Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih karuniaNya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini, saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Palangka Raya, Oktober 2019

Agnesius Adi Lauriandro

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian SMKP ............................................................................................. 3
2.2 Keselamatan Pertambangan ............................................................................ 5
2.3 K3 Pertambangan ............................................................................................. 5
2.4 Kepala Teknik Tambang ................................................................................. 8
2.5 Penanggung Jawab Oprasional ..................................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia tambang kini telah memiliki sistem manajemen keselamatan sendiri
yang khas dan sesuai dengan karakteristiknya dalam industri pertambangan.
Peraturan perundangan ini, pembuatannya pun melibatkan 3 pilar, yaitu
pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dimana banyak praktisi K3 tambang
dari berbagai perusahaan pertambang-an dan perusahaan jasa pertambangan
berkontribusi aktif dengan menyumbangkan tenaga, pikiran, dan semangat
untuk memenuhi kaidah-kaidah dan alur sebuah sistem manajemen yang
berlaku secara universal dan mendunia, serta sekaligus menjawab tuntutan
spesifik dari industri pertambangan.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan merupakan bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif (PP 50 / 2012, Pasal 1 angka 1). Ruang lingkup
SMKP meliputi beberapa aspek, yaitu kebijakan, perencanaan, organisasi dan
personil, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut, dokumentasi, serta tinjauan
manajemen.
Dasar Pertimbangan Penerapan SMKPV memenuhi ketentuan dalam
Peraturan Perundang-undangan;
Menjamin pekerja tambang yang selamat dan sehat serta operasional
tambang yang aman, efisien, dan produktif dalam pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan, perlu menerapkan sistem manajemen keselamatan
pertambangan mineral dan batubara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari SMKP?
2. Apa pengertian dari K3 pertambangan?
3. Apa yang dimaksud dengan KOP?
4. Apa pengertian dari kepala teknik tambang?
5. Apa tanggung jawab dari PJO?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari SMKP
2. Mengetahui pengertian K3
3. Mengetahui tentang KOP
4. Mengetahui dari pengertian kepala teknik tambang
5. Mengetahui tanggung jawab dari PJO

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian SMKP
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan merupakan bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif (PP 50 / 2012, Pasal 1 angka 1).
Dasar Pertimbangan SMKP Minerba:
a.Memenuhi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
b.Menjamin pekerja tambang yang selamat dan sehat serta operasional tambang
yang aman, efisen, dan produktif dalam pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan,
perlu menerapkan sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara.
Sesuai dengan PerMen ESDM 38 tahun 2014 :
 Tujuan Penerapan SMKP Minerba pada pasal 2 :
a. Meningkatkan efektifitas keselamatan pertambangan yang terencana, terukur,
terstruktur, dan terintegrasi.b. Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat
kerja dan kejadian berbahaya.
c. Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien dan produktif.
d. Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman dan efisien untuk
meningkatkan produktivitas.

 Penerapan SMKP Minerba pada pasal 3 :


Perusahaan wajib menerapkan SMKP Minerba.
a. Perusahaan Pertambangan, yaitu pemegang : IUP. IUPK, IUP operasi produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau permurnia, KK dan PKP2B.
b. Perusahaan jasa Pertambang, yaiu pemeganag : IUJP, dan SKT.
Elemen didalam SMKP terdiri dari :
 Kebijakan.
 Perencanaan.
 Organisasi dan Personil.
 Implementasi.
 Evaluasi dan Tindak Lanjut.

3
 Dokumentasi.
 Tinjauan Manajemen.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara
(SMKP) Minerba
SMK3 sebagai sistem manajemen K3 di semua jenis perusahaan, tidaklah
cukup bagi industri pertambangan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
prioritas utama di dunia pertambangan, maka sebagai jawaban atas hal tersebut,
forum KTT se-Indonesia bersama Kementerian ESDM membentuk sistem
manajemen K3 bagi industri pertambangan, sistem ini dikenal dengan SMKP
Minerba.
Tujuan dari Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara (SMKP Minerba), adalah :
a. Meningkatkan efektifitas Keselamatan Pertambangan yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
b. Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian
berbahaya.
c. Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan
produktif.
d. Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien untuk
meningkatkan produktifitas.

Adapun pemberlakukan Sanksi Administratif yang diatur di dalam Permen


ESDM No. 38 Tahun 2014 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Mineral dan Batubara (SMKP Minerba), adalah sebagai berikut :
a. Peringatan Tertulis : 30 (tiga puluh) Hari Kalender.
b. Penghentian Sementara Sebagian atau Seluruh Kegiatan dikenakan
DJW : 90 (Sembilan puluh) Hari Kalender.
c. Pencabutan IUP, IUPK, IUP OP Khusus, IUJP, SKT.

Adapun Sanksi Administratif dapat dikenakan kepada Perusahaan


Pemegang IUP, IUPK, IUP OP Khusus, IUJP, SKT, oleh Dirjen atau Gubernur,
apabila :

4
1. Perusahaan tidak menerapkan SMKP Minerba.
2. Perusahaan tidak mempunyai KTT atau PJO.
3. Perusahaan tidak menerapkan SMKP Minerba.
4. Perusahaan tidak melakukan Audit Internal atau Audit Eksternal.
5. Perusahaan tidak melaporkan Hasil Audit ke KAIT.

2.2 Keselamatan Pertambangan


Kecelakaan kerja tentu saja merupakan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu operasional pertambangan. Kerugian yang akan diderita tidak
hanya berupa kerugian materi, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa.
Kehilangan sumber daya manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena
manusia adalah satu-satunya sumberdaya yang tidak dapat digantikan oleh
teknologi apapun. perusahaan-perusahaan di bidang Pertambangan/Perminyakan
berusaha menjaga keselamatan para pekerjanya beserta segala asset yang ada, agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu caranya dengan
melengkapi para pekerjanya dengan beberapa alat keselamatan yang memadai. Di
Perusahaan tambang, alat keselamatan kerja ini biasanya dikenal dengan sebutan
APD (Alat Pelindung Diri).
APD di perusahaan pertambangan merupakan kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja. APD dipakai sesuai dengan tingkat bahaya dan risiko
pekerjaaan, demi menjaga keselamatan pekerja dan orang di sekelilingnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
RI. Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya berdasarkan
pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L
'Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan'). Alat-alat keselamatan kerja
(APD) yang sering dipakai di sebuah perusahaan pertambangan dan migas

2.3 K3 Pertambangan
K3 Pertambangan adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui upaya pengelolaan keselamatan

5
kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.
1. Pengertian Kerja tambang
kerja tambang adalah Setiap tempat pekerjaan yang bertujuan atau
berhubungan langsung dengan pekerjaan penyelidikan umum, eksplorasi, study
kelayakan, konstruksi, operasi produksi, pengolahan/ pemurnian dan pengangkutan
bahan galian golongan a, b, c, termasuk sarana dan fasilitas penunjang yang ada di
atas atau di bawah tanah/air, baik berada dalam satu wilayah atau tempat yang
terpisah atau wilayah proyek.
Yang dimaksud kecelakaan tambang yaitu :
a. Kecelakaan Benar Terjadi
b. Membuat Cidera Pekerja Tambang atau orang yang diizinkan di
tambang oleh KTT
c. Akibat Kegiatan Pertambangan
d. Pada Jam Kerja Tambang
e. Pada Wilayah Pertambangan
2. Penggolongan Kecelakaan tambang
a.Cidera Ringan (Kecelakaan Ringan)
 Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang
dari 3 minggu
b.Cidera Berat (Kecelakaan Berat)
 Korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu
 Korban invalid & tidak mampu melaksanakan tugas semula
Berdasarkan cedera korban, yaitu :
1. Retak Tengkorak kepala, tulang punggung pinggul, lengan bawah/atas,
paha/kaki
2. Pendarahan di dalam atau pingsan kurang oksigen
3. Luka berat, terkoyak
4. Persendian lepas
c.Mati
Korban mati dalam waktu 24 jam dari waktu terjadinya kecelakaan

6
Berdasarkan penelitian heinrich:
Perbuatan membahayakan oleh pekerja mencapai 96% antara lain berasal dari:
Alat pelindung diri (12%)
Posisi kerja (30%)
Perbuatan seseorang (14%)
Perkakas (equipment) (20%)
Alat-alat berat (8%)
Tata cara kerja (11%)
Ketertiban kerja (1%)
Sumberlainnya diluar kemampuan dan kendali manusia.
3. Tindakan Setelah Kecelakaan Kerja
1.Manajemen K3
 Pengorganisasian dan Kebijakan K3
 Membangun Target dan Sasaran
 Administrasi, Dokumentasi, Pelaporan
 SOP
Prosedur kerja standar adalah cara melaksanakan pekerjaan yang
ditentukan, untuk memperoleh hasil yang sama secara paling aman, rasional dan
efisien, walaupun dilakukan siapapun, kapanpun, di manapun. Setiap pekerjaan
Harus memiliki SOP agar pekerjaan dapat dilakukan secara benar, efisien dan aman
•Rekrut Karyawan & Kontrol Pembelian
1. Organisasi K3 perlu disertakan dalam Pengontrolan
2. Apakah Karyawan memiliki pengetahuan/keterampilan teknis dan K3
3. Pembelian peralatan kerja sesuai kebutuhan sebagai salah satu faktor
Pencegahan Kecelakaan Kerja
Inspeksi dan Pengujian K3
 Komunikasi K3
 Pembinaan
 Investigasi Kecelakaan
 Pengelolaan Kesehatan Kerja
 Prosedur Gawat Darurat

7
 Pelaksanaan Gernas K3
Manajemen K3 memiliki target dan sasaran berupa tercapainya suatu
kinerja K3 yang optimal dan terwujudnya “ZERO ACCIDENT” dalam kegiatan
Proses Produksi .
2.Pedoman Peraturan K3 Tambang
Ruang Lingkup K3 Pertambangan : Wilayah KP/KK/
PKP2B/SIPD Tahap Eksplorasi/Eksploitasi/Kontruksi
& Produksi/Pengolahan/Pemurnian/Sarana Penunjang
1. UU No. 11 Tahun 1967
2. UU No. 01 Tahun 1970
3. UU No. 23 Tahun 1992
4. PP No. 19 Tahun 1970
5. Kepmen Naker No. 245/MEN/1990
6. Kepmen Naker No. 463/MEN/1993
7. Kepmen Naker No. 05/MEN/1996
8. Kepmen PE. No.2555 K/26/MPE/1994
9. Kepmen PE No. 555 K/26/MPE/1995
10. Kepmen Kesehatan No. 260/MEN/KES/1998
11. Kepmen ESDM No. 1453 K/29/MEM/2000

2.4 Kepala Teknik Tambang


Kepala teknik tambang adalah seseorang yang memimpin dan bertanggung
jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-undangan K3 pada
suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
(sesuai Kepmentamben 555.K/26/M.PE/1995)
Kepala Teknik Tambang (KTT) dibagi menjadi 4 kelasifikasi dengan urutan
sebagai berikut:
 Kelas III B
 Kelas III A
 Kelas II
 Kelas I

8
Syarat menjadi KTT adalah sebagai berikut:
A.KTT Kelas III B
Sistem penambangan : Tambang Semprot (hidrolis), tambang bor, tambang terbuka
berjenjang tunggal dan tanpa menggunakan bahan peledak, kapal keruk dengan
menggunakan pompa hisap, tambang batubara terbuka dengan system manual atau
tambang tahap eksplorasi tanpa terowongan dan tahap konstruksi tambang terbuka.
Perusahaan Pertambangan : Perseorangan, koperasi, dan perusahaan swasta
nasional.
Kualifikasi sebagai KTT kelas III B :
Bagi lulusan sekolah teknik menengah (STM) Tambang/mesin/listrik telah
memiliki sertifikat kursus K3 dengan pengalaman kerja pertambangan minimal 4
tahun.Bagi Sarjana Muda atau DIII dan atau Sarjana (S1), memiliki sertifikat kursus
K3 dan memiliki pengalaman kerja pertambangan sekurang-kurangnya 2 tahun
B.KTT Kelas III A
Sistem penambangan : Kapal keruk dengan menggunakan mangkok, tambang
terbuka berjenjang lebih dari satu, kuari, tambang terbuka dengan skala produksi
kurang dari 1000 ton per hari atau tambang terbuka tahap eksplorasi dengan
terowongan dan konstruksi tambang bawah Tanah.
Perusahaan pertambangan : perusahaan swasta nasional dan BUMN
kualifikasi sebagai KTT kelas III A
Lulusan STM Tambang/Mesin/Listrik telah memiliki sertifikat kursus K3 serta
kursus juru ledak kelas II (KJL kelas II) untuk tambang yang menggunakan bahan
peledak, atau memiliki sertifikat kursus kapal keruk untuk tambang yang
operasinya menggunakan kapal keruk, atau memiliki sertifikat kursus KTT dengan
pengalaman kerja minimal 6 tahun.
Lulusan Sarjana Muda atau DIII dan atau Sarjana (S1), memiliki sertifika kursus
K3 dan KJL kelas II, memiliki sertifikat kursus kapal keruk untuk yang
menggunakan kapal keruk, memiliki sertifikat kursus KTT dan pengalaman kerja
minimal 3 tahun.
Memiliki pengalaman khusus pernah menjadi KTT Kelas IIIB minimal 5 tahun.
C.KTT Kelas II

9
> Warga Indonesia
Sistem penambangan : Tambang terbuka dengan skala produksi lebih dari 1000 ton
per hari dan tambang bijih bawah Tanah.
Perusahaan pertambangan : BUMN, Kontrak Karya, dan perusahaan swasta
nasional.
Kualifikasi sebagai KTT Kelas II
Bagi sarjana Muda dan DIII telah memiliki sertifikat kursus KTT, dengan
pengalaman kerja di tambang terbuka atau bijih bawah Tanah minimal 7 tahun.
Bagi sarjana memiliki sertifikat kursus KTT dan memiliki pengalaman kerja di
pertambangan minimal 5 tahun,
Pernah menjabat sebagai Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) minimal 10 tahun
Memiliki sertifikat pelatihan K3 dan diakreditasi oleh panitia pengesahan KTT
dengan pengalaman minimal 10 tahun.
> Warga Negara Asing (Tenaga Ahli Asing)
Memiliki Mining Manager sertifikat yang telah diakreditasi oleh panitia
Pengesahan KTT
Membuat dan Mempresentasikan makalah yang ditetapkan KAPIT.
D.KTT Kelas I
Sistem penambangan : Tambang batubara bawah Tanah, tambang bijih bawah
Tanah dengan skala produksi 1000 ton per hari.
Kualifikasi sebagai KTT kelas I
> Warga Negara Indonesia
Lulusan Sarjana Muda atau DIII, Sarjana yang telah memiliki sertifikat kursus KTT
dengan pengalaman kerja di tambang batubara bawah Tanah dan atau tambang bijih
bawah Tanah minimal 10 tahun
Pernah menjabat sebagai Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) minimal 15 tahun
pernah menjabat KTT kelas II minimal 5 tahun
> Warga Negara Asing
Memiliki Mining manager sertifikat yang telah diakreditasi oleh Panitia
Pengesahan KTT

10
Membuat dan Mempresentasikan makalah yang telah ditetapkan oleh Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang (KAPIT).

2.5 Penanggung Jawab Oprasional


Sesuai dengan Kepmen 555K tahun 1995 dijelaskan bahwa Kepala
Teknik Tambang dalam melakukan tugas fungsinya di bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada pekerjaan ditambang, permesinan perlistrikan serta
peralatannya dibantu oleh Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis.
Tanggung Jawab Pengawas operasional :

1. Bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang untuk keselamatan


semua pekerja tambang yang menjadi bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab atas keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan dari
semua orang yang ditugaskan kepadanya dan
4. Membuat menandatangani laporan-laporan pemeriksaan, inspeksi dan
pengujian

11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko keselamatan pertambangan yang terdiri atas keselamatan kerja
pertambangan dan keselamatan operasi pertambangan. SMKP Bermanfaat sebagai
pedoman untuk menjalankan operasional pertambangan dan pendukung
penambangan agar tetap selamat. SMKP dapat digunakan untuk analisis resiko
terhadap potensi kecelakaan yang dapat terjadi yang dapat merugikan orang, alat
maupun jam kerja. Hal ini sebagai cara untuk meningkatkan performa keselamatan
tambang berdasarkan hasil evaluasi pencapaian penerapan SMKP. Pada sistem ini
juga diarahkan untuk terintegrasinya sistem manajemen K3 dan Lingkungan hidup
pada pertambangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi
sistem manajemen dan tingkat kematangan sistem manajemen keselamatan
pertambangan mineral dan batubara di Plant Support Equipment Department guna
meminimalisasi tingkat kecelakaan akibat aktifitas pemeliharaan alat pendukung.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sihombing Damayanti., 2014., Implementasi Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja (K3) Pada Proyek Di Kota Bitung (Studi Kasus Proyek
Pembangunan Pabrik Minyak Pt.mns).,di akses dari
https://www.neliti.com/id/publications/130998/implementasi-eselamatan-
dan-kesehatan-kerja-k3-pada-proyek-di-kota-bitung-studi., pada Rabu 16-
10-2019 ( 16:00 WIB).

Sumarno Gito., 2018., Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan


Pertambangan Batubara Di Plant Support Equipment Department.,di
akses dari http://eprints.upnyk.ac.id/16631/., pada Rabu 16-10-2019 (
16:15 WIB).

Ansyari Isya ., 2018 .,Penerapan Siste Manajemen Keselamatan Pertambangan


.,di akses dari https://learnmine.blogspot.com/2015/01/manajemen-
keselamatan-pertambangan.html .,pada Rabu 16-10-2019 ( 16:50 WIB).

Saputra Darmawan., 2016., Tanggung Jawab Pengawas Operasional Tambang.,di


akses dari http://darmawansaputra.com/tanggung-jawab-pengawas-
operasional-tambang/.,pada Rabu 16-10-2019 ( 17.10 WIB )

http://darmawansaputra.com/smkp/
https://lockerinfo.wordpress.com/2016/08/18/sistem-manajemen-keselamatan-
pertambangan-smkp/
https://www.mintecabadi.com/ind/communication/news/180.html

13

Anda mungkin juga menyukai