Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEKNOLOGI PEMANFAATAN BAHAN GALIAN INDUSTRI

GENESA BAHAN GALIAN INDUSTRI

DISUSUN OLEH:
RIRI FITRIANA (073001500082)
RIZKY ARBI DWIALFAWAN (073001500083)
VICTOR PANGIHUTAN SINAGA (073001500094)
XENA NURRAENI ANUN C. (073001500116)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... 1
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………….... 2
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………… 2
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 2
1.3. Tujuan dan Manfaat………………………………………………………… 3
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………. 4
2.1. Bahan Galian Industri………………………………………………………. 4
2.2. Genesa Bahan Galian Industri Secara Umum……………………………… 4
2.3. Genesa Batu Gamping………………………… ……………………………. 5
2.3.1. Keterdapatan Batu Gamping di Indonesia…………………………… 7
2.4. Genesa Bauksit…………………………………………………………….... 8
2.4.1. Pemanfaatan Bauksit……………………………................................ 9
2.4.2. Keterdapatan Bauksit………………………………………………… 10
2.5. Genesa Mangan……………………………………………………………… 10
2.5.1. Pemanfaatan Mangan……………………………………………… 12
2.5.2. Keterdapatan Mangan……………………………………………... 13
2.6. Peranan Bahan Galian dalam Kehidupan Manusia………………………… 13
2.7. Peranan Bahan Galian dalam Perekonomian………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Genesa Bahan Galian
Industri. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas matakuliah Teknologi
Pemanfaatan Bahan Galian Industri. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan support sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para mahasiswa dan
masyarakat serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, April 2018

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kebutuhan industri saat ini sudah sangat banyak dan beragam. Kompleksitas
kebutuhan inilah yang membuat timbulnya permintaan produk-produk yang
spesifik dari suatu bahan galian industri. Tak hanya bahan galian industri mentah
saja yang dibutuhkan, tetapi juga dibutuhkan bahan galian industri yang sudah
diolah menjadi suatu produk lain untuk dapat kemudian digunakan. Proses
pengolahan suatu bahan galian industri satu dengan yang lain dapat berbeda
karena material satu dengan yang lain memiliki sifat fisik dan kimia yang
berbeda pula. Bahkan untuk mendapatkan beberapa jenis produk dari satu jenis
bahan galian industri pun proses pengolahannya dapat berbeda. Suatu produk
hasil pengolahan memiliki kegunaan tertentu sehingga dalam proses
pembuatannya pun disesuaikan dengan pemanfaatannya. Oleh karena itu proses
pengolahan untuk membuat produk-produk yang berbeda pasti bermacam-
macam sehingga sebelum mengolah bahan galian industri tersebut adalah sangat
perlu untuk mengetahui bahan galian industri secara mendalam serta proses
pengolahan yang tepat agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan.

1.2. Rumusan Masalah


 Apa itu Bahan Galian Industri ?
 Apa saja bahan galian yang termasuk dalam Bahan Galian Industri ?
 Bagaimana Genesa Bahan Galian Industri?
 Apa peranan Bahan Galian Industri bagi kehidupan manusia?
 Apa peranan Bahan Galian Industri bagi perekonomian?

2
1.3.Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari makalah mengenai Genesa Bahan galian industri ini
yaitu :
 Untuk mengetahui bahan galian yang termasuk dalam bahan galian industri
 Untuk mengetahui bagaimana genesa bahan galian industri secara umum.
 Untuk mengetahui teknologi-teknologi pengolahan bahan galian industri
sesuai dengan pemanfaatannya
 Untuk mengetahui apa peranan bahan galian industri bagi kehidupan
manusia.
 Untuk mengetahui apa peranan bahan galian indsutri bagi perekonomian.
 Agar dapat berpikir kedepan untuk turut berinovasi dalam perkembangan
teknologi pengolahan bahan galian industri sesuai dengan pemanfaatannya

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahan Galian Industri
Bahan Galian Industri adalah semua mineral dan batuan kecuali mineral
logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan akhir industri dan
konstruksi termasuk juga minerallogam yang bukan untuk dilebur seperti bauksit,
kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan lainnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980, bahan galian dibagi
menjadi 3 golongan yaitu :
1. Bahan galian strategis (bahan galian golongan A) terdiri dari : Minyak bumi,
bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batubara,
batubara muda, uranium radium, thorium bahan galian radioaktif lainnya,
nikel, kobalt, timah.
2. Bahan galian vital (bahan galian golongan B) terdiri dari : Besi, mangan,
molibden, khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng,
emas, platina, perak, air raksa, arsen, antimon, bismut, yteium, rhutenium,
cerium, dan logam-logam langka lainnya, berillium, korundum, zirkon,
kristal kuarsa, kriolit, flouspar, barit, yodium, brom, khlor, belerang.
3. Bahan galian non strategis dan non vital (bahan galian golongan C) terdiri
dari : Nitrat, nitrit, fosfat, garam batu (halit), asbes, talk, mika, grafit,
magnesit, yarosit, leusit, tawas, oker, batu permata, batu setengah permata,
pasir kuarsa, kaolin, feldspar, gipsum, bentonit, tanah diatomea, tanah serap,
batu apung, trass, obsidian, marmer, batutulis, batu kapur, dolomit, kalsit,
granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat, pasir, sepanjang tidak mengandung
unsur-unsur mineral golongan A maupun B dalam skala yang berarti dari
segi ekonomi pertambangan.
Bahan galian industri sebagian besar termasuk bahan galian golongan C,
walaupun beberapa jenis termasuk dalam bahan galian golongan lain.

4
2.2 Genesa Bahan Galian Industri Secara Umum
Secara umum bahan galian industri terbentuk atas asosiasi dengan batuan
tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Sukandarrumidi 1999 bahan galian
industri dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen, dapat dibagi
menjadi :
a. Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batu gamping, contoh :
batu gamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks, fosfat, rijang, gypsum
b. Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen
lainnya, contoh : bentonit, ball clay dan bond clay, fire clay, zeolite,
diatomea, yodium, mangan, feldspar
2. Kelompok II : BGI yang berkaitan dengan gunung api, contoh : obsidian,
perlit, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan (silicified wood), opal,
kalsedon, andesit dan basalt, pasir gunung api, breksi pumice
3. Kelompok III : BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam dan
ultra basa, contoh : granit dan granodiorit, gabbro dan peridotit, alkali
feldspar, bauksit, mika, asbes
4. Kelompok IV : BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu dan
endapan letakan, contoh : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zircon,
korundum, kelompok kalsedon, kuarsa kristal, sirtu
5. Kelompok V : BGI yang berkaitan dengan proses perubahan hidrotermal,
contoh : barit, gypsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, tawas
6. Kelompok VI : BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf, contoh : kalsit,
marmer, batu sabak, kuarsit, grafit, mika, wolastonit

2.3 Genesa Batu Gamping


Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium
karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, batu gamping
sering disebut juga dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa
disebut "limestone". Batu gamping paling sering terbentuk di perairan laut

5
dangkal. Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen
organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-
pecahan sisa organisme. Batu gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia
yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air
laut. Pada prinsipnya, definisi batu gamping mengacu pada batuan yang
mengandung setidaknya 50% berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral
kalsit. Sisanya, batu gamping dapat mengandung beberapa mineral
seperti kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral
lainnya. Bahkan batu gamping juga dapat mengandung nodul besar rijang, nodul
pirit ataupun nodul siderit.Kandungan kalsium karbonat dari batugamping
memberikan sifat fisik yang sering digunakan untuk mengidentifikasi batuan ini.
Biasanya identifikasi batugamping dilakukan dengan meneteskan 5% asam
klorida (HCl), jika bereaksi maka dapat dipastikan batuan tersebut adalah
batugamping.

Gambar 2.1
Kenampakan Fisik Batu Gamping

Genesa batu gamping ada di 2 tempat yaitu:


1. Pembentukan Batu Gamping pada Lingkungan Laut
Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada perairan
yang hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana organisme
mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber
bahan pembentuk batugamping. Ketika organisme tersebut mati, cangkang dan

6
skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan
terlitifikasi menjadi batugamping.Produk sisa organisme tersebut juga dapat
berkontribusi untuk pembentukan sebuah massa sedimen. Batugamping yang
terbentuk dari sedimen sisa organisme dikelompokan sebagai batuan sedimen
biologis. Asal biologis mereka sering terlihat oleh kehadiran fosil.Beberapa
batugamping dapat terbentuk oleh pengendapan langsung kalsium karbonat dari
air laut. Batugamping yang terbentuk dengan cara ini dikelompokan sebagai
batuan sedimen kimia. Batugamping ini dianggap kurang melimpah dibandingkan
batu gamping biologis.

2. Pembentukan Batu Gamping pada Lingkungan Evaporasi


Batugamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit dan
formasi gua lainnya (sering disebut speleothems) adalah contoh dari batugamping
yang terbentuk melalui penguapan. Di sebuah gua, tetesan air akan merembes dari
atas memasuki gua melalui rekahan ataupun ruang pori di langit-langit gua,
kemudian akan menguap sebelum jatuh ke lantai gua.

2.3.1 Keterdapatan Batu Gamping di Indonesia


Di indonesia sendiri banyak mengandung batu kapur yang tersebar di
seluruh Nusantara diantaranya adalah
 Sumatera Barat
 Lampung
 Jawa Timur
 Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur
Beberapa daerah yang adalah penghasil utama batu kapur di Jawa
Timur antara lain adalah daerah Pacitan, Trenggalek, Tulungagug,
Ponorogo, ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Nganjuk, Jember,
Bondowoso, Banyuwangi, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep dan
Gresik. Di Lampung terdapat tambang batu kapur yang terletak di kecamatan
Natar, Lampung selatan.

7
2.4 Genesa Bauksit
Bauksit adalah material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari
komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,
buhmit dan diaspor. Selain itu juga terdapat mineral pengotor atau mineral
gangue seperti kuarsa, titanium oksida, besi oksida, mineral lempung dan air
yang umumnya hadir dalam bauksit (Gow dan Gian, 1993). Bauksit terbentuk
dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut antara lain nepheline,
syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic,
shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami
pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral – mineral
alkali, sedangkan mineral – mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral
silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan
oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini
berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari
erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan
syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah
intensitas dan lamanya proses laterisasi.

Kondisi – kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit


secara optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya
alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan

8
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan

2.4.1 Pemanfaatan Bauksit


1. Bauksit Digunakan untuk memproduksi Aluminium
Bauksit adalah bijih utama aluminium. Langkah pertama dalam
memproduksi aluminium adalah pemurnian dengan menggunakan Proses
Bayer. Dalam Proses Bayer, bauksit dicuci dalam larutan panas natrium
hidroksida dengan maksud agar aluminium larut/terlepas dari bauksit.
Aluminium yang dihasilkan dari proses ini masih dalam bentuk aluminium
hidroksida. Aluminium hidroksida kemudian di kalsinasi untuk membentuk
alumina (Al2O3). Untuk lebih jelasnya mengenai proses ini bisa anda lihat
pada link postingan dibawah ini.

2. Bauksit Digunakan sebagai Bahan Abrasive


Calcined Alumina itu adalah korundum sintetis yang merupakan bahan
yang sangat keras (9 Skala Mohs). Pembuatan calcined alumina ini
melibatkan bauksit sebagai salah satu bahan bakunya. calcined alumina
didigunakan sebagai bahan abrasif seperti amplas aluminium oksida ,
polishing bubuk, dan polishing suspensions.
Sintered bauxite sering digunakan sebagai pasir abrasive dalam kegiatan
peledakan/blasting. Sintered bauxite dihasilkan dengan menghancurkan
bauksit menjadi bubuk kering kemudian dibentuk menjadi seperti "bola
manik-manik" pada suhu yang sangat tinggi. Manik-manik ini sangat keras
dan sangat tahan lama. Manik-manik ini kemudian diurutkan berdasarkan
ukuran tertentu untuk kemudian digunakan dalam berbagai jenis peralatan
sand-blasting.

3. Bauksit Digunakan sebagai Proppant

9
Sintered bauxite juga digunakan sebagai proppant pada pengeboran
minyak. Dalam pengeboran minyak bumi dan gas alam, batuan reservoir
sering retak akibat pemompaan cairan ke dalam sumur yang berada pada
tekanan sangat tinggi. Tekanan yang sangat tinggi ini dapat menyebabkan
rekahan pada batuan reservoir. Dibutuhkan partikel tersuspensi untuk
menutup rekahan ini. Partikel tersuspensi inilah yang dikenal sebagai
"proppant". Bahan baku proppan salah satunya adalah sintered bauxite.

2.4.2 Keterdapatan Bauksit di Indonesia


Di Indonesia bauksit diketemukan di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau
Bangka dan Kalimantan Barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di Pulau
Bintan satu-satunya yang terbesar di Indonesia. Beberapa tempat antara lain:
 Sumatera utara : Kota Pinang (kandungan Al2O3 = 15,05 – 58,10%).
 Riau : P.Bulan, P.Bintan (kandungan SiO2 = 4,9%, Fe2O3 = 10,2%, TiO2 =
0,8%, Al2O3 = 54,4%), P.Lobang (kepulauan Riau), P.Kijang (kandungan
SiO2 = 2,5%, Fe2O3 = 2,5%, TiO2 = 0,25%, Al2O3 = 61,5%, H2O =
33%),merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain ditempat tersebut
terdapat juga diwilayah lain yaitu, Galang, Wacokek, Tanah Merah,dan
daerah searang.
 Kalimantan Barat : Tayan Menukung, Sandai, Pantus, Balai Berkuah,
Kendawangan dan Munggu Besar.
 Bangka Belitung : Sigembir.

2.5 Genesa Mangan


Genesa mangan terbagi atas dua bagian yaitu endapan dan nodul. Istilah nodul
mangan umum digunakan walaupun sebenarnya kurang tepat, karena selain
mangan masih terkandung pula unsur besi, nikel, kobalt, dan molybdenum,
sehingga akan lebih sesuai bila dinamakan dengan nodul poli-metal. Secara
individu, nodul mempunyai kilap suram dengan warna cokelat tanah hingga
hitam kebiruan. Tekstur permukaan dari halus hingga kasar. Setiap nodul

10
mengandung satu atau lebih sisa-sisa makhluk air laut, fragmen batuan atau
nodul lainnya. Nodul ini diliputi oleh lapisan mangan, besi, dan logam oksida
lainnya yang berbentuk konsentris namun tidak terus-menerus.
Pada umumnya setuju bahwa ada tiga jenis utama dari endapan, yaitu:
hidrotermal, sedimenter,residual.
a. Endapan hidrotermal

Endapan mangan hidrotermal sering berupa stratabound, tapi mungkin


juga dapat terjadi sebagai bentuk yang tidak teratur, dan sebagai urat epitermal
pada berbagai host rock. Di beberapa tempat, tubuh bijih stratabound
menampilkan karakteristik tektonik, asosiasi batuan, mineralogi dan kimia yang
memungkinkan adanya korelasi terhadap endapan yang saat ini dihasilkan
secara hidrotermal dalam lingkungan laut, pada atau dekat pusat penyebaran,
pertengahan lempeng gunung bawah laut dan pola subduksi busur pulau bahkan
emisi larutan hidrotermal pada cekungan benua yang dangkal (misalnya danau)
juga telah menghasilkan endapan stratabound.

b. Endapan Sedimenter

Sebagian besar produksi mangan saat ini berasal dari endapan


sediman. Mangan oksida seperti pyrolusit, psilomelan dan cryptomelan
merupakan bijih mineral mangan yang umumnya di temukan pada endapan
mangan sedimenter. Pada beberapa endapan lain mengandung mangan karbonat
seperi rodokrosit dan manganit.
c. Endapan residual

Endapan mangan yang terbentuk sebagai konsentrasi residual,


terakumulasi dari pelapukan batuan-batuan yang mengandung mangan,
mempunyai kesamaan kondisi dengan endapan besi residual yang mengandung
mangan. Sebagian besar endapan residual mangan merupakan hasil pelapukan
dari
i. Batugamping atau dolomite rendah kandungan alumina tetapi mengandung
sebaran singenetik karbonat dan oksida mangan.

11
ii. Batugamping mengandung mangan tersebar yang berasal dari luar.

iii. Batuan-batuan silikat mengandung mangan seperti sekis kristalin atau


batuan-batuan beku terubah. Sekis kristalin dapat mengandung rodokrosit,
spesartit, teproit dan rodonit.

2.5.1 Pemanfaatan Mangan

1. Produksi Besi-baja

Logam mangan dalam proses pembuatan baja sangat


menguntungkan karena mangan dapat mengikat belerang, sehingga
mencegah terjadinya fes yang dapat merapuhkan baja. Selain itu,
mangan juga mampu mengikat oksigen sehingga dapat mencegah
terjadinya rongga-rongga (gelembung) pada baja yang terbentuk
setelah proses pendinginan dilakukan.

2. Campuran Alumunium

Aluminium dengan kadar mangan sekitar 1.5% mempunyai


tingkat perlawanan yang lebih tinggi melawan karatan dan
kerusakan disebabkan oleh pembentukan urat yang menyerap
kotoran.
3. Pembuatan Keramik Dan Gelas

Pada pembuatan keramik sebagai bahan pewarna pada keramik


dan pada gelas sebagai penghilang unsur organik dalam adonan
gelas,bahan penghilang warna dengan mengoksidasi ion besi dan
bahan pewarna.
4. Untuk menghilangkan warna hijau pada gelas yang disebabkan oleh
pengotor besi.

5. Mangan sendiri bermanfaat memberi warna lembayung pada kaca.

6. Dioksidanya berguna untuk pembuatan oksigen dan klorin, dan

12
dalam pengeringan cat hitam.

7. Pemanfaatan dalam Tubuh Manusia.

8. Mangan merupakan unsur yang penting untuk penggunaan vitamin


b1. Mangan, kalsium, dan fosfor bersama-sama membentuk sistem
tulang dan gigi. Mangan bermanfaat dalam pembentukan
hemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada hewan air.
9. Untuk industri, mangan sebagai bahan pembuat batang
las,elektrosis seng dan bahan pengoksida dalam produksi uranium.

2.5.2 Keterdapatan Mangan di Indonesia

Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun


terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi
tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa,
Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Endapan biji mangan banyak terdapat beberapa lokasi di berbagai
provinsi di Indonesia.

2.6 Peranan Bahan Galian Industri dalam Kehidupan Manusia


Indonesia sudah lama terkenal sebagai Negara yang kaya raya akan bahan
atau barang tambang. Barang tambang di Indonesia dapat ditemukan di laut
maupun di darat. Untuk mendapatkan dan mengolah bahan galian tersebut dalam
kasus ini bahan galian industri diperlukan banyak sekali modal, tenaga ahli dan
teknologi yang tinggi.
Bahan galian industri memiliki peranan penting dalam kehidupan
manusia dan pembangunan. Peranan tambang khususnya bahan galian industri
dalam kehidupan dan pembangunan di Indonesia secara umum adalah sebagai
berikut:

13
1. Menambah pendapatan Negara.
2. Memperluas lapangan pekerjaan.
3. Memajukan bidang transportasi dan komunikasi.
4. Memajukan industri dalam negeri.
5. Sebagai pemasok kebutuhan bahan galian industri dalam negeri.
6. Memajukan bidang pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Berikut contoh peranan Bahan Galian Industri secara spesifik untuk
kehidupan manusia dan pembangunan di Indonesia:

No Mineral Komponen Utama Fungsi Pemanfaatan

1 Barit BaSO4 1. Penambah berat dalam lumpur


pengeboran
2. Magnit ferrite/keramik
3. Fluks dan kebeningan produksi gelas

2 Batu CaCO3 1. Agregat bahan konstruksi bangunan.


Kapur
2. Bahan pengisi dan pelapis/ pemutih
seperti cat, kertas, plastik, karet.
3. Fluks proses metalurgi.

3 Belerang S 1. Komponen pupuk tanaman


2. Bahan baku industri kimia seperti asam
sulfat, eksplosif
3. Obat-obatan, pengawet kayu, fotogtrafi.

4 Bentonit SiAO2/Al2O3/MgOnH2 bagai lumpur pengeboran.


(Na2O ; CaO)
sir cetak pengecoran logam.
han pengikat, Pemucat
ngisi, absorbent dan katalist.

5 Dolomit MgCO3 (MgO) 1. Agregat bata tahan api (hasil refractory)


dan semen.
2. bahan pengisi dan farmasi.

14
3. Pengatus viscositas, gelas dan glasir
keramik.

6 Felspar K2O; Na2O; CaO- 1. Komponen fluks “glassy” pada bahan


Al2O3/SiO2 keramik ubin, sanitary,porselin. Frits,
grasir, enamel, gelas.
2. Serbuk, abrasive dan lapisan penjelasan.

7 Fosfat P2O5 1. Bahan Baku industri kimia seperti Dyes,


deterjen, fotografi, tekstil, electroplating,
water softener.
2. Komponen utama pupuk tanaman.

8 Gipsum CaSO4-2H20 1. Agregat bahan konstruksi semen.


2. Bahan pupuk pengkondisian.
3. Nahan pengisi seperti dental, keramik,
cat dan kertas.

9 Kaolin Al2O3/SiO2 (OH)2 1. Komponen adonan badan produk


keramik, sanitair dan glasir (Pengatur
Plastisitas).
2. Bahan Pemutih, pengkilap, penghalus
dan penghaus pada pelapis kertas.
3. Bahan Pengikat seperti absorpsi dan
pengisi seperti kosmetik.

10 Pasir SiO2 1. Agregat, bahan konstruksi bangunan.


kuarsa 2. Komponen utama produksi gelas,
keramik.
3. Berbagai fungsi kekerasan dengan
ukuran halus.

11 Zeolit (NaKa)Mg, Ca, 1. Agent pertukaran ion filtrasi, absorpsi,


FeAl2O3/SiO2nH2O pemisahan, katalis.
2. Bahan pengisi dan substitusi.

15
2.7 Peranan Bahan Galian Industri dalam Perekonomian
Dalam perekonomian, bahan galian industri memiliki peran sebagai berikut:
1. Sektor Pertambangan bahan galian industri dapat memberikan nilai tambah
bagi sektor ekonomi lainnya. Pengganda surplus 2,30 dapat menjadi daya
tarik bagi para investor menanamkan modalnya. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan tabel dibawah.

Sumber: Mikdad, Ukar Wijaya, Srwi Widayati. Analisis Sektor Pertambangan BGI dalam Upaya
Mendukung Perekonomian Provinsi Jawa Barat
Pengganda surplus itu sendiri digunakan untuk menentukan urutan atau
prioritas suatu sektor dalam berinvestasi dengan menghasilkan nilai tambah
optimum. Untuk hasil pengganda surplus pertambangan bahan galian industri,
berada pada urutan ke-4. Pengganda ini menunjukan perlunya pengembangan
pertambangan bahan galian industri di daerah tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Achmadin. Kegunaan Batu Bentonit. Dalam


https://achmadinblog.wordpress.com/2010/11/30/bentonit/ (Diakses tanggal 19
Maret 2018).

Carlson, Liisa. 2004. Bentonite Mineralogy. Finlandia : Posiva OY.

17
Darima, Wilners. Bahan Galian Industri. Dalam
http://www.academia.edu/7893083/BAHAN_GALIAN_INDUSTRI (Diakses tanggal
19 Maret 2018 )

Fatra, Abdi. Persebaran Batu Bentonit di Indonesia. Dalam


https://www.scribd.com/doc/178645321/bentonit (Diakses tanggal 19 Maret
2018).

NN. Genesa Batu Kapur. Dalam www.geologinesia.com (Diakses tanggal 20 Maret


2018).

NN. Persebaran Batu Kapur di Indonesia. Dalam batukapurlimestone.wordpress.com


(Diakses tanggal 20 Maret 2018).

Permana, Dicky. Genesa Batu Bentonit. Dalam


https://www.scribd.com/document/240502299/makalah-bentonit (Diakses tanggal
20 Maret 2018).

Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Dalam


https://www.scribd.com/document/325074104/1311-Bahan-Galian-Industri-pdf#
(Diakses tanggal 20 Maret 2018).
Universitas Gadjah Mada. Dampak Ekonomi Penambangan Batu Kapur’. Dalam
http://etd.repository.ugm.ac.id (Diakses tanggal 20 Maret 2018).

18

Anda mungkin juga menyukai