Anda di halaman 1dari 61

ISSN 1979-6552

Jurnal Volume 5, Nomor 13, April 2009

BAHAN GALIAN
INDUSTRI

³ Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam


Menunjang Prioritas Kebutuhan Nasional

³ Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk


Pertambangan dan Industri Pengolahan Kapur di Kabupaten Bandung Barat,
Jawa Barat

³ Pencucian Kembali (Retreatment) Ampas Pencucian Bauksit Kijang

³ Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan


Kisi Tahan Api Permeabilitas Tinggi

³ Pengkajian Aktivasi Zeolit dan Bentonit Secara Mekanis

PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA


tek MIRA

Jurnal Hal. Bandung ISSN Terakreditasi sebagai Majalah Ilmiah berdasarkan


Vol. 5 No. 13 April 2009 1979-6552 Keputusan Kepala LIPI No. 34/Akred-LIPI/P2 MBI/9/2006
BGI 1-58
ISSN : 1979 – 6552

Jurnal
BAHAN GALIAN INDUSTRI
Volume 5, Nomor 13, April 2009

Jurnal Bahan Galian Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
dan Batubara, memuat karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan bahan
galian industri mulai dari eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemanfaatan, lingkungan, kebijakan
dan keekonomian

Penasihat
Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara
Kepala Bidang Afiliasi

Pimpinan Redaksi
Nandang Jumarudin

Redaktur Pelaksana
Umar Antana

Dewan Redaksi
1. Dr. Binarko Santoso, Ir (Ketua - Geologi Mineral dan Batubara)
2. Dr. Datin Fatia Umar, Ir., MT. (Teknik Kimia/Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara)
3. Dr. Miftahul Huda, Ir., M.Sc. (Teknik Kimia Terapan/Teknologi Pemanfaatan Batubara)
4. Prof. Husaini, Ir., M.Sc. (Teknik Lingkungan/Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Industri)
5. Prof. I. G. Ngurah Ardha, M.Sc. (Metalurgi/Pengolahan Mineral)
6. Tatang Wahyudi, Ir. M.Sc. (Geologi/Mineralogi Proses)
7. Sri Handayani, Dra., M.Sc. (Bioteknologi Lingkungan)
8. Siti Rafiah Untung, Dra., M.Sc. (Lingkungan Biologi Pertambangan)
9. Fauzan, Ir. (Perencanaan Tambang dan Reklamasi)
10. Jafril, Drs. (Manajemen Sumber Daya Mineral dan Batubara)

Mitra Bestari
Prof. Dr. Pramusanto, Ir. (Ekstraksi Metalurgi)

Staf Redaksi
Umar Antana, Nining Trisnamurni, Mining Emiliastuti, Rusmanto, Bachtiar Efendi dan
Arie Aryansyah

Penerbit
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Alamat Sekretariat
Jl. Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. (022) 6030483, Fax. (022) 6003373
e-mail :publikasitekmira@tekmira.esdm.go.id
publikasitekmira@yahoo.com

STT : 2331/SK/Ditjen PPG/STT/1998

i
ISSN : 1979 – 6552

Jurnal
BAHAN GALIAN INDUSTRI
Volume 5, Nomor 13, April 2009

DAFTAR ISI
Dewan Redaksi ...................................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................................. ii

Dari Redaksi ........................................................................................................................ iii

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam .......................................... 1 - 14


Menunjang Prioritas Kebutuhan Nasional
Muchtar Aziz

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk ........................................ 15 - 27


Pertambangan dan Industri Pengolahan Kapur di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Bambang Yunianto

Pencucian Kembali (Retreatment) Ampas Pencucian Bauksit Kijang .............................................. 28 - 38


Husaini, Suryo Cahyono dan Azhari

Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan .............................. 39 - 49
Kisi Tahan Api Permeabilitas Tinggi
Sumaryono

Pengkajian Aktivasi Zeolit dan Bentonit Secara Mekanis ............................................................... 50 - 56


Sariman, Agus Wahyudi, Dessy Amalia dan Siti Rochani

Petunjuk bagi Penulis ......................................................................................................................... 57

Keterangan gambar sampul depan :


Kerusakan lingkungan akibat penambangan dengan peledakan dan alat berat di Gunung Masigit yang tidak
terkendali (kiri); Teknik pembakaran dari atas ke bawah untuk proses pemuputan (kanan)

ii
Dari Redaksi
Pemerintah Republik Indonesia pada awal tahun ini telah melahirkan undang-undang baru dalam sektor energi
dan sumber daya mineral, yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batubara. Hal-hal penting yang perlu dicermati adalah asas dan tujuan undang-undang tersebut,
yaitu pertambangan mineral dan batubara harus dikelola berlandaskan: manfaat, keadilan dan keseimbangan;
keberpihakan kepada kepentingan bangsa; partisipatif, transparansi dan akuntabilitas; dan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Selain hal tersebut, pengelolaan mineral dan batubara bertujuan, antara lain untuk
menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
hidup; menjamin ketersediaan mineral dan batubara sebagai bahan baku dan sebagai sumber energi untuk
kebutuhan dalam negeri; menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat
internasional.

Ada hal yang sangat menarik dalam masalah peningkatan kualitas komoditasnya, yakni aspek peningkatan nilai
tambah. Aspek ini tentu saja berhubungan erat dengan peningkatan kelitbangan yang dimiliki oleh semua
institusi kelitbangan yang ada di tanah air ini. Isu ini dapat menjadi tantangan dan peluang, terutama bagi para
peneliti dan perekayasa dalam melakukan riset untuk tujuan mulia tersebut. Selama ini, Indonesia telah
mengalami defisit perdagangan komoditas mineral, sekali pun banyak mineral serupa terkandung di republik
ini, karena aspek kebutuhannya masih tetap mengimpor dari luar negeri, terutama dari Cina. Inilah momen-
tum bermakna bagi para pejabat fungsional tersebut untuk membuktikan kemampuan diri dalam menjawab
tantangan tersebut, sehingga ketergantungan impor komoditas tersebut dapat dikurangi, bahkan diharapkan
bisa melakukan ekspor komoditasnya dengan kualitas internasional. Cita-cita luhur anak-anak bangsa ini bukan
suatu hal yang mustahil, karena beragam sumber dayanya sudah tersedia, berupa: sumber daya manusia yang
mumpuni dalam penguasaan teknologi; sumber daya mineral yang tersebar di seluruh tanah air; sumber dana
yang memadai; dan peralatan yang cukup memadai.

Apa yang diharapkan dari kinerja para pejabat fungsional di Puslitbang tekMIRA? Sentra pengolahan mineral
yang dibangun oleh puslitbang ini yang terus-menerus ditingkatkan kapasitas kemampuan teknologinya,
diharapkan dapat dijadikan kawasan candradimuka bagi para pejabat fungsional untuk membuktikan jati-
dirinya dalam mengekspresikan kedigdayaannya untuk mendukung program pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan komoditas mineralnya yang berkualitas internasional. Untuk mewujudkan cita-cita ini, sudah saatnya
lembaga kelitbangan ini melakukan kolaborasi dengan para pelaku industri penggunanya. Dengan demikian,
aspek kebutuhan industri yang terkait dengan masalah spesifikasi komoditas mineralnya dapat ditanggulangi
dan dipecahkan permasalahannya oleh para perisetnya. Kolaborasi semacam inilah yang diharapkan terus
dapat berjalan, sehingga masalah pemasokan kebutuhan komoditas mineralnya tidak perlu lagi mendatangkan
dari luar negeri. Seluruh sumber daya harus dikerahkan untuk menyukseskan program pemerintah dalam
memberdayakan tenaga ahlinya dalam mengelola sumber daya mineral yang berwawasan lingkungan.

Makalah-makalah yang tersaji dalam terbitan jurnal kali ini diharapkan mampu menjawab segala permasalahan
peningkatan nilai tambah komoditas mineral. Hal ini sekaligus dapat dijadikan sebagai wadah dalam
mengekspresikan diri dalam menghadapi tantangan dan peluang dalam mendukung program pemerintah dalam
sektor energi dan sumber daya mineral, terutama terkait dengan ketergantungan komoditas mineral yang berasal
dari manca negara. Hal ini harus segera diakhiri, mengingat sumber daya yang dimiliki oleh institusi kelitbangan
sudah bersusah payah ditingkatkan kapasitas kelitbangannya.

Redaksi

iii
RUANG LINGKUP PENELITIAN
PENGOL AHAN D
PENGOLAHAN AN PEMANF
DAN AATAN MINERAL
AAT
PEMANFAA
DAL AM MENUNJ
ALAM ANG PRIORIT
MENUNJANG AS KEB
PRIORITAS UTUHAN
KEBUTUHAN
NASIONAL

Muchtar Aziz
Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara
Jl. Jenderal Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. 022 - 6030483 Fax. 022 - 6003373
e-mail : muchtar@tekmira.esdm.go.id

Naskah masuk : 19 November 2008, revisi pertama : 03 Maret 2009, revisi kedua : 01 April 2009
dan revisi terakhir : April 2009

SARI

Penelitian dan pengembangan pengolahan mineral ke depan perlu mengacu pada enam fokus prioritas RISTEK
(Riset dan Teknologi) Nasional, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, transportasi, teknologi
informasi dan komunikasi, serta pertahanan keamanan. Beberapa mineral yang potensial menunjang ke enam
fokus prioritas kebutuhan nasional tersebut telah disusun dalam tulisan ini, yang dikaitkan dengan gambaran
teknologi peningkatan nilai tambah dan lingkup litbang yang diperlukan. Mineral-mineral yang telah disusun
sebagai obyek litbang pengolahan di antaranya telah menjadi masukan dalam penyusunan renstra tekMIRA.

Kata kunci : litbang pengolahan mineral, enam fokus ristek nasional, rencana ke depan

ABSTRACT

In the future, the R&D of mineral processing must be linked to six of RISTEK (National Research and Technol-
ogy) focus, i.e. the sustained of foods, energy, healthy, transportation, information technology, security and
defense. In line with technology to enhancement of added value and R&D scope needs, some of potential
minerals to support these six focus priority of national need have been arranged in the present paper. A part of
minerals must be arranged as object of R&D of mineral processing that has come to be input for strategic
planning of tekMIRA.

Keywords : R & D of mineral processing, six focus of national R & D, planning to the future

1. PENDAHULUAN pangan, Indonesia harus bisa berswasembada secara


berkesinambungan melalui peningkatan hasil-hasil
Populasi penduduk Indonesia saat ini telah pertanian khususnya dalam bahan makanan pokok
mencapai sekitar 230 juta jiwa, suatu jumlah yang seperti beras, jagung, kentang dan sejenisnya sebagai
sangat besar dan akan menjadi tantangan dalam sumber karbohidrat serta kacang-kacangan sebagai
penyediaan kebutuhan hidup, terutama kebutuhan sumber protein nabati. Juga sumber protein hewani
pokok minimum, yaitu sandang, pangan dan papan. yang produksinya harus ditingkatkan melalui
Penyediaan kebutuhan pokok tersebut saat ini dan pengembangan peternakan dan perikanan. Produk-
yang akan datang nampaknya masih merupakan produk industri yang menunjang kebutuhan pokok
prioritas, khususnya pangan dan papan. Di bidang tersebut harus terjamin baik kuantitas, kualitas

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 1
maupun kesinambungan pasokannya, seperti pupuk, dan bermuara pada prioritas kebutuhan nasional.
bahan-bahan pengondisi tanah (zeolit, tepung
gamping, bentonit, dll.), pakan ternak dan bahan- Berkaitan dengan pupuk, selama 10 tahun terakhir
bahan pengondisi tempat peternakan, pakan ikan dan ini tidak ada peningkatan produksi pabrik pupuk
bahan-bahan pengondisi air perikanan. Demikian (Anonim, 2008). Selama kurun waktu tersebut sering
pula produk industri yang menunjang pengelolaan terjadi kelangkaan pupuk di dalam negeri.
hasil panen seperti bahan-bahan untuk pengawetan, Kelangkaan pupuk ini masih terjadi pada akhir tahun
pengolahan maupun pengemasannya. 2008 yang baru saja berlalu. Pada tahun 2008
produksi pupuk nasional defisit 3 juta ton (Daniel,
Perencanaan kegiatan litbang pengolahan mineral ke 2008). Produksi pupuk tahun 2008 diperkirakan
depan perlu lebih memperluas keterlibatan berbagai hanya 6 juta ton, sementara konsumsi meningkat
jenis mineral, yang tetap memiliki keterkaitan dengan mendekati 9 juta ton ditengah perkembangan
prioritas kebutuhan nasional. Karenanya dalam perkebunan dan juga tanaman pangan. Impor pupuk
menyusun rencana strategis ke depan sangat penting sulit karena harga internasional mahal, harganya
mengaitkan aktifitas penelitian dengan enam fokus pernah mencapai US$ 800 per ton. Namun harga
RISTEK (Riset dan Teknologi), yakni ketahanan tersebut mulai jatuh bahkan sampai dibawah US$
pangan, ketahanan energi, kesehatan, transportasi, 300 per ton. Untuk tahun 2009 target produksi pupuk
teknologi informasi dan komunikasi, serta pertahanan 7 juta ton sama dengan kebutuhan yang ada sehingga
keamanan (Yateman dkk., 2007). Gambar 1. tidak akan terjadi kekurangan pupuk lagi (Anonim,
menunjukkan konsep keterkaitan aktifitas penelitian 2008). Hingga tahun 2015 targetnya 15 juta ton.
mineral dan batubara dengan enam fokus RISTEK Saat ini ada dua pabrik yang belum berproduksi
dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk maksimal yakni PT. Pupuk Iskandar Muda di Aceh
menjadi acuan riset nasional. Melalui konsep ini dan PT. Pupuk Kaltim karena kurangnya pasokan gas.
diharapkan kegiatan litbang pengolahan mineral ke Pemerintah telah memerintahkan agar pasokan gas
depan dapat lebih luas dan semuanya tetap terarah segera diselesaikan.

SUMBER DAYA ENAM FOKUS PERCEPATAN


MINERAL DAN BATUBARA RISTEK TARGET

Pencapaian
Prioritas
Mineral Ketahanan Pangan Kebutuhan
Ketahanan Energi
Nasional

Kesehatan
Batubara Transportasi

Teknologi Informasi
dan Komunikasi

Pertahanan
Keamanan

Gambar 1. Diagram korelasi percepatan target pencapaian prioritas kebutuhan nasional terhadap
implementasi enam fokus program ristek berbasis sumber daya mineral dan batubara

2 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14


Penyediaan air bersih harus terus ditunjang untuk naik membumbung. Peringatan awal tersebut
ditingkatkan, baik melalui pengolahan air baku mengandung arti diperlukannya upaya yang sungguh-
maupun air limbah yang berpotensi mencemari sungguh untuk penyediaan energi alternatif yang
lingkungan. Masyarakat kita saat ini masih belum dapat diperbaharui serta lebih ramah lingkungan. Saat
lepas dari kesulitan mendapatkan air bersih terutama ini (akhir Januari 2009) harga minyak dunia sudah turun
saat musim kemarau. Nampak ada kecenderungan mencapai level US$ 41.43 per barrel (Soempeno,
semakin sulitnya mendapatkan air bersih di masa 2009). Namun penurunan ini lebih disebabkan
mendatang. Karenanya produk-produk industri yang dampak krisis ekonomi global, dimana banyak
diperlukan untuk pengolahan air (water treatment) perusahaan manufaktur kelas dunia di beberapa
harus diupayakan diproduksi di dalam negeri seperti negara mengalami penurunan kinerja produksi yang
tawas (alums,Al2(SO4)3.nH2O), PAC (Poly Alumi- berpengaruh pada konsumsi energi.
num Chloride), kaporit, ozon, kapur padam (hydrated
lime,Ca(OH)2), zeolit, pasir aktif (pengoksidasi), Energi alternatif yang sumberdayanya besar
karbon aktif, dan pasir kuarsa. diantaranya energi cahaya matahari, energi dari bahan
nabati (minyak, karbohidrat), dan energi batubara.
Penyediaan perumahan bagi masyarakat tidak mampu Upaya-upaya dalam rangka penyediaan energi
saat ini perlu terus diupayakan, melalui penyediaan tersebut harus terus ditunjang sehingga memberikan
perumahan layak huni dengan harga yang terjangkau. hasil nyata yang dapat dirasakan masyarakat Indo-
Demikian juga sarana bangunan lainnya termasuk nesia. Bahan-bahan hasil industri yang diperlukan
bangunan pengairan. Disamping itu juga sarana jalan untuk mengonversi energi matahari diantaranya sel
dan jembatan untuk mempercepat pemerataan surya (sebagai komponen inti), profil alumunium
pembangunan diseluruh wilayah nusantara. untuk penopang, batere penyimpanan, kabel tembaga
untuk transmisi energi listrik. Bahan-bahan hasil industri
Bahan-bahan hasil industri yang diperlukan untuk yang diperlukan untuk sintesis biodiesel dari minyak
bangunan, sarana jalan dan jembatan meliputi antara nabati antara lain katalis asam (H2SO4), katalis basa
lain : semen, besi beton, batu andesit, bata, kapur (NaOH), serta katalis asam padat sebagai katalis
padam, kapur tohor (CaO), pasir, tras, keramik. alternatif (penelitiannya saat ini masih berlangsung).
Pembangunan perumahan rakyat yang dilaksanakan
pemerintah dapat dilihat pada rencana pembangunan Pasokan seluruh produk hasil industri yang
jangka menengah (RPJM) nasional 2004-2009, oleh menunjang penyediaan pangan dan papan tersebut
Kementerian Perumahann Rakyat, yaitu ditargetkan diatas harus terjamin, baik kuantitas, kualitas
: pembangunan rumah baru 1.350.000 unit, maupun kesinambungannya.
rusunawa 60.000 unit, rusunami dengan peran swasta
25.000 unit, dan akses kredit mikro perumahan Di samping menunjang produksi pangan dan papan
3.600.000 unit (Asy’ari, 2007). sebagai prioritas utama, kebutuhan industri lainnya
pun perlu mendapat perhatian karena memiliki
Upaya penyediaan pangan dan papan tidak terlepas keterkaitan untuk mempercepat pencapaian, seperti
dari penyediaan energi yang sangat mempengaruhinya. industri logam, mesin, kimia, dan lain-lain.
Beberapa waktu yang lalu telah terjadi gejolak harga
bahan bakar minyak (BBM) yang luar biasa. Kenaikan Maksud dan tujuan makalah ini adalah memberikan
harga BBM dunia beberapa waktu yang lalu masukan khususnya kepada para peneliti pengolahan
berlangsung sangat cepat. Pada bulan Agustus 2007 dan pemanfaatan mineral untuk dapat merencanakan
harga untuk jenis light sweet crude sebesar US$ 71,59 penelitian dan pengetahuan ke depan yang lebih baik
per barrel (Anonim, 2007). Empat bulan kemudian agar hasil penelitiannya dapat lebih bermanfaat dan
tepatnya pada 2 Januari 2008 harga sudah mencapai lebih menunjang prioritas kebutuhan nasional.
US$ 100,09 per barrel. Setahun kemudian pada bulan
Agustus 2008 harga mencapai US$ 145,18 per bar-
rel (Yahya, 2008). Fenomena kenaikan BBM dunia 2. METODOLOGI
yang demikian cepat merupakan peringatan awal yang
dampaknya tidak boleh dilupakan bangsa kita. Betapa - Mengacu pada kebijakan Kementerian Negara
tidak, kita masih ingat bahwa ketika kenaikan Riset dan Teknologi untuk memenuhi kebutuhan
berlangsung cepat, BBM banyak menghilang di bangsa yang mendesak yang telah dirumuskan
pasaran, berbagai industri terancam tutup, antrian dalam enam fokus prioritas riset nasional, yakni
BBM terjadi di mana-mana, kejahatan pengoplosan : ketahanan pangan, ketahanan energi,
BBM, mengakibatkan gejolak ekonomi, harga-harga kesehatan, transportasi, teknologi informasi dan

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 3
komunikasi, serta pertahanan keamanan. seperti amonium nitrat, amonium sulfat, so-
dium nitrat urea, dsb.
- Mengacu pada permasalahan krusial dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam 5 b) Mineral-mineral sekunder, mengandung :
tahun terakhir dan berbagai kerawanan yang kalsium, magnesium, dan sulfur.
ditimbulkannya. Contoh : batukapur atau batugamping (lime-
stone, CaCO3) sebagai bahan baku pupuk Ca-
- Survai literatur terkait antara lain tentang Pro- nitrat untuk memenuhi kebutuhan unsur Ca dan
duction and Application of Non-Metallics Min- N; dolomit (dolomite, CaCO3.MgCO3) sebagai
erals in Agriculture dan Sorbents for Agricul- bahan baku pupuk Kiserit (MgSO 4.2 H2O)
ture untuk mendapatkan masukan sumber min- untuk memenuhi kebutuhan unsur Mg dan S.
eral untuk pupuk dalam rangka ketahanan
pangan; Application of Bentonite for Waste c) Mineral-mineral mikro dan trace, mengandung
Water Disposal untuk mendapatkan masukan : boron, besi, mangan, tembaga, seng,
penggunaan bentonit untuk mengatasi limbah molibden, klorin, dan kobalt.
cair dalam rangka kesehatan lingkungan hidup; Unsur-unsur tersebut diperlukan tanaman dalam
serta literatur lainnya yang berkaitan dengan jumlah sangat kecil, biasanya sebagian terpenuhi
penggunaan mineral dan batubara maupun sebagai ikutan dalam mineral primer dan
produktanya dalam produksi energi, sarana sekunder, sebagian lainnya biasanya terdapat
transportasi, teknologi informasi dan dan terpenuhi dalam tanah.
komunikasi, serta sarana pertahanan keamanan.
Disamping itu beberapa mineral industri dan batuan
- Survai literatur Potensi Sumber Daya Mineral dapat digunakan sebagai penyerap (sorbents). Mineral-
Indonesia untuk mendapatkan masukan potensi mineral bersifat penyerap dapat dikelompokkan dalam
sumberdaya dan penyebaran mineral-mineral dua kelompok (Soucek and Kliment, 1983), yaitu :
terkait dengan enam fokus prioritas ristek di In-
donesia. a) Penyerap dalam produksi tanaman, digunakan
untuk :
- Penyusunan pola pikir rencana Litbang - tanah berpasir (sandy soils), yaitu : bentonit
Pengolahan Mineral ke depan. dan lempung berkapur (marl)
- tanah lempung (argillo-aranaceous), yaitu
tuffs, tufit, perlit mengembang, dan zeolit.
3. PEMBAHASAN
b) Penyerap dalam peternakan dan perikanan yaitu
A. Mineral-mineral penunjang produksi bentonit dan zeolit.
pangan, air bersih, perumahan / bangunan
Ada pula beberapa mineral industri dan batuan dapat
Penunjang produksi pangan dipakai sebagai pembawa (carriers) bahan kimia
(pestisida) untuk melindungi tanaman dari serangga.
Untuk bidang pertanian beberapa mineral industri Mineral-mineral sebagai pembawa antara lain :
dan batuan dapat dipakai sebagai mineral-mineral bentonit, zeolit, diatomit, atapulgit, dan sepiolit.
pupuk (fertilizer minerals). Mineral-mineral yang
dapat dipakai sebagai pupuk dapat dikelompokkan Mineral-mineral sebagai aditif pakan ternak terutama
sebagai berikut (Team of Authors, 1983): unggas petelur, untuk memenuhi kebutuhan unsur
kalsium yaitu batukapur (limestone, CaCO3) granul
a) Mineral-mineral primer, mengandung : nitro- (ukuran butir 1,5 – 2 mm) dan untuk memenuhi
gen, fosfor, dan kalium. kebutuhan untur fosfor, yaitu batuan fosfat (phos-
Contoh : batuan fosfat (phosphate rock, phate rock, Ca 3(PO 4) 2. Mineral-mineral untuk
Ca3(PO4)2) sebagai pupuk fosfat dan bahan menunjang produksi pangan tersebut sebagian besar
baku untuk pupuk TSP (Triple Super Phosphate); potensinya ada di Indonesia, potensi sumber daya
mineral sylvite (KCl), sylvinite (KCl,NaCl), tersebut antara lain :
langbeinit (K2SO4.2MgSO4) sebagai pupuk KCl
dan bahan baku pupuk KCl, pupuk K2SO4, dan Batuan fosfat
pupuk kiserit (kieserite, MgSO4.2H2O). Nitro-
gen biasanya dipenuhi melalui bahan kimia Batuan fosfat merupakan sumber fosfor yang penting.

4 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14


Umumnya sebagai endapan guano di (gua-gua) pembuatan kaporit; kaolin ( Al2O3.2SiO2.2H2O)
daerah batu kapur. Sumber daya batuan fosfat sekitar dan bauksit (gibbsite, Al 2 O 3 .3 H 2 O) untuk
20,5 Juta ton (Anonim, 2004), yang tersebar di Aceh pembuatan koagulan seperti tawas (Al2(SO4)3) dan
(21 Ribu ton (Rt)), Jabar (2,586 Juta ton (Jt)), Jateng PAC (Poly Aluminum Chloride), zeolit
(716 Rt), Jatim (15,5 Jt), Kalsel (166 Rt), Kaltim (2 (2AlSi2O6.H2O) dan bentonit (montmorillonite,
Rt), dan Sulsel (1,5 Jt). Al2O3.4 SiO2.H2O+xH2O) untuk penyerap dan
penukar kation (Kacin, 1984), serta pasir kuarsa
Batukapur (quartz sand, SiO2) untuk penyaringan (filtering)
pengotor padat dalam air (Stanley,1975). Mineral-
Sumber daya batukapur yang dimiliki Indonesia mineral untuk menunjang pengolahan air sebagian
sangat besar, yakni 2.156 Milyar ton (Anonim, 2004) besar potensinya ada di Indonesia, dengan potensi
yang tersebar di N.Aceh Darussalam (131,12 Milyar sumber dayanya sebagai berikut :
ton (Mt)), Sumut (3,24 Mt), Sumbar (68,1 Mt), Riau
(53,2 Juta ton (Jt)), Bengkulu (137,1 Jt), Jambi (157 Kaolin
Jt), Sumsel (294 Jt), Lampung (2 Jt), Banten (61,6
Jt), Jabar (660,3 Jt), Jateng (6 Mt), D.I. Yogya (10 Sumber daya kaolin sebesar 611,2 Juta ton (Anonim,
Jt), Jatim (3,069 Mt), Bali (154,64 Mt), NTB (1,2 2004), tersebar di Sumut (94,6 Jt), Sumbar (1,04 Jt),
Mt), NTT (132,82 Mt), Kalteng (449 Jt), Kalsel (8,33 Riau (38,12 Jt), Bengkulu (162,51 Jt), Jambi (280 Rt),
Mt), Kaltim (57 Mt), Sulut (18,8 Jt), Gorontalo (18,5 Sumsel (1 Jt), Babel (38,5 Jt), Lampung (30 Jt), Jabar
Mt), Sulteng (696 Jt), Sulsel (31,33 Mt), Sultra (1.527 (1,1 Jt), Jatim (36,24 Jt), NTB (6,02 Jt), NTT (31,6 Jt),
Mt), Malut (8,87 Mt), dan Papua (2,6 Mt). Kalbar (57,7 Jt), Kalteng (17,3 Jt), Kalsel (74,4 Jt),
Kaltim (7,24 Jt), Sulut (7,83 Jt), dan Sulsel (5,85 Jt).
Dolomit
Bauksit
Sumber daya dolomit cukup besar, yakni 1,794 Milyar
ton (Anonim, 2004), tersebar di N. Aceh Darussalam Sumber daya bauksit cukup besar di Kalimantan
(273,8 Jt), Sumbar (59,8 Jt), Jateng (10,2 Jt), Jatim Barat, yakni 830 Juta ton (Anonim, 2004) juga di
(547, 98 Jt), NTT (578 Jt), dan Sultra (324 Jt). Bintan (sudah masa akhir eksploitasi oleh PT. Antam).

Bentonit Pasir kuarsa

Endapan bentonit di Indonesia umumnya jenis Sumber daya pasir kuarsa sangat besar, yakni 3,195
kalsium (Ca-bentonit). Sumber daya bentonit sekitar Milyar ton (Anonim, 2004). Endapannya tersebar di
573,07 Juta ton (Anonim, 2004), yang tersebar di N. Aceh Darussalam (247,12 Jt), Sumbar (2,925 Mt),
N. Aceh Darussalam (34,31 Jt), Sumut (4,52 Jt), Riau Riau (19,5 Jt), NTT (265 Rt), dan Papua (2,65 Jt).
(38,87 Jt), Bengkulu (14,88 Jt), Jambi (780 Rt),
Sumsel (11,66 Jt), Banten (612 Rt), Jabar (7,77 Jt), Penunjang penyediaan perumahan, bangunan, jalan
Jateng (235,66 Jt), D.I. Yogya (16 Jt), Jatim (18,95 dan jembatan
Jt), NTB (118,88 Jt), NTT (35,04 Jt), Kaltim (35,05
Jt), dan Sulut (104 Rt). Dibidang papan (perumahan) serta sarana bangunan,
jalan, dan jembatan beberapa mineral industri yang
Zeolit diperlukan antara lain batu andesit, pasir, tras,
batukapur (untuk bahan baku semen dan kapur), abu
Sumber daya zeolit 223,38 Juta ton (Anonim, 2004), batubara (fly/bottom ash), lempung porong, lempung
tersebar di Sumut (16,2 Jt), Sumsel (375 Rt), Lampung bola (ball clay), kaolin, pasir kuarsa, dan felspar;
(164 Jt), Jabar (24,65 Jt), dan NTT (18,16 Jt). mineral-mineral besi penghasil logam besi untuk
struktur beton bertulang, kontruksi bangunan dan
Penunjang penyediaan air bersih jembatan, seperti hematit (Fe 2 O 3 ), magnetit
(Fe3O 4), limonit (FeOOH), serta besi lateritik
Dalam rangka penyediaan air bersih, air baku (produk pelapukan di daerah tropis dan subtropis,
memerlukan pengolahan (treatment) termasuk air- terdiri dari mineral limonit dan hematit serta min-
air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan eral Al, Cr, Co, Ni sebagai ikutan); mineral seng
hidup. Mineral-mineral yang berkaitan untuk keperluan (Zn) penghasil logam seng untuk galvanisasi besi
pengolahan air antara lain batukapur sebagai bahan dan baja agar tahan karat, seperti spalerit (ZnS); serta
baku kapur (hydrated lime, Ca(OH) 2 ) untuk mineral alumunium dan magnesium untuk

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 5
menghasilkan logam paduan Al-Mg untuk kontruksi Mineral-mineral besi
ringan, seperti bauksit dan dolomit. Mineral-mineral
tersebut banyak terdapat di Indonesia. Sumber daya mineral besi cukup besar, yakni 65,340
Juta ton (Anonim, 2004), tersebar di N. Aceh
PT. Krakatau Steel sebagai industri besi dan baja Darussalam (494 Rt), Sumbar (2,037 Jt), Lampung
terpadu, masih mengimpor pelet sebagai bahan baku (1,033 Jt), Kalbar (1 Jt), Kalsel (8,374 Jt), Kaltim
pembuatan besi dan baja. Diperkirakan kebutuhan (18 Jt), NTT (726 Rt), dan Papua (37,24 Jt). Khusus
besi baja akan meningkat dua kali lipat dari saat ini besi lateritik sumber dayanya lebih besar, yakni
yang besarnya sekitar 4 juta ton per tahun, seiring sekitar 950 Juta ton (Aziz, dkk., 2006), dengan
dengan pertumbuhan ekonomi (Aziz, dkk., 2006). kandungan Fe 39,8-55,2 % yang tersebar di Kalsel
(P. Sebuku, G. Kukusan, Geronggang), Sultra
Batu andesit, pasir, tras (Pomalaa), dan Halmahera.

Batu andesit, pasir, dan tras merupakan bahan-bahan B. Mineral-mineral penunjang penyediaan
utama untuk bangunan. Sumber dayanya dalam energi alternatif
jumlah besar terdapat hampir di semua daerah di
Indonesia. Dengan semakin tingginya harga bahan bakar minyak
(BBM) dan bahan bakar gas (BBG) yang sering diiringi
Abu batubara dengan terganggunya pasokan kepada masyarakat,
diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk
Abu batubara dihasilkan dari PLTU-PLTU, seperti penyediaan energi alternatif yang dapat diperbaharui
PLTU Suralaya dan PLTU Paiton. Diperkirakan serta lebih ramah lingkungan. Energi alternatif yang
dihasilkan abu batubara sekitar 5.480 ton per hari sumberdayanya besar diantaranya energi cahaya
(Aziz dan Ardha, 2007). Abu batubara sudah matahari, energi dari bahan nabati (minyak,
dimanfaatkan diantaranya oleh pabrik semen untuk karbohidrat), dan energi batubara. Energi matahari
campuran bahan baku semen. senantiasa terpancar di Indonesia sepanjang tahun
dan masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Lempung porong Bahan nabati diperoleh dari aneka tanaman yang
banyak terdapat dan bisa tumbuh dengan baik di
Lempung porong dihasilkan dari semburan lumpur daerah tropis seperti di Indonesia, antara lain biji
di daerah Porong Jawa Timur, jumlahnya sangat jarak, biji kapuk randu, buah sawit, biji kemiri,
melimpah, kandungan utamanya mineral kacang tanah, jagung, ketela pohon, ubi jalar, dan
aluminosilikat. Lempung porong sudah dimanfaatkan lain-lain. Khususnya dalam hal buah sawit, saat ini
diantaranya sebagai bahan pembuatan batu bata. Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di
dunia, yakni 17,37 juta ton CPO, memiliki lahan
Lempung bola perkebunan sawit 6,78 Ha (Anonim, 2008). Tahun
Lempung bola banyak digunakan untuk badan 2007 ekspor CPO 11,8 juta ton, bernilai US$ 7,8
keramik di industri keramik. Sumber daya lempung milyar. Prospek pengembangan kelapa sawit ke depan
bola sekitar 179,92 Juta ton (Anonim, 2004). sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak
Endapannya tersebar di Jambi (40,47 Jt), Babel (260 makan, oleokimia, tapi juga digunakan sebagai
Rt), Jabar (20,61 Jt), Jateng (14,83 Jt), Kalbar (78,75 bahan baku energi (bio-fuel). Melihat prospek yang
Jt), dan Kaltim (25 Jt). bagus tersebut, pemerintah akan terus mendorong
pengembangan kelapa sawit dengan menerapkan
Felspar prinsip sustainable development. Indonesia juga
memiliki sumber daya batubara yang sangat besar,
Penggunaan felspar sebagian besar untuk keramik. yakni 90,45 milyar ton dengan cadangan 18,71
Sumber daya felspar sangat besar, yakni sekitar 6,501 milyar ton (Suherman, 2006). Sumber daya batubara
Milyar ton (Anonim, 2004 ), tersebar di N. Aceh tersebar di 19 propinsi, 6 pulau, namun terbesar
Darussalam (1,663 Mt), Sumut (2,396 Mt), Sumbar terutama di Sumatera dan Kalimantan sebanyak
(36,3 Jt), Bengkulu (700 Jt), Lampung (4 Rt), Banten masing- masing 59,51 % dan 40,05 %. Produksi
(80 Rt), Jabar (status eksploitasi, data produksi dan batubara tahun 2006 di Kalimantan sekitar 170,59
cadangan belum diketahui), Jateng (642 Rt), Jatim juta ton atau 94,38 % dari total, dan sisanya 10,16
(1,646 Mt), NTT (15,98 Jt), Kalbar (10,69 Jt), Gorontalo juta ton atau 5,62 % berasal dari Sumatera, terutama
(2,5 Jt), Sulteng (28,48 Jt), dan Sulsel (1,5 Jt). Sumatera Selatan, tempat PTBA berada.

6 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14


Penunjang penyediaan energi matahari 1997). Sumber boron yang penting adalah mineral
kernite (Na2B4O7.4H2O), tincalconite (Na2B4O7.5H2O)
Mineral penunjang untuk mengkonversi energi matahari dan tincal, borax (Na 2 B 4 O 7 .10H 2 O) yang
menjadi energi listrik (sel surya) antara lain min- ditemukan dalam endapan yang luas di gurun
eral-mineral mengandung unsur germanium (Ge), Mojave, California, Amerika Serikat, juga dalam
silikon (Si), boron (B), dan fosfor (P), semuanya sebagai endapan bijih yang besar di Turki dan Rusia. Dalam
komponen penting sel surya untuk mengonversi air laut terkandung B2O3 sebesar 29 ppm. Ongkos
energi cahaya matahari menjadi energi listrik. pemurnian Boron 90-92 % sekitar $100 per kg atau
Diperlukan penguasaan teknologi proses ekstraksi sekitar Rp 1.050.000,- per kg. Kemurnian yang lebih
serta pemurnian unsur-unsur tersebut. Germanium tinggi ( > 99,99 % B) ongkos pemurniannya sangat
dan silikon merupakan unsur semikonduktor. Ada tinggi yaitu $3.500 per kg atau sekitar Rp
sekitar tujuh jenis mineral mengandung Ge (Habashi, 36.750.000,- per kg (Habashi, 1997).
1997) diantaranya : Germanite (Cu 3(Ge,Fe)S4),
mengandung 5-10% Ge dan Renierite (Cu, Fe, Ge, Fosfor (P) merupakan unsur bukan logam,
Zn, As)S, mengandung 6,3-7,7% Ge. Kedua min- mempunyai sifat sangat reaktif. Batuan fosfat (phos-
eral tersebut sudah ditambang di Tsumeb, Namibia. phate rock, Ca3(PO4)2) merupakan sumber fosfor
Renierite juga sudah ditambang di Kipushi, Zaire; yang penting. Penyebaran batuan fosfat sudah
Argyrodite (4Ag2S.GeS2), mengandung 1,8-6,9% dikemukakan di atas.
Ge, sudah ditambang di Freiberg, Jerman. Unsur Ge
ditemukan pula ada dalam kisi-kisi kristal (lattice) Penunjang penyediaan energi nabati (minyak,
mineral sulfida seperti sphalerit (ZnS) yang ditemukan karbohidrat)
pada 7 lokasi di 6 negara, yaitu : Amerika Serikat,
Kanada, Perancis, Namibia, Italia,dan Austria, Bentonit dan pasir zirkon (ZrSiO4) adalah diantara
dengan estimasi kandungan Ge 150-400 ppm. Juga mineral yang saat ini masih diteliti untuk dijadikan
unsur Ge ditemukan dalam sulfida tembaga, seperti katalis padat dalam sintesis biodiesel dari minyak nabati.
ditemukan di Apex, Utah, Amerika Serikat, dengan Katalis padat ini diharapkan dapat menggantikan
kandungan Ge 640 ppm. Disamping itu Ge katalis cair berupa asam sulfat dan sodium hidroksida
ditemukan juga pada batubara di Northumberland, yang selama ini digunakan, karena penggunaan katalis
Inggris, dengan kandungan Ge 300 ppm. Mineral cair asam kuat dan basa kuat dikhawatirkan akan
sulfida seng dan tembaga banyak terdapat di Indo- menyisakan limbah asam dan basa yang dapat
nesia, demikian pula batubara dalam jumlah besar. mencemari lingkungan. Pada proses pemurnian
Diperlukan perhatian dan penelitian terhadap alkohol dan metanol produk fermentasi karbohidrat
kemungkinan kandungan unsur Ge dalam mineral diperlukan bahan penyerap air (adsorbent). Mineral
dan batubara tersebut, juga penelitian untuk penguasaan penunjang untuk penyerap air diantaranya bentonit,
teknologi proses ekstraksi dan pemurniannya. kapur tohor (dari batukapur), dan zeolit.

Unsur silikon banyak terdapat diberbagai jenis mi- Penunjang penyediaan energi batubara
neral, merupakan unsur yang jumlahnya melimpah
di kerak bumi (Habashi, 1997). Mineral dengan Salah satu teknologi dalam rangka penyediaan energi
komposisi kimia sederhana yang mengandung silikon batubara adalah pencairan batubara. Katalis yang telah
kadar tinggi adalah kuarsa (SiO2). Kuarsa di Indonesia umum dipakai pada proses pencairan batubara
tersedia cukup banyak sebagaimana telah dikemukakan adalah katalis berbasis besi dan Molibden. Namun
diatas, terdapat dalam bentuk pasir kuarsa dengan karena pertimbangan harga, maka katalis berbasis
kualitas bervariasi (95-98 % SiO 2). Diperlukan besi yang banyak dipakai. Katalis berbasis besi ini
pengolahan secara fisika dan kimia untuk peningkatan umumnya digunakan bersama sama dengan senyawa
kadar SiO2 sehingga mencapai minimum 99 % sulfur atau hidrogen sulfida. Pada kondisi reaksi
sebagai bahan baku untuk direduksi menjadi logam pencairan, gabungan antara katalis besi dan sulfur
silikon dalam dapur peleburan. Logam silikon yang ini membentuk senyawa aktif pyrhotit (Fe1-xS), yang
dihasilkan masih memerlukan pemurnian lebih berperan untuk mempercepat proses pencairan
lanjut untuk memenuhi syarat sebagai sel surya. batubara. Sumber potensial untuk mendapatkan
pyrrhotit adalah dari limonit, yang terdapat di
Boron merupakan unsur bukan logam, tidak ditemukan Soroako dan Pomalaa. Kandungan limonit dari daerah
bebas di alam tapi selalu berikatan dengan oksigen tersebut terdiri dari campuran hematit (aFe2O3) dan
sebagai senyawa B2O3. Ada 16 jenis mineral boron goethit (aFeOOH) serta gibsit Al(OH)3. Selain itu
yang ditemukan di berbagai lokasi di dunia (Habashi, juga terdapat unsur lainnya seperti Si, Mg, Ni, Cr.

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 7
Pengaruh dari senyawa ini belum diketahui. imbuh diantaranya kapur tohor (CaO). Untuk
pembuatan bata tahan api diperlukan MgO, Al2O3,
Sumber daya Sulfur SiO2, lempung api (fire clay) yang sebagian dapat
diproduksi dari sumber mineral seperti magnesit,
Endapan sulfur di Indonesia terutama terdapat di dolomit, bauksit, pasir kuarsa, dan beberapa jenis
kawah-kawah gunung api. Sulfur bisa juga diperoleh lempung. Pada industri mesin diperlukan pasir cetak
sebagai produk samping (by product) dari peleburan (berbahan dasar pasir kuarsa) untuk pengecoran
mineral sulfida, seperti peleburan tembaga sulfida logam. Mineral yang diperlukan untuk pembuatan
di Gresik, Jawa Timur, menghasilkan SO2 sebagai pasir cetak antara lain : pasir kuarsa, bentonit, pasir
sumber pembuatan asam sulfat. zirkon. Industri kimia karet, plastik, serta kertas
memerlukan bahan pengisi (filler) maupun pelapis
Sumber daya Limonit (coating) untuk kertas. Mineral yang dipakai untuk
bahan pengisi antara lain kalsium karbonat tepung
Besarnya sumber daya limonit dapat dilihat dari (yang digiling dan yang dipresipitasi), kaolin, talk,
jumlah sumber daya besi lateritik yang telah bentonit, pasir kuarsa tepung.
dikemukakan diatas termasuk penyebarannya.
Industri kimia minyak nabati (sawit, kelapa, kacang-
C. Mineral-mineral penunjang industri logam, kacangan dll.) dan hewani memerlukan bahan untuk
mesin, dan kimia pemucat warna (bleaching). Mineral yang digunakan
secara luas untuk pemucat adalah bentonit.
Pengembangan industri logam memerlukan bahan Pengolahan limbah cair dan gas beberapa jenis
baku dari mineral-mineral logam. Dua sumber min- industri memerlukan bahan penetral yang bersumber
eral logam yang cadangannya cukup besar dapat dari mineral, antara lain kapur tohor, tawas, PAC,
menunjang industri baja, nikel (feronikel), dan Alu- bentonit aktif, pasir aktif, dan zeolit aktif.
minium, yaitu bijih besi lateritik yang juga
mengandung logam nikel, khrom dan kobal, D. Nilai tambah
endapannya berada di daerah Sulawesi Selatan dan
Tenggara; dan bijih bauksit (bijih alumunium), Peningkatan nilai tambah beberapa mineral setelah
endapannya berada di daerah Kalimantan Barat. mengalami proses menjadi produk ditunjukkan pada
Industri ferronikel PT.Antam di Pomalaa saat ini Tabel 1.
membutuhkan teknologi untuk meningkatkan kadar
nikel < 1,7 % dari bijih nikel menjadi kadar nikel
minimum 2,3 %. Disamping itu peleburan feronikel 4. LITBANG PENGOLAHAN MINERAL KE
membutuhkan bahan imbuh (flux) CaO untuk DEPAN
peleburan bijih nikel, serta bata tahan api untuk
pemeliharaan dapur peleburan. Industri baja Dengan paparan kondisi yang dihadapi serta berbagai
(Krakatau Steel) sangat memerlukan bahan baku bijih industri yang harus ditunjang, nampak tantangan
besi yang layak untuk substitusi impor yang harganya yang tidak ringan dalam mengembangkan mineral
telah semakin mahal. Di samping membutuhkan untuk dapat menjawab perkembangan kebutuhan
CaO sebagai imbuh, dan bata tahan api. Industri nasional mendatang.
timah (PT. Timah) memerlukan bahan imbuh CaO
serta bata tahan api. Pabrik peleburan tembaga (cop- Bertitik tolak dari prioritas utama yang harus
per smelting) di Gresik Jawa Timur memerlukan ditunjang, litbang teknologi pengolahan mineral yang
bahan imbuh CaO, serta bata tahan api. PT. Antam harus dilakukan akan meliputi berbagai jenis min-
telah mempunyai rencana pengembangan potensi eral yang lebih luas, yang akan melibatkan pekerjaan-
bijih bauksit Kalbar bekerjasama dengan pihak pekerjaan penelitian yang meliputi : karakterisasi dan
Jepang. Pengembangan bijih bauksit ini perlu evaluasi berbagai jenis mineral, teknologi pengolahan
didukung dengan teknologi peningkatan (upgrading) dan pemanfaatan, karakterisasi dan evaluasi berbagai
kadar bijih sebelum diproses di pabrik alumina. Juga jenis produk yang bisa dihasilkan, serta evaluasi dan
pemanfaatan limbahnya yang disebut red mud, yang pengembangan untuk mewujudkan skala produksi.
diperkirakan jumlahnya cukup besar (45 % dari berat Berikut ini lingkup kegiatan litbang teknologi
bijih yang diolah). Umumnya industri ekstraksi pengolahan mineral yang telah dicoba disusun, yang
logam dari mineral memerlukan secara rutin bahan diharapkan dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan
imbuh (flux) serta bata tahan api (refractory) berbasis nasional yang akan datang (Tabel 2).
mineral. Mineral yang digunakan sebagai bahan

8 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14


Tabel 1. Peningkatan nilai tambah beberapa mineral setelah diproses

Harga Bahan Harga Peningkatan Nilai


No. Sumber Bahan Baku Baku (Rp) Produk Produk (Rp) Tambah (kali lipat)
1. Batu fosfat, dolomit 500 Pupuk Majemuk 2.000 4
Tawas 2.500 4
2. Bauksit, kaolin 600
PAC 5.000 8
Abu batubara 100 4
3. Batu bata 400
Lumpur Porong 25 16
4. Lempung bola (ball clay) 50 Keramik 2.000 40
Felspar
5. Felspar (5 % K2O) 100 1.000 10
(14 % K2O)
Konsentrat besi
6.000 6
(60% Fe)
6. Bijih besi 1000
Besi wantah
15.000 15
(pig iron)
Pemucat 4.000 13
(bleaching agent)
7. Bentonit 300 Bahan penyerap
2.500 8
(absorbent)
Katalis 9.000 30
8. Batukapur 100 1.500 15
Bahan penyerap
Zeolit 200 2.500 12,5
9. Limonit, pirit 1.000 Katalis 4.000 4

Tabel 2. Litbang pengolahan mineral ke depan

Penggunaan/ Teknologi Peningkatan Lingkup Litbang


No. Sumber Bahan Baku
Pemanfaatan Nilai Tambah Teknologi Pengolahan
1. Fosfat Pupuk majemuk - Kominusi, pulping, Peningkatan kadar P2O5 dari
sizing (hidrosiklon), 10-15% (rata-rata di alam)
flotasi, dewatering, menjadi 25-30%
pengeringan. Kominusidan sizing
Dolomit - Kominusi, sizing bebas debu
(air classifier) Pengembangan pada
skala pilot
2. Bentonit, Lempung Pengondisi tanah - Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi dan
berkapur,TufitPerlit (soil conditioners) sizing (air classifier) bebas debu
mengembang, Zeolit berfungsi sebagai Kominusi dan sizing
penyerap (sorbent) bebas debu
- Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi dan
sizing (ayakan getar) bebas debu
Kominusi dan sizing
bebas debu
Pengembangan pada skala pilot

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 9
Tabel 2. Lanjutan ...

Penggunaan/ Teknologi Peningkatan Lingkup Litbang


No. Sumber Bahan Baku
Pemanfaatan Nilai Tambah Teknologi Pengolahan
3. Bentonit Penyerap pada - Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi dan
peternakan dan sizing (air classifier) bebas debu
perikanan Kominusi dan sizing
bebas debu
Zeolit - Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi dan
sizing (ayakan getar), bebas debu
Kominusi dan sizing
bebas debu
Pengembangan pada
skala pilot
4. Bentonit Sebagai pembawa - Pulping, scrubbing, Peningkatan kadar
(carrier) pestisida sizing (hidrosiklon), monmorilonit
dewatering, spray Pengeringan dengan
drying spray dryer
Zeolit - Kominusi, sizing Pengeringan hemat energi dan
(ayakan getar) bebas debu.
pengeringan Kominusi dan sizing
bebas debu
Pengembangan pada
skala pilot
5. Batukapur (kapur) Pengolahan air - Kominusi, kalsinasi, Pembuatan kapur padam
sebag ai oksidator hidratasi, Sizing (air Ca(OH) 2 kadar tinggi (72%
desinfectant classifier), klorinasi CaO) untuk pengatur pH (pH
regulator).
Pembuatan kapur padam kadar
tinggi untuk bahan baku
pembuatan kaporit.
Pembuatan hidrator dan sizing
bebas debu.
Kalsinasi batukapur hemat
energi.
Pengembangan pd skala pilot
6. Bauksit Pengolahan air - Kominusi, digesting, Pembuatan tawas dan PAC
sebagai koagulan filtrasi, presipitasi, dari bauksit
washing, sulfatasi,
klorinasi, kristalisasi
Kaolin - Peletasi, roasting, Pembuatan tawas dan PAC
pelarutan (dengan asam dari kaolin
sulfat dan klrorida),
kristalisasi
Pengembangan pada skala pilot
7. Bentonit Pengolahan air; - Pengeringan, kominusi, Pengeringan hemat energi
sbg penyerap dan sizing (air classifier) Kominusi dan sizing
penukar kation bebas debu
Zeolit - Pengeringan, kominusi, Peningkatan kapasitas tukar
sizing (ayakan getar), kation melalui aktivasi dengan
aktivasi dengan sodium sodium hidroksida
hidroksida, pengeringan. Pengembangan pd skala pilot

10 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14


Tabel 2. Lanjutan ...

Penggunaan/ Teknologi Peningkatan Lingkup Litbang


No. Sumber Bahan Baku
Pemanfaatan Nilai Tambah Teknologi Pengolahan
8. Abu batubara, Pembuatan bata - Pencampuran dengan Rekayasa komposisi dan kuat
Lumpur Porong dan mortar untuk pasir pasang dan kapur tekan
bangunan tohor (CaO) tepung
(atau semen portland),
pencetakan
- Pencampuran dengan Rekayasa komposisi dan kuat
kapur tohor tepung tekan
(atau semen portland),
pencetakan
Pengembangan skala pilot
9. Kuarsa, Batu fosfat Silikon dan fosfor - Kominusi, pelarutan Pelarutan pengotor kuarsa
untuk sel surya dengan asam sulfat, dengan asam sulfat
pemisahan kuarsa Ekstraksi dan pemurnian
halus, pencucian, silikon (Si)
pengeringan, ekstraksi
silikon dengan
pirometalurgi,
pemurnian.
- Kominusi, peningkatan Ekstraksi fosfor (P) dari batuan
kadar P2O5, pelarutan fosfat dengan asam sulfat
dengan asam sulfat, untuk memperoleh asam fosfat
filtrasi, evaporasi. konsentrasi tinggi.
10. Sfalerit, (sulfida Germanium untuk (Proses Jersey Miniere Kajian eksploratif logam Ge
tembaga, batubara) sel surya Zinc + Metalurgie dalam spalerit,
Hoboken-Overpelt) : Kajian eksploratif logam Ge
Konsentrat Zn (0,04%Ge), dalam sulfid tembaga/mineral
roasting, pelarutan asam, sulfida,
filtrasi, pelarutan residu Kajian eksploratif logam Ge
(0,5% Ge), pengeringan dalam batubara
endapan, pelarutan,
solvent extraction,
elution, hidrolisis
(konsentrat 50% Ge),
pelarutan HCl/klorinasi,
pemurnian dan distilas
GeCl4 , hidrolisis GeCl4
menghasilkan GeO2,
pengeringan, reduksi
dengan H2 menghasilkan
logam Ge, pemurnian
menghasilkan Ge kristal.
11. Boraks Boron untuk sel (Dasar proses :Henri Ekstraksi boron dari boraks
surya Moissan) : Reduksi dengan reduktor Mg.
dengan Mg pada1200°C, Pemurnian Boron hasil
pendinginan, penggerusan, reduksi boraks
pelarutan dengan HCl
menghasilkan crude Boron
86-88%, pelarutan dengan
KHF2, reduksi dengan

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 11
Tabel 2. Lanjutan ...

Penggunaan/ Teknologi Peningkatan Lingkup Litbang


No. Sumber Bahan Baku
Pemanfaatan Nilai Tambah Teknologi Pengolahan
hidrogen menghasilkan
Boron, > 99 %B
12. Bentonit Katalis untuk - Pulping, scrubbing, Benefisiasi bentonit untuk
sintesis biodiesel sizing (hidrosiklon), katalis padat sintesis biodiesel
dewatering, perendaman
asam sulfat, filtrasi,
pencucian, spray drying.
Pasir zirkon - Scrubbing, sizing Benefisiasi pasir zirkon untuk
(hidrosiklon), filtrasi, katalis sintesis biodiesel
pengeringan, pemisah
magnetik/elektrostatik,
penggerusan, caustic
fusion, pelarutan dalam
air, filtrasi, netralisasi
filtrat (pengendapan
zirkonia hidrat),
pencucian zirkonia
hidrat, sulfatasi,
evaporasi, kristalisasi
zirkon sulfat.
13. Batukapur (kapur Penyerap air pada - Kominusi, sizing, Teknologi kalsinasi batukapur
tohor) pemurnian alkohol kalsinasi, kominusi, untuk menghasilkan kapur tohor
Bentonit dan metanol sizing, pengantongan (CaO) reaktifitas tinggi
Zeolit kedap udara.
- Pulping, pencampuran Pembentukan Na- bentonit
dengan soda abu, untuk penyerap air pada
ekstrusi/peletasi, pemurnian alkohol dan metanol
pengeringan,
pengantongan kedap
udara.
- Kominusi, sizing, Kominusi dan pengeringan
pengeringan, pengan- zeolit untuk penyerap air
tongan kedap udara. pada pemurnian alkohol dan
metanol
Pengembangan pd skala pilot
14. Limonit Katalis untuk - Pulping, scrubbing, Benefisiasi limonit untuk katalis
pencairan batubara sizing (hidrosiklon), pencairan batubara
filtrasi, pengeringan.
Pirit - Kominusi, pulping, Benefisiasi pirit untuk katalis
flotasi pirit, filtrasi, pencairan batubara
pengeringan,
penggerusan
Karakterisasi dan uji coba pada
pencairan batubara
15. Bijih besi lateritik Untuk menghasil- Preparasi, pencampuran Peningkatan kadar Fe
kan besi baja dengan batubara (reduktor), Pembuatan sponge iron
magnetizing roasting Pembuatan nugget iron
dalam rotary kiln, Pengembangan pada skala pilot

12 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14


Tabel 2. Lanjutan ...

Penggunaan/ Teknologi Peningkatan Lingkup Litbang


No. Sumber Bahan Baku
Pemanfaatan Nilai Tambah Teknologi Pengolahan
penggerusan, pemisahan
magnetik ( konsentrat,
minimum 60 % Fe)
16. Bijih nikel lateritik Untuk menghasil- Preparasi, flotasi, filtrasi, Peningkatan kadar Ni bijih nikel
kan logam pengeringan (kadar Ni lateritik melalui flotasi
ferronikel minimum 2,3 %), Peningkatan kadar Ni bijih nikel
preparasi (silika : magnesia lateritik melalui kalsinasi/
= 2,2; Fe: Ni = 6), prereduksi dan pemisahan
pengeringan dlm. rotary magnetik
dryer (air bebas turun dari
32% menjadi 20 %),
kalsinasi dlm. rotary kiln
(umpan + reduktor
(batubara), terjadi
prereduksi pada beberapa
mineral), smelting dlm.
electric furnace mengha-
silkan logam cair dan slag,
pemurnian logam cair
(desulphurisasi,
desilikonisasi,
decarbonisasi)
17. Bijih bauksit Pembuatan Kominusi, digesting, Pembuatan bahan-bahan dan
alumina (Al(OH)2) filtrasi, presipitasi filtrat, bahan kimia berbasis Al(OH)3,
filtrasi, pencucian, antara lain : refraktori alumina,
pengeringan katalis, pasta abrasive,
Al-Oksida, Al-acetat, alums.
Pengembangan pada skala pilot
18. Red mud (limbah Pembuatan tawas - Preparasi (pencampuran Ekstraksi Al2O3 dari red mud
ekstraksi alumina dari dan PAC, Pembu- dengan soda dan kapur), dan pemisahan mineral besi
bauksit) atan refraktori, roasting, pelarutan, melalui magnetik separator
alumina, komsen- filtrasi, presipitasi filtrat,
trat besi, pencucian, sulfatasi,
klorinasi
- Preparasi (pencampuran Pembuatan refraktori alumina
dengan soda dan kapur), dari red mudPembuatan tawas
roasting, pelarutan, dan PAC dari red mud
filtrasi, presipitasi
filtrat, pencucian, Penetralan dan pengkondisian
pencampuran dengan red mud untuk bahan
silika tepung (komposisi penimbun tanah
mullit). Produk samping
konsentrat besi.
19. Pasir zirkon Keramik maju Scrubbing, sizing Benefisiasi pasir zirkon untuk
(advance ceramics) (hidrosiklon), filtrasi, bahan baku keramik maju
zirkonia pengeringan, pemisah (zirkonia)
magnetik/elektrostatik,
penggerusan, caustic

Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 13
Tabel 2. Lanjutan ...

Penggunaan/ Teknologi Peningkatan Lingkup Litbang


No. Sumber Bahan Baku
Pemanfaatan Nilai Tambah Teknologi Pengolahan
fusion, pelarutan dalam
air, filtrasi, netralisasi
filtrat (pengendapan
zirkonia hidrat),
pencucian zirkonia hidrat
20. Bentonit, lempung Pemucat minyak Pulping,scrubbing,sizing Peningkatan kadar
nabati dan hewani (hidrosiklon), dewatering, monmorilonit dengan
aktivasi dengan asam hidrosiklon.
sulfat, filtrasi, pencucian, Aktivasi upgraded bentonite
spray drying dengan asam sulfat
Uji daya pemucatan bentonit
terhadap minyak sawit
Pengembangan pada skala pilot

5. KESIMPULAN DAN PENUTUP Pertambangan 2007, Puslitbang Tekmira,


Bandung.
Melalui konsep pemikiran ini diharapkan kiprah Litbang
pengolahan dan pemanfaatan mineral ke depan akan Daniel W., 2008. detikFinance, http://m.detik.com.
lebih terarah sehingga dapat memberikan hasil yang
lebih berdaya guna dalam menjawab tantangan riil Habashi, 1997. Handbook of Extractive Metallurgy, vol.
I-IV, Wiley, VCH.
bangsa saat ini maupun dimasa mendatang. Ruang
lingkup penelitian dan pengembangan pengolahan
Kacin, 1984. Application of Bentonite for Waste Water
mineral ke depan yang telah disusun telah menjadi Disposal, VUK Pilsen.
masukan dalam penyusunan rencana strategis
(Renstra tekMIRA tahun 2010-2014). Suherman, I., 2006. Kajian Batubara Nasional, Prosiding
Kolokium Pertambangan 2007, Puslitbang
Tekmira, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Stanley J.L.,1975. Industrial Mineral and Rocks. Ameri-
Anonim, 2008. Antara News, http://www.antara.net.id/ can Institute of Mining, Metallurgical, and Petro-
index.php/id/. leum Engineers,Inc., New York,N.Y.

Asy’ari Y., 2007. Fakta dan Data Seputar Perumahan Soucek and Kliment, 1983. Sorbents for Agriculture,
Rakyat, http://www.yusufasyari.com/2007/04/16/. VUK Karlovy Vary, 1983.

Anonim, 2007. Kapanlagi.com, http:// Soempeno, F.A., 2009. Kontan, http://


www.kapanlagi.com. www.kontan.co.id/.

Anonim, 2004. Direktorat Inventarisasi Mineral, Team of Authors,1983 . Production and Application of
Departemen ESDM, Rep. Indonesia. Non-Metallics Minerals in Agriculture, UNIDO-
CSSR Joint Programme, Pilsen, Chzech Rep.
Anonim, 2008. Portal Nasional Republik Indonesia,
http://www.deptan.go.id. Yahya, D., 2008. Finance Roll, http://
www.financeroll.com/in.
Aziz, M., dkk., 2006. Pengolahan Mineral Besi Laterit
Pomalaa, laporan internal, Puslitbang Tekmira, Yateman, A. dkk., 2007. IPTEK Nano di Indonesia :
Bandung. Terobosan, Peluang, dan Strategi, Deputi Bidang
Perkembangan Riptek, Kementrian Negara Riset
Aziz, M. dan Ardha, I.G.N., 2007. Pemrosesan dan dan Teknologi.
Pemanfaatan Mineral Tailing, Prosiding Kolokium

14 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 1 - 14


KAJIAN PEMANF
PEMANFAAAATAN RU
AAT ANG KAWASAN
RUANG
KARST CIT ATAH - RAJ
CITA AMAND
RAJAMAND AL
AMANDAL
ALAA UNTUK
PERTAMB
PERT ANG
AMBANG AN D
ANGAN AN INDUSTRI PENGOL
DAN AHAN
PENGOLAHAN
KAPUR DI KAB UP
KABUP ATEN BANDUNG BARA
UPA T,
BARAT
JAWA BARA T
BARAT

Bambang Yunianto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
Jl. Jenderal Sudirman No. 623 Bandung 40211
Tlp. (022)6030483; Fax. (022)6003373;

Naskah masuk : 16 Januari 2009, revisi pertama : 18 Februari 2009, revisi kedua : 30 Maret 2009
dan revisi terakhir : April 2009

SARI

Kawasan karst Citatah - Rajamandala terletak di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Secara
geohidrologi, sebagian besar kawasan tersebut merupakan daerah resapan air dengan akuifer produktif sedang
penyebaran luas, kecil penyebaran setempat, serta akuifer produktif setempat. Akibat pemanfaatan ruang untuk
pertambangan dan industri (pengolahan kapur) yang melebihi ruang yang ditetapkan, kawasan tersebut
dikhawatirkan akan rusak dengan cepat. Gejala rusaknya kawasan tersebut, antara lain beberapa mata air
hilang, perbukitan kapur yang tandus dan terjal serta sebagian telah musnah, situs Gua Pawon terancam, dan
timbulnya konflik sosial masyarakat.

Akibat kekosongan dan kelemahan perda di tingkat kabupaten, Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2002
tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, dan Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung pun tidak cukup mampu membendung kerusakan kawasan ini.

Kaitan hal tersebut, kebijakan penataan ruang kawasan karst Citatah – Rajamandala yang memperhatikan asas
konservasi dan perlindungan lingkungan perlu dirumuskan kembali. Pemecahan permasalahan pertambangan
dilakukan dengan menetapkan kawasan pertambangan pada daerah yang aman dari fungsi karst tersebut (di
luar karst klas I dan II), termasuk alokasi wilayah untuk pertambangan rakyat. Sedangkan permasalahan industri
(pengolahan kapur) perlu ditertibkan sesuai zona industri dalam tata ruang.

Kata kunci: kawasan karst, tata ruang, kawasan pertambangan, zona industri, kawasan lindung

ABSTRACT

The area of Citatah – Rajamandala karst is located on Cipatat District, Bandung Barat Regency. According of
geohidrology, most of the area are region of water absortion of the accuifer that consist medium productivity
aquifer with wide spreading, small and productivity aquifer are locally spreading. Due to the spatial using for
mining and industry (Limestone preparation) which exced of the spatial be determined, the area is worried will
be damage fastly. Indication of area damaged, these are lost of some water spring, lost of a part of limestone
hill, lost of Gua Pawon archaeological site, and potencial to create social conflict.

Due to emptiness and weakness of law on regency level, Jawa Barat Province regional law number 2 year 2002
(Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2002) about the protection of geological environment, and the re-
gional law of Jawa Barat Province number 2 year 2006 (Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006) about the
management of protective region were not so effective dam up the area damage.

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 15
Based to this reason, the policy of spatial use of Citatah – Rajamandala karst area that consider of conservation
principle and environmental protection must be reformulated. Solution problem in mining industry be held by
mining determine the area on safe for karst fungtion (outside of I and II class karst), including alocation area of
small scale mining. Wereas, industrial problem (limestone industry) have to be arranged according to indus-
trial zone on the spatial use.

Keywords: karst, area of karst, spatial use, mining area, industrial zone, protective area, conservation, environ-
mental protection

1. PENDAHULUAN Pawon, dan timbulnya benih-benih konflik sosial


di masyarakat.
Kawasan karst Citatah - Rajamandala, masuk wilayah
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Perda Provinsi Jabar No. 2 Tahun 2002 tentang
Sebelum Kabupaten Bandung Barat memisahkan diri Perlindungan Lingkungan Geologi, dan Perda
dari Kabupaten Bandung, kawasan karst Citatah - Provinsi Jabar No. 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Rajamandala merupakan sumber pendapatan bagi Kawasan Lindung pun tidak cukup mampu
Kabupaten Bandung. Berbagai fasilitas publik mencegah kerusakan kawasan ini. Padahal pasal 62,
dibangun di daerah ini, seperti; Pusdik Brigif TNI huruf a Perda Provinsi Jabar No. 2 Tahun 2006
AD, Indonesia Power (Pembangkit Tenaga Listrik), menetapkan bahwa kawasan karst Citatah-Tagog Apu
Pilot Plan Pengolahan Mineral Puslitbang tekMIRA, dan Gua Pawon sebagai kawasan yang harus
dan TPA Sampah Sarimukti (BPS Kabupaten Bandung, dilindungi, pasal 14 Perda Provinsi Jabar No. 2
2007). Tahun 2002 telah mengatur setiap perencanaan
pengembangan wilayah pada kawasan yang
Sebelum Kabupaten Bandung Barat menerbitkan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi,
perda sendiri, segala urusan pemerintahan masih Kawasan resapan air dan kawasan karst wajib
mengacu kepada perda yang dihasilkan Kabupaten mendapatkan pertimbangan geologi dari Dinas
Bandung. Berdasar Perda Kabupaten Bandung No. terkait. Sementara itu, sejak masih bergabung dengan
12/ 2001 tentang Tata Ruang, diketahui bahwa Kabupaten Bandung (induk), Perda Kabupaten
pemanfaatan ruang untuk pertambangan dan industri Bandung No. 12 Tahun 2001 tentang Tata Ruang
(termasuk di dalamnya industri pengolahan kapur) pun juga tidak mampu menata dan mengamankan
telah melebihi ruang yang diperuntukan. Sedangkan kawasan tersebut.
akibat diterbitkannya Peraturan Bupati Bandung No.
8 Tahun 2004 tentang Pelimpahan Sebagian Sangat beralasan, arahan yang disampaikan Gubernur
Kewenangan Bupati kepada Camat di Lingkungan Jawa Barat pada saat pelantikan Bupati Bandung
Pemerintah Kabupaten Bandung, meliputi 25 bidang, Barat. Bupati/ wakil bupati yang terpilih agar
termasuk bidang pertambangan dan energi, telah memperhatikan masalah konservasi, mengingat dalam
menimbulkan banyak masalah karena pelimpahan tata ruang Provinsi Jawa Barat posisi Kabupaten
kewenangan tersebut melebihi kapasitas sebuah Bandung Barat termasuk dalam kawasan konservasi
kecamatan. Selain pengelolaan pertambangan tidak Bandung Utara, yaitu sebagai kawasan resapan air.
berjalan dengan baik, kewenangan perizinan yang Namun, masalah tersebut bukan pekerjaan yang
diberikan kecamatan ini telah mempercepat mudah bagi kabupaten yang baru berumur 2 tahun,
kerusakan kawasan karst Citatah – Rajamandala, dengan kondisi serba terbatas, baik dari segi sumber
karena kurang memperhatikan asas konservasi dan daya manusia, anggaran maupun fasilitas kantor yang
kelestarian lingkungan hidup. Di samping itu, akibat kurang memadai.
meningkatnya permintaan pasar akan bahan
bangunan kapur dan pasir, serta pasar komoditas Maksud penulisan ini adalah menginventarisasi
marmer yang meningkat telah memacu kegiatan permasalahan mengenai pemanfaatan ruang Kawasan
penambangan dan pengolahan kapur di kawasan ini. Karst Citatah - Rajamandala sesuai kebijakan tata
Gejala rusaknya kawasan tersebut, ditunjukkan ruang (terutama kebijakan perlindungan geologi) dan
dengan hilangnya beberapa mata air, musnahnya kebijakan lain yang terkait baik di tingkat kabupaten
beberapa perbukitan kapur, terancamnya situs Gua maupun provinsi, sebagai bahan masukan bagi

16 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 15 - 27


perbaikan kebijakan yang terkait dengan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
permasalahan tersebut. Sedangkan data sekunder berasal dari instansi terkait,
baik di tingkat kabupaten (Bandung Barat dan
Bandung) maupun Provinsi Jawa Barat, serta tingkat
2. METODOLOGI nasional.

Secara umum metodologi yang digunakan adalah 3. KAWASAN KARST CITATAH –


pendekatan multidisiplin ilmu, dengan RAJAMANDALA DAN
menggunakan berbagai parameter keilmuan dalam PEMANFAATANNYA
membahas permasalahan utama yang dikaji.
Inventarisasi data melalui teknik observasi, a. Kondisi Kawasan Karst Citatah –
wawancara berpanduan, dokumentasi, dan diskusi. Rajamandala
Pengolahan data menggunakan teknik kategorisasi,
kompilasi, dan tabelisasi. Analisis data dilakukan Kawasan karst Citatah – Rajamandala masuk dalam
secara deskriptif analitis. Sedangkan dalam wilayah Kecamatan Cipatat (Gambar 1). Secara
merekonstruksikan pemecahan permasalahan dan geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu
masukan bagi perbaikan kebijakan ditentukan gerbang Kabupaten Bandung Barat, dengan luas
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional wilayah 10.320 ha berupa lahan sawah 1.794 ha
dan berlandaskan kepada arah kebijakan tata ruang dan tanah darat 8.526 ha.
nasional.
Berdasarkan data dari Kecamatan Cipatat, jumlah
Data yang mendukung penulisan ini berupa data penduduk sampai Juli 2008 berjumlah 114.647 jiwa,
primer maupun sekunder hasil survai lapangan. Data terdiri laki-laki 57.787 jiwa dan perempuan 56.860
primer berupa hasil wawancara langsung dengan jiwa, dengan mata pencaharian sebagai petani
berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan 11.274 orang, buruh tani 4.160 orang, buruh pabrik
pemanfaatan Kawasan Karst Citatah - Rajamandala, 10.036 orang, TNI/POLRI 91 orang, dan PNS 412
seperti Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung orang. Data penduduk yang bekerja sebagai
Barat, Bappeda Kabupaten Bandung Barat dan penambang tidak tercatat, namun sudah termasuk
Kabupaten Bandung, Camat Cipatat, Kepala Desa dalam data buruh pabrik di atas (Kecamatan Cipatat,
Gunung Masigit dan Citatah, LSM, serta wakil 2007).

PT Marmer Citatah
Gunung Masigit

Pasir Pawon

Pr. Pabeasan

Gunung Hawu

Foto: R.P. Koesoemadinata (2000)

Sumber: Koesoemadinata (2000)

Gambar 1. Kawasan Karst Citatah–Rajamandala di Kecamatan Cipatat, Bandung Barat

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 17
Kecamatan Cipatat saat ini mengalami yang berizin bupati berupa Surat Izin Pertambangan
perkembangan yang cukup pesat, karena didukung Daerah (SIPD) atau Kuasa Pertambangan (KP), izin
oleh infrastruktur perhubungan yang cukup memadai, Camat Cipatat, dan lainnya berupa PETI. Berdasarkan
lokasi wilayah yang dilalui jalan perlintasan dan data Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung
dekat dengan ibukota kabupaten, serta potensi Barat tahun 2008, jumlah SIPD/ KP 15 perusahaan,
sumber daya alam yang cukup, seperti bahan sebagian warisan dari Kabupaten Bandung (Tabel 1),
tambang, pertanian, perkebunan coklat, karet dan Izin Camat Cipatat 15 perusahaan (Tabel 2), dan
tanaman keras lainnya. PETI 8 usaha. Namun, hasil survai lapangan jumlah
PETI ini melebihi 8 usaha, terutama terdapat di Desa
Sumberdaya alam yang diusahakan di Kecamatan Gunungmasigit dan Desa Citatah (Tabel 3). PETI di
Cipatat antara lain; pertambangan bahan galian sini, adalah penambangan tanpa izin maupun atas
Golongan C berjumlah 36 usaha, industri besar 15 sepengetahuan kepala desa setempat. Kegiatan PETI
usaha, dan industri kecil 50 usaha. Pertambangan sudah sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan
galian Golongan C yang jumlahnya mencapai 36 lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar, karena
usaha adalah kegiatan pertambangan yang berizin sebagian menggunakan alat berat untuk mengupas
bupati dan camat, meliputi bahan galian marmer dan membongkar tanah penutup yang sangat
dengan luas 88,87 ha, pasir 40,9 ha, kapur 9 ha, membahayakan lingkungan dan keselamatan
andesit 1 ha dan kuarsa 7,9 ha. Sedangkan industri penambang. Sebetulnya, untuk izin camat/ tambang
besar yang berjumlah 15 usaha dan industri kecil 50 rakyat, penggunaan alat berat dan bahan peledak tidak
usaha tidak diperoleh data yang rinci, tetapi diperbolehkan.
didalamnya sudah termasuk industri pengolahan
kapur yang berkembang pesat seiring dengan kegiatan Dalam UU No. 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan
pertambangan. Kabupaten Bandung Barat, sesuai pasal 20 ayat (1)
disebutkan bahwa, sebelum Kabupaten Bandung
Di Kecamatan Cipatat terdapat obyek Wisata Barat menetapkan Peraturan Daerah dan Peraturan
Cipanas, dan Situs/Purbakala Gua Pawon. Selain itu, Bupati sebagai pelaksanaan UU, semua perda dan
di wilayah ini terdapat beberapa fasilitas pemerintah Peraturan Bupati Bandung tetap berlaku dan
dan publik, antara lain; Pusdik Brigif TNI AD, Indo- dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung
nesia Power (Pembangkit Tenaga Listrik), Pilot Plan Barat.
Pengolahan Mineral Puslitbang tekMIRA, dan TPA
Sampah Sarimukti yang menampung sampah dari Untuk kegiatan pertambangan dengan izin camat,
Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten memang ada dasar hukumnya, yaitu Peraturan Bupati
Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Bandung No. 8 Tahun 2004 tentang Pelimpahan
Sebagian Kewenangan Bupati kepada Camat di
Arahan pengembangan Kecamatan Cipatat, adalah: Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung.
a) sebagai sentra tanaman keras dan palawija, sentra Pelimpahan sebagian kewenangan ini meliputi 25
ternak sapi dan domba serta sentra beras; b) bahan bidang, termasuk bidang pertambangan dan energi.
galian Golongan C perlu dibenahi dalam proses Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut
penggalian, sehingga tidak merusak lingkungan; dan sebetulnya untuk “pertambangan rakyat”, bagi
c) pelayanan masyarakat yang berbatasan dengan masyarakat setempat, bukan untuk pertambangan
Kabupaten Cianjur memerlukan perbaikan dan skala menengah, atau besar menggunakan alat berat
peningkatan sarana pelayanan kesehatan, pendidikan dan peledakan.
maupun prasarana infrastruktur lainnya. Dalam
kaitan permasalahan pertambangan bahan galian Akibat kegiatan penambangan tidak terkendali,
Golongan C di Kecamatan Cipatat termasuk khususnya PETI telah menyebabkan kerusakan
permasalahan yang diagendakan, dan diperlukan kawasan karst Citatah – Rajamandala, seperti
adanya pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dari hilangnya sumber mata air, bukit-bukit kapur gundul,
dinas teknis yang terkait di tingkat kabupaten terjal dan sebagian rata dengan tanah, serta ancaman
(Kecamatan Cipatat, 2007). terhadap situs Gua Pawon (Gambar 2, 3, 4 dan 5).

b. Pemanfaatan Ruang untuk Pertambangan Semakin maraknya kegiatan penambangan di daerah


dan Industri ini, terutama untuk kapur, selain karena adanya
kemudahan transportasi, juga sangat dipengaruhi oleh
Usaha pertambangan yang beroperasi di kawasan banyaknya industri pengolah kapur yang sebagian
karst Citatah - Rajamandala, meliputi pertambangan merupakan penampung hasil tambang tanpa izin.

18 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 15 - 27


Industri pengolah kapur di sini sangat diuntungkan, Industri pengolahan kapur, yang tidak punya lahan
sehingga cukup pesat perkembangannya. Hal ini SIPD/ KP sangat tergantung pada hasil tambang yang
karena mudahnya mendapatkan bahan baku kapur berasal dari usaha PETI. Namun, para penambang
secara kontinyu, dengan harga murah dari sumber tidak bisa lepas dari mereka, karena industri pengolah
penambang yang cukup banyak. Harga kapur di kapur dapat memainkan harga semaunya. Hal ini
daerah ini cukup murah, karena jarak ke penjual dipengaruhi oleh banyaknya jumlah penambang yang
dekat, biaya transportnya murah. ingin menjual hasil tambangnya. Akibatnya, agar

Tabel 1. Perusahaan Tambang Berizin Bupati (SIPD) di Kecamatan Cipatat Per Juni 2008

Nama Perusahaan Bahan Luas No SIPD/KP


No Lokasi Keterangan
/Pengusaha Galian (ha) Tanggal. Masa Berlaku
1 PT. Bandung Marmer Kamp. Bojong Marmer 9.09 545/475-KP.P/KLH/2008 Aktif
Jl. Raya Pamucatan No. 464 Honje 11 Juni 2008 s/d 28 Juli 2012
Ciburuy Desa Citatah (4 Tahun)
2 PT. Bende Style Kamp. Tangguluh Marmer 14.24 545/02-KP.P/DLH/2004 Aktif
Jl. Raya Cibubur No. 730 dan Lampegan 20 April 2004 s/d 20 April 2008
Padalarang Desa Gunung Masigit (4 Tahun)
3 PT. Nyalindung I Kamp. Cipada Pasir 4.5 540/Kep.73-KLH/2008 Belum Aktif
Jl. Raya Purwakarta Desa Nyalindung 3 April 2008 s/d 3 April 2013
Padalarang (5 Tahun)
4 PT. Nyalindung II Kamp. Cibarengkok Pasir 14.2 540/Kep.73-KLH/2008 Belum Aktif
Jl. Mangga No. 2 Bandung Desa Nyalindung 3 April 2008 s/d 3 April 2013
(5 Tahun)
5 PT. Pumarin Blok Gunung Guha Marmer 24.9 545/08-KP.P/DLH/2008 Aktif
Jl. Mangga No. 2 Bandung Kelompok Gunung 3 April 2008 s/d 3 April 2018
Kasur Desa Cipatat (10 Tahun)
6 PT. Pumarin Blok Gunung Guha Marmer 3 545/kep.67-KLH/2008 Belum Aktif
Jl. Mangga No. 2 Bandung Kelompok Gunung 24 Maret 2008 s/d 24 Maret 2018
Kasur Desa Cipatat (10 thn)
7 PT. Akarna Marindo Blok Gunung Guha Marmer 20 545/01-KP.P/DLH/2004 Aktif
Jl. Sirna galih No. 9 dan Blok Sanghiang 20 April 2004 s/d 0 April 2008
Bandung Lawang Desa (4 Tahun)
Gng Masigit
8 CV. Pangrango Kamp. Antalihin, Pasir 3 545/08-KP/DLH/2005, Aktif
Mandiri Desa Kertamukti 29 Desember 2005 s/d
(Sadiman) 29 Desember 2008 (3 Tahun)
9 CV. Bintang Mas Blok Cijamelong Pasir 5 545/B.04-SIPD/distamn/2002, Tidak Aktif
(H. Tayubi & Desa Gunung 9 Januari 2002 s/d 9 Januari 2007 (Masa berlaku
HJ. Cusu Rosida Masigit (5 Tahun) ijin habis)
Kp. Pojok No. 249 Cimahi
10 PT. Pusaka Marmer Blok Gunung Miyud Marmer 6.24 545/474-KP.P/2008 Aktif
Indoraya s/d 9 Juni 2013 (4 Tahun)
Desa Citatah
11 H. Syarifudin KP. Cijamelong Pasir 5.2 545/01-KP.P/DLH/2004 Aktif
Heriyansah 5 Juni 2004 s/d 5 Juni 2006
Desa Gunung Masigit (2 Tahun)
12 PT. Sumber Daya Alam KP. Cicosok Kuarsa 7.9 545/07-SIPD/ Distamb/2002 Tidak Aktif
(H. Haryanto) Desa Citatah 9 Januari 2002 s/d 9 Januari 2007 (Bangkrut)
(5 Thn)
13 Andrie Yohansha Blok Gunung Guha Marmer 8.4 545/03-KP.P/KLH/2008, Aktif
Blok Gn. Sanghiang, 14 Maret 2008 s/d
Desa Citatah 16 Pebruari 2012 (4 Tahun)
14 H. Yanyan Kusdian Kp. Cikatomas Pasir 5 545/05-KP/DLH/2005, Aktif
Desa Citatah 28 Nopember 2005 s/d
28 Nopember 2010 (5 Tahun)
15 CV. Abdi Nusantara Kp. Cibuntu/Cijawer, Marmer 3 545/06-KP/DLH/2005, Tidak Aktif
(Nugroho) Desa Citatah 28 Nopember 2005
s/d 28 Nopember 2010 (5 Tahun)

Sumber Kantor LH Kabupaten Bandung Barat Per Juni 2008

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 19
Tabel 2. Perusahaan Tambang Berizin Camat di Kecamatan Cipatat Per Juni 2008

Pengusaha/ Luas Tgl Masa


No. Lokasi Bahan Galian No. SIPD
Perusahaan (Ha) Berlaku
1 Ading Blok Haurlega, Batu Brangkal 1 14 Maret 2008 545/17/P3D
Ds. GnMasigit (Batu Kapur)
2 Asep Tarman Blok Mumunggang, Batu Brangkal 1 14 Maret 2008 545/16/P3D
Ds. Ciatatah (Batu Kapur)
3 Deni Hendra Blok. Cibarengkok, Pasir 1 31 Maret 2008 545/20/P3D
Ds. Nyalindung
4 Asep Budi Blok Gunung Leit, Batu Gamping/ 1 1-April-08 545/22/P3D
Ds. Citatah batu Kapur
5 Deden Suharya Blok Cisadalah, Batu Gamping/ 1 31 Maret 2008 545/21/P3D
Ds. Gn Masigit Kapur
6 Dedi hidayat Kp. GnMasigit, Galian Batu 1 31 Maret 545/19/P3D
Ds. GnMasigit
7 Rendi A. Mochamad S Blok Lemahneundeut Bahan Galian Pasir 1 15-April-08 545/23/P3D
Kp Tonjong,
Ds. Nyalindung
8 Osid Warid Blok Kp. Balekambang, Galian Pasir 1 28-April-08 545/25/P3D
Ds. Cirawamekar
9 Odang Sudrajat Blok Kp Karang Panganten, Galian Batu Kapur 1 24-April-08 545/24/P3D
Ds. GnMasigit
10 Drs. James Hartono Setio Blok Lampengan, Bahan Galian 1 6 Mei 2008 545/26/P3D
Ds. GnMasigit Batu Kapur
11 Oyet Blok Lampengan, Batu Kapur 1 4 Juni 2008 545/29/P3D
Ds. GnMasigit
12 Ikoh Blok Lampengan, Batu Kapur/ 1 4 Juni 2008 545/30/P3D
Ds. GnMasigit Batu Gamping
13 Engkos Kosaasih Blok Jerukmipis, Bahan Galian 1 6 Mei 2008 545/27/P3D
Ds. GnMasigit Batu Kapur
14 Rapendi Saryana Blok Tanggulun, Galian Hitam 1 7 Juli 2008 545/34/P3D
Ds. Citatah (Batu Andesit)
15 Elan Sumarna Blok Cibukur, Pasir 1 25 Juli 2008 545/33/P3D
Ds. GnMasigit
Sumber Kantor LH Kabupaten Bandung Barat Per Juni 2008

Tabel 3. PETI dan Perusahaan Tambang Berizin Camat di Kecamatan Cipatat, Lokasi Desa Gunung
Masigit dan Desa Citatah, Agustus 2008

Desa Jenis Bahan


Koordinat Izin
Gunung Masigit Galian
1 Asep Suherman 107o 26’ 16.368” -6o 49’ 45.372” Kapur Camat
2 Asep A / Husein 107o 26’ 7.332” -6o 49’ 41.232” Kapur Camat
3 Redi Nursaid 107o 26’ 5.388” -6o 49’ 38.568” Kapur Camat
4 Husein 107o 26’ 5.244” -6o 49’ 36.12” Kapur Camat
5 Maman Mandra 107o 26’ 6.072” -6o 49’ 33.888” Kapur Camat
6 Ading 107o 26’ 56.64” -6o 49’ 36.156” Kapur Camat
7 Ading 107o 25’ 53.256” -6o 49’ 36.948” Kapur Camat
8 Zakaria Jaya 107o 26’ 8.556” -6o 50’ 5.568” Kapur Camat
9 Engkos Kosasih 107o 26’ 23.64” -6o 50’ 12.768” Kapur Camat
10 Hj. Holiah 107o 26’ 22.596” -6o 50’ 19.896” Kapur Camat
14 Ade Setiawan - - Pasir Tanpa izin (PETI)
15 Ilan Sumarna - - Pasir Tanpa Izin (PETI)
16 H. Nanang - - Kapur Tanpa izin (PETI)
17 Dedy - - Kapur Tanpa Izin (PETI)
18 Darman - - Kapur Tanpa izin (PETI)
19 H. Abas - - Kapur Tanpa Izin (PETI)
20 Nardi - - Kapur Tanpa izin (PETI)

20 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 15 - 27


Tabel 3. Lanjutan ...

Desa Jenis Bahan


Koordinat Izin
Gunung Masigit Galian
21 Alam - - Kapur Tanpa Izin (PETI)
22 Deni Alansyah - - Kapur Tianpa izin (PETI)
Citatah
1 Pa Ideng 107o 26’ 58.992” -6o 50’ 1.392” Kapur Camat
2 Karmana 107o 25’ 49.8” -6o 49’ 36.912” Kapur Camat
3 Iwan / Andi 107o 25’ 47.496” -6o 49’ 33.78” Kapur Desa (PETI)
4 Endin 107o 25’ 49.404” -6o 49’ 32.016 Kapur Desa (PETI)
5 Amin 107o 25’ 49.836” -6o 49’ 28.56” Kapur Tanpa Izin (PETI)
6 Maman Mandra 107o 25’ 45.372” -6o 49’ 32.052” Kapur Tanpa Izin (PETI)
7 Maman Mandra 107o 25’ 38.244” -6o 49’ 31.62” Kapur Tanpa Izin (PETI)
8 Nandang 107o 25’ 35.364” -6o 49’ 36.732” Kapur Tanpa Izin (PETI)
9 Atang 107o 25’ 34.5” -6o 49’ 38.46” Kapur Desa (PETI)
10 Asep Bos 107o 25’ 32.124” -6o 49’ 39.576” Kapur Camat
11 Ganjar 107o 25’ 31.908” -6o 49’ 38.748” Kapur Desa (PETI)
12 Asep Bos 107o 25’ 33.492” -6o 49’ 39.972” Kapur Camat
13 Paryat 107o 25’ 37.56” -6o 49’ 43.32” Kapur Desa (PETI)
14 Karmana 107o 25’ 36.624” -6o 49’ 40.116” Kapur Camat
15 Jahidin 107o 25’ 42.024” -6o 49’ 45.732” Kapur Desa (PETI)
16 H. Yayan 107o 24’ 17.244” -6o 44’ 40.584” Pasir Tanpa Izin (PETI)
17 H. Epep 107o 26’ 12.012” -6o 49’ 23.448” Pasir Tanpa Izin (PETI)
18 Pasir Purabaya 107o 28’ 35.22” -6o 51’ 7.056” Pasir Tanpa Izin (PETI)
Sumber: Survei Tim Isu Pertambangan Puslitbang tekMIRA, Agustus 2008

Gambar 2. Sungai bawah tanah Gua Gambar 3. Kerusakan lingkungan akibat


Sangiangtikoro kering karena penambangan dengan peledakan
beberapa mata air mati, tinggal satu dan alat berat di Gunung Masigit
di Pasir Pawon yang tidak terkendali

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 21
Gambar 5. Gua Pawon di Pasir Pawon
Gambar 4. Industri pengolah kapur dengan
terancam penambangan dari
latar belakang tambang kapur di
belakang dan samping Gunung
Gunung Masigit
Masigit

harga mampu bersaing, para penambang berusaha penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas: 1)
menekan biaya operasi, dengan cara mengabaikan keterpaduan; 2) keserasian, keselarasan, dan
kewajiban-kewajiban pajak dan iuran pertambangan keseimbangan; 3) keberlanjutan; keberdayagunaan
serta tanpa melakukan reklamasi lahan bekas dan keberhasilgunaan; 4) keterbukaan; 5)
tambang. Pada akhirnya, kegiatan pengolahan bahan kebersamaan dan kemitraan; 6) pelindungan
tambang secara tidak langsung mempunyai andil kepentingan umum; 7) kepastian hukum dan
terhadap kerusakan lingkungan. keadilan; dan 8) akuntabilitas. Sedangkan, pasal 3
menyebutkan, bahwa ‘penyelenggaraan penataan
ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
4. PERMASALAHAN PEMANFAATAN nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
RUANG DAN PEMBAHASAN berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional dengan: 1) terwujudnya
Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang keharmonisan antara lingkungan alam dan
Penataan Ruang, pasal 1 dijelaskan bahwa, yang lingkungan buatan; 2) terwujudnya keterpaduan
dimaksud penataan ruang adalah suatu sistem proses dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam manusia; dan 3) terwujudnya pelindungan fungsi
perencanaan tata ruang ditempuh suatu proses untuk ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Berdasarkan
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata asas dan tujuan dari kegiatan penataan ruang tersebut,
ruang. Sedangkan, di dalam pemanfaatan ruang terlihat ada yang ‘salah dalam pemanfaatan ruang
dilakukan upaya untuk mewujudkan struktur ruang kawasan tersebut untuk kegiatan pertambangan, yaitu
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang diabaikannya kawasan karst yang harusnya
melalui penyusunan dan pelaksanaan program dilindungi. Hal ini akan lebih jelas, kalau dilihat
beserta pembiayaannya. Agar dapat memahami dari produk hukum daerah mengenai tata ruang, baik
persoalan mengenai pemanfaatan ruang kawasan karst yang dikeluarkan oleh Provinsi Jawa Barat maupun
Citatah – Rajamandala telah menyimpang, maka Kabupaten Bandung.
perlu dijelaskan di sini mengenai azas dan tujuan
dari penataan ruang itu sendiri. Dalam pasal 2 UU Menurut Perda Provinsi Jawa Barat No. No. 2/ 2002
RI No. 26 Tahun 2007 disebutkan, bahwa dalam tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, pasal 1
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, nomor 13 sampai 16, yang dimaksud Kawasan Karst

22 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 15 - 27


adalah kawasan batuan karbonat (batuan gamping memiliki ciri/kriteria seperti kawasan Karst Kelas I
dan atau dolomit) yang memperlihatkan bentang dan Kelas II, termasuk batuan karbonat yang masih
alam karst, atau morfologi karst, yaitu bentang alam dalam proses karsifikasi luar tingkat awal.
batuan karbonat yang ditandai oleh bukit berbangun
kerucut dan menara, lembah dolina, gua, stalaktit Sesuai terminologi di atas, pada kawasan karst
dan stalakmit serta sungai bawah tanah. Kawasan Citatah - Rajamandala terdapat karst kelas I dan kelas
karst dibagi 3 kelas, yaitu: 1) Kawasan Karst Kelas I II. Hal ini dikuatkan oleh Perda Provinsi Jawa Barat
mempunyai ciri-ciri: a. Berfungsi sebagai No. 2 Tahun 2006 pasal 62, huruf a. Kawasan cagar
penyimpanan air tanah secara permanen; b. Banyak alam geologi, yaitu: nomor 1) Cagar Alam Geologi
jaringan aliran sungai bawah tanah; c. Banyak goa Gua Pawon, di Kabupaten Bandung, dan huruf b.
yang mengandung speleotem, peninggalan sejarah, Kawasan karst, yaitu: nomor 1) Citatah-Tagog Apu,
objek budaya dan objek wisata; d. Mempunyai nilai di Kabupaten Bandung. Berarti sesuai perda di atas
tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 2) kawasan karst Citatah - Rajamandala harus mendapat
Kawasan Karst Kelas II mempunyai ciri-ciri: a. perlindungan Lingkungan Geologi, yaitu upaya
Berfungsi sebagai pengimbah air fisik yang melindungi: a) keberadaan sifat serta jenis lingkungan
pengambilan bahan bakunya bawah tanah; b. Banyak geologi dari dampak kegiatan manusia/
goa dan jaringan aliran sungai bawah tanah yang pembangunan; dan b) hasil pembangunan dari unsur
sudah kering dan runtuh/rusak; c. Sebaran batuannya lingkungan geologi yang membahayakan. Zonasi karst
sangat terbatas tapi mengandung unsur-unsur ilmiah Citatah – Rajamandala dapat dilihat pada Gambar 6.
bernilai tinggi. 3) Kawasan Karst Kelas III tidak

Karangpanganten
Pr. Cikamunin g
G. Guha Gunung Masigit

Pr. Bancana
Pr. Sangiangtikoro

Gunung Hawu

G. Manik Pr. Pabeasan

Pr. Balukbuk Pr. Pawon

G. Guha

ZONASI KARST CITATAH-RAJAMANDALA


Kelas 1
Kelas 2

Sumber: Bramantyo (2008)

Gambar 6. Zonasi Karst Citatah – Rajamandala Kelas 1 dan 2

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 23
Sesuai Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/ 2002, pasal tersebut, mencapai 124,37 ha (data 2008 dari Kantor
14, setiap perencanaan pengembangan wilayah yang LH Kabupaten Bandung Barat). Luas pertambangan
berada pada wilayah yang telah ditetapkan menjadi ini belum termasuk lahan yang diusahakan PETI,
Kawasan Cagar Alam Geologi, Kawasan resapan Air meskipun kurang dari 1.000 m2, tapi jumlahnya lebih
dan Kawasan Karst wajib mendapatkan pertimbangan dari 15 usaha. Jadi, pemanfaatan ruang untuk
geologi dari Dinas terkait. Mengenai upaya-upaya kawasan pertambangan sudah melebihi ambang
konservasi dan perlindungan dalam pendayagunaan batas, telah mengabaikan beberapa asas dan tujuan
diatur dalam pasal 15, ayat (1) Konservasi penataan ruang itu sendiri, sehingga membahayakan
dimaksudkan untuk melindungi unsur Lingkungan kelestarian kawasan karst Citatah - Rajamandala, serta
Geologi yang dilaksanakan melalui penetapan situs Gua Pawon.
wilayah yang secara geologis tertutup bagi
pengembangan wilayah; dan ayat (2) Pendayagunaan Kaitan pemanfaatan ruang untuk industri, diatur
dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan lahan dalam pasal 31 ayat (2) huruf b perda tersebut. Zona
melalui pemberian pertimbangan geologi terhadap Industri tidak diarahkan ke kawasan karst Citatah -
setiap pengembangan wilayah. Rajamandala, tetapi dari 10 zona industri terdapat
Zona Padalarang yang dekat dengan kawasan tersebut.
Mengacu pada perda di atas, patut dipertanyakan Meskipun tidak sebanyak di Padalarang, namun
kesesuaian pemanfaatan kawasan karst Citatah - industri pengolahan kapur di wilayah Cipatat cukup
Rajamandala saat ini? Faktanya, kawasan karst banyak. Dengan demikian, sama saja dengan
Citatah - Rajamandala saat ini penuh dengan kegiatan pemanfaatan ruang pertambangan, banyaknya
penambangan dan industri pengolahan kapur. Bukit- pengolahan kapur di kawasan ini menunjukkan telah
bukit kapur menjadi tandus dan terjal, sebagian lagi terjadi penyimpangan terhadap tata ruang untuk Zona
hampir rata dengan tanah. Situs Gua Pawon yang Industri.
menyimpan histori manusia purba Pawon mulai
terancam, digerogoti oleh kegiatan penambangan. Selanjutnya, pemanfaatan ruang tersebut harus peduli
terhadap lingkungan hidup. UU No. 23/ 1997
Dalam hal tata ruang di era otonomi daerah, yang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 18 ayat
kompeten adalah perda tata ruang di tingkat (1), mengatur kewajiban setiap usaha memiliki
kabupaten/ kota, tanpa mengecilkan arti perda di Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
tingkat provinsi (Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/ untuk memperoleh izin. Sedangkan, Permen ESDM
2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sedang No. 18/ 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan
direvisi). Perda Kabupaten Bandung Barat yang Tambang, pasal 24, ayat (1) dan ayat (3), diatur
mengatur tata ruang masih dalam proses kajian dan kewajiban perusahaan menempatkan Jaminan
penyusunan, saat ini belum selesai. Mengacu pada Reklamasi sebelum melakukan kegiatan eksploitasi/
UU No. 12/ 2007, tentang Pembentukan Kabupaten operasi produksi.
Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat, pasal 20 ayat
(1), sebelum Kabupaten Bandung Barat menetapkan Kewajiban di atas tentu sudah dipenuhi oleh usaha
Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati sebagai penambangan dan pengolahan kapur, karena izinnya
pelaksanaan UU ini, semua Perda dan Peraturan telah diterbitkan dinas teknis yang berwenang.
Bupati Bandung tetap berlaku dan dilaksanakan oleh Tinggal pelaksanaan di lapangan, sudah sesuai
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Berarti, untuk dokumen lingkungan atau belum. Selain itu, patut
memahami tata ruang kawasan karst Citatah- diperhatikan pengembangan masyarakat sekitar
Rajamandala didasarkan Perda Kabupaten Bandung (Community Development) sebagai tanggung jawab
No. 12/ 2001 tentang Tata Ruang, masih dalam sosial korporat (Corporate Social Responsibility/
proses revisi. Pasal 31 ayat (1) kawasan pertambangan CSR). Hal ini krusial, kalau diabaikan maka akan
dalam perda tersebut hanya dialokasikan di timbul konflik sosial antara perusahaan - masyarakat
Kecamatan Cipatat, dengan luas 62 ha atau 0,02% sekitar, yang bisa muncul sewaktu-waktu.
dari luas toal Kabupaten Bandung saat itu, sebelum
pemekaran Kabupaten Bandung Barat. Pelanggaran terhadap beberapa peraturan yang terkait
dengan tata ruang dan lingkungan pertambangan di
Namun, luas izin pertambangan yang dikeluarkan atas, sanksi dan dendanya cukup bervariasi, mulai
oleh bupati (SIPD/ KP, termasuk izin dari Kabupaten yang ringan sampai yang berat. Bagi pelanggar Perda
Bandung yang statusnya aktif maupun belum aktif) Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2002, sanksi
serta Kecamatan Cipatat jauh melampaui angka pidananya kurungan paling lama 3 bulan atau denda

24 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 15 - 27


paling besar Rp. 5.000.000,00, dan pelanggar Perda pelaku di lapangan untuk upaya pemulihan kawasan
Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006, sanksinya lindung yang kritis di daerahnya; b. menjaga dan
diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan melestarikan kawasan lindung di daerahnya; c.
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,00, memelihara kawasan lindung di daerahnya; d.
meskipun pelakunya dapat diancam pidana yang merumuskan, menentukan dan mengaktualisasikan
lebih tinggi dari sanksi perda tersebut. Sedangkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat; e.
pelanggaran UU No. 23 Tahun 2007, ancaman meningkatkan nilai ekonomis dari keberadaan
pidana penjaranya paling lama 10 tahun sampai kawasan lindung yang berfungsi ekologis; f. berperan
dengan 15 tahun dan denda paling banyak Rp. aktif dalam mengawasi masyarakat sekitar kawasan
500.000.000,00 sampai dengan Rp750.000.000,00. lindung yang ingin memanfaatkan kekayaan kawasan
Untuk pelanggaran UU RI No. 26 Tahun 2007, lindung bagi kepentingannya; g. berperan aktif dalam
sanksi pidana penjaranya paling lama 3 tahun sampai mengawasi para pendatang baik pengusaha maupun
15 tahun dan denda paling banyak Rp. masyarakat yang berusaha di bidang kehutanan,
500.000.000,00, sampai Rp. 5.000.000.000,00. perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan
Semuanya tinggal bagaimana peraturan tersebut pertambangan agar kegiatannya tetap mematuhi
diberlakukan dan ditegakkan agar kawasan tersebut ketentuan mengenai pengelolaan kawasan lindung.
dapat dikelola dengan benar. Yang penting di sini, bagaimana peran dunia usaha
dapat direalisasikan, dan peran aktif masyarakat untuk
Perlu disampaikan di sini, bagaimana hak masyarakat ikut mengawasi pemanfaatan kekayaan kawasan
terhadap pelaksanaan peraturan tata ruang, dan sejauh lindung tersebut dapat tercipta, sehingga
mana peran mereka? Dalam UU RI No. 26 Tahun pemanfaatan kawasan karst Citatah – Rajamandala
2007, pasal 60 cukup jelas kalau masyarakat berhak sesuai dengan peruntukan dan memperhatikan asas
untuk tahu rencana tata ruang, berhak menikmati konservasi maupun lingkungan hidup.
pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan
ruang, berhak memperoleh penggantian yang layak
atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan 5. KESIMPULAN DAN SARAN
pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang,
berhak mengajukan keberatan kepada pejabat 5.1. Kesimpulan
berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang di wilayahnya, berhak 1) Kawasan karst Citatah - Rajamandala di
mengajukan tuntutan pembatalan izin dan Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat
penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan
rencana tata ruang kepada pejabat berwenang, dan geologi, terutama pada karst klas I dan II (Perda
berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada Provinsi Jabar No. 2 Tahun 2006, pasal 62, huruf
pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan a). Mengenai pengembangan terhadap kawasan
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata tersebut juga telah diatur dalam Perda Provinsi
ruang menimbulkan kerugian. Hak-hak masyarakat Jabar No. 2 Tahun 2002. Tetapi akibat
di atas dapat diapresiasikan dalam pelaksanaan kekosongan perda tata ruang dan pertambangan,
peraturan tata ruang di daerahnya, begitu juga serta efek dari pelimpahan sebagian kewenangan
masyarakat yang berada di kawasan karst Citatah – perizinan pertambangan kepada kecamatan
Rajamandala. telah menyebabkan permasalahan dalam
pemanfaatan ruang kawasan karst Citatah –
Untuk peran dunia usaha, masyarakat dan forum Rajamandala.
masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan kawasan
lindung diatur dalam Perda Provinsi Jawa Barat No. 2) Kegiatan penambangan (pasir, batu, kapur, dan
2 Tahun 2006. Pada pasal 81, peran dunia usaha marmer) serta pengolahan kapur yang tidak
antara lain; a. memberikan kontribusi terhadap terkendali telah menyebabkan kerusakan pada
pemulihan kawasan lindung; b. bermitra usaha kawasan tersebut. Gejala kerusakan kawasan
dengan masyarakat setempat dalam pengelolaan karst Citatah – Rajamandala terjadi akibat
kawasan lindung; c. meningkatkan nilai ekonomis penyimpangan dalam pemanfaatan ruang,
dari keberadaan kawasan lindung yang berfungsi antara lain; hilangnya sebagian sumber mata
ekologis; d. memperhatikan ambang batas, daya air, bukit-bukit kapur rusak, dan munculnya
dukung dan daya lenting lingkungan. Mengenai peran konflik dalam masyarakat.
masyarakat diatur dalam pasal 82, yaitu: a. menjadi

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 25
3) Penyimpangan dalam pemanfaatan ruang DAFTAR PUSTAKA
kawasan karst Citatah – Rajamandala untuk
pertambangan dan industri pengolahan kapur Anonim, Undang-Undang No. 12/ 2007, tentang
diperlukan revisi terhadap Perda Tata Ruang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di
Kabupaten Bandung No. 1 Tahun 2001 sebagai Provinsi Jawa Barat.
pedoman bagi Pemda Kabupaten Bandung
Barat. Wilayah pertambangan harus ______, Undang-Undang No. 26/ 2007, tentang
dialokasikan pada daerah yang aman dari Penataan Ruang.
kawasan karst yang sudah ditetapkan sebagai
kawasan perlindungan geologi (di luar karst klas ______, Peraturan Pemerintah No. 26/ 2008 tentang
I dan II), dan perlu disiapkan lahan untuk Tata Ruang Nasional.
pertambangan rakyat.
______, 2001. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
4) Kegiatan pengolahan kapur perlu ditertibkan, No. 21 Tahun 2001 tentang Tata Ruang,
dan diupayakan agar dekat dengan lokasi Bandung.
penambangan sehingga masalah lingkungan
dapat diminimalkan. _______, 2002. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2
Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan
5) Berhubung permasalahan ini sangat kompleks Geologi.
dan melibatkan banyak stakeholders, maka
dalam penanganannya diperlukan keterlibatan _______, 2003. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/ 2003
semua pihak yang terkait, tidak cukup di tingkat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.
kabupaten tetapi juga sampai ke tingkat Provinsi
Jawa Barat. _______, 2004. Peraturan Bupati Bandung No. 8
Tahun 2004 tentang Pelimpahan Sebagian
5.2. Saran Kewenangan Bupati kepada Camat di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung.
1) Re-lokasi penambangan ke tempat yang sesuai
perlu kajian zonasi pertambangan. Dalam re- _______, 2004. Keputusan Bupati Kabupaten
lokasi penambangan harus dialokasikan juga Bandung Nomor 8 Tahun 2004 tentang
lahan pertambangan rakyat. Pelimpahan Sebagian Kewenangan
Pertambangan kepada Kecamatan.
2) Industri pengolahan kapur, yang menyebabkan
penambangan semakin tidak terkendali dan _______, 2006. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2
terjadi eksploitasi terhadap PETI (sebagian besar Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan
rakyat), diharuskan memiliki lahan SIPD/KP Lindung.
sendiri. Dengan KP/SIPD sendiri, industri
pengolahan kapur tersebut punya tanggung Bappeda Kabupaten Bandung, 2001. Peta
jawab terhadap kerusakan lingkungan, meskipun Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bandung
lahannya sebagian dimitrakan kepada rakyat. Tahun 2001, Bandung.

3) Penanganan kawasan karst Citatah - Bappeda Kabupaten Bandung, 2001. Peta


Rajamandala butuh tim yang handal, Pemanfaatan Ruang Kecamatan Cipatat Tahun
beranggotakan dari berbagai disiplin ilmu. 2001, Bandung.
Dalam proses implementasinya harus didukung
semua pihak yang terkait. Permasalahan ini tidak BPS Kabupaten Bandung, 2007. Kabupaten Bandung
cukup diserahkan kepada Pemda Kabupaten Dalam Angka Tahun 2007, Bandung.
Bandung Barat, tetapi juga Kabupaten Bandung
(induk) dan Provinsi Jawa Barat. BPS Kabupaten Bandung, 2007. PDRB Kabupaten
Bandung Barat per Kecamatan tahun 2006/
2007, Bandung.

26 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 15 - 27


Bramantyo, B., 2008. Menyelamatkan Gua Pawon Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat,
dan Perbukitan Karst Citatah – Rajamandala, 2008. Rekapitulasi Surat Izin Pertambangan
Bahan Audensi di Kabupaten Bandung Barat 7 Daerah (Izin Camat) di Kabupaten Bandung
Agustus 2008, Bandung. Barat Tahun 2008.

Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat,
2008. Rekapitulasi Surat Izin Pertambangan 2008. Rekapitulasi Pertambangan Tanpa Izin di
Daerah (Izin Bupati) di Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008.
Barat Tahun 2008.
Kecamatan Cipatat, 2007. Kecamatan Cipatat Dalam
Angka 2007.

Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 27
PENCUCIAN KEMBALI (RETREA
KEMBALI TMENT) AMP
RETREATMENT AS
AMPAS
PENCUCIAN BA UKSIT KIJ
BAUKSIT ANG
KIJANG

Husaini, Suryo Cahyono dan Azhari


Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
Jl. Jenderal Sudirman No. 623 Bandung 40211
Tlp. (022)6030483; Fax. (022)6003373;
e-mail: husaini@tekmira.esdm.go.id

Naskah masuk : 19 Oktober 2007, revisi pertama : 13 Februari 2009, revisi kedua : 20 Maret 2009
dan revisi terakhir : April 2009

SARI

Buangan ampas bauksit hasil penambangan bertahun-tahun telah menumpuk dalam jumlah besar dan belum
dimanfaatkan karena kandungan aluminanya rendah. Peningkatan kadar alumina dalam ampas bauksit lama
dapat dilakukan untuk mendapatkan bauksit yang memiliki nilai ekonomis dan sekaligus mengurangi dampak
lingkungan yang ditimbulkannya. Dalam penelitian ini, ampas bauksit ditingkatkan kadarnya menggunakan
hidrosiklon dengan variabel persen padatan sluri sebesar 2,4 ; 3,4; 5,2;7;10;12; dan 15%, serta tekanan 0,8; 1;
dan 1,2 atm. Kandungan mineral-mineral besi yang terdapat dalam overflow hidrosiklon dipisahkan dengan
menggunakan peralatan pemisah magnet dengan medan magnet sebesar 4.300, 6.400, 8.500, 10.600, 12.800,
14.800, 16.500, 17.900, 19.100 dan 19.900 gauss. Kondisi optimum pemisahan dengan hidrosiklon dicapai
pada persen padatan 10% dengan kandungan dan perolehan alumina masing-masing 44,6% dan 98,4%.
Kandungan silika reaktif dapat ditekan sampai 1,1%. Kandungan besi dalam overflow hidrosiklon berada pada
rentang 13,1 – 22,8% dan perolehan pada rentang 3,15-22,69%. Kondisi optimum pada pemisahan dengan
magnet dicapai dengan kuat medan 4.300 gauss yang dapat meningkatkan kadar besi oksida dari 18,46%
menjadi 26,80% dengan perolehan 33,9%. Alumina terkonsentrasi dalam ampas dengan perolehan antara 63-
91,8%.

Kata kunci : peningkatan mutu, ampas bauksit, hidrosiklon, pemisah magnetik

ABSTRACT

The disposal of bauxite tailing that has been done for years reach a big amount of tailing and has not been used
because its low grade of alumina. Upgrading alumina content of bauxite tailing can be implemented to get
upgraded bauxite which has economical value and reduce negative impact on the environment. In this re-
search, bauxite tailing was upgraded using hydrocyclone with different solid percentage of slurry that was 2.4;
3.4; 5.2; 7; 10; 12; 15% and different pressures that was 0.8; 1; 1.2 atm. The iron minerals contained in
overflow of hydrocylone was separated using magnetic separator with different magnetic field namely 4300,
6,400, 8,500, 10,600, 12,800, 14,800, 16,500, 17,900, 19,100, and 19900 gauss. The results showed an
optimum condition at 10% solid of slurry with content and recovery of alumina were 44.6% and 98.4%,
respectively. The content of reactive silica can be pushed down to 1.1%. Iron content in overflow was in the
range of 13.1-22.8% and recovery was in the range of 3.15-22.69%. The optimum condition of magnetic
separation was at magnetic field of 4,300 gauss where the iron oxide content increased from 18.46% to
26.80% with the recovery of 33.9%. Alumina was concentrated in tailing with recovery in the range of 63-
91.8%.

Keywords : upgrading, bauxite tailing, hydrocyclone, magnetic separator

28 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 28 - 38


1. PENDAHULUAN magnetik. Magnetit dapat dipisahkan dari mineral
pengotornya yang bersifat non magnetik, terutama
Indonesia memiliki cadangan bauksit di dua lokasi yang mengandung besi. Untuk bijih bauksit Kijang,
yang jumlahnya relatif besar, yaitu di Tayan, komponen bersifat magnet berupa mineral besi
Kalimantan Barat berjumlah lebih dari 800 juta ton oksida dan besi hidroksida yang jumlahnya mencapai
dan di Kijang, P. Bintan, Kepulauan Riau yang sudah 18,82%, sedangkan mineral non magnetiknya berupa
dieksploitasi sejak tahun 1935 oleh perusahaan kuarsa (SiO2), gibsit, dan lempung yang masing-
Belanda, NV Nibem, selanjutnya pada tahun 1942 masing kadarnya 5,46%, 45,95%, dan 29,77%
diusahakan oleh perusahaan Jepang. Pada tahun 1959 (Tabel 2). Semua unsur dapat dipengaruhi ketika
diambil alih oleh Indonesia yaitu oleh PT berada dalam daerah medan magnet, meskipun
Pertambangan Bauksit Indonesia (Perbaki), yang dengan banyak unsur yang memiliki efek yang sangat
selanjutnya melebur ke dalam BPU Pertambun yang kecil untuk dapat terdeteksi (Abouzeid, 1990).
kemudian menjadi PN Aneka Tambang (Simatupang Bahan-bahan dapat diklasifikasikan dalam dua
dan Sigit 1991). Hingga sekarang ini, cadangan yang kelompok besar, yang dapat tertarik oleh magnet dan
tersisa hanya beberapa juta ton saja. Namun di tidak tertarik oleh magnet. Diamagnetik akan ditolak
Kijang tertimbun ampas hasil pengolahan yang sepanjang garis gaya magnet yang menunjukkan
dilakukan selama bertahun-tahun oleh perusahaan intensitas medan yang kecil. Paramagnetik akan
tersebut dalam jumlah yang cukup besar yaitu sekitar tertarik sepanjang garis gaya magnet yang
7 juta ton, yang sampai saat ini belum dimanfaatkan. menunjukkan intensitas medan yang besar. Unsur-
Ampas yang dibuang masih memiliki nilai ekonomi unsur paramagnetik dapat dipisahkan oleh pemisah
yang cukup tinggi mengingat kadar Al 2O3 nya magnetik intensitas tinggi. Contoh unsur
berkisar 38,9-41,8% dengan pengotor besi antara 9- paramagnetik yang dapat dipisahkan secara baik oleh
13% dan silika antara 17-28%. Sementara bauksit pemisah magnetik antara lain ilmenit (FeTiO3), rutil
yang laku dijual di pasaran luar negeri memiliki (TiO2), wolframit [(FeMn)WO4], monazit (sedikit
persyaratan Al2O3 di atas 51% dan silika reaktif terdapat di alam), siderit (FeCO3), pirhotit (FeS),
maksimum 3,5% (Anonim,2007a). khromit (FeCr2O4), hematit (Fe2O3), dan mineral
mangan. Unsur ferromagnetik akan mudah tertarik
Pengolahan kembali ampas bauksit dapat dilakukan oleh gaya magnet dan menyimpan kemagnetan ketika
dengan metode konsentrasi gravitasi dan pemisahan terpisah dari medan magnet. Itu semua dapat
secara magnet. Metode konsentrasi gravitasi pada dipisahkan oleh pemisah magnetik intensitas rendah
prinsipnya memisahkan mineral-mineral yang (low intensity magnetic separator). Untuk satuan
berbeda berat jenisnya melalui pergerakan relatif pengukurannya menggunakan densiti fluks magnet
antar mineral-mineral tersebut, karena efek gravitasi atau induksi magnet dengan satuan tesla. Meskipun
dan satu atau lebih gaya-gaya lain, seperti tahanan pada kenyataannya satuan yang biasa digunakan
yang disebabkan oleh gerakan (motion) fluida yang adalah gauss (G), yang sama dengan 10-4 tesla, yang
viscous, seperti air dan udara. Faktor penting yang telah digunakan dalam beberapa tahun dalam bidang
menyebabkan terjadinya pemisahan yang efektif pengetahuan tentang elektromagnetik
adalah adanya perbedaan densiti antara mineral (Venkatachalam dan Degaleesan, 1982).
berharga dengan mineral tidak berharga (gangue) (lihat
Tabel 2). Gerakan partikel dalam suatu fluida tidak Kandungan alumina diharapkan akan terkonsentrasi
hanya tergantung pada berat jenis, tetapi juga pada pada produk fraksi kasar (underflow) dan kandungan
ukurannya, partikel berukuran besar akan lebih besi akan terkonsentrasi pada produk fraksi halus
dipengaruhi dari pada partikel kecil. Untuk ampas (overflow) pada hidrosiklon. Pemisahan dengan
bauksit ini, distribusi ukuran butiran komponen alu- magnetic separator diharapkan dapat memisahkan
mina, besi, dan kuarsa dapat dilihat pada Tabel 3. kandungan besi yang bersifat magnet dan alumina
Oleh karena itu, efisiensi proses gravitasi meningkat yang bersifat non-magnet.
dengan bertambahnya ukuran partikel, dan partikel
harus cukup kasar agar dapat bergerak sesuai dengan Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang
hukum Newton (Krishna, 1983). pengolahan kembali ampas bauksit yang diharapkan
dapat mengendalikan pembuangan ampas sehingga
Pemisah magnetik dimanfaatkan untuk membedakan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan
unsur magnetik dari bjih mineral dan digunakan juga sekaligus memanfaatkan nilai ekonomi yang
untuk memisahkan mineral lain yang bersifat non- terkandung dalam ampas pencucian bauksit.

Pencucian Kembali (Retreatment) Ampas Pencucian Bauksit Kijang, Husaini, dkk. 29


2. METODOLOGI mesh, kemudian bagian yang lolos ayakan ditimbang
5 kg untuk digunakan sebagai umpan percobaan
Pertcontoh ampas pencucian bauksit Kijang terdiri hidrosiklon. Berdasarkan hasil analisis komposisi
dari 2 jenis, yaitu ampas lama dan ampas baru. kimia yang disajikan pada Tabel 2, dengan
Ampas pencucian bauksit memiliki ukuran butir memperhatikan komposisi berat dan kimia fraksi +12
kurang dari 2 mm setara dengan 12 mesh. Prosedur mesh (kumulatif) dari kedua percontoh, ternyata
percobaan dapat dilihat pada Gambar 1. kedua percontoh telah menunjukkan komposisi berat

TAILING BAUKSIT

Analisis ayak dan


PEMERCONTOHAN
analisis kimia

PENGAYAKAN

PEMISAHAN DENGAN Overflow (ditampung)


HIDROSIKLON

konsentrat PEMISAHAN DENGAN


Underflow MAGNETIC SEPARATOR
(ditampung)
tailing

ANALISIS KIMIA

Gambar 1. Bagan alir proses percobaan dengan hidrosiklon dan magnetic separator

Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah serta komposisi kimia yang relatif sama, maka dipilih
pemercontohan ampas bauksit dengan cara salah satu percontoh saja dari kedua percontoh
mencampurkan 5 kantong percontoh ampas lama tersebut yang akan digunakan untuk keperluan
menjadi satu dan diaduk sampai homogen. Dengan percobaan. Percontoh yang dipilih adalah percontoh
cara yang sama juga dilakukan pada percontoh ampas ampas lama (TM), karena deposit ampas yang
baru. Masing-masing percontoh dibagi lima bagian terdapat di Kijang (Riau) didominasi oleh ampas
yang masing-masing dapat digunakan untuk satu kali lama.
percobaan (satu jenis percontoh untuk lima
percobaan). Contoh hasil pemercontohan ampas Percobaan pemisahan dengan hidrosiklon
lama dan baru kemudian dianalisis ayak dengan menggunakan variasi persen padatan 2,4; 3,4; 5,2%
ayakan ukuran 5, 12, 60, 100, 150 dan 200 mesh untuk siklon kecil dan persen padatan 7, 10, 12 dan
dan dianalisis komposisi kimianya sehingga dapat 15 % untuk siklon besar. Percobaan pemisahan
diketahui kadar alumina, silika dan besi pada tiap hidrosiklon besar juga memvariasikan besar tekanan
fraksi ukuran. 0,8-1,2 atm dengan persen padatan 10%. Fraksi
underflow dan overflow ditampung lalu dikeringkan.
Setelah dilakukan pemercontohan, percontoh diayak Skematik alat hidrosiklon dan rangkaian alat
dengan ukuran ayakan 2 mm atau setara dengan 12 hidrosiklon ditampilkan pada Gambar 2.

30 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 28 - 38


Setelah dilakukan percobaan hidrosiklon, produk Spesifikasi alat hidrosiklon dan magnetic separator
overflow digunakan untuk percobaan pemisahan dapat dilihat pada Tabel 1.
magnetik (magnetic separation) secara basah dengan
memvariasikan kuat magnet 4.300, 6.400, 8.500, Produk underflow dan overflow hasil pemisahan
10.600, 12.800, 14.800, 16.500, 17.900, 19.100, dengan hidrosiklon dianalisis komposisi kimia,
dan 19.900 gauss. Material yang bersifat magnet begitu juga dengan konsentrat dan ampas hasil
(konsentrat) dan non-magnet (ampas) ditampung lalu pemisahan dengan magnetic separator. Semua
dikeringkan. Foto alat magnetic separator ditampilkan kegiatan analisis komposisi kimia dilakukan di
pada Gambar 3. Laboratorium Kimia Puslitbang Tekmira, sedangkan

(a) (b)
Gambar 2. (a) Skematik alat hidrosiklon (Anonim, 2007b), dan (b) rangkaian alat hidrosiklon

Gambar 3. Alat magnetic separator

Pencucian Kembali (Retreatment) Ampas Pencucian Bauksit Kijang, Husaini, dkk. 31


Tabel 1. Spesifikasi alat hidrosiklon dan magnetic separator

No Nama alat Dimensi/kapasitas Keterangan


1 Hidrosiklon merk (a) Siklon kecil : Jumlah 1 buah
KREBS Bagian pengumpanan: diameter luar =16 mm,
diameter dalam=8 mm,
Bagian overflow: diameter luar=16 mm,
diameter dalam 6,5 mm
Bagian underflow: diameter luar=25 mm,
diameter dalam 2,5 mm
Tinggi siklon total = 300 mm
(b) Siklon besar : Jumlah 1 buah
Bagian pengumpanan: diameter luar =42 mm,
diameter dalam=20 mm,
Bagian overflow: diameter luar=42 mm,
diameter dalam 20 mm
Bagian underflow: diameter luar=40 mm,
diameter dalam 15 mm
Tinggi siklon total = 575 mm
2 Magnetic separator Rpm=0-10, diameter bola 7,5 mm, kuat arus=0-19 Jenis wet magnetic
ampere, medan magnet=0-23000 gauss separator dengan
bola-bola baja

percobaan hidrosiklon dan magnetic separator dalam ampas bauksit dipisahkan terlebih dahulu.
dilakukan di Laboratorium Pengolahan Mineral
Puslitbang tekmira. Dari fotomikrograf sayatan tipis ampas bauksit Kijang
tampak dominan (warna terang) berbutir halus-kasar,
sedangkan oksida besi warna hitam (Gambar 4).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil XRD menunjukkan bahwa ampas bauksit lama
(ampas lama) mengandung bauksit jenis mineral
3.1. Karakteristik Bahan Baku (Ampas gibsit (Gambar 5). Hasil analisis mineralogi ampas
Pencucian) bauksit sebagai bahan baku didominasi oleh gibsit
sebesar 45,95% diikuti oleh lempung 29,77%, besi
Upaya pemanfaatan ampas hasil pencucian bauksit (hidroksida & oksida) 18,82% dan kuarsa 5,46%,
Kijang ini didasari oleh adanya kandungan alumina derajat liberasi untuk mineral bauksit sebagai berikut
(Al2O3) dalam ampas yang masih relatif tinggi : 63,26% untuk ukuran butir -2 mm+35 mesh,
namun masih mengandung pengotor terutama min- 83,17% untuk ukuran butir -35+60 mesh, 89,14%
eral besi (Fe2O3) dan silika (SiO2). Berdasarkan data untuk ukuran butir -60+100 mesh dan 93,98%
analisis ayak, fraksi ukuran +2mm (+12 mesh) untuk ukuran butir -100 mesh (Tabel 2). Dari data
persentase beratnya masih cukup tinggi yakni sekitar mineralogi ini menunjukkan bahwa kandungan alu-
28% dari total berat dalam ampas dengan komposisi mina (Al2O3) dalam ampas bauksit (lama) sebesar
kimia sbb : 36,26-40,69% Al2O3, 9,92-11,89% 29,45% dan nilai ini lebih rendah bila dibandingkan
Fe2O3 dan 17,82-28,14% SiO2 total (Tabel 3). Ini dengan hasil analisis kimia yang besarnya 36,26%
merupakan produk bauksit tercuci yang dapat Al2O3 (Tabel 3).
dicampur (blending) dengan bauksit tercuci yang
kadarnya lebih tinggi sehingga memenuhi syarat untuk Ampas bauksit Kijang yang digunakan untuk
dijual. Oleh karena itu, sebelum uji coba peningkatkan percobaan, setelah melalui pemisahan ukuran butir
mutu dengan siklon dan pemisah magnetik + 2mm, memiliki kadar Al2O3, Fe2O3, dan SiO2
dilakukan, ukuran butir > 2 mm yang terkandung berturut-turut 43,94%, 11,73 %, dan 22,09%.

32 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 28 - 38


Tabel 2. Komposisi mineral secara mikroskopis

Komposisi
Jenis Mineral Berat jenis Derajat liberasi (%)
mineral (%)
Gibsit, Al2O3 3H2O 45,95 2,3-2,4 -2 mm+35 mesh=63,26%,
-35+60 mesh= 83,17%
-60+100 mesh=89,14%
-100 mesh= 93,98%
Lempung, Al2(Si2O5)(OH)4 29,77 2,61
Besi hidroksida, FeO(OH), 18,82 4,285,2
Besi oksida, Fe2O3
Kuarsa, SiO2 5,46 2,65

Gambar 4. Fotomikrograf sayatan tipis bauksit Kijang. Tampak


dominan gibsit (warna terang) berbutir halus-kasar,
sedangkan oksida besi warna hitam.

Gambar 5. Difraktogram bauksit Kijang, terlihat gibsit (G) sebagai senyawa alumina yang dominan

Pencucian Kembali (Retreatment) Ampas Pencucian Bauksit Kijang, Husaini, dkk. 33


Tabel 3. Distribusi ukuran butiran dan komposisi kimia ampas bauksit Kijang

Fraksi (mesh) Ampas Lama Ampas Baru


% Kadar (%) % Kadar (%)
Berat SiO2 Al 2O 3 Fe2O3 Berat SiO2 Al2O3 Fe2O3
+5 5,4 5,6 52,1 7,9 4,7 3,0 47,7 15,2
-5 +12 23,0 21,7 40,4 9,2 23,2 8,6 47,0 11,9
-12 +60 47,5 33,3 34,5 8,4 53,9 20,7 39,6 10,8
-60 +100 10,0 36,3 30,9 11,2 8,9 30,6 33,0 11,9
-100 +150 3,4 32,9 31,1 13,2 3,2 24,3 33,1 12,4
-150 +200 3,0 30,4 29,8 15,2 2,0 24,5 33,9 15,9
-200 7,7 17,9 35,3 17,9 4,1 13,0 37,2 19,6
Jumlah 100,0 100,0
Head sample 28,14 36,26 9,92 17,82 40,69 11,89
Head sample 22,09 43,94 11,73
(untuk uji
coba siklon)

3.2. Hasil Uji Coba Hidrosiklon Data dan kondisi percobaan menggunakan
hidrosiklon secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
Umpan yang digunakan untuk uji coba peningkatan 4. Dari percobaan dengan siklon berukuran kecil,
kandungan alumina dengan hidrosiklon adalah laju aliran bawah berkisar antara 7,9-9,7 kg/menit
ampas bauksit (lama) berukuran -2mm (-12 mesh) dan menghasilkan produk padatan kering antara 4,26-
yang memiliki komposisi kimia 43,94% Al2O3, 4,79 kg, dan laju aliran atas berkisar antara 6,6-8
11,73% Fe2O3 dan 22,09% SiO2. Uji coba dengan kg/menit dan menghasilkan produk padatan kering
hidrosiklon ini menghasilkan produk aliran atas antara 0,13-0,53 kg, sedangkan dengan siklon
(overflow) berukuran relatif halus (didominasi fraksi berukuran besar, laju aliran bawah 16,3-25 kg/menit
ukuran butir -150 mesh) dengan persen berat antara dan menghasilkan produk padatan kering antara 4,23-
2,6-14,4% dan aliran bawah (underflow) berukuran 4,70 kg dan laju aliran atas berkisar antara 22,3-66
relatif lebih kasar (didominasi fraksi ukuran butir kg/menit dan menghasilkan produk padatan kering
+150 mesh) dengan persen berat berkisar 87,4- antara 0,3-0,72 kg.
97,4%.

Tabel 4. Kondisi percobaan pemisahan dengan siklon

Siklon kecil Siklon besar


No. percobaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lama operasi (detik) 1140 660 510 45 30 25 20 46 57 70
Persen solid (%) 2,4 3,4 5,2 7,0 10,0 12,0 15,0 10,0 10,0 10,0
Laju alir U/F 7,9 9,2 9,7 23,3 25,0 24,0 19,5 24,8 18,9 16,3
(kg/menit)
Berat U/F kering (kg) 4,79 4,40 4,26 4,48 4,40 4,34 4,23 4,58 4,70 4,50
Laju alir O/F 6,6 8,0 7,8 65,3 65,0 64,8 66,0 33,9 28,4 22,3
(kg/menit)
Berat O/F kering (kg) 0,13 0,13 0,53 0,48 0,56 0,63 0,72 0,43 0,30 0,50
Tekanan (atm) 1,5 1,7 1,8 1,8 0,8-1,0 1,0 1,2

34 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 28 - 38


Persen berat dan komposisi kimia produk underflow dengan perolehan yang relatif masih rendah yaitu
dan overflow hasil percobaan hidrosiklon dapat 20,5%, sedangkan kadar silika reaktifnya dapat
dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 terlihat bahwa ditekan mencapai 1,1%. Gambar 6 menjelaskan
persen berat overflow semakin meningkat seiring grafik hubungan perolehan dan kadar Al2O3 (under-
dengan kenaikan persen padatan sehingga pemisahan flow) dan Fe2O3 (overflow) hasil percobaan siklon
Al2O3 dan Fe2O3 makin efektif. Kadar dan perolehan dengan variasi % padatan.
Al2O3 dan Fe2O3 pada percobaan siklon dengan
variasi % padatan juga dapat dilihat pada Tabel 5. Efisiensi pemisahan partikel dengan hidrosiklon
Pada kondisi persen padatan 10%, kadar dan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah
perolehan Al2O3 pada underflow maksimum yaitu densitas dan ukuran butir partikel (Perry dan Chilton,
44,6% dan 98,4%, tetapi kadarnya belum mencapai 1997). Dalam penelitian ini yang berperan lebih
51%. Hal ini disebabkan kadar silika (SiO2) masih dominan adalah ukuran butir, hal ini dapat dilihat
tinggi pada underflow sehingga perlu dilakukan dari produk aliran atas yang umumnya memiliki
penelitian lebih lanjut untuk memisahkan silikanya. ukuran relatif lebih halus dan aliran bawah yang
Walaupun kadar Al2O3 pada aliran bawah dari umumnya berukuran relatif kasar. Kandungan alu-
hidrosiklon masih belum memenuhi syarat untuk mina pada underflow lebih tinggi bila dibandingkan
dapat diproses lebih lanjut (bahan baku Proses pada overflow sebagai akibat berpindahnya
Bayer), namun produk ini masih bisa dimanfaatkan komponen besi ke overflow meskipun mempunyai
dengan cara dicampur dengan bauksit tercuci densitas yang lebih tinggi. Hal ini dapat dijelaskan
(washed bauxite) yang berkadar tinggi (di atas 51%). bahwa berdasarkan pada Tabel 3, kandungan oksida
Pada kondisi ini, produk aliran atas mencapai kadar besi semakin tinggi untuk ukuran butir yang semakin
Fe2O3 sebesar 22,2% yang merupakan kadar tertinggi halus. Selain itu kemungkinan mineral besi yang

Tabel 5. Persen berat dan komposisi kimia produk underflow (UF) dan overflow (OF) hasil percobaan
siklon dengan variasi % padatan

No. % Kadar (%)


% Berat Perolehan(%)
Per- pada SiO2 total SiO2 reaktif Al 2O 3 Fe2O3
contoh tan UF OF UF OF UF OF UF OF UF OF Al2O3 Fe2O3
1 2,4 97,4 2,6 24,2 12,8 5,0 10,8 40,6 39,0 11,9 20,4 96,7 4,4
2 3,4 97,1 2,9 22,3 14,2 3,8 8,2 39,2 39,6 11,6 14,1 94,4 3,2
3 5,2 88,9 11,1 23,1 20,3 3,7 4,5 43,2 38,4 11,8 13,1 92,5 11,6
4 7,0 90,3 9,7 23,2 12,4 2,1 9,3 44,0 38,7 10,9 21,7 97,9 16,3
5 10,0 88,7 11,3 23,3 12,6 1,1 10,6 44,6 38,8 10,4 22,2 98,4 20,5
6 12,0 87,4 12,6 25,1 13,1 3,3 7,0 41,1 40,3 10,9 19,6 85,9 19,3
7 15,0 85,6 14,4 26,0 14,0 3,0 7,6 41,7 39,3 10,9 19,8 86,6 22,7

 
100 50
90 45
80 40
70 35 Perolehan Al2O3
Perolehan

Kadar (%)

60 30 Perolehan Fe2O3
50 25
Kadar Al2O3
40 20
30 15 Kadar Fe2O3
20 10
10 5
0 0
2 4 6 8 10 12 14 16
% solid

Gambar 6. Grafik perolehan dan kadar Al2O3 (underflow) dan Fe2O3


(overflow) hasil percobaan siklon dengan variasi % padatan

Pencucian Kembali (Retreatment) Ampas Pencucian Bauksit Kijang, Husaini, dkk. 35


berukuran sangat halus tersebut interlock dengan optimum untuk perolehan dan kadar Fe2O3 terdapat
mineral lempung yang terdapat dalam percontoh, pada tekanan 1 atm, yaitu pada kondisi ini perolehan
sehingga pada pemisahan dengan hidrosiklon, min- Fe2O3 mencapai 17,45% dengan kadar 22,3%.
eral besi ikut terbawa ke aliran atas, sebagaimana Tetapi pada kondisi ini kadar Al2O3 masih belum
dapat dilihat hasil percobaannya pada Tabel 5, yaitu mencapai 51% seperti yang diharapkan dan
kadar Fe2O3 pada underflow 10,4-11,9% sedangkan perolehan Fe2O3 masih rendah. Sama seperti pada
pada overflow 13,1-22,2%. Hal ini menunjukkan penjelasan sebelumnya, bahwa kadar Al2O3 pada
bahwa kandungan besi lainnya (besi hidroksida dan aliran bawah dari hidrosiklon yang masih rendah
besi oksida) pada fraksi ukuran kasar (underflow) tersebut kemungkinan bisa diproses lebih lanjut
lebih rendah bila dibandingkan pada fraksi ukuran dengan cara mencampurkan (blending) ke dalam
halus (overflow). bauksit tercuci yang berkadar tinggi.

Kendala yang umum ditemui dalam pemisahan 3.3. Hasil Uji Coba Pemisahan dengan Magnet
menggunakan siklon adalah terjadinya aglomerasi (Magnetic Separator)
partikel halus akibat adanya kandungan lempung yang
terdapat dalam percontoh sehingga dapat mengurangi Produk overflow dari hidrosiklon kandungan besinya
efisiensi pemisahan. relatif lebih tinggi, hal ini sesuai dengan karakteristik
ampas bauksit ini yaitu mineral besi terkonsentrasi
Perolehan Al2O3 dan Fe2O3 pada percobaan dengan pada fraksi sangat halus, sedangkan kandungan
siklon dengan variasi tekanan dapat dilihat pada Tabel aluminanya terkonsentrasi pada fraksi yang lebih
6 dan Gambar 7. Dari data tersebut nampak bahwa kasar. Oleh karena itu, upaya peningkatan kadar besi
alumina terkonsentrasi pada overflow sedangkan dalam overflow ini langsung dilakukan dengan
oksida besinya pada underflow walaupun berat jenis menggunakan magnetic separator mengingat
alumina (gibsit) lebih rendah daripada oksida besi. kehalusan sudah memadai (ukuran -200 mesh)
Hal ini disebabkan butiran oksida besi terkonsentrasi dengan derajat liberasi %. Namun dari data yang
pada fraksi ukuran sangat halus dan gibsit pada fraksi didapat, pemisahan dengan magnet ini hanya dapat
ukuran kasar, sehingga yang lebih berperan dalam meningkatkan kandungan besi dari 18,46% menjadi
proses pemisahan alumina dengan oksida besi adalah 26,80% (lihat Tabel 7). Peningkatan kadar yang tidak
perbedaan ukuran butiran dibandingkan dengan terlalu tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan berat jenisnya. Di sini terlihat bahwa ukuran butir yang terlalu halus yang cenderung
perolehan Al2O3 cenderung naik seiring dengan membentuk gumpalan sehingga partikel mineral besi
kenaikan tekanan, sedangkan perolehan Fe2O3 yang seharusnya tertarik oleh magnet terhalangi/
cenderung menurun seiring dengan kenaikan tertutupi oleh mineral lainnya yang bersifat non-
tekanan. magnet seperti mineral bauksit (alumina), dan kuarsa.
Seperti dapat dilihat pada komposisi bahan asal pada
Dari Gambar 7 terlihat bahwa kondisi optimum berbagai fraksi ukuran, kandungan silika juga
untuk perolehan dan kadar Al2O3 terdapat pada terkonsentrasi pada fraksi yang sangat halus yang
tekanan 1,2 atm. Pada kondisi ini perolehan Al2O3 didominasi mineral lempung.
mencapai 95,02% dengan kadar 39,7%, dan kondisi

Tabel 6. Persen berat dan komposisi kimia produk underflow (UF) dan overflow (OF) hasil percobaan
siklon dengan variasi tekanan

No. % Kadar (%)


% Berat Perolehan(%)
Per- pada SiO2 total SiO2 reaktif Al 2O3 Fe2O3
contoh tan UF OF UF OF UF OF UF OF UF OF Al2O 3 Fe2O3
8 0,8 91.5 8.5 23,4 9,6 2,1 8,2 39,1 41 11,6 22,8 91,9 14,3
9 1,0 90.0 10.0 25,3 10,9 2,3 8,2 39,5 40 11,2 22,3 89,1 17,4
10 1,2 94.1 5.9 24,3 10,0 2,1 8,1 39,7 40 11,6 22,3 95,0 9,8

36 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 28 - 38


 
100 50
90 45
80 40
70 35 Perolehan Al2O3

Perolehan

Kadar (%)
60 30 Perolehan Fe2O3
50 25
Kadar Al2O3
40 20
30 15 Kadar Fe2O3
20 10
10 5
0 0
0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3
Tekanan (atm)

Gambar 7. Grafik perolehan dan kadar Al2O3 (underflow) dan Fe2O3


(overflow) hasil percobaan siklon dengan variasi tekanan

Data dan kondisi percobaan menggunakan magnetic Grafik perolehan dan kadar Al2O3 (ampas) dan
separator dapat dilihat pada Tabel 7. Terlihat bahwa Fe2O3 (konsentrat) hasil percobaan dengan magnetic
dengan variasi kekuatan medan magnet (antara 4300- separator dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan
19900 gauss), material yang bersifat magnet beratnya grafik terlihat bahwa perolehan Fe2O3 masih rendah
berkisar 8,77 - 36,98 % sedangkan material non- yaitu sekitar 7,70-44,69%. Kondisi optimum untuk
magnet berkisar 63,02 – 91,23 %. Dengan kekuatan perolehan dan kadar Fe2O3 terdapat pada besar gauss
magnet yang semakin besar terjadi fluktuasi dari 4300 yaitu pada kondisi ini kadar Fe2O3 mencapai
material bersifat magnet yang diperoleh. Berat min- 26,8% dengan perolehan yang mencapai 33,94%
eral bersifat magnet tertinggi didapat pada kuat mag- walaupun nilai perolehan tidak sebesar pada besar
net 8500 gauss sedangkan terendah pada kuat mag- gauss 8500 yakni 44,69%. Hal ini karena pada besar
net 12800 gauss. gauss yang lebih tinggi maka material yang sifat

Tabel 7. Data hasil percobaan magnetic separator (cara basah)

No Arus Gauss Konsentrat Ampas Umpan


(amp) % Kadar Kadar % Kadar Kadar Kadar Kadar Perolehan Perolehan
berat Al2O3 Fe2O3 berat Al2O3 Fe2O3 Al 2O 3 Fe2O3 Al2O3 Fe2O3
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
1 2 4300 23,39 18,27 26,8 76,61 20,00 15,92 19,60 18,46 78,20 33,94
2 3 6400 10,53 18,23 20,1 89,47 19,33 15,64 19,21 16,11 90,01 13,13
3 4 8500 36,98 19,72 17,31 63,02 19,70 12,57 19,71 14,32 63,00 44,69
4 5 10600 10,17 20,00 11,73 89,83 18,93 15,92 19,04 15,49 89,32 7,70
5 6 12800 8,77 18,17 18,43 91,23 19,53 16,48 19,41 16,65 91,79 9,71
6 7 14800 12,80 18,51 15,08 87,20 19,98 14,52 19,79 14,59 88,03 13,23
7 8 16500 18,46 18,33 17,31 81,54 20,30 13,96 19,94 14,58 83,02 21,92
8 9 17900 17,45 17,63 17,87 82,55 20,00 15,92 19,59 16,26 84,30 19,17
9 10 19100 26,75 17,96 16,20 73,25 19,87 15,64 19,36 15,79 75,18 27,44
10 11 19900 23,24 17,69 17,87 76,76 19,93 15,64 19,41 16,16 78,82 25,70

Pada umumnya, dengan semakin besarnya kekuatan kemagnetannya lemah akan ikut tertarik, sehingga
medan magnet, berat material bersifat magnet yang menyebabkan nilai perolehan lebih tinggi tetapi
diharapkan semakin besar, karena untuk mineral besi kadarnya lebih rendah. Hasil analisis mineralogi
yang sifat kemagnetannya rendah bisa tertarik oleh menunjukkan adanya mineral besi hidroksida dan
gauss yang tinggi (Abouzeid, 1990). besi oksida (Tabel 2). Sedangkan kadar Al2O3 pada

Pencucian Kembali (Retreatment) Ampas Pencucian Bauksit Kijang, Husaini, dkk. 37


100 50
90 45
80 40
70 35

Kadar (%)
Perolehan
Perolehan Al2O3
60 30
Perolehan Fe2O3
50 25
Kadar Al2O3
40 20
Kadar Fe2O3
30 15
20 10
10 5
0 0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
43 64 85 106 128 148 165 179 191 199
Gauss

Gambar 8. Grafik perolehan dan kadar Al2O3 (ampas) dan


Fe2O3 (konsentrat) hasil percobaan dengan
magnetic separator

konsentrat relatif sama pada ampas, tetapi karena ini ditunjang oleh data karakteristik dan mineralogi
persen berat ampas (non magnet) lebih besar daripada serta hasil analisis kimia bahan baku dan hasil
konsentrat maka Al2O3 terkonsentrasi pada ampas percobaan baik pada underflow maupun overflow.
yang bersifat non magnet dengan perolehan sekitar
63-91,79%.
DAFTAR PUSTAKA

4. KESIMPULAN DAN SARAN Anonim, 2007a. Bauxite Mineral, Bauxite Informa-


tion, Uses of Bauxite, Bauxite Suppliers.htm,
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat tanggal akses 21 Oktober 2007.
ditarik kesimpulan bahwa kondisi optimum
percobaan hidrosiklon adalah pada persen padatan Anonim, 2007b. www.lenntech.com, tanggal akses
sluri 10%. Kadar Al2O3 yang didapat pada under- 29 November 2007.
flow berkisar 39,1-44,6% dengan perolehan Al2O3
berkisar 85,9-98,4%. Kadar Al2O3 yang masih Abouzeid, A.Z.M., 1990. Mineral Processing Labo-
rendah disebabkan kandungan SiO2 total yang masih ratory Manual, Trans Tech Publications, 101-
tinggi pada underflow sehingga perlu penelitian lebih 112.
lanjut untuk menurunkan kadar SiO2, sedangkan
SiO2 reaktif dapat ditekan hingga 1,1%. Krishna, M., 1983. Examination of Minerals, Ores
and Their Feasibility Studies, Edisi pertama,
Kadar Fe2O3 pada overflow masih rendah yaitu 13,1- Khana Publishers, Delhi, India, hal. 73-74, 108-
22,8%, dan perolehan sekitar 3,2-22,7%. Perolehan 114.
Fe2O3 pada pemisahan dengan magnetic separator
juga masih rendah yaitu sekitar 7,70-44,69%. Untuk Perry, R.H., Chilton, C.H., 1997. Chemical Engi-
itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar neers’ Handbook, McGraw-Hill Book Company,
perolehan Fe2O3 lebih meningkat. Kondisi optimum Kogakusha, Ltd., New York, hal 20-81.
untuk perolehan dan kadar Fe2O3 terdapat pada besar
gauss 4300, yaitu pada kondisi ini kadar Fe2O3 Simatupang, M. dan Sigit, S., 1991. Pengantar
mencapai 26,8% dengan perolehan mencapai Pertambangan Indonesia, Asosiasi
33,94%, sedangkan Al2O3 terkonsentrasi pada Pertambangan Indonesia, ISBN 979-8012-66-6.
ampas yang bersifat non magnet dengan perolehan
sekitar 63-91,79%. Venkatachalam, S. dan Degaleesan, S.N., 1982.
Laboratory Experiments in Mineral Engineering,
Alat hidrosiklon dan magnetic separator dapat Mohan Primlani for Oxford & IBH Publishing
digunakan untuk meningkatkan kadar alumina dari Co., 66 Janpath, New Delhi, hal. 159-161.
ampas dengan cara pemisahan oksida besi dan hal

38 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 28 - 38


PEMBAKARAN GENTENG DENG
PEMBAKARAN AN BA
DENGAN TUB
BATUB ARA
TUBARA
DALAM TUNGKU API NAIK MENGGUNAKAN KISI
TAHAN API PERMEABILITAS TING
PERMEABILITAS GI
TINGGI

Sumaryono
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA)
Jl. Jenderal Sudirman 623 Bandung
Telp./Fax. 022 – 6038027, 081321237913
e-mail : soemaryono@tekmira.esdm.go.id

Naskah masuk : 06 Januari 2009, revisi pertama : 02 Maret 2009, revisi kedua : 10 April 2009
dan revisi terakhir : April 2009

SARI

Kecepatan deforestrasi semakin meningkat di Indonesia mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius.
Selain meluasnya banjir di berbagai daerah, sebanyak 60 DAS (Daerah Aliran Sungai) di Indonesia sudah
sangat kritis dengan vegetasi kurang dari 3%. Vegetasi minimal yang dikehendaki adalah 30%. Industri genteng
adalah industri padat energi yang banyak mengkonsumsi kayu bakar sehingga dengan semakin sulitnya kayu
bakar berpeluang untuk menggantinya dengan batubara. Hal ini bersamaan dengan kebijakan pemerintah tentang
kewajiban pemasokan batubara untuk industri dalam negeri oleh tambang-tambang batubara mulai tahun
2009.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan, batubara dapat mengeluarkan senyawa hidrokarbon yang reaksi-
reaksi sekundernya dapat mengganggu produk genteng yaitu kematangan yang kurang dan warna yang pucat.
Hal ini telah diatasi dengan menambahkan kayu bakar untuk menstabilkan pembakaran. Tetapi banyak pihak
saat ini yang menghendaki penggunaan batubara tanpa kayu, karena meningkatnya kesadaran pentingnya menjaga
kelestarian hutan.

Dalam percobaan ini pembakaran genteng dengan batubara tanpa kayu bakar dilakukan dengan teknik pembakaran
dari atas ke bawah untuk proses pemuputan dan proses pembakaran cepat dengan metodea pengkokasan
menggunakan kisi dengan permeabilitas tinggi dalam kantong api model Y. Percobaan-percobaan dengan
batubara Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan untuk membakar 12500 buah genteng dalam tungku api
naik yang telah dilengkapi dengan kisi berpermeabilitas tinggi, menghasilkan kematangan dan warna yang baik
serta efisiensi energi 27 – 30%. Hasil ini lebih tinggi dari penggunaan kayu bakar dengan efisiensi 19,6%.

Kata kunci : pembakaran genteng, batubara, kisi, tungku api naik

ABSTRACT

Deforestration rate increases in Indonesia, resulting a serious damage in the environment. Besides of extensive
flood in several areas, 60 DAS (river stream area) are in critical condition since there are less than 3% vegeta-
tion in those areas. The recommended minimum vegetation area is 30%. Tile industry is an energy intensive
industry which consumes a large amount of firewood, therefore in parallel with firewood depletion at the
moment, it is a big opportunity for coal to substitute firewood. It is in line with the government policy for coal
mines to supply domestic coal need in the year of 2009.

Previous researches on tile burning using coal indicated, coal may produce hydrocarbons which secondary
reactions may affect the tile quality, those were lack of maturity and a pale colour of the tiles. This problem

Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 39
had been overcome by adding firewood to stabilize the coal combustion. However, many people at present
demand coal use without firewood as the increase of concern towards the importance of preserving the forest.

In this experiment the burning of tiles using coal without firewood was carried out by implementing top down
burning of coal for water smoking process and coking method using high permeability grate in Y type furnaces
for fast heating process. The experiments used East and South Kalimantan coals in the tile burning using
updraft kiln containing 12500 tiles which had been furnished with high permeability grates, resulted good
maturity and colour tiles and energy efficiencies of 27 up to 30% which were higher than the value using
firewood, which was 19.6%.

Keywords: tile burning, coal, grate, up draft kiln

1. PENDAHULUAN mengatasi hal ini adalah dengan pembakaran


batubara dikombinasi dengan kayu bakar sehingga
Dengan bertambahnya penduduk di Indonesia maka efisiensi energi meningkat hampir 2x lipat dan api
tekanan terhadap sumber-sumber alam semakin berat. reduksi tidak terjadi (Sumaryono dkk, 1992). Jadi
Khususnya di bidang energi, pembatasan subsidi dengan penambahan kayu bakar gangguan
minyak tanah dan program penghijauan yang belum hidrokarbon dapat dihilangkan karena kayu
efektif mengakibatkan proses deforestrasi yang sangat menstabilkan pembakaran. Saat ini di beberapa
cepat. Selain bencana banjir yang semakin meluas, daerah kayu bakar sudah sulit didapat, sehingga
lebih dari 60 DAS (daerah aliran sungai) di Indone- banyak pihak menginginkan teknik pembakaran
sia sudah kritis dengan kondisi vegetasi yang hampir batubara tanpa bantuan kayu yang aman untuk
habis seperti DAS Ciliwung tersisa 2,42%, DAS pembakaran genteng. Teknik yang akan dicoba adalah
Bengawan Solo tersisa 1,30% dari yang seharusnya teknik pembakaran “top down burning” untuk tahap
30% (KOMPAS, 2009). Beberapa pemerintah daerah penguapan air (water smoking) dan penggunaan kisi
sudah mulai lebih serius untuk membatasi penggunaan dengan permeabilitas tinggi untuk tahap pembakaran
kayu bakar untuk industri, sehingga diperlukan energi cepat. Sekarang adalah saat yang tepat untuk
alternatif pengganti kayu bakar seperti di industri implementasi penggunaan batubara di industri
bata, genteng, kapur dan industri rumah tangga yang genteng dan industri lainnya karena mulai tahun
saat ini masih banyak menggunakan kayu bakar. 2009 pemerintah akan memberlakukan kebijakan
DMO (Domestic Market Obligation) sehingga
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kebutuhan batubara untuk industri dalam negeri akan
penggunaan batubara untuk pembakaran genteng, dapat dipenuhi (KOMPAS, 2008).
dengan pembakaran tanpa kayu. Penelitian-penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa pembakaran bata/ Dalam pembakaran genteng, selain mutu produk
genteng dengan batubara memberikan hasil yang yang baik juga diperlakukan teknik penggunaan
kurang memuaskan karena adanya produk bahan bakar yang baik sehingga dicapai efisiensi
hidrokarbon yang mengalami disosiasi/pemecahan energi yang optimal.
(cracking) sehingga menghasilkan karbon dalam
bentuk jelaga (Elliot, 1981) yang mengisi celah-celah
antar bata/genteng dan menurunkan permeabilitas 2. PENELITIAN TERDAHULU
susunan bata/genteng sehingga aliran api terhambat
dan bata/ genteng tidak matang. Dengan 2.1. Pembakaran Genteng (Wanto, 1994)
terhambatnya aliran api, udara masuk juga kurang
lancar sehingga mengakibatkan atmosfer pembakaran Pembakaran genteng dalam tungku api naik bak
yang bersifat reduksi, yang dapat mengakibatkan bata/ terbuka dilakukan dengan menyusun genteng mentah
genteng leleh, menggumpal atau melengkung. yang telah kering jemur dengan susunan setinggi 2 –
Reduksi ringan mengakibatkan warna bata/genteng 2,5 m. Genteng kering jemur ini masih mengandung
menjadi pucat karena warna merah terang dari feri- air pembentuk dan air mineral. Proses pembakaran
oksida tercampur warna gelap dari fero-oksida genteng dilakukan dalam 2 tahap :
sehingga harga jual genteng turun.
a. Proses penguapan air atau pemuputan yang
Teknik yang dikembangkan sebelumnya untuk dilakukan pada temperatur rendah.

40 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 39 - 49


b. Proses pembakaran cepat, dilakukan setelah air unggun gentengnya masih dingin.
pembentuk dan air mineral habis menguap.
Untuk tahap pembakaran cepat diperlukan kantong
Tahap proses penguapan air dilakukan dengan api api yang bagus sehingga mampu membakar batubara
kecil supaya air menguap perlahan untuk mengindari dengan cepat. Dalam penelitian ini, untuk membakar
adanya retak-retak rambut akibat pengeluaran uap batubara dengan cepat dibuat kisi dengan
air yang terlalu cepat yang mengakibatkan genteng permeabilitas yang lebih besar. Dengan permeabilitas
kurang kuat, suara tidak nyaring dan mudah berlumut yang besar aliran udara primer menjadi lebih lancar.
karena daya serap air tinggi. Uap air naik ke atas dan Metoda pembakaran yang akan diterapkan untuk
mengembun pada permukaan genteng di susunan- tahap pembakaran cepat adalah metoda pengkokasan
susunan atas. (coking method). Dengan metoda ini bara yang
terbakar di atas kisi didorong ke dalam kemudian
Setelah uap air hampir habis, dilakukan proses tempat yang ditinggalkan diisi dengan batubara.
pembakaran tahap kedua yaitu pembakaran cepat. Batubara ini mengalami pemanasan karena radiasi,
Pembakaran cepat hanya dapat berlangsung jika mengeluarkan zat terbang yang mengalir ke dalam
susunan genteng di saf-saf atas telah kering sehingga dan terbakar karena radiasi dari bara yang terbakar
dihasilkan draft yang cukup kuat, cukup untuk proses dan dari langit-langit kantong api.
pembakaran yang aman untuk genteng. Dengan draft
yang cukup kuat ini pembakaran dapat dipacu 2.3. Kantong Api
sehingga temperatur akhir pembakaran genteng segera
dicapai. Untuk genteng didaerah Plered yang bahan Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan bata
bakunya adalah lempung montmorrillonite dan il- merah biasa untuk kisi (Komar, 1984) yang
lite, temperatur akhirnya cukup 800 – 900°C. persentase bukaannya adalah sekitar 20% atau
menggunakan besi beton Ø ¾ inci yang
2.2. Pembakaran Batubara Untuk Genteng ketahanannya kurang (Sumaryono, 1980). Pada
penelitian-penelitian tersebut, setiap kantong api
Susunan genteng setinggi 2 – 2,5 m yang melayani satu sisi dari lorong pembakaran sedangkan
mengandung air, setelah dipanaskan air menguap sisi yang lain dilayani kantong api lain. Dengan
kemudian di susunan genteng bagian atas mengembun demikian 4 buah lorong pembakaran dilayani 8 buah
berupa tetesan-tetesan air yang menempel di celah- kantong api sehingga memerlukan tenaga kerja yang
celah antar genteng merupakan perangkap yang lebih banyak untuk pemeliharaan api. Pada
berbahaya untuk hidrokarbon yang dihasilkan penelitian ini kisi dibuat dari bata khusus (Sumaryono
pembakaran batubara suhu rendah, khususnya pada dkk, 1997) yang dibuat dari campuran bubuk genteng
tahap penguapan air. Pada pembakaran suhu rendah, 75%, semen putih 12,5% dan bubuk lempung
hidrokarbon yang tidak stabil mungkin terurai 12,5% yang dicetak dan dipres dengan ukuran
menjadi endapan karbon (Elliot, 1981). panjang x lebar x tebal = 49 x 12 x 1,8 cm. Setelah
dicetak, bahan kisi ini dibakar sampai 800 – 900°C.
Cx Hy Oz Æ Cm Hn + H2 + H2O + C + CO + Setelah dipasang di kantong api dengan jarak celah
Senyawa-senyawa runutan antar kisi = 1,5 cm, dicapai permeabilitas kisi yang
Hidrokarbon Hidrokarbon endapan cukup besar dengan % bukaan = 40%. Dengan
molekul molekul karbon permeabilitas yang besar ini kantong api dapat
besar kecil mendukung proses pembakaran batubara dengan
metoda pembakaran dari atas ke bawah maupun
Endapan karbon ini mengisi celah-celah genteng metoda pengkokasan yang akan dilaksanakan untuk
sehingga permeabilitas unggun turun, bahkan aliran proses pemuputan genteng maupun proses
api tidak dapat/sulit menembus sehingga pembakaran cepat.
menurunkan tingkat kematangan genteng. Jadi
diperlukan teknik pembakaran temperatur rendah Pada kegiatan ini digunakan kantong api model Y,
yang tidak mengemisikan hidrokarbon. Dalam dengan demikian satu kantong api melayani dua buah
penelitian ini digunakan teknik pembakaran “Top lorong pembakaran dari satu sisi, sehingga untuk 4
down burning” atau pembakaran dari atas ke bawah. lorong pembakaran di kedua sisinya cukup dilayani
Dengan cara ini hidrokarbon yang terbentuk akan oleh 4 buah kantong api. Dengan demikian
mengalir ke atas ke daerah pembakaran yang diperlukan lebih sedikit tenaga kerja untuk
memungkinkan untuk terbakar menjadi CO2 dan pemeliharaan api.
H2O, khususnya pada proses pemuputan yang

Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 41
3. METODOLOGI (Percobaan Pembakaran II)
- Percobaan dengan batubara Kalimantan
3.1. Bahan Baku Selatan (Percobaan Pembakaran III)
- Percobaan dengan modifikasi kantong api
Genteng (Percobaan Pembakaran IV)
Bahan baku genteng di daerah Plered, komposisi
mineralnya adalah montmorrillonite dan illite. Dari hasil percobaan ini dapat dilakukan evaluasi
Dengan komposisi ini vitrifikasi atau mulai menggelas kinerja pembakaran genteng dengan kayu atau
terjadi pada suhu 800 – 900°C. Berat genteng siap batubara ditinjau dari tingkat kematangan,
dibakar, yaitu setelah selesai dijemur rata-rata adalah temperatur dan efisiensi energi yang dicapai.
1590 gram. berat setelah dioven pada 105°C adalah
1500 gr, jadi berat sisa air pembentuk = 90 gram.
4. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Batubara dan Kayu Bakar
Batubara yang digunakan adalah batubara Kalimantan 4.1. Pembakaran dengan Kayu Bakar
Timur dan Kalimantan Selatan. Hasil analisis
proksimat dan nilai kalori batubara dan kayu Tungku diisi 12500 buah genteng mentah yang telah
ditunjukkan pada Tabel 1. dijemur. Dilakukan proses pembakaran dengan kayu

Tabel 1. Hasil analisis proksimat dan nilai kalori batubara dan kayu, a.d.b (air dried basis)

Unsur Batubara Kaltim Batubara Kalsel Kayu Bakar


Kelembaban, % 16,13 19,05 22,0
Zat terbang, % 37,2 40,51 -
Karbon padat, % 40,31 38,11 -
Abu, % 6,36 2,33 -
Nilai kalori, kkal/kg 5324 5900 3500

3.2. Tungku yang Digunakan bakar melalui tahap pemuputan dilanjutkan


pembakaran cepat, seperti proses yang biasa
Tungku yang digunakan adalah tungku bak terbuka, dilakukan sebelumnya (Sumaryono dkk, 1992).
dengan api naik (up draft) (Komar dkk, 1984) dengan Pembakaran selesai dalam waktu 31 jam dengan suhu
ukuran bagian dalam, panjang x lebar x tinggi =3,8 di bagian bawah 920°C dan di bagian atas 710°C.
x 2,0 x 2,5 m, dibakar dari bawah melalui 4 buah Kayu yang dihabiskan sebanyak 20m3.
lorong api yang dilayani 2 buah kantong api di sisi
kiri dan 2 buah kantong api di sisi kanan. Jadi satu Perhitungan efisiensi energi :
kantong api melayani dua lorong api (kantong api Kalor jenis genteng kering = 0,224 kkal/kg.°C
model Y). Gambar kantong api dan lorong api dapat Jika suhu genteng rata-rata = 815°C maka kalori
dilihat di Lampiran 1. yang diterima genteng =

3.3. Percobaan 12500 [1,5 kg x 0,224 kkal/kg.°C (815 - 30)°C +


0,09 kg x 1 kkal/kg (100 - 30)°C + 0,09 kg x 540
Tahap pengerjaan yang dilakukan dalam penelitian kkal/kg] = 3.983.250 kkal
ini adalah :
a. Pengamatan pembakaran dengan kayu bakar Kalor yang diberikan dari kayu bakar =
sebagai acuan teknik yang selalu diterapkan di
industri genteng. 20 m3 x 290 kg/m3 x 3500 kkal/kg = 20.300.000 kkal
b. Percobaan pembakaran dengan batubara.
- Percobaan pendahuluan dengan batubara 3.983.250
Kalimantan Timur (Percobaan Pembakaran I) Efisiensi energi = x 100% = 19,6%
- Percobaan dengan modifikasi draft 20.300.000

42 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 39 - 49


Efisiensi energi yang rendah pada tungku ini sebagian x 25 cm yang diletakkan di atas kisi (Gambar 1).
besar disebabkan oleh hilangnya panas karena aliran Pembakaran kedua dilakukan dengan tungku 40 x
asap keluar tungku. 40 x 30 cm. Pembakaran kedua ini dapat dilanjutkan
jika genteng masih basah. Setelah pengeluaran uap
4.2. Pembakaran dengan Batubara air dari atas susunan genteng mulai menipis,
dilanjutkan dengan pembakaran cepat dengan
4.2.1 Percobaan Pembakaran I metoda pengkokasan.

Pada percobaan pembakaran pertama dengan Hasil proses pembakaran :


batubara ini terutama dilakukan untuk mengamati Waktu pembakaran = 28 jam
kinerja dari teknik baru ini khususnya kinerja dari Konsumsi batubara = 2420 kg
kisi, proses pembakarannya, penyebaran panas, Temperatur bawah – atas = 935 – 727°C
kecepatan pembakaran, mutu produk genteng. Dari Hasil pembakaran = Matang seluruhnya
produk genteng yang dihasilkan dapat dikaji Warna genteng = 20% berwarna pucat
kesalahan-kesalahan dalam proses pembakarannya. 80% berwarna terang
Percobaan I ini menggunakan batubara Kalimantan Abu = Berupa kerak klinker
Timur yang hasil analisis proksimatnya dapat dilihat Menutup sebagian kisi
di Tabel 1.
Hasil percobaan I ini cukup menggembirakan karena
Genteng disusun dengan cara yang sama dengan parameter-parameter pokok dalam proses pembakaran
susunan untuk dibakar dengan kayu bakar. genteng ini telah dapat dicapai dengan baik,
Pembakaran batubara dilaksanakan dalam kantong khususnya waktu pembakaran, konsumsi bahan
api yang telah dilengkapi dengan kisi menggunakan bakar, temperatur yang dicapai, distribusi panas yang
bata spesial dengan permeabilitas tinggi. Tahap baik dan kematangan genteng. Kekurangan yanga ada
pertama adalah proses penguapan air, dilakukan adalah adanya sebagian produk genteng yang
dengan pembakaran batubara teknik api pembakaran berwarna pucat (20%) dan sedikit gangguan kerak
ke bawah, dengan tungku persegi berukuran 30 x 30 di atas kisi.

Gambar 1. Teknik pembakaran dari atas ke bawah untuk proses pemuputan

Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 43
4.2.2 Pembakaran II Perhitungan efisiensi energi

Percobaan II dilakukan untuk lebih meningkatkan Jika temperatur rata-rata genteng matang = 835°C,
kinerja pembakaran dengan batubara ini. Warna maka kalori yang diterima genteng :
genteng yang pucat dari percobaan I kemungkinan
disebabkan terjadinya reaksi reduksi dari senyawa 12500 [1,5 kg x 0,224 kkal/kg.°C (835 - 30)°C +
Fe. Reaksi reduksi ini disebabkan kurangnya pasokan 0,09 kg x 1 kkal/kg (100 - 30)°C + 0,09 kg x 540
udara pembakar. Percobaan II ini diharapkan dapat kkal/kg] = 4.067.250 kkal
meningkatkan pasokan udara pembakar. Udara
pembakar akan masuk dalam jumlah besar jika asap Kalori yang diberikan dari batubara =
pembakaran juga dapat keluar dengan lancar. Jadi
dalam percobaan II ini dilakukan usaha untuk 2475 kg x 5324 kkal/kg = 13.176.900 kkal
melancarkan keluarnya asap pembakaran. Untuk
memperlancar keluarnya asap pembakaran, 4.067.250 kkal
dilakukan modifikasi draft dengan cara merubah Efisiensi energi = x 100% = 30,8%
prosedur penyusunan lapisan penutup unggun 13.176.900 kkal
genteng, sehingga permeabilitasnya meningkat.
Gambar 2 adalah susunan penahan asap yang 4.2.3 Pembakaran III
biasanya dipasang di atas susunan genteng mentah,
lapisan pertama adalah susunan bata rebah yang Percobaan III dilakukan dengan batubara Kalimantan
rapat, di atasnya susunan genteng rebah sebanyak Selatan yang hasil analisisnya tertulis pada Tabel 1.
dua lapis. Batubara Kalimantan Selatan terlihat berbeda dengan
batubara Kalimantan Timur. Batubara Kalimantan
Timur lebih tahan cuaca (panas dan hujan) sehingga
tetap bertahan tidak retak/pecah. Percobaan III ini
mengamati perbedaan kinerja kedua jenis batubara
tersebut pada proses pembakaran genteng ini. Dengan
prosedur seperti diuraikan di sub bab 4.2.1 dan
penahan asap yang renggang, hasil pembakaran
genteng adalah :
Gambar 2. Susunan penutup genteng mentah Waktu pembakaran = 25 jam
Konsumsi batubara = 2585 kg
Temperatur bawah – atas = 931 – 730°C
Dalam percobaan II, lapisan pertama bata rebah Hasil pembakaran = Matang seluruhnya
disusun dengan jarak antar bata satu dengan lainnya Warna genteng = Merah terang
antara 3 sampai 6 mm, jadi asap lebih mudah Abu = Banyak arang batubara
mengalir keluar atau draftnya lebih besar dari (char) yang belum
sebelumnya. terbakar

Hasil percobaan dengan prosedur yang sama (sub Hasil pembakaran dengan batubara Kalimantan
bab 4.2.1) menggunakan batubara Kalimantan Timur Selatan ini cukup baik dengan kematangan 100%
adalah : dan warna genteng yang cerah. Tetapi di bawah kisi
Waktu pembakaran = 24 jam terdapat abu yang didominasi oleh arang batubara.
Konsumsi batubara = 2475 kg Berbeda dengan batubara Kalimantan Timur,
Temperatur bawah – atas = 935 – 735°C batubara Kalimantan Selatan ini cenderung pecah/
Hasil pembakaran = Matang seluruhnya hancur pada saat dibakar sehingga butir-butir yang
Warna genteng = Merah terang kecil banyak berjatuhan ke bawah kisi tidak sempat
Abu = Tidak berkerak terbakar. Hal ini tidak terjadi pada batubara
Warna abu-abu dengan Kalimantan Timur yang tidak pecah saat dibakar.
sedikit arang
4.2.4 Pembakaran IV
Hasil percobaan kedua ini cukup baik dengan
kematangan 100% dan warna genteng merah cerah Banyaknya sisa arang yang belum terbakar pada
seperti pada umumnya hasil pembakaran dengan kayu. percobaan pembakaran III menunjukkan bahwa bara

44 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 39 - 49


yang pecah dan berjatuhan ke bawah kisi tidak 4.079.850 kkal
Efisiensi energi = x 100% = 27,9%
terbakar lagi. Dengan demikian perlu dilakukan 14.602.500 kkal
perbaikan proses pembakarannya karena dengan tidak
sempurnanya proses pembakaran dapat
mengakibatkan turunnya efisiensi energi. Jadi perlu Secara ringkas hasil-hasil percobaan pembakaran ini
dilakukan perubahan kantong api supaya proses dapat dilihat di Tabel 2.
pembakaran batubara berlangsung lebih baik. Pada
percobaan IV ini tinggi ruang di bawah kisi dikurangi
menjadi 20 cm dari sebelumnya 45 cm sehingga 4.3 PEMBAHASAN
bara yang berjatuhan diharapkan masih tetap terbakar
karena panas dari kisi di atasnya sehingga sisa arang Pembakaran genteng dengan batubara dalam
tidak banyak lagi, karena terbakar dan memberikan percobaan ini telah dapat dilaksanakan tanpa
energinya untuk proses. Pembakaran tetap penggunaan kayu bakar. Fungsi kayu bakar dalam
menggunakan batubara Kalimantan Selatan sesuai teknik pembakaran sebelumnya untuk membakar
dengan prosedur sebelumnya menghasilkan : hidrokarbon molekul besar agar tidak mengalami
Waktu pembakaran = 25 jam reaksi-reaksi sekunder yang menghasilkan endapan
Konsumsi batubara = 2475 kg karbon telah dapat diganti dengan pembakaran awal
Temperatur bawah – atas = 936 – 740°C dengan teknik pembakaran ke bawah. Selanjutnya
Hasil pembakaran = Matang seluruhnya pembakaran cepat dilakukan dengan kisi refraktori
Warna genteng = Merah terang yang mempunyai permeabilitas tinggi.
Abu = Abu-abu dengan
sedikit sisa arang Pada percobaan I (sub bab 4.2.1) hasilnya kurang
memuaskan sebab sebanyak 20% genteng berwarna
Perhitungan efisiensi energi. pucat, warna pucat ini disebabkan adanya kandungan
senyawa-senyawa fero (besi II) pada permukaan
genteng. Senyawa fero dihasilkan oleh pembakaran
936 + 740
Jika temperatur rata-rata genteng matang = 2 °C = 838°C batubara dalam suasana reduksi karena kurang udara
pembakar.
maka kalori yang diterima genteng :
12500 [1,5 kg x 0,224 kkal/kg.°C (838 - 30)°C + 0,09 kg x 1 Fe2O3 + CO à CO2 + Fe3O4 + FeO
kkal/kg.°C (100 - 30)°C + 0,09 kg x 540 kkal/kg] = 4.079.850
kkal Tergantung sejauh mana reaksi reduksi dan
temperatur yang dicapai, jumlah ferro bervariasi
Kalori yang diberikan dari batubara =
2475 kg x 5900 kkal/kg = 14.602.500 kkal sehingga genteng berubah dari merah cerah menjadi

Tabel 2. Hasil percobaan pembakaran genteng dengan kayu dan batubara

No Pembakaran Konsumsi T bawah°C T atas°C Hasil dan


Bahan Bakar Efisiensi Energi (S, %)
1. Pembakaran dengan 20 m3 kayu 920 710 Hasil baik, S 19,6%
kayu (sub bab 4.1)
2. Pembakaran dengan 2420 kg 935 727 Hasil kurang baik,
batubara Kaltim batubara pucat 20%
(sub bab 4.2.1)
3. Pembakaran dengan 2475 kg 935 735 Hasil baik, S 30,8%
batubara Kaltim batubara
(sub bab 4.2.2)
4. Pembakaran dengan 2585 kg 931 730 Hasil: banyak batubara
batubara Kalsel batubara lolos tidak terbakar
(sub bab 4.2.3)
5. Pembakaran dengan 2475 kg 936 740 Hasil baik, S 27,9%
batubara Kalsel batubara
(sub bab 4.2.4)

Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 45
lebih pucat atau lebih gelap bahkan menghitam atau arang yang jatuh sehingga tetap terbakar sampai
malahan menjadi lunak dan lengket, menggumpal- habis. Panas dari sini dapat memanaskan udara
kan beberapa genteng menjadi satu. pembakar primer sehingga pembakaran berlangsung
lebih stabil dan efisien (sub bab 4.2.4).
Tabel 3 menunjukkan hasil pemeriksaan titik leleh
bahan genteng yang mengandung Fe2O3 dalam Pemanasan batubara mengeluarkan senyawa-senyawa
suasana reduksi dan oksidasi. Terlihat, pada suasana hidrokarbon molekul lebih besar dibanding
reduksi titik leleh lempung lebih rendah dari titik pemanasan kayu, jadi emisifitas api batubara lebih
leleh pada suasana oksidasi. Hal ini juga dipengaruhi tinggi dari api kayu sehingga efisiensi perpindahan
tingkat reduksi, kadar Fe2O3 dan mineral lainnya. panas api batubara lebih baik dan efisiensi energinya

Tabel 3. Titik leleh lempung bahan genteng

Atmosfer Temperatur, °C
Deformasi Spherical Hemisphare Flow
Reduksi 1020 1030 1035 1060
Oksidasi 1100 1115 1120 1130

Pada pecobaan selanjutnya suasana pembakaran juga lebih tinggi dibanding api kayu. Temperatur
oksidasi dilakukan dengan modifikasi draft, yaitu rata-rata yang dicapai dengan batubara sedikit lebih
merenggangkan susunan penutup (Gambar 2) tinggi dari penggunaan kayu yaitu sekitar 830 –
sehingga draft meningkat, dan udara pembakar masuk 835°C berbanding 815°C.
lebih banyak, memberikan suasana pembakaran
oksidasi. Pembakaran dalam suasana oksidasi ini
menghasilkan genteng dengan warna merah cerah 5. KESIMPULAN
dari senyawa feri (besi III) seperti pada hasil
pembakaran II (sub bab 4.2.2). – Dengan percobaan ini telah berhasil dilakukan
pembakaran genteng dengan batubara tanpa
Percobaan pembakaran ini menggunakan dua jenis penggunaan kayu bakar sebagai penstabil
batubara, dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan maupun membantu pembakaran hidrokarbon.
Timur. Ternyata batubara Kalimantan Selatan lebih Untuk proses pemuputan diterapkan teknik
mudah pecah terkena panas maupun pengaruh cuaca pembakaran batubara dari atas ke bawah
pada saat ditumpuk di tempat terbuka. Di tempat sedangkan untuk proses pembakaran cepat
terbuka, batubara Kalimantan Selatan segera pecah diterapkan teknik pembakaran dengan metoda
menjadi ukuran-ukuran kecil sampai ukuran pasir. pengkokasan menggunakan kisi dengan
Dari hasil analisis proksimat batubara Kalimantan permeabilitas tinggi dengan bukaan 40%.
Selatan mengandung air lebih besar sehingga pada
saat terkena panas sejumlah besar air memaksa keluar – Warna pucat dari produk genteng dapat
menimbulkan retakan-ratakan dan pecah. Batubara dihindarkan dengan melakukan proses
yang rapuh ini pada saat pembakaran dan pembakaran dalam suasana oksidasi yang kuat
pemeliharaan api (stoking) pecah berjatuhan lolos dengan memperbesar draft dari susunan genteng
dari kisi, kemudian pembakaran terhenti sehingga sehingga diperoleh suasana pembakaran oksidasi
tumpukan sisa arang terkumpul di bawah kisi. yang dicirikan dengan api pembakaran yang
bening dan asap yang bersih.
Percobaan pembakaran III (sub bab 4.2.3) hasilnya
kurang memuaskan karena banyak butir-butir – Batubara Kalimantan Selatan lebih mudah
batubara berukuran kurang dari 1 cm yang lolos dari mengalami retak dan pecah-pecah selama proses
kisi, sehingga tidak terbakar dengan sempurna, atau pembakaran sehingga hancur dan berjatuhan
terjadi pemborosan bahan bakar. Untuk mengatasi lolos dari kisi bertumpuk tidak terbakar. Dengan
hal ini jarak kisi ke lantai dasar di bawah kisi menaikkan lantai dibawah kisi, sisa-sisa arang
diperpendek menjadi 20 cm sehingga radiasi dan ini dapat terbakar karena panas dari kisi,
panas dari kisi lebih efektif memanaskan sisa-sisa sehingga temperatur udara primer dari bawah

46 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 39 - 49


kisi menjadi lebih tinggi dan konsumsi batubara KOMPAS, 2008. Batubara, Kewajiban Memasok
menjadi lebih efisien. Kebutuhan Dalam Negeri, Jakarta, 11
Nopember.
– Efisiensi energi proses pembakaran genteng
dengan batubara lebih tinggi dari penggunaan KOMPAS, 2009. Tidak Ada Penanggungjawab
kayu yaitu antara 27,9 – 30,8% berbanding Rehabilitasi Lingkungan Nasional, Jakarta, 4
dengan 19,6%. Hal ini selain disebabkan karena Februari, hal. 1.
kadar air yang lebih tinggi dan kalori yang lebih
rendah dari kayu juga karena emisifitas api Sumaryono, Suripto, Nana, P.H., 1980. Percobaan
batubara yang lebih tinggi sehingga efisiensi Pembakaran Bata-Genteng dengan Batubara
perpindahan panas dengan batubara lebih tinggi. dengan Metoda Pembakaran Berganti, PPTM,
Temperatur rata-rata yang dicapai pembakaran Balai Penelitian Keramik, Bandung.
dengan batubara sedikit lebih tinggi
dibandingkan pembakaran dengan kayu. Sumaryono, Aslya, D., Nana, H., 1992. Penggunaan
Bahan Bakar Kombinasi Batubara-Kayu untuk
Pembakaran Bata-Genteng dalam Tungku
DAFTAR PUSTAKA Tradisional, Buletin PPTM, Bandung, v14 n8,
1-11.
Elliot, M.A., (Editor), 1981. Chemistry of Coal Uti-
lization, New York. Sumaryono, Basyuni, Y., Suripto, 1997. Biocoal
sebagai Bahan Bakar Alternatif untuk Industri
Komar, P.A., dkk., 1984. Penelitian Pembakaran Kecil, Laporan RUT II, Bandung.
Bata dengan Batubara Bayah Sebagai Bahan
Bakar di Purwakarta, PPTM, Bandung. Wanto, E.P., 1994. Teknologi Proses Pembuatan
Kapur, Bata dan Genteng, BBIK, Bandung.

Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 47
Lampiran 1. Gambar tungku api naik dengan kantong api model Y

Skala :

B = lantai tungku
A = kantong api

48 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 39 - 49


Skala :

Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 49
PENGKAJIAN AKTIVASI ZEOLIT D
AKTIVASI AN BENT
DAN ONIT
BENTONIT
SECARA MEKANIS

Sariman, Agus Wahyudi, Dessy Amalia dan Siti Rochani


Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
Jl. Jenderal Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. 022 - 6030483 Fax. 022 - 6003373
e-mail : sariman@tekmira.esdm.go.id, wahyudi@tekmira.esdm.go.id

Naskah masuk : 02 Desember 2008, revisi pertama : 28 Januari 2009, revisi kedua : 15 April 2009
dan revisi terakhir : April 2009

SARI

Pemanfaatan mineral dari alam kadangkala memerlukan proses aktivasi. Aktivasi dapat dilakukan secara fisis
maupun kimiawi. Metode aktivasi fisik dilakukan secara mekanis menggunakan alat penggiling yang mampu
menghasilkan ukuran partikel menjadi submikron yang mendekati nanometer. Tujuan pengecilan ukuran tersebut
untuk meningkatkan reaktivitas sifat permukaan mineral. Mineral industri yang diaktifkan dalam penelitian ini
terdiri dari lempung bentonit dan zeolit dari Karang Nunggal, Tasikmalaya Jawa Barat. Bahan-bahan tersebut
dipreparasi hingga 200 mikron lalu dilakukan penggilingan menggunakan planetary ball mill berkecepatan 300
rpm dengan variasi waktu penggilingan 0 – 100 jam. Setelah itu dilakukan pelindian menggunakan asam sulfat
variasi konsentrasi 2; 5 dan 7 N dan variasi waktu 1; 1,5 dan 2 jam untuk bentonit serta 1; 3 dan 5 jam untuk
zeolit pada suhu 90°C. Karakterisasi bahan dilakukan melalui analisis kimia, difraks sinar-X, SEM, luas permukaan
dan distribusi ukuran terhadap bahan alami hasil penggilingan dan pelindian.

Hasil analisis SEM memperlihatkan bahwa proses penggilingan dapat menghasilkan ukuran sub mikron + 200
nm pada keempat vahan. Keempat bahan alami mengandung kuarsa yang keras dan tidak berpengaruh terhadap
penggilingan. Terbukti dari hasil difraksi sinar-x, semakin lama waktu giling keempat bahan mengalami kerusakan
struktur utama, sedangkan kuarsa tetap terlihat puncaknya. Pelindian dilakukan terhadap mineral lempung
yang mempunya daya pertukaran kation, yaitu bentonit dan zeolit. Semakin tinggi konsentrasi asam, maka luas
permukaan bentonit semakin besar pada waktu 1 jam dibanding 1,5 dan 2 jam. Sedangan zeolit, pada konsentrasi
2 N, luas permukannya paling besar dibanding 5 dan 7 N pada waktu paling lama 5 jam. Hal ini disebabkan
bentonit memiliki struktur berlapis dibandingkan zeolit, sehingga memiliki jumlah pori lebih banyak yang
membutuhkan kation H+ lebih banyak untuk membentuk kristalnya kembali yang rusak setelah mengalami
penggilingan. Daya serap bentonit dan zeolit cenderung menurun setelah mengalami penggilingan dan pelindian
akibat rusaknya struktur selama proses berlangsung.

Kata kunci: aktivasi mekanis, zeolit, bentonit, luas permukaan, XRD

ABSTRACT

Activation is needed for natural mineral beneficiation, which can be employed physically or chemically. The
physical method can be done by milling to create submicron particles size (almost in nanometres size). The
aim of size reduction is to increasing the surface reactivity of minerals. Minerals to be activated in the research
were bentonite and zeolite taken from Karang Nunggal, Tasikmalaya, West Java. Those minerals were prepared
into 200 microns then continued by milling using 300 rpm planetary ball mill with various milling time (0-
100 hours). The milled minerals of bentonite and zeolite which have cation exchange capability were leached
by sulphuric acid in several concentration (2; 5 dan 7 N) and various time (1; 1,5 and 2 hours for bentonite, 1; 3 and
5 hours for zeolite) at temperature of 90°C. Characterization on natural minerals, milling and leaching prod-
ucts had been done by X-ray diffraction, SEM, surface area, chemical analyzes and particle distribution.

50 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 50 - 56


SEM analyze showed that milling process produced sub-micron particles having sizes approximately 200 nm.
Quartz is present in each mineral and not influenced by milling process. This phenomenon was proved by X-
ray diffraction data. The main minerals of the ore were broken by the longest duration of milling but quartz’s
peak still exists. The surface area on bentonite increased as the acid concentration getting higher and reached in 1
hour. While zeolite’s largest surface area was in 2N of acid concentration and was occurred in longest time of
5 hours. That phenomenon happened because bentonite has multi layer structures than zeolite as it has more pores,
so it needs more H+ catión to rebuild its damage structure derived from milling process. The absorption capacity of
bentonite and zeolite tends to decrease after milling and leaching process due to the collapse of their structures.

Keywords: mechanochemistry, zeolite, bentonite, surface area, XRD

1. PENDAHULUAN ral secara mekanis terhadap kaolinit adalah terjadinya


transformasi fasa kaolinit menjadi metakaolinit dan
Pada umumnya pemanfaatan mineral industri peningkatan reaktifitas kimia (Kristof dkk, 1993).
dilakukan setelah mendapatkan aktivasi, baik secara
kimiawi maupun fisis. Dengan adanya proses aktivasi, Salah satu contoh pemanfaatan aktivasi mekanis
maka beberapa sifat fisika, kimia, struktur, dan terhadap mineral adalah K-felspar yang dapat digunakan
permukaan partikel suatu mineral dapat berubah, sebagai sumber pupuk kalium (K) pada pertanian.
mengakibatkan sifat permukaannya menjadi lebih Namun bila diaktivasi secara kimia dan fisik (panas)
reaktif. Selain aktivasi mineral dengan cara di atas, maka akan ada perubahan sifat pada permukaan fel-
telah dikenal pula aktivasi mekanis atau mechanochem- spar tersebut menyebabkan kation K mudah dilepaskan
istry (Juhasz, 1997). Aktivasi mekanis dapat dilakukan ke tanah, sehingga dapat diserap oleh tanaman.
dengan menggunakan planetary ball mill, yang
menghasilkan ukuran partikel menjadi submikron (+ Peluang pemanfaatan mineral industri sebagai
50 nm), juga terjadi reaksi kimia pada permukaan penyerap sangat terbuka lebar, bila mineral tersebut
partikel, mengakibatkan partikel tersebut menjadi sangat telah diaktivasi mekanis. Sebagai contoh tingginya luas
reaktif. Dengan meningkatnya reaktifitas permukaan permukaan kalsit setelah aktivasi mekanis mampu
partikel suatu mineral, pengolahan lanjutan pada mine- meningkatkan daya absorpsinya terhadap logam
ral tersebut akan menjadi lebih mudah dibandingkan beracun Zn dari ZnSO4 (Alacova dkk, 2004). Gambar
dengan mineral dengan ukuran yang kasar. Partikel 1. menunjukkan jumlah Zn dalam larutan (pH=2) yang
dengan ukuran submikron adalah partikel yang telah terserap oleh kalsit. Terbukti kalsit yang telah diaktivasi
mendekati ukuran skala nano (1 nm = 10-6 mm). mekanis mampu menyerap Zn hingga 98% dengan
waktu kontak hanya 3 menit, sedang kalsit tanpa
Meningkatnya pengembangan bahan-bahan baru, aktivasi hanya 58% dengan waktu kontak 30 menit.
terutama untuk bahan keramik maju maupun bahan
komposit telah mendorong pengkajian metode
aktivasi mineral, karena bahan tersebut dapat 25
terbentuk ketika proses aktivasi berlangsung. Seperti
penyiapan nano komposit dari oksida Al2O3, ZrO2,
Konsentrasi Zn dalam larutan

20
FeO2, dan CeO2 dilakukan dengan aktivasi mekanis,
bahkan dapat menghasilkan ukuran partikel hingga
(C7n/ml-1)

15
5 nm. Bahan-bahan semikonduktor seperti ZnS dan
CdS juga dapat dilakuan pembuatannya dengan 1
10
aktivasi mineral (McCormick and Froes, 1998)

Aktivasi mineral secara mekanis biasanya terjadi bila 5


2
penggilingan dilakukan dengan peralatan yang dapat 4 3
menghasilkan gaya geser dan gaya tumbuk (impact) 0
0 5 10 15 20 25 30
antar partikel. Peralatan giling tersebut antara lain Waktu aktifasi (tA/min)
planetary, oscillating, dan vibratory mill. Kajian tentang
penggunaan peralatan tersebut untuk amorfisasi, Gambar 1. Konsentrasi Zn yang terserap oleh
peningkatan energi permukaan partikel dan reaktifitas kalsit. Waktu aktivasi mekanis (a) 0
kimia telah dilakukan oleh Sinozaki dan Semma (1981) menit, (b) 3 menit, (c) 7 menit, dan
dan (Aglietti dkk, 1986). Pengaruh dari aktivasi mine- (d) 15 menit (Alacova dkk, 2004)

Pengkajian Aktivasi Zeolit dan Bentonit secara Mekanis, Sariman, dkk. 51


Teknologi aktivasi mekanis belum banyak diman- 2.2. Prosedur Percobaan
faatkan di Indonesia, sehingga pengembangannya
sebagai suatu sistem aktivasi belum tersedia. Untuk Prosedur percobaan dapat dilihat pada Gambar 3.
menjembatani teknologi penggilingan mineral dari
ukuran 100 mikron hingga 100 nanometer (nm), perlu
dikaji penyiapan teknologi penggilingan ukuran
submikron yang digunakan untuk meningkatkan
keaktifan mineral dan sekaligus menyiapkannya
Pelindian:
sebagai metode aktivasi mekanis. Aktivasi Meka nis - 5 gr percontoh
20 gr ba ha n baku dilarutkan da lam Ka rakterisasi:
(200 mikron) 200 ml asa m (va ria si - XRD
dima sukka n dala m konsentrasi 2; 5; 7 N - SEM
Pla netary Ball Mill, H SO & va ria si - Analisis kimia
2. METODOLOGI PENELITIAN Penggilinga n
berla ngsung dari
waktu 1; 1,5; 2 jam),
pa da T=90°C
- Luas permuka an &
volume pori
0-100 ja m - suspensi disa ring, - Distribusi ukuran
(va ria si wa ktu) dibila s & dikeringka n pa rtikel
2.1. Alat dan Bahan Kecepatan 300 rpm pa da T=80°C
selama 12 ja m

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini terdiri


dari:
a. Bahan baku: zeolit dan lempung (bentonit) Gambar 3. Prosedur percobaan
diperoleh dari Tasikmalaya Jawa Barat.
Percontoh digiling dan dikeringkan pada suhu
105 °C dan disimpan dalam desikator sebelum
dianalisis. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Bahan kimia utama:
HCl, H2SO4, sebagai bahan pelindi 3.1. Karakterisasi Bahan Baku

Peralatan yang diperlukan untuk aktivasi mekanis Komposisi oksida dari beberapa mineral yang
adalah Planetary ball mill, PBM-4A (Gambar 2a) digunakan pada percobaan tercantum pada Tabel 1.
yang dilengkapi dengan pengatur waktu giling dan Analisis XRD menunjukkan senyawa-senyawa yang
kecepatan putar. Bola yang digunakan terbuat dari terkandung dalam mineral yang digunakan (Tabel 2.)
baja berdiameter 2 cm. Setiap percobaan menggunakan
perbandingan umpan:bola = 1:8. Spesifikasi alat: Keempat mineral yang digunakan mengandung
kuarsa (SiO2). Kuarsa adalah salah satu mineral
Elevasi : 0 – 40 deg. tektosilikat yang relatif memiliki kekerasan lebih
Ukuran : 135 x 110 x 160 cm tinggi dibandingkan dengan pilosilikat, seperti ka-
Rotasi maks : 300 RPM olin dan bentonit. Dengan demikian dapat
Jar :4 diperkirakan bahwa proses aktivasi secara mekanis
Volume Jar : 600 ml melalui penggiling dalam hal pengecilan ukuran
dengan planetary ball mill tidak memiliki perbedaan
Adapun untuk proses pelindian, sketsa peralatan yang berarti. Pengaruh perubahan struktur akan
yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 2b. mendominasi proses aktivasi ini.

3.2. Karakterisasi Hasil Aktivasi

3.2.1 Mineralogi

Proses aktivasi secara mekanis ini dilakukan dengan


Keterangan
1. Kontroler
menggunakan planetary ball mill. Waktu aktivasi
2. Probe sensor
3. Selubung
(giling) mulai dari 10, 20,30,40,50, 60, hingga 100
4. Larutan
5. Pemanas
jam. Hasil XRD terhadap mineral zeolit ditunjukkan
6. Gabus penutup
7. Pengaduk
pada Gambar 4.
8. Kondensor

(a) (b)
Terlihat jelas intensitas beberapa karakteristik puncak
Gambar 2. Peralatan aktifasi Planetary ball mill
dari zeolit Z1, Z2, Z3, dan Z4 mengalami penurunan
PBM 4A (a) dan sketsa peralatan dengan peningkatan waktu aktivasi. Pada waktu
pelindian (b) aktivasi 30 jam, puncak puncak tersebut hilang.

52 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 50 - 56


Tabel 1. Analisis kimia mineral dengan XRF

Komposisi (%)
Mineral
SiO2 AL2O3 Fe2O3 MnO2 TiO2 K2 O CaO Na2O MgO P2 O5 LOI
Zeolit 72,49 10,74 1,34 0,016 0,25 2,69 2,32 1,46 0,52 0,02 8,15
Kaolin 73,35 16,45 0,37 0,004 0,41 2,15 0,18 0,82 trace 0,05 5,84
Bentonit 67,29 15,54 2,87 0,005 0,41 0,94 2,29 1,44 2,26 0,07 6,83
Felspar 76,03 13,03 0,90 0,01 0,20 4,11 0,37 1,87 0,07 0,04 3,37

Tabel 2. Kandungan senyawa dalam mineral Sedangkan puncak karakteristik kuarsa masih pada
yang digunakan bidang (101) 3,34 A tetap terlihat meskipun waktu
giling telah mencapai 100 jam. Derajat penurunan
Mineral Komposisi intensitas ini dipengaruhi oleh kekerasan dari min-
Zeolit Zeolit, kuarsa, felspar eral kuarsa tersebut. Dengan demikian struktur kristal
Kaolin Kaolinit, kuarsa zeolit telah berubah menjadi amorf, sedangkan kristal
Bentonit Illit, monmorillonit, kuarsa kuarsa masih tetap.
Felspar Felspar, kuarsa
Pengamatan mikrograf terhadap zeolit sebelum dan
setelah aktivasi mekanis seperti terlihat pada Gambar
5. Z0 menandakan zeolit belum diaktivasi dengan
ukuran partikel-partikel zeolit di atas 1 mikron. Setelah
aktivasi selam 60 jam, terdapat partikel-partikel zeolit
dengan ukuran di bawah 1 mikron dan pada aktivasi
100 jam telah mendekati ukuran 0,2 mikron atau
200 nanometer. Terlihat permukaan partikel zeolit
pada Z100 yang sangat halus (fine particles).

Hasil yang relatif sama juga diperoleh pada


difraktogram bentonit, seperti ditunjukkan pada
Gambar 6. Intensitas difraksi bidang basal
monmorilonit (9,9A) mengalami penurunan mulai
waktu giling 10 jam. Dibandingkan dengan zeolit,
bentonit lebih cepat mengalami perubahan struktur.
Sedangkan puncak kuarsa masih tetap muncul hingga
waktu giling 100 jam namun dengan intensitas yang
Gambar 4. Difraktogram zeolit, diperoleh dari semakin lemah.
berbagai waktu giling yang berbeda

ZO Z60 Z100

Gambar 5. Fotomikrograf zeolit untuk waktu giling Z0=0 jam, Z60=60 jam, dan Z100=100 jam

Pengkajian Aktivasi Zeolit dan Bentonit secara Mekanis, Sariman, dkk. 53


3.2.2 Sifat Fisika
Milling
Percontoh yang telah mengalami aktivasi mekanis
selama 100 jam, selanjutnya dilindi menggunakan
asam sulfat dengan variasi konsentrasi dan waktu
tertentu. Gambar 7a. plot dari bentonit B100 sebagai
fungsi dari konsentrasi asam dengan waktu lindi
tetap, terlihat bahwa setelah aktivasi (namun sebelum
pelindian), luas permukaan partikel bentonit yang
diuji dengan metode BET (Brunauer-Emmet-Teller)
sebesar 12,446 m2/g, namun setelah dilakukan
pelindian luas permukaannya naik bila konsentrasi
asam dinaikkan. Kenaikan luas permukaan ini
disebabkan oleh semakin banyaknya tercipta pori
baru akibat terlepasnya logam-logam pengotor akibat
pelindian dari partikel bentonit, sehingga luas
permukaan spesifiknya meningkat. Hal ini didukung
dengan pengamatan volume pori cenderung meningkat
bila konsentrasi asam dinaikkan (Gambar 7b dan c).

Gambar 6. Difraktogram bentonit, diperoleh Berbeda halnya dengan bentonit, pengukuran luas
dari berbagai waktu giling yang permukaan pada zeolit menunjukkan puncak opti-
berbeda mum pada aktivasi asam konsentrasi tertentu, dan

Gambar 7. Plot luas permukaan bentonit (a), volume pori bentonit (b), dan diameter pori bentonit (c),
sebagai fungsi konsentrasi asam; waktu pelindian t= 1 jam; 1.5 jam dan 2 jam

54 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 50 - 56


Gambar 8. Plot luas permukaan zeolit (a), volume pori zeolit (b), dan diameter pori zeolit (c), sebagai
fungsi konsentrasi asam; waktu pelindian t= 1 jam; 3 jam dan 5 jam

akan menurun pada penambahan konsentrasi 100 x V x N


berikutnya. Pada gambar 8a nampak luas permukaan KPK = meq / 100 gram
zeolit mencapai optimum pada konsentrasi asam = B
2N, yaitu sebesar 204,7 m2/g. Hal ini didukung
dengan data volume pori yang juga mencapai opti- Keterangan:
mum pada konsentrasi asam tersebut, yaitu sebesar V = volume larutan metilen biru yang terpakai untuk
0,207 cc/g (gambar 8b). Sedangkan diameter pori yang titrasi (mL)
terukur menunjukkan pola yang cenderung menurun N = Normalitas metilen biru
dengan penambahan konsentrasi asam. Hal ini B = berat percontoh kering yang digunakan (gram)
disebabkan semakin tinggi konsentrasi asam, semakin
banyak kation H+ yang terserap dan menutupi pori. Lempung jenis monmorilonit yang biasa bentonit
alam pada percobaan ini digiling hingga -325 mesh
3.2.3 Daya Adsorpsi (BO -325#), dilihat nilai KPK nya. Lalu dibandingkan
dengan bentonit setelah digiling selama 100 jam
Bahan yang memiliki kemampuan pertukaran kation (B-100H) dan bentonit setelah dilakukan pelindian
dapat dilihat dari nilai kapasitas pertukaran kationnya (B2N1H). Nilai KPK yang diperoleh untuk BO -325#
(KPK). Kapasitas pertukaran kation (KPK) adalah adalah 0,296 meq/gram sedangkan B-100H dan
suatu angka yang menyatakan banyaknya kation yang B2N1H sudah tidak memiliki pertukaran kation yang
dapat dipertukarkan dalam satuan berat ekuivalen ditunjukkan dengan terbentuknya larutan warna biru
berat percontoh. Umumnya, mineral yang cerah saat dititrasi dengan metilen biru dengan vol-
mempunyai nilai KPK adalah lempung, dengan nilai ume hanya 0,5 mL. Hal ini disebabkan karena struktur
yang beragam. Penentuan KPK dilakukan dengan monmorilonitnya telah mengalami kerusakan.
metode titrasi menggunakan metilen biru hingga
terbentuk cincin biru cerah. Penghitungan KPK (Kahr Hal yang sama terjadi pada zeolit. Untuk zeolit alam
dan Madsen, 1995) dilakukan dengan cara: yang digiling hingga -325 mesh (ZO -325#) memiliki

Pengkajian Aktivasi Zeolit dan Bentonit secara Mekanis, Sariman, dkk. 55


nilai KPK 0,105 meq/gram, sedangkan nilai KPK DAFTAR PUSTAKA
zeolit setelah digiling selama 100 jam (Z-100H)
adalah 0,038 meq/gram, dan zeolit yang telah Agleitti, E.F., Porto Lopez J.M., and E. Pereira, 1986.
mengalami pelindian pada konsentrasi dan waktu Mechanochemical Effects in Kaolinite Grind-
tertentu (Z7N3H) memiliki nilai KPK 0,054 meq/ ing: II. Structural Effect, International Journal
gram. of Mineral Processing, 16: 1/2 , 135-46.

Alacova A., Ficeriova J., Gocja M., 2004.


4. KESIMPULAN DAN SARAN Menchanochemistry & Preparation of Nano
Crystaline Materials, Metallurgija 43, 4, 305-
4.1. Kesimpulan 309.

Dari hasil kegiatan ini dapat diperoleh beberapa Http://www.nanomineral.info, diakses Oktober
kesimpulan: 2008.
– Mineral lempung relatif mudah mengalami
kerusakan struktur dibandingkan dengan kuarsa. Juhasz, A.Z., 1998. Aspects of Mechanochemical
Activation in Terms of Comminution Theory,
– Hasil aktivasi mekanis dengan alat Planetary Colloids and Surfaces, A: Physicochemical and
Ball Mill mampu menghasilkan mineral dengan Engineering Aspects, 141, 449-462.
ukuran partikel + 200 nm.
Kahr, G. dan Madsen F.T., 1995. Determination of
– Luas permukaan bentonit meningkat dengan the cation exchange capacity and the surface
adanya aktivasi dan dilanjutkan dengan area of bentonite, illite and kaolinite by meth-
pelindian dengan konsentrasi semakin ylene blue adsorption, Applied Clay Science,
bertambah pada waktu 1 jam. Sedangkan zeolit, 9, 5, 327-336.
luas permukaan meningkat pada hasil pelindian
konsentrasi 2 N selama 5 jam. Kristof, E., Juhasz, A.Z., and Vassauji, I., 1993. The
effect of Mechanical Treatment on the Crystal
– Daya serap bentonit dan zeolit cendurung Structure and Thermal Behavior of Kaolinite,
menurun setelah mengalami penggilingan dan Clay and Clay Minerals, 41, 5, 608-612.
pelindian akibat rusaknya struktur selama proses
berlangsung. McCormick, P.G and Froes, F.H., 1998. The Funda-
mental of Mechanochemical processing, Jour-
4.2. Saran nal of Mineral, November 50, 11.

– Perlu dikaji lebih mendalam mengenai Shinozaki, M. dan Semma, M., 1981. Effects of
penuruan nilai KPK (kapasitas penukaran kation) Number and Size of Milling Balls on The
akibat penggilingan dan pelindian. Mechanochemical Activation of Fine Crystal-
line Solids, Ind. Engineering Chem. Fundamen-
– Perlu dilakukan uji performance (penelitian tal, 20, 59-62.
lanjutan) terhadap mineral yang telah dilakukan
aktivasi mekanis dan pelindian, misal uji daya
serap bentonit untuk aplikasi penjernihan
minyak kelapa sawit.

56 Jurnal Bahan Galian Industri Vol. 5 No. 13, April 2009 : 50 - 56

Anda mungkin juga menyukai