BAHAN GALIAN
INDUSTRI
Jurnal
BAHAN GALIAN INDUSTRI
Volume 5, Nomor 13, April 2009
Jurnal Bahan Galian Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
dan Batubara, memuat karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan bahan
galian industri mulai dari eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemanfaatan, lingkungan, kebijakan
dan keekonomian
Penasihat
Kepala Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara
Kepala Bidang Afiliasi
Pimpinan Redaksi
Nandang Jumarudin
Redaktur Pelaksana
Umar Antana
Dewan Redaksi
1. Dr. Binarko Santoso, Ir (Ketua - Geologi Mineral dan Batubara)
2. Dr. Datin Fatia Umar, Ir., MT. (Teknik Kimia/Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara)
3. Dr. Miftahul Huda, Ir., M.Sc. (Teknik Kimia Terapan/Teknologi Pemanfaatan Batubara)
4. Prof. Husaini, Ir., M.Sc. (Teknik Lingkungan/Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral Industri)
5. Prof. I. G. Ngurah Ardha, M.Sc. (Metalurgi/Pengolahan Mineral)
6. Tatang Wahyudi, Ir. M.Sc. (Geologi/Mineralogi Proses)
7. Sri Handayani, Dra., M.Sc. (Bioteknologi Lingkungan)
8. Siti Rafiah Untung, Dra., M.Sc. (Lingkungan Biologi Pertambangan)
9. Fauzan, Ir. (Perencanaan Tambang dan Reklamasi)
10. Jafril, Drs. (Manajemen Sumber Daya Mineral dan Batubara)
Mitra Bestari
Prof. Dr. Pramusanto, Ir. (Ekstraksi Metalurgi)
Staf Redaksi
Umar Antana, Nining Trisnamurni, Mining Emiliastuti, Rusmanto, Bachtiar Efendi dan
Arie Aryansyah
Penerbit
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
Alamat Sekretariat
Jl. Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. (022) 6030483, Fax. (022) 6003373
e-mail :publikasitekmira@tekmira.esdm.go.id
publikasitekmira@yahoo.com
i
ISSN : 1979 – 6552
Jurnal
BAHAN GALIAN INDUSTRI
Volume 5, Nomor 13, April 2009
DAFTAR ISI
Dewan Redaksi ...................................................................................................................... i
Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan .............................. 39 - 49
Kisi Tahan Api Permeabilitas Tinggi
Sumaryono
ii
Dari Redaksi
Pemerintah Republik Indonesia pada awal tahun ini telah melahirkan undang-undang baru dalam sektor energi
dan sumber daya mineral, yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batubara. Hal-hal penting yang perlu dicermati adalah asas dan tujuan undang-undang tersebut,
yaitu pertambangan mineral dan batubara harus dikelola berlandaskan: manfaat, keadilan dan keseimbangan;
keberpihakan kepada kepentingan bangsa; partisipatif, transparansi dan akuntabilitas; dan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Selain hal tersebut, pengelolaan mineral dan batubara bertujuan, antara lain untuk
menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
hidup; menjamin ketersediaan mineral dan batubara sebagai bahan baku dan sebagai sumber energi untuk
kebutuhan dalam negeri; menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat
internasional.
Ada hal yang sangat menarik dalam masalah peningkatan kualitas komoditasnya, yakni aspek peningkatan nilai
tambah. Aspek ini tentu saja berhubungan erat dengan peningkatan kelitbangan yang dimiliki oleh semua
institusi kelitbangan yang ada di tanah air ini. Isu ini dapat menjadi tantangan dan peluang, terutama bagi para
peneliti dan perekayasa dalam melakukan riset untuk tujuan mulia tersebut. Selama ini, Indonesia telah
mengalami defisit perdagangan komoditas mineral, sekali pun banyak mineral serupa terkandung di republik
ini, karena aspek kebutuhannya masih tetap mengimpor dari luar negeri, terutama dari Cina. Inilah momen-
tum bermakna bagi para pejabat fungsional tersebut untuk membuktikan kemampuan diri dalam menjawab
tantangan tersebut, sehingga ketergantungan impor komoditas tersebut dapat dikurangi, bahkan diharapkan
bisa melakukan ekspor komoditasnya dengan kualitas internasional. Cita-cita luhur anak-anak bangsa ini bukan
suatu hal yang mustahil, karena beragam sumber dayanya sudah tersedia, berupa: sumber daya manusia yang
mumpuni dalam penguasaan teknologi; sumber daya mineral yang tersebar di seluruh tanah air; sumber dana
yang memadai; dan peralatan yang cukup memadai.
Apa yang diharapkan dari kinerja para pejabat fungsional di Puslitbang tekMIRA? Sentra pengolahan mineral
yang dibangun oleh puslitbang ini yang terus-menerus ditingkatkan kapasitas kemampuan teknologinya,
diharapkan dapat dijadikan kawasan candradimuka bagi para pejabat fungsional untuk membuktikan jati-
dirinya dalam mengekspresikan kedigdayaannya untuk mendukung program pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan komoditas mineralnya yang berkualitas internasional. Untuk mewujudkan cita-cita ini, sudah saatnya
lembaga kelitbangan ini melakukan kolaborasi dengan para pelaku industri penggunanya. Dengan demikian,
aspek kebutuhan industri yang terkait dengan masalah spesifikasi komoditas mineralnya dapat ditanggulangi
dan dipecahkan permasalahannya oleh para perisetnya. Kolaborasi semacam inilah yang diharapkan terus
dapat berjalan, sehingga masalah pemasokan kebutuhan komoditas mineralnya tidak perlu lagi mendatangkan
dari luar negeri. Seluruh sumber daya harus dikerahkan untuk menyukseskan program pemerintah dalam
memberdayakan tenaga ahlinya dalam mengelola sumber daya mineral yang berwawasan lingkungan.
Makalah-makalah yang tersaji dalam terbitan jurnal kali ini diharapkan mampu menjawab segala permasalahan
peningkatan nilai tambah komoditas mineral. Hal ini sekaligus dapat dijadikan sebagai wadah dalam
mengekspresikan diri dalam menghadapi tantangan dan peluang dalam mendukung program pemerintah dalam
sektor energi dan sumber daya mineral, terutama terkait dengan ketergantungan komoditas mineral yang berasal
dari manca negara. Hal ini harus segera diakhiri, mengingat sumber daya yang dimiliki oleh institusi kelitbangan
sudah bersusah payah ditingkatkan kapasitas kelitbangannya.
Redaksi
iii
RUANG LINGKUP PENELITIAN
PENGOL AHAN D
PENGOLAHAN AN PEMANF
DAN AATAN MINERAL
AAT
PEMANFAA
DAL AM MENUNJ
ALAM ANG PRIORIT
MENUNJANG AS KEB
PRIORITAS UTUHAN
KEBUTUHAN
NASIONAL
Muchtar Aziz
Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara
Jl. Jenderal Sudirman 623 Bandung 40211
Telp. 022 - 6030483 Fax. 022 - 6003373
e-mail : muchtar@tekmira.esdm.go.id
Naskah masuk : 19 November 2008, revisi pertama : 03 Maret 2009, revisi kedua : 01 April 2009
dan revisi terakhir : April 2009
SARI
Penelitian dan pengembangan pengolahan mineral ke depan perlu mengacu pada enam fokus prioritas RISTEK
(Riset dan Teknologi) Nasional, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, transportasi, teknologi
informasi dan komunikasi, serta pertahanan keamanan. Beberapa mineral yang potensial menunjang ke enam
fokus prioritas kebutuhan nasional tersebut telah disusun dalam tulisan ini, yang dikaitkan dengan gambaran
teknologi peningkatan nilai tambah dan lingkup litbang yang diperlukan. Mineral-mineral yang telah disusun
sebagai obyek litbang pengolahan di antaranya telah menjadi masukan dalam penyusunan renstra tekMIRA.
Kata kunci : litbang pengolahan mineral, enam fokus ristek nasional, rencana ke depan
ABSTRACT
In the future, the R&D of mineral processing must be linked to six of RISTEK (National Research and Technol-
ogy) focus, i.e. the sustained of foods, energy, healthy, transportation, information technology, security and
defense. In line with technology to enhancement of added value and R&D scope needs, some of potential
minerals to support these six focus priority of national need have been arranged in the present paper. A part of
minerals must be arranged as object of R&D of mineral processing that has come to be input for strategic
planning of tekMIRA.
Keywords : R & D of mineral processing, six focus of national R & D, planning to the future
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 1
maupun kesinambungan pasokannya, seperti pupuk, dan bermuara pada prioritas kebutuhan nasional.
bahan-bahan pengondisi tanah (zeolit, tepung
gamping, bentonit, dll.), pakan ternak dan bahan- Berkaitan dengan pupuk, selama 10 tahun terakhir
bahan pengondisi tempat peternakan, pakan ikan dan ini tidak ada peningkatan produksi pabrik pupuk
bahan-bahan pengondisi air perikanan. Demikian (Anonim, 2008). Selama kurun waktu tersebut sering
pula produk industri yang menunjang pengelolaan terjadi kelangkaan pupuk di dalam negeri.
hasil panen seperti bahan-bahan untuk pengawetan, Kelangkaan pupuk ini masih terjadi pada akhir tahun
pengolahan maupun pengemasannya. 2008 yang baru saja berlalu. Pada tahun 2008
produksi pupuk nasional defisit 3 juta ton (Daniel,
Perencanaan kegiatan litbang pengolahan mineral ke 2008). Produksi pupuk tahun 2008 diperkirakan
depan perlu lebih memperluas keterlibatan berbagai hanya 6 juta ton, sementara konsumsi meningkat
jenis mineral, yang tetap memiliki keterkaitan dengan mendekati 9 juta ton ditengah perkembangan
prioritas kebutuhan nasional. Karenanya dalam perkebunan dan juga tanaman pangan. Impor pupuk
menyusun rencana strategis ke depan sangat penting sulit karena harga internasional mahal, harganya
mengaitkan aktifitas penelitian dengan enam fokus pernah mencapai US$ 800 per ton. Namun harga
RISTEK (Riset dan Teknologi), yakni ketahanan tersebut mulai jatuh bahkan sampai dibawah US$
pangan, ketahanan energi, kesehatan, transportasi, 300 per ton. Untuk tahun 2009 target produksi pupuk
teknologi informasi dan komunikasi, serta pertahanan 7 juta ton sama dengan kebutuhan yang ada sehingga
keamanan (Yateman dkk., 2007). Gambar 1. tidak akan terjadi kekurangan pupuk lagi (Anonim,
menunjukkan konsep keterkaitan aktifitas penelitian 2008). Hingga tahun 2015 targetnya 15 juta ton.
mineral dan batubara dengan enam fokus RISTEK Saat ini ada dua pabrik yang belum berproduksi
dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk maksimal yakni PT. Pupuk Iskandar Muda di Aceh
menjadi acuan riset nasional. Melalui konsep ini dan PT. Pupuk Kaltim karena kurangnya pasokan gas.
diharapkan kegiatan litbang pengolahan mineral ke Pemerintah telah memerintahkan agar pasokan gas
depan dapat lebih luas dan semuanya tetap terarah segera diselesaikan.
Pencapaian
Prioritas
Mineral Ketahanan Pangan Kebutuhan
Ketahanan Energi
Nasional
Kesehatan
Batubara Transportasi
Teknologi Informasi
dan Komunikasi
Pertahanan
Keamanan
Gambar 1. Diagram korelasi percepatan target pencapaian prioritas kebutuhan nasional terhadap
implementasi enam fokus program ristek berbasis sumber daya mineral dan batubara
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 3
komunikasi, serta pertahanan keamanan. seperti amonium nitrat, amonium sulfat, so-
dium nitrat urea, dsb.
- Mengacu pada permasalahan krusial dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam 5 b) Mineral-mineral sekunder, mengandung :
tahun terakhir dan berbagai kerawanan yang kalsium, magnesium, dan sulfur.
ditimbulkannya. Contoh : batukapur atau batugamping (lime-
stone, CaCO3) sebagai bahan baku pupuk Ca-
- Survai literatur terkait antara lain tentang Pro- nitrat untuk memenuhi kebutuhan unsur Ca dan
duction and Application of Non-Metallics Min- N; dolomit (dolomite, CaCO3.MgCO3) sebagai
erals in Agriculture dan Sorbents for Agricul- bahan baku pupuk Kiserit (MgSO 4.2 H2O)
ture untuk mendapatkan masukan sumber min- untuk memenuhi kebutuhan unsur Mg dan S.
eral untuk pupuk dalam rangka ketahanan
pangan; Application of Bentonite for Waste c) Mineral-mineral mikro dan trace, mengandung
Water Disposal untuk mendapatkan masukan : boron, besi, mangan, tembaga, seng,
penggunaan bentonit untuk mengatasi limbah molibden, klorin, dan kobalt.
cair dalam rangka kesehatan lingkungan hidup; Unsur-unsur tersebut diperlukan tanaman dalam
serta literatur lainnya yang berkaitan dengan jumlah sangat kecil, biasanya sebagian terpenuhi
penggunaan mineral dan batubara maupun sebagai ikutan dalam mineral primer dan
produktanya dalam produksi energi, sarana sekunder, sebagian lainnya biasanya terdapat
transportasi, teknologi informasi dan dan terpenuhi dalam tanah.
komunikasi, serta sarana pertahanan keamanan.
Disamping itu beberapa mineral industri dan batuan
- Survai literatur Potensi Sumber Daya Mineral dapat digunakan sebagai penyerap (sorbents). Mineral-
Indonesia untuk mendapatkan masukan potensi mineral bersifat penyerap dapat dikelompokkan dalam
sumberdaya dan penyebaran mineral-mineral dua kelompok (Soucek and Kliment, 1983), yaitu :
terkait dengan enam fokus prioritas ristek di In-
donesia. a) Penyerap dalam produksi tanaman, digunakan
untuk :
- Penyusunan pola pikir rencana Litbang - tanah berpasir (sandy soils), yaitu : bentonit
Pengolahan Mineral ke depan. dan lempung berkapur (marl)
- tanah lempung (argillo-aranaceous), yaitu
tuffs, tufit, perlit mengembang, dan zeolit.
3. PEMBAHASAN
b) Penyerap dalam peternakan dan perikanan yaitu
A. Mineral-mineral penunjang produksi bentonit dan zeolit.
pangan, air bersih, perumahan / bangunan
Ada pula beberapa mineral industri dan batuan dapat
Penunjang produksi pangan dipakai sebagai pembawa (carriers) bahan kimia
(pestisida) untuk melindungi tanaman dari serangga.
Untuk bidang pertanian beberapa mineral industri Mineral-mineral sebagai pembawa antara lain :
dan batuan dapat dipakai sebagai mineral-mineral bentonit, zeolit, diatomit, atapulgit, dan sepiolit.
pupuk (fertilizer minerals). Mineral-mineral yang
dapat dipakai sebagai pupuk dapat dikelompokkan Mineral-mineral sebagai aditif pakan ternak terutama
sebagai berikut (Team of Authors, 1983): unggas petelur, untuk memenuhi kebutuhan unsur
kalsium yaitu batukapur (limestone, CaCO3) granul
a) Mineral-mineral primer, mengandung : nitro- (ukuran butir 1,5 – 2 mm) dan untuk memenuhi
gen, fosfor, dan kalium. kebutuhan untur fosfor, yaitu batuan fosfat (phos-
Contoh : batuan fosfat (phosphate rock, phate rock, Ca 3(PO 4) 2. Mineral-mineral untuk
Ca3(PO4)2) sebagai pupuk fosfat dan bahan menunjang produksi pangan tersebut sebagian besar
baku untuk pupuk TSP (Triple Super Phosphate); potensinya ada di Indonesia, potensi sumber daya
mineral sylvite (KCl), sylvinite (KCl,NaCl), tersebut antara lain :
langbeinit (K2SO4.2MgSO4) sebagai pupuk KCl
dan bahan baku pupuk KCl, pupuk K2SO4, dan Batuan fosfat
pupuk kiserit (kieserite, MgSO4.2H2O). Nitro-
gen biasanya dipenuhi melalui bahan kimia Batuan fosfat merupakan sumber fosfor yang penting.
Endapan bentonit di Indonesia umumnya jenis Sumber daya pasir kuarsa sangat besar, yakni 3,195
kalsium (Ca-bentonit). Sumber daya bentonit sekitar Milyar ton (Anonim, 2004). Endapannya tersebar di
573,07 Juta ton (Anonim, 2004), yang tersebar di N. Aceh Darussalam (247,12 Jt), Sumbar (2,925 Mt),
N. Aceh Darussalam (34,31 Jt), Sumut (4,52 Jt), Riau Riau (19,5 Jt), NTT (265 Rt), dan Papua (2,65 Jt).
(38,87 Jt), Bengkulu (14,88 Jt), Jambi (780 Rt),
Sumsel (11,66 Jt), Banten (612 Rt), Jabar (7,77 Jt), Penunjang penyediaan perumahan, bangunan, jalan
Jateng (235,66 Jt), D.I. Yogya (16 Jt), Jatim (18,95 dan jembatan
Jt), NTB (118,88 Jt), NTT (35,04 Jt), Kaltim (35,05
Jt), dan Sulut (104 Rt). Dibidang papan (perumahan) serta sarana bangunan,
jalan, dan jembatan beberapa mineral industri yang
Zeolit diperlukan antara lain batu andesit, pasir, tras,
batukapur (untuk bahan baku semen dan kapur), abu
Sumber daya zeolit 223,38 Juta ton (Anonim, 2004), batubara (fly/bottom ash), lempung porong, lempung
tersebar di Sumut (16,2 Jt), Sumsel (375 Rt), Lampung bola (ball clay), kaolin, pasir kuarsa, dan felspar;
(164 Jt), Jabar (24,65 Jt), dan NTT (18,16 Jt). mineral-mineral besi penghasil logam besi untuk
struktur beton bertulang, kontruksi bangunan dan
Penunjang penyediaan air bersih jembatan, seperti hematit (Fe 2 O 3 ), magnetit
(Fe3O 4), limonit (FeOOH), serta besi lateritik
Dalam rangka penyediaan air bersih, air baku (produk pelapukan di daerah tropis dan subtropis,
memerlukan pengolahan (treatment) termasuk air- terdiri dari mineral limonit dan hematit serta min-
air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan eral Al, Cr, Co, Ni sebagai ikutan); mineral seng
hidup. Mineral-mineral yang berkaitan untuk keperluan (Zn) penghasil logam seng untuk galvanisasi besi
pengolahan air antara lain batukapur sebagai bahan dan baja agar tahan karat, seperti spalerit (ZnS); serta
baku kapur (hydrated lime, Ca(OH) 2 ) untuk mineral alumunium dan magnesium untuk
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 5
menghasilkan logam paduan Al-Mg untuk kontruksi Mineral-mineral besi
ringan, seperti bauksit dan dolomit. Mineral-mineral
tersebut banyak terdapat di Indonesia. Sumber daya mineral besi cukup besar, yakni 65,340
Juta ton (Anonim, 2004), tersebar di N. Aceh
PT. Krakatau Steel sebagai industri besi dan baja Darussalam (494 Rt), Sumbar (2,037 Jt), Lampung
terpadu, masih mengimpor pelet sebagai bahan baku (1,033 Jt), Kalbar (1 Jt), Kalsel (8,374 Jt), Kaltim
pembuatan besi dan baja. Diperkirakan kebutuhan (18 Jt), NTT (726 Rt), dan Papua (37,24 Jt). Khusus
besi baja akan meningkat dua kali lipat dari saat ini besi lateritik sumber dayanya lebih besar, yakni
yang besarnya sekitar 4 juta ton per tahun, seiring sekitar 950 Juta ton (Aziz, dkk., 2006), dengan
dengan pertumbuhan ekonomi (Aziz, dkk., 2006). kandungan Fe 39,8-55,2 % yang tersebar di Kalsel
(P. Sebuku, G. Kukusan, Geronggang), Sultra
Batu andesit, pasir, tras (Pomalaa), dan Halmahera.
Batu andesit, pasir, dan tras merupakan bahan-bahan B. Mineral-mineral penunjang penyediaan
utama untuk bangunan. Sumber dayanya dalam energi alternatif
jumlah besar terdapat hampir di semua daerah di
Indonesia. Dengan semakin tingginya harga bahan bakar minyak
(BBM) dan bahan bakar gas (BBG) yang sering diiringi
Abu batubara dengan terganggunya pasokan kepada masyarakat,
diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk
Abu batubara dihasilkan dari PLTU-PLTU, seperti penyediaan energi alternatif yang dapat diperbaharui
PLTU Suralaya dan PLTU Paiton. Diperkirakan serta lebih ramah lingkungan. Energi alternatif yang
dihasilkan abu batubara sekitar 5.480 ton per hari sumberdayanya besar diantaranya energi cahaya
(Aziz dan Ardha, 2007). Abu batubara sudah matahari, energi dari bahan nabati (minyak,
dimanfaatkan diantaranya oleh pabrik semen untuk karbohidrat), dan energi batubara. Energi matahari
campuran bahan baku semen. senantiasa terpancar di Indonesia sepanjang tahun
dan masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Lempung porong Bahan nabati diperoleh dari aneka tanaman yang
banyak terdapat dan bisa tumbuh dengan baik di
Lempung porong dihasilkan dari semburan lumpur daerah tropis seperti di Indonesia, antara lain biji
di daerah Porong Jawa Timur, jumlahnya sangat jarak, biji kapuk randu, buah sawit, biji kemiri,
melimpah, kandungan utamanya mineral kacang tanah, jagung, ketela pohon, ubi jalar, dan
aluminosilikat. Lempung porong sudah dimanfaatkan lain-lain. Khususnya dalam hal buah sawit, saat ini
diantaranya sebagai bahan pembuatan batu bata. Indonesia merupakan produsen sawit terbesar di
dunia, yakni 17,37 juta ton CPO, memiliki lahan
Lempung bola perkebunan sawit 6,78 Ha (Anonim, 2008). Tahun
Lempung bola banyak digunakan untuk badan 2007 ekspor CPO 11,8 juta ton, bernilai US$ 7,8
keramik di industri keramik. Sumber daya lempung milyar. Prospek pengembangan kelapa sawit ke depan
bola sekitar 179,92 Juta ton (Anonim, 2004). sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak
Endapannya tersebar di Jambi (40,47 Jt), Babel (260 makan, oleokimia, tapi juga digunakan sebagai
Rt), Jabar (20,61 Jt), Jateng (14,83 Jt), Kalbar (78,75 bahan baku energi (bio-fuel). Melihat prospek yang
Jt), dan Kaltim (25 Jt). bagus tersebut, pemerintah akan terus mendorong
pengembangan kelapa sawit dengan menerapkan
Felspar prinsip sustainable development. Indonesia juga
memiliki sumber daya batubara yang sangat besar,
Penggunaan felspar sebagian besar untuk keramik. yakni 90,45 milyar ton dengan cadangan 18,71
Sumber daya felspar sangat besar, yakni sekitar 6,501 milyar ton (Suherman, 2006). Sumber daya batubara
Milyar ton (Anonim, 2004 ), tersebar di N. Aceh tersebar di 19 propinsi, 6 pulau, namun terbesar
Darussalam (1,663 Mt), Sumut (2,396 Mt), Sumbar terutama di Sumatera dan Kalimantan sebanyak
(36,3 Jt), Bengkulu (700 Jt), Lampung (4 Rt), Banten masing- masing 59,51 % dan 40,05 %. Produksi
(80 Rt), Jabar (status eksploitasi, data produksi dan batubara tahun 2006 di Kalimantan sekitar 170,59
cadangan belum diketahui), Jateng (642 Rt), Jatim juta ton atau 94,38 % dari total, dan sisanya 10,16
(1,646 Mt), NTT (15,98 Jt), Kalbar (10,69 Jt), Gorontalo juta ton atau 5,62 % berasal dari Sumatera, terutama
(2,5 Jt), Sulteng (28,48 Jt), dan Sulsel (1,5 Jt). Sumatera Selatan, tempat PTBA berada.
Unsur silikon banyak terdapat diberbagai jenis mi- Penunjang penyediaan energi batubara
neral, merupakan unsur yang jumlahnya melimpah
di kerak bumi (Habashi, 1997). Mineral dengan Salah satu teknologi dalam rangka penyediaan energi
komposisi kimia sederhana yang mengandung silikon batubara adalah pencairan batubara. Katalis yang telah
kadar tinggi adalah kuarsa (SiO2). Kuarsa di Indonesia umum dipakai pada proses pencairan batubara
tersedia cukup banyak sebagaimana telah dikemukakan adalah katalis berbasis besi dan Molibden. Namun
diatas, terdapat dalam bentuk pasir kuarsa dengan karena pertimbangan harga, maka katalis berbasis
kualitas bervariasi (95-98 % SiO 2). Diperlukan besi yang banyak dipakai. Katalis berbasis besi ini
pengolahan secara fisika dan kimia untuk peningkatan umumnya digunakan bersama sama dengan senyawa
kadar SiO2 sehingga mencapai minimum 99 % sulfur atau hidrogen sulfida. Pada kondisi reaksi
sebagai bahan baku untuk direduksi menjadi logam pencairan, gabungan antara katalis besi dan sulfur
silikon dalam dapur peleburan. Logam silikon yang ini membentuk senyawa aktif pyrhotit (Fe1-xS), yang
dihasilkan masih memerlukan pemurnian lebih berperan untuk mempercepat proses pencairan
lanjut untuk memenuhi syarat sebagai sel surya. batubara. Sumber potensial untuk mendapatkan
pyrrhotit adalah dari limonit, yang terdapat di
Boron merupakan unsur bukan logam, tidak ditemukan Soroako dan Pomalaa. Kandungan limonit dari daerah
bebas di alam tapi selalu berikatan dengan oksigen tersebut terdiri dari campuran hematit (aFe2O3) dan
sebagai senyawa B2O3. Ada 16 jenis mineral boron goethit (aFeOOH) serta gibsit Al(OH)3. Selain itu
yang ditemukan di berbagai lokasi di dunia (Habashi, juga terdapat unsur lainnya seperti Si, Mg, Ni, Cr.
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 7
Pengaruh dari senyawa ini belum diketahui. imbuh diantaranya kapur tohor (CaO). Untuk
pembuatan bata tahan api diperlukan MgO, Al2O3,
Sumber daya Sulfur SiO2, lempung api (fire clay) yang sebagian dapat
diproduksi dari sumber mineral seperti magnesit,
Endapan sulfur di Indonesia terutama terdapat di dolomit, bauksit, pasir kuarsa, dan beberapa jenis
kawah-kawah gunung api. Sulfur bisa juga diperoleh lempung. Pada industri mesin diperlukan pasir cetak
sebagai produk samping (by product) dari peleburan (berbahan dasar pasir kuarsa) untuk pengecoran
mineral sulfida, seperti peleburan tembaga sulfida logam. Mineral yang diperlukan untuk pembuatan
di Gresik, Jawa Timur, menghasilkan SO2 sebagai pasir cetak antara lain : pasir kuarsa, bentonit, pasir
sumber pembuatan asam sulfat. zirkon. Industri kimia karet, plastik, serta kertas
memerlukan bahan pengisi (filler) maupun pelapis
Sumber daya Limonit (coating) untuk kertas. Mineral yang dipakai untuk
bahan pengisi antara lain kalsium karbonat tepung
Besarnya sumber daya limonit dapat dilihat dari (yang digiling dan yang dipresipitasi), kaolin, talk,
jumlah sumber daya besi lateritik yang telah bentonit, pasir kuarsa tepung.
dikemukakan diatas termasuk penyebarannya.
Industri kimia minyak nabati (sawit, kelapa, kacang-
C. Mineral-mineral penunjang industri logam, kacangan dll.) dan hewani memerlukan bahan untuk
mesin, dan kimia pemucat warna (bleaching). Mineral yang digunakan
secara luas untuk pemucat adalah bentonit.
Pengembangan industri logam memerlukan bahan Pengolahan limbah cair dan gas beberapa jenis
baku dari mineral-mineral logam. Dua sumber min- industri memerlukan bahan penetral yang bersumber
eral logam yang cadangannya cukup besar dapat dari mineral, antara lain kapur tohor, tawas, PAC,
menunjang industri baja, nikel (feronikel), dan Alu- bentonit aktif, pasir aktif, dan zeolit aktif.
minium, yaitu bijih besi lateritik yang juga
mengandung logam nikel, khrom dan kobal, D. Nilai tambah
endapannya berada di daerah Sulawesi Selatan dan
Tenggara; dan bijih bauksit (bijih alumunium), Peningkatan nilai tambah beberapa mineral setelah
endapannya berada di daerah Kalimantan Barat. mengalami proses menjadi produk ditunjukkan pada
Industri ferronikel PT.Antam di Pomalaa saat ini Tabel 1.
membutuhkan teknologi untuk meningkatkan kadar
nikel < 1,7 % dari bijih nikel menjadi kadar nikel
minimum 2,3 %. Disamping itu peleburan feronikel 4. LITBANG PENGOLAHAN MINERAL KE
membutuhkan bahan imbuh (flux) CaO untuk DEPAN
peleburan bijih nikel, serta bata tahan api untuk
pemeliharaan dapur peleburan. Industri baja Dengan paparan kondisi yang dihadapi serta berbagai
(Krakatau Steel) sangat memerlukan bahan baku bijih industri yang harus ditunjang, nampak tantangan
besi yang layak untuk substitusi impor yang harganya yang tidak ringan dalam mengembangkan mineral
telah semakin mahal. Di samping membutuhkan untuk dapat menjawab perkembangan kebutuhan
CaO sebagai imbuh, dan bata tahan api. Industri nasional mendatang.
timah (PT. Timah) memerlukan bahan imbuh CaO
serta bata tahan api. Pabrik peleburan tembaga (cop- Bertitik tolak dari prioritas utama yang harus
per smelting) di Gresik Jawa Timur memerlukan ditunjang, litbang teknologi pengolahan mineral yang
bahan imbuh CaO, serta bata tahan api. PT. Antam harus dilakukan akan meliputi berbagai jenis min-
telah mempunyai rencana pengembangan potensi eral yang lebih luas, yang akan melibatkan pekerjaan-
bijih bauksit Kalbar bekerjasama dengan pihak pekerjaan penelitian yang meliputi : karakterisasi dan
Jepang. Pengembangan bijih bauksit ini perlu evaluasi berbagai jenis mineral, teknologi pengolahan
didukung dengan teknologi peningkatan (upgrading) dan pemanfaatan, karakterisasi dan evaluasi berbagai
kadar bijih sebelum diproses di pabrik alumina. Juga jenis produk yang bisa dihasilkan, serta evaluasi dan
pemanfaatan limbahnya yang disebut red mud, yang pengembangan untuk mewujudkan skala produksi.
diperkirakan jumlahnya cukup besar (45 % dari berat Berikut ini lingkup kegiatan litbang teknologi
bijih yang diolah). Umumnya industri ekstraksi pengolahan mineral yang telah dicoba disusun, yang
logam dari mineral memerlukan secara rutin bahan diharapkan dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan
imbuh (flux) serta bata tahan api (refractory) berbasis nasional yang akan datang (Tabel 2).
mineral. Mineral yang digunakan sebagai bahan
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 9
Tabel 2. Lanjutan ...
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 11
Tabel 2. Lanjutan ...
Ruang Lingkup Penelitian Pengolahan dan Pemanfaatan Mineral dalam Menunjang ... Muchtar Aziz 13
Tabel 2. Lanjutan ...
Asy’ari Y., 2007. Fakta dan Data Seputar Perumahan Soucek and Kliment, 1983. Sorbents for Agriculture,
Rakyat, http://www.yusufasyari.com/2007/04/16/. VUK Karlovy Vary, 1983.
Anonim, 2004. Direktorat Inventarisasi Mineral, Team of Authors,1983 . Production and Application of
Departemen ESDM, Rep. Indonesia. Non-Metallics Minerals in Agriculture, UNIDO-
CSSR Joint Programme, Pilsen, Chzech Rep.
Anonim, 2008. Portal Nasional Republik Indonesia,
http://www.deptan.go.id. Yahya, D., 2008. Finance Roll, http://
www.financeroll.com/in.
Aziz, M., dkk., 2006. Pengolahan Mineral Besi Laterit
Pomalaa, laporan internal, Puslitbang Tekmira, Yateman, A. dkk., 2007. IPTEK Nano di Indonesia :
Bandung. Terobosan, Peluang, dan Strategi, Deputi Bidang
Perkembangan Riptek, Kementrian Negara Riset
Aziz, M. dan Ardha, I.G.N., 2007. Pemrosesan dan dan Teknologi.
Pemanfaatan Mineral Tailing, Prosiding Kolokium
Bambang Yunianto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
Jl. Jenderal Sudirman No. 623 Bandung 40211
Tlp. (022)6030483; Fax. (022)6003373;
Naskah masuk : 16 Januari 2009, revisi pertama : 18 Februari 2009, revisi kedua : 30 Maret 2009
dan revisi terakhir : April 2009
SARI
Kawasan karst Citatah - Rajamandala terletak di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Secara
geohidrologi, sebagian besar kawasan tersebut merupakan daerah resapan air dengan akuifer produktif sedang
penyebaran luas, kecil penyebaran setempat, serta akuifer produktif setempat. Akibat pemanfaatan ruang untuk
pertambangan dan industri (pengolahan kapur) yang melebihi ruang yang ditetapkan, kawasan tersebut
dikhawatirkan akan rusak dengan cepat. Gejala rusaknya kawasan tersebut, antara lain beberapa mata air
hilang, perbukitan kapur yang tandus dan terjal serta sebagian telah musnah, situs Gua Pawon terancam, dan
timbulnya konflik sosial masyarakat.
Akibat kekosongan dan kelemahan perda di tingkat kabupaten, Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2002
tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, dan Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung pun tidak cukup mampu membendung kerusakan kawasan ini.
Kaitan hal tersebut, kebijakan penataan ruang kawasan karst Citatah – Rajamandala yang memperhatikan asas
konservasi dan perlindungan lingkungan perlu dirumuskan kembali. Pemecahan permasalahan pertambangan
dilakukan dengan menetapkan kawasan pertambangan pada daerah yang aman dari fungsi karst tersebut (di
luar karst klas I dan II), termasuk alokasi wilayah untuk pertambangan rakyat. Sedangkan permasalahan industri
(pengolahan kapur) perlu ditertibkan sesuai zona industri dalam tata ruang.
Kata kunci: kawasan karst, tata ruang, kawasan pertambangan, zona industri, kawasan lindung
ABSTRACT
The area of Citatah – Rajamandala karst is located on Cipatat District, Bandung Barat Regency. According of
geohidrology, most of the area are region of water absortion of the accuifer that consist medium productivity
aquifer with wide spreading, small and productivity aquifer are locally spreading. Due to the spatial using for
mining and industry (Limestone preparation) which exced of the spatial be determined, the area is worried will
be damage fastly. Indication of area damaged, these are lost of some water spring, lost of a part of limestone
hill, lost of Gua Pawon archaeological site, and potencial to create social conflict.
Due to emptiness and weakness of law on regency level, Jawa Barat Province regional law number 2 year 2002
(Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2002) about the protection of geological environment, and the re-
gional law of Jawa Barat Province number 2 year 2006 (Perda Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2006) about the
management of protective region were not so effective dam up the area damage.
Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 15
Based to this reason, the policy of spatial use of Citatah – Rajamandala karst area that consider of conservation
principle and environmental protection must be reformulated. Solution problem in mining industry be held by
mining determine the area on safe for karst fungtion (outside of I and II class karst), including alocation area of
small scale mining. Wereas, industrial problem (limestone industry) have to be arranged according to indus-
trial zone on the spatial use.
Keywords: karst, area of karst, spatial use, mining area, industrial zone, protective area, conservation, environ-
mental protection
PT Marmer Citatah
Gunung Masigit
Pasir Pawon
Pr. Pabeasan
Gunung Hawu
Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 17
Kecamatan Cipatat saat ini mengalami yang berizin bupati berupa Surat Izin Pertambangan
perkembangan yang cukup pesat, karena didukung Daerah (SIPD) atau Kuasa Pertambangan (KP), izin
oleh infrastruktur perhubungan yang cukup memadai, Camat Cipatat, dan lainnya berupa PETI. Berdasarkan
lokasi wilayah yang dilalui jalan perlintasan dan data Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung
dekat dengan ibukota kabupaten, serta potensi Barat tahun 2008, jumlah SIPD/ KP 15 perusahaan,
sumber daya alam yang cukup, seperti bahan sebagian warisan dari Kabupaten Bandung (Tabel 1),
tambang, pertanian, perkebunan coklat, karet dan Izin Camat Cipatat 15 perusahaan (Tabel 2), dan
tanaman keras lainnya. PETI 8 usaha. Namun, hasil survai lapangan jumlah
PETI ini melebihi 8 usaha, terutama terdapat di Desa
Sumberdaya alam yang diusahakan di Kecamatan Gunungmasigit dan Desa Citatah (Tabel 3). PETI di
Cipatat antara lain; pertambangan bahan galian sini, adalah penambangan tanpa izin maupun atas
Golongan C berjumlah 36 usaha, industri besar 15 sepengetahuan kepala desa setempat. Kegiatan PETI
usaha, dan industri kecil 50 usaha. Pertambangan sudah sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan
galian Golongan C yang jumlahnya mencapai 36 lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar, karena
usaha adalah kegiatan pertambangan yang berizin sebagian menggunakan alat berat untuk mengupas
bupati dan camat, meliputi bahan galian marmer dan membongkar tanah penutup yang sangat
dengan luas 88,87 ha, pasir 40,9 ha, kapur 9 ha, membahayakan lingkungan dan keselamatan
andesit 1 ha dan kuarsa 7,9 ha. Sedangkan industri penambang. Sebetulnya, untuk izin camat/ tambang
besar yang berjumlah 15 usaha dan industri kecil 50 rakyat, penggunaan alat berat dan bahan peledak tidak
usaha tidak diperoleh data yang rinci, tetapi diperbolehkan.
didalamnya sudah termasuk industri pengolahan
kapur yang berkembang pesat seiring dengan kegiatan Dalam UU No. 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan
pertambangan. Kabupaten Bandung Barat, sesuai pasal 20 ayat (1)
disebutkan bahwa, sebelum Kabupaten Bandung
Di Kecamatan Cipatat terdapat obyek Wisata Barat menetapkan Peraturan Daerah dan Peraturan
Cipanas, dan Situs/Purbakala Gua Pawon. Selain itu, Bupati sebagai pelaksanaan UU, semua perda dan
di wilayah ini terdapat beberapa fasilitas pemerintah Peraturan Bupati Bandung tetap berlaku dan
dan publik, antara lain; Pusdik Brigif TNI AD, Indo- dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung
nesia Power (Pembangkit Tenaga Listrik), Pilot Plan Barat.
Pengolahan Mineral Puslitbang tekMIRA, dan TPA
Sampah Sarimukti yang menampung sampah dari Untuk kegiatan pertambangan dengan izin camat,
Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten memang ada dasar hukumnya, yaitu Peraturan Bupati
Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Bandung No. 8 Tahun 2004 tentang Pelimpahan
Sebagian Kewenangan Bupati kepada Camat di
Arahan pengembangan Kecamatan Cipatat, adalah: Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung.
a) sebagai sentra tanaman keras dan palawija, sentra Pelimpahan sebagian kewenangan ini meliputi 25
ternak sapi dan domba serta sentra beras; b) bahan bidang, termasuk bidang pertambangan dan energi.
galian Golongan C perlu dibenahi dalam proses Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut
penggalian, sehingga tidak merusak lingkungan; dan sebetulnya untuk “pertambangan rakyat”, bagi
c) pelayanan masyarakat yang berbatasan dengan masyarakat setempat, bukan untuk pertambangan
Kabupaten Cianjur memerlukan perbaikan dan skala menengah, atau besar menggunakan alat berat
peningkatan sarana pelayanan kesehatan, pendidikan dan peledakan.
maupun prasarana infrastruktur lainnya. Dalam
kaitan permasalahan pertambangan bahan galian Akibat kegiatan penambangan tidak terkendali,
Golongan C di Kecamatan Cipatat termasuk khususnya PETI telah menyebabkan kerusakan
permasalahan yang diagendakan, dan diperlukan kawasan karst Citatah – Rajamandala, seperti
adanya pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dari hilangnya sumber mata air, bukit-bukit kapur gundul,
dinas teknis yang terkait di tingkat kabupaten terjal dan sebagian rata dengan tanah, serta ancaman
(Kecamatan Cipatat, 2007). terhadap situs Gua Pawon (Gambar 2, 3, 4 dan 5).
Tabel 1. Perusahaan Tambang Berizin Bupati (SIPD) di Kecamatan Cipatat Per Juni 2008
Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 19
Tabel 2. Perusahaan Tambang Berizin Camat di Kecamatan Cipatat Per Juni 2008
Tabel 3. PETI dan Perusahaan Tambang Berizin Camat di Kecamatan Cipatat, Lokasi Desa Gunung
Masigit dan Desa Citatah, Agustus 2008
Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 21
Gambar 5. Gua Pawon di Pasir Pawon
Gambar 4. Industri pengolah kapur dengan
terancam penambangan dari
latar belakang tambang kapur di
belakang dan samping Gunung
Gunung Masigit
Masigit
harga mampu bersaing, para penambang berusaha penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas: 1)
menekan biaya operasi, dengan cara mengabaikan keterpaduan; 2) keserasian, keselarasan, dan
kewajiban-kewajiban pajak dan iuran pertambangan keseimbangan; 3) keberlanjutan; keberdayagunaan
serta tanpa melakukan reklamasi lahan bekas dan keberhasilgunaan; 4) keterbukaan; 5)
tambang. Pada akhirnya, kegiatan pengolahan bahan kebersamaan dan kemitraan; 6) pelindungan
tambang secara tidak langsung mempunyai andil kepentingan umum; 7) kepastian hukum dan
terhadap kerusakan lingkungan. keadilan; dan 8) akuntabilitas. Sedangkan, pasal 3
menyebutkan, bahwa ‘penyelenggaraan penataan
ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
4. PERMASALAHAN PEMANFAATAN nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
RUANG DAN PEMBAHASAN berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional dengan: 1) terwujudnya
Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang keharmonisan antara lingkungan alam dan
Penataan Ruang, pasal 1 dijelaskan bahwa, yang lingkungan buatan; 2) terwujudnya keterpaduan
dimaksud penataan ruang adalah suatu sistem proses dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam manusia; dan 3) terwujudnya pelindungan fungsi
perencanaan tata ruang ditempuh suatu proses untuk ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Berdasarkan
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata asas dan tujuan dari kegiatan penataan ruang tersebut,
ruang. Sedangkan, di dalam pemanfaatan ruang terlihat ada yang ‘salah dalam pemanfaatan ruang
dilakukan upaya untuk mewujudkan struktur ruang kawasan tersebut untuk kegiatan pertambangan, yaitu
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang diabaikannya kawasan karst yang harusnya
melalui penyusunan dan pelaksanaan program dilindungi. Hal ini akan lebih jelas, kalau dilihat
beserta pembiayaannya. Agar dapat memahami dari produk hukum daerah mengenai tata ruang, baik
persoalan mengenai pemanfaatan ruang kawasan karst yang dikeluarkan oleh Provinsi Jawa Barat maupun
Citatah – Rajamandala telah menyimpang, maka Kabupaten Bandung.
perlu dijelaskan di sini mengenai azas dan tujuan
dari penataan ruang itu sendiri. Dalam pasal 2 UU Menurut Perda Provinsi Jawa Barat No. No. 2/ 2002
RI No. 26 Tahun 2007 disebutkan, bahwa dalam tentang Perlindungan Lingkungan Geologi, pasal 1
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, nomor 13 sampai 16, yang dimaksud Kawasan Karst
Karangpanganten
Pr. Cikamunin g
G. Guha Gunung Masigit
Pr. Bancana
Pr. Sangiangtikoro
Gunung Hawu
G. Guha
Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 23
Sesuai Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/ 2002, pasal tersebut, mencapai 124,37 ha (data 2008 dari Kantor
14, setiap perencanaan pengembangan wilayah yang LH Kabupaten Bandung Barat). Luas pertambangan
berada pada wilayah yang telah ditetapkan menjadi ini belum termasuk lahan yang diusahakan PETI,
Kawasan Cagar Alam Geologi, Kawasan resapan Air meskipun kurang dari 1.000 m2, tapi jumlahnya lebih
dan Kawasan Karst wajib mendapatkan pertimbangan dari 15 usaha. Jadi, pemanfaatan ruang untuk
geologi dari Dinas terkait. Mengenai upaya-upaya kawasan pertambangan sudah melebihi ambang
konservasi dan perlindungan dalam pendayagunaan batas, telah mengabaikan beberapa asas dan tujuan
diatur dalam pasal 15, ayat (1) Konservasi penataan ruang itu sendiri, sehingga membahayakan
dimaksudkan untuk melindungi unsur Lingkungan kelestarian kawasan karst Citatah - Rajamandala, serta
Geologi yang dilaksanakan melalui penetapan situs Gua Pawon.
wilayah yang secara geologis tertutup bagi
pengembangan wilayah; dan ayat (2) Pendayagunaan Kaitan pemanfaatan ruang untuk industri, diatur
dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan lahan dalam pasal 31 ayat (2) huruf b perda tersebut. Zona
melalui pemberian pertimbangan geologi terhadap Industri tidak diarahkan ke kawasan karst Citatah -
setiap pengembangan wilayah. Rajamandala, tetapi dari 10 zona industri terdapat
Zona Padalarang yang dekat dengan kawasan tersebut.
Mengacu pada perda di atas, patut dipertanyakan Meskipun tidak sebanyak di Padalarang, namun
kesesuaian pemanfaatan kawasan karst Citatah - industri pengolahan kapur di wilayah Cipatat cukup
Rajamandala saat ini? Faktanya, kawasan karst banyak. Dengan demikian, sama saja dengan
Citatah - Rajamandala saat ini penuh dengan kegiatan pemanfaatan ruang pertambangan, banyaknya
penambangan dan industri pengolahan kapur. Bukit- pengolahan kapur di kawasan ini menunjukkan telah
bukit kapur menjadi tandus dan terjal, sebagian lagi terjadi penyimpangan terhadap tata ruang untuk Zona
hampir rata dengan tanah. Situs Gua Pawon yang Industri.
menyimpan histori manusia purba Pawon mulai
terancam, digerogoti oleh kegiatan penambangan. Selanjutnya, pemanfaatan ruang tersebut harus peduli
terhadap lingkungan hidup. UU No. 23/ 1997
Dalam hal tata ruang di era otonomi daerah, yang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 18 ayat
kompeten adalah perda tata ruang di tingkat (1), mengatur kewajiban setiap usaha memiliki
kabupaten/ kota, tanpa mengecilkan arti perda di Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
tingkat provinsi (Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/ untuk memperoleh izin. Sedangkan, Permen ESDM
2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sedang No. 18/ 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan
direvisi). Perda Kabupaten Bandung Barat yang Tambang, pasal 24, ayat (1) dan ayat (3), diatur
mengatur tata ruang masih dalam proses kajian dan kewajiban perusahaan menempatkan Jaminan
penyusunan, saat ini belum selesai. Mengacu pada Reklamasi sebelum melakukan kegiatan eksploitasi/
UU No. 12/ 2007, tentang Pembentukan Kabupaten operasi produksi.
Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat, pasal 20 ayat
(1), sebelum Kabupaten Bandung Barat menetapkan Kewajiban di atas tentu sudah dipenuhi oleh usaha
Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati sebagai penambangan dan pengolahan kapur, karena izinnya
pelaksanaan UU ini, semua Perda dan Peraturan telah diterbitkan dinas teknis yang berwenang.
Bupati Bandung tetap berlaku dan dilaksanakan oleh Tinggal pelaksanaan di lapangan, sudah sesuai
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Berarti, untuk dokumen lingkungan atau belum. Selain itu, patut
memahami tata ruang kawasan karst Citatah- diperhatikan pengembangan masyarakat sekitar
Rajamandala didasarkan Perda Kabupaten Bandung (Community Development) sebagai tanggung jawab
No. 12/ 2001 tentang Tata Ruang, masih dalam sosial korporat (Corporate Social Responsibility/
proses revisi. Pasal 31 ayat (1) kawasan pertambangan CSR). Hal ini krusial, kalau diabaikan maka akan
dalam perda tersebut hanya dialokasikan di timbul konflik sosial antara perusahaan - masyarakat
Kecamatan Cipatat, dengan luas 62 ha atau 0,02% sekitar, yang bisa muncul sewaktu-waktu.
dari luas toal Kabupaten Bandung saat itu, sebelum
pemekaran Kabupaten Bandung Barat. Pelanggaran terhadap beberapa peraturan yang terkait
dengan tata ruang dan lingkungan pertambangan di
Namun, luas izin pertambangan yang dikeluarkan atas, sanksi dan dendanya cukup bervariasi, mulai
oleh bupati (SIPD/ KP, termasuk izin dari Kabupaten yang ringan sampai yang berat. Bagi pelanggar Perda
Bandung yang statusnya aktif maupun belum aktif) Provinsi Jawa Barat No. 2 Tahun 2002, sanksi
serta Kecamatan Cipatat jauh melampaui angka pidananya kurungan paling lama 3 bulan atau denda
Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 25
3) Penyimpangan dalam pemanfaatan ruang DAFTAR PUSTAKA
kawasan karst Citatah – Rajamandala untuk
pertambangan dan industri pengolahan kapur Anonim, Undang-Undang No. 12/ 2007, tentang
diperlukan revisi terhadap Perda Tata Ruang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di
Kabupaten Bandung No. 1 Tahun 2001 sebagai Provinsi Jawa Barat.
pedoman bagi Pemda Kabupaten Bandung
Barat. Wilayah pertambangan harus ______, Undang-Undang No. 26/ 2007, tentang
dialokasikan pada daerah yang aman dari Penataan Ruang.
kawasan karst yang sudah ditetapkan sebagai
kawasan perlindungan geologi (di luar karst klas ______, Peraturan Pemerintah No. 26/ 2008 tentang
I dan II), dan perlu disiapkan lahan untuk Tata Ruang Nasional.
pertambangan rakyat.
______, 2001. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung
4) Kegiatan pengolahan kapur perlu ditertibkan, No. 21 Tahun 2001 tentang Tata Ruang,
dan diupayakan agar dekat dengan lokasi Bandung.
penambangan sehingga masalah lingkungan
dapat diminimalkan. _______, 2002. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2
Tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan
5) Berhubung permasalahan ini sangat kompleks Geologi.
dan melibatkan banyak stakeholders, maka
dalam penanganannya diperlukan keterlibatan _______, 2003. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/ 2003
semua pihak yang terkait, tidak cukup di tingkat tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.
kabupaten tetapi juga sampai ke tingkat Provinsi
Jawa Barat. _______, 2004. Peraturan Bupati Bandung No. 8
Tahun 2004 tentang Pelimpahan Sebagian
5.2. Saran Kewenangan Bupati kepada Camat di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung.
1) Re-lokasi penambangan ke tempat yang sesuai
perlu kajian zonasi pertambangan. Dalam re- _______, 2004. Keputusan Bupati Kabupaten
lokasi penambangan harus dialokasikan juga Bandung Nomor 8 Tahun 2004 tentang
lahan pertambangan rakyat. Pelimpahan Sebagian Kewenangan
Pertambangan kepada Kecamatan.
2) Industri pengolahan kapur, yang menyebabkan
penambangan semakin tidak terkendali dan _______, 2006. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2
terjadi eksploitasi terhadap PETI (sebagian besar Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan
rakyat), diharuskan memiliki lahan SIPD/KP Lindung.
sendiri. Dengan KP/SIPD sendiri, industri
pengolahan kapur tersebut punya tanggung Bappeda Kabupaten Bandung, 2001. Peta
jawab terhadap kerusakan lingkungan, meskipun Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Bandung
lahannya sebagian dimitrakan kepada rakyat. Tahun 2001, Bandung.
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat,
2008. Rekapitulasi Surat Izin Pertambangan 2008. Rekapitulasi Pertambangan Tanpa Izin di
Daerah (Izin Bupati) di Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008.
Barat Tahun 2008.
Kecamatan Cipatat, 2007. Kecamatan Cipatat Dalam
Angka 2007.
Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Karst Citatah - Rajamandala untuk Pemanfaatan ... Bambang Yunianto 27
PENCUCIAN KEMBALI (RETREA
KEMBALI TMENT) AMP
RETREATMENT AS
AMPAS
PENCUCIAN BA UKSIT KIJ
BAUKSIT ANG
KIJANG
Naskah masuk : 19 Oktober 2007, revisi pertama : 13 Februari 2009, revisi kedua : 20 Maret 2009
dan revisi terakhir : April 2009
SARI
Buangan ampas bauksit hasil penambangan bertahun-tahun telah menumpuk dalam jumlah besar dan belum
dimanfaatkan karena kandungan aluminanya rendah. Peningkatan kadar alumina dalam ampas bauksit lama
dapat dilakukan untuk mendapatkan bauksit yang memiliki nilai ekonomis dan sekaligus mengurangi dampak
lingkungan yang ditimbulkannya. Dalam penelitian ini, ampas bauksit ditingkatkan kadarnya menggunakan
hidrosiklon dengan variabel persen padatan sluri sebesar 2,4 ; 3,4; 5,2;7;10;12; dan 15%, serta tekanan 0,8; 1;
dan 1,2 atm. Kandungan mineral-mineral besi yang terdapat dalam overflow hidrosiklon dipisahkan dengan
menggunakan peralatan pemisah magnet dengan medan magnet sebesar 4.300, 6.400, 8.500, 10.600, 12.800,
14.800, 16.500, 17.900, 19.100 dan 19.900 gauss. Kondisi optimum pemisahan dengan hidrosiklon dicapai
pada persen padatan 10% dengan kandungan dan perolehan alumina masing-masing 44,6% dan 98,4%.
Kandungan silika reaktif dapat ditekan sampai 1,1%. Kandungan besi dalam overflow hidrosiklon berada pada
rentang 13,1 – 22,8% dan perolehan pada rentang 3,15-22,69%. Kondisi optimum pada pemisahan dengan
magnet dicapai dengan kuat medan 4.300 gauss yang dapat meningkatkan kadar besi oksida dari 18,46%
menjadi 26,80% dengan perolehan 33,9%. Alumina terkonsentrasi dalam ampas dengan perolehan antara 63-
91,8%.
ABSTRACT
The disposal of bauxite tailing that has been done for years reach a big amount of tailing and has not been used
because its low grade of alumina. Upgrading alumina content of bauxite tailing can be implemented to get
upgraded bauxite which has economical value and reduce negative impact on the environment. In this re-
search, bauxite tailing was upgraded using hydrocyclone with different solid percentage of slurry that was 2.4;
3.4; 5.2; 7; 10; 12; 15% and different pressures that was 0.8; 1; 1.2 atm. The iron minerals contained in
overflow of hydrocylone was separated using magnetic separator with different magnetic field namely 4300,
6,400, 8,500, 10,600, 12,800, 14,800, 16,500, 17,900, 19,100, and 19900 gauss. The results showed an
optimum condition at 10% solid of slurry with content and recovery of alumina were 44.6% and 98.4%,
respectively. The content of reactive silica can be pushed down to 1.1%. Iron content in overflow was in the
range of 13.1-22.8% and recovery was in the range of 3.15-22.69%. The optimum condition of magnetic
separation was at magnetic field of 4,300 gauss where the iron oxide content increased from 18.46% to
26.80% with the recovery of 33.9%. Alumina was concentrated in tailing with recovery in the range of 63-
91.8%.
TAILING BAUKSIT
PENGAYAKAN
ANALISIS KIMIA
Gambar 1. Bagan alir proses percobaan dengan hidrosiklon dan magnetic separator
Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah serta komposisi kimia yang relatif sama, maka dipilih
pemercontohan ampas bauksit dengan cara salah satu percontoh saja dari kedua percontoh
mencampurkan 5 kantong percontoh ampas lama tersebut yang akan digunakan untuk keperluan
menjadi satu dan diaduk sampai homogen. Dengan percobaan. Percontoh yang dipilih adalah percontoh
cara yang sama juga dilakukan pada percontoh ampas ampas lama (TM), karena deposit ampas yang
baru. Masing-masing percontoh dibagi lima bagian terdapat di Kijang (Riau) didominasi oleh ampas
yang masing-masing dapat digunakan untuk satu kali lama.
percobaan (satu jenis percontoh untuk lima
percobaan). Contoh hasil pemercontohan ampas Percobaan pemisahan dengan hidrosiklon
lama dan baru kemudian dianalisis ayak dengan menggunakan variasi persen padatan 2,4; 3,4; 5,2%
ayakan ukuran 5, 12, 60, 100, 150 dan 200 mesh untuk siklon kecil dan persen padatan 7, 10, 12 dan
dan dianalisis komposisi kimianya sehingga dapat 15 % untuk siklon besar. Percobaan pemisahan
diketahui kadar alumina, silika dan besi pada tiap hidrosiklon besar juga memvariasikan besar tekanan
fraksi ukuran. 0,8-1,2 atm dengan persen padatan 10%. Fraksi
underflow dan overflow ditampung lalu dikeringkan.
Setelah dilakukan pemercontohan, percontoh diayak Skematik alat hidrosiklon dan rangkaian alat
dengan ukuran ayakan 2 mm atau setara dengan 12 hidrosiklon ditampilkan pada Gambar 2.
(a) (b)
Gambar 2. (a) Skematik alat hidrosiklon (Anonim, 2007b), dan (b) rangkaian alat hidrosiklon
percobaan hidrosiklon dan magnetic separator dalam ampas bauksit dipisahkan terlebih dahulu.
dilakukan di Laboratorium Pengolahan Mineral
Puslitbang tekmira. Dari fotomikrograf sayatan tipis ampas bauksit Kijang
tampak dominan (warna terang) berbutir halus-kasar,
sedangkan oksida besi warna hitam (Gambar 4).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil XRD menunjukkan bahwa ampas bauksit lama
(ampas lama) mengandung bauksit jenis mineral
3.1. Karakteristik Bahan Baku (Ampas gibsit (Gambar 5). Hasil analisis mineralogi ampas
Pencucian) bauksit sebagai bahan baku didominasi oleh gibsit
sebesar 45,95% diikuti oleh lempung 29,77%, besi
Upaya pemanfaatan ampas hasil pencucian bauksit (hidroksida & oksida) 18,82% dan kuarsa 5,46%,
Kijang ini didasari oleh adanya kandungan alumina derajat liberasi untuk mineral bauksit sebagai berikut
(Al2O3) dalam ampas yang masih relatif tinggi : 63,26% untuk ukuran butir -2 mm+35 mesh,
namun masih mengandung pengotor terutama min- 83,17% untuk ukuran butir -35+60 mesh, 89,14%
eral besi (Fe2O3) dan silika (SiO2). Berdasarkan data untuk ukuran butir -60+100 mesh dan 93,98%
analisis ayak, fraksi ukuran +2mm (+12 mesh) untuk ukuran butir -100 mesh (Tabel 2). Dari data
persentase beratnya masih cukup tinggi yakni sekitar mineralogi ini menunjukkan bahwa kandungan alu-
28% dari total berat dalam ampas dengan komposisi mina (Al2O3) dalam ampas bauksit (lama) sebesar
kimia sbb : 36,26-40,69% Al2O3, 9,92-11,89% 29,45% dan nilai ini lebih rendah bila dibandingkan
Fe2O3 dan 17,82-28,14% SiO2 total (Tabel 3). Ini dengan hasil analisis kimia yang besarnya 36,26%
merupakan produk bauksit tercuci yang dapat Al2O3 (Tabel 3).
dicampur (blending) dengan bauksit tercuci yang
kadarnya lebih tinggi sehingga memenuhi syarat untuk Ampas bauksit Kijang yang digunakan untuk
dijual. Oleh karena itu, sebelum uji coba peningkatkan percobaan, setelah melalui pemisahan ukuran butir
mutu dengan siklon dan pemisah magnetik + 2mm, memiliki kadar Al2O3, Fe2O3, dan SiO2
dilakukan, ukuran butir > 2 mm yang terkandung berturut-turut 43,94%, 11,73 %, dan 22,09%.
Komposisi
Jenis Mineral Berat jenis Derajat liberasi (%)
mineral (%)
Gibsit, Al2O3 3H2O 45,95 2,3-2,4 -2 mm+35 mesh=63,26%,
-35+60 mesh= 83,17%
-60+100 mesh=89,14%
-100 mesh= 93,98%
Lempung, Al2(Si2O5)(OH)4 29,77 2,61
Besi hidroksida, FeO(OH), 18,82 4,285,2
Besi oksida, Fe2O3
Kuarsa, SiO2 5,46 2,65
Gambar 5. Difraktogram bauksit Kijang, terlihat gibsit (G) sebagai senyawa alumina yang dominan
3.2. Hasil Uji Coba Hidrosiklon Data dan kondisi percobaan menggunakan
hidrosiklon secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
Umpan yang digunakan untuk uji coba peningkatan 4. Dari percobaan dengan siklon berukuran kecil,
kandungan alumina dengan hidrosiklon adalah laju aliran bawah berkisar antara 7,9-9,7 kg/menit
ampas bauksit (lama) berukuran -2mm (-12 mesh) dan menghasilkan produk padatan kering antara 4,26-
yang memiliki komposisi kimia 43,94% Al2O3, 4,79 kg, dan laju aliran atas berkisar antara 6,6-8
11,73% Fe2O3 dan 22,09% SiO2. Uji coba dengan kg/menit dan menghasilkan produk padatan kering
hidrosiklon ini menghasilkan produk aliran atas antara 0,13-0,53 kg, sedangkan dengan siklon
(overflow) berukuran relatif halus (didominasi fraksi berukuran besar, laju aliran bawah 16,3-25 kg/menit
ukuran butir -150 mesh) dengan persen berat antara dan menghasilkan produk padatan kering antara 4,23-
2,6-14,4% dan aliran bawah (underflow) berukuran 4,70 kg dan laju aliran atas berkisar antara 22,3-66
relatif lebih kasar (didominasi fraksi ukuran butir kg/menit dan menghasilkan produk padatan kering
+150 mesh) dengan persen berat berkisar 87,4- antara 0,3-0,72 kg.
97,4%.
Tabel 5. Persen berat dan komposisi kimia produk underflow (UF) dan overflow (OF) hasil percobaan
siklon dengan variasi % padatan
100 50
90 45
80 40
70 35 Perolehan Al2O3
Perolehan
Kadar (%)
60 30 Perolehan Fe2O3
50 25
Kadar Al2O3
40 20
30 15 Kadar Fe2O3
20 10
10 5
0 0
2 4 6 8 10 12 14 16
% solid
Kendala yang umum ditemui dalam pemisahan 3.3. Hasil Uji Coba Pemisahan dengan Magnet
menggunakan siklon adalah terjadinya aglomerasi (Magnetic Separator)
partikel halus akibat adanya kandungan lempung yang
terdapat dalam percontoh sehingga dapat mengurangi Produk overflow dari hidrosiklon kandungan besinya
efisiensi pemisahan. relatif lebih tinggi, hal ini sesuai dengan karakteristik
ampas bauksit ini yaitu mineral besi terkonsentrasi
Perolehan Al2O3 dan Fe2O3 pada percobaan dengan pada fraksi sangat halus, sedangkan kandungan
siklon dengan variasi tekanan dapat dilihat pada Tabel aluminanya terkonsentrasi pada fraksi yang lebih
6 dan Gambar 7. Dari data tersebut nampak bahwa kasar. Oleh karena itu, upaya peningkatan kadar besi
alumina terkonsentrasi pada overflow sedangkan dalam overflow ini langsung dilakukan dengan
oksida besinya pada underflow walaupun berat jenis menggunakan magnetic separator mengingat
alumina (gibsit) lebih rendah daripada oksida besi. kehalusan sudah memadai (ukuran -200 mesh)
Hal ini disebabkan butiran oksida besi terkonsentrasi dengan derajat liberasi %. Namun dari data yang
pada fraksi ukuran sangat halus dan gibsit pada fraksi didapat, pemisahan dengan magnet ini hanya dapat
ukuran kasar, sehingga yang lebih berperan dalam meningkatkan kandungan besi dari 18,46% menjadi
proses pemisahan alumina dengan oksida besi adalah 26,80% (lihat Tabel 7). Peningkatan kadar yang tidak
perbedaan ukuran butiran dibandingkan dengan terlalu tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh
perbedaan berat jenisnya. Di sini terlihat bahwa ukuran butir yang terlalu halus yang cenderung
perolehan Al2O3 cenderung naik seiring dengan membentuk gumpalan sehingga partikel mineral besi
kenaikan tekanan, sedangkan perolehan Fe2O3 yang seharusnya tertarik oleh magnet terhalangi/
cenderung menurun seiring dengan kenaikan tertutupi oleh mineral lainnya yang bersifat non-
tekanan. magnet seperti mineral bauksit (alumina), dan kuarsa.
Seperti dapat dilihat pada komposisi bahan asal pada
Dari Gambar 7 terlihat bahwa kondisi optimum berbagai fraksi ukuran, kandungan silika juga
untuk perolehan dan kadar Al2O3 terdapat pada terkonsentrasi pada fraksi yang sangat halus yang
tekanan 1,2 atm. Pada kondisi ini perolehan Al2O3 didominasi mineral lempung.
mencapai 95,02% dengan kadar 39,7%, dan kondisi
Tabel 6. Persen berat dan komposisi kimia produk underflow (UF) dan overflow (OF) hasil percobaan
siklon dengan variasi tekanan
Perolehan
Kadar (%)
60 30 Perolehan Fe2O3
50 25
Kadar Al2O3
40 20
30 15 Kadar Fe2O3
20 10
10 5
0 0
0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3
Tekanan (atm)
Data dan kondisi percobaan menggunakan magnetic Grafik perolehan dan kadar Al2O3 (ampas) dan
separator dapat dilihat pada Tabel 7. Terlihat bahwa Fe2O3 (konsentrat) hasil percobaan dengan magnetic
dengan variasi kekuatan medan magnet (antara 4300- separator dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan
19900 gauss), material yang bersifat magnet beratnya grafik terlihat bahwa perolehan Fe2O3 masih rendah
berkisar 8,77 - 36,98 % sedangkan material non- yaitu sekitar 7,70-44,69%. Kondisi optimum untuk
magnet berkisar 63,02 – 91,23 %. Dengan kekuatan perolehan dan kadar Fe2O3 terdapat pada besar gauss
magnet yang semakin besar terjadi fluktuasi dari 4300 yaitu pada kondisi ini kadar Fe2O3 mencapai
material bersifat magnet yang diperoleh. Berat min- 26,8% dengan perolehan yang mencapai 33,94%
eral bersifat magnet tertinggi didapat pada kuat mag- walaupun nilai perolehan tidak sebesar pada besar
net 8500 gauss sedangkan terendah pada kuat mag- gauss 8500 yakni 44,69%. Hal ini karena pada besar
net 12800 gauss. gauss yang lebih tinggi maka material yang sifat
Pada umumnya, dengan semakin besarnya kekuatan kemagnetannya lemah akan ikut tertarik, sehingga
medan magnet, berat material bersifat magnet yang menyebabkan nilai perolehan lebih tinggi tetapi
diharapkan semakin besar, karena untuk mineral besi kadarnya lebih rendah. Hasil analisis mineralogi
yang sifat kemagnetannya rendah bisa tertarik oleh menunjukkan adanya mineral besi hidroksida dan
gauss yang tinggi (Abouzeid, 1990). besi oksida (Tabel 2). Sedangkan kadar Al2O3 pada
Kadar (%)
Perolehan
Perolehan Al2O3
60 30
Perolehan Fe2O3
50 25
Kadar Al2O3
40 20
Kadar Fe2O3
30 15
20 10
10 5
0 0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00
43 64 85 106 128 148 165 179 191 199
Gauss
konsentrat relatif sama pada ampas, tetapi karena ini ditunjang oleh data karakteristik dan mineralogi
persen berat ampas (non magnet) lebih besar daripada serta hasil analisis kimia bahan baku dan hasil
konsentrat maka Al2O3 terkonsentrasi pada ampas percobaan baik pada underflow maupun overflow.
yang bersifat non magnet dengan perolehan sekitar
63-91,79%.
DAFTAR PUSTAKA
Sumaryono
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA)
Jl. Jenderal Sudirman 623 Bandung
Telp./Fax. 022 – 6038027, 081321237913
e-mail : soemaryono@tekmira.esdm.go.id
Naskah masuk : 06 Januari 2009, revisi pertama : 02 Maret 2009, revisi kedua : 10 April 2009
dan revisi terakhir : April 2009
SARI
Kecepatan deforestrasi semakin meningkat di Indonesia mengakibatkan kerusakan lingkungan yang serius.
Selain meluasnya banjir di berbagai daerah, sebanyak 60 DAS (Daerah Aliran Sungai) di Indonesia sudah
sangat kritis dengan vegetasi kurang dari 3%. Vegetasi minimal yang dikehendaki adalah 30%. Industri genteng
adalah industri padat energi yang banyak mengkonsumsi kayu bakar sehingga dengan semakin sulitnya kayu
bakar berpeluang untuk menggantinya dengan batubara. Hal ini bersamaan dengan kebijakan pemerintah tentang
kewajiban pemasokan batubara untuk industri dalam negeri oleh tambang-tambang batubara mulai tahun
2009.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan, batubara dapat mengeluarkan senyawa hidrokarbon yang reaksi-
reaksi sekundernya dapat mengganggu produk genteng yaitu kematangan yang kurang dan warna yang pucat.
Hal ini telah diatasi dengan menambahkan kayu bakar untuk menstabilkan pembakaran. Tetapi banyak pihak
saat ini yang menghendaki penggunaan batubara tanpa kayu, karena meningkatnya kesadaran pentingnya menjaga
kelestarian hutan.
Dalam percobaan ini pembakaran genteng dengan batubara tanpa kayu bakar dilakukan dengan teknik pembakaran
dari atas ke bawah untuk proses pemuputan dan proses pembakaran cepat dengan metodea pengkokasan
menggunakan kisi dengan permeabilitas tinggi dalam kantong api model Y. Percobaan-percobaan dengan
batubara Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan untuk membakar 12500 buah genteng dalam tungku api
naik yang telah dilengkapi dengan kisi berpermeabilitas tinggi, menghasilkan kematangan dan warna yang baik
serta efisiensi energi 27 – 30%. Hasil ini lebih tinggi dari penggunaan kayu bakar dengan efisiensi 19,6%.
ABSTRACT
Deforestration rate increases in Indonesia, resulting a serious damage in the environment. Besides of extensive
flood in several areas, 60 DAS (river stream area) are in critical condition since there are less than 3% vegeta-
tion in those areas. The recommended minimum vegetation area is 30%. Tile industry is an energy intensive
industry which consumes a large amount of firewood, therefore in parallel with firewood depletion at the
moment, it is a big opportunity for coal to substitute firewood. It is in line with the government policy for coal
mines to supply domestic coal need in the year of 2009.
Previous researches on tile burning using coal indicated, coal may produce hydrocarbons which secondary
reactions may affect the tile quality, those were lack of maturity and a pale colour of the tiles. This problem
Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 39
had been overcome by adding firewood to stabilize the coal combustion. However, many people at present
demand coal use without firewood as the increase of concern towards the importance of preserving the forest.
In this experiment the burning of tiles using coal without firewood was carried out by implementing top down
burning of coal for water smoking process and coking method using high permeability grate in Y type furnaces
for fast heating process. The experiments used East and South Kalimantan coals in the tile burning using
updraft kiln containing 12500 tiles which had been furnished with high permeability grates, resulted good
maturity and colour tiles and energy efficiencies of 27 up to 30% which were higher than the value using
firewood, which was 19.6%.
Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 41
3. METODOLOGI (Percobaan Pembakaran II)
- Percobaan dengan batubara Kalimantan
3.1. Bahan Baku Selatan (Percobaan Pembakaran III)
- Percobaan dengan modifikasi kantong api
Genteng (Percobaan Pembakaran IV)
Bahan baku genteng di daerah Plered, komposisi
mineralnya adalah montmorrillonite dan illite. Dari hasil percobaan ini dapat dilakukan evaluasi
Dengan komposisi ini vitrifikasi atau mulai menggelas kinerja pembakaran genteng dengan kayu atau
terjadi pada suhu 800 – 900°C. Berat genteng siap batubara ditinjau dari tingkat kematangan,
dibakar, yaitu setelah selesai dijemur rata-rata adalah temperatur dan efisiensi energi yang dicapai.
1590 gram. berat setelah dioven pada 105°C adalah
1500 gr, jadi berat sisa air pembentuk = 90 gram.
4. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Batubara dan Kayu Bakar
Batubara yang digunakan adalah batubara Kalimantan 4.1. Pembakaran dengan Kayu Bakar
Timur dan Kalimantan Selatan. Hasil analisis
proksimat dan nilai kalori batubara dan kayu Tungku diisi 12500 buah genteng mentah yang telah
ditunjukkan pada Tabel 1. dijemur. Dilakukan proses pembakaran dengan kayu
Tabel 1. Hasil analisis proksimat dan nilai kalori batubara dan kayu, a.d.b (air dried basis)
Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 43
4.2.2 Pembakaran II Perhitungan efisiensi energi
Percobaan II dilakukan untuk lebih meningkatkan Jika temperatur rata-rata genteng matang = 835°C,
kinerja pembakaran dengan batubara ini. Warna maka kalori yang diterima genteng :
genteng yang pucat dari percobaan I kemungkinan
disebabkan terjadinya reaksi reduksi dari senyawa 12500 [1,5 kg x 0,224 kkal/kg.°C (835 - 30)°C +
Fe. Reaksi reduksi ini disebabkan kurangnya pasokan 0,09 kg x 1 kkal/kg (100 - 30)°C + 0,09 kg x 540
udara pembakar. Percobaan II ini diharapkan dapat kkal/kg] = 4.067.250 kkal
meningkatkan pasokan udara pembakar. Udara
pembakar akan masuk dalam jumlah besar jika asap Kalori yang diberikan dari batubara =
pembakaran juga dapat keluar dengan lancar. Jadi
dalam percobaan II ini dilakukan usaha untuk 2475 kg x 5324 kkal/kg = 13.176.900 kkal
melancarkan keluarnya asap pembakaran. Untuk
memperlancar keluarnya asap pembakaran, 4.067.250 kkal
dilakukan modifikasi draft dengan cara merubah Efisiensi energi = x 100% = 30,8%
prosedur penyusunan lapisan penutup unggun 13.176.900 kkal
genteng, sehingga permeabilitasnya meningkat.
Gambar 2 adalah susunan penahan asap yang 4.2.3 Pembakaran III
biasanya dipasang di atas susunan genteng mentah,
lapisan pertama adalah susunan bata rebah yang Percobaan III dilakukan dengan batubara Kalimantan
rapat, di atasnya susunan genteng rebah sebanyak Selatan yang hasil analisisnya tertulis pada Tabel 1.
dua lapis. Batubara Kalimantan Selatan terlihat berbeda dengan
batubara Kalimantan Timur. Batubara Kalimantan
Timur lebih tahan cuaca (panas dan hujan) sehingga
tetap bertahan tidak retak/pecah. Percobaan III ini
mengamati perbedaan kinerja kedua jenis batubara
tersebut pada proses pembakaran genteng ini. Dengan
prosedur seperti diuraikan di sub bab 4.2.1 dan
penahan asap yang renggang, hasil pembakaran
genteng adalah :
Gambar 2. Susunan penutup genteng mentah Waktu pembakaran = 25 jam
Konsumsi batubara = 2585 kg
Temperatur bawah – atas = 931 – 730°C
Dalam percobaan II, lapisan pertama bata rebah Hasil pembakaran = Matang seluruhnya
disusun dengan jarak antar bata satu dengan lainnya Warna genteng = Merah terang
antara 3 sampai 6 mm, jadi asap lebih mudah Abu = Banyak arang batubara
mengalir keluar atau draftnya lebih besar dari (char) yang belum
sebelumnya. terbakar
Hasil percobaan dengan prosedur yang sama (sub Hasil pembakaran dengan batubara Kalimantan
bab 4.2.1) menggunakan batubara Kalimantan Timur Selatan ini cukup baik dengan kematangan 100%
adalah : dan warna genteng yang cerah. Tetapi di bawah kisi
Waktu pembakaran = 24 jam terdapat abu yang didominasi oleh arang batubara.
Konsumsi batubara = 2475 kg Berbeda dengan batubara Kalimantan Timur,
Temperatur bawah – atas = 935 – 735°C batubara Kalimantan Selatan ini cenderung pecah/
Hasil pembakaran = Matang seluruhnya hancur pada saat dibakar sehingga butir-butir yang
Warna genteng = Merah terang kecil banyak berjatuhan ke bawah kisi tidak sempat
Abu = Tidak berkerak terbakar. Hal ini tidak terjadi pada batubara
Warna abu-abu dengan Kalimantan Timur yang tidak pecah saat dibakar.
sedikit arang
4.2.4 Pembakaran IV
Hasil percobaan kedua ini cukup baik dengan
kematangan 100% dan warna genteng merah cerah Banyaknya sisa arang yang belum terbakar pada
seperti pada umumnya hasil pembakaran dengan kayu. percobaan pembakaran III menunjukkan bahwa bara
Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 45
lebih pucat atau lebih gelap bahkan menghitam atau arang yang jatuh sehingga tetap terbakar sampai
malahan menjadi lunak dan lengket, menggumpal- habis. Panas dari sini dapat memanaskan udara
kan beberapa genteng menjadi satu. pembakar primer sehingga pembakaran berlangsung
lebih stabil dan efisien (sub bab 4.2.4).
Tabel 3 menunjukkan hasil pemeriksaan titik leleh
bahan genteng yang mengandung Fe2O3 dalam Pemanasan batubara mengeluarkan senyawa-senyawa
suasana reduksi dan oksidasi. Terlihat, pada suasana hidrokarbon molekul lebih besar dibanding
reduksi titik leleh lempung lebih rendah dari titik pemanasan kayu, jadi emisifitas api batubara lebih
leleh pada suasana oksidasi. Hal ini juga dipengaruhi tinggi dari api kayu sehingga efisiensi perpindahan
tingkat reduksi, kadar Fe2O3 dan mineral lainnya. panas api batubara lebih baik dan efisiensi energinya
Atmosfer Temperatur, °C
Deformasi Spherical Hemisphare Flow
Reduksi 1020 1030 1035 1060
Oksidasi 1100 1115 1120 1130
Pada pecobaan selanjutnya suasana pembakaran juga lebih tinggi dibanding api kayu. Temperatur
oksidasi dilakukan dengan modifikasi draft, yaitu rata-rata yang dicapai dengan batubara sedikit lebih
merenggangkan susunan penutup (Gambar 2) tinggi dari penggunaan kayu yaitu sekitar 830 –
sehingga draft meningkat, dan udara pembakar masuk 835°C berbanding 815°C.
lebih banyak, memberikan suasana pembakaran
oksidasi. Pembakaran dalam suasana oksidasi ini
menghasilkan genteng dengan warna merah cerah 5. KESIMPULAN
dari senyawa feri (besi III) seperti pada hasil
pembakaran II (sub bab 4.2.2). – Dengan percobaan ini telah berhasil dilakukan
pembakaran genteng dengan batubara tanpa
Percobaan pembakaran ini menggunakan dua jenis penggunaan kayu bakar sebagai penstabil
batubara, dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan maupun membantu pembakaran hidrokarbon.
Timur. Ternyata batubara Kalimantan Selatan lebih Untuk proses pemuputan diterapkan teknik
mudah pecah terkena panas maupun pengaruh cuaca pembakaran batubara dari atas ke bawah
pada saat ditumpuk di tempat terbuka. Di tempat sedangkan untuk proses pembakaran cepat
terbuka, batubara Kalimantan Selatan segera pecah diterapkan teknik pembakaran dengan metoda
menjadi ukuran-ukuran kecil sampai ukuran pasir. pengkokasan menggunakan kisi dengan
Dari hasil analisis proksimat batubara Kalimantan permeabilitas tinggi dengan bukaan 40%.
Selatan mengandung air lebih besar sehingga pada
saat terkena panas sejumlah besar air memaksa keluar – Warna pucat dari produk genteng dapat
menimbulkan retakan-ratakan dan pecah. Batubara dihindarkan dengan melakukan proses
yang rapuh ini pada saat pembakaran dan pembakaran dalam suasana oksidasi yang kuat
pemeliharaan api (stoking) pecah berjatuhan lolos dengan memperbesar draft dari susunan genteng
dari kisi, kemudian pembakaran terhenti sehingga sehingga diperoleh suasana pembakaran oksidasi
tumpukan sisa arang terkumpul di bawah kisi. yang dicirikan dengan api pembakaran yang
bening dan asap yang bersih.
Percobaan pembakaran III (sub bab 4.2.3) hasilnya
kurang memuaskan karena banyak butir-butir – Batubara Kalimantan Selatan lebih mudah
batubara berukuran kurang dari 1 cm yang lolos dari mengalami retak dan pecah-pecah selama proses
kisi, sehingga tidak terbakar dengan sempurna, atau pembakaran sehingga hancur dan berjatuhan
terjadi pemborosan bahan bakar. Untuk mengatasi lolos dari kisi bertumpuk tidak terbakar. Dengan
hal ini jarak kisi ke lantai dasar di bawah kisi menaikkan lantai dibawah kisi, sisa-sisa arang
diperpendek menjadi 20 cm sehingga radiasi dan ini dapat terbakar karena panas dari kisi,
panas dari kisi lebih efektif memanaskan sisa-sisa sehingga temperatur udara primer dari bawah
Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 47
Lampiran 1. Gambar tungku api naik dengan kantong api model Y
Skala :
B = lantai tungku
A = kantong api
Pembakaran Genteng dengan Batubara dalam Tungku Api Naik Menggunakan Kisi Tahan Api ... Sumaryono 49
PENGKAJIAN AKTIVASI ZEOLIT D
AKTIVASI AN BENT
DAN ONIT
BENTONIT
SECARA MEKANIS
Naskah masuk : 02 Desember 2008, revisi pertama : 28 Januari 2009, revisi kedua : 15 April 2009
dan revisi terakhir : April 2009
SARI
Pemanfaatan mineral dari alam kadangkala memerlukan proses aktivasi. Aktivasi dapat dilakukan secara fisis
maupun kimiawi. Metode aktivasi fisik dilakukan secara mekanis menggunakan alat penggiling yang mampu
menghasilkan ukuran partikel menjadi submikron yang mendekati nanometer. Tujuan pengecilan ukuran tersebut
untuk meningkatkan reaktivitas sifat permukaan mineral. Mineral industri yang diaktifkan dalam penelitian ini
terdiri dari lempung bentonit dan zeolit dari Karang Nunggal, Tasikmalaya Jawa Barat. Bahan-bahan tersebut
dipreparasi hingga 200 mikron lalu dilakukan penggilingan menggunakan planetary ball mill berkecepatan 300
rpm dengan variasi waktu penggilingan 0 – 100 jam. Setelah itu dilakukan pelindian menggunakan asam sulfat
variasi konsentrasi 2; 5 dan 7 N dan variasi waktu 1; 1,5 dan 2 jam untuk bentonit serta 1; 3 dan 5 jam untuk
zeolit pada suhu 90°C. Karakterisasi bahan dilakukan melalui analisis kimia, difraks sinar-X, SEM, luas permukaan
dan distribusi ukuran terhadap bahan alami hasil penggilingan dan pelindian.
Hasil analisis SEM memperlihatkan bahwa proses penggilingan dapat menghasilkan ukuran sub mikron + 200
nm pada keempat vahan. Keempat bahan alami mengandung kuarsa yang keras dan tidak berpengaruh terhadap
penggilingan. Terbukti dari hasil difraksi sinar-x, semakin lama waktu giling keempat bahan mengalami kerusakan
struktur utama, sedangkan kuarsa tetap terlihat puncaknya. Pelindian dilakukan terhadap mineral lempung
yang mempunya daya pertukaran kation, yaitu bentonit dan zeolit. Semakin tinggi konsentrasi asam, maka luas
permukaan bentonit semakin besar pada waktu 1 jam dibanding 1,5 dan 2 jam. Sedangan zeolit, pada konsentrasi
2 N, luas permukannya paling besar dibanding 5 dan 7 N pada waktu paling lama 5 jam. Hal ini disebabkan
bentonit memiliki struktur berlapis dibandingkan zeolit, sehingga memiliki jumlah pori lebih banyak yang
membutuhkan kation H+ lebih banyak untuk membentuk kristalnya kembali yang rusak setelah mengalami
penggilingan. Daya serap bentonit dan zeolit cenderung menurun setelah mengalami penggilingan dan pelindian
akibat rusaknya struktur selama proses berlangsung.
ABSTRACT
Activation is needed for natural mineral beneficiation, which can be employed physically or chemically. The
physical method can be done by milling to create submicron particles size (almost in nanometres size). The
aim of size reduction is to increasing the surface reactivity of minerals. Minerals to be activated in the research
were bentonite and zeolite taken from Karang Nunggal, Tasikmalaya, West Java. Those minerals were prepared
into 200 microns then continued by milling using 300 rpm planetary ball mill with various milling time (0-
100 hours). The milled minerals of bentonite and zeolite which have cation exchange capability were leached
by sulphuric acid in several concentration (2; 5 dan 7 N) and various time (1; 1,5 and 2 hours for bentonite, 1; 3 and
5 hours for zeolite) at temperature of 90°C. Characterization on natural minerals, milling and leaching prod-
ucts had been done by X-ray diffraction, SEM, surface area, chemical analyzes and particle distribution.
20
FeO2, dan CeO2 dilakukan dengan aktivasi mekanis,
bahkan dapat menghasilkan ukuran partikel hingga
(C7n/ml-1)
15
5 nm. Bahan-bahan semikonduktor seperti ZnS dan
CdS juga dapat dilakuan pembuatannya dengan 1
10
aktivasi mineral (McCormick and Froes, 1998)
Peralatan yang diperlukan untuk aktivasi mekanis Komposisi oksida dari beberapa mineral yang
adalah Planetary ball mill, PBM-4A (Gambar 2a) digunakan pada percobaan tercantum pada Tabel 1.
yang dilengkapi dengan pengatur waktu giling dan Analisis XRD menunjukkan senyawa-senyawa yang
kecepatan putar. Bola yang digunakan terbuat dari terkandung dalam mineral yang digunakan (Tabel 2.)
baja berdiameter 2 cm. Setiap percobaan menggunakan
perbandingan umpan:bola = 1:8. Spesifikasi alat: Keempat mineral yang digunakan mengandung
kuarsa (SiO2). Kuarsa adalah salah satu mineral
Elevasi : 0 – 40 deg. tektosilikat yang relatif memiliki kekerasan lebih
Ukuran : 135 x 110 x 160 cm tinggi dibandingkan dengan pilosilikat, seperti ka-
Rotasi maks : 300 RPM olin dan bentonit. Dengan demikian dapat
Jar :4 diperkirakan bahwa proses aktivasi secara mekanis
Volume Jar : 600 ml melalui penggiling dalam hal pengecilan ukuran
dengan planetary ball mill tidak memiliki perbedaan
Adapun untuk proses pelindian, sketsa peralatan yang berarti. Pengaruh perubahan struktur akan
yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 2b. mendominasi proses aktivasi ini.
3.2.1 Mineralogi
(a) (b)
Terlihat jelas intensitas beberapa karakteristik puncak
Gambar 2. Peralatan aktifasi Planetary ball mill
dari zeolit Z1, Z2, Z3, dan Z4 mengalami penurunan
PBM 4A (a) dan sketsa peralatan dengan peningkatan waktu aktivasi. Pada waktu
pelindian (b) aktivasi 30 jam, puncak puncak tersebut hilang.
Komposisi (%)
Mineral
SiO2 AL2O3 Fe2O3 MnO2 TiO2 K2 O CaO Na2O MgO P2 O5 LOI
Zeolit 72,49 10,74 1,34 0,016 0,25 2,69 2,32 1,46 0,52 0,02 8,15
Kaolin 73,35 16,45 0,37 0,004 0,41 2,15 0,18 0,82 trace 0,05 5,84
Bentonit 67,29 15,54 2,87 0,005 0,41 0,94 2,29 1,44 2,26 0,07 6,83
Felspar 76,03 13,03 0,90 0,01 0,20 4,11 0,37 1,87 0,07 0,04 3,37
Tabel 2. Kandungan senyawa dalam mineral Sedangkan puncak karakteristik kuarsa masih pada
yang digunakan bidang (101) 3,34 A tetap terlihat meskipun waktu
giling telah mencapai 100 jam. Derajat penurunan
Mineral Komposisi intensitas ini dipengaruhi oleh kekerasan dari min-
Zeolit Zeolit, kuarsa, felspar eral kuarsa tersebut. Dengan demikian struktur kristal
Kaolin Kaolinit, kuarsa zeolit telah berubah menjadi amorf, sedangkan kristal
Bentonit Illit, monmorillonit, kuarsa kuarsa masih tetap.
Felspar Felspar, kuarsa
Pengamatan mikrograf terhadap zeolit sebelum dan
setelah aktivasi mekanis seperti terlihat pada Gambar
5. Z0 menandakan zeolit belum diaktivasi dengan
ukuran partikel-partikel zeolit di atas 1 mikron. Setelah
aktivasi selam 60 jam, terdapat partikel-partikel zeolit
dengan ukuran di bawah 1 mikron dan pada aktivasi
100 jam telah mendekati ukuran 0,2 mikron atau
200 nanometer. Terlihat permukaan partikel zeolit
pada Z100 yang sangat halus (fine particles).
ZO Z60 Z100
Gambar 5. Fotomikrograf zeolit untuk waktu giling Z0=0 jam, Z60=60 jam, dan Z100=100 jam
Gambar 6. Difraktogram bentonit, diperoleh Berbeda halnya dengan bentonit, pengukuran luas
dari berbagai waktu giling yang permukaan pada zeolit menunjukkan puncak opti-
berbeda mum pada aktivasi asam konsentrasi tertentu, dan
Gambar 7. Plot luas permukaan bentonit (a), volume pori bentonit (b), dan diameter pori bentonit (c),
sebagai fungsi konsentrasi asam; waktu pelindian t= 1 jam; 1.5 jam dan 2 jam
Dari hasil kegiatan ini dapat diperoleh beberapa Http://www.nanomineral.info, diakses Oktober
kesimpulan: 2008.
– Mineral lempung relatif mudah mengalami
kerusakan struktur dibandingkan dengan kuarsa. Juhasz, A.Z., 1998. Aspects of Mechanochemical
Activation in Terms of Comminution Theory,
– Hasil aktivasi mekanis dengan alat Planetary Colloids and Surfaces, A: Physicochemical and
Ball Mill mampu menghasilkan mineral dengan Engineering Aspects, 141, 449-462.
ukuran partikel + 200 nm.
Kahr, G. dan Madsen F.T., 1995. Determination of
– Luas permukaan bentonit meningkat dengan the cation exchange capacity and the surface
adanya aktivasi dan dilanjutkan dengan area of bentonite, illite and kaolinite by meth-
pelindian dengan konsentrasi semakin ylene blue adsorption, Applied Clay Science,
bertambah pada waktu 1 jam. Sedangkan zeolit, 9, 5, 327-336.
luas permukaan meningkat pada hasil pelindian
konsentrasi 2 N selama 5 jam. Kristof, E., Juhasz, A.Z., and Vassauji, I., 1993. The
effect of Mechanical Treatment on the Crystal
– Daya serap bentonit dan zeolit cendurung Structure and Thermal Behavior of Kaolinite,
menurun setelah mengalami penggilingan dan Clay and Clay Minerals, 41, 5, 608-612.
pelindian akibat rusaknya struktur selama proses
berlangsung. McCormick, P.G and Froes, F.H., 1998. The Funda-
mental of Mechanochemical processing, Jour-
4.2. Saran nal of Mineral, November 50, 11.
– Perlu dikaji lebih mendalam mengenai Shinozaki, M. dan Semma, M., 1981. Effects of
penuruan nilai KPK (kapasitas penukaran kation) Number and Size of Milling Balls on The
akibat penggilingan dan pelindian. Mechanochemical Activation of Fine Crystal-
line Solids, Ind. Engineering Chem. Fundamen-
– Perlu dilakukan uji performance (penelitian tal, 20, 59-62.
lanjutan) terhadap mineral yang telah dilakukan
aktivasi mekanis dan pelindian, misal uji daya
serap bentonit untuk aplikasi penjernihan
minyak kelapa sawit.