Anda di halaman 1dari 32

Bahan –Bahan Galian Yang Digunakan dalam Konstruksi Teknik Kimia

Bahan Konstruksi Teknik Kimia

Disusun oleh:
Kelompok 9
Hotnauli Tri Damayanti Manullang (2015041046)
Ade Ayu Andiny (2015041056)
Wahyu Christian Marpaung (2015041068)
Salsabila Salwa Yusriandi (2015041070)
Devi Amelia (2015041072)

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kami haturkan puji dan
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga kami masih
diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan makalah bahan konstruksi teknik kimia yang
berjudul Bahan-bahan galian yang digunakan dalam konstruksi teknik kimia. Semoga kita semua selalu
diberikan kesehatan dan dilindungi oleh-Nya di masa pandemi covid 19 seperti saat ini.

Makalah “Bahan-Bahan Galian Yang Digunakan dalam Konstruksi Teknik Kimia” disusun guna
memenuhi tugas Ibu Panca Nugrahini F., S.T., M.T. pada mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia di
Universitas Lampung. Selain itu, kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Panca Nugrahini F., S.T., M.T.
Selaku dosen mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia yang telah memberikan tugas ini, sehingga kami
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh seorang penulis.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi penulisan, tata bahasa dan
susunan kalimat. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan utuk
menyusun makalah yang lebih baik lagi. Kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini
dan kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat serta memperluas wawasan pembaca.

Bandarlampung, 5 april 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………………..……1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..…2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……………..….3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

1.1. Tujuan............................................................................................................................4
1.2. Kompetensi Umum........................................................................................................4
1.3. Kompetensi Khusus.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5

2.1 Pengertian Bahan Galian.....................................................................................................5


2.2 Penggologan Bahan Galian Dan Bahan Galian Industri……………………………5
2.2.1 Penggolongan Bahan Galian………………………………………………………... 5
2.2.2 Bahan Galian Golongan C …………………………………………………...…..….8
2.2.3 Bahan Galian Industri………………………………………………………………..12
2.2.4 Bahan Galian Di Indonesia Dan Manfaatnya………………………………………..29
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………..31

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..31
DAFTAR PUSTAKA………………………..……………………………………………….……32

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui pengertian bahan galian
2. Untuk mengetahui penggolongan dari bahan galian
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari bahan galian
4. Untuk mengetahui manfaat dari bahan galian

1.2 Kompetensi Umum

Makalah ini dibuat guna menambah pengetahuan dan wawasan tentang bahan-bahan galian yang
digunakan dalam konstruksi teknik kimia secara mendalam .Ternyata kita akan mengetahui pengertian bahan
galian, penggolongan dan jenis-jenis dari bahan galian serta manfaat dari bahan galian untuk kebutuhan
manusia.Bahan galian sendiri sangat bermanfaat dalam kehidupan khususnya pada bidang industri serta
bentuk produk dari bahan galian bermacam-macam berdasarkan kebutuhannya.

1.3 Kompetensi Khusus

Dengan membuat makalah ini, kami diajarkan mandiri untuk menemukan sumber pembelajaran dan tidak
bergantung pada dosen mata kuliah untuk memberikan materi, memahami materi yang menjadi pembahasan,
melatih kami untuk melakukan analisis serta riset terhadap materi yang akan disampaikan baik untuk
pembaca ataupun dosen yang dituju, serta memberikan peran serta aktif kepada mahasiswa/i dalam proses
pembelajaran, khususnya pada mata kuliah Bahan Konstruksi Teknik Kimia.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah bahan konstruksi teknik kimia
berupa melakukan diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi yang dijadikan makalah dan juga file
powerpoint (PPT) dengan materi bahaa-bahan gakian yang digunakan dalam konstruksi teknik kimia. Tugas
ini menjadi sebuah kewajiban bagi kami yang harus dipenuhi dalam rangka pembelajaran bahan konstruksi
teknik kimia. Dengan membuat makalah ini kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan pada bidang
yang ditekuni penulis.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahan Galian

Planet Bumi adalah planet di tata surya yang menyimpan banyak kekayaan yang berlipat ganda. Kekayaan
di Bumi bukan hanya terdapat di atas permukaan Bumi atau di kerak Bumi, namun kekayaan planet Bumi
juga terdapat di dalam Bumi atau di inti Bumi. Biasanya kita menyebaut tentang kekayaan yang diperoleh
dari perut Bumi sebagai barang tambang atau ada juga yang menyebutnya sebagai bahan galian. Barang
tambang maupun bahan galian jenisnya ada banyak, beberapa diantaranya adalah biji besi, minyak bumi, gas
alam, nikel, timah, tembaga, emas, fosfat, aspal dan masih banyak lagi jenisnya. Barang tambang atau bahan
galian ini digunakan manusia untuk memenuhi kepentigannya, misalnya kepentingan akan bahan bangunan
ataupun konstruksi- konstruksi besar lainnya. Barang tambang atau bahan galian adalah suatu komoditi yang
sangat penting bagi suatu negara, dan bisa menjadi komoditas ekspor yang utama. Barang tambang atau
bahan galian memiliki banyak jenis. Jenis- jenis barang tambang atau bahan gaian ini berbeda- beda. Selain
jenisnya yang berbeda- beda, tentu bahan galian pun memiliki fungsi yang berbeda- beda pula. Semua ini
disesuaikan dengan jenis dari bahan galian tersebut.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa bahan galian juga dikenal sebagai bahan- bahan hasil
dari pertambangan yang diperoleh dengan cara pelepasan dari batuan induknya yang berada di dalam kerak
Bumi. Bahan- bahan galian ini biasanya terdiri dari berbagai jenis mineral. Mineral sendiri merupakan bahan
kandungan yang ada di dalam kerak Bumi yang bisa berupa benda padat, cair maupun gas. Mineral ini
terbentuk dari material- material yang homogen, yang terbentuk di dalam kerak Bumi secara alami dari
bahan- bahan yang anorganis namun memiliki komposisi kimia tertentu dengan struktur atom dan sifat fisik
yang sama. Nah, kurang lebih seperti itulah pengertian dari bahan galian atau barang tambang. Bahan galian
ini diklasifikasikan menjadi beberapa golongan.

2.2 Penggologan Bahan Galian Dan Bahan Galian Industri


2.2.1 Penggolongan Bahan Galian

1. Penggolongan bahan galian berdasarkan Pemanfaatannya

Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas tiga golongan :

 Bahan galian Logam / Bijih (Ore); merupakan bahan galian yang bila dioleh dengan teknologi
tertentu akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah, besi, tembaga, nikel, emas,
perak, seng, dll.

 Bukan bijih; Sebagian bahan bukan logam , contohnya adalah belerang, fosfat, kaolin, kapur dan lain
sebagainya.
 Bahan galian Energi; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi, misalnya batubara
dan minyak bumi.
 Bahan galian Industri; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes,
aspal, bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin, zeolit, tras.

2. Penggolongan bahan galian di Republik Indonesia

5
Di Indonesia penggolongan bahan galian dapat dilihat dalam Undang-Undang No 11 tahun 1967
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Dalam UU ini, bahan galian dibagi atas tiga
golongan :
 Golongan bahan galian strategis (Golongan A)
 Golongan bahan galian vital (Golongan B)
 Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam Golongan A atau B.

3. Penggolongan berdasarkan Mineral ekonominya

Bahan galian dibedakan menjadi 3 golongan antara lain adalah:

a. Metalic mineral

Metalic mineral ini masih dibagi menjadi dua lagi yaitu:

 Precious metal, seperti tembaga, seng, dan timah.


 Steel industry, seperti besi, nikel, chromium, mangan, tungsten, dan juga vanadium.
 Electronic industry, seperti cadmium, bismuth, dan germanium.
 Radio active, seperti uranium dan radium.

b. Non- metalic mineral

Non metalic mineral dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

 Isolator, seperti mika dan asbes


 Refractory material, seperti silica, alumina, zircon dan grafit
 General industry mineral seperti fosfat, belerang, batu gamping, garam, barit, borax, magnesit,
gypsum dan juga clay.

c. Fuel mineral

Fuel mineral dibedakan menjadi dua jenis antara lain:

 Solid (zat padat), seperti coal, lignite, dan juga oil shale
 Liquid (zat cair), seperti minyak bumi.

4. Penggolongan berdasarkan cara terbentuknya

Bahan galian dapat dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu:


1) Bahan galian magmatik

Bahan galian magmatik merupakan bahan galian yang terjadi dari magma dan bertempat di dalam atau
berhubungan dan dekat dengan magma.

2) Bahan galian pematit

Bahan galian pematit merupakan bahan yang terbentuk di dalam diatrema dan dalam pembentukan
instrusi yang disebut gang atau apofisa.

6
3) Bahan galian hasil pengendapan 

Bahan yang berada di dasar sungai atau genangan air melalui proses pelarutan pada batuan hasil
pelapukan.

4) Bahan galian hasil pengayaan sekunder

Bahan galian hasil pengayaan sekunder yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena proses pelarutan
pada batuan hasil pelapukan

5) Bahan galian hasil metamorfosis kontak

Bahan galian hasil metamorfosis kontak merupakan batuan di sekitar magma yang berubah menjadi
mineral ekonomik.

6) Bahan galian hidrotermal

Bahan galian hidrotermal merupakan resapan magma cair yang membeku di celah- celah struktur lapisan
bumi atau yang berada pada lapisan yang bersuhu relatif rendah dibawah 500 derajat Celcius.

4. Penggolongan bahan-bahan galian didasari pada :

a. Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara;

b. Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese);

c. Penggunaan bahan galian bagi industri;

d. Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak;

e. Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha;

f. Penyebaran pembangunan di Daerah

Selanjutnya UU 11/1967 ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Tentang Penggolongan Bahan
Galian (PP No 27/1980), yang menyatakan sebagai berikut:

a. Golongan bahan galian yang strategis adalah:

- minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;

- bitumen padat, aspal; - antrasit, batubara, batubara muda;

- uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya;

- nikel, kobalt;

- timah

b. Golongan bahan galian yang vital adalah:

- besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;


7
- bauksit, tembaga, timbal, seng; - emas, platina, perak, air raksa, intan;

- arsin, antimon, bismut;

- yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;

- berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;

- kriolit, fluorpar, barit;

- yodium, brom, khlor, belerang;

c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah:

- nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite);

- asbes, talk, mika, grafit, magnesit;

- yarosit, leusit, tawas (alum), oker;

- batu permata, batu setengah permata;

- pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit;

- batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth);

- marmer, batu tulis;

- batu kapur, dolomit, kalsit;

- granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral
golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

Sementara itu, dalam bagian penjelasan, dicantumkan bahwa arti penggolongan bahan-bahan galian
adalah :

a. Bahan galian Strategis berarti strategis untuk Pertahanan dan Keamanan serta Perekonomian Negara;

b. Bahan galian Vital berarti dapat menjamin hajat hidup orang banyak;

c. Bahan galian yang tidak termasuk bahan galian Strategis dan Vital berarti karena sifatnya tidak
langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional.

2.1.2 Bahan Galian Golongan C

Bahan galian diklasifikasikan menjadi 3 macam golongan, antara lain bahan galian golongan A, B dan C
(tanah, pasir, kerikil, sesuai dengan UU no. 11 Tahun 1967. Bahan Galian Golongan C merupakan usaha
penambangan yang berupa tambang marmer, kaolin, granit dan masih ada beberapa jenis lainnya. Usaha di
bidang pertambangan adakalanya menimbulkan masalah. Masalah pertambangan tidak saja merupakan
masalah tambangnya, akan tetapi juga menyangkut mengenai masalah lingkungan hidup. Di dalam
pengelolaan lingkungan berasaskan pelestarian kemampuan agar hubungan manusia dengan lingkungannya
selalu berada pada kondisi optimum, dalam arti manusia dapat memanfaatkan sumber daya dengan
dilakukan secara terkendali dan lingkungannya mampu menciptakan sumbernya untuk dibudidayakan.

8
Pengeloalaan lingkungan hidup bertujuan untuk tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya, terkendalinya pemanfaatan
sumber daya secara bijaksana, terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup,
terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan
mendatang.

Dari beberapa jenis bahan galian golongan C yang paling banyak penambangannya dilakukan adalah
pasir, kerikil, batu kali dan tanah urug. Usaha penambangan  terutama tanah urug tersebut harus mendapat
perhatian serius, karena sering kali usaha penambangan tersebut dilakukan dengan kurang memperhatikan
akibatnya terhadap lingkungan hidup. Pada umumnya pengusaha penambangan bahan galian golongan C
melakukan kegiatan penambangan  memakai alat berat. Dalam pemakaian alat-alat berat inilah yang
mengakibatkan terdapatnya lubang-lubang besar bekas galian yang kedalamannya mencapai 3 sampai 4
meter, dan apabila bekas galian ini tidak direklamasi oleh pengusaha mengakibatkan lingkungan sekitarnya
menjadi rusak.

Akibat penambangan bahan galian golongan C ini, dapat mengakibatkan terjadinya pengikisan terhadap
humus tanah, yaitu lapisan teratas dari permukaan tanah yang dapat mengandung bahan organik yang
disebut dengan unsur hara dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik lapisan ini disebut olah
yang merupakan daerah utama bagi tanaman. Lapisan olah ini tempat hidupnya tumbuh-tumbuhan dan
berfungsi sebagai perangsang akar untuk menjalar ke lapisan bawah. Lapisan ini banyak digunakan oleh
masyarakat untuk menyuburkan pekarangan rumahnya. Selain itu terjadinya lubang-lubang yang besar akan
mengakibatkan lahan itu tidak dapat dipergunakan lagi (menjadi lahan yang tidak produktif), pada saat
musim hujan lubang-lubang itu digenangi air yang potensial menjadi sumber penyakit karena menjadi
sarang-sarang nyamuk.

A. Proses Kegiatan Pertambangan

Pada umumnya proses pembukaan lahan tambang dimulai dengan pembuatan jalan masuk, pembersihan
lahan (land clearing) yaitu menyingkirkan dan menghilangkan penutup lahan berupa vegetasi, tumbuhan
perdu dan pohon-pohon, kemudian dilanjutkan dengan penggalian dan pengupasan tanah bagian atas (top
soil) atau dikenal sebagai tanah pucuk. Setelah itu dilanjutkan kemudian dengan pengupasan batuan penutup
(overburden), tergantung pada kedalaman bahan tambang berada. Proses tersebut secara nyata akan merubah
bentuk topografi dari suatu lahan, baik dari lahan yg berbukit menjadi datar maupun membentuk lubang besar
dan dalam pada permukaan lahan khususnya terjadi pada jenis surface mining. Dari setiap tahapan kegiatan
berpotensi menimbulkan kerusakan lahan.

Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca
pertambangan. Dampak yang ditimbulkan akan berbeda pada setiap jenis pertambangan, tergantung pada
metode dan teknologi yang digunakan (Direktorat Sumber Daya Mineral dan Pertambangan, 2003).
Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi disebabkan oleh perusahaan tambang yang menyimpang dari
ketentuan yang berlaku dan adanya penambangan tanpa izin (PETI) yang melakukan proses penambangan
secara liar dan tidak ramah lingkungan ( Kementerian Lingkungan Hidup, 2002 ). Semakin besar skala
kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat
kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula
(Dyahwanti, 2007).

B. Akibat Dilakunnya Penambangan Galian C


9
1. Perubahan vegetasi penutup

Proses land clearing pada saat operasi pertambangan dimulai menghasilkan dampak lingkungan yang
sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan pertambangan yang dilakukan di dalam
kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi akan berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman
hayati (biodiversity) dan habitat satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi terbuka dan akan
memperbesar erosi dan sedimentasi pada saat musim hujan.

2. Perubahan topograf

Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang. Areal yang berubah
umumnya lebih luas dari dari lubang tambang karena digunakan untuk menumpuk hasil galian (tanah pucuk
dan overburden) dan pembangunan infrastruktur. Hal ini sering menjadi masalah pada perusahaan tambang
kecil karena keterbatasan lahan (Iskandar, 2010). Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan
topografi yang tidak teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar laju aliran permukaan dan
meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam
sekejap dapat berubah akibat aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan yang
semula.

3. Perubahan pola hidrologi.

Kondisi hidrologi daerah sekitar tambang terbuka mengalami perubahan akibatnya hilangnya vegetasi
yang merupakan salah satu kunci dalam siklus hidrologi. Ditambah lagi pada sistem penambangan terbuka
saat beroperasi, air dipompa lewat sumur-sumur bor untuk mengeringkan areal yang dieksploitasi untuk
memudahkan pengambilan bahan tambang. Setelah tambang tidak beroperasi, aktivitas sumur pompa
dihentikan maka tinggi muka air tanah (ground water table) berubah yang mengindikasikan pengurangan
cadangan air tanah untuk keperluan lain dan berpotensi tercemarnya badan air akibat tersingkapnya batuan
yang mengandung sulfida sehingga kualitasnya menurun (Ptacek, et.al, 2001).

4. Kerusakan tubuh tanah.

Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan kembali tanah pucuk untuk
proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak
teratur sehingga akan mengganggu kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah (Iskandar, 2010). Hal ini
tentunya membuat tanah sebagai media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan
tanpa adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik oleh hujan maupun angin, 
terkikisnya lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk menyokong kelangsungan hidup
mikroba tanah potensial, merupakan salah satu penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba
tanah yang berfungsi penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung mempengaruhi
kehidupan tanaman. Selain itu dengan mobilitas operasi alat berat di atas tanah mengakibatkan terjadinya
pemadatan tanah. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air
(water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara langsung dapat membawa
dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Proses pengupasan tanah dan batuan yang menutupi
bahan tambang juga akan berdampak pada kerusakan tubuh tanah dan lingkungan sekitarnya. Menurut
Suprapto (2008) membongkar dan memindahkan batuan mengandung sulfida (overburden) menyebabkan
terbukanya mineral sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terekspos pada udara bebas mineral sulfida
akan teroksidasi dan terlarutkan dalam air membentuk Air Asam Tambang (AAT). AAT berpotensi
melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang
akan menurunkan kualitas lingkungan.

10
5. Penurunan Kualitas Udara

Banyaknya penggunaan alat berat dalam proses penambangan akan menghasilkan emisi gas buang, selain
itu penggunaan kendaraan dalam proses pengangkutan material tambang juga menghasilkan emisi gas buang
serta mengakibatkan peningkatan jumlah partikel debu terutama pada musim kemarau. Sehingga dalam kurun
waktu yang lama akan terjadi perubahan kualitas lingkungan terutama kualitas udara, baik dilokasi
penambangan maupun di jalur yang dilewati oleh kendaraan pengangkut material tambang.
Selain itu, kegiatan penambangan dapat pula menimbulkan dampak social dan Ekonomi masyarakat yang
nantinya memberikan pengaruh yang cukup besar sehingga mengesampingkan dampak terhadap pembanguan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Antara lain :
1) Pengurangan jumlah pengangguran karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di
penambangan, baik sebagai pengawas, buruh tambang, penjual makanan dan minuman .
2) Adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk penambangan dengan harga
tinggi. Tanah yang semula tidak menghasilkan menjadi bermanfaat karena dipakai untuk
penambangan.
3) Banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan konflik.

Adanya ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan yang berpotensi longsor sehingga sewaktu-
waktu bisa mengenai lahan dan pemukiman mereka, apalagi bila turun hujan.

C. Reklamasi Dan Rehabilitasi


          
Berbagai dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan pada dasarnya dapat diminimalisir memalui
proses akhir dari aktivitas pertambangan yaitu reklamasi dan penutupan tambang (mining closure) dengan
baik dan sesuai prosedur. Setiap perusahaan tambang wajib melakukan hal tersebut sebagaimana telah diatur
oleh pemerintah (Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008). Reklamasi
adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat
kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya serta terjaminnya
kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang. Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan seratus persen
sama dengan kondisi rona awal. Sebuah lahan atau gunung yang dikupas untuk diambil isinya hingga
kedalaman ratusan meter, walaupun sistem gali timbun (back filling) diterapkan tetap akan meninggalkan
lubang besar seperti danau (Herlina, 2004).

Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus
dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat
diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati. Namun
kebanyakan pemrakarsa kegiatan pertambangan kurang memperhatikan prosedur reklamasi dan rehabilitasi.
Kegiatan rehabilitasi dilakukan merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur
pertambangan sampai pasca tambang. Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang
alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan
lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan
produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan
pasca tambang sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan
keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan
agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.

D. Rekomendasi

1) Perlu adanya penyusunan zonasi pertambangan yang memuat lokasi-lokasi yang dicadangkan untuk
penambangan berdasarkan keberadaan deposit bahan tambang dan pertimbangan ekologis.

11
2) Perlu adanya iuran reklamasi dalam bentuk jaminan reklamasi untuk penambang sehingga mereka
mempunyai rasa tanggung jawab untuk melaksanakan penataan lahan pasca penambangan, dimana
jika reklamasi tidak dilakukan dengan benar maka dana jaminan dapat digunakan untuk pengelolaan
lingkungan.
3) Pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup lahan bekas penambangan bahan
galian golongan C agar lebih ditingkatkan, terutama frekuensi pemantauannya.

2.1.3 Bahan Galian Industri


1.Penggolongan bahan galian industri berdasarkan cara terbentuknya

A.    Kelompok Bahan Galian Industri yang Berhubungan Dengan Batuan Sedimen

Kelompok Bahan Galian ini dibagi Menjadi Dua Kelompok yaitu  sub kelompok A yang merupakan
bahan galian industri yang berkaitan dengan batu gamping dan Sub kelompok B yang merupakan bahan
galian industri yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya.

1. Sub Kelompok A

a. Batu Gamping

Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau
secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari
pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka
binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam,
tergantung keberadaan mineral pengotornya.

Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan,
industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain. Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir
merata di seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera
Barat.

Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh sebab itu teknik
penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk Quarry tipe sisi bukit (Side hill type).

b. Dolomit

Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6%
MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis
meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di
alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping,
kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga  pengotor,  terutama  ion besi.
Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batugamping,
yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan
mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan.

Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit. Kadang-kadang
penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping atau magnesit untuk suatu
industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di alam. Madiapoera, T
12
(1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat
juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan
batugamping. Penambangan dolomit dilakukan sama dengan penambangan batu gamping.

c. Kalsit

Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari
kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak
berwarna dan transparan. Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk
prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros,
koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender,
hijau pucat, abu-abu, dan hitam.

Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya. Kalsit terdapat
di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat
datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di daerah
Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).
Proses penambangan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan secara sederhana antara lain gancu dan
linggis.

d. Marmer

Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping.
Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada
batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi. Akibat rekristalisasi struktur asal batuan
membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta
tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.

Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe
ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja,
dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung. Proses
penambangan marmer dilakukan secara sederhana dengan peralatan sederhana seperti gergaji.

e. Oniks

Endapan oniks mempunyai komposisi kimia CaCO3 terdiri dari mineral kalsit yang berlapis dengan
ketebalan dan pola yang bervariasi. Umumnya berwarna putih kekuningan dan agak bening sehingga tembus
pandang. Oniks terjadi pada rongga atau tekanan batu gamping yang berasal dari larutan kalsium karbonat
baik yang terjadi pada temperatur panas atau dingin. Bila oniks ini terkena proses metamorfose maka akan
terbentuk oniks marmer. Seperti marmer, oniks tidak tahan terhadap larutan asam oleh sebab itu disarankan
jangan sampai terkena air hujan.

Oniks biasanya dimanfaatkan sebagai hiasan seperti asbak, vas, lampu duduk/ gantung atau bentuk
dekorasi lainnya. Endapan oniks yang sudah diketahui keberadaannya yaitu didaerah jawa barat (Ciniru,
kabupaten kuningan), Jawa tengah (Daerah wirosari), dan beberapa daerah jawa timur. Proses penambangan
yang dilakukan sama seperti penambangan marmer.
13
f. Fosfat

Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor ekonomis.
Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau triphosphate of lime
(TPL),atau berdasarkan kandungan     P2O5. Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida
fosfatnya terdapat dalam mineral apatit (Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma.
Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks
dan sienit. Sifat fisik yang dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan
kekerasan 5 H. Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat
diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam.

Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk
fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau K2O).
Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air sehingga sulit
diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan.
Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan guano (kadar P2O5= 0,17-43
%). Keterdapatannya di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah Sumatera Utara, Kalimantan, dan Irian Jaya. Proses
penambangan dilakukan dengan cara sederhana dengan peralatan sederhana.

g. Rijang

Rijang (SiO2) Terbentuk dari proses replacement terhadap batu gamping oleh silika organik atau
anorganik. Rijang berbutir sangat halus umumnya berwarna kehijauan atau kehitaman, nilai kekerasannya 7.
Rijang banyak tersebar diwilayah indonesia diantaranya daerah Istimewa aceh, Jawa barat, Jawa tengah, Jawa
timur, Kalimantan barat, Kalimantan selatan, Sulawesi selatan, Nusa tenggara timur.

Rijang termasuk sebagai bahan batu setengah permata. Oleh sebab itu kebanyakan dibentuk sebagai
hiasan (ornament). Proses penambangan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti
linggis.

h. Gipsum

Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin
spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain, seperti warna kuning,
abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum.
Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis 2,31 – 2,35,
kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun lagi ketika
suhu semakin tinggi.

Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan
garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika
salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-
batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk
endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gypsum banyak digunakan sebagai bahan
tambahan semen portland, serta alat kesehatan dan kimia. Sistem penambangan yang dilakukan dengan
menggunakan sistem quarry.

14
2.  Sub Kelompok B

a. Bentonit

Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan
termasuk kelompok dioktohedral.  Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P.
Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya
terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di
Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan
Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.
         Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya mampu
membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai
bahan penyerap. Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit,
sepiolit dan lempung lain yang telah diaktifkan.
          Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan
terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai persyaratan sebagai bahan
lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu dapat dilakukan melalui
aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.Dikarenakan bentonit bersifat lunak, oleh karena itu
penambangannya bisa dilakukan dengan sistem quarry atau dengan peralatan sederhana.

b. Ball Clay dan Bond Clay

Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna,
ilit, kuarsa dan mineral lain yang mengandung karbon. Apabila sifat-sifat fisik ball clay tersebut lebih rendah
dari standart maka lempung tersebut disebut bond clay.

Ball clay dan Bond clay hampir tersebar merata diseluruh indonesia. Sistem penambangnnya dengan
system quarry mining. Ball clay dan Bond clay banyak digunakan untuk bahan industri keramik dan bata
tahan api, Campuran makanan ternak, Sebagai bahan vulkanisir dalam industri karet.

a. Fire Clay

Fire clay adalah mineral yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna, dengan
mengandung sedikit mika atau ilit, kuarsa, dan mineral lempung yang bersifat lunak dan tidak mempunyai
perlapisan. Lempung tersebut mempunyai nilai PCE >19, sehingga tahan terhadap suhu tinggi (>15000 C)
tanpa adanya pembentukan masa gelas. Fireclay terbentuk karena soil yang tertimbun oleh sedimen lain di
daratan atau cekungan lakustrin ataupun delta yang umumnya mengandung batubara.
        Penggunaan fire clay terutama untuk refraktori, isolator, dll. Potensi fireclay terdapat di Sumatera
Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Teknik penambangan
yang digunakan dengan sistem quarry dan penambangan sederhana, dengan peralatan sederhana seperti
linggis.

d. Zeolit

Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur utama yang terdiri dari kation
alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh
molekul air. Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik
15
dengan air pori atau air meteorik. Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water treatment, pembersih
limbah cair dan rumah tangga, untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri kosmetik, industri
farmasi, dan lain-lain.

Zeolit terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai cadangan zeolit sangat
besar dan berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan Lampung. Sistem penambangan yang
digunakan dengan menggunakan sistem quarry.

e. Diatomea

Diatomit atau tanah diatomea adalah suatu batuan sedimen silika, yang secara geologi terbentuk dari
akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka diatomea (fosil tumbuhan air atau binatang kersik atau
ganggang bersel tunggal) dan terendapkan di danau atau non marin.

Diatomit mempunyai sifat porous, permeabel, ringan, mudah pecah, dan abrasif, densitas ruah 0,5 – 1
ton/m3, berat jenis, 2 – 2,3, porositas < 90%, dan kandungan cangbangl 1,7 – 30 juta/cm3, dengan ukuran
0,001 – 0,4 mm. Sebagian diatomit berwarna putih atau abu-abu, akan tetapi ada juga yang berwarna kuning,
coklat, merah muda, hitam, dan hijau, yang tergantung dari unsur pengotornya. Secara kimia, komposisi
utama diatomit adalah silika, tetapi ada unsure lainnya seperti alumina, besi oksida, magnesium, sodium,
potassium oksida, titanium oksida, fosfat, dan kalsium oksida. Potensi endapan diatomea di Indonesia
tersebar di berbagai tempat, antara lain di Sumatera Utara, Pulau Jawa, dan Maluku Utara. Sistem
penambangan yang digunakan dengan sistem Quarry mining.

f. Yodium

Yodium biasanya terjadi di alam hanya sebagai yodat dan yodida atau kombinasi keduanya. Unsur
yodium dalam kerak bumi, diantaranya adalah lautarit (IO3)2 atau kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2
(CrO4) atau kalsium yodat kromat. Keberadaan yodium di Indonesia tidak jauh berbeda kondisi
kegeologiannya dengan keberadaan air dan minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba yang
mengan-dung yodium dengan berbagai variasi dalam suatu endapan permeabel yang terjebak bagian atas dan
bawahnya oleh lapisan impermeabel.
      Dalam industri farmasi yodium dimanfaatkan sebagai bahan baku utama untuk tingtur (larutan obat dalam
alkohol), kesehatan (sanitary), industri desinfektan, dan herbisida. Yodium digunakan dalam garam rakyat
untuk meningkatkan kualitas garam tersebut agar layak dan sehat untuk dikonsumsi.

Potensi yodium di Indonesia berdasarkan Tushadi Madiadipoera (1990) tersebar di beberapa lokasi
dengan cadangan yang umumnya masih sumberdaya. Kandungannya berkisar dari yang terkecil hingga
mencapai 182 mg/lt. Di beberapa tempat, muncul sebagai air lolosan (seepage) dengan debit 0,5 – 170
m3/hari. Lokasi cadangan yodium yang sudah dieksploitasi adalah di Watokadon Mojokerto, Jawa Timur
dengan kapasitas 400 - 600 kl/air asin/hari dan mutu sekitar 112 - 182 mg/lt. Yodium di daerah ini terdapat
dalam Formasi Kalibeng umur Miosen. Sistem penambangan dilakukan dengan pengeboran hingga diperoleh
yodium.

g. Mangan

Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah
pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan
residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6,
16
berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous dan radial.
Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam cebakan bijih
adalah bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah
rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.

Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter,
cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan akumulasi
residu. Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja,
sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering,
keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.

Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar
di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau
Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Sistem penambangan yang digunakan
dengan tambang terbuka secara gophering.

h. Feldspar

Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur tektosilikat yang
menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetraheral SiO2 yang dipakai juga oleh struktur
tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang
masuk ke dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh aluminium.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara kimiawi dibagi menjadi
empat kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium felspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar
(CaAl2Si2O8) dan barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar dikelompokkan
menjadi plagioklas dan K-felspar.

Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan melidah yang kembar (lamellar twinning)
bila sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara mikroskopis. Sifat optis yang progresif sejalan dengan
berubahnya komposisi mineralogi memudahkan dalam identifikasi mineral-mineral felspar yang termasuk ke
dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas banyak ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali
(granit, sienit). Andesin dan oligoklas terdapat pada batuan intermediate seperti diorit sedangkan labradorit,
bitownit dan anortit biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.

Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan felspar olahan untuk
keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai
spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling
banyak mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.

Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia, sebaran material ini terdapat hampir di seluruh
negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain tergantung jenis endapan,
primer atau sekunder. Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan terukur
(proved), tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing sebesar 271.693, 11.728 dan 56.561 ribu
ton. Sistem penambangan dilakukan dengan Quarry mining dan benching system.

B. Kelompok BGI yang berhubungan dengan batuan gunung api

17
1.Obsidian

Merupakan jenis batuan  beku luar, hasil pembekuan magma yang kaya silika. Pembekuan terjadi
demikian cepat sehingga mineral pembentuknya tidak dapat mengkristal dengan baik dan kedudukan
kristalnya tidak beraturan. Obsidian berwarna putih keabu-abuan hingga hitam. Kekerasannya 6, berat jenis
3-3,5 memiliki sifat pecahan konkoidal.

Obsidian dapat ditemukan didaerah pegunungan seperti jambi, jawa barat, lampung, sulawesi urata
hingga irian jaya. Penambangan obsidian menggunakan metode Quarry dengan peralatan sederhana. Obsidian
dimanfaatkan untuk pondasi bangunan, dimanfaatkan sebagi batu mulia, serta bahan perlit rekayasa.

2. Perlit

Perlit terbentuk karena pembekuan magma asam yang tiba-tiba dengan tekanan tinggi dalam suasana
basah. Komposisi utama adalah mineral silikat berbutir halus. Warnanya abu-abu muda hingga abu-abu
kehitaman. Perlit banyak ditemukan didaerah Sumatera utara, Sumatera barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera
selatan, Lampung, jawa barat, Nusa tenggara timur dan sulawesi utara.

Perlit banyak dimanfaatkan sebagi bahan bangunan dan bila dalam bentuk ukuran pasir digunakan seebagai
penyaring air. Proses penambangan dengan tambang terbuka menggunakan alat sederhana.

3. Pumice

Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari
gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas volkanik silikat. Batuan ini
terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian
mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Sehingga
menyebabkan Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat
dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.

Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O,
K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 – 960
kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound transmission)
rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal conductivity) rendah, dan
ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.

Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai Tersier.
Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate. Batu apung banyak
dimanfaatkan sebagi bahan bangunan dan bahan industri. Metode penambangan yang digunakan untuk
menambang batu apung yaitu metode tambang terbuka dengan alat sederhana.

4. Tras

Tras disebut pula sebagi pozolan, merupakan bahan galian yang cukup banyak mengandung silika amorf
yang dapat larut di air/larutan asam. Tras terbentuk akibat aktivitas vulkanik.

Tras banyak ditemukan didaerah aceh, smatera utara, sumatera barat, jambi, bengkulu, lampung, jawa
barat, Jawa tengah, jawa timur, bali, nusa tenggara timut, nusa tenggara barat, sulawesi utara dan sulawesi
selatan. Pemanfaatan tras banyak sebagai batako, semen rakyat dengan penambahan kapur tohor, serta
18
porselen lantai. Sistem penambangan tras menggunakan metode tambang terbuka dengan peralatan
sederhana.

5. Belerang

Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme, sifat-sifat fisik belerang
adalah : Kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh unsur
pengotornya. Berat jenis : 2,05 - 2,09, kekerasan : 1,5 - 2,5 (skala Mohs), Ketahanan : getas/mudah hancur
(brittle), pecahan :berbentuk konkoidal dan tidak rata. Kilap : damar Gores : berwarna putih. Sifat belerang
lainnya adalah : tidak larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC.

Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak
bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan
fotografi, industri logam dan besi baja.

Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia saat ini baru diketahui di enam propinsi, dengan total
cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung
berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya
belerang sublimasi dapat dianggap tidak terbatas. Proses penambangannya dengan metode tambang terbuka
dengan menggunakan peralatan sderhana.

6. Trakhit

Merupakan batuan beku luar, kristalnya relatif kecil mempunyai komposisi mineral seperti granit tetapi
tanpa mineral kuarsa, mineral utamanya adalah mineral feldspar jenis ortoklas. Warnanya kuning muda
hingga abu-abu, berat jenis 2,1-2,3.

Trakhit banyak ditemukan didaerah bengkulu, sumatera selatan, lampung, jawa tengah, jawa timur,
sulawesi selatan. Pemanfaatannya banyak untuk keperluan pembuatan ornamen. Proses penambangannya
dengan menggunakan peralatan sederhana.

7. Kayu Terkersikan

Merupakan hasil proses permineralisasi oleh mineral silika pada tumbuhan jaringan batang tumbuhan
yang sebagian besar terdiri dari unsur. C.H.O.N.S.P.

Batuan ini banyak ditemukan didaerah sumatera selatan, jawa barat, jawa tengah dan jawa timur.
Penambanannya menggunakan peralatan sederhana pada daerah pinggiran sungai. Pemanfaatannya sebagi
ornamen.

8. Opal

Opal dengan rumus SiO2nH2O terbentuk akibat pengerasan daei agar-agar silika yang berasal dari batuan
piroklastik. Memiliki warna bervariasi dan biasa dikenal sebagai batu akik, kekerasannya 4-7 berat jenis 1,98-
2,20.

Opal banyak ditemukan didaerah jawa barat, yogyakarta, irian jaya. Opal banyak dimanfaatkan sebagai
mata cincin, kristal atau lampu. Metode penambangan yang digunakan dengan metode dan peralatan
sederhana.
19
9. Kalsedon

Kalsedon merupakan salah satu variasi mineral silika yang terbentuk oleh pengendapan bertahap sehingga
memberikan kenampakan berlapis dari larutan silika koloid tidak jenuh didalam rongga batuan tersingkap.

Kalsedon banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa tengah, jawa timur, Nusa tenggara barat, dan
maluku. Kalsedon biasa dimanfaatkan sebagai batu mulia. Penambangannya dilakukan dengan peralatan
sederhana.

10. Andesit dan Basalt

Merupakan jenis batuan beku intermedier sampai basa dipermukaan bumi. Berwarna gelap abu-abu
hingga hitam. Tahan terhadap air hujan, berat jenisnya 2,3-2,7. Batuan ini hampir tersebar diseluruh daerah
diindonesia.

Pemanfaatannya sebagai pondasi rumah. Sistem penambangan yang digunakan dengan penambangan
rakyat menggunakan alat sederhana.

11. Pasir Gunung Api

Pasir gunung api merupakan bahan lepas berukuran pasir yang dihasilkan pada saat gunung api meletus.
Banyak ditemukan diseluruh daerah pegunungan di indonesia. Pemanfaatannya sebagai bahan bangunan.
Penambangannya dengan menggunakan alat sederhana.

12. Breksi Pumice

Breksi pumice merupakan batuan piroklastik berbutir kasar berwarna abu-abu. Banyak ditemukan
didaerah pegunungan diindonesia. Dimanfaatkan sebagi batako. Penambangan dilakukan dengan tambang
terbuka menggunakan alat-alat sederhana.

C. Kelompok BGI yang berhubungan dengan intrusi plutonik

1. Granit dan Granodiorit

Batuan ini terjadi akibat proses pembekuan magma bersifat asam. Berwarna merah, coklat, abu-abu.
Tempat ditemukannya didaerah pegunungan dimana terdapat aktivitas magma. Batuan ini dimanfaatkan
sebagi sebagai lantai atau ornamen dinding. Teknik penambangan yang digunakan dengan penambangan
terbuka.

2. Gabro dan Peridotit

Gabro dan peridotit merupakan batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma ultra basa. Banyak
ditemukan didaerah indonesia bagian timur. Penggunaannya sebagai lantai dan ornamen dinding.
Penambangannya dengan menggunakan tambang terbuka.

3. Alkali Feldspar

Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi pada fase pembekuan magma yang bersifat asam dengan
kadar SiO2 tinggi unsur alkalinya (K dan Na). Kekerasannya 6. Pemanfaatannya  untuk industri keramik dan

20
gelas. Penambangannya dengan menggunakan tambang terbuka quarry mining. Hampir tersebar diseluruh
daerh diindonesia.

4. Bauksit

Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida
aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum
bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 –
36%.

Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat.
Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar
kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit
dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan
mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.

Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan
cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan.
Pemanfaatannya sebagi pembentuk alumina. Penambangnnya menggunakan sistem tambang terbuka.

5.Mika

Mika terbentuk pada akhir proses pembekuan magma yang kekentalannya rendah. Berwarna gelap
bening. Banyak Ditemukan didaerah Aceh, Sumatera utara, kalimantan barat, kalimantan tengah, sulawesi
tengah, dan irian jaya.

Pemanfaatannya banyak pada industri mesin dan listrik. Penambangannya dilakukan dengan tambang
terbuka menggunakan alat sederhana.

6. Asbes

Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga menjadi
serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi mineralnya, asbes dapat digolongkan menjadi dua bagian.
Golongan serpentin; yaitu mineral krisotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat dengan komposisi
Mg6(OH)6(Si4O11) H2O, Golongan amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit, amosit, aktinolit dan
tremolit.

Yang banyak digunakan dalam industri adalah asbes jenis krisotil. Perbedaan dalam serat asbes selain
karena panjang seratnya berlainan, juga karena sifatnya yang berbeda. Satu jenis serat asbes pada umumnya
dapat dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu dari serat yang berukuran panjang hingga yang halus.
Pembagian atas dasar dapat atau tidaknya serat asbes dipintal ialah :
1) Serat asbes yang dipintal, digunakan untuk     :

a. Kopling, tirai dan layar, gasket, sarung tangan, kantong-kantong  asbes, pelapis ketel uap,
pelapis dinding, pakaian pemadam kebakaran, pelapis rem, ban mobil, bahan tekstil asbes,
dan lain-lain.

21
b. Alat pemadam api, benang asbes, pita, tali, alat penyam-bung pipa uap, alat listrik, alat
kimia, gasket keperluan laboratorium, dan pelilit kawat  listrik.

2) Serabut yang tidak dapat dipintal terdiri atas  :

a. Semen asbes untuk pelapis tanur dan ketel serta pipanya, dinding, lantai, alat-alat kimia dan
listrik.
b. Asbes untuk atap : Kertas asbes untuk lantai dan atap, penutup pipa isolator-isolator panas
dan listrik; Dinding-dinding asbes untuk rumah dan pabrik, macam-macam isolasi, gasket,
ketel, dan tanur; Macam-macam bahan campuran lain yang menggunakan asbes sangat halus
dan kebanyakan asbes sebagai bubur.
Asbes amfibol yang biasa digunakan sebagai bahan serat tekstil adalah dari jenis varitas
krosidolit. Hal ini berhubungan dengan daya pintalnya yang sesuai dengan kebutuhan
industri tekstil. Krisotil dan antagonit termasuk ke dalam golongan asbes serpentin. Krisotil
juga merupakan jenis asbes yang sangat penting dalam industri pertekstilan.

Proses penambangan asbes dengan menggunakan tambang terbuka menggunakan peralatan sederhana.
Dan banyak ditemukan didaerah jawa tengah, halmahera, sulawesi tenggara, nusa tenggara timur, dan irian
jaya.

D.  Kelompok BGI yang berhubungan dengan endapan Residu

1.  Lempung

Lempung merupakan butir-butir halus berdasarkan tabel wentworth jika butir-butir tersebut menyatu
maka dinamkan batu lempung yang terbentuk dari proses pelapukan batuan beku sebelumnya. Dan
ditemukan hampir tersebar merata diseluruh indonesia. Metode penambangan yang digunakan ialah tambang
terbuka. Dan lempung banyak dimanfaatkan untuk pembuatan bata dan keramik.

2. Pasir Kuarsa

Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung senyawa
pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih
merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil
pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau
laut.

Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O,
berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs),
berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas
12 – 1000C.

Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai
bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri
gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan

22
sand blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan
pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya.

Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat,
Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung. Penambangannya
menggunakan metode tambang terbuka dengan sistem benching.

3. Intan

Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang terdiri dari satu unsur yaitu
carbon (C). Banyak ditemukan didaerah riau, kalimantan barat, kalimantan tengah, kalimantan timur, serta
kalimantan selatan. Intan banyak dimanfaatkan sebagi bahan perhiasan seperti berlian dan penggunaan dalam
industri sebagi alat pemotong seperti bor, mata gergaji dan lainnya.. Penambangannya dengan pembuatan
lubang dalam dimana terdapatnya intan dengan peralatan sederhana.

4. Kaolin

Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi yang
rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous
alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta. Proses pembentukan kaolin
(kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku
felspartik. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi.

Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit
(Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan
tersendiri.

Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis, mempunyai
daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.

Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi
Utara.

5. Zirkon

Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium adalah zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan
baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium.
Pada umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium sodium, mangan, dan unsur lainnya yang
menyebabkan warna pada zirkon bervariasi, seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat
kemerahan, kuning kecoklatan, dan gelap, sisitim kristal monoklin, prismatik, dipiramida, dan ditetragonal,
kilap lilin sampai logam, belahan sempurna – tidak beraturan, kekerasan 6,5 – 7,5, berat jenis 4,6 – 5,8,
indeks refraksi 1,92 – 2,19, hilang pijar 0,1%, dan titik lebur 2.5000C.

Zirkon terbentuk sebagai mineral asseccories pada batuan yang mengandung Na-feldspa (batuan beku
asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa endapan primer atau endapan sekunder.
Kegunaann zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, keramik. Potensi zirkon menyebar di Sumatera

23
Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan bagian barat. Potensi ini mengikuti penyebaran
kasiterit, yang dikenal dengan nama tin belt.

6. Korundum

Korundum dengan rumus kimia Al2O3, mempunyai kekerasan 9 Berat jenis 3,95-4,10. Warnanya
bervariasi antara lain biru, merah, abu-abu, coklat dan putih. Corundum terbentuk dari segregasi batuan yang
bebas silika. Corumdum banyakditemukan didaerah kalimantan. Corundum dimanfaatkan sebagai bahan
abrasive dan batu permata. Penambangannya Sama dengan penambangan intan dikarenakan coruncum
berasosiasi dengan intan.

7. Kelompok Kalsedon

Kalsedon merupakan kelompok mineral yang terjadi oleh larutan magma yang mengisi rekahan dan urat-
urat vein. Banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa tengah, jawa timur, Nusa tenggara barat, dan Maluku.
Pemanfaatannya sebagai hiasan batu permata. Penambangannya dengan metode dan alat sederhana.

8. Kuarsa Kristal

Kuarsa kristal dengan rumus kimia SiO2 dan kekerasan 7 berwarna putih susu banyak ditemukan
didaerah jawa barat, jawa tengah, jawa timur, dan kalimantan tengah. Pemanfaatannya sebagai bahan baku
batu permata. Penambangannya dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan alat-alat sederhana.

9. Sirtu

Sirtu adalah nama singkatan dari pasir dan batu. Banyak ditemukan didaerah lereng sekitar gunung api.
Pemanfaatannya sebagai bahan bangunan. Metode penambangannya digali dengan alat sederhana.

E. Kelompok BGI yang berhubungan dengan proses hidrotermal

1. Barit

Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung campuran unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang senyawanya
mempunyai bentuk kristal yang sama.

Unsur pengotor barit adalah besi oksida, lempung, dan unsur organik, yang semuanya dapat memberikan
beragam warna pada warna kristal barit murni adalah putih atau abu-abu.

Sebagai unsur Barium (Ba), barit juga dijumpai sangat terbatas mengandung feldspar (3% BaO),
plagioklas (7,3% BaO), muskovit (9,9% BaO), dan biotit (6-8% BaO). Kerak bumi rata-rata mengandung
unsur barium sekitar 0,05%. Barit juga dijumpai sebagai mineral ikutan (gangue mineral) terutama pada
cebakan logam sulfida, seperti timah.

Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam industri perminyakan. Pemakaian ini mencapai
sekitar 85-90% dari produksi barit secara keseluruhan. Sisanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri
kimia barium, sebagai bahan pengisi dan pengembang (filler dan extender), dan agregat semen.

Barit banyak ditemukan didaerah jawa, kalimantan, nusa tenggara timur dan sulawesi selatan.
Penambangan yang digunakan dengan tambang terbuka.

24
2. Gipsum

Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin
spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain, seperti warna kuning,
abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gypsum.
Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis 2,31 – 2,35,
kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi menurun lagi ketika
suhu semakin tinggi.

Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan
garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika
salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk lapisan di antara batuan-
batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk
endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gypsum banyak digunakan sebagai bahan
tambahan semen portland, serta alat kesehatan dan kimia. Sistem penambangan yang dilakukan dengan
menggunakan sistem quarry.

3. Kaolin

Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi yang
rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous
alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta.

Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal
alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu: endapan residual dan
sedimentasi.

Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit
(Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan
tersendiri. Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis,
mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.

Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Sulawesi
Utara.

4. Talk

Talk adalah mineral yang sangat lunak dengan komposisi kimia 3Mg.4SiO4H2O, dan biasanya terjadi
sebagai mineral sekunder hasil hidrasi batuan pembawa magnesium (magnesium bearing rock), seperti
peridotit, gabro, dan dolomit.

Endapan talk umumnya hampir sama di setiap daerah, sebagian besar batuan induk untuk formasi talk
merupakan batuan dolomit (kemurnian talk tinggi) dan ultramafik (kemurnian talk rendah).

Talk mempunyai sifat halus, licin, penghisap minyak dan lemak, konduktivitas listrik rendah, penghantar
panas tinggi, dan electric strength tinggi.

25
Potensi endapan talk yang telah diketahui terdapat di Kebumen (Jawa Tengah), dan Halmahera Tengah
(Maluku).

5. Magnesit

Magnesium merupakan logam yang teringan, dengan berat jenisnya 1,74, cukup kuat dan dalam bentuk
alloy, tahan terhadap korosi di udara tetapi tidak tahan terhadap air laut, serta mudah terbakar. Jumlah
mineral yang mengandung magnesium tercatat sebanyak 244 buah. Magnesit dapat ditemukan dalam mineral
sekunder dan biasanya berasosiasi dengan batuan sedimen atau batuan metamorfik, berasal dari endapan
marin, kecuali brukit. Magnesit ditemukan didalam batuan serpentin. Mineral-mineral lain yang sering
ditemukan bersama magnesium adalah talk, limonit, opal, dan kalsit.

Magnesit umumnya jarang ditemukan dalam bentuk mineral, tetapi secara utuh terdapat pada larutan
padat siderit (FeCO3) bersama-sama Mn dan Ca yang dapat menggantikan unsur Mg. Magenesit sering
digunakan untuk bahan refraktori, industri semen sorel, bahan isolasi, pertanian, peternakan, industri karet,
dll. Mineral magnesit keterdapatannya berasosiasi dengan batuan ubahan, sehingga cadangan magnesit akan
mengikuti pola cadangan bahan ubahan tersebut. Batuan atau mineral yang mengandung mangnesit adalah
dolomit (Ca Mg(CO3)2, magnesit zedin (Mg CO3), epsonil (Mg So4) 7 H2O, dan brukit (Mg (OH) 2.

Batuan dan mineral tersebut dapat ditemukan di DI. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa
Tengah , Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya.

6. Pirofilit

Piropilit adalah paduan dari alumunium silikat, yang mempunyai rumus kimia Al2O3.4SiO2H2O.
Mineral yang termasuk piropilit adalah kianit, andalusit, dan diaspor. Bentuk kristal piropilit adalah monoklin
serta mempunyai sifat fisik dan kimia yang mirip dengan talk.

Piropilit terbentuk umumnya berkaitan dengan formasi andesit tua yang memiliki kontrol struktur dan
intensitas ubahan hidrotermal yang kuat. Piropilit terbentuk pada zone ubahan argilik lanjut (hipogen), seperti
kaolin, namun terbentuk pada temperatur tinggi dan pH asam.

Kegunaan piropilit adalah untuk pakan ternak, industri kertas sebagai pengganti talk, dan lain-lain .
Piropilit terdapat di beberapa tempat yang diakibatkan munculnya formasi andesit tua, seperti di Pulau
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Sulawesi.

7. Toseki

Nama mineral ini relatif baru, sehingga belum banyak dikenal. Toseki atau batuan kuarsa-serisit tarbentuk
pada zona ubahan filik yang mengandung kuarsa, serisit, kaolinit, feldspar. Banyak ditemukan Di sumatera
barat, bengkulu, lampung, jawa .Nusa tenggra, kalimantan barat, sulawesi utara dan sulawesi selatan.
Penambangannya sama seperti penambangan pirofilit. Pemanfaatannya sebagia bahan baku keramik.

8. Oker

Oker adalah tanah yang lunak terdiri dari campuran oksida besi dan bahan yang liat. Terdapat   didaerah
jawa barat dan jawa timur. Pemanfaatannya sebagai pewarna pada ubin. Penambangannya dengan metode
tambang terbuka menggunakan peralatan sederhana.

26
9. Tawas

Tawas atau alum merupakan persenyawaan garam komplex. Banyak ditemukan didaerah jawa barat, jawa
tengah, jawa timur. Pemanfaatannya sebagai penjernihan air. Penambangannya dengan metode tambang
terbuka menggunakan peralatan sederhana.

F.  Kelompok BGI yang berhubungan dengan Batuan Malihan

1. Kalsit

Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari
kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak
berwarna dan transparan. Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor
yang dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada perubahan
dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe
(CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh Mn).

Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal;
berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau
pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan
hitam.

Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya.
Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya.

Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu-gamping dan aktifitas magma,
namun berdasarkan data hasil penelitian baru diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian
selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang
diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta
ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).

2. Marmer

Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu gamping.
Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada
batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.

Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer
Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.

Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer akan selalu
ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena keberadaan marmer
berhubungan dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun perubahan
temperatur yang tinggi. Di Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti dapat dilihat pada.

Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe
ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, meja-meja,
dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung

27
3. Batu Sabak

Batu sabak merupakan batuan malihan yang berasal dari batu lempung yang mengalami metamorfosa.
Penggunaannya sebagai atap rumah, industri cat. Banyak terdapat  didaerah aceh, sumatera barat.
Penambangannya dengan menggunakan alat sederhana seperti linggis dn gergaji.

4. Kuarsit

Merupakan metamorfosa dari kuarsa. Banyak ditemukan didaerah aceh, sumatera utara, riau, jambi,
maluku, dan jawa tengah. Pemanfaatannya sebagai agregat bahan bangunan. Penambangannya dengan
menggunakan peralatan sderhana.

5. Grafit

Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala Mohs), berat jenis 2,1 –
2,3, tidak berbau dan tidak beracun, serta tidak mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik atau aqua regia
mendidih. Proses dekomposisi berlangsung lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi oksida atau pada
suhu 3.5000C bila kondisi bukan oksida.

Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan beku, sedimen, dan metamorf. Secara kimia, grafit
sama dengan intan karena keduanya berkomposisi karbon, yang membedakannya adalah sifat fisik. Intan
dikenal sangat keras, langka, dan transparan, sedangkan grafit agak lunak, mudah ditemukan, dan opak.

Menurut Kuzvart (1984) grafit dapat terjadi secara proses magnetik awal, kontak magmatik, hidrotermal,
metamorfogenik, dan residual. Belum ditemukan daerah yang berpotensi di Indonesia. Sampai saat ini
Indonesia masih megimpor grafit.

6. Mika

Mika terbentuk pada akhir proses pembekuan magma yang kekentalannya rendah. Berwarna gelap
bening. Banyak Ditemukan didaerah Aceh, Sumatera utara, kalimantan barat, kalimantan tengah, sulawesi
tengah, dan irian jaya.

Pemanfaatannya banyak pada industri mesin dan listrik. Penambangannya dilakukan dengan tambang
terbuka menggunakan alat sederhana.

7. Wolastonit

Batuan yang berbentuk pipih seperti jarum dan berserat   yang berwarna abu-abu, kekerasan 4-4,5 berat
jenis2,8. dimanfaatkan sebagai bahan refraktori. Penambangannya menggunakan metode tambang terbuka
dengan peraltan sederhana. Dan tersebar didaerah sumatera barat.

2.Penggolongan bahan galian industri berdasarkan pemanfaatannya

Sebagaimana telah dituliskan pada bagian sebelumnya, bahan galian industri adalah bahan galian
tambang bukan bijih yang digunakan sebagai bahan baku industri; penggunaan dalam industri banyak
ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan, plastisitas, daya serap, dan lain-lain.
Adapun bahan bangunan / bahan galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri yang belum disebtuh

28
rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis
bahan galian industri akan bertambah jenisnya.

Berbagai klasifikasi bahan galian industri telah dipublikasikan oleh para ahli, namun sampai saat ini
masih terus didiskusikan. Para ahli tersebut umumnya, mengelompokkan Bahan Galian Industri berdasarkan
pemanfaatannya, misalnya Noetsaller (1988) “Profile of Industrial Minerals by End-uses Classes”, dan lain-
lain.

Pada tulisan ini, bahan galian industri akan dibahas berdasarkan penggunaan akhirnya juga, antara lain :
semen & Konstruksi; keramik; pangan & minyak sawit; pupuk / pertanian / perikanan / peternakan, gelas /
kaca dan Cat; baterai, farmasi, kosmetika; dan industri lainnya. Namun perlu dipahami, bahwa
pengelompokan bahasan tersebut hanya untuk mempermudah peserta kuliah dalam mengasosiasikan berbagai
bahan galian industri yang berkaitan dengan industri tertentu, dan bukan merupakan klasifikasi baku untuk
mengelompokkan bahan galian industri tersebut.

2.1.4 Bahan Galian di Indonesia dan Manfaatnya

Bahan galian memiliki banyak manfaat, khususnya bagi manusia yang diberikan akal dan pikiran untuk
mengolah dan menjadikan bahan galian sebagai sesuatu yang sungguh bisa bermanfaat bagi manusia.
Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal akan kekayaan alamnya, termasuk dalam hal ini adalah
produksi tambangnya. Ada banyak barang tambang atau bahan galian yang dihasilkan dari Bumi Indonesia,
sebagain bahkan merupakan produk andalan dari negara kita ini. Bahan- bahan galian tersbeut memiliki
kegunaannya masing- masing. Adapun beberapa barang tambang atau bahan galian yang dihasilkan di
Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Emas

Bahan galian dari Indonesia yang pertama adalah emas. Emas merupakan logam mulia yang sangat
berharga. Emas bahkan digunakan sebagai barang investasi karena diyakini nilainya akan terus stabil.
Tambang emas terbesar di Indonesia terdapat di Papua yaitu PT. Freeport Indonesia. Namun sayang sekali
karena tambang emas terbesar di Indonesia tersebut saai ini masih dikuasai oleh orang asing dan bukan milik
Indonesia sendiri.

2. Batubara

29
Bahan galian yang dihasilkan di Indonesia selanjutnya adalah batubara. Batubara mejrupakan bahan yang
digunakan untuk pembakaran berbagai macam kegiatan produski dalam Industri. Tambang batu bara yang
terbesar di Indonesia ada di Kalimantan.

3. Minyak Bumi

Minyak Bumi juga merupakan salah satu bahan galian yang dihasilkan oleh Indonesia. Minyak Bumi
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Adapun tambang minyak Bumi yang besar di Indoesia salah
satunya berada di pulau Sumatera.

4. Gas alam

Gas alam juga merupakan bahan galian yang dihasilkan di


Indonesia. Gas alam digunakan untuk berbagai macam, salah satunya
untuk pembakaran. Salah satu sumber gas alam di Indonesia adalah di
Jawa Tengah. Yaitu di Cepu.

5. Bauksit, asbes, alumunium, aspal, belerang, biji besi, perak, dan lain sebagainya

30
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

• Bahan galian juga dikenal sebagai bahan- bahan hasil dari pertambangan yang diperoleh dengan cara
pelepasan dari batuan induknya yang berada di dalam kerak Bumi, biasanya terdiri dari berbagai jenis
mineral.

• Bahan galian ini juga di klasifikasinya menjadi berbagai jenis, yaitu:

1. Menurut Undang- undang Pokok Pertambangan, bahwasannya bahan galian dibedakan menjadi golongan
A (golongan strategis), golongan B (golongan vital), dan golongan C (bukan strategis dan vital)

2. Berdasarkan kandung mineralnya dibedakan menjadi 2 yaitu bijih dan bukan bijih

3. Berdasarkan mineral ekonomi dibedakan menjadi 3 yaitu, metallic mineral, non-metalic mineral, dan fuel
mineral

4. Berdasarkan cara pembentukannya dibagi menjadi 6 yaitu, magmatic, pematik, hasil pengendapan, hasil
pengayaan sekunder, metamorfosis kontak, dan hidrotermal.

• Adapun akibat dari penambangan bahan galian adalah perubahan vegetasi penutup yaitu hilangnya vegetasi
alami yang berdampak pada iklim mikro dan habitat satwa menjadi berkurang.Perubahan topograf yang akan
memperbasar laju aliran permukaan dan meningkatkan korosi. Perubahan pola hidrologi yang akan
mengindikasi pengurangan cadangan air tanah. Serta penurunan kualitas udara mengakibatkan peningkatan
jumlah partikel debu.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://ilmugeografi.com/geologi/bahan-galian.” Bahan Galian: Pengertian, Klasifikasi, Bahan Galian di


Indonesia”. Diakses pada 5 april 2021, pukul 13.00 wib.

https://mining.ft.ulm.ac.id/opencourseware/NHK__bgi_04.pdf . ”BAB IV PENGGOLONGAN BAHAN


GALIAN DAN BAHAN GALIAN INDUSTRI”. Diakses pada 5 april 2021.

Sukandarrumidi. 2009. “Bahan Galian Industri”. http://library.fis.uny.ac.id/opac/index.php?


p=show_detail&id=3758

Winarni. 2018. “ Bahan Galian Golongan C”. https://dlh.karanganyarkab.go.id/2018/05/08/bahan-galian-


golongan-c// Diakses pada 5 april 2021

32

Anda mungkin juga menyukai