DISUSUN OLEH:
RIRI FITRIANA (073001500082)
RIZKY ARBI DWIALFAWAN (073001500083)
VICTOR PANGIHUTAN SINAGA (073001500094)
XENA NURRAENI ANUN C. (073001500116)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... 1
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………….... 2
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………… 2
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
1.3. Tujuan dan Manfaat………………………………………………………… 3
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………. 4
2.1. Bahan Galian Industri………………………………………………………. 4
2.2. Genesa Bahan Galian Industri Secara Umum……………………………… 4
2.3. Genesa Batu Gamping………………………… ……………………………. 5
2.3.1. Keterdapatan Batu Gamping di Indonesia…………………………… 7
2.4. Genesa Bauksit…………………………………………………………….... 8
2.4.1. Pemanfaatan Bauksit……………………………................................ 9
2.4.2. Keterdapatan Bauksit………………………………………………… 10
2.5. Genesa Mangan……………………………………………………………… 10
2.5.1. Pemanfaatan Mangan……………………………………………… 12
2.5.2. Keterdapatan Mangan……………………………………………... 13
2.6. Peranan Bahan Galian dalam Kehidupan Manusia………………………… 13
2.7. Peranan Bahan Galian dalam Perekonomian………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Genesa Bahan Galian
Industri. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas matakuliah Teknologi
Pemanfaatan Bahan Galian Industri. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan support sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para mahasiswa dan
masyarakat serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kebutuhan industri saat ini sudah sangat banyak dan beragam. Kompleksitas
kebutuhan inilah yang membuat timbulnya permintaan produk-produk yang
spesifik dari suatu bahan galian industri. Tak hanya bahan galian industri mentah
saja yang dibutuhkan, tetapi juga dibutuhkan bahan galian industri yang sudah
diolah menjadi suatu produk lain untuk dapat kemudian digunakan. Proses
pengolahan suatu bahan galian industri satu dengan yang lain dapat berbeda
karena material satu dengan yang lain memiliki sifat fisik dan kimia yang
berbeda pula. Bahkan untuk mendapatkan beberapa jenis produk dari satu jenis
bahan galian industri pun proses pengolahannya dapat berbeda. Suatu produk
hasil pengolahan memiliki kegunaan tertentu sehingga dalam proses
pembuatannya pun disesuaikan dengan pemanfaatannya. Oleh karena itu proses
pengolahan untuk membuat produk-produk yang berbeda pasti bermacam-
macam sehingga sebelum mengolah bahan galian industri tersebut adalah sangat
perlu untuk mengetahui bahan galian industri secara mendalam serta proses
pengolahan yang tepat agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan.
2
1.3.Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari makalah mengenai Genesa Bahan galian industri ini
yaitu :
Untuk mengetahui bahan galian yang termasuk dalam bahan galian industri
Untuk mengetahui bagaimana genesa bahan galian industri secara umum.
Untuk mengetahui teknologi-teknologi pengolahan bahan galian industri
sesuai dengan pemanfaatannya
Untuk mengetahui apa peranan bahan galian industri bagi kehidupan
manusia.
Untuk mengetahui apa peranan bahan galian indsutri bagi perekonomian.
Agar dapat berpikir kedepan untuk turut berinovasi dalam perkembangan
teknologi pengolahan bahan galian industri sesuai dengan pemanfaatannya
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahan Galian Industri
Bahan Galian Industri adalah semua mineral dan batuan kecuali mineral
logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir industri dan
konstruksi termasuk juga minerallogam yang bukan untuk dilebur seperti bauksit,
kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan lainnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980, bahan galian dibagi
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Bahan galian strategis (bahan galian golongan A) terdiri dari : Minyak bumi,
bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara,
batubara muda, uranium radium, thorium bahan galian radioaktif lainnya,
nikel, kobalt, timah.
2. Bahan galian vital (bahan galian golongan B) terdiri dari : Besi, mangan,
molibden, khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng,
emas, platina, perak, air raksa, arsen, antimon, bismut, yteium, rhutenium,
cerium, dan logam-logam langka lainnya, berillium, korundum, zirkon,
kristal kuarsa, kriolit, flouspar, barit, yodium, brom, khlor, belerang.
3. Bahan galian non strategis dan non vital (bahan galian golongan C) terdiri
dari : Nitrat, nitrit, fosfat, garam batu (halit), asbes, talk, mika, grafit,
magnesit, yarosit, leusit, tawas, oker, batu permata, batu setengah permata,
pasir kuarsa, kaolin, feldspar, gipsum, bentonit, tanah diatomea, tanah serap,
batu apung, trass, obsidian, marmer, batutulis, batu kapur, dolomit, kalsit,
granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat, pasir, sepanjang tidak mengandung
unsur-unsur mineral golongan A maupun B dalam skala yang berarti dari
segi ekonomi pertambangan.
Bahan galian industri sebagian besar termasuk bahan galian golongan C,
walaupun beberapa jenis termasuk dalam bahan galian golongan lain.
4
2.2 Genesa Bahan Galian Industri Secara Umum
Secara umum bahan galian industri terbentuk atas asosiasi dengan batuan
tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Sukandarrumidi 1999 bahan galian
industri dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen, dapat dibagi
menjadi :
a. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batu gamping, contoh :
batu gamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, fosfat, rijang, gypsum
b. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen
lainnya, contoh : bentonit, ball clay dan bond clay, fire clay, zeolite,
diatomea, yodium, mangan, feldspar
2. Kelompok II : BGI yang berkaitan dengan gunung api, contoh : obsidian,
perlit, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan (silicified wood), opal,
kalsedon, andesit dan basalt, pasir gunung api, breksi pumice
3. Kelompok III : BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam dan
ultra basa, contoh : granit dan granodiorit, gabbro dan peridotit, alkali
feldspar, bauksit, mika, asbes
4. Kelompok IV : BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu dan
endapan letakan, contoh : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zircon,
korundum, kelompok kalsedon, kuarsa kristal, sirtu
5. Kelompok V : BGI yang berkaitan dengan proses perubahan hidrotermal,
contoh : barit, gypsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, tawas
6. Kelompok VI : BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf, contoh : kalsit,
marmer, batu sabak, kuarsit, grafit, mika, wolastonit
5
dangkal. Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen
organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-
pecahan sisa organisme. Batu gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia
yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air
laut. Pada prinsipnya, definisi batu gamping mengacu pada batuan yang
mengandung setidaknya 50% berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral
kalsit. Sisanya, batu gamping dapat mengandung beberapa mineral
seperti kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral
lainnya. Bahkan batu gamping juga dapat mengandung nodul besar rijang, nodul
pirit ataupun nodul siderit.Kandungan kalsium karbonat dari batugamping
memberikan sifat fisik yang sering digunakan untuk mengidentifikasi batuan ini.
Biasanya identifikasi batugamping dilakukan dengan meneteskan 5% asam
klorida (HCl), jika bereaksi maka dapat dipastikan batuan tersebut adalah
batugamping.
Gambar 2.1
Kenampakan Fisik Batu Gamping
6
skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan
terlitifikasi menjadi batugamping.Produk sisa organisme tersebut juga dapat
berkontribusi untuk pembentukan sebuah massa sedimen. Batugamping yang
terbentuk dari sedimen sisa organisme dikelompokan sebagai batuan sedimen
biologis. Asal biologis mereka sering terlihat oleh kehadiran fosil.Beberapa
batugamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung kalsium karbonat dari
air laut. Batugamping yang terbentuk dengan cara ini dikelompokan sebagai
batuan sedimen kimia. Batugamping ini dianggap kurang melimpah dibandingkan
batu gamping biologis.
7
2.4 Genesa Bauksit
Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari
komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,
buhmit dan diaspor. Selain itu juga terdapat mineral pengotor atau mineral
gangue seperti kuarsa, titanium oksida, besi oksida, mineral lempung dan air
yang umumnya hadir dalam bauksit (Gow dan Gian, 1993). Bauksit terbentuk
dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain nepheline,
syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic,
shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami
pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral – mineral
alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral
silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan
oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini
berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari
erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan
syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah
intensitas dan lamanya proses laterisasi.
8
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
9
Sintered bauxite juga digunakan sebagai proppant pada pengeboran
minyak. Dalam pengeboran minyak bumi dan gas alam, batuan reservoir
sering retak akibat pemompaan cairan ke dalam sumur yang berada pada
tekanan sangat tinggi. Tekanan yang sangat tinggi ini dapat menyebabkan
rekahan pada batuan reservoir. Dibutuhkan partikel tersuspensi untuk
menutup rekahan ini. Partikel tersuspensi inilah yang dikenal sebagai
"proppant". Bahan baku proppan salah satunya adalah sintered bauxite.
10
mengandung satu atau lebih sisa-sisa makhluk air laut, fragmen batuan atau
nodul lainnya. Nodul ini diliputi oleh lapisan mangan, besi, dan logam oksida
lainnya yang berbentuk konsentris namun tidak terus-menerus.
Pada umumnya setuju bahwa ada tiga jenis utama dari endapan, yaitu:
hidrotermal, sedimenter,residual.
a. Endapan hidrotermal
b. Endapan Sedimenter
11
ii. Batugamping mengandung mangan tersebar yang berasal dari luar.
1. Produksi Besi-baja
2. Campuran Alumunium
12
dalam pengeringan cat hitam.
13
1. Menambah pendapatan Negara.
2. Memperluas lapangan pekerjaan.
3. Memajukan bidang transportasi dan komunikasi.
4. Memajukan industri dalam negeri.
5. Sebagai pemasok kebutuhan bahan galian industri dalam negeri.
6. Memajukan bidang pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Berikut contoh peranan Bahan Galian Industri secara spesifik untuk
kehidupan manusia dan pembangunan di Indonesia:
14
3. Pengatus viscositas, gelas dan glasir
keramik.
15
2.7 Peranan Bahan Galian Industri dalam Perekonomian
Dalam perekonomian, bahan galian industri memiliki peran sebagai berikut:
1. Sektor Pertambangan bahan galian industri dapat memberikan nilai tambah
bagi sektor ekonomi lainnya. Pengganda surplus 2,30 dapat menjadi daya
tarik bagi para investor menanamkan modalnya. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan tabel dibawah.
Sumber: Mikdad, Ukar Wijaya, Srwi Widayati. Analisis Sektor Pertambangan BGI dalam Upaya
Mendukung Perekonomian Provinsi Jawa Barat
Pengganda surplus itu sendiri digunakan untuk menentukan urutan atau
prioritas suatu sektor dalam berinvestasi dengan menghasilkan nilai tambah
optimum. Untuk hasil pengganda surplus pertambangan bahan galian industri,
berada pada urutan ke-4. Pengganda ini menunjukan perlunya pengembangan
pertambangan bahan galian industri di daerah tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Darima, Wilners. Bahan Galian Industri. Dalam
http://www.academia.edu/7893083/BAHAN_GALIAN_INDUSTRI (Diakses tanggal
19 Maret 2018 )
18