Anda di halaman 1dari 41

HAND-OUT KULIAH

MG4023 KEBIJAKAN INDUSTRI METALURGI

Prof. Ir. Syoni Soepriyanto, MSc, PhD.


Prof. Dr.mont. Ir. M. Zaki Mubarok

Semester I 2021/2022
Program Studi Teknik Metalurgi
FTTM - ITB
Materi Perkuliahan
(s/d Ujian Tengah Semester)

I. REGULASI TERKAIT PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA


PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL
II. REGULASI PERIZINAN USAHA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
III. REGULASI MENGENAI LIMBAH PABRIK METALURGI
IV. PENGEMBANGAN INDUSTRI METALURGI PROSES YANG
BERKELANJUTAN
V. KEBIJAKAN TERKAIT PENGEMBANGAN INDUSTRI METALURGI
NASIONAL

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 2
SLIDE I. KULIAH KEBIJAKAN INDUSTRI METALURGI

REGULASI TERKAIT PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PENGOLAHAN


DAN PEMURNIAN MINERAL

Prof.Dr.mont. Ir. M. Zaki Mubarok


Teknik Metalurgi, FTTM, Institut Teknologi Bandung

SEMESTER I, 2021/2022
Pengembangan Industri Metalurgi Nasional- Alur Pikir

(Sumber: Kemeperin, RI)

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 4
Pergeseran Paradigma dalam Pemanfaatan
Sumber Daya Alam
Paradigma lama Paradigma Baru
SDA untuk
Eksploitatif, pembangunan
Sumber daya industri: pro
alam untuk growth, pro job,
pendapatan pro poor , pro
environtment

Peningkatan nilai tambah, konservasi, daur ulang,


pembatasan emisi, licence to operate

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 5
Beberapa Landasan Hukum Utama untuk Kegiatan Usaha
Penambangan, Pengolahan dan Pemurnian Mineral
1. UUD 1945, khususnya Pasal 33 Ayat 3.
2. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
diperbarui dengan UU No. 3 Tahun 2020.
3. UU. No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
5. Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
6. PP No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
7. Peraturan Menteri (PERMEN) ESDM No. 25, Tahun 2018 tentang Pengusahaan
Pertambangan Mineral dan Batubara
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 6
UUD 45 PASAL 33
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi


dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 7
BEBERAPA CATATAN TERKAIT UUD 45 PASAL 33
▪ Kegiatan pertambangan, pengolahan dan pemurnian adalah untuk kemakmuran
masyarakat dan bangsa dan bukan untuk kemakmuran perorangan atau
kelompok tertentu saja.

▪ Sumber daya alam dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi


kemakmuran rakyat → tidak boleh ada monopoli, oligopoli maupun praktek
kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam oleh pihak-pihak tertentu.

▪ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara tidak berarti selalu dalam bentuk kepemilikan, namun negara
melakukan kontrol atas pengusahaan kekayaan alam di bumi Indonesia

▪ Usaha penambangan, pengolahan dan pemurnian mineral dapat dilakukan oleh


3 pelaku: Koperasi, Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) dan
Swasta.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 8
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL
yang Diatur Dalam UU No. 3/2020 juncto no. 4/2009
1. Pasal 95
“Pemegang IUP dan IUPK wajib”:
a. Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik.
b. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia
c. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara” 
d. melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan
e. Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.
2. Pasal 102
3. Pasal 103
4. Pasal 104
IUP = Izin Usaha Pertambangan; IUPK = Izin Usaha Pertambangan Khusus
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 9
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL
YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NO. 3 2020 (lanjt)
2. Pasal 102
1) Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi wajib
meningkatkan nilai tambah Mineral dalam kegiatan Usaha Pertambangan
melalui:”
a) Pengolahan dan Pemurnian untuk komoditas tambang Mineral logam;
b) Pengolahan untuk komoditas tambang Mineral bukan logam; dan/atau
c) Pengolahan untuk komoditas tambang batuan.

2) Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi dapat
melakukan Pengembangan dan/atau Pemanfaatan Batubara”

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 10
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL
YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NO. 3 2020 (lanjt)
2. Pasal 102
3) Peningkatan nilai tambah Mineral melalui kegiatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) wajib memenuhi batasan
minimum pengolahan dan/atau pemurnian, dengan mempertimbangkan antara
lain:”
a) peningkatan nilai ekonomi; dan/atau
b) kebutuhan pasar

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan minimum Pengolahan dan/atau


pemurnian diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 11
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL
YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NO. 4 2009 (lanjt)
4. Pasal 104
1) Untuk pengolahan dan pemurnian, pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK
Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 dapat melakukan
kerja sama dengan badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah
mendapatkan IUP atau IUPK Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan dapat mengolah dan memurnikan hasil penambangan dari
pemegang IUP dan IUPK lainnya.
2) IUP yang didapat badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah IUP
Operasi Produksi Khusus untuk pengolahan dan pemurnian yang dikeluarkan
oleh menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
3) Pemegang IUP dan IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
melakukan pengolahan dan pemurnian dari hasil penambangan yang tidak
memiliki IUP, IPR, atau IUPK.
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 12
Beberapa Penjelasan Istilah
• Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disingkat IUP adalah izin untuk
melaksanakan usaha pertambangan, yang meliputi
– IUP Eksplorasi
– IUP Operasi Produksi (IUP OP)
– IUP Khusus atau disingkat IUPK (IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi)
– IUPR (Izin Usaha Pertambangan Rakyat)
– IUP Operasi Produksi Khusus (IUP OPK)

• IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

• IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 13
Beberapa Penjelasan Istilah
• Izin Pertambangan Rakyat (IPR) adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan dalam Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dengan luas wilayah
dan investasi terbatas. Izin ini dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA).

• Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus (IUPK Eksplorasi dan
IUPK Operasi Produksi)

• Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK OP), adalah izin usaha
yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUPK Eksplorasi selesai.

• Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus, meliputi IUP OPK untuk
pengolahan dan/atau pemurnian dan IUP OPK untuk pengangkutan dan
penjualan.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 14
Beberapa Penjelasan Istilah
• Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi khusus pengolahan dan/atau
pemurnian (IUP OPK pengolahan dan/atau pemurnian), adalah izin usaha yang
diberikan untuk membeli, mengangkut, mengolah, dan memurnikan termasuk
menjual komoditas tambang mineral atau batubara hasil olahannya.

• Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan


penjualan (IUP OPK pengangkutan dan penjualan), adalah izin usaha yang
diberikan kepada perusahaan untuk membeli, mengangkut, dan menjual
komoditas tambang mineral atau Batubara.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 15
Beberapa Penjelasan Istilah

• Kontrak Karya yang selanjutnya disingkat KK adalah perjanjian antara Pemerintah


Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk
melakukan kegiatan usaha pertambangan mineral.

• Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang selanjutnya


disebut PKP2B adalah perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha
pertambangan batubara.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 16
Tahapan-Tahapan dalam Kegiatan Usaha Pertambangan
• Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui
kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.
• Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
• Studi Kelayakan (FS) adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk
menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk
analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan pascatambang.
• Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi
konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan
penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai hasil FS.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 17
Tahapan-Tahapan dalam Kegiatan Usaha Pertambangan
• Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak
lingkungan.
• Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi
mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.
• Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan
memperoleh mineral ikutan.
• Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan
dan pemurnian sampai tempat penyerahan.
• Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan mineral atau batubara.
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 18
Pengelompokan Usaha Pertambangan

• Usaha pertambangan dikelompokkan atas: (berdasarkan PERMEN


ESDM No. 25, Tahun 2018)
1. Pertambangan mineral, dan
2. Pertambangan batubara

• Pertambangan mineral sebagaimana digolongkan atas:


a) Pertambangan mineral radioaktif
b) pertambangan mineral logam;
c) pertambangan mineral bukan logam; dan
d) pertambangan batuan.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 19
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

• Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi terdiri atas


kegiatan:
a. Konstruksi;
b. Penambangan;
c. Pengolahan dan/atau Pemurnian; dan
d. Pengangkutan dan Penjualan.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 20
Pelaksanaan Kegiatan IUP dan IUPK Operasi Produksi

• Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib


melaksanakan kegiatan konstruksi dengan mengacu pada Laporan
Studi Kelayakan yang telah disetujui oleh menteri atau gubernur
sesuai dengan kewenangannya.

• Kegiatan konstruksi sebagaimana dimaksud terdiri atas:


– penyediaan peralatan pertambangan (termasuk peralatan
pengolahan dan pemurnian);
– pembangunan sarana/prasarana; dan
– pengujian peralatan (commissioning).

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 21
Pelaksanaan Kegiatan IUP dan IUPK Operasi Produksi

• Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib


memulai kegiatan konstruksi paling lambat 6 (enam) bulan sejak
ditetapkannya IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi.

• Kegiatan penambangan terdiri atas:.


a. pengupasan lapisan (stripping) tanah penutup dan/atau batuan
penutup;
b. penggalian atau pengambilan mineral atau batubara; dan
c. Pengangkutan mineral atau batubara.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 22
Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian(1)

• Kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian


a. Pengolahan dan/atau pemurnian untuk komoditas tambang
mineral logam;
b. pengolahan untuk komoditas tambang batubara;
c. pengolahan untuk komoditas tambang mineral bukan logam;
atau,
d. pengolahan untuk komoditas tambang batuan

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 23
Definisi “Pengolahan” dan “Pemurnian” Mineral
menurut PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018

• Pengolahan mineral adalah upaya untuk meningkatkan mutu


mineral yang menghasilkan produk dengan sifat fisik dan kimia
yang tidak berubah dari mineral asal.

• Pemurnian Mineral adalah upaya untuk meningkatkan mutu


mineral logam melalui proses ekstraksi serta proses peningkatan
kemurnian lebih lanjut untuk menghasilkan produk dengan sifat
fisik dan kimia yang berbeda dari mineral asal.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 24
Penjualan Mineral Hasil Pengolahan dan/atau Pemurnian
ke Luar Negeri (Pasal 17 PERMEN No. 25/2018)

• Pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, dan IUP


Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
Mineral logam, Mineral bukan logam, atau batuan sebelum
melakukan kegiatan penjualan ke luar negeri wajib terlebih
dahulu melakukan Peningkatan Nilai Tambah melalui kegiatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai batasan minimum
Pengolahan dan/atau Pemurnian tercantum dalam Lampiran I,
Lampiran II, dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari PERMEN No. 25/2018.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 25
Terdapat 12 Jenis Komoditas Mineral Logam
yang sudah Diatur Batasan Minimum Eksportnya Menurut
LAMPIRAN I PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018

1. Tembaga 7. Timbal & Seng


2. Nikel dan/atau Kobalt 8. Emas
3. Bauksit 9. Perak
4. Besi 10. Kromium
5. Timah 11. Zirkonium
6. Mangan 12. Antimon
Batasan minimum selegkapnya dapat dilihat pada Lamp I Permen ESDM No. 25/2018

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 26
Contoh Batasan Minimum Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral
Logam untuk Dapat Dieksport: Mineral Tembaga
(Selengkapnya lihat LAMPIRAN I PERMEN No. 25/2018)

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 27
Contoh Batasan Minimum Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral
Logam untuk Dapat Dieksport: Mineral Tembaga
(Selengkapnya lihat LAMPIRAN I PERMEN No. 25/2018)

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 28
Jenis Komoditas Mineral Bukan Logam
Menurut LAMPIRAN II PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018
1. Zirkon
2. Kaolin
3. Lempung (Clay)
4. Zeolit
5. Bentonit
6. Silika (Pasir Kuarsa)
7. Kalsit (Batu Kapur/Gamping)
8. Felspar
9. Intan

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 29
Contoh Batasan Minimum Pengolahan Mineral Bukan Logam
untuk Dapat Dieksport: Mineral Zirkon
(Selengkapnya lihat LAMPIRAN II PERMEN No. 25/2018)

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 30
Jenis Komoditas Mineral BATUAN
Menurut LAMPIRAN III PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018
1. Marmer 11. Slate (Batu Sabak)
2. Granit 12. Granodiorit
3. Onik 13. Gabro
4. Opal 14. Peridotit
5. Giok 15. Basalt
6. Agat 16. Kalsedon
7. Topas 17. Chert (Rijang)
8. Perlit 18. Jasper
9. Obsidian 19. Krisopras
10. Toseki 20. Garnet
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 31
Contoh Batasan Minimum Pengolahan untuk komoditas
Tambang Batuan untuk Dapat Dieksport
(Selengkapnya lihat LAMPIRAN III PERMEN No. 25/2018)

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 32
Jenis Produk Samping atau Sisa Hasil Pemurnian
Menurut LAMPIRAN IV PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018
1. Lumpur Anoda
2. Terak dari hasil pemurnian konsentrat timah
No. Komoditas Batasan Minimum Pemurnian Lanjut
1. Lumpur Anoda a. Logam Emas, Au ≥ 99%;
b. Logam Perak, Ag ≥ 99%;
c. Logam Selenium, Se ≥ 90%;
d. Bullion, Pb ≥ 90%; dan/atau
e. Sisa hasil pemurnian Au, Ag, Se, dan Bullion Pb.
2. Terak dari hasil pemurnian a. Logam Timah, Sn ≥ 99,90%
konsentrat timah b. Logam Wolfram, W ≥ 90%;
c. Tantalum Oksida, Ta2O5 ≥ 90%;
d. Niobium Oksida, Nb2O5 ≥ 90%;
e. Diantimon Trioksida, Sb2O3 ≥ 90%;

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 33
Batasan Minimum Produk yang Boleh Dieksport

• Jenis komoditas tambang Mineral logam, Mineral bukan logam,


atau batuan yang belum tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II,
dan Lampiran III hanya dapat dijual ke luar negeri setelah batasan
minimum Pengolahan dan/atau Pemurniannya ditetapkan oleh
Menteri.

• Kewajiban pemenuhan batasan minimum Pengolahan dan/atau


Pemurnian tidak berlaku bagi mineral yang digunakan untuk:
a. kepentingan dalam negeri; atau
b. penelitian dan pengembangan mineral melalui pengiriman
conto mineral ke luar negeri.
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 34
Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian(2)

• Kegiatan pengolahan batubara meliputi:


a. peningkatan mutu batubara (coal upgrading);
b. pembuatan briket batubara (coal briquetting);
c. pembuatan kokas (cokes making);
d. pencairan batubara (coal liquefaction);
e. gasifikasi Batubara (coal gasification) termasuk underground
coal gasification; dan
f. coal slurry/coal water mixture

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 35
Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian(3)

• Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dalam


melakukan kegiatan Peningkatan Nilai Tambah (PNT) dapat
melakukan kerja sama dengan:
a. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau
pemurnian atau;
b. IUPK Operasi Produksi yang membangun fasilitas Pengolahan
dan/atau Pemurnian.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 36
Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian(4)
• Kerja sama dalam kegiatan PNT yang dilakukan dapat berupa:
a. mengolah dan/atau memurnikan pada fasilitas Pengolahan
dan/atau Pemurnian yang dibangun bersama; atau;
b. mengolah dan/atau memurnikan pada fasilitas Pengolahan
dan/atau Pemurnian yang dibangun oleh pemegang IUP/IUPK
Operasi Produksi lainnya untuk pengolahan dan/atau
pemurnian melalui kegiatan:
1) Jual beli Bijih (ore), Konsentrat, atau Produk Samping, atau sisa hasil
Pengolahan dan/atau Pemurnian; atau
2) Jasa Pengolahan dan/atau Pemurnian Bijih (ore), Konsentrat, Produk
Samping, atau sisa hasil Pengolahan dan/atau Pemurnian
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 37
Pengangkutan dan Penjualan
• Pasal 23, PERMEN ESDM No. 25/2018:
1) Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat
melakukan kegiatan Pengangkutan dan

2) Dalam melakukan kegiatan Pengangkutan dan Penjualan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi dapat melakukan kerja sama dengan pemegang IUP Operasi
Produksi Khusus untuk pengangkutan dan penjualan.

3) Pengangkutan dan Penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri


atas kegiatan:
a. Pemuatan
b. Pengangkutan;
c. Pembongkaran;
d. Penjualan
Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 38
DIVESTASI SAHAM Sesuai PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018
• Sesuai Pasal 23 PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018 :
1) Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dalam rangka
penanaman modal asing, sejak 5 (lima) tahun setelah berproduksi wajib
melakukan Divestasi Saham secara bertahap, sehingga pada tahun ke
sepuluh sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh peserta Indonesia
2) Setelah berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak
ditetapkannya waktu pertama kali memulai kegiatan Penambangan dalam
persetujuan RKAB Tahunan oleh Menteri
3) Peserta Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pemerintah;
b. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
c. BUMN;
d. BUMD; dan
e. Badan Usaha swasta nasional.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 39
PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PENJUALAN
• Sesuai Pasal 31 PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018 :

1) Menteri melakukan pengendalian produksi Mineral dan Batubara yang


bertujuan untuk:
a. memenuhi ketentuan aspek lingkungan; dan
b. melakukan konservasi sumber daya mineral dan batubara

2) Menteri dapat menetapkan besaran produksi nasional Mineral dan Batubara


untuk kepentingan nasional.

3) Dalam menetapkan besaran produksi nasional sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), Menteri berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait dan/atau
pemerintah daerah provinsi.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 40
Patokan Harga Mineral dan Batubara
• Harga Patokan Mineral Logam yang selanjutnya disebut HPM Logam
adalah harga Mineral logam yang ditentukan pada suatu titik serah
penjualan (at sale point) secara Free on Board untuk masing-masing
komoditas tambang Mineral logam.

• Harga Patokan Batubara yang selanjutnya disingkat HPB adalah harga


Batubara yang ditentukan pada suatu titik serah Penjualan (at sale point)
secara Free on Board.

Sesuai Pasal 34 dan Pasal 35 PERMEN ESDM No. 25 Tahun 2018 :


Menteri dapat menentapkan formula harga jual mineral logam dan
batubara untuk kepentingan nasional.

Prof. Zaki Mubarok, Teknik Metalurgi – FTTM ITB MG-4023 Kebijakan Industri Metalurgi 41

Anda mungkin juga menyukai