, A. 2011. “Kristalisasi Ammonium Perklorat (AP) Dengan Sistem


Pendinginan Terkontrol Untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk Bulat”.
Jurnal Teknologi Dirgantara. Vol: 9. No: 2. Hal: 124-131.
Purbasari, A dan Budi, S. 2008. “Pembuatan Pupuk Kalium Fosfat Dari Abu
Kulit Kapok dan Tepung Fosfat Secara Granulasi”. Jurnal Teknik. Vol: 29.
No: 2. Hal: 92-96.
Sediawan, B. 2002. “Berbagai Teknologi Proses Pemisahan”. Jurnal Pepsiding
Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V. Vol: 2. No: 1. Hal: 8-14.
Santi, S. 2008. “Kajian Pemanfaatan Limbah Cair Proses Pemasakan Bleaching
Earth Sebagai Koagulan”. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol: 2. No: 1.
Hal: 33-40.
Sunarti. 2016. “Variasi Konsentrasi Alkali Dalam Produksi Asam Oksalat
(H2C2O4) Dari Limbah Kertas Dengan Peleburan Alkari”. Jurnal Kimia
pada Fakultas Sains dan Teknologi. Vol: 1. No: 1. Hal: 20-40.
Styarini, L. W. 2012. “Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan

Gula Menggunakan Metode Difraksi”. Jurnal Teknik Pomits. Vol: 1. No: 1.


Hal: 1-5.
Svehla, G. 1985. “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Jilid II”. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Utami, L, I dkk. 2019. “Pengolahan Limbah Cair Rumput Laut Secara Biologi
Aerob Proses Batch”. Jurnal Teknik Kimia. Vol: 13. No: 2. Hal: 39-43.
Warlinda, Y.A., Zainul, R. 2018. “Asam Posfat (H3PO4): Ionic Transformation of
Phosphoric Acid in Aqueous Solution”. Jurnal Physical Chemistry FMIPA.
Vol: 1. No: 1. Hal: 5-15.
Wibowo, Y. 2012. “Strategi penanganan limbah industri alkali treated cottonii,
Majalah Agrointek”. Vol: 6. No: 1.
Widyanigsih, Linda. 2009. “Pengaruh Penambahan Kosolven Propilen Glikol
Terhadap Kelarutan Asam Mefenamat”. Fakultas Farmasi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 29

Anda mungkin juga menyukai