Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH BAHAN KONSTRUKSI KIMIA BAHAN GALIAN INDUSTRI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


1. ADIF BRILYAN PRATAMA 2. EKA NURFITRIANI 3. SAMPUSPITA SARI 0610 3040 0336 0610 3040 0341 0610 3040 0356

KELAS 4 KB

DOSEN PEMBIMBING : Ir. RUSDIANASARI, M. Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TAHUN 2012


1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena atas berkat nikmat dan rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul Bahan Galian Industri ini dengan tepat waktu. Sholawat beriring salam juga penyusun haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah di masa datang. Dalam penyelesaian makalah ini penyusun banyak mendapatkan bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing. Maka pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Ir. Rusdianasari, M. Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia. Atas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga akan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penyusun maupun bagi pembaca, Amin.

Palembang, 26 Maret 2012

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2 DAFTAR ISI................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 4 1.2. Tujuan........................................................................................................... 4 1.3. Rumusan makalah ........................................................................................ 5 1.4. Manfaat ......................................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggolongan bahan galian berdasarkan pemanfaatannya .......................... 6 2.2. Penggolongan bahan galian industri berdasarkan cara terbentuknya ........... 6 2.3. Penggolongan bahan galian industri berdasarkan pemanfaatannnya ........... 7 2.4. Pumice atau batu apung ................................................................................ 7 2.5. Batu Gamping atau Limestone ..................................................................... 9 2.6. Asbes (Asbestos) ......................................................................................... 11 2.7. Barit ............................................................................................................. 16 BAB III PROSES PEMBUATAN 3.1. Proses pembuatan Pumice atau batu apung ................................................. 21 3.2. Proses pembuatan Batu gamping atau Limestone ....................................... 21 3.3. Proses pembuatan Asbes (Asbestos) ........................................................... 22 3.4. Proses pembuatan Barit ............................................................................... 24 BAB IV APLIKASI DI INDUSTRI/PEMANFAATAN 4.1. Pumice atau Batu apung .............................................................................. 25 4.2. Batu gamping atau limestone .......................................................................26 4.3. Asbes (Asbestos) ......................................................................................... 27 4.4. Barit ..............................................................................................................29 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ...................................................................................................30 5.2. Saran .............................................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Mineral merupakan sumberdaya alam yang proses pembentukannya memerlukan waktu jutaan tahun dan sifat utamanya tidak terbarukan. Mineral dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri/produksi. Dalam hal demikian mineral lebih dikenal sebagai bahan galian. Pemerintah Republik Indonesia membagi bahan galian menjadi 3 golongan yaitu, Bahan Galian Strategis, Bahan Galian Vital, dan Bahan Galian Non Strategis. Bahan galian industri sebagaian besar termasuk bahan galian C, walaupun beberapa jenis termasuk dalam bahan galian golongan yang lain. Bahan galian industri sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, bahkan dapat dikatakan manusia hidup tidak terlepas dari bahan galian industri. Hampir semua peralatan rumah tangga, bangunan fisik, obat, kosmetik, alat tulis, berang pecah belah sampai kreasi seni dibuat langsung atau dari hasil pengolahan bahan galian industri melalui rekayasa teknik. Pengolahan bahan galian industri jauh lebih beraneka ragam dibanding dengan bahan logam. Pengolahan bertujuan untuk meningkatkan mutu dan berbagai nilai seperti tingkat konsentrat, kadar sesuatu unsur kimia, mutu fisik, mutu bentuk, dan penampilan. Bahan galian industri dapat ditentukan berdasarkan asal bahan tersebut didapat. Berdasarkan sumber nya bahan galian tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu : bahan galian berdasarkan dengan batuan sedimen, bahan galian berdasarkan dengan batuan gunung api, bahan galian berdasarkan ubahan hidrotermal dan bahan galian berdasarkan batuan malihan. Bahan galian ini dapat diperoleh secara langsung dari alam. Proses pengambilan bahan galian ini pun dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan alat seadanya atau dengan menggunakan alat yang lengkap. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Bahan Galian Industri yang berkaitan bahan galian berdasarkan dengan batuan sedimen, berdasarkan dengan batuan gunung api, dengan proses pubahan Hidrotermal.

1.2. Tujuan Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut : Memberikan contoh bahan galian industri

Menjelaskan cara mendapatkan dan pengolahan bahan galian industri Menjelaskan kegunaan bahan galian industri

1.3. Rumusan masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut : Apa saja contoh dari bahan galian industri (BGI) ? Bagaimana cara mendapatkan dan pengolahan bahan galian industri ? Apakah kegunaan bahan galian industri ?

1.4. Manfaat Manfaat yang diperoleh dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut : Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang konstruksi kimia khususnya di bidang bahan galian industri Mampu mengklasifikasikan bahan galian industri berdasarkan sumbernya Mampu mengaplikasikan dalam suatu proses industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGGOLONGAN BAHAN GALIAN BERDASARKAN PEMANFAATANNYA Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas tiga golongan, yaitu : Bahan galian logam / bijih (ore); merupakan bahan galian yang bila diolah dengan teknologi tertentu akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah, besi, tembaga, nikel, emas, perak, seng, dll Bahan galian energi ; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi, seperti batubara dan minyak bumi Bahan galian industri ; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal, bentonit, batu gamping, dolomite, diatomae, gypsum, halit, talk, kaolin, zeolit, tras.

2.2. PENGGOLONGAN TERBENTUKNYA

BAHAN

GALIAN

INDUSTRI

BERDASARKAN

CARA

Penggolongan bahan galian industry berdasarkan atas asosiasi dengan batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990, dalam Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut : a. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen Kelompok ini dapat dibagi menjadi : Sub kelompok A Sub kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batu gamping, misalnya batu

gampung, dolomite, kalsit, marmer, oniks, posfat, rijang, dan gipsum. : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya, misalnya

ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium, mangan, feldspar. b. Kelompok II : BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api, misalnya obsidian, perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt, paris gunung api, dan breksi pumice. c. Kelompok III : BGI yang berkaitan dengan instrusi plutonik batuan asam dan ultra basa, misalnya granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes. d. Kelompok IV : BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu dan endapan letakan, misalnya lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zircon, korundum, kelompok kalsedon, kuarsa Kristal, dan sirtu. 6

e. Kelompok V : BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal, misalnya barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas. f. Kelompok VI : BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf, misalnya kalsit, marmer, batu sabak, kuarsit, grafit, mika, dan wolastonit.

2.3. PENGGOLONGAN

BAHAN

GALIAN

INDUSTRI

BERDASARKAN

PEMANFAATANNNYA Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahan galian industri adalah bahan galian tambang bukan bijih yang digunakan sebagai bahan baku industri. Penggunaan dalam industry banyak ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan, plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun bahan bangunan/bahan galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industry yang belum disentuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan demikian majunya rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri akan bertambah jenisnya. Berbagai klasifikasi bahan galian industri telah dipublikasikan oleh para ahli, namun sampai saat ini masih terus didiskusikan. Para ahli tersebut umumnya mengelompokkan bahan galian industri berdasarkan pemanfaatannya, misalnya Noetsaller (1988) Profile of Industrial Minerals by End-uses Classes, dan lain-lain. 2.4. PUMICE ATAU BATU APUNG Batu apung atau pumice adalah bahan galian industri yang termasuk golongan Cyang cukup berperan dalam sektor industri, baik sebagai bahan utama maupun sebagai bahan tambahan. Batu Apung adalah hasil gunung api yang kaya akan silika danmempunyai struktur porous, yang terjadi karena keluarnya uap dan gas-gas yang larut didalamnya pada waktu terbentuk, berbentuk blok padat, fragmen hingga pasir atau bercampur halus dan kasar. Batu Apung terdiri dari pada silika, alumina, soda, besioksida. Warna : putih, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerah-merahan, kekuning-kuningan, jingga. Bongkah-bongkah di waktu kering dapat terapung diatas air.

Gambar 1. Batu apung 7

2.4.1. Teknik penambangan Batu apung sebagai bahan galian tersingkap dekat permukaan, dan relative tidak keras. Oleh sebab itu penambangan dilakukan dengan tambang terbuka/tambang permukaan dengan peralatan sederhana. Pemisahan terhadap pengotor dilakukan dengan cara manual. Apabila dekehendaki ukuran butir tertentu proses pemecahan (grinding) dan pengayakan dapat dilakukan. 2.4.2. Tempat ditemukan Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api Kuarter sampai tersier muda. Tempat dimana batu apung didapatkan antara lain : Jambi: Salambuku, Lubukgaung kec. Bangko Kab. Sarko (merupakan piroklastik halus yang berasal dari satuan batuan gunung api atau tufa dengan komponen batu apung diameter 0,5-15 cm terdapat dalam Formasi Kasai). Lampung: sekitar kepulauan Krakatau terutama di P. Panjang (sebagai hasil letusan gunung Krakatau yang memuntahkan batu apung). Jawa Barat: Kawah Danu, Banten, sepanjang pantai laut sebelah barat (diduga hasil kegiatan G. Krakatau); Nagreg Kab. Bandung (berupa fragmen dalam batuan tufa); Mancak, Pabuaran, Kab. Serang (mutu baik untuk agregat beton,berupa fragmen pada batuan tufa dan aliran permukaan) Cicurug Kab. Sukabumi (kandungan SiO2=63,20%, Al2O3=12,5% berupa fragmen pada batuan tufa); Cikatomas, Cicurug, G. Kiaraberes, Bogor. Daerah Istimewa Yogyakarta: Kulon proggo pada Formasi Andesit Tua Nusa Tenggara Barat: Lendangnangka, Jurit, Rempung, Pringgesela (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Masbagik Kab. Lombok Timur (tebal singkapan 2-5 m sebaran 1000 Ha); Kopang, Mangtang Kec. Batu Kilang Kab. Lombok barat (telah dimanfaatkan untuk batako sebaran 300Ha); Narimaga Kec. Rambiga Kab. Lombok Barat (tebal singkapan 2-4 m, telah diusahakan rakyat) Maluku: Rum, Gato, Tidore (kandungan SiO2=35,92-67,89%;Al2O3=6,416,98%) Nusa Tenggara Timur: Tanah Beak, Kec. Baturliang kab. Lombok Tengah (dimanfaatkan sebagai campuran beton ringan dan filter)

2.4.3. Mineralogi Batu apung biasanya mengandung beberapa unsur logam-logam, yaitu : SiO2 Al2O3 Fe2O3 Na2O K2O MgO CaO : 60,00 75,00 % : 12,00 15,00 % : 0,90 4,00 % : 2,00 5,00 % : 2,00 4,00 % : 1,00 2,00 % : 1,00 2,00 %

2.4.4. Pengolahan dan pemanfaatan


o Sebagai bahan bangunan Sebagai bahan tahan api, dinding penyekat ruangan dalam bentuk lembaran sifatnya yang hidraulis baik untuk teknik bangunan basah. Disamping itu berfungsi pula sebagai bahan isolasi panas dan suara untuk

isolasikamar/peredam atau lemari es


o

Sebagai bahan penyaring setelah diproses dengan ukuran butir tertentu disamping untuk abrasive khususnya bahan poles atau logam

2.5. BATU GAMPING (LIMESTONE) Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik.

Gambar 2. Batu gamping

2.5.1. Teknik penambangan Batu gamping sebagai bahan galian biasanya ditambang dengan teknik tambang terbuka, dikupas tanah penutupnya dgn bulldozer/powershovel

kemudian ditambang dgn pemboran peledakan atau secara sederhana dgn linggis, ganco dll.

2.5.2. Tempat ditemukan Keterdapatan batu gamping di Indonesia selalu berkaitan dengan ketersedian batuan sedimen. Tempat dimana batu gamping didapatkan antara lain : 1. Jabar (serang, padalarang, cibadak, tasikmalaya) 2. Jateng ( nusakambangan, gunungkidul, rembang, klaten) 3. Jatim ( tuban, pacitan, madura, malang) 4. Sumatera ( kotaraja, aceh, nias, jambi, bengkulu) 5. Kalimantan ( barito, kutai, kalbar, kalteng) 6. Sulawesi ( tonnasa, ujungpandang) 7. Nusa tenggara (timor, sumbawa) 8. Maluku 9. Papua (kotabaru)

2.5.3. Mineralogi Adapun mineral dari batugamping adalah sebagai berikut : Calcite CaCO3 Material strukturnya sebagian besar dari

invertebrata laut dan merupakan komponen utama dari limestone. Mengkristal dalm sistem trigonal. Aragonite CaCO3 Material strukturnya dari moluska laut; terkadang terendapkan dalam air dangkal yang hangat. Mengkristal dalam sistem orthorhombic.

Dibandingkan dengan kalsit, kestabilannya lebih rendah dan lebih mudah larut; seringkali

merngkristal menjadi kalsit. Dolomite CaMg(CO3)2 Diketahui sebagai mineral sedimen primer, tetapi lazimnya hasil dari invasi sedimen kalsit oleh air asin yang kaya dengan magnesium yang

10

menyebabkan

rekristalisasi

dimana

dolomite

menggantikan kalsit. Chalchedony SiO2 Material struktur mengadung silika dari sedikit invertebrata laut, khususnya Radiolaria.

Keberadaan di batugamping biasanya sebagai flint dan nodul chert.

2.5.4. Pengolahan dan pemanfaatan

o Batu bangunan : dipakai untuk pondasi jalan, rumah, bendungan. Biasanya


dipakai Bahan Galian Gamping yg keras dan pejal berhablur halus dan mempunyai daya tekan 800-2500 kg/cm2. o Bahan bangunan syarat : CaO+ MgO min 95 %, SiO2+Al2O3 + Fe2O3 max 5%, CO2 3 %, 70 % lolos ayakan 0,85 mm. o Industri kaca : berfungsi sebagai Galian fluks dgn kadar 0,96% SiO2, 0,04 Fe2O3, 0,14 % Al2O3, 0,15% MgO, 55,8% CaO o Industri bata silika Syarat: 90% CaO, max 4,5% MgO, maks 1,5% Fe2O3+Al2O3, maks 55,8% CO2 o Industri semen : syarat: 50-55% CaO, maks 2% MgO, viskositas 3200 cp (40% H2O), 2,47 % Fe2O3, 0,95% Al2O3 o Bahan Pemutih kertas, pulp, karet Bahan Galian Gamping hablur murni digerus halus dgn syarat 98% CaCO3 dan PH > 7,8 dgn kehalusan 325 mesh mpy daya serap thd minyak warna putih

2.6. ASBES (ASBESTOS) 2.6.1. Sejarah Asbestos Contoh dari mineral metamorf adalah Asbestos. Mineral ini di gunakan dalam industri bahan bangunan yang dikenal sebagai asbes. Penggunaan paling awal dari asbes berada di sekitar 2500 SM di tempat yang sekarang Finlandia, di mana serat asbes dicampur dengan tanah liat untuk membentuk peralatan keramik kuat dan pot. Referensi tertulis pertama asbes berasal dari Yunani pada sekitar

11

300 SM ketika Theophrastus, salah satu mahasiswa Aristoteles, menulis sebuah buku yang berjudul On Stones. Dalam bukunya, ia menyebutkan zat mineral yang tidak disebutkan namanya, yang tampak seperti kayu busuk, namun tidak dikonsumsi ketika disiram dengan minyak dan dinyalakan. Orang Yunani yang digunakan untuk membuat sumbu lampu dan barang-barang tahan api lainnya. Ketika naturalis Romawi dan negarawan Pliny the Elder menulis Sejarah Alam yang komprehensif di sekitar 60 AD, ia menggambarkan mineral ini api-bukti dan memberikannya asbestinon nama, yang berarti tak terpadamkan, dari mana kita mendapatkan kata Inggris asbes. Meskipun kualitas tahan api dari asbes terus mempesona komunitas ilmiah selama ratusan tahun, tidak sampai tahun 1800-an yang asbes ditemukan penggunaan komersial banyak. Amerika Serikat pertama paten untuk produk asbes dikeluarkan pada tahun 1828 untuk bahan lapisan digunakan dalam mesin uap. Pada tahun 1868 Henry Ward Johns Amerika Serikat mematenkan bahan tahan api atap terbuat dari goni dan kertas dilaminasi bersama-sama dengan campuran tar dan serat asbes. Ini menjadi sebuah kesuksesan. Tambang skala besar deposito asbes dekat Quebec, Kanada, dimulai pada 1878 dan mendorong pengembangan penggunaan komersial lainnya. Pada 1900 asbes telah digunakan untuk membuat gasket, lemari besi tahan api, bantalan, isolasi kabel listrik, bahan bangunan, dan bahkan filter untuk saring jus buah. Perkembangan teknologi di awal 1900-an mengakibatkan kegunaan bahkan lebih untuk asbes. Banyak dari bahan plastik awal mengandalkan serat asbes untuk penguatan dan tahan panas. Vinyl-asbes genteng menjadi salah satu penutup lantai paling sering digunakan dan tetap digunakan hingga 1960-an. Pelapis rem mobil dan facings kopling juga digunakan dalam jumlah besar asbes, seperti yang dilakukan banyak bahan bangunan. Setelah Perang Dunia II, penggunaan asbes dalam produk terus berkembang. Hati ahli bedah menggunakan benang asbes untuk menutup sayatan, pohon Natal dihiasi dengan salju buatan asbes, dan merek pasta gigi dipasarkan menggunakan serat asbes sebagai abrasif. Meluasnya penggunaan asbes tidak tanpa sisi gelap, namun. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan paparan partikel asbes di udara telah dicatat sejak awal 1900-an, dan mengakibatkan bagian dari Peraturan Industri Asbes tahun 1931 di Inggris. Pada pertengahan 1960, masalah kesehatan mulai muncul ke permukaan di antara pekerja galangan kapal yang menangani asbes isolasi 12

selama Perang Dunia II. Di Amerika Serikat, masalah mencapai tahap krisis pada tahun 1970, memaksa Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) untuk

menempatkan pembatasan pada penggunaan asbes. Meskipun EPA mencabut larangan bagi beberapa jenis asbes pada tahun 1991, iman publik telah sangat terguncang, dan kebanyakan produsen telah sukarela dihapus asbes dari produk mereka. Akibatnya, asbes penggunaan di Amerika Serikat turun dari sekitar 880.000 ton / tahun (800.000 metrik ton / tahun) pada tahun 1973 menjadi kurang dari 44.000 ton / tahun (40.000 metrik ton / tahun) pada tahun 1997. Di negara lain, produk asbes masih banyak digunakan, terutama di industri konstruksi. Penggunaan asbes di seluruh dunia pada tahun 1997 diperkirakan sekitar 2,0 juta ton / tahun (1,8 juta metrik ton / tahun). Sebagian besar asbes ini digunakan untuk membuat produk beton asbes diperkuat, di mana serat asbes yang terkunci di dalam beton. 2.6.2. Karakteristik Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga menjadi serabut yang fleksibel. Walaupun sudah jelas mineral asbes terdiri dari silikat-silikat kompleks, tetapi dalam menulis komposisi mineral asbes terdapat perbedaan. Semula dianggap bahwa silikatnya terdiri dari molekul Si11O12. Akan tetapi berdasarkan hasil penyelidikan sinar-X, sebenarnya silikat-silikat itu terdiri dari molekul-molekul Si4O11. Asbestos adalah bentuk serat mineral silika termasuk dalam kelompok serpentine dan amphibole dari mineralmineral pembentuk batuan, termasuk: actinolite, amosite (asbes,cummingtonite, grunnerite), anthophyllite, chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau yang sekurang-kurangnya mengandung salah satu dari mineralmineral tersebut. Sifat Fisik asbestos Tahan api Tahan panas hingga 1200 Tahan zat asam Lentur Tidak bisa menguap Tidakmudahteruraidialambebas Tidak mampu dikeluarkan secara alami oleh tubuh manusia

13

2.6.3. Bentuk-bentuk asbes

Gambar 3. Bentuk-bentuk asbes

2.6.4. Jenis-jenis asbes Jenis asbes yang jelas berbeda dalam dan kimia sifat fisik pada komponen lain dari batu, seperti kalsium, Magnesium, Besi. Tabel 1. Karakteristik jenis-jenis asbes Jenis asbes Chrysotile (putih) Karakteristik Chrysotile adalah jenis yang paling umum digunakan asbes .Hal ini biasanya putih, dan kadang-kadang dikenal sebagai asbes putih, meskipun juga bisa menjadi kuning, abu-abu, atau kehijauan dalam warna. Sebagian besar serat chrysotile sekitar 0,25-0,50 dalam (6,4-12,7 mm) panjang dan biasanya ditambahkan ke campuran beton untuk memberikan penguatan. Crocidolite (biru) Crocidolite, kadang-kadang disebut asbes biru. Ia memiliki semburat kebiruan, dan serat yang sekitar 0,12-3,0 dalam (3,0-76,0 mm) panjang. Crocidolite memiliki kekuatan tarik yang sangat tinggi dan ketahanan yang sangat baik terhadap bahan kimia. Salah satu kegunaannya adalah sebagai penguat dalam plastik. 14

Amosite (coklat) Amosite, kadang-kadang disebut asbes coklat. Ini sering memiliki semburat coklat muda, tetapi juga ditemukan dalam warna gelap, serta putih. Amosite memiliki serat kasar yang sekitar 0,12-6,0 dalam (3,0152,0 mm) panjang. Serat sulit untuk berputar ke kain atau tali dan sebagian besar digunakan sebagai bahan isolasi, meskipun penggunaan yang dilarang di banyak negara. 2.6.5. Teknik penambangan Dapat diperoleh dengan berbagai metode penambangan tanah, namun yang paling umum adalah melalui penambangan terbuka (open-pit mining). Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan galian ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan langsung dengan udara luar.dan iklim. Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut dengan open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan permukaan. Metoda ini cocok dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi tinggi dengan ongkos rendah. Walaupun stripping dan quarrying termasuk ke dalam open pit mining, namun strip mining biasanya dipakai untuk penambangan batubara dan quarry mining yang berhubungan dengan produksi non-metallic minerals seperti dimension stone, rock aggregates, dan lain-lain.

2.6.6. Tempat ditemukan Asbes operasi pertambangan ditemukan di 21 negara. Para produsen terkemuka asbes adalah Rusia (dulu Uni Soviet), Kanada, Brasil, Zimbabwe, Cina, dan Afrika Selatan. Di Indonesia tambang asbes berada di beberapa daerah yaitu : Kuningan : Jawa Barat Papua Pulau Halmahera : Maluku Pulau Seram : Maluku 15

2.7. BARIT 2.7.1. Sejarah barit Pertama kali ditemukan pada 1888 di Arkansas di Montgomery County pada 1900 dan telah diakui di dekat Magnet Cove Hot Spring County. Barite dihasilkan terus di Arkansas 1944-1981. Pertambangan dari Chamberlain Creek deposit di Hot Spring County dimulai pada tahun 1939. Dari 1944 ke tahun 1966, Divisi Baroid Nasional Lead Perusahaan dan Magnet Cove Barium

Corporation(Magcobar) beranjau cukup barite setiap tahun untuk Arkansas untuk memimpin bangsa dalam produksi tahunan. Pada tahun 1970-an dan awal 1980an, telah barite beranjau dari Fancy Hillkabupaten barat dari hopper, Montgomery County. Selama ini, pertambangan barite lain yang aktif didekat Mountain Pigeon bertengger Glenwood timur laut. Terbatas barite pertambangan juga telah terjadi di timur Dierks, Howard County. Pada tahun 1981, biaya pengambilan dan pengolahan bijih barite melampaui produk bangsa karena nilai impor bijih mulai dari kurang lebih mahal-sumber laut. Sebagian besar barite operasi pertambangan di Amerika Serikat dihentikan. Mineral industri merupakan sumber tabii bukan logam, tidak termasuk bahan bakar dan air. Walau bagaimanapun batuan tertentu termasuk ke dalam skop mineral industri. Mineral industri mentah boleh menghasilkan produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam industri setelah diproses. Dalam industri pula mineral barit digunakan sebagai komponen lumpur gerudi telaga carigali petroleum, Zat aditif pada cat enamel, plastik. Kemampuannya menyerap sinar X dan gamma digunakan untuk keperluan medis dalam test sinar X .campuran semen, bahan campuran alloy untuk berbagai keperluan . Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung campuran unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang senyawanya mempunyai bentuk kristal yang sama. Barit juga terbentuk sebagai vein, dimana Kristal barium sulfat terbentuk akibat presipitasi dari air panas subterranean. Sumber lainnya adalah produk sampingan dari penambangan bijih timbal, seng, perak, dan logam lain. Penambangan barit secara komersial terdapat di USA, China, India, dan beberapa negara lain. Unsur pengotor barit adalah besi oksida, lempung,dan unsur organik, yang semuanya dapat memberikan beragam warna pada warna kristal barit murni adalah putih atau abu-abu. Sebagai unsur Barium (Ba), barit juga dijumpai sangat terbatas mengandung feldspar (3% BaO), plagioklas (7,3% BaO), muskovit (9,9% BaO), dan biotit (6-8% BaO). Kerak bumi rata-rata mengandung unsur 16

barium

sekitar

0,05%.

Barit

juga

dijumpai

sebagai

mineral

ikutan

(ganguemineral) terutama pada cebakan logam sulfida, seperti timah.

2.7.2. Karakteristik barit Baryte, atau barit, (BaSO4) adalah mineral yang terdiri dari barium sulfat. Kelompok baryte terdiri dari baryte, Celestine, anglesite dan anhidrit. Baryte sendiri merupakan sumber utama dari barium. Bentuk dari baryte yaitu kristal tabular, tidak berwarna/putih apabila murni, kuning, merah, hijau, kadang-kadang hitam akibat adanya kontaminasi. Kimpulam Kristal dapat membentuk kenampakan seperti kipas, oset (= desert roses). Sifat Kristal yang lain kompak, granular, massive, ataupun berbentuk sebagai stalaktit. Mempunyai kekerasan 2,5 3,5 , berat jenis 4,48, cukup berat walaupun bukan termasuk logam. Mudah pecah membentuk belahan prismatic, transparan ataupun translusen dengan luster vitreus, cerat putih, sulit terbakar, dan tidak larut dalam asam, apabila dipanasi member nyala kuning-hijau. Barit sangat umum sebagai mineral gang pada proses hidrotermal tingkat menengah sampai rendah. Barit kadang-kadang berasosiasi dengan timbale, perak, sulfide antimonite. Endapan barit sangat menungkin berasosiasi dengan bijih emas epithermal dan merupakan salah satu mineral indeks. Saat ini bijih emas dijumpai pula barit mengisi celah batu gamping/dolomite (= saat ini dikenal sebagai endapan residual tipe karst). Dalam jumlah sedikit terbentuk pada mata air panas (=hot springs). Terdapat juga dalam bentuk massive pada ironmanganese bearing jasper, pada celah bauan basalt dalam bentuk kris.

Gambar 4. Ikatan kimia barit

17

Tabel 2. Contoh mineral barit dan karakteristiknya Mineral Specimen: Locality: Magnification: Specimen Grade: Karakteristik Yellow coxcomb Barite crystals Mibladen, Morocco +1

Specimen:

Colorless Barite crystal ???? +1 B

Locality: Magnification: Specimen Grade:

Specimen: Locality: Magnification: Specimen Grade:

Tabular orange Barite crystals Stoddard Mine, Westmoreland, NH -micro- crystal = at least 5 cm across -(micro)-

18

Specimen:

White coxcomb Barite with Chalcopyrite Alston Moor, Cumbria, England +1 C

Locality: Magnification: Specimen Grade: Specimen: Locality:

Barite "Desert Rose" near Norman, Cleveland Co., Oklahoma +1 B

Magnification: Specimen Grade:

2.7.3. Teknik penambangan Penambangan barit lebih banyak ditunjukan oleh singkapan yang banyak tampak di permukaan. Oleh sebab itu system panambangan yang diterapkan adalah penambangan terbuka dengan peralatan sederhana. Pada umumnya barit terakumulasi pada reaktan-reaktan ataupun patahan. Oleh sebab itu penambangan sistem gophering sangat mungkin dilakukan tetapi harus sangat hati-hati karena terjadinya runtuhan tanah akan sangat mungkin terjadi.

2.7.4. Tempat ditemukan Oklahoma, Connecticut dan Colorado, Amerika Serikat, Inggris and Jerman.

Jawa Barat : Cikondang, Kec. Cineam, Kab. Tasikmalaya (berupa urat-urat pada celah-celah batuan tufa breksi)

Jawa Tengah : Kp. Plampang Kukusan, watutugu, Serno, Kab. Kulon Progo (berupa urat-urat pada celah-celah batuan andesit, ditandai dengan kenampakan warna coklat tua); Durensari, Bagelen, Kab. Purworejo (seperti yang terdapat di Plampang) 19

Kalimantan Barat : Desa Lanjut, Kec. Kendawangan, Kab. Pontianak (berupa urat/pengisian pada rekahan-rekahan silicified limestone dengan komposisi BaSO4=96,5-98,5%, SiO2=0,9-2,2%, Fe2O3=0,3-0,57%

Nusa Tenggara Timur : Tg. Merah dan Pakuoyong (P. Lomblen), Kab. Flores timur (berupa urat-urat berasosiasi batuan kuarsa pada dasit); Kec. Riung Kab. Ngada (berupa urat-urat dalam batuan tufa dasit)

Sulawesi Selatan : Sangkanropi, Kab. Tanotoraja (berasosiasi dengan bijih sulfide pada zona riolit/dasit yang terkersikan)

20

BAB III PROSES PEMBUATAN

3.1. PROSES PEMBUATAN PUMICE (BATU APUNG) Pumice terjadi bila magma asam muncul kepermukaan dan bersentuhan dengan udara luar secara tiba-tiba buih gelas alam dengan gas yang terkandung didalamnya mempunyai kesempatan untuk keluar dan magma membeku dengan tiba-tiba. Pumice umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan, bahan lepas atau fragmen dalam breksi gunung api. Batu apung dapat pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang dilakukan obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk mengubah obsidian menjadi batu apung rata-rata 8800C. berat jenis obsidian yang semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut, oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulic. Pumice berwarna putih abu-abu kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan lubang yang terorientasi. Kadang kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit/ kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu higrokopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah. Kekuatan tekanan antara 30-20 kg/cm2. Komposisi utama mineral silikatamorf.

3.2. PROSES PEMBUATAN BATU GAMPING Batuan sedimen batugamping disusun dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang menghasilkan kalsium karbonat sebagai bagian dari metabolismenya membentuk bagian utama dari batugamping. Komponen lainnya adalah dari pengendapan secara kimiawi atau oleh proses biokimia. Secara bersama-sama tersedimentasi pada dasar laut; dan hal ini tidak memilki karakter yang seragam diseluruh bagiannya, jadi batugamping bukan merupakan komposisi yang seragam. Jenis dari batugamping ini sangat tidak terbatas. Sederetan sejarah dari jenis sedimentasi adalah litifikasi, formasi batuan dari bentuk yang khusus. Hal ini melibatkan perubahan kimia yang komplek seperti halnya adalah sementasi dan rekristalisasi, silikafikasi dan dolomitasi: secara bersama-sama biasa disebut dengan istilah diagenesis. Gua-gua hanya dapat dibentuk dari batuan yang terlitifikasi, dan jelas bahwa karakter sedimen semula dan sejarah diagenetik adalah faktorfaktor yang mengontrol lokasi sebuah gua.

21

3.3. PROSES PEMBUATAN ASBES Mineral Asbes ditemukan di bawah tanah, dan bijih dibawa ke permukaan untuk pengolahan menggunakan praktek pertambangan konvensional. Asbes Chrysotile biasanya ditemukan di dekat permukaan dan dapat diakses dengan tambang terbuka. Mineral asbes lain ditemukan pada kedalaman bervariasi dan mungkin memerlukan terowongan sedalam 900 kaki (300 m) untuk mendapatkan akses.

Gambar 5. Proses Pengolahan Asbes

Serat asbes yang dibentuk oleh pertumbuhan bertahap kristal mineral dalam retakan, atau pembuluh darah, ditemukan di formasi batuan lunak. Kristal tumbuh di seluruh vena, dan lebar vena menentukan panjang serat asbes yang dihasilkan. Akibatnya asbes harus dipisahkan dari bijih batuan menggunakan metode fisik, bukan metode kimia kadangkadang digunakan untuk memproses bijih lainnya. Berikut langkah-langkah yang digunakan untuk memproses bijih asbes chrysotile umum ditemukan Kanada: * mineral asbes Chrysoltile biasanya terletak menggunakan sensor magnetik disebut magnometer . Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa magnetit mineral magnetik sering ditemukan di dekat formasi asbes. Operasi asbes paling chrysotile pertambangan dilakukan secara tambang terbuka. Serangkaian spiral teras datar, atau bangku, dipotong menjadi sisi interior miring lubang. Ini digunakan baik sebagai platform kerja dan 22

sebagai jalan untuk mengangkut bijih dan keluar dari pit. Mineral asbes bijih yang kendur dari batuan sekitarnya dengan pengeboran dan peledakan bahan peledak. Puingpuing batuan yang dihasilkan dimuat ke penampung truk angkut dan dibawa keluar tambang. Beberapa operasi menggunakan teknik penggalian disebut caving blok, di mana bagian dari deposit bijih sedang memotong-sampai runtuh karena beratnya sendiri dan meluncur ke bawah parasut ke dalam truk angkut menunggu.

Memisahkan Bijih mengandung asbes hanya sekitar 10%, yang harus hati-hati dipisahkan dari batu untuk menghindari patah serat sangat tipis. Metode yang paling umum pemisahan disebut penggilingan kering. Dalam metode ini, pemisahan utama dilakukan dalam sebuah kehancuran dan vakum aspirating operasi di mana serat asbes yang secara harfiah tersedot keluar dari bijih. Ini diikuti dengan serangkaian operasi pemisahan sekunder untuk menghilangkan debu batu dan puing-puing kecil lainnya. * bijih ini dimasukkan ke dalam jaw crusher, yang meremas bijih untuk memecahkannya menjadi potongan-potongan yang 0,75 in (20,0 mm) dengan diameter atau kurang. Bijih dihancurkan kemudian dikeringkan untuk menghilangkan uap air yang mungkin ada. * biji itu jatuh pada permukaan layar 30-jala bergetar, yang memiliki bukaan yang 0,002 di (0,06 mm) dengan diameter. Sebagai layar bergetar, serat asbes melonggarkan naik ke atas dari bijih dihancurkan dan disedot pergi.. * lumpur yang sangat halus dan partikel batuan yang jatuh melalui layar bergetar disebut terusan atau tailing dan dibuang. Potongan-potongan hancur bijih yang tetap pada layar disebut over dan dipindahkan ke tahap berikutnya pengolahan. Bijih kemudian jatuh pada layar lain 30-jala bergetar dan mengulangi proses yang diuraikan dalam langkah 3 dan 4. * Proses penghancuran dan vakum aspirasi dari serat asbes diulang dua kali lagi. Setiap kali potongan bijih semakin kecil sampai serat asbes lalu ditangkap dan bijih tersisa sangat kecil sehingga jatuh melalui layar dan akan dibuang. Proses empat langkah juga memisahkan serat asbes dengan panjang. Serat terpanjang yang rusak bebas dari batuan sekitarnya di crusher pertama dan yang disedot dari layar pertama. * serat asbes dan bahan lain yang ditangkap dari setiap layar dilakukan disuspensikan dalam aliran udara dan dijalankan melalui empat pemisah siklon terpisah. Puing-puing berat dan partikel debu batu jatuh ke tengah aliran udara berputar dan putus bagian bawah pemisah. 23

* udara kemudian melewati empat set terpisah dari filter, yang menangkap serat asbes panjang yang berbeda untuk produk kemasan.

3.4. PROSES PEMBUATAN BARIT Barit dari penambangan pada umumnya kotor dan dilekati oleh batuan yang lain. Sehingga langkah awal barit ini dicuci dengan air cara disemprot. Yang bersih dan kering dapat ditumbuk dan digerus, kemudian disaring dengan ukuran tertentu. Karena barit mempunyai berat jenis besar (4,4) maka proses floatasi dapat menghasilkan fraksi barit murni. Pada instalasi pengolahan yang agak modern, fraksi barit yang merupakan hasil proses pemecahan, dicuci dengan log-washer, kemudian disaring, fraksi yang berukuran halus diproses dengan jig untuk selanjutnya dikonsentrasi dengan cara floatasi. Hailnya dikeringkan untuk selanjutnya dibuat dalam bentuk tepung.

24

BAB IV APLIKASI PADA INDUSTRI

4.1. PUMICE (BATU APUNG) Batu apung lebih banyak digunakan di sektor industri dibandingkan dengan sektor konstruksi. o Di sektor konstruksi Di bidang konstruksi, batu apung banyak dimanfaatkan untuk pembuatan agregat ringan dan beton. Agregat ringan karenamempunyai karakteristik yang sangat menguntungkan yaitu ringan dan kedap suara (high in sulation). Berat spesifik batu apungsebesar 650 kg/cm sebandingkan dengan bata biasa seberat 1.800 2.000 kg/cm. Dari batu apung lebih mudah dibuat blok-blok yang berukuran besar, sehingga dapat mengurangi pelesteran. Kelebihan lain dari penggunaan batu apung

dalam pembuatan agregatadalah tahan terhadap api, kondensi, jamur dan panas, serta cocok untuk akustik. o Di sektor industri Di bidang industri, batu apung digunakan sebagai bahan pengisi, pemoles/penggosok, pembersih, stonewashing, abrasif, isolator temperature tinggi dan lain-lain.

Tabel 1. Industri pengguna, fungsi, dan derajat ukuran butir batu apung Industri Cat Kegunaan - Pelapis nonskid - Cat sekat akustik - Bahan pengisi cat tekstur - Flattening agent Kimia - Media filtrasi - Chemical carrier - Pemicu korek api belerang Logam dan plastik - Pembersih dan pemoles - Vibratory and barrel finishing - Pressure balsting - Electro-planting Kasar Kasar Halus-kasar Sangat halus Kasar Kasar Halus-kasar Sangat halus Sangat halus-sedang Sedang Halus Derajat ukuran butir

25

- Pembersih gelas atau kaca Komponder - Bubuk sabun tangan - Pembersih gelas atau kaca Kosmetik dan odol - Pemoles dan penambal gigi - Pemerata kulit Karet - Bahan penghapus - Bahan cetakan Kulit Kaca dan cermin - Untuk mengkilapkan - Pemprosesan tabung TV - Pemoles dan pengkilap kaca tabung TV - Bevel finishing - Penghalus potongan kaca Elektronika Tembikar - Pembersih papan sirkit - Bahan pengisi

Sangat halus Sedang Sangat halus Halus Bubuk cair Sedang Sangat halus Sedang Halus

Halus Sangat halus Sangat halus Sangat halus Halus

4.2. BATU GAMPING (LIMESTONE) o Bidang pertanian 1. Mengurangi derajat keasaman (pH) tanah. 2. Meningkatkan ketersediaan kandungan N, P, Ca, Mg, Na dan KTK tanah. 3. Mengurangi kandungan Alumunium 4. Memperbaiki struktur fisik tanah o Bidang konstruksi 1. Podasi bangunan rumah, jalan dan jambatan. 2. Sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester. 3. Pembutan semen trass atau semen merah. o Bidang industri 1. Industri keramik, berfungsi menurunkan suhu leleh. 2. Industri kaca digunakan sebagai bahan tambahan. 3. Pembuatan bata silika dengan kandungan CaO 90%.

26

4. Pembuatan karbid dengan kandungan kapur tohor (60% ), kokas (40 %) antrasit, petrolium coke (carbon black). 5. Untuk pelaburan dan pemurnian baja sebagai imbuh pada tanur tinggi. 6. Bahan pemutih dalam industri kertas, pulp dan karet. 7. Pembuatan soda abu 8. Proses pengendapan biji logam non-ferrous. 9. Proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira.

4.3. ASBES (ASBESTOS) Pada rumah

Pada industri Packing boiler / Gland Packing

27

Insulasi piping

Kanvas rem kendaraan

Atap rumah / eternit asbes

Pemadam kebakaran

Pelapis kabel

28

Koil alat pemanas / alat listrik

4.4. BARIT
a. Tepung barit dimanfaatkan sebagai bahan cat, industry karet, kaca atau gelas, kertas,

dan plastik. Tepung barit juga dimanfaatkan untuk lumpur pemboran minyak dan gas (untuk mengakut cutting dari dasar lubang bor ke atas lubang bor). b. Dalam hal pemakaian yang demikian barit yang sudah dipakai dapat dimanfaatkan kembali (dengan system sirkulasi). Karena berat jenis besar, barit cukup baik untuk bahan tambahan dalam membangun reactor atom. c. Barit dicampur dengan fenol-formal dehid, silikat, asbes, dan arang kemudian digerus halus akan diperoleh semen fenolik yang mempunyai daya tahan yang besar terhadap berbagai bahan kimia. d. Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam industri perminyakan sebagai WEIGTHING AGENT, atau additive pemberat dalam lumpur pengeboran. e. Mineral barit banyak digunakan untuk kepentingan lumpur dalam pemboran minyak dan gas bumi. Pemakaian ini mencapai sekitar 85-90% dari produksi barit secara keseluruhan. f. Sisanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri kimia barium, sebagaibahan pengisi dan pengembang (filler dan extender), dan agregat semen.

29

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN Bahan galian industri ; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal, bentonit, batu gamping, dolomite, diatomae, gypsum, halit, talk, kaolin, zeolit, tras. Berdasarkan sumbernya bahan galian tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu : bahan galian berdasarkan dengan batuan sedimen, bahan galian berdasarkan dengan batuan gunung api, bahan galian berdasarkan ubahan hidrotermal dan bahan galian berdasarkan batuan malihan. Pengolahan bertujuan untuk meningkatkan mutu dan berbagai nilai seperti tingkat konsentrat, kadar sesuatu unsur kimia, mutu fisik, mutu bentuk, dan penampilan.

5.2. SARAN Bahan galian industri yang melimpah di alam harus dimanfaatkan semaksimal mungkin sesuai dengan klasifikasi dan kegunaannya. Dalam penambangan bahan galian industri juga harus sesuai dengan teknik yang telah ditentukan. Sebelum mengolah dan memanfaatkan bahan galian industri, kita harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik dari masing-masing bahan galian industri tersebut.

30

DAFTAR PUSTAKA

http://bosstambang.com/Bahan-Galian-Industri/batu-gamping.html http://buana-poetra-mining.blogspot.com/2011/10/asbestos.html http://fileq.wordpress.com/category/dunia-pertambagan/bahan-galian-industri-duniapertambagan/ http://geo-student.blogspot.com/2010/01/macam-macam-mineral-dan-kegunaannya.html http://imadedwisg.blogspot.com/2010/10/penggolongan-bahan-galian-dan-bahan.html http://irfangeofisika.blogspot.com/2011/04/tambang-terbuka-open-pit.html http://miner-padang.blogspot.com/2011/12/bahan-galian-industri-yang-berkaitan.html http://nurhakim.zoomshare.com/files/bgi/bahankuliah_bgi-04.pdf http://psdg.bgl.esdm.go.id/kepmen_pp_uu/Amdal_Bid_Pertambangan.pdf http://ronie-uniba.blogspot.com/2008_06_01_archive.html http://subterra.web.id/speleologi-karstologi/geologi-gua.html http://valensikautsar.blogspot.com/2008/12/batu-gamping.html http://www.anneahira.com/indonesia/bahan-galian.htm http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Propinsi/Nusa-Tenggara-Timur/HasilTambang/Batu-Gamping http://www.scribd.com/doc/72004849/13/Bahan-Galian-Industri http://www.scribd.com/doc/33920004/Batu-Apung http://www.scribd.com/amentox/d/81327540-KULIAH-SMSTER-6 http://www.scribd.com/doc/85700936/Barite http://xa.yimg.com/kq/groups/1051902/1132263938/name/Bahaya+asbestos+rev+1.pdf

31

NOTULEN HASIL DISKUSI BAHAN KONSTRUKSI KIMIA (BKK) BAHAN GALIAN INDUSTRI

Hari Tanggal Waktu Tempat

: Senin : 26 Maret 2012 : 10.50 s.d 12.30 WIB : Ruang kuliah 6 kelas 4 KB

Susunan Acara 1. Pembukaan 2. Presentasi hasil diskusi 3. Tanya jawab 4. Pembacaan kesimpulan 5. Penutup

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN 1. Pertanyaan dari Rangga Indra Dena (Kelompok 2) Jelaskan apa saja persyaratan batu gamping di industri berdasarkan pengolahan dan pemanfaatannya ? Dijawab oleh Eka Nurfitriani

o Batu bangunan : dipakai untuk pondasi jalan, rumah, bendungan. Biasanya dipakai
Bahan Galian Gamping yg keras dan pejal berhablur halus dan mempunyai daya tekan 800-2500 kg/cm2. o Bahan bangunan syarat : CaO+ MgO min 95 %, SiO2+Al2O3 + Fe2O3 max 5%, CO2 3 %, 70 % lolos ayakan 0,85 mm. o Industri kaca : berfungsi sebagai Galian fluks dgn kadar 0,96% SiO2, 0,04 Fe2O3, 0,14 % Al2O3, 0,15% MgO, 55,8% CaO o Industri bata silika Syarat: 90% CaO, max 4,5% MgO, maks 1,5% Fe2O3+Al2O3, maks 55,8% CO2 o Industri semen : syarat: 50-55% CaO, maks 2% MgO, viskositas 3200 cp (40% H2O), 2,47 % Fe2O3, 0,95% Al2O3 32

o Bahan Pemutih kertas, pulp, karet Bahan Galian Gamping hablur murni digerus halus dgn syarat 98% CaCO3 dan PH > 7,8 dgn kehalusan 325 mesh mpy daya serap thd minyak warna putih

2. Pertanyaan dari Noermatia (Kelompok 7) Apakah ada cara lain dalam proses penambangan batu apung? Dijawab oleh Eka Nurfitriani Batu apung dapat pula dibuat dengan cara memanaskan obsidian, sehingga gasnya keluar. Pemanasan yang dilakukan obsidian dari Krakatau, suhu yang diperlukan untuk mengubah obsidian menjadi batu apung rata-rata 8800C. berat jenis obsidian yang semula 2,36 turun menjadi 0,416 sesudah perlakuan tersebut, oleh sebab itu mengapung didalam air. Batu apung ini mempunyai sifat hydraulic. Pumice berwarna putih abu-abu kekuningan sampai merah, tekstur vesikuler dengan ukuran lubang, yang bervariasi ukurannya baik berhubungan satu sama lain atau tidak struktur skorious dengan lubang yang terorientasi. Kadang kadang lubang tersebut terisi oleh zeolit/ kalsit. Batuan ini tahan terhadap pembekuan embun (frost), tidak begitu higrokopis (mengisap air). Mempunyai sifat pengantar panas yang rendah. Kekuatan tekanan antara 30-20 kg/cm2. Komposisi utama mineral silikatamorf.

3. Pertanyaan dari Oky Pratama Yustisia (Kelompok 5) Sebutkan apa saja mineral yang ada di dalam batu gamping ? Dijawab oleh Adif Brilyan Pratama Adapun mineral dari batugamping adalah sebagai berikut : Calcite CaCO3 Material strukturnya sebagian besar dari invertebrata laut dan merupakan komponen utama dari limestone. Mengkristal dalm sistem trigonal. Aragonite CaCO3 Material strukturnya dari moluska laut; terkadang terendapkan dalam air dangkal yang hangat.

Mengkristal dalam sistem orthorhombic. Dibandingkan dengan kalsit, kestabilannya lebih rendah dan lebih mudah larut; seringkali merngkristal menjadi kalsit. Dolomite CaMg(CO3)2 Diketahui sebagai mineral sedimen primer, tetapi lazimnya hasil dari invasi sedimen kalsit oleh air asin

33

yang kaya dengan magnesium yang menyebabkan rekristalisasi dimana dolomite menggantikan kalsit. Chalchedony SiO2 Material struktur mengadung silika dari sedikit

invertebrata laut, khususnya Radiolaria. Keberadaan di batugamping biasanya sebagai flint dan nodul chert.

4. Pertanyaan dari Empayus (Kelompok 4) Jelaskan karakteristik dari mineral batu barit ! Dijawab oleh Adif Brilyan Pratama Mineral Karakteristik

Specimen:

Yellow coxcomb Barite crystals

Locality: Magnification : Specimen Grade:

Mibladen, Morocco +1

Specimen:

Colorless Barite crystal Unknown +1 B

Locality: Magnification: Specimen Grade:

34

Specimen: Locality:

Tabular orange Barite crystals Stoddard Mine, Westmoreland, NH -micro- crystal = at least 5 cm across -(micro)-

Magnification:

Specimen Grade:

Specimen:

White coxcomb Barite with Chalcopyrite Alston Moor, Cumbria, England +1

Locality: Magnification: Specimen Grade:

Specimen: Locality:

Barite "Desert Rose" near Norman, Cleveland Co., Oklahoma +1

Magnification: Specimen Grade:

35

5. Pertanyaan dari Tiah Kuwuri (Kelompok 1) Jelaskan perbedaan antara ketiga jenis asbes ! Dijawab oleh Sampuspita Sari Chrysotile adalah jenis yang paling umum digunakan asbes. Hal ini biasanya putih, dan kadang-kadang dikenal sebagai asbes putih, meskipun juga bisa menjadi kuning, abu-abu, atau kehijauan dalam warna. Sebagian besar serat chrysotile sekitar 0,250,50 dalam (6,4-12,7 mm) panjang dan biasanya ditambahkan ke campuran beton untuk memberikan penguatan Crocidolite, kadang-kadang disebut asbes biru. Ia memiliki semburat kebiruan, dan serat yang sekitar 0,12-3,0 dalam (3,0-76,0 mm) panjang. Crocidolite memiliki kekuatan tarik yang sangat tinggi dan ketahanan yang sangat baik terhadap bahan kimia. Salah satu kegunaannya adalah sebagai penguat dalam plastik. Amosite, kadang-kadang disebut asbes coklat. Ini sering memiliki semburat coklat muda, tetapi juga ditemukan dalam warna gelap, serta putih. Amosite memiliki serat kasar yang sekitar 0,12-6,0 dalam (3,0-152,0 mm) panjang. Serat sulit untuk berputar ke kain atau tali dan sebagian besar digunakan sebagai bahan isolasi, meskipun penggunaan yang dilarang di banyak negara

6. Pertanyaan dari Ari Revitasari (Kelompok 6) Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam industri perminyakan sebagai WEIGTHING AGENT, apa yang dimaksud WEIGTHING AGENT? Dijawab oleh Sampuspita Sari WEIGTHING AGENT adalah additive pemberat dalam lumpur pengeboran.

7. Pertanyaan dari Maimunah (Kelompok 4) Sebutkan contoh dari masing-masing klasifikasi bahan galian industri ! Dijawab oleh Eka Nurfitriani g. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen Kelompok ini dapat dibagi menjadi : Sub kelompok A Sub kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batu gamping, misalnya batu

gampung, dolomite, kalsit, marmer, oniks, posfat, rijang, dan gipsum. : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya, misalnya

ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium, mangan, feldspar.

36

h. Kelompok II : BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api, misalnya obsidian, perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal, kalsedon, andesit dan basalt, paris gunung api, dan breksi pumice. i. Kelompok III : BGI yang berkaitan dengan instrusi plutonik batuan asam dan ultra basa, misalnya granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali felspar, bauksit, mika, dan asbes. j. Kelompok IV : BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu dan endapan letakan, misalnya lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zircon, korundum, kelompok kalsedon, kuarsa Kristal, dan sirtu. k. Kelompok V : BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal, misalnya barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas. l. Kelompok VI : BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf, misalnya kalsit, marmer, batu sabak, kuarsit, grafit, mika, dan wolastonit.

8. Pertanyaan dari Asef Riyadi (Kelompok 7) Sebutkan dimana terdapat batuan Colorless Barite Crystal ! Dijawab oleh Sampuspita Sari Batuan Colorless Barite Crystal terdapat di negara New Mexico, Doa Ana Co., Palm

Park Quarry.

37

Anda mungkin juga menyukai