Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA – 400)

KAJIAN RENCANA REKLAMASI DAN PENUTUPAN


TAMBANG PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA
DI PT MAHAKAM SUMBER JAYA, DESA SEPARI
KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG, KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Diajukan Oleh :
Sochaputra Octarahman Lantilali
100.701.14.088

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1439 H / 2018 M
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada pemohon sehingga dapat menyelesaikan
proposal tugas akhir ini dengan baik. Proposal tugas akhir ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk tugas akhir yang akan dilakukan di PT Mahakam Sumber
Jaya, Desa Separi, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.
Dalam proposal tugas akhir ini, penulis berencana mengajukan judul “Kajian
Rencana Reklamasi Dan Penutupan Tambang Pada Lahan Bekas Tambang
Batubara Di PT Mahakam Sumber Jaya, Desa Separi, Kecamatan
Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur”. Penulis menyadari masih begitu banyak kesalahan dalam penulisan
proposal ini. Penulis ucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan proposal ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Maret 2018


Penulis

Sochaputra Octarahman Lantilali


100.701.14.088
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA - 400)


KAJIAN RENCANA REKLAMASI DAN PENUTUPAN
TAMBANG PADA LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA
DI PT MAHAKAM SUMBER JAYA, DESA SEPARI,
KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG, KABUPATEN
KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama yang kerap timbul pada wilayah bekas penambangan pada
tambang batubara adalah perubahan lingkungan yang meliputi perubahan fisik
dan kimia. Perubahan secara fisik misalnya perubahan pada morfologi dan
topografi, sedangkan perubahan kimia misalnya adanya dampak terhadap air
tanah dan air permukaan. Selain itu, kegiatan penambangan juga dapat
menimbulkan dampak negatif yang lebih jauh, misalnya perubahan iklim mikro
yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa
flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat tanah menjadi
tandus atau gundul. Mengacu pada perubahan-perubahan terhadap aspek fisika
dan kimia pada lingkungan tersebut, maka diperlukanlah upaya reklamasi pada
lahan bekas tambang.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang
Reklamasi dan Pascatambang menyatakan bahwa setiap pemegang IUP dan
IUPK wajib untuk menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang
pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi maupun IUPK Operasi
Produksi. Satu di antara penangan dampak negatif dari kegiatan penambangan
batubara adalah dengan melakukan kegiatan reklamasi yang terencana.
Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan di sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Maka dari itu,
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

untuk menyikapi masalah reklamasi ini, penulis berencana untuk melakukan


kegiatan tugas akhir mengenai kajian rencana reklamasi pada lahan bekas
tambang batubara sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dari kegiatan
reklamasi yang dilakukan di PT Mahakam Sumber Jaya.

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Identifikasi Masalah
Kegiatan reklamasi menjadi hal yang sangat penting dilakukan dalam
pertambangan mengingat sifat tambang yang destruktif/mengubah bentang alam
suatu wilayah. Penggunaan tata guna lahan yang berubah dan rusaknya
lingkungan bekas tambang menjadi hal yang sangat sensitif bagi lingkungan
maupun masyarakat sekitar. Maka dari itu perlu adanya kajian tentang reklamasi
dan penutupan tambang.
1.2.2 Batasan Masalah
Permasalahan dibatasi pada pembahasan mengenai kegiatan teknis
reklamasi dan penutupan tambang, jenis tanaman dan metode penanaman,
kemajuan reklamasi, serta rencana anggaran biaya reklamasi dan penutupan
tambang pada tahun 2019.
1.2.3 Masalah Penelitian
Adapun beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana rencana teknis reklamasi dan penutupan tambang di lapangan?
2. Apa jenis tanaman yang digunakan dan bagaimana metode penanamannya?
3. Alat mekanis apa saja yang digunakan untuk kegiatan reklamasi?
4. Bagaimana rencana biaya reklamasi dan penutupan tambangnya?

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud
Maksud dari dilaksanakannya kegiatan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali
sesuai peruntukannya.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui rencana kegiatan teknis reklamasi yang dilakukan di lapangan.
2. Menentukan jenis tanaman dan metode penanaman yang akan digunakan
pada kegiatan reklamasi.
3. Menentukan alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan reklamasi.
4. Menghitung rencana biaya reklamasi dan penutupan tambang.

1.4 Metodologi Penelitian


Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Studi literatur, dilakukan dengan cara mengkaji laporan terdahulu mengenai
reklamasi dan penutupan tambang serta memahami dasar-dasar hukum
mengenai kegiatan reklamasi dan penutupan tambang.
2. Merencanakan kegiatan reklamasi dan penutupan tambang dengan cara
membuat peta reklamasi, menentukan luasan area yang akan direklamasi,
menghitung volume tanah penutup, menentukan alat mekanis yang akan
digunakan pada saat recontouring, serta menentukan jenis tanaman yang
akan digunakan dan menentukan pola/metode penanaman.
3. Melaksanakan kegiatan reklamasi dengan dua tahapan, yaitu recontouring
dan revegetasi.
4. Melakukan rancangan kegiatan dan anggaran kegiatan reklamasi dan
penutupan tambang.
5. Melakukan analisis keberhasilan kegiatan reklamasi.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

Gambar 1.1
Metodologi Penelitian

II. LANDASAN TEORI


2.1 Landasan Hukum Kegiatan Reklamasi
Pelaksanaan kegiatan pertambangan umumnya menyebabkan beberapa
dampak negatif, satu di antaranya adalah pencemaran lingkungan. Dalam hal ini,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan perundang-undangan sebagai
upaya pengendalian dampak negatif dari kegiatan pertambangan terhadap
lingkungan hidup. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan perundang-
undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah:
1. Pasal 96 dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Pasal ini menyatakan bahwa setiap
pemegang IUP dan IUPK wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan termasuk kegiatan reklamasi dan pasca tambang,
serta menentukan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

2. Pasal 6 dalam UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan


hidup. Pasal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
3. Pasal 2 dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 7
Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan ini
menyatakan bahwa pelaksanaan reklamasi oleh pemegang IUP operasi
produksi dan IUPK operasi produksi wajib memenuhi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, keselamatan, dan kesehatan
kerja (K3), serta konservasi mineral dan batubara.
4. Pasal 6 dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18
Tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Pasal ini
menyatakan bahwa perusahaan wajib menyusun Rencana Reklamasi dan
Rencana Penutupan Tambang.
5. Pasal 43 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang
Rehabilitas dan Reklamasi Hutan. Pasal ini menjelaskan bahwa kegiatan
reklamasi hutan pada kawasan bekas area pertambangan dilakukan sesuai
dengan tahapan kegiatan pertambangan serta dilakukan oleh pemegang izin
penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan di luar kehutanan.
6. Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca
tambang. Peraturan ini menyatakan bahwa setiap pemegang IUP Eksplorasi
dan IUP Operasi Produksi wajib memiliki rencana kegiatan reklamasi tambang
dan melaksanakan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang jika tambangnya
telah memasuki masa akhir tambang yang berprinsip pada pengelolaan
lingkungan hidup.

2.2 Prinsip Dasar Reklamasi Pada Lahan Bekas Tambang


Berdasarkan Pasal 2 dalam PERMEN ESDM No. 7 Tahun 2014, sebelum
melakukan kegiatan reklamasi harus memenuhi beberapa prinsip dasar sebagai
berikut:
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

1. Prinsip perlindungan lingkungan hidup berdasarkan baku mutu lingkungan


sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang meliputi:
a. Kualitas air permukaan, air tanah dan tanah serta udara harus sesuai
dengan baku mutu lingkungan.
b. Stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan
bekas tambang.
c. Perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati.
d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya.
e. Aspek sosial, budaya dan ekonomi.
2. Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3), meliputi:
a. Perlindungan keselamatan para pekerja.
b. perlindungan para pekerja dari penyakit akibat kerja.
3. Prinsip konservasi mineral dan batuan, meliputi:
a. Penambangan yang optimum.
b. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan pemurnian yang
efektif dan efisien.
c. Pengelolaan dan pemanfaatan cadangan marjinal, mineral kadar rendah,
dan mineral ikutan serta batubara kualitas rendah.
d. Pendataan sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara yang tidak
tertambang serta sisa pengolahan dan pemurnian.

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah


Rencana tata ruang merupakan hasil perencanaan wujud struktural dan
pola pemanfaatan ruang. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan
pembentukan lingkungan sosial dan lingkungan buatan secara struktural. Maka
dari itu, seorang perencana dituntut untuk dapat menimbang langkah-langkah
perencanaan yang sesuai dengan aspek dan karakteristik wilayah, seperti berikut:
1. Mengidentifikasi langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
2. Memilih alternatif yang baik.
3. Menaati peraturan.
4. Menyusun kebijakan.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

2.4 Perencanaan Reklamasi


Untuk dapat melakukan kegiatan reklamasi, pihak perusahaan diwajibkan
memiliki suatu perencanaan kegiatan reklamasi agar pada saat pelaksanaan
semua kegiatannya dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Perencanan
reklamasi harus dipersiapkan sebelum kegiatan operasi penambangan
berlangsung. (Iskandar Suwardi 2009).
Adapun beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam kegiatan
reklamasi adalah sebagai berikut :
1. Persiapan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.
2. Luas area yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.
3. Pemindahan dan penempatan tanah pucuk pada tempat tertentu.
4. Pengembalian dan perbaikan kandungan bahan beracun hingga mencapai
tingkat aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.
5. Pengembalian lahan seperti keadaan semula yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
6. Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.
7. Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas
penambangan.
8. Penggemburan tanah atau penanaman tanaman pionir yang akarnya mampu
menembus tanah yang keras.
9. Penanaman kembali lahan bekas tambang jenis tanaman yag sesuai dengan
rencana rehabilitasi.
10. Mencegah masuknya hama.
11. Memantau dan mengelola area reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.

2.5 Kegiatan Reklamasi


Sebelum melakukan kegiatan reklamasi perlu diketahui sebelumnya
beberapa tahapan dari kegiatan reklamasi. Tahapan-tahapan dari kegiatan
reklamasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

1. Persiapan lahan.
2. Penataan lahan (recounturing).
3. Revegetasi atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lainnya.
2.5.1 Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil)
Pengelolaan tanah pucuk bertujuan untuk mengatur dan memisahkan
tanah pucuk dengan lapisan tanah lain, karena tanah pucuk merupakan media
tumbuh bagi tanaman. Dalam pengelolaan tanah pucuk digunakan beberapa alat
mekanis seperti excavator, dump truck, dan bulldozer. Hal yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan tanah pucuk adalah sebagai berikut:
1. Pengupasan tanah berdasarkan lapisan-lapisan tanah.
2. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan
pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan 0,15 meter.
3. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang beracun harus lebih tebal
dari pada timbunan tanah yang tidak beracun.
4. Pengupasan tanah sebaiknya dalam kondisi kering, dengan tujuan agar
terhindar dari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.
5. Bila lapisan tanah pucuk tipis, maka diperlukan beberapa pertimbangan
antara lain sebagai berikut:
a. Penentuan daerah prioritas, yaitu daerah yang sangat peka terhadap
erosi.
b. Jumlah tanah pucuk yang terbatas dapat dicampur dengan tanah bawah
(sub soil).
c. Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop)
yang cepat tumbuh dan dapat menutup permukaan dengan cepat.
6. Dalam pemanfaatan tanah pucuk, hindari kondisi tanah pucuk dengan kondisi
sebagai berikut:
a. Sangat berpasir (70% pasir atau kerikil).
b. Sangat berlempung (60% lempung).
c. Mempunyai pH < 5 atau > 8.
d. Mengandung chlorida 3%.
Untuk mengetahui kebutuhan volume top soil yang akan digunakan pada
saat kegiatan revegetasi dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

Volume Top soil (m3) = Luas Wilayah (m2) x Tebal Top Soil (m) ……... (1)

2.5.2 Penataan Lahan (Recontouring)


Lahan yang akan direklamasi harus ditata terlebih dahulu agar lereng-
lereng tidak menyebabkan erosi dan sedimentasi yang mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan daya tahan
tanah di area penambangan.
Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang alam, antara
lain dengan cara seperti berikut:
1. Menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali, di antaranya
dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah, jika tanah sangat
bergelombang penataan lahan dilakukan bersamaan dengan penerapan
suatu teknik konservasi, misalnya dengan pembuatan teras. Pembuatan teras
bertujuan untuk mengubah lahan miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan air serta
menampungnya agar lebih banyak air yang menyerap kedalam tanah melalui
proses infiltrasi. Adapun beberapa bentuk teras diantaranya :
a. Teras Datar
Pembuatan teras datar dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki
aliran air. Umumnya teras ini dibuat dengan kemiringan berkisar 0 – 3 %
dengan kedalaman tanah 0 – 30 cm.

Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono et.al 2002


Gambar 2.1
Teras Datar
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

b. Teras Kredit
Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan
tanah yang dibuat sejajar kontur. Teras ini cocok untuk lahan yang landai
dan bergelombang dengan kemiringan antara 3 – 10 %. Pada teras
kredit, jarak antar dua guludan umumnya berkisar 5 – 12 meter,
punggung guludan yang mengarah ke bawah biasanya diperkuat dengan
rumput, sisanya tanaman dan batu.

Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono et.al 2002


Gambar 2.2
Teras Kredit

c. Teras Pematang
Teras pematang dibuat dengan tujuan mengurangi kecepatan air yang
mengalir ketika turun hujan. Teras jenis ini biasanya dibuat pada lahan
yang memiliki kemiringan 10 – 15 %. Pada umumnya, teras ini dibuat
pada tanah yang bertekstur lepas dengan permeabilitas yang tinggi.

Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono et.al 2002


Gambar 2.3
Teras Pematang
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

d. Teras Bangku
Teras bangku dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan
tanah pada bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga
atau bangku. Umumnya teras ini digunakan untuk tanah yang memiliki
permeabilitas rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar (Arsyad, 1989). Teras ini biasanya dibuat
pada lahan yang mempunyai kemiringan antara 10 – 30 % dengan
kedalaman tanah 0 – 30 cm. Teras bangku sangat baik untuk
mempertahankan tanah dari bahaya erosi.

Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono et.al 2002


Gambar 2.4
Teras Bangku

e. Teras Kebun
Teras kebun merupakan bangunan konservasi tanah yang dibuat hanya
pada lahan yang akan dilakukan penanaman dengan tanaman tertentu.
Teras ini dibuat sejajar dengan kontur dan biasanya digunakan untuk
lahan yang memiliki kemiringan sekitar 30 – 50 %.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono et.al 2002


Gambar 2.5
Teras Kebun

f. Teras Individu
Teras individu merupakan teras yang dibuat sebagai tempat pembuatan
lubang tanam. Teras ini biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan
lereng antara 30 – 50 % dengan curah hujan yang terbatas dan
penutupan tanahnya cukup baik. Dalam Sukartaatmaja (2004)
menjelaskan bahwa pada umumnya tanah disekeliling teras tidak diolah
melainkan ditanami dengan rumput atau tanaman penutup.

Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono et.al 2002


Gambar 2.6
Teras Individu

2. Pembuatan SPA
Sistem Pembuangan Air (SPA), dibuat untuk mengatur air agar dapat
mengalir pada tempat – tempat tertentu serta mengurangi kerusakan lahan
yang di akibatkan oleh erosi.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

3. Penempatan tanah pucuk


Penempatan tanah pucuk dilakukan agar dapat digunakan secara efisien.
Karena pada umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk
diletakan pada jalur tanaman atau bisa juga diletakkan pada lubang tanam.
Dalam pelaksanaan kegiatan recontouring ini dibutuhkan beberapa alat
mekanis seperti alat gali, alat muat dan alat angkut agar kegiatan recontouring ini
dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah faktor-faktor dari alat pada saat
melakukan recontouring:
1. Faktor Pengembangan / Faktor Pemuaian (Swell Factor)
Material di alam ditemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan
baik, tetapi apabila digali atau diberai dari tempat aslinya akan terjadi
pengembangan volume. Perbandingan antara volume alami (insitu) dengan
volume berai (loose) dikenal dengan istilah faktor pengembangan (swell
factor). Faktor pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume
material yang diperhitungkan pada waktu penggalian selalu ada yang disebut
“bank yard” atau volume aslinya di alam. Sedangkan apa yang harus kita
angkut adalah material yang telah mengembang karena digali. Sebaliknya bila
bank yard tersebut dipindahkan, lalu dipadatkan kembali maka volumenya
akan berkurang. Berikut persamaan untuk mengetahui besaran swell factor
berdasarkan material :
Vloose-Vinsitu
Swell Factor (SF) = x 100 % ………………………………… (2)
Vinsitu
Keterangan :
V loose = Volume Material loose, LCM
V insitu = Material insitu, BCM
2. Efisiensi Kerja Alat Mekanis
Efisiensi kerja alat mekanis dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
keterampilan operator, perbaikan alat, keterlambatan kerja dan sebagainya.
Namun berdasarkan data-data serta pengalaman dapat ditentukan efisiensi
kerja yang mendekati kenyataan. Dalam hubungan dengan efisiensi kerjanya,
maka perlu juga diketahui mengenai kesediaan dan penggunaan alat
mekanis. Karena hal ini mempunyai nilai kerja yang bersangkutan.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

Tabel 2.1
Efisiensi Kerja
Kondisi Operasi Efisiensi Kerja(%)
Baik 0.83
Rata-rata 0.80
Agak sulit 0.75
Sulit 0.70
Sumber : Handbook Komatsu, Edition 28

3. Efisiensi Operator
Efisiensi operator pada saat menggerakkan alat sangat sulit untuk diketahui
secara tepat, karena selalu berubah-ubah tergantung dengan keadaan
cuaca, kondisi alat, suasana kerja, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindari oleh operator. Dalam waktu 60 menit operator jarang sekali dapat
bekerja selama 60 menit. Misalnya dalam waktu kerja 60 menit operator
hanya bekerja 50 menit karena adanya hambatan-hambatan yang sudah
dijelaskan sebelumnya, maka dari itu dapat dilihat pada Tabel 2 jika efisiensi
50 menit/jam maka efisiensi kerja operator sebesar 83%.
4. Bucket Fill Factor
Bucket fill factor atau faktor pengisian bucket merupakan persentase atau
porsi bucket yang terisi material terhadap total kapasitas bucket.
Tabel 2.2
Bucket Fill Factor
Bucket Fill
Faktor Menggali Bucket Excavator
Factor
Kondisi mudah menggali tanah alami dari tanah liat, atau tanah yang 1.1 - 1.2
lunak
Kondisi rata-rata menggali tanah berpasir dan tanah kering 1.0 - 1.1
Kondisi agak sulit menggali tanah alami, tanah berpasir dengan kerikil 0.8 - 0.9
Kondisi sulit menggali batu yang keras 0.7 - 0.8
Sumber : Handbook Komatsu, Edition 28

2.5.3 Revegetasi
Revegetasi adalah pemanfaatan lahan yang terganggu akibat adanya
kegiatan usaha pertambangan yang menyebabkan kerusakan lahan yang asalnya
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

bervegetasi menjadi tidak bervegetasi. Revegetasi lahan tambang mengacu


kepada dokumen perencanaan seperti:
1. Dokumen AMDAL.
2. Dokumen Penutupan Tambang.
3. Dokumen Jaminan Reklamasi.
4. Dokumen RKTTL.
Kegiatan revegetasi akan dilaksanakan setelah areal yang direklamasi siap
untuk ditanami, biasanya dilaksanakan pada bulan-bulan dengan curah hujan
yang cukup tinggi untuk mengurangi terjadinya kegagalan penanaman.
Revegetasi dilakukan setelah tanah pucuk disebar dan tanah yang masuk ke
lubang-lubang tanam diberi pupuk agar menjadi subur. Pada dasarnya revegatasi
pada lahan bekas tambang merupakan cara memanipulasi lahan bekas tambang
agar tanaman yang ditanami cepat tumbuh dan dapat menutup lahan dengan
cepat. Manipulasi lahan dan rekayasa teknologi yang dilakukan dalam revegetasi
adalah sebagai berikut:
1. Menanam jenis tumbuhan yang cepat tumbuh.
2. Menanam jenis tumbuhan yang dapat memperbaiki struktur tanah.
3. Melakukan pemukan secara berkala.
4. Melakukan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Revegetasi dilakukan melalui tahapan kegiatan penyusunan rancangan
teknis seperti berikut:
1. Rancangan Teknis Penanaman
Rancangan teknis tanaman merupakan salah satu kegiatan revegetasi yang
menggambarkan kondisi lokasi, jenis tanaman yang akan ditanam, uraian
jenis pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan tenaga kerja,
kebutuhan biaya dan tata cara pelaksanaan kegiatan. (Herdiansyah, 2006).
Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis kondisi biofisik dan
sosial ekonomi daerah setempat. Kondisi biofisik meliputi topografi atau
bentuk lahan, iklim, hidrologi, kondisi vegetasi awal dan vegetasi asli.
Sedangkan kondisi sosial ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain adalah
sarana, prasarana, dan eksestibilitas yang ada. Dalam rancangan teknis
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

penanaman sebaiknya penanaman jenis tanaman disamakan dengan


tanaman asli yang ada lokasi yangs esuai dengan iklim dan kondisi tanahnya.
2. Pemilihan Jenis Tanaman.
Jenis tanaman yang digunakan untuk revegetasi sebaiknya menggunakan
jenis tanaman yang cepat tumbuh. Kriteria tanaman cepat tumbuh adalah:
a. Tumbuh cepat & mampu tumbuh pada tanah kurang subur.
b. Tidak mengalami gugur daun pada musim tertentu.
c. Tidak bersaing dalam kebutuhan air dan hara dengan tanaman pokok.
d. Tahan terhadap angin dan mudah dimusnahkan.
e. Sebaiknya dapat bernilai ekonomis.
3. Pengadaan Bibit
Pengadaan bibit untuk kegiatan revegetasi dapat terpenuhi dengan cara
membeli bibit tanaman yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Pelaksanaan Penanaman
Pelaksanaan penanaman untuk kegiatan revegetasi dimulai dengan
penanaman cover crop (tanaman penutup) yang bertujuan untuk
mengendalikan erosi dan memulihkan kualitas tanah. Dalam kegiatan ini juga
dilakukan penanaman tumbuhan pokok yang merupakan tumbuhan yang
diusulkan oleh dokumentasi reklamasi dan penutupan tambang sesuai
dengan peruntukan lahan yang telah direncanakan. Tanaman pokok yang
biasanya ditanaman adalah karet, sawi, jenis pohon buah-buahan dan jenis
pohon kayu seperti pohon mahoni.
5. Pola Tanam
Pada umumnya pola tanam yang dikembangkan oleh masyarakat petani
dapat diklasifikasikan pada 2 pola tanam yaitu murni (monokultur) dan
campuran.
6. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan dalam kegiatan reklamasi sangat penting, karena
apabila pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik, maka akan berdampak
kepada tingkat keberhasilan reklamasi. Hal-hal yang harus dilakukan pada
saat melakukan pemeliharaan adalah sebagai berikut:
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

a. Pemupukan Tanaman
Pupuk yang digunakan pada lahan reklamasi biasanya pupuk kimia yang
berfungsi untuk menyuburkan tanaman. Pemupukan dilakukan pada awal
penanaman dan pada saat pemeliharaan. Jenis-jenis pupuk kimia yang
digunakan dalam kegiatan reklamasi diantaranya adalah pupuk kompos,
pupuk TSP (Ca(H2PO4), dan pupuk ZA
b. Penyulaman Tanaman
Penyulaman dilakukan untuk menanam kembali tumbuhan yang rusak
atau mati akibat gangguan hama. Penyulaman dilakukan 1-3 bulan
setelah penanaman dengan cara mengganti bibit yang rusak atau mati.
7. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Dalam usaha pengendalian erosi dan sedimentasi perlu dilakukan pengaturan
lahan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan hidrologi pada lahan tesebut.
Pengendalian erosi dan sedimentasi ini bertujuan untuk mengurangi
kecepatan air limpasan, erosi, sedimentasi dan longsor. Kegiatan yang
dilakukan untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan Bentuk Lereng
Pengaturan bentuk lereng bertujuan untuk mengurangi kecepatan air
limpasan sehingga dapat membantu mengurangi tingkat erosi,
sedimentasi dan kelongsoran. Dalam pengaturan lereng ini ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan seperti, sifat fisik dan mekanik batuan yang
berkaitan dengan kekuatan batuan untuk menahan tekanan dan gaya,
serta tinggi jenjang yang sebaiknya tidak tinggi dan tidak terjal.

2.6 Jenis Area yang Akan Direklamasi


Lahan yang akan direklamasi akibat adanya kegiatan penambangan
diperkirakan meliputi beberapa jenis lahan berikut:
1. Waste Dump
Waste dump dibangun dengan tujuan untuk menampung overburden yang
berasal dari bukaan tambang awal. Setelah menjadi tempat penampungan,
waste dump menjadi salah satu lokasi yang akan direklamasi.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

2. Pit
Penataan lahan bekas pit akan dilakukan setelah proses backfilling pada areal
yang sudah dianggap tidak ekonomis. Penataan lahan dilakukan sebaik
mungkin hingga kembali seperti rona awal sebelum lahan tersebut terganggu
akibat adanya kegiatan penambangan. Salah satu cara penataan lahan bekas
pit yaitu dengan mengisi material buangan (overburden) yang dilapisi dengan
taah pucuk pada permukaannya.
3. Settling Pond dan Fasilitas Penunjang
Penutupan kolan sedimen di dalam area tambang dilakukan bersamaan
dengan reklamasi tambang, penutupan kolam tersebut dilakukan pada tahap
akhir reklamasi tambang. Sedangkan kolam sedimen di luar tambang akan
direklamasi secara terpisah setelah lokasi tersebut selesai digunakan.
4. Jalan Tambang dan Jalan Non Tambang yang Tidak Digunakan Lagi
Reklamasi jalan tambang yang berada di dalam areal penambangan termasuk
ke dalam reklamasi lahan bekas tambang. Sedangkan jalan non tambang
yang berada luar area pit tambang, dibagi dua dalam hal fungsi dan
pengerjaannya, berikut pembagiannya:
a. Sebagian besar jalan non tambang masih dipertahankan untuk lalu lintas
reklamasi hingga revegetasi pada tambang tersebut selesai.
b. Sebagian kecil jalan non tambang yang tidak berfungsi lagi akan ditutup
dengan tanaman revegetasi.

2.7 Rencana Biaya Reklamasi dan Penutupan Tambang


Lahan yang akan direklamasi merupakan lahan akan dibuka sesuai dengan
rencana pembukaan lahan. Biaya penata gunaann lahan merupakan biaya
langsung yang terdiri dari biaya penataan permukaan tanah, penebaran tanah
pucuk, dan pengendalian erosi dan pengolahan air.
Biaya penata gunaann lahan merupakan biaya langsung yang terdiri dari
biaya analisis kualitas tanah, pemupukan, pengadaan bibit, penanaman, dan
pemeliharaan tanahaman.
Untuk Biaya pencegahan dan penanggulangan air asam tambang dapat
dihitung berdasarkan perkiraan volume air limpasa dari catchment area dilokasi
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

tambang dan tanah penutup. Hal ini disesuaikan dengan luasan lahan yang
terganggu, yaitu pit dan disposal.
Biaya pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang meliputi
lahan yang tidak direvegetasi seperti area pemukiman, kawasan industri,
pariwisata, dan lain-lain).
Reklamasi yang paling utama adalah pada daerah bekas penambangan.
Kegiatan reklamasi yang dilakukan meliputi stabilitas lereng, pengamanan lubang
bekas tambang, pemulihan dan pemantauan kualitas air serta pengolahan lubang
bekas tambang sesuai peruntukannya, dan pemeliharaan lubang bekas tambang.
Biaya tidak langsung menurut Peraturan Menteri Sumber daya Mineral No.
18 Tahun 2008 meliputi biaya mobilitas dan demobilitas alat, biaya perencanaan
reklamasi, biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksanaan
reklamasi tahap operasi produksi, dan biaya supervisi.

III. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Sesuai dengan proposal yang penulis ajukan, maka waktu pelaksanaan
Tugas Akhir sekitar satu bulan terhitung dari tanggal 11 Maret 2018 - 28 April 2018
bertempat di PT Mahakam Sumber Jaya.
Tabel 3.1
Tabel Perincian Rencana Tugas Akhir
Maret April
Kegiatan Minggu ke- Minggu ke-
2 3 4 1 2 3 4
Orientasi Lapangan
Kegiatan Lapangan
Evaluasi Data
Pembuatan Laporan

Ket : : Kegiatan yang tidak dilakukan


: Kegiatan yang dilakukan

IV. PESERTA TUGAS AKHIR


Adapun data peserta kegiatan Tugas Akhir di PT Mahakam Sumber Jaya
adalah sebagai berikut :
Nama : Sochaputra Octarahman Lantilali
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

NPM : 100.701.14.088
Jurusan : Teknik Pertambangan
Universitas : Universitas Islam Bandung (UNISBA)
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telp : +628-96-7485-6435
E-mail : sochalantilali19@gmail.com
IP-Kumulatif : 3,59

V. PERMOHONAN FASILITAS
Demi mendukung terlaksana dan kelancaran dari kegiatan penelitian ini,
penulis mengharapkan beberapa permohonan dari pihak perusahaan untuk dapat
menyediakan fasilitas berupa:
1. Tempat tinggal (mess) untuk 1 (satu) orang selama kegiatan penelitian
berlangsung.
2. Konsumsi untuk 1 (satu) orang selama kegiatan berlangsung.
3. Penyediaan alat-alat penunjang; seperti Alat Pelindung Diri (APD), dan
lain-lain selama kegiatan penelitian berlangsung (apabila diperlukan).
4. Penyediaan transportasi selama kegiatan penelitian berlangsung.
5. Biaya transportasi dari Bandung – Lokasi PT Mahakam Sumber Jaya dan
dari Lokasi PT Mahakam Sumber Jaya – Bandung.

VI. PENUTUP
Demikianlah proposal Tugas Akhir ini penulis ajukan. Besar harapan
penulis akan bantuan dan support dari seluruh pihak PT Mahakam Sumber Jaya
demi kelancaran dan terlaksananya kegiatan Tugas Akhir ini. Untuk bahasan,
judul, dan tema yang penulis ajukan, dapat diubah dan menyesuaikan dengan
pihak perusahaan dengan alasan tingkat konsentrasi kerja yang sedang
dibutuhkan. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. Fawaz, Gandang Noor. 2017. Kajian Rencana Reklamasi dan Pasca Tambang
Pada Penambangan Batuan Andesit Oleh PT Puspa Jaya Madiri di Desa
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA

Mekarsari, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa


Barat. Sarjana Universitas Islam Bandung.

2. Guphita, Ghita Noerma. Biaya Rencana Reklamasi Gunung Sari Sebagai


Kawasan Budidaya Pertanian PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbl.Plant-
9 dan Plant-10 Palimanan-Cirebon Jawa Barat. Skripsi. Sarjana Universitas
Islam Bandung.

3. Nurhassanah, Rizky Budi. Rencana Teknis Reklamasi dan Pasca Tambang


Pada Lahan Penambangan Tanah Liat Di Gombong Jawa Tengah. Skripsi.
Sarjana Universitas Islam Bandung.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010. Reklamasi dan Pasca Tambang


Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta:
Diundangkan di Jakarta, 20 Desember 2010.

5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014. Pelaksanaan Reklamasi dan


Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara. Jakarta: Ditetapkan di Jakarta, 28 Februari 2014.

6. Permen ESDM Nomor 18 Tahun 2008. Reklamasi dan Penutupan Tambang.


Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta: Ditetapkan di
Jakarta, 29 Mei 2008.

7. Prodjosumarto, Partanto. 2005. Pemindahan Tanah Mekanis, Direktorat


Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Tenaga
Pertambangan, Bandung.

8. Suprapto, Sabtanto Joko. 2014. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang


Dan Aspek Konservasi Bahan Galian. Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral: Jakarta.

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997. Tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup. Jakarta: Ditetapkan di Jakarta, 19 September 1997.

10. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara. Jakarta: Diundangkan di Jakarta, 12 Januari 2009.

Anda mungkin juga menyukai