Anda di halaman 1dari 138

PENERAPAN KAIDAH TEKNIS

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

disampaikan pada
Pendidikan dan Pelatihan Pengawas Operasional Madya
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
GEOLOGI, MINERAL DAN BATUBARA
Bandung, 5 Maret 2019
1
UNIT KOMPETENSI POM

Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab sebagai Pengawas Operasional Madya (POM)

Mengelola Keselamatan Pertambangan

Mengelola Lingkungan Pertambangan

Mengelola Keadaan Darurat Pertambangan

Melaksanakan Upaya Penerapan Konservasi Mineral dan Batubara

Mengelola Penerapan Kaidah Teknis Pertambangan Mineral dan Batubara

Mengawasi Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara

Mengawasi Standardisasi Pertambangan Mineral dan Batubara

2
ELEMEN KOMPETENSI

Mengelola Penerapan Kaidah Teknis


Pertambangan Mineral dan Batubara

Membuat program penerapan kaidah teknis


pertambangan

Mengomunikasikan program penerapan kaidah teknis


pertambangan kepada pekerja dan manajemen terkait

Melaksanakan program penerapan kaidah teknis


pertambangan

3
POKOK BAHASAN

Pendahuluan

Dasar Hukum

Prinsip Pengelolaan Teknis Pertambangan

Penerapan Pelaksanaan Teknis Pertambangan


(Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi)

Penutup

4
I. PENDAHULUAN

5
PENDAHULUAN

• Pertambangan mineral dan batubara merupakan


kegiatan yang memiliki resiko tinggi terhadap
aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta
lingkungan hidup.
• Perencanaan dan pelaksanaan teknis
pertambangan yang baik merupakan salah satu
kunci untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja serta potensi pencemaran lingkungan.
• Pengawas Operasional Madya wajib memahami
dan melaksanakan pengelolaan teknis
pertambangan.
6
II. DASAR HUKUM

7
DASAR HUKUM

1. UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
4. PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Pertambangan Minerba
5. PP No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Minerba
6. PP No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang
7. Permen ESDM No. 43 Tahun 2016 tentang Penetapan dan
Pemberlakukaan Standar Kompetensi Kerja Khusus
Pengawas Operasional di Bidang Pertambangan Minerba

8
DASAR HUKUM

8. Permen ESDM No. 11 Tahun 2018: Tata Cara Pemberian Wilayah,


Perizinan, dan Pelaporan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
9. Permen ESDM No. 25 Tahun 2018: Pengusahaan Pertambangan
Mineral dan Batubara
10. Permen ESDM No. 26 Tahun 2018: Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral
dan Batubara
11. Kepmen ESDM No. 1806 K/30/MEM/2018: Pedoman Pelaksanaan
Penyusunan, Evaluasi, Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran
Biaya, serta Laporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara
12. Kepmen ESDM No. 1825 K/30/MEM/2018: Pedoman Pemasangan
Tanda Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan atau Wilayah Izin
Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi
13. Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018: Pedoman Pelaksanaan
Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik
9
III. PRINSIP PENGELOLAAN
TEKNIS PERTAMBANGAN

10
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018

Pasal 3 Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP


Ayat (1) Operasi Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam
setiap tahapan kegiatan Usaha Pertambangan
wajib melaksanakan kaidah pertambangan yang
baik.
Pasal 4 Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk
Ayat (1) pengolahan dan/atau pemurnian dalam kegiatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian wajib
melaksanakan kaidah pertambangan yang baik.
Pasal 4 Pemegang IUJP wajib melaksanakan kaidah
Ayat (1) pertambangan yang baik sesuai dengan bidang
usahanya.
11
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018

Kaidah pertambangan yang baik meliputi:


❑ Kaidah teknik pertambangan (pengolahan dan/ atau
pemurnian) / usaha jasa yang baik
❑ Tata kelola pengusahaan (pengolahan dan/ atau
pemurnian) / usaha jasa pertambangan

Kaidah teknik pertambangan yang baik (Good Mining


Practice) secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan usaha pertambangan yang memenuhi
ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah dan norma-norma
yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya mineral dan
batubara memberikan hasil yang optimal dan dampak
negatif yang minimal.
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

13
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

14
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Konsep Pelaksanaan Good Mining15 Practice


DTLMB-PT Solusi Tambang Indonesia, 2014
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Aspek Kaidah Teknik Pertambangan


Kaidah teknik pertambangan yang baik menurut Permen
ESDM No. 26 Th. 2018 meliputi pelaksanaan aspek:
• teknis pertambangan;
• konservasi Mineral dan Batubara;
• keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
• keselamatan operasi pertambangan;
• pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, Reklamasi,
dan Pascatambang, serta Pascaoperasi;
• pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan.
16
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
PERATURAN MENTERI ESDM NO. 26 TAHUN 2018
Kaidah pertambangan yang baik
meliputi: Aspek kaidah teknik pertambangan
a. kaidah teknik pertambangan a. Teknis;
(pengolahan dan/ atau b.Konservasi
pemurnian) / usaha jasa yang c. K3;
baik; dan d.KO;
b. tata kelola pengusahaan e. pengelolaan LH, Reklamasi, dan
pertambangan (pengolahan Pascatambang, serta
dan/ atau pemurnian)/ usaha
Pascaoperasi;
jasa .
f. pemanfaatan dan pengembangan
Pelaksanaan kaidah teknik teknologi, kemampuan rekayasa,
pertambangan : dan rancang bangun
a. Umum, mengangkat: KTT/ TTK/ pengembangan, dan penerapan
KTBT/ PTL/ PJO
teknologi.
b. Pelaksanaan "Aspek"
c. Wajib SKKK, SKKNI, dan SNI
sesua dengan ketentuan g.Kesesuaian bidang usaha
peraturan perundang- undangan. h.Mengangkat PJO IUJP
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Teknis Pertambangan:
seluruh kegiatan pengelolaan teknis dalam rangka
penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik meliputi:
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, serta kegiatan
pascatambang.

18
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

PERSONEL
1. Orang yang Berkompeten (Competent Person)
bidang pelaporan hasil eksplorasi dan/atau
estimasi sumber daya dan/atau estimasi
cadangan:
a) Memiliki syarat memiliki:
i. pengalaman ≥ 5 (lima) tahun untuk
komoditas yang sama; dan
ii. sertifikat kompetensi untuk komoditas yang
sama.
b) Bertanggung jawab terhadap laporannya
c) Wajib dilaporkan ke Dirjen oleh KTT
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

PERSONEL
2. Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten (TTK)
a) Memiliki syarat :
i. pengalaman ≥ 3 (tiga) tahun dibidangnya;dan
ii. sertifikat kompetensi sesuai bidang pekerjaaan.
b) TTK bertanggung jawab kepada KTT;
d) perencanaan kegiatan teknis meliputi eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi dan pengujian alat pertambangan
(commisioning), penambangan, pengolahan dan/atau
pemurnian, pengangkutan, dan pengelolaan teknis
pascatambang wajib disusun/dirancang oleh TTK.
f) pelaksana kegiatan teknis yang berhubungan dengan survei dan
pemetaan serta pengelolaan peta-peta di bidang eksplorasi dan
penambangan dilakukan oleh juru ukur tambang selaku TTK. 30
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

PERSONEL
e) Juru ukur tambang paling kurang mampu melaksanakan:
i. survei dan pemetaan rencana dan kemajuan kegiatan
eksplorasi, konstruksi, pemasangan Tanda Batas, dan
penambangan;
ii. survei dan pemetaan untuk identifikasi area yang memiliki
potensi bahaya serta pemantauannya; dan
iii. evaluasi, pemutakhiran, dan pengelolaan peta rencana dan
kemajuan kegiatan pertambangan.
f) KTT dan/atau PTL menetapkan TTK yaitu:
– ahli geologi
– ahli penambangan
– ahli pengolahan dan/atau pemurnian
g) memiliki kartu TTK yang disahkan oleh KAIT
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Permen ESDM Kepmen ESDM


UU 4 Tahun 2009 PP 55 Tahun
No. 26 Tahun No. 1827K/30/
• Pasal 95 2010
2018 MEM/2018
• Pasal 141 • Pasal 16 Pelaksanaan Lampiran II
• Pasal 21 Kaidah
Pertambangan Pedoman
• Pasal 35
yang Baik dan Pengelolaan
Pengawasan Teknis
(Pasal 12 & 27) Pertambangan

11
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
Pasal 141 - UU 4 Tahun 2009 Pasal 16 - PP 55 Tahun 2010
(1) Pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan dilakukan terhadap:
a. teknis pertambangan;
b. pemasaran;
c. keuangan;
d. pengelolaan data mineral dan batubara;
e. konservasi sumber daya mineral dan batubara;
f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
g. keselamatan operasi pertambangan;
h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang;
i. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa serta rancang bangun
dalam negeri;
j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan;
m. kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan, yang menyangkut kepentingan
umum;
n. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, IPR, atau IUPK; dan
o. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h,
dan huruf l dilakukan oleh inspektur tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

PP 55 Tahun 2010
❑❑Pasal 21
“(1) Pengawasan teknis pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a
untuk:
a. IUP atau IUPK Eksplorasi dilakukan paling sedikit terhadap:
1. pelaksanaan teknik eksplorasi dan
2. tata cara penghitungan sumber daya dan cadangan
b. IUP atau IUPK Operasi Produksi paling sedikit terhadap:
1. perencanaan dan pelaksanaan konstruksi termasuk pengujian alat
pertambangan (commisioning);
2. perencanaan dan pelaksanaan penambangan;
3. perencanaan dan pelaksanaan pengolahan dan pemurnian; dan
4. perencanaan dan pelaksanaan pengangkutan dan penjualan.
(2) Pengawasan teknis pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh inspektur tambang.”
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
PP 55 Tahun 2010

25
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

PERMEN ESDM 26 Tahun 2018 Pasal 12 & 27

Kewajiban pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP OP, IUPK OP,
dan IUP OPK Olah Murni dalam pelaksanaan aspek teknis pertambangan:
a. Menggunakan metode eksplorasi, penambangan, pengolahan
dan/atau pemurnian sesuai persetujuan RKAB tahunan;
b. Menggunakan tenaga teknis pertambangan yang berkompeten;
c. Menyusun rencana kerja yang transparan, akuntabel, dan rasional;
d. Melaksanakan kegiatan pertambangan yang tuntas dan optimum
sesuai dengan rencana kerja dan memenuhi kelaikan teknis.
e. Melaksanakan pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang
bangun pengembangan dan penerapan teknologi pertambangan (pasal
27)
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
BAGAIMANA TEKNIS PERTAMBANGAN BAGAIMANA JIKA TEKNIS
YANG BAIK ? PERTAMBANGAN TIDAK DILAKSANAKAN
DENGAN BAIK ?
✓ Teknis eksplorasi dilaksanakan dengan
benar dan memadai χ Kesulitan dalam operasional
✓ Cadangan tambang (reserve) ditetapkan χ Tambang tidak efisien, tidak
secara benar
ekonomis
✓ Studi Geoteknik, Hidrogeologi dan
Metalurgi dilaksanakan secara benar χ Produksi tidak lancar
✓ Studi kelayakan disusun secara χ Terjadi kecelakaan/masalah K-3
komprehensif dan didukung data yang χ Terjadi permasalahan lingkungan
memadai
✓ Teknik penambangan direncanakan dan χ Pemborosan bahan galian
dilaksanakan secara baik χ Pascatambang tidak tertangani
✓ Pengolahan dan pemurnian direncanakan dengan baik
dan dilaksanakan secara baik
χ Pemerintah, rakyat dan perusahaan
✓ Pemilihan peralatan tepat
rugi
✓ Pengangkutan yang memadai
✓ Produksi sesuai kapasitas
✓ Program pascatambang direncanakan dan
dilaksanakan secara komprehensif 27
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
Lampiran II Kepmen 1827K/30/MEM/2018
Gambaran Umum
❑ Kegiatan pertambangan dilaksanakan melalui perencanaan teknis yang baik
dalam Dokumen Studi Kelayakan dan RKAB.
❑ Perencanaan pengelolaan teknis pertambangan tahunan dijabarkan dalam
RKAB yang disetujui Pemerintah
❑ Perencanaan pengelolaan teknis pertambangan triwulan dan bulanan
dijabarkan dalam Dokumen Rencana Teknis yang sewaktu-waktu dapat
diperiksa oleh Inspektur Tambang dalam kegiatan
❑ Pelaksanaan pengelolaan teknis pertambangan dilakukan melalui
penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik dan diimplementasikan
dengan tata cara baku pada setiap jenis kegiatan usaha pertambangan.
❑ Kewajiban pengelolaan teknis pertambangan untuk komoditas Mineral Bukan
Logam dan Batuan dibedakan dengan komoditas Mineral Logam dan
Batubara.
❑ Dengan adanya Permen ESDM tentang Pengelolaan Teknis Pertambangan
diharapkan ada acuan norma, standard, pedoman dan kriteria (NSPK) untuk
15

bidang pengawasan teknik pertambangan agar penerapan kaidah teknik


pertambangan yang baik (Good Mining Practice) menjadi lebih terukur.
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

29
MANAJEMEN PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
Planning (perencanaan) adalah proses mendefinisikan tujuan dan
strategi untuk mencapai tujuan itu serta mengembangkan rencana
aktivitas yang akan dilakukan. Perencanaan harus mempertimbangkan
specific, measurable, achievable, realistic dan time.
Organizing (pengorganisasian) adalah proses kegiatan dalam
menyusun tim dan kegiatan dan mengkomunikasikannya agar berjalan
dengan efektif.
Actuating ( pelaksanaan ) adalah suatu tindakan yang mengusahakan
agar semua perencanaan dan tujuan bisa terwujud dengan baik dan
seperti yang diharapkan.
Controlling (pengawasan) adalah Aktivitas manajerial untuk
memastikan hasil kerja sesuai dengan rencana.
Evaluating (evaluasi)
Aktivitas manajerial untuk mengukur pencapaian target dan sasaran dan
menjamin adanya peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
Reporting (pelaporan)
Adalah aktifitas untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
RUANG LINGKUP
PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
(Lampiran II Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018)

1. Eksplorasi
2. Studi kelayakan
3. Konstruksi, dan pengujian alat pertambangan
(commisioning)
4. Pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan
5. Pemasangan tanda batas
6. Penambangan
7. Pengolahan dan/atau pemurnian
8. Pengangkutan, dan
9. Pengelolaan teknis pascatambang
31
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

KEGIATAN PENGELOLAAN TEKNIS


PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

32
PRINSIP PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

KEGIATAN PENGELOLAAN TEKNIS


PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
Perencanaan teknis diperlukan sebagai: pedoman pelaksanaan
kegiatan; upaya mengurangi ketidakpastian; perkiraan terhadap
permasalahan, kemampuan, hambatan dan kegagalan yang mungkin
terjadi; penentuan urutan kegiatan; dan dasar ukuran dalam
pengawasan dan penilaian terhadap pencapaian target.
Pelaksanaan dilakukan mengikuti kaidah dan standar teknis
pertambangan yang baik dan benar, agar operasi tambang berjalan
lancar, efektif, efisien dan menghasilkan manfaat maksimal bagi
perusahaan dan pemangku kepentingan
Evaluasi pada prinsipnya didasarkan pada kesesuaian antara
pelaksanaan dengan perencanaan pengelolaan teknis pertambangan.
Pelaporan pelaksanaan kegiatan adalah bentuk dari ketaatan terhadap
penerapan norma dan peraturan perundang-undangan serta merupakan
bagian dari aspek pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk
mengetahui penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik. 33
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN

EKSPLORASI

34
EKSPLORASI
1. PERENCANAAN
a) Kegiatan Eksplorasi
❑ Wajib dilaksanakan secara terencana dan
sistematis untuk mendapatkan hasil yang akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan
❑ Wajib membuat rencana kerja jangka pendek dan
Panjang dengan penentuan metode, peralatan dan
personil sebagai pertimbangan.
❑ Rencana eksplorasi sekurang2nya memuat :
✓ tujuan;
✓ Tahapan
✓ Lokasi
✓ Metode
✓ Pelaksana
✓ Waktu dan biaya
35
EKSPLORASI
2. PELAKSANAAN
a) Kegiatan Eksplorasi
❑ wajib melakukan penyelidikan umum dan eksplorasi
❑ wajib dilakukan oleh personil yang memiliki kompetensi
dengan menggunakan metode dan peralatan yang
tepat serta sesuai standar
❑ Untuk tambang batubara, pengeboran wajib didukung
dengan logging geofisika. Penyelidikan geofisika
dengan metode in-seam seismic diwajibkan untuk
eksplorasi tambang batubara bawah tanah.
❑ Analisa conto perlu dilengkapi dengan tes pengolahan
dan metalurgi jika dibutuhkan.
❑ Wajib melakukan pengelolaan conto
❑ Untuk menambah tingkat keyakinan geologi dari
sumberdaya dapat dilakukan dengan pengeboran
sisipan yang mengacu pada standar yang berlaku.
❑ Pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya dan cadangan
mineral dan batubara wajib mengacu pada SNI dan
Kode-KCMI. 36
EKSPLORASI

37
EKSPLORASI

38
EKSPLORASI

39
EKSPLORASI

40
EKSPLORASI

Metode Sampling

41
EKSPLORASI
Metode Pengeboran

42
EKSPLORASI

43
EKSPLORASI
3) Estimasi Sumber Daya dan Cadangan
❑ Pemilihan metode estimasi dan standard
❑ Orang yang kompeten (competent person) dan kaidah pelaporan eksplorasi

44
EKSPLORASI

45
PELAPORAN
➢ SNI 5015:2011 Pedoman pelaporan Sumberdaya dan Cadangan Batubara
➢ SNI 4726:2011 Pedoman pelaporan Sumberdaya dan Cadangan
…2.1 Teknis Eksplorasi
Mineral

46
…2.1 Teknis Eksplorasi

47
EKSPLORASI

EVALUASI
❑ difokuskan pada kesesuaian lokasi, tahapan
pelaksanaan, metode, peralatan, personil
pelaksana, standar teknis, waktu pelaksanaan dan
pencapaian target.
❑ kegiatan eksplorasi rencana tambang batubara
salah satunya dengan pemenuhan kewajiban
penggunaan logging geofisika pada setiap lubang
pengeboran eksplorasi. Sedangkan untuk rencana
tambang batubara bawah tanah evaluasi
penerapan kaidah teknik pertambangan dalam
penyelidikan geofisika adalah dengan menerapkan
in-seam seismic.
48
EKSPLORASI

❑ pada kegiatan pengeboran sisipan (infill drilling)


dalam rangka menambah tingkat keyakinan
geologi dari sumberdaya hanya dapat dilakukan
apabila telah memenuhi standar teknis dengan
memperhatikan kondisi geologi yang meliputi
litologi dan struktur geologi.
❑ dalam pelaporan hasil kegiatan eksplorasi,
estimasi sumberdaya dan estimasi cadangan
mineral dan batubara apabila memenuhi prinsip
dasar: transparansi, materialiti dan kompetensi
yang mengacu pada Standard Nasional
Indonesia (SNI) dan Kode - Komite Cadangan
Mineral Indonesia (Kode-KCMI).

49
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI
Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan

Perencanaan Berlaku sama


Disusun pemegang IUP/IUPK
Sesuai dengan perizinan
eksplorasi
Pelaksanaan
Eksplorasi pendahuluan Survei tinjau (pendataan
Studi pustaka singkapan & pengambilan
Survey tinjau conto dengan skala peta
resolusi spasial dan spektral > 7 menyesuaian luas WIUP);
m dan 5 saluran (band) dan usia skala paling kurang
data <5 th. Min. Skala 1:50.000 1 : 500 WIUP < 1 Ha,
Prospeksi 1 : 1.000 WIUP > 1 Ha,
Min. Skala 1:25.000 1 : 5.000 WIUP > 200 Ha.
Eksplorasi rinci
Teknik Eksplorasi Berlaku sama
Survey Eksplorasi
Estimasi Sumberdaya 50
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI

Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan


Teknik Eksplorasi
a. Pemetaan geologi data • Kuari batugamping untuk
aktual lapangan bukan industri semen dan/atau
hasil perbesaran peta Dolomit harus penyelidikan
geologi regional. geofisika;
b. Penyelidikan geofisika
dilengkapi interpretasi data; • Pengeboran terbatas untuk
Tambang batubara bawah kebutuhan tertentu
tanah dan highwall mining
melakukan penyelidikan
geofisika.
c. Penyelidikan geokimia.
d. Parit uji
Tinggi : Lebar = 2 : 3,
Panjang<10 m
L. bawah : L. atas = 3 : 4
Kedalaman < 3 m
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI
Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan
e. Sumur uji • Pengeboran terbatas untuk
Ø > 1 m dan kedalaman kebutuhan tertentu
sesuai standar keselamatan.
f. Pengeboran eksplorasi batubara
didukung dengan logging geofisika,
full coring dimanfaatkan untuk
penyelidikan geoteknik dan
hidrogeologi.
g. Pemercontohan
mempertimbangkan: tipe endapan,
jenis komoditas, metode, lokasi
pengambilan, waktu pengambilan ,
dan/atau keterwakilan distribusi
contoh terhadap luas daerah dan
kondisi endapan yang dilakukan.
h. Pengelolaan conto
preparasi conto; dokumentasi
conto; deskripsi conto; dan
penyimpanan conto.
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI

Mineral Bukan Logam dan


Mineral Logam dan Batubara
Batuan
i. Analisis conto • Pengeboran terbatas untuk
Lab terakreditasi, kebutuhan tertentu
analisa unsur utama dan penyerta
Conto dianalisi oleh pihak
tertentu tujuan Penelitian, hasil
penelitian disampaikan kepada
Menteri melalui Dirjen/Gub
Pengambilan conto untuk
penelitian harus
mendapatkan Izin KTT,
KTT melaporkan kepada
KaIT
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI
Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan
Survey Eksplorasi
a. Pemetaan topografi pemetaan topografi menggunakan
Pemetaan topografi harus metode terestris dengan skala
diikatkan ke Jaring Kontrol paling kurang:
Horizontal Nasional (JKHN). 1 : 500 WIUP < 1 Ha,
Pemetaan topografi harus 1 : 1.000 WIUP > 1 Ha,
dilakukan dengan metode 1 : 5.000 WIUP > 200 Ha
terestris (ground survey) dan
skala pemetaan minimal
1 : 2.000.
Survey terestris (ground survey)
Non Metode survei terestris,
akurasi elevasi <1 m
b. Survey titik bor
Titik bor yang telah selesai
dilakukan pengeboran harus
diukur posisinya dengan
menggunakan metode survei
terestris (ground survey).
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI

Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan


Estima si Sumberdaya
a. Pengelolaan data hasil Estimasi sumber daya dapat
eksplorasi dalam satu sistem dilakukan dengan metode
basis data, divalidasi terlebih konvensional berdasarkan luasan
dahulu oleh TTK. area prospek.
b. Estimasi sumber daya mengacu :
❑ SNI 5015:2011 dan
perubahannya,
❑ SNI 4726:2011 dan
perubahannya;
c. Estimasi dilakukan oleh
Orang yang Berkompeten
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI

Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pernyataan Sumber Daya dan


Cadangan Mineral dan batubara
a. Rekonsiliasi sumberdaya dan Tidak berlaku sama
cadangan Selesai Bulan Juli,
b. Sebelum 15 Agustus,
kepada Menteri melalui
Dirjen/Gubernur
Pencatatan di bursa saham (listing) berlaku sama
a. Disampaikan kepada Dirjen
atas nama Menteri
b. Tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap pernyataan
sumberdaya dan cadangan ada
pada Competent Person dan
Pemegang IUP.
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
STUDI KELAYAKAN

57
STUDI KELAYAKAN
a) Perencanaan
1) wajib melakukan kajian kelayakan tekno-ekonomi sebagai
bagian dari laporan studi kelayakan untuk mendapatkan
jumlah cadangan yang menjadi salah satu syarat peningkatan
ke tahap Operasi Produksi dengan mengacu kepada laporan
eksplorasi lengkap yang telah disetujui pemerintah
2) Selain sebagai syarat peningkatan tahapan dari eksplorasi ke
tahap operasi produksi, kajian kelayakan tekno-ekonomi wajib
dilakukan antara lain dalam rangka:
✓ perubahan dan/atau penambahan lokasi penambangan
✓ perubahan urutan penambangan yang merubah rona akhir;
✓ perubahan umur tambang
✓ perubahan sistem dan/atau metode penambangan;
✓ perubahan metode pengolahan dan pemurnian;
✓ peningkatan kapasitas produksi;dan/atau
✓ penambahan infrastruktur
3) wajib dilakukan oleh personil yang memiliki kompetensi
dengan menggunakan metodologi yang tepat dan didukung
oleh data-data yang akurat dan sesuai standar. 58
STUDI KELAYAKAN
b) Pelaksanaan
Dilakukan dengan pembuatan kajian tekno-ekonomi yang
dilakukan oleh personil yang memiliki kompetensi dengan
menggunakan metodologi yang tepat dan didukung oleh
data-data yang akurat dan sesuai standar
kajian kelayakan teknis dalam studi kelayakan paling kurang
terdiri atas:
• Keadaan umum, yaitu : peta, akses, iklim, dll
• Geologi dan keadaan endapan
• Sumberdaya dan cadangan
• Kajian geoteknik tambang
• Infrastruktur yang telah tersedia
• Kajian hidrologi dan hidrogeologi
• Kajian air asam tambang
• Perencanaan tambang
• Perencanaan pengolahan dan/atau pemurnian
• Perencanaan pengangkutan dan penumpukan
• Kajian risiko
59
STUDI KELAYAKAN
c) Evaluasi
apabila dalam pelaksanaan kajian tekno-ekonomi
yang meliputi:
• geologi dan keadaan endapan;
• sumberdaya dan cadangan;
• geoteknik tambang;
• hidrologi dan hidrogeologi;
• perencanaan tambang;
• perencanaan pengolahan dan pemurnian;
• perencanaan pengangkutan dan penimbunan
komoditas tambang
telah dilakukan oleh personil yang kompeten
dengan metodologi yang tepat serta didukung
oleh data-data akurat dan sesuai standar.
60
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI
Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan
Ketentuan Umum
❑ Studi Kelayakan mengacu laporan Berlaku sama
lengkap eksplorasi.
❑ Eksplorasi telah mencapai 70%
dari total luasan WIUP/ WIUPK
atau seluruh area prospek dengan
klasifikasi minimal sumber daya
terunjuk dan/atau terukur.
PERBANDINGAN ANTAR KOMODITI
Mineral Logam dan Batubara Mineral Bukan Logam dan Batuan
kajian kelayakan teknis dalam studi Dapat melakukan kajian air asam
kelayakan paling kurang terdiri atas: tambang jika terdapat PAF
❑ Keadaan umum, yaitu : peta,
akses, iklim, dll
❑ Geologi dan keadaan endapan
❑ Sumberdaya dan cadangan
❑ Kajian geoteknik tambang
❑ Infrastruktur yang telah tersedia
❑ Kajian hidrologi dan hidrogeologi
❑ Kajian air asam tambang
❑ Perencanaan tambang
❑ Perencanaan pengolahan
dan/atau pemurnian
❑ Perencanaan pengangkutan dan
penumpukan
❑ Kajian risiko
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
1. Sarana Prasarana
a. Konstruksi sarana dan prasarana pertambangan
mempertimbangkan sekurang-kurangnya:
❑ daya dukung tanah;
❑ faktor kegempaan;
❑ tidak berada di area yang terdapat sumber daya
dan/atau cadangan mineral dan batubara; dan
❑ berada dalam wilayah izin usaha pertambangan atau
wilayah proyek

b. Konstruksi Sarana dan Prasarana yang berada di area yang


terdapat Sumberdaya mineral dan batubara menyampaikan
kajian teknis ke KaIT 1 bulan sebelum konstruksi;

c. Isi Kajian Teknis : Alasan Pemilihan lokasi konstruksi, luasan,


jumlah dan keterdapatan sumber daya, jenis dan umur
sarana dan prasarana dan sensitivitas harga komoditas
barang 64
KONSTRUKSI

2. Perencanaan
❑ harus sesuai dengan dokumen studi kelayakan yang
sudah disetujui.
❑ Pelaksanaan konstruksi harus terlebih dahulu dilakukan
pemasangan tanda batas WIUP atau WIUPK.
❑ Rencana pembangunan fasilitas pertambangan harus
dilengkapi dengan jadwal pembangunan. Dalam
perencanaan pembangunan wajib membuat detail
engineering design (DED) dari fasilitas pertambangan yang
akan dibangun.
❑ Desain perencanaan pembangunan harus dirancang oleh
orang yang kompeten dan dituangkan dalam satu dokumen
perencanaan
❑ Perencanaan commissioning meliputi personil yang akan
melakukan, parameter dan kriteria, serta standar pengujian

65
KONSTRUKSI

3. Pelaksanaan
❑ Dalam hal terjadi perubahan pada pelaksanaan
kegiatan konstruksi yang tidak sesuai dengan
dokumen studi kelayakan, maka wajib melaporkan
kepada Kepala Inspektur Tambang untuk
mendapatkan persetujuan.
❑ Disebut laik teknis ≈ 70% dari kapasitas terpasang.
Jika kurang dari 70% → laporan khusus upaya
pemenuhan kelaikan teknis
❑ Setelah melakukan kegiatan konstruksi wajib
dilakukan commisioning dalam rangka kesiapan dan
kelaikan operasi fasilitas pertambangan
❑ Dalam hal penggunaan metode baru,
peralatan/teknologi baru tersebut wajib dilakukan
pengujian.

66
KONSTRUKSI

4. Evaluasi
❑ Evaluasi penerapan kaidah teknik pertambangan dalam
kegiatan konstruksi apabila pelaksanaan kegiatan konstruksi
meliputi: fasilitas penambangan, fasilitas pengolahan dan
pemurnian, sarana penunjang sesuai dengan perencanaan
dan mengacu pada standar konstruksi serta dilaksanakan
oleh personil yang kompeten.

❑ Evaluasi penerapan kaidah teknik pertambangan dalam


kegiatan commissioning apabila dalam pelaksanaannya
dilakukan oleh personil yang kompeten, adanya parameter
dan kriteria keberhasilan, serta standar pengujian yang akan
digunakan. Kriteria keberhasilan commissioning aspek teknis
pertambangan apabila kapasitas harian terpasang telah
mencapai 70% dari acuan pada dokumen perencanaan.

68
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI, KEMAMPUAN REKAYASA,
RANCANG BANGUN, PENGEMBANGAN, DAN
PENERAPAN TEKNOLOGI PERTAMBANGAN
PEMANFAATAN TEKNOLOGI

❑ Penggunaan teknologi baru harus melalui kajian


teknis (90 hari sebelumnya).
❑ Kajian teknis :
✓ latar belakang pemilihan teknologi;
✓ jenis dan spesifikasi peralatan;
✓ pertimbangan kesesuaian teknologi dengan
karakteristik pertambangan Indonesia;
✓ analisis risiko;
✓ tingkat produktivitas atau efisiensi yang
ditawarkan; dan
✓ kriteria keberhasilan penerapan teknologi.
❑ Penggunaan dan uji coba teknologi baru melalui
persetujuan Dirjen Minerba yang terdapat dalam
Dokumen RKAB Tahunan
70
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
PEMASANGAN TANDA BATAS
WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN
PELAKSANAAN TEKNIS PERTAMBANGAN

Pemasangan Tanda Batas


PEMASANGAN TANDA BATAS WUP
Pasal 14 - PERMEN ESDM NO. 25/2018
(1) Pemegang IUP OP dan IUPK OP wajib memasang TB paling
lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya IUP OP atau IUPK
OP.
(2) Kewajiban pemasangan TB hanya berlaku bagi IUP OP atau
IUPK OP dengan luas WIUP OP atau WIUPK OP lebih dari 10
(sepuluh) hektar yang:
a. WIUP OP atau WIUPK OPnya berhimpit/berbatasan
langsung dengan WIUP, WIUPK, wilayah KK, atau wilayah
PKP2B lainnya; atau
b. Lokasi kegiatan penambangan dan penimbunannya
berdekatan dengan batas WIUP OP atau WIUPK OPnya.
(3) Pengukuran dan pemasangan TB wajib terintegrasi ke dalam
Sistem Referensi Geospasial yang ditetapkan oleh instansi
pemerintah di bidang survey dan pemetaan.
PEMASANGAN TANDA BATAS WUP

PERBANDINGAN PERATURAN PEMASANGAN TANDA BATAS


PEMASANGAN TANDA BATAS WUP

PERBANDINGAN PERATURAN PEMASANGAN TANDA BATAS


PEMASANGAN TANDA BATAS WUP

PERBANDINGAN PERATURAN PEMASANGAN TANDA BATAS


Pengawasan Pengukuran dan Pemasangan Tanda Batas Wilayah
Izin Usaha Pertambangan

Pemasangan Tanda Batas oleh pemegang IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi
Produksi dilakukan hanya wajib bagi IUP/KK/PKP2B yang Luasnya >10 Ha, dan
berimpit dan/atau kegiatan penambangan atau penimbunan dekat dengan batas
WIUP.

9 10

7 8

12 11

Jumlah Tanda Batas:


0°22'0"S

5 6 14 13

DEF
21 Tanda Batas Sudut
3 4

MNO GHI
1 Tanda Batas Referensi
DJMB
ABC 8 Tanda Batas Perapatan
1 1A 1B 1C 1D 1E 1F 1G 1H 2 16 15
' ' ' ' ' ' ' '
0°24'0"S

18 17

20 19 PQR JKL
22

21

115°46'0"E 115°48'0"E 115°50'0"E 115°52'0"E


IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
KEGIATAN PENAMBANGAN

78
KEGIATAN PENAMBANGAN
1. Perencanaan
❑ penambangan wajib mengacu kepada dokumen studi
kelayakan, dokumen lingkungan dan rencana pascatambang
yang telah disetujui sebagai rencana jangka panjang
❑ wajib dilakukan oleh personil yang kompeten dan didukung
oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai.
❑ Rencana penambangan dan rencana kerja teknis
penambangan paling kurang memuat:
✓ Letak dan geometri cadangan
✓ sistem dan tata cara penambangan
✓ Urutan penambangan dan penimbunan
✓ Metode pemberaian
✓ Metode pengangkutan
✓ Rencana produksi : tonage, COG, SR, umur, dll;
✓ Urutan penumpukan komoditas
✓ sistem pengelolaan air tambang;
✓ sistem pengelolaan geoteknik;
✓ jenis, jumlah dan kapasitas peralatan; 79
KEGIATAN PENAMBANGAN

80
KEGIATAN PENAMBANGAN

2. Pelaksanaan
a. Tambang Terbuka
1) Mineral dan Batubara
a) Pembersihan Lahan (Land Clearing)
penebangan tanaman diameter >20 cm dan/ atau
ketinggian tanaman melebihi tinggi alat yang
digunakan.
b) Penanganan Tanah Pucuk
Untuk pemanfaatan dilakukan pendataan ketersedian dan
kebutuhan setiap tahun
c) Pemberaian Batuan
▪ pengeboran dan peledakan, dibuat kajian teknis
▪ jarak aman peledakan bagi alat dan fasilitas
pertambangan 300 meter serta bagi manusia 500 meter
d) Pengupasan Batuan Penutup
▪ Rencana harian & mingguan
▪ Area kerja minimal 7 hari produksi
e) Pengupasan Material lumpur
menyediakan landasan yang kuat untuk unit yang bekerja
81
KEGIATAN PENAMBANGAN
2. Pelaksanaan
a. Tambang Terbuka
1) Mineral dan Batubara (lanjutan)
f) Out pit Dump
tidak diatas sumber daya dan/atau cadangan
g) In Pit Dump
jarak antara kaki timbunan batuan penutup dengan area
kerja aktif >3 kali tinggi total timbunan
h) Penimbunan Material Lumpur
Tinggi fasilitas penampung tidak lebih tinggi dari diameter
roda
i) Penggunaan Tanggul Laut (Sea dyke)
rencana tata ruang wilayah dan kajian teknis
j) Pengalihan Sungai
mendapatkan persetujuan prinsip dari instansi yang
berwenang dan kajian teknis
k) Pengalihan Jalan Umum
Mempertimbangkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dari instansi terkait dan menyusun kajian teknis.
82
KEGIATAN PENAMBANGAN
2. Pelaksanaan
a. Tambang Terbuka
1) Mineral dan Batubara (lanjutan)
l) Penambangan Bersama Perbatasan WIUP
berbatasan langsung dan tidak dipisahkan koridor
j) Penempatan Batuan Penurup di Luar WIUP
Mematuhi ketentuan peraturan perundang- undangan
k) Penggalian Mineral dan Batubara
▪ Rencana kerja teknis: rencana harian & mingguan
▪ Luasan kerja minimal 7 hari produksi
l) Lereng Penambangan
Menghitung faktor keamanan
m) Lereng Akhir Penambangan
sesuai dengan dokumen studi kelayakan
n) Pengelolaan Air Tambang
fasilitas penampungan air tambang, serta fasilitas
pengendapan >1,25 kali Volume air tambang pada
curah hujan tertinggi selama 84 jam
83
KEGIATAN PENAMBANGAN

2. Pelaksanaan
a. Tambang Terbuka
1) Mineral dan Batubara (lanjutan)
o) Penumpukan Mineral dan Batubara
▪ Tidak diatas cadangan
▪ Tanggul pembatas
▪ Kapasitas minimal 3 hari produksi
p) Jalan Pertambangan
▪ lebar jalan :
✓ Dua arah & jembatan: 3,5 kali alat terbesar
✓ Satu arah & jembatan: 2 kali alat terbesar
▪ Grade maximum 12%
▪ Sudut pertigaan >70⁰

84
KEGIATAN PENAMBANGAN
2. Pelaksanaan
a. Tambang Terbuka
2) Mineral bukan logam dan batuan
a) Penambangan dengan kawat gergaji
▪ besaran blok disesuaikan dengan rencana kerja teknis
penambangan
▪ pemotongan batuan dengan kawat gergaji
memperhatikan kekar dari batuan

b) Tambang Semprot
▪ fasilitas penampungan air kerja mampu menampung
jumlah air hujan terbesar serta ditambah 10%
▪ daya dukung untuk lokasi dan konstruksi sakhan (sluice
box) mampu menahan beban dinamis terbesar dalam
operasional
▪ jarak efektif pemuka kerja ke fasilitas penampungan
slurry tidak boleh lebih dari 40 (empat puluh) meter

85
KEGIATAN PENAMBANGAN

❑ Tambang Terbuka Ekstraksi Media Cair


(Tambang Semprot, Kapal Keruk dan Kapal
Isap)
kegiatan penambangan harus meliputi:
➢Penempatan instalasi (monitor dan pompa)
➢melaksanakan pembuatan kolong kerja
➢melaksanakan penggalian dengan pola dan
sistem penggalian
➢melaksanakan proses pencucian hasil galian
➢melaksanakan perawatan/ maintenance
terhadap peralatan
➢melaksanakan penyimpanan dan pengiriman
produk akhir tambang (konsentrat)
86
KEGIATAN PENAMBANGAN

1) Pengelolaan Tambang Semprot

2) Pengelolaan Kapal Keruk

87
…2.5 Tambang Semprot dan Kapal Keruk

88
Kapal Keruk
…2.5 Tambang Semprot dan Kapal Keruk

89
KEGIATAN PENAMBANGAN
b. Tambang Bawah Tanah
❑ harus mengupayakan recovery penambangan yang
maksimal
❑ Dalam kegiatan pembuatan bukaan tambang wajib
membuat minimal dua akses dan melakukan
penyanggaan pada lubang bukaan development dan
area produksi sesuai dengan Sistem Manajemen
Geoteknik
❑ Pelaksanaan pemantauan ventilasi udara dalam
tambang, pemantauan sistem penyaliran dan kualitas
air tambang harus sesuai dengan rencana dan
melakukan dokumentasi terhadap hasil pemantauan
kestabilan, ventilasi dan penyaliran air tambang
❑ Setiap tambang bawah tanah harus memiliki fasilitas
pemeliharaan peralatan di permukaan atau bawah
tanah. 90
KEGIATAN PENAMBANGAN
b. Tambang Bawah Tanah (lanjutan)
❑ Pembuatan Jalan Masuk
✓ Lokasi jalan masuk pada massa batuan yang
kuat, kompak, dan mampu menahan beban alami;
✓ Dimensi jalan masuk lebar >2m dan tinggi >2,5m
✓ Dimensi jalan masuk untuk peralatan lebar >
(lebar alat +(2x60 cm)) dan tinggi > (tinggi alat+60
cm)
✓ Dalam kegiatan pembuatan bukaan tambang wajib
membuat minimal dua akses

❑ Penyanggaan
✓ Penetapan Jenis dan tipe serta minimum jumlah
penyangga harus berdasarkan hasil kajian teknis
✓ Pengambilan penyangga alami (pillar robbing) maka
melakukan kajian teknis 91
KEGIATAN PENAMBANGAN

Jenis Lubang Bukaan

Sumber : medellin.unal.edu.co
JENIS PENYANGGAAN
1. Penyangga Alamiah (Natural Support )
• Natural Support dapat digolongkan kedalam penyangga sementara
dikarenakan dalam penyanggaan, penyangga yang dipakai berupa
ore, low grade ore, barren rock ataupun batubara yang ditinggalkan
dalam bentuk pillar.
• Sistem penyangga sementara yang direncanakan dapat menahan
seluruh massa batuan sampai penyangga permanen dipasang, atau
pillar-pillar (ore/batubara) yang digunakan sebagai penyangga itu
sendiri akan ditambang dan tidak perlu dipasang penyangga
permanen.
2. Penyangga Buatan (Artificial Support)
• Artificial Support merupakan penyangga buatan dimana material
untuk penyangga dibuat sesuai dengan bentuk, susunan dan cara
pemasangan tergantung dari kebutuhan.
• Beberapa jenis artificial support yang sering dijumpai didalam suatu
sistem penyanggaan, seperti penyangga kayu, besi baja, baut batuan.

93
PENYANGGA ALAMIAH

1.1 Rib Pillar; merupakan penyangga pillar dimana


dimensi panjangnya jauh lebih besar dari pada
dimensi lebarnya. Sering digunakan pada
tambang batubara.
1.2 Regularly pillars ; merupakan penyangga pillar
yang memiliki dimensi yang teratur (pada
tambang bijih dan batubara)

ESDM UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT -


94
PPSDM GEOMINERBA
RIB PILLAR

ESDM UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT -


95
PPSDM GEOMINERBA
REGULARLY PILLAR

ESDM UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT -


96
PPSDM GEOMINERBA
PENYANGGA BUATAN
Secara umum jenis penyangga buatan dibedakan
menjadi :
2.1 Penyangga pasif
Bersifat mendukung / menahan batuan yang
akan runtuh dan tidak melakukan reaksi langsung
terhadap beban yang diterima (rigid).
2.2 Penyangga aktif
Bersifat melakukan reaksi langsung (yield) dan
memperkuat batuan tersebut secara langsung
(reinforcement).

97
PENYANGGA PASIF
Penyangga pasif yang umum digunakan adalah :
a. Penyangga kayu
b. Penyangga besi/baja
c. Penyangga beton
d. Penyangga hidrolik (HP dan PRS)
e. Penyangga campuran
Selain penyanggaan di atas dikenal pula penyanggaan
dengan menggunakan pengisian pada stope, yaitu :
f. Penyangga dengan filling material
g Penyangga dengan broken ore
ESDM UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT -
98
PPSDM GEOMINERBA
PENYANGGA AKTIF
BAUT BATUAN
a. Baut batuan dengan cara pengikatan mekanis
(slot bolt & wedge bolt dan expansion shell
anchor).
b. Baut batuan dengan cara pengikatan yang
menggunakan zat kimia (Grouted bolt)
c. Baut batuan dengan cara pengikatan geser,
(split set dan swellex)
d. Kabel batuan (flexirope)

99
PENYANGGA AKTIF

wedge bolt

split set

Grouted bolt

Kabel 100
batuan
KEGIATAN PENAMBANGAN
b. Tambang Bawah Tanah (lanjutan)
❑ Ventilasi
✓ Daya dukung lokasi penempatan kipas angin utama (main
fan) bisa menahan beban statis rumah kipas angin
✓ Terowongan untuk jalan utama udara masuk & keluar pada
lokasi massa batuan yang kuat dan kompak/
perkuatan dengan konstruksi permanen.
✓ Kapasitas fan adalah kebutuhan max + 15%.

101
KEGIATAN PENAMBANGAN
Fokus Objek Inspeksi
Aspek Teknis Pertambangan Tambang Bawah Tanah

1) Ventilasi

2) Gas dan Debu Tambang

3) Penyanggaan
103
KEGIATAN PENAMBANGAN

b. Tambang Bawah Tanah (lanjutan)


❑ Pengelolaan Air Tambang Bawah Tanah
Memetakan batuan pembawa air dan lubang bukaan
tidak memotong lapisan batuan pembawa air dan/atau
cebakan air kecuali telah dilakukan upaya penirisan atau
pengalihan aliran air dari lapisan dan/atau cebakan
tersebut.
❑ Pengelolaan Lumpur (Wet muck)
✓ Tenaga teknis Pertambangan yang Berkompeten
mentukan jumlah lumpur basah yang dapat
ditarik dan komposisi pencampuran lumpur basah
pada ore pass dan
✓ Dilakukan pengawasan langsung

104
Kandungan gas oksigen  19,5%
Kandungan methan < 0,25%

Kandungan gas karbon dioksida


Suhu udara 18O - 24 O C
 0,5%
Kelembaban relatif max. 85%

KETENTUAN & STANDAR VENTILASI


(SESUAI KEPMEN PE NO. 555.K./1995

Kandungan gas karbon monoksida Kecepatan udara ventilasi


 0,005%  7 m/menit (0,12 m/dt)

Volume udara bersih  2m3/menit/orang + dilarang menerapkan


3 m3/menit untuk setiap tenaga kuda operasi mesin sistem sirkulasi balik udara
PENAMBANGAN METODE LONGWALL MINING
b. Tambang Bawah Tanah (lanjutan)
(1) dalam hal menerapkan metode longwall mining memper-
timbangkan beberapa hal sebagai berikut:
(a) lapisan batubara memiliki kemiringan yang relatif mendatar
(<12º) (kurang dari dua belas derajat) dan ketebalan yang
relatif seragam;
(b) kondisi batuan atap (immediate roof) mudah hancur dan
runtuh saat mendapat tekanan atap;
(c) perkiraan area ambrukan yang terjadi dengan
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya subsidence
pada permukaan;
(d) penetapan tambang bawah tanah dengan metode retreating
longwall mining atau advancing longwall mining berdasarkan
kajian teknis;
(e) lebar panel permuka kerja (coal face) disesuaikan dengan
kondisi massa batuan supaya ambrukan dapat terjadi secara
bertahap dan terkontrol;
(f) dimensi penyangga alami (barrier/chain pillar) diantara panel
kerja;
PENAMBANGAN METODE LONGWALL MINING

b. Tambang Bawah Tanah (lanjutan)


(g) spesifikasi teknis power roof support, drum shearer, plough, dan
armoured face conveyor yang digunakan;
(h) daya dukung dasar permuka kerja mampu menahan beban unit dan
massa batuan yang berada di atasnya;

(2) spesifikasi teknis power roof support menggunakan water-based


hydraulic system dan paling kurang mampu menahan beban dari total
massa batuan yang ada diatasnya dan total massa batuan samping
yang belum runtuh;
(3) dalam hal kemiringan lapisan batubara lebih dari 12º (dua belas derajat)
maka arah penggalian dapat menggunakan apparent dip dengan tetap
mempertimbangkan kestabilan panel;
(4) dalam hal metode longwall mining dilakukan dengan non-fully
mechanized maka dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 huruf a dan huruf g;
PENAMBANGAN METODE LONGWALL MINING

KepMen 1827 K/30/MEM/ 2018


(5) Kepala Teknik Tambang menetapkan standar luasan
maksimal area bekas penggalian yang diruntuhkan
berdasarkan hasil kajian teknis;
(6) kajian teknis disampaikan dalam laporan khusus kepada
Kepala Inspektur Tambang;
(7) dalam hal luasan maksimal area bekas penggalian yang
diruntuhkan telah tercapai maka penggalian dihentikan dan
melakukan upaya untuk meruntuhkan area tesebut;
(8) dilakukan upaya teknis untuk mengurangi konsentrasi gas
berbahaya yang terjadi pada area ambrukan (gob/goaf
area);
(9) Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku
penambangan bawah tanah dengan metode longwall
mining;
PENAMBANGAN METODE LONGWALL MINING

MAIN GATE

PANEL

TAIL GATE
PENAMBANGAN METODE LONGWALL MINING
PENAMBANGAN METODE LONGWALL MINING
Kebijakan Pengembangan Tambang Bawah Tanah
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan
Pasal 38 Ayat (4)
Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola
pertambangan terbuka.
2. Peraturan Presiden Nomor 28 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung
Untuk Penambangan Bawah Tanah
Pasal 2
(1) Di dalam kawasan hutan lindung dapat dilakukan kegiatan penambangan
dengan metode penambangan bawah tanah.
(2) Penggunaan kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan bawah
tanah di lakukan tanpa mengubah peruntukan dan fungsi pokok kawasan
hutan lindung.
Pasal 10
Pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan lindung dilarang melakukan
kegiatan penambangan bawah tanah yang mengakibatkan:
a. terjadinya amblesan (subsidence) permukaan tanah; atau
b. berubahnya fungsi pokok hutan lindung secara permanen.

112
Amblesan Permukaan

113
Amblesan Permukaan

114
Amblesan Permukaan

KepMen 1827 K/30/MEM/ 2018


1) Dalam melakukan penambangan bawah tanah, Kepala
Teknik Tambang menyampaikan kajian teknis amblesan
permukaaan kepada Kepala Inspektur Tambang yang
paling kurang memuat:
• daerah pengaruh (influence area)
• keterdapatan sumber air permukaan dan air tanah
• struktur geologi lokal;
• geometri dan dimensi bijih atau batubara
• kedalaman minimal rencana bukaan untuk produksi
• rekomendasi sistem penyanggaan
• rancangan tambang bawah tanah
115
Amblesan Permukaan

KepMen 1827 K/30/MEM/ 2018


2) Daerah pengaruh paling kurang 55⁰ dari garis vertikal
bagian terluar area produksi.
3) Dilarang melakukan penambangan bawah tanah dengan
metode penambangan ambrukan (caving) dan/atau
longwall mining yang di atasnya merupakan daerah
pengaruh yang terdapat infrastruktur, pemukiman, lahan
pertanian, situs bersejarah dan tempat yang dikeramatkan,
sungai serta danau, dan sejenisnya;
4) Kedalaman minimal rencana bukaan tambang bawah
tanah untuk produksi dari permukaan sekurang-kurangnya
200 (dua ratus) meter atau berdasarkan kajian teknis;
5) KTT menetapkan tata cara baku surface subsidence dan
hasil pengawasannya disampaikan setiap 6 (enam) bulan
kepada Kepala Inspektur Tambang
116
KEGIATAN PENAMBANGAN
3. EVALUASI …2.5 Tambang Semprot dan Kapal Keruk

Evaluasi penerapan kaidah teknik pertambangan pada


kegiatan penambangan didasarkan pada kesesuaian
antara pelaksanaan dengan perencanaan yang
mengacu pada dokumen RKAB dan Studi Kelayakan,
meliputi: kesesuaian lokasi, tahapan pelaksanaan,
metode, peralatan, personil pelaksana, standar
teknis, waktu pelaksanaan dan pencapaian target
dalam rangka mencapai produktivitas optimal.

117
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN/
PEMURNIAN

118
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

1. PERENCANAAN
wajib memuat hal-hal sebagai berikut:
❑ Studi/percobaan pengolahan dan pemurnian;
❑ Tata cara pengolahan dan pemurnian;
❑ Recovery pengolahan dan pemurnian;
❑ Rencana produksi;
❑ Peralatan pengolahan dan pemurnian;
❑ Produk pengolahan dan pemurnian;
❑ Penanganan sisa hasil pengolahan dan
pemurnian; dan
❑ Pemanfaatan mineral ikutan, untuk komoditas
tambang mineral logam.
❑ wajib dilakukan oleh personil yang kompeten
atau konsultan yang mempunyai IUJP
119
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

2. PELAKSANAAN
❑ wajib dilakukan oleh personil yang kompeten
❑ Pengolahan batubara secara umum dilakukan
dengan cara: peremukan batubara (coal
crushing) dan pencucian batubara (coal
washing)
❑ Pengolahan dan pemurnian mineral secara
umum dilakukan dengan cara:
❑ Pengecilan ukuran (size reduction)
❑ Pengkayaan kadar (concentrating)
❑ Pengambilan logam berharga dari mineralnya
(extracting)
❑ Pemurnian (refining)

120
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

EKSTRAKSI LOGAM

121
KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
3. EVALUASI
Evaluasi penerapan kaidah teknik pertambangan pada
kegiatan pengolahan dan pemurnian didasarkan pada
kesesuaian antara pelaksanaan dengan
perencanaan yang mengacu pada dokumen RKAB
dan Studi Kelayakan yang meliputi: tata cara, produksi,
recovery, peralatan dan metode, produk, personil
pelaksana dan pencapaian target dalam rangka
mencapai produktivitas optimal.

122
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
KEGIATAN PENGANGKUTAN

123
KEGIATAN PENGANGKUTAN
1. PERENCANAAN
Rencana kerja teknis pengangkutan paling kurang memuat:
a) sistem pengangkutan
sistem pengangkutan paling kurang memuat metode dan
pertimbangan penetapan jenis pengangkutan.
b) kapasitas pengangkutan
kapasitas pengangkutan paling kurang memuat target
pengangkutan, jenis material dan kapasitas angkut.
c) jalur dan jarak pengangkutan
jalur dan jarak pengangkutan paling kurang dimensi, peta
jalur, lokasi, dan jarak angkut.
d) daya dukung jalur pengangkutan
daya dukung jalur pengangkutan paling kurang terdiri atas
sifat fisik dan mekanik tanah/litologi, jenis, dan profil
perkerasan serta kekuatan jalur angkut.
e) peralatan pengangkutan
peralatan pengangkutan paling kurang memuat jenis,
jumlah, kapasitas, dan unjuk kerja peralatan. 124
KEGIATAN PENGANGKUTAN
1. PERENCANAAN
......lanjutan
f) Perawatan dan pemeliharaan jalan tambang/produksi
pemeliharaan dan perawatan jalur angkut paling kurang
memuat jadwal pemeliharaan dan perawatan rutin,
dan/atau perkerasan jalan.
g) unjuk kerja peralatan
unjuk kerja peralatan paling kurang terdiri atas kesediaan
fisik atau physical availability (PA), kesediaan mekanik atau
mechanical availability (MA), utilization of availability (UA),
effective utilization (EU), dan produktivitas.
MA= W/(W+R)×100% UA= (W+S)/(W+S+R)×100%
PA= W/(W+S)×100% EU= W/(W+S+R)×100%
= PA×UA
Keterangan:
W = Jumlah jam alat kerja
S = Jumlah jam alat Standby
R = Jumlah jam alat rusak
KEGIATAN PENGANGKUTAN
2. PELAKSANAAN
❑ Pelaksanaan pengangkutan tidak boleh melebihi 80% dari
kapasitas jalur pengangkutan;.
❑ Melakukan pencatatan volume dan berat komoditas
tambang/ mineral yang diangkut

Ketentuan pengangkutan yaitu :


a) Pengangkutan dengan truck
▪ Sinkronisasi peralatan, kapasitas truk pengangkut tidak
boleh lebih dari 5 kali pengisian dan tidak boleh kurang
dari 3 kali pengisian dari alat gali-muat;
▪ tidak boleh melebihi kapasitas muat dan beban muat
serta tidak boleh kurang dari 90% kapasitas angkut dan
beban muat
b) Pengangkutan dengan konveyor
Kemiringan antara head and tail konveyor tidak boleh
lebih dari 25 derajat
126
KEGIATAN PENGANGKUTAN
2. PELAKSANAAN
c) Pengangkutan dengan lokomotif dan lori
Didasarkan hasil kajian teknis yang berkaitan dengan
kestabilan jalur rel
d) Pengangkutan dengan Pipa
Konstruksi jalur pipa kukuh dan mampu menahan beban
yang diangkut
e) Pengangkutan dengan dengan Tongkang
Jenis, jumlah, serta kapasitas tongkang didasarkan pada
jumlah komoditas tambang yang akan dimuat, kondisi
perairan, dan kapasitas pelabuhan serta sarana penunjang

127
KEGIATAN PENGANGKUTAN
3. EVALUASI
Evaluasi didasarkan pada kesesuaian antara pelaksanaan
dengan perencanaan yang mengacu pada spesifikasi dari
sistem pengangkutan meliputi peta jaringan/ jalur
pengangkutan, jumlah dan jenis peralatan berdasarkan
dokumen yang telah disetujui.
Selain itu, penerapan sinkronisasi peralatan pengangkutan
serta pelaksanaan peraturan perusahaan tentang
pengangkutan juga menjadi fokus dalam penerapan kaidah
teknik pertambangan.

128
IV. PENERAPAN TEKNIS PERTAMBANGAN
KEGIATAN PASCATAMBANG

129
KEGIATAN PASCATAMBANG

1. PERENCANAAN
Wajib membuat program pemantauan kestabilan fisik lereng
tambang, lereng timbunan pada tambang permukaan,
sedangkan pada tambang bawah tanah wajib membuat
program dan upaya pengamanan terjadinya subsidence.

2. PELAKSANAAN
❑ harus sesuai dengan rencana pascatambang. Dalam rangka
sterilisasi cadangan yang tidak tertambang maka diwajibkan
untuk melakukan pengeboran.
❑ Untuk tambang terbuka wajib melaksanakan pemantauan
kestabilan fisik lereng tambang dan lereng timbunan sampai
terpenuhinya kriteria keberhasilan pascatambang.
Sedangkan pada tambang bawah tanah wajib melaksanakan
upaya pengamanan terjadinya subsidence sampai
terpenuhinya kriteria keberhasilan pascatambang.
130
KEGIATAN PASCATAMBANG
3. EVALUASI
Evaluasi didasarkan pada kesesuaian antara
pelaksanaan dengan perencanaan yang mengacu pada
dokumen Rencana Pascatambang antara lain :
sterilisasi cadangan yang tidak tertambang, upaya
pemantauan dan pengamanan kestabilan lereng tambang
dan lereng timbunan pada tambang terbuka serta
pengamanan terjadinya subsidence pada tambang
bawah tanah sampai terpenuhinya kriteria keberhasilan
paskatambang.

131
IV. PENUTUP
PENGAWASAN, LAPORAN DAN SANKSI
PENGAWASAN OLEH IT
P e n g a w a s a n te r h a d a p P e l a k s a n a a n K a i d a h T e k n i k
Pertambangan yang Baik, Kaidah Teknik Pengolahan
dan/atau Pemurnian
Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Tambang (IT) melalui:
a. evaluasi terhadap laporan berkala dan laporan khusus;
b. pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan; dan
c. penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan.

Pengawasan:
Perintah
Inspeksi Pemegang IU, IUPK, IUP Larangan
Penyelidikan OPK O/M, IUJP
Petunjuk
Pengujian

Wewenang Inspektur Tambang


a. Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat;
b. Menghentikan sementara, sebagian, atau seluruh kegiatan
pertambangan minerba, dan
c. Mengusulkan penghentian sementara menjadi tetap kepada KaIT.
LAPORAN
PERMEN ESDM No. 11 Tahun 2018
Pemegang IUP/IUPK Eks/OP - IUP OPK O/M wajib menyusun dan
menyampaikan laporan:
a. Laporan Berkala adalah laporan tertulis yang wajib disusun dan
disampaikan secara rutin dalam jangka waktu tertentu.
contoh :
▪ laporan bulanan dan laporan triwulan (laporan atas RKAB tahunan),
▪ laporan pemeliharaan tanda batas, dll
b. Laporan Akhir adalah laporan tertulis yang wajib disusun dan
disampaikan mengenai hasil akhir suatu kegiatan yang dilakukan.
contoh :
▪ Laporan lengkap eksplorasi & studi kelayakan
▪ Laporan pelaksanaan pemasangan tanda batas
c. Laporan Khusus adalah laporan tertulis yang wajib disusun dan
disampaikan dalam hal terdapat kejadian atau kondisi tertentu.
Contoh :
▪ laporan kasus lingkungan;
▪ laporan Kajian teknis pertambangan
SANKSI

Pasal 50, 51 , 52 – PERMEN ESDM No. 26 Tahun 2018

Tidak mematuhi atau melanggar ketentuan

SANKSI ADMINISTRATIF

Bentuk sanksi administratif


a. Peringatan tertulis → maksimal 3 kali @30 hari
b. Penghentian sementara sebagian atau seluruh
kegiatan usaha → maksimal 60 hari
c. Pencabutan izin
MANAJEMEN PENGELOLAAN TEKNIS PERTAMBANGAN
Planning (perencanaan) adalah proses mendefinisikan tujuan dan
strategi untuk mencapai tujuan itu serta mengembangkan rencana
aktivitas yang akan dilakukan. Perencanaan harus mempertimbangkan
specific, measurable, achievable, realistic dan time.
Organizing (pengorganisasian) adalah proses kegiatan dalam
menyusun tim dan kegiatan dan mengkomunikasikannya agar berjalan
dengan efektif.
Actuating ( pelaksanaan ) adalah suatu tindakan yang mengusahakan
agar semua perencanaan dan tujuan bisa terwujud dengan baik dan
seperti yang diharapkan.
Controlling (pengawasan) adalah Aktivitas manajerial untuk
memastikan hasil kerja sesuai dengan rencana.
Evaluating (evaluasi)
Aktivitas manajerial untuk mengukur pencapaian target dan sasaran dan
menjamin adanya peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
Reporting (pelaporan)
Adalah aktifitas untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan
ACTION PLAN
Nama :
Jabatan :
Area Kerja :

Identifikasi Tahapan Kegiatan Pertambangan pada Area Kerja :


.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

Identifikasi Program Teknis :


.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

Manajemen Penerapan Standar (Gunakan POAC atau PDCA)


.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
PPSDM GEOMINERBA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ESDM
KKEMENTERIAN EBERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

hank ou!
www.ppsdm-geominerba.esdm.go.id

Anda mungkin juga menyukai