Anda di halaman 1dari 17

PROSES INDUSTRI KIMIA BELERANG

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Proses Industri Kimia dengan
Dosen Pengampu Meta Fitri Rizkiana, ST, M.Sc.

Disusun Oleh:

Kelompok 3
Muhamad Arya Pringgodani 201910401004
Risa Dwi Rachmawati 201910401025
Ika Putri Nikmatur Rohmah 201910401026
Saltsabita Nourin Adelina 201910401046
Tiana Febrianti Eka Prasetyani 201910401086
Imroatul Aulia Wahab 201910401098
Reinaldi Rizky Pratama 201910401099
Suheil 201910401108

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat serta hidayah-
Nya yang tidak ternilai. Karena dengan nikmat serta hidayah-Nya, kami dapat membuat dan
menyusun makalah ini. Makalah yang kami beri judul “Proses Industri Kimia Belerang” ini
dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Proses Industri Kimia.
Segala upaya telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami juga menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak. Akan tetapi, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak. Kami juga
berterima kasih kepada Ibu Meta Fitri Rizkiana, ST, M.Sc. selaku dosen pengampu mata
kuliah Proses Industri Kimia yang telah membimbing kami dalam pembelajaran sehingga
kami mampu membuat dan menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua ke depannya.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
2.1 Bahan Baku Proses Industri Belerang ..............................................................3
2.2 Proses Penambangan Belerang menggunakan Metode Frasch .........................5
2.3 Proses Amine Extraction……………………………………………………………. 7
2.4 Proses dan Reaksi Industri Belerang dari Gas Bahan Bakar ............................7
2.5 Proses Industri Belerang dari Sumber-Sumber Lain ........................................10
2.6 Produk Hasil Proses Industri Belerang..............................................................10
2.7 Masalah Lingkungan yang Timbul Akibat Proses Industri Belerang dan
Solusinya ..........................................................................................................11
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................10
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................12
3.2 Saran .................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bahan yang banyak dimanfaatkan di industri kimia ialah belerang atau
sulfur. Belerang dapat ditemui di alam bebas dan berwujud bijih-bijihan. Bijih-bijihan
yang mengandung belerang di antaranya ialah CuFeS2 atau kalkopirit, ZnS atau sfalerit,
dan FeS2 atau pirit. Tidak hanya bijih-bijihan, belerang juga dapat ditemukan dalam
minyak dan gas bumi sebagai H2S atau hidrogen sulfida. Belerang atau sulfur banyak
dimanfaatkan dalam industri pembuatan H2SO4 atau asam sulfat.
Sebelum tahun 1914, unsur belerang tidak banyak dimanfatkan di Amerika karena
harganya yang tinggi dan melimpahnya pirit. Pada saat itu, asam sulfat di Amerika
Serikat dibuat dari pirit dalam negeri ataupun pirit yang diimpor dari luar negeri. Selain
dari pirit, kebutuhan asam sulfat di Amerika juga terbuat dari pemanfaatan sulfur oksida
yang ada. Meskipun pada tahun 1869, belerang dapat dijumpai di wilayah Teluk
Meksiko, Amerika Serikat, tanah di wilayah tersebut terdapat lapisan penutup yang
mengandung pasir hanyut sehingga membuat belerang sukar ditambang.
Sejak tahun 1914, Amerika Serikat khususnya di Texas dan Louisiana
mengembangkan metode Frasch untuk menambang belerang atau sulfur. Adanya metode
Frasch tersebut memudahkan proses penambangan belerang sehingga sekarang ini,
belerang menjadi sumber terbesar bagi pemenuhan kebutuhan negara Amerika Serikat.
Belerang yang ditambang juga diekspor ke luar negeri untuk masuk ke pasaran dunia.
Akhir-akhir ini, sumber utama pembuatan belerang ialah H 2S yang terbentuk dari hasil
sampingan desulfurisasi minyak bumi asam dan gas bumi asam yang mengandung
belerang di dalamnya. Amerika Serikat, Prancis, serta Kanada ialah negara dengan
penghasil belerang pulihan yang melimpah di dunia.
Sebagian besar belerang yang ada diolah menjadi asam sulfat. Akan tetapi
pemanfaatan belerang juga masih banyak dibutuhkan dalam industri kimia. Belerang
digunakan dalam beberapa industri kimia seperti industri farmasi, zat warna, detergen,
karet vulkanisasi, bahan pemutih, fungisida, insektisida karbon disulfida, dan juga
pembuatan pulp kertas. Peneliti juga mengkaji pemanfaatan belerang untuk pembuatan
baterai belerang-logam alkali, perlakuan tanaman dan tanah, beton dan mortar belerang,
dan ekstender (penambah) aspal jalanan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
belerang banyak dibutuhkan di industri kimia dan pengolahan industri kimia belerang
juga penting untuk dipelajari. Oleh karena itu, topik “Proses Industri Kimia Belerang”
diangkat dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja bahan baku yang diperlukan dalam proses industri belerang?
b. Bagaimana proses penambangan belerang menggunakan metode Frasch?
c. Bagaimana proses proses amine extraction ?
d. Bagaimana proses dan reaksi industri belerang dari gas bahan bakar?
e. Bagaimana proses industri belerang dari sumber-sumber lain?
f. Apa saja produk yang dihasilkan dari industri belerang?
g. Apa saja masalah lingkungan yang ditimbulkan dari proses industri belerang dan apa
solusinya?
1
2

1.3 Tujuan
a. Untuk memberikan penjelasan tentang bahan baku yang diperlukan dalam proses
industri belerang.
b. Untuk menjabarkan proses penambangan belerang menggunakan metode Frasch.
c. Untuk menjelaskan proses dan reaksi yang terjadi pada industri belerang dari gas
bahan bakar.
d. Untuk memberikan penjelasan beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses
industri belerang dari sumber-sumber lain.
e. Untuk menjabarkan produk-produk yang dihasilkan daro proses industri belerang.
f. Untuk menjelaskan berbagai masalah lingkungan yang ditimbulkan dari proses
industri belerang serta solusi penanganannya.

1.4 Manfaat
Dengan adanya uraian masalah-masalah yang ada, diharapkan pembaca dapat
mengetahui berbagai proses yang ada di industri belerang. Pengetahuan mengenai proses
industri belerang yang bertambah tentunya dapat menjadi bekal untuk dapat diaplikasikan
saat berkarir ke depannya karena belerang sendiri saat ini banyak dibutuhkan di berbagai
industri. Diharapkan juga bagi pembaca agar dapat memahami masalah lingkungan yang
ditimbulkan dari proses industri belerang dan solusi penyelesaiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahan Baku Proses Industri Belerang
Belerang ditemui pada keadaan unsur bebas atau senyawa sulfida. Saat berada di
alam belerang dapat ditemukan di kulit bumi sekitar 0,1 % dari massa kulit bumi.
Belerang dengan keadaan unsur bebas yang berada di alam terdapat di dalam tanah serta
di daerah gunung berapi. Sedangkan belerang yang berbentuk senyawa ada pada bijih-
bijih seperti pirit (FeS2), sfelerit (ZnS), kalporit (CuFeS2), dan galena (PbS).
Hampir 56% belerang didapatkan dengan cara penambangan dari sulfur di alam
dan 19% dari senyawa sulfur serta 25% dari gas buangan hasil industri minyak bumi
ataupun batu bara yang berupa Hidrogen sulfida (H2S) dan Sulfur dioksida (SO2).
Karakteristik Bahan Baku pembuatan belerang.
1. Material Sulfida
Mineral sulfida adalah suatu ikatan antara sulfur dengan logam yang dapat
ditemukan dalam alam dengan kadar serta dimensi yang bervariasi mulai kecil hingga
besar. Pemanfaatan dari mineral sulfida dengan cara mengekstrak bijih menjadi suatu
komponen yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Dapat berupa bahan kimia,
logam, serta bahan baku untuk sektor industri lainnya (Suprapto, 2012).
A. Bijih Pirit (FeS2)

Pirit adalah salah satu material yang merupakan material berat serta
konduktif. Pirit memiliki rumus kimia FeS2 (iron sulfide). Yang mana pirit
memiliki arti “api” atau “dalam api” yang berasal dari kata Yunani (puritēs)
karena material pirit dapat menciptakan suatu bunga api. Pirit memiliki komposisi
kimia seperti 46,6% Fe dan %3,4% S serta sering ditemui beberapa unsur
meskipun dalam jumlah kecil seperti Ni, Sb, Co, Ag, Au, Cu, dan As. Pirit
memiliki struktur kristal berbentuk kubik, simetrik serta memiliki warna emas
pucat sehingga sering dikenal dengan “Fool’s gold” (Soyaga, 2001).

3
4

B. Sfalerit (ZnS)

Sfalerit merupakan mineral yang berbentuk anhedral-euhedral dan bersifat


mineral utama serta dapat ditemui hampir di semua sampel. Dari hasil
pengamatan mineral sfalerit memiliki warna abu-abu terang hingga abu-abu gelap
dengan kilap damar hingga sub-metalik, dengan ukuran 5-300 mm serta ditemui
baik dalam bentuk terdiseminasi ataupun terkonsentrasi membentuk suatu layer
(lapisan). Mineral sfalerit terkadang ditemui dengan sifat menggantikan mineral
yang lainnya atau mineral sfalerit yang mengandung chalcopyrite disease. Mineral
sfalerit biasanya terbentuk lebih akhir jika dibandingkan dengan mineral sulfida
lainnya seperti pirit dan galena.
C. Kalkoprit (CuFeS2)

Kalkopirit umumnya juga ditemukai dihampir semua sampel, memiliki


bentuk yang tidak beraturan dengan tekstur intergrowth/coexist dengan sfalerit,
pirit dan galena. Hal ini menandakan bahwa mineral-mineral tersebut terbentuk
secara bersama. Kalkopirit juga merupakan mineral jejak, karena sering
ditemukan sebagai inklusi maupun sebagai pengganti mineral lain. Kalkopirit
relatif melimpah pada sampel pemboran serta melimpah seiring dengan
kedalamannya.
D. Galena (PbS)

Galena berbentuk anhedral-subhedral dan pada umumnya berasosiasi


dengan mineral sulfida yang lainnya seperti sfalerit, kalkopirit dan juga pirit. Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa galena berwarna
putih keabuan dengan ciri yang umumnya menunjukkan adanya triagular pit yang
diakibatkan belahan tiga arah dari mineral galena serta sebagian dapat dalam
5

bentuk skeletal dan tekstur intergrowth dengan mineral yang lainnya. Pada
umunya, galena berbentuk kubik dengan batas butir yang cukup jelas dan disistem
hidrotermal, galena mempunyai rentang temperatur yang sangat lebar serta relatif
melimpah yang ditemukan disetiap sampel dan meningkat seiring dengan
bertambah kedalamannya.

2. Gas Buangan Minyak Bumi dan Batu bara


A. Hidrogen Sulfida (H2S)
Hidrogen Sulfida (H2S) adalah gas yang tidak memiliki warna, mudah
terbakar, beracun, serta berbau seperti telur busuk. H 2S (Hidrogen Sulfida) dapat
muncul diberbagai aktivitas biologis yang disebabkan adanya bakteri yang
menguraikan bahan organik dalam kondisi anaerobik, seperti pada rawa serta
pembuangan kotoran. H2S atau gas hidrogen sulfida juga muncul dari gas alam,
aktivitas gunung berapi, pada kegiatan kilang minyak serta batubara.
B. Sulfur dioksida (SO2)
Sulfur dioksida (SO2) merupakan salah satu spesies dari gas oksida sulfur
(SOx). Yang mana gas-gas ini memiliki bau tak sedap, sangat mudah larut dalam
air, tidak berwarna dan gas SO2 serta gas-gas sulfur oksida yang lain dapat
terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang didalamnya terdapat
sulfur seperti pada proses pengolahan minyak bumi, batu bara serta bijih-bijih yang
mengandung metal lainnya. Sehingga SO2 dapat ditemukan pada buangan minyak
bumi dan batu bara karena dalam karakteristik batu-bara memiliki total sulfur lebih
dari 0,44% maka pasti emisi dari SO2 pada proses pembakaran batu bara akan
melebihi baku mutu.

2.2 Proses Penambangan Belerang menggunakan Metode Frasch


Belerang banyak diperoleh dari batu gamping yang memiliki pori dan
mengandung belerang di dalamnya. Kumpulan dari banyaknya batu gamping tersebut
menjadi batuan tudung kubah garam yang berada di Texas, Louisiana dan Mexico yang
ditambang dengan proses Frasch. Diberi nama proses Frasch karena seseorang Bernama
Herman Frasch menemukan metode penambangan atau peleburan belerang yang terletak
di bawah tanah atau laut yang kemudian akan dipompa hingga ke atas permukaan.
6

1. Lubang-lubang bor digali hingga mencapai lapisan daerah yang mengandung belerang
dengan bantuan alat pengeboran minyak. Diperkirakan kedalaman mencapai 150-750
m.
2. Terdapat tiga buah pipa sarangan yang berdiameter kurang lebih 3 hingga 20 cm,
dilintaskan melalui lapisan yang terkandung belerang di dalamnya. Pipa yang
dilintaskan tersebut berhenti tepat di atas anhidrit yang sudah tidak terdapat
kandungan belerang.
Hal tersebut dapat dilihat dari gambar 19.1, yang mana sebuah pipa dengan Panjang
10 cm dimasukkan ke dalam pipa sarangan 20 cm sehingga terbentuk suatu ruang
melingkar di antara kedua pipa tersebut. Ruang melingkar tersebut nantiya akan
memanjang hingga hampir ke dasar batuan yang terkandung belerang di sekitarnya
dan kemudian akan berhenti/bersandar pada kerah yang menutup ruang melingkar
tersebut.
3. Sebuah pipa udara dengan diameter 3 cm dijulurkan di tengah hingga mencapai sedikit
di atas kerah ruang melingkar. Pipa berdiameter 20 cm dibuat berlubang di daerah
bawah kerah dan di atas kerah. Tujuan dari pembuatan lubang di atas kerah ialah
untuk jalan keluarnya air panas. Sedangkan pembuatan lubang di bawah kerah
bertujuan untuk jalan masuknya belerang lebur.
4. Untuk pengoperasiannya dengan baik, air panas sekitar 160 ℃ diteruskan dari bagian
depan pipa sepanjang 20 hingga 10 cm. Lelehan melalui lubang-lubang ke dalam
formasi berpori dekat kaki sumur. Batuan yang mengandung sulfur di sekitar sumur
yang mengatur aliran air ini dinaikkan ke temperatur di atas titik pencairan belerang,
sekitar 115 ℃.
5. Lelehan belerang, yang lebih berat daripada air, tenggelam dan membentuk kolam di
sekeliling dasar sumur, lalu masuk melalui lubang-lubang bawah dan mencuat di
antara pipa 10 dan 3 cm. Ketinggian yang dipaksa oleh sulfur oleh tekanan air panas
adalah sekitar setengah jalan ke permukaan. Tekanan udara menekan dalam pipa 3 cm
dan mengurangi kepadatan belerang cair sehingga akan naik ke permukaan. Volume
udara yang dimampatkan diatur agar tingkat produksi disejerkan dengan tingkat
pencairan belerang agar tidak menguras kolam belerang dan menyebabkan sumur itu
menghasilkan air. Air harus ditarik dari fornation pada kira-kira tingkat yang sama
karena disuntikkan untuk mencegah penumpukan tekanan ke titik di mana suntikan
lebih lanjut akan mustahil.
6. Sumur belerang untuk mengekstrak air dari pembentukan biasanya terletak di tepi
yang lebih dalam kubah untuk menarik air dingin yang lebih berat yang berkumpul di
sana. Kapasitas pemanas air dari pembangkit listrik yang ada sudah setinggi 38.000
ton/hari. Jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 ton sulfur tergantung pada
jumlah deposit dan faktor-faktor lainnya. Penambangan dapat berkisar dari 4 sampai
50 per ton sulfur metric.
7. Setelah sampai di permukaan, belerang cair di alirkan melalui pipa-pipa panas yang
dipanaskan kedalam uap pada pemisah (sparator), di mana udara dikeluarkan.
Belerang itu dibiarkan memadat di dalam tong-tong penimbunan atau tetap dalam
keadaan cair di dalam tangki penimbunan yang dipanaskan dengan uap lebih dari 95
% dari keseluruhan sulfur, lalu dikapalkan sebagai cairan yang akan dikirim dalam
mobil tangki, truk tangki, dan kapal tongkang atau kapal bagasi yang mempunyai
panas. Hal ini mengurangi biaya pengiriman dan memberi pembeli banyak sulfur yang
lebih murni.
7

2.3 Proses Amine Extraction

Proses ini merupakan proses ekstraksi amina atau unit CO2 removal untuk
menghasilkan H2S sebelum menuju proses claus. Proses amina akan melakukan absorbsi
terhadap gas CO2 dan akan menghasilkan hidrokarbon bersih tanpa kandungan CO2. Gas yang
mengandung H2S akan diperoleh dari larutan amina yang mengandung larutan amina yaitu
monoetanolamin (MEA), dietanolamin (DEA) dimana hidrogen sulfida diserap bersama
dengan karbon dioksida. Di adsorber, larutan amina yang mengalir ke bawah menyerap H2S
dan CO2 (gas asam), gas asam yang mengalir ke atas menghasilkan aliran gas yang di sweet
gas. Kemudian rich amine akan disalurkan ke generator (stripper dengan boiler) untuk
menghasilkan produk amine dari generator yang didaur ulang untuk digunkan kembali di
absorber. Keadaan ekstrasi akan dilakukan dengan suhu tinggi agar CO 2 dapat teradsorbsu
dalam proses amina. Digunakan dalam suhu 40oC dengan tekanan 20 atm dan pada regenerasi
menggunakan suhu 120oC, dengan tekanan 1,5 atm. Akan keluar produk gas H 2S dan CO2
pekat (gas asam) dari reflux drum.

2.4 Proses dan Reaksi Industri Belerang dari Gas Bahan Bakar
8

Umpan gas asam (191.000 std m 3/hari, 38oC) terdiri dari 75,1% H2S, 24,7% CO2 dan
0,2 % hidrokarbon.
Lokasi Suhu oC Lokasi Suhu oC
1 1049 6 166
2 379 7 208
3 149 8 224
4 258 9 133
5 332 10 538
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan jenis gas yang tidak memiliki warna, berbau
busuk yang menyengat, serta berbahaya karena gas ini beracun dan mudah terbakar.
Hidrogen sulfida ini dihasilkan dengan cara dibakar untuk membuat sulfur dioksida yang
nantinya akan menghasilkan asam sulfat. Namun, sebagian besar hidrogen sulfida
dikonversi menjadi belerang unsur melalui proses modifikasi Claus dengan reaksi sebagai
berikut.
3
H 2 S ( g ) + O 2 ( g ) → SO2 ( g ) + H 2 O ( g ) ∆ H=−518 kJ ( 1 )
2
SO2 ( g ) +2 H 2 S ( g ) Fe 2 O 3 3 S ( l ) + H 2 O ( g ) ∆ H=−142,8 kJ (2 )

Proses claus merupakan pengolahan gas untuk memperoleh belerang. Proses claus
dipilih jika kandungan belerang dalam gas asam mencapai lebih dari 500 ppm. Proses
claus ini paling terkenal dan banyak diaplikasikan. Proses ini berprinsip oksidasi dengan
menggunakan O2/udara pada suhu tertentu tergantung lokasi pada proses claus.
Sebelumnya gas H2S diproses diadsorpsi untuk memisahkannya dari gas lain yang
nantinya akan masuk ke unit claus. Terdapat 10 langkah, diantaranya :
1. Combustion / ruang bakar gas asam
Pada alat ini akan dimasuki gas H2S yang akan diberi udara pembakaran dari
reheater nomer 2 (7) untuk melakukan pembakaran dengan suhu 1049℃ .
9

1
Pembakaran hanya dilakukan pada hidrogen sulfida dengan menggunakan
3
pengontrol rasio aliran atau blower udara pembakaran. Oleh karena itu, dengan rasio
udara pembakaran yang diperlukan untuk memberi kebutuhan gas. as asam (H 2S)
selain masuk ke combustion chomber juga akan masuk ke reheater nomer 2 (7).

2. Gas Cooler / pendingin gas


Produk dari reaksi panas yang mengandung gas pembakaran dari combustion
chomber akan dilakukan pendinginan gas dengan suhu 379℃ . Hasil dari pendinginan
ini adalah uap buang. Proses ini membutuhkan air umpan dari proses yang terjadi
pada ekonomizer.

3. Ekonomizer
Ekonomizer akan memindahkan panas yang digunakan untuk memanaskan air
umpan boiler / katel uap. Gas dari cooler tadi akan dipanaskan bersama air umpan,
kemudian akan masuk lagi ke pendingin menjadi uap. Hasilnya nanti akan berupa
belerang cair yang akan masuk ke tabung pengumpul. Pada ekonomizer, proses akan
terjadi pada suhu 149℃ .

4. Reheater / pemanas ulang nomer 1


Gas dan belerang cair yang telah dipisahkan dalam ekonomizer akan masuk ke
reheater nomer 1 untuk dipanaskan kembali dengan suhu mencapai 258℃ . Hasil dari
reheater nomer 1 berupa gas asam yang kemudian akan masuk ke konverter.

5. Konverter nomer 1
Pada konverter nomer 1, gas asam yang berasal dari reheater akan diubah menjadi
unsur sulfur/belerang produk okter. Proses yang terjadi pada konverter nomer 1
membutuhkan suhu mencapai 332℃ .

6. Kondensor
Kondensor merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk mengembunkan
zat gas menjadi cair melalui proses pendinginan. Proses pendinginan pada kondensor
ini terjadi pada suhu 166℃ . Gas dari konverter nomer 1 akan masuk ke kondensor
untuk memperoleh belerang murni dalam bentuk cair. Kondensor akan membutuhkan
bantuan air umpan sebagai pelarut dan kemudian menghasilkan 2 hasil samping.
Hasil pertama berupa belerang cair yang akan masuk ke tabung pengumpul, dan hasil
kedua masih berupa gas belerang yang akan dipanaskan lagi pada reheater nomer 2.

7. Reheater / pemanas ulang nomer 2


Gas sulfur dari kondensor yang tidak masuk ke tabung pengumpul akan
dipanaskan kembali pada reheater nomer 2 dengan bantuan suhu 208℃ .

8. Konverter nomer 2
Setelah melalui proses pemanasan ulang, gas akan masuk ke konverter nomer 2
untuk diubah menjadi unsur belerang dengan suhu mencapai 224℃ .

9. Menara cuci belerang


10

Gas belerang dari konverter nomer 2 yang masuk ke menara cuci belerang, akan
dicuci dengan ditambahkan air pendingin. Hasil yang akan didapatkan berupa
belerang murni berbentuk cair yang kemudian ditransfer ke tabung pengumpul.
Proses pada menara pencuci ini berlangsung dengan suhu 133℃ .

10. Insinerator
Hasil samping dari menara cuci belerang yang berupa gas belerang akan dibakar
pada insinerator dengan suhu 538℃ . Proses pembakaran gas belerang ini akan
memerlukan bantuan dari udara dan bahan bakar.

11. Tabung pengumpul


Tabung pengumpul belerang berisi semua belerang cair dari beberapa proses yang
telah dimurnikan. Kemudian belerang cair akan keluar melalui dua jalur. Jalur yang
pertama akan menuju ke tempat penyimpanan belerang dan jalur kedua akan
mengirimkan belerang dalam bentuk cair.
2.5 Proses Industri Belerang dari Sumber-Sumber Lain
Terdapat peraturan mengenai pencemaran udara yang diatur dengan ketat. Dibangunnya
industri asam belerang bertujuan agar dapat menghilangkan dan menggunakan SO 2 pada
gas yang dikeluarkan dari pemanggangan bijih sulfida, peleburan bijih, dan pembakaran
asam bekas pakai. Terbatasnya keahlian pada perawatan belerang di industri peleburan
tembaga yang umum sangatlah terbatas. Hal ini dikarenakan adanya kandungan sulfur
dioksida yang rendah pada bagian keluarnya gas, oleh karena itu asam sulfat yang telah
dibuat dari gas tersebut menjadi tidak ekonimis. Konsentrasi sufur dioksida menjadi lebih
lebih tinggi dapat terjadi dengan meleburkan tanur listrik atau cara kilat, akhirnya
pemulihan pada beleran unsur atau asam sulfat dapat terjadi.
Dalam memulihkan belerang unsur dari pirit, dapat dilakukan melalui beberapa
proses diantara proses peleburan kilat outokumpu, proses proses orkla dan proses
noranda. Proses outokumpu hingga saat ini masih beroperasi karena lebih berguna.
Dalam meleburkan bijih tembaga dapat menggunakan peleburan kilat outokumpu, serta
peleburan kontinu Mitsubishi dan noranda. Hasil dari proses tersebut berupa gas yang
memiliki kandungan sulfur dioksida yang tinggi guna pembentukan asam sulfat.
Meskipun terdapat pemanggang kilat dan pemanggang tengku berganda yang
sedang beroperasi, bijih pirit dan seng fluida terkadang dipanggang pada unggun fluidasi.
Setelah minyak digiling, lumpur asam berhasil diregenerasi dan hasil yang didapat berupa
asam sulfat yang telah didaur ulang secara bersih. Tetapi, pemulihan belerang dalam
pabrik pembangkit tenaga dari gas cerobong hanya berhasil pada sebagian instalasi kecil.
Apabila gas buang diwajibkan untung diolah, terkadang pabrik pembangkit tenaga
mengolahnya menggunakan natrium atau alkali gamping dan limbah tersebut dapat
dibuang berupa kalsium sulfat dan atau sulfit.
2.6 Produk Hasil Proses Industri Belerang
Belerang merupakan zat kimia yang terbilang non logam yang tidak memiliki rasa tetapi
memiliki aroma yang khas. Sulfur merupakan zat yang di hasilkan dari gunung berapi,
tetapi belerang memiliki banyak khasiat yang baik bagi kulit
Berikut adalah Produk yang berbahan sulfur:
11

1. Sabun
Untuk mendapatkan manfaat sulfur gunakan sabun sulfur setiap kali mandi. De
ngan menggunakan sabun sulfur jerawat yang merusak pemnandangan tidak perlu
dikhawatirkan lagi apabila dilakukan dengan rutin. Sabun sulfur dapat menghadang
bakteri jerwat dan mengeringkan luka jerawat, karena sulfur membuat kelenjar
minyak kulit yang terhadang menjadi terbuka dan biusa mengurangi kandungan
minyak di kulit. Sabun sulfur ini juga bisa menghilangakn bau badan.

2. Kerajinan Patung
Gunung kawah ijen meupakan gunung yang memiliki kandungan belerang
yang banyak. Kerrajinan yang terbuat dari sulfur dianatara lain adalah patung dan
kriya . Adapaun bahan pencetak adalah logam sedangkan aat pengukur suhu belerang
dan kecepatan mencair belerang dianatara lain thermometer dan stopwatch. Proses
pembuatannya sebagai berikut:
a. Cairkan Belerang
b. Kdian masukkan belerang yang sudah cair kedalam cetakan logam
c. Biarkan belerang hinnga berwarna kuning
d. Kemudian epaskan belerang dari cetakan pada tangan.

3. Obat
Sebagai suplemen, belerang dapat di temukan dalam bentuk sulfoxide dimetil
(DMSO) dan methylsulfonylmethane (MSM). Kedua bentuk suplemen ini sudah lama
dikenal untuk pengobatan nyeri. Lain MSM, DMSO bukan produk alami karena zat ini
juga digunakan dalam industry pembuatan kertas. Sedangkan dalam dunia obat MSM
ialah suplemen untuk meredekan atau mengurangi rasa nyeri akibat radang sendi, baik
osteoarthritis atau rheumatoid arthritis. Meski terlihat positif sulfur belum
menunjukkan bukti tetap dan dilakukan penelitian lebih dalam atau lebih jauh lagi.

2.7 Masalah Lingkungan yang Timbul Akibat Proses Industri Belerang dan Solusinya
Pada awalnya, hidrgen sulfida yang dibakar, digunakan untuk pembuatan sulfur
dioksida guna menghasilkan asam sulfat. Proses pembakaran hidrogen sulfida tersebut
menyebabkan pencemaran udara yang berlebihan sehingga dikembangkanlah proses
dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa belerang dari gas sisa pembakaran. Proses
pembersihan sisa-sisa belerang dari gas sisa pembakaran tersebut dikonversikan sebagai
unsur belerang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belerang ditemui pada keadaan unsur bebas atau senyawa sulfida. Saat berada di
alam belerang dapat ditemukan di kulit bumi sekitar 0,1 % dari massa kulit bumi.
karakteristik bahan baku pembuatan belerang, yang pertama yaitu material sulfida yang
meliputi bijih pirit, sfalerit, kalkoprit, dan galena. yang kedua gas buangan minyak bumi
dan batu bara yang meliputi hidrogen sulfida dan sulfir dioksida.
Belerang banyak diperoleh dari batu gamping yang memiliki pori dan
mengandung belerang di dalamnya. Kumpulan dari banyaknya batu gamping tersebut
menjadi batuan tudung kubah garam yang berada di Texas, Louisiana dan Mexico yang
ditambang dengan proses Frasch. Dinamakan proses frasc karena penemu dari metode
penambangan atau peleburan yaitu Herman Frasch.
Proses pembuatan belerang berbahan dasar hidrogen sulfida menghasilkan 3 hasil
samping agar hidrogen sulfida yang dihasilkan tidak meninggalkan limbah berlebih. 3
hasil samping dari proses tersebut menjadikan 2 hasil untuk di timbun dan 1 hasil untuk
proses recycle agar terjadi pembakaran yang sempurna. Pada diagram dijelaskan bahwa,
proses yang terjadi yaitu pembakaran, pendinginan gas, proses pemisahan melalui
kondensor, kemudian hasilnya masuk pada tangki penyimpanan dimana terdapat 2 jalur
yaitu yang pertama untuk menuju ke tempat penyimpanan dan untuk dikirim lagi dalam
bentuk belerang cair.
Dalam memulihkan belerang unsur dari pirit, dapat dilakukan melalui beberapa
proses diantara proses peleburan kilat outokumpu, proses proses orkla dan proses
noranda. Proses outokumpu hingga saat ini masih beroperasi karena lebih berguna.
Dalam meleburkan bijih tembaga dapat menggunakan peleburan kilat outokumpu, serta
peleburan kontinu mitsubishi dan noranda. Pemulihan belerang dalam pabrik pembangkit
tenaga dari gas cerobong hanya berhasil pada sebagian instalasi kecil.
Sulfur merupakan zat yang di hasilkan dari gunung berapi, tetapi belerang
memiliki banyak khasiat yang baik bagi kulit. Produk yang dihasilkan dari bahan sulfur
misalnya kerajinan patung, sabun, obat, dan lain sebagainya.
Pada awalnya, hidrgen sulfida yang dibakar, digunakan untuk pembuatan sulfur
dioksida yang dapat menghasilkan asam sulfat. Proses pembakaran hidrogen sulfida
tersebut menyebabkan pencemaran udara yang berlebihan sehingga dikembangkanlah
proses dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa belerang dari gas sisa pembakaran.
Proses pembersihan sisa-sisa belerang dari gas sisa pembakaran tersebut dikonversikan
sebagai unsur belerang.

3.2 Saran
Dari pemaparan masalah di atas, disarankan kepada pembaca untuk dapat
mengetahui berbagai proses yang ada di industri belerang karena adanya pengetahuan
mengenai proses industri belerang tentunya dapat menjadi bekal untuk dapat
diaplikasikan saat berkarir ke depannya. Belerang sendiri saat ini banyak dibutuhkan di

12
13

berbagai industri. Disarankan juga bagi pembaca agar dapat memahami masalah
lingkungan yang ditimbulkan dari proses industri belerang dan solusi penyelesaiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Austin, T. G. 1987. Chemical process Industries, 5th ed. New York: Mc Graw Hill
International Book Company.

Suprapto, S. J. 2012. “Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida Pada


Kegiatan Pertambangan.”Kelompok Kerja Konservasi –Pusat Sumber Daya
Geologi.

Soyaga Heru, Prayitno, Mardisewodjo Purwanto, and M. Atmojo Supomo. "Pengaruh


Mineral Pirit Terhadap Resistivitas Batupasir." Proceeding Simposium
Nasional Iatmi, 2001.

Arif, Syafrizal, & Teti Indriati (2020), “Karakteristik Mineralisasi Endapan Epitermal Pada
Prospek Arinem Di Kabupaten Garut, Jawa Barat”, Jurnal Geomine, Volume 8,
Nomor 3: Desember 2020, Hal. 193 – 202.

14

Anda mungkin juga menyukai