Diajukan Oleh :
Sochaputra Octarahman Lantilali
100.701.14.088
KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama yang kerap timbul pada wilayah bekas penambangan pada
tambang batubara adalah perubahan lingkungan yang meliputi perubahan fisik
dan kimia. Perubahan secara fisik misalnya perubahan pada morfologi dan
topografi, sedangkan perubahan kimia misalnya adanya dampak terhadap air
tanah dan air permukaan. Selain itu, kegiatan penambangan juga dapat
menimbulkan dampak negatif yang lebih jauh, misalnya perubahan iklim mikro
yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa
flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat tanah menjadi
tandus atau gundul. Mengacu pada perubahan-perubahan terhadap aspek fisika
dan kimia pada lingkungan tersebut, maka diperlukanlah upaya reklamasi pada
lahan bekas tambang.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Tentang
Reklamasi dan Pascatambang menyatakan bahwa setiap pemegang IUP dan
IUPK wajib untuk menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang
pada saat mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi maupun IUPK Operasi
Produksi. Satu di antara penangan dampak negatif dari kegiatan penambangan
batubara adalah dengan melakukan kegiatan reklamasi yang terencana.
Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan di sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Maka dari itu,
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui rencana kegiatan teknis reklamasi yang dilakukan di lapangan.
2. Menentukan jenis tanaman dan metode penanaman yang akan digunakan
pada kegiatan reklamasi.
3. Menentukan alat mekanis yang digunakan untuk kegiatan reklamasi.
4. Menghitung rencana biaya reklamasi dan penutupan tambang.
Gambar 1.1
Metodologi Penelitian
1. Persiapan lahan.
2. Penataan lahan (recounturing).
3. Revegetasi atau pemanfaatan lahan bekas tambang untuk tujuan lainnya.
2.5.1 Pengelolaan Tanah Pucuk (Top Soil)
Pengelolaan tanah pucuk bertujuan untuk mengatur dan memisahkan
tanah pucuk dengan lapisan tanah lain, karena tanah pucuk merupakan media
tumbuh bagi tanaman. Dalam pengelolaan tanah pucuk digunakan beberapa alat
mekanis seperti excavator, dump truck, dan bulldozer. Hal yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan tanah pucuk adalah sebagai berikut:
1. Pengupasan tanah berdasarkan lapisan-lapisan tanah.
2. Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula dengan
pucuk ditempatkan paling atas dengan ketebalan 0,15 meter.
3. Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang beracun harus lebih tebal
dari pada timbunan tanah yang tidak beracun.
4. Pengupasan tanah sebaiknya dalam kondisi kering, dengan tujuan agar
terhindar dari pemadatan dan rusaknya struktur tanah.
5. Bila lapisan tanah pucuk tipis, maka diperlukan beberapa pertimbangan
antara lain sebagai berikut:
a. Penentuan daerah prioritas, yaitu daerah yang sangat peka terhadap
erosi.
b. Jumlah tanah pucuk yang terbatas dapat dicampur dengan tanah bawah
(sub soil).
c. Dilakukan penanaman langsung dengan tanaman penutup (cover crop)
yang cepat tumbuh dan dapat menutup permukaan dengan cepat.
6. Dalam pemanfaatan tanah pucuk, hindari kondisi tanah pucuk dengan kondisi
sebagai berikut:
a. Sangat berpasir (70% pasir atau kerikil).
b. Sangat berlempung (60% lempung).
c. Mempunyai pH < 5 atau > 8.
d. Mengandung chlorida 3%.
Untuk mengetahui kebutuhan volume top soil yang akan digunakan pada
saat kegiatan revegetasi dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA
Volume Top soil (m3) = Luas Wilayah (m2) x Tebal Top Soil (m) ……... (1)
b. Teras Kredit
Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan
tanah yang dibuat sejajar kontur. Teras ini cocok untuk lahan yang landai
dan bergelombang dengan kemiringan antara 3 – 10 %. Pada teras
kredit, jarak antar dua guludan umumnya berkisar 5 – 12 meter,
punggung guludan yang mengarah ke bawah biasanya diperkuat dengan
rumput, sisanya tanaman dan batu.
c. Teras Pematang
Teras pematang dibuat dengan tujuan mengurangi kecepatan air yang
mengalir ketika turun hujan. Teras jenis ini biasanya dibuat pada lahan
yang memiliki kemiringan 10 – 15 %. Pada umumnya, teras ini dibuat
pada tanah yang bertekstur lepas dengan permeabilitas yang tinggi.
d. Teras Bangku
Teras bangku dibuat dengan cara memotong lereng dan meratakan
tanah pada bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga
atau bangku. Umumnya teras ini digunakan untuk tanah yang memiliki
permeabilitas rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar (Arsyad, 1989). Teras ini biasanya dibuat
pada lahan yang mempunyai kemiringan antara 10 – 30 % dengan
kedalaman tanah 0 – 30 cm. Teras bangku sangat baik untuk
mempertahankan tanah dari bahaya erosi.
e. Teras Kebun
Teras kebun merupakan bangunan konservasi tanah yang dibuat hanya
pada lahan yang akan dilakukan penanaman dengan tanaman tertentu.
Teras ini dibuat sejajar dengan kontur dan biasanya digunakan untuk
lahan yang memiliki kemiringan sekitar 30 – 50 %.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA
f. Teras Individu
Teras individu merupakan teras yang dibuat sebagai tempat pembuatan
lubang tanam. Teras ini biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan
lereng antara 30 – 50 % dengan curah hujan yang terbatas dan
penutupan tanahnya cukup baik. Dalam Sukartaatmaja (2004)
menjelaskan bahwa pada umumnya tanah disekeliling teras tidak diolah
melainkan ditanami dengan rumput atau tanaman penutup.
2. Pembuatan SPA
Sistem Pembuangan Air (SPA), dibuat untuk mengatur air agar dapat
mengalir pada tempat – tempat tertentu serta mengurangi kerusakan lahan
yang di akibatkan oleh erosi.
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA
Tabel 2.1
Efisiensi Kerja
Kondisi Operasi Efisiensi Kerja(%)
Baik 0.83
Rata-rata 0.80
Agak sulit 0.75
Sulit 0.70
Sumber : Handbook Komatsu, Edition 28
3. Efisiensi Operator
Efisiensi operator pada saat menggerakkan alat sangat sulit untuk diketahui
secara tepat, karena selalu berubah-ubah tergantung dengan keadaan
cuaca, kondisi alat, suasana kerja, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindari oleh operator. Dalam waktu 60 menit operator jarang sekali dapat
bekerja selama 60 menit. Misalnya dalam waktu kerja 60 menit operator
hanya bekerja 50 menit karena adanya hambatan-hambatan yang sudah
dijelaskan sebelumnya, maka dari itu dapat dilihat pada Tabel 2 jika efisiensi
50 menit/jam maka efisiensi kerja operator sebesar 83%.
4. Bucket Fill Factor
Bucket fill factor atau faktor pengisian bucket merupakan persentase atau
porsi bucket yang terisi material terhadap total kapasitas bucket.
Tabel 2.2
Bucket Fill Factor
Bucket Fill
Faktor Menggali Bucket Excavator
Factor
Kondisi mudah menggali tanah alami dari tanah liat, atau tanah yang 1.1 - 1.2
lunak
Kondisi rata-rata menggali tanah berpasir dan tanah kering 1.0 - 1.1
Kondisi agak sulit menggali tanah alami, tanah berpasir dengan kerikil 0.8 - 0.9
Kondisi sulit menggali batu yang keras 0.7 - 0.8
Sumber : Handbook Komatsu, Edition 28
2.5.3 Revegetasi
Revegetasi adalah pemanfaatan lahan yang terganggu akibat adanya
kegiatan usaha pertambangan yang menyebabkan kerusakan lahan yang asalnya
PROPOSAL TUGAS AKHIR PT MAHAKAM SUMBER JAYA
a. Pemupukan Tanaman
Pupuk yang digunakan pada lahan reklamasi biasanya pupuk kimia yang
berfungsi untuk menyuburkan tanaman. Pemupukan dilakukan pada awal
penanaman dan pada saat pemeliharaan. Jenis-jenis pupuk kimia yang
digunakan dalam kegiatan reklamasi diantaranya adalah pupuk kompos,
pupuk TSP (Ca(H2PO4), dan pupuk ZA
b. Penyulaman Tanaman
Penyulaman dilakukan untuk menanam kembali tumbuhan yang rusak
atau mati akibat gangguan hama. Penyulaman dilakukan 1-3 bulan
setelah penanaman dengan cara mengganti bibit yang rusak atau mati.
7. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Dalam usaha pengendalian erosi dan sedimentasi perlu dilakukan pengaturan
lahan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan hidrologi pada lahan tesebut.
Pengendalian erosi dan sedimentasi ini bertujuan untuk mengurangi
kecepatan air limpasan, erosi, sedimentasi dan longsor. Kegiatan yang
dilakukan untuk mengendalikan erosi dan sedimentasi adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan Bentuk Lereng
Pengaturan bentuk lereng bertujuan untuk mengurangi kecepatan air
limpasan sehingga dapat membantu mengurangi tingkat erosi,
sedimentasi dan kelongsoran. Dalam pengaturan lereng ini ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan seperti, sifat fisik dan mekanik batuan yang
berkaitan dengan kekuatan batuan untuk menahan tekanan dan gaya,
serta tinggi jenjang yang sebaiknya tidak tinggi dan tidak terjal.
2. Pit
Penataan lahan bekas pit akan dilakukan setelah proses backfilling pada areal
yang sudah dianggap tidak ekonomis. Penataan lahan dilakukan sebaik
mungkin hingga kembali seperti rona awal sebelum lahan tersebut terganggu
akibat adanya kegiatan penambangan. Salah satu cara penataan lahan bekas
pit yaitu dengan mengisi material buangan (overburden) yang dilapisi dengan
taah pucuk pada permukaannya.
3. Settling Pond dan Fasilitas Penunjang
Penutupan kolan sedimen di dalam area tambang dilakukan bersamaan
dengan reklamasi tambang, penutupan kolam tersebut dilakukan pada tahap
akhir reklamasi tambang. Sedangkan kolam sedimen di luar tambang akan
direklamasi secara terpisah setelah lokasi tersebut selesai digunakan.
4. Jalan Tambang dan Jalan Non Tambang yang Tidak Digunakan Lagi
Reklamasi jalan tambang yang berada di dalam areal penambangan termasuk
ke dalam reklamasi lahan bekas tambang. Sedangkan jalan non tambang
yang berada luar area pit tambang, dibagi dua dalam hal fungsi dan
pengerjaannya, berikut pembagiannya:
a. Sebagian besar jalan non tambang masih dipertahankan untuk lalu lintas
reklamasi hingga revegetasi pada tambang tersebut selesai.
b. Sebagian kecil jalan non tambang yang tidak berfungsi lagi akan ditutup
dengan tanaman revegetasi.
tambang dan tanah penutup. Hal ini disesuaikan dengan luasan lahan yang
terganggu, yaitu pit dan disposal.
Biaya pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang meliputi
lahan yang tidak direvegetasi seperti area pemukiman, kawasan industri,
pariwisata, dan lain-lain).
Reklamasi yang paling utama adalah pada daerah bekas penambangan.
Kegiatan reklamasi yang dilakukan meliputi stabilitas lereng, pengamanan lubang
bekas tambang, pemulihan dan pemantauan kualitas air serta pengolahan lubang
bekas tambang sesuai peruntukannya, dan pemeliharaan lubang bekas tambang.
Biaya tidak langsung menurut Peraturan Menteri Sumber daya Mineral No.
18 Tahun 2008 meliputi biaya mobilitas dan demobilitas alat, biaya perencanaan
reklamasi, biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksanaan
reklamasi tahap operasi produksi, dan biaya supervisi.
NPM : 100.701.14.088
Jurusan : Teknik Pertambangan
Universitas : Universitas Islam Bandung (UNISBA)
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telp : +628-96-7485-6435
E-mail : sochalantilali19@gmail.com
IP-Kumulatif : 3,59
V. PERMOHONAN FASILITAS
Demi mendukung terlaksana dan kelancaran dari kegiatan penelitian ini,
penulis mengharapkan beberapa permohonan dari pihak perusahaan untuk dapat
menyediakan fasilitas berupa:
1. Tempat tinggal (mess) untuk 1 (satu) orang selama kegiatan penelitian
berlangsung.
2. Konsumsi untuk 1 (satu) orang selama kegiatan berlangsung.
3. Penyediaan alat-alat penunjang; seperti Alat Pelindung Diri (APD), dan
lain-lain selama kegiatan penelitian berlangsung (apabila diperlukan).
4. Penyediaan transportasi selama kegiatan penelitian berlangsung.
5. Biaya transportasi dari Bandung – Lokasi PT Mahakam Sumber Jaya dan
dari Lokasi PT Mahakam Sumber Jaya – Bandung.
VI. PENUTUP
Demikianlah proposal Tugas Akhir ini penulis ajukan. Besar harapan
penulis akan bantuan dan support dari seluruh pihak PT Mahakam Sumber Jaya
demi kelancaran dan terlaksananya kegiatan Tugas Akhir ini. Untuk bahasan,
judul, dan tema yang penulis ajukan, dapat diubah dan menyesuaikan dengan
pihak perusahaan dengan alasan tingkat konsentrasi kerja yang sedang
dibutuhkan. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.