Anda di halaman 1dari 9

TAMBANG TERBUKA : METODE EKSTRAKSI DENGAN AIR

Dalam tambang terbuka terdapat dua cara ekstraksi yaitu ekstraksi secara mekanik dan
ekstraksi dengan air. Metode ekstraksi dengan air berhubungan dengan air atau cairan pelarut
untuk memperoleh mineral dari dalam bumi baik dengan cara hidrolik maupun dengan
semprotan air. Metode ekstraksi dengan air masih jarang digunakan, tetapi untuk mineral
tertentu penerapan metode ekstraksi dengan air dapat meningkatkan produksi dalam kegiatan
penambangannya.
Metode ekstraksi dengan air dibagi menjadi dua yaitu placer mining dan solution
mining.
1. Placer mining
A. Tambang semprot (hydraulicking)
B. Kapal keruk (dredging)
a) Shallow- water dredging
b) Deep-sea deredging
2. Solution mining
A. Borehole extraction
a) Frasch methode
b) Multiple-well methode
B. Leanching procedures
a) Dump/ heap leancing
b) In situ leanching
C. Evaporite/ evaporation methodes
1. Placer mining
Endapan placer adalah suatu konsentrasi mekanik dari mineral berat yang disebabkan
adanya aliran fluida. Endapan placer dapat diklasifikasikan oleh media pengendapannya
(media transportasi) yaitu alluvial (media air sungai), eolin (media angin), marine (media air
laut), glacial (media es).
Kualitas yang berbeda dari endapan placer sehingga memungkinkan dikatagorikan sebagai
metode ekstraksi dengan air adalah (Daily, 1968) :
Kondisi material yang mudah terberaikan oleh semprotan air
Ketersediaan air mencukupi
Ketersediaan lokasi untuk lokasi pencucian
Terdapat perbedaan densitas antara mineral logam dan mineral pengotor, untuk
didapat pengolahan yang efisien
Pada umumnya, lahan memiliki kemiringan yang sudah memungkinkan
mentransportasikan mineral
Dapat mematuhi peraturan-peraturan lingkungan
A. Tambang semprot (hydraulicking)
Pembongkaran material pada tambang semprot dilakukan dengan memanfaatkan
aliran air bertekanan tinggi, aliran air dihasilkan dari alat monitor yang terhubung dengan
pompa melalui pipa. Hasil pembongkaran berupa lumpur akan dialiran melalui parit- parit
menuju penampungan (berupa palung atau kotak kayu) yang kemudian dipompa menuju
instalasi pencucian.
Faktor utama dalam penerapan tambang semprot yaitu faktor ketesedian air, kegiatan
penambangan dapat diteruskan apabila kebutuhan air kerja dapat terpenuhi. Penambangan

sebaiknya dimulai dari daerah rendah (hilir) ke daerah tinggi (hulu), sehingga lokasi
penampungan hasil pembongkaran akan selalu berada di daerah rendah (daerah hilir).
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup pada tambang semprot umumnya jarang
diperlukan, dan apabila diperlukan pengupasan dilakukan dengan menggunakan semprotan air
yang berasal dari monitor atau dengan alat mekanik.

Gambar 1 : Hydraulicking (Sumber : Morgantown, W.V., dalam buku Introductory


Mining Engineering 2nd ed, Hartman, H. L.)

Kondisi yang dibutuhkan untuk penerapan tambang semprot dalam penjelasan Daily
(1968), Morrison and Russel (1973), dan McLean et al. (1992) :
Kekuatan bijih : material yang tidak kompak atau kerikil dengan jumlah batu yang
sedikit, kecenderungan mineral berharga lebih berat dari limbah
Kekuatan batuan : tidak kompak
Jenis endapan : placer, tabular, bank atau bangku
Kemiringan endapan : hampir datar (2 - 6%)
Ukuran endapan : kecil - menengah (ketebalan 15 - 200 ft atau 5 - 60 m)
Kadar bijih: bisa sangat rendah
Ukuran butir : cukup seragam
Kedalaman: sangat dangkal dan sedikit overburden
Lainnya: membutuhkan jumlah air yang besar
Berikut keuntungan dan kerugian dari tambang semprot berdasarkan pada deskripsi
Daily (1968), Morrison and Russel (1973), and McLean et al. (1992) :
Keuntungan :
Produktivitas yang cukup tinggi dari 100-300 yd3 (75-230 m3) per shift
Biaya penambangan yang rendah
Tingkat produksi menengah
Biaya modal yang rendah; peralatan dan cara penambangan yang sederhana
Dapat mengotomatisasi beberapa operasi
Dapat mengoperasikan tambang dengan beberapa pekerja
Kerugian :
Kerusakan lingkungan yang parah kecuali penerapan rencana perbaikan lahan
dilakukan
Kebutuhan air yang banyak
Hanya untuk jenis endapan yang hancur dengan adanya semprotan air

Pembongkaran sulit dilakukan pengontrloan


B. Pengerukan (dredging)
Pengerukan yang dimaksud yaitu penggalian endapan placer yang berada di bawah air,
alat yang digunakan yaitu alat apung atau disebut kapal keruk. Pada umumnya kapal keruk
dilengkapi dengan instalasi pengolahan (pencucian) dan pembuangan limbah. Kapal keruk
sudah lama dikenal, pertama kali penggunaannya di belanda pada tahun 1565 (Macdonald,
1983). Badan air untuk lokasi pengerukan dapat berupa bentuk alam ataupun buatan manusia.
Metode pengerukan sering dibagi menjadi dua metode yaitu metode perairan dangkal
(shallow- water dredging) dan metode laut dalam (deep-sea deredging).
Kapal keruk perairan dangkal sering diklasifikasikan dengan metode penggalian dan
pengangkutan (Turner 1996, Herbich 1992). Kapal keruk mekanik yaitu kapal yang
melakukan penggalian dan pengangkutan (dipper, bucket, and ladder dredges), dengan
beberapa variasi dalam kategori kapal keruk (Herbich 1992). Kapal keruk hidrolik (juga
disebut kapal keruk hisap) dirancang untuk mengangkut mineral dalam bentuk lumpur,
menggunakan air sebagai media transportasi (Herbich 1992). Banyak sekalai kategori dari
kapal keruk yang dapat digunakan pada sungai dan pelabuhan yang tidak dibahas disini. Jenis
utama kapal keruk yang digunakan dalam penanganan mineral dalam metode ekstraksi
dengan air yaitu bucket-line dredges, cutter-head suction dredges, cutter-wheel suction
dredges.
1) Bucket-line dredges
Bucket-line dredges telah digunakan dari dahulu untuk penambangan emas yang
berupa endapan placer, penggalian dilakukan hingga mencapai kedalam 160 ft (50 m). Sistem
kerja bucket-line dredges yaitu menggali dan mengangkat bahan galian ke instalasi
pengolahan yang teletak pada kapal. Bucket terus bergerak di sekitar ladder (tangga bucket)
untuk menggali dan pengangkatan material, untuk menaikan dan menurunkan ladder
dilakukan dengan menggunakan derek besar. Bahan limbah dibuang dari bagian belakang
kapal keruk melalui conveyor.

Gambar 2 : Bucket Line Dredge (Sumber : Brooks, dalam buku Introductory Mining
Engineering 2nd ed, Hartman, H. L.)

Kapal keruk dilengkapi dengan spuds dibagian belakang ponton, spud berfungsi
sebagai poros kapal untuk berputar. Selain spud kapal keruk juga dilengkapi dengan tali kawat
yang ujungnya ditambatkan ke tepi, tali kawat berfungsi sebagai penggerak kapal.
Pada umumnya, bentuk kolam dibuat secara spesifik untuk mengapungkan kapal keruk. Jenis
bucket-line dredges juga dapat diterapkan pada endapan laut dangkal, telah digunakan untuk
emas, timah, dan berlian
2) Cutter-head suction dredges
Cutter- head suction dredges merupakan salah satu kapal keruk yang dapat menggali
hingga kedalam 60 ft (18 m). Pada jenis kapal keruk ini digunakan kepala pemotong yang

dipasang diujung ladder, kepala pemotong digunakan untuk membongkar endapan placer.
Hasil dari pembongkaran endapan placer akan diangkut dengan cara hidrolik mengunakan
pipa hisap yang dipasang didekat kepala pemotong.

Gambar 3 : Cutter Head Suction Dredge (Sumber : John Huston, dalam buku
Introductory Mining Engineering 2nd ed, Hartman, H. L.)

3) Cutter-wheel suction dredges


Konsep kapal keruk ini sama dengan cutter-head suction dredges, yaitu pengakutan
material hasil penggalian berupa lumpur menggunakan pipa hisap. Yang membedakan dari
kedua sistem ini yaitu pada alat pemotong (alat pembongkaran), pada cutter-wheel suction
dredges pembongkaran endapan menggunkan bucket yang berputar seperti roda pada ujung
leader. Kapal keruk ini mampu menggali hingga kedalaman 115 ft (35 m).

Gambar 4 : Cutter Wheel Suction Dredge (Sumber : Ellicot International, dalam


buku Introductory Mining Engineering 2nd ed, Hartman, H. L.)

Kondisi berikut ini merupakan kondisi yang dibuthkan dalam pengaplikasian kapal
keruk, Daily (1968), Huston (1970), Turner (1996), Morrison and Russel (1973) :
Kekuatan bijih : material yang tidak kompak atau kerikil dengan jumlah batu yang
sedikit (tergantung pada jenis pengeruknya), kecenderungan mineral berharga lebih
berat dari limbah
Kekuatan batuan : tidak kompak
Bentuk endapan : placer, tabular, bank atau bangku
Kemiringan endapan : sebaiknya datar (maksimal 2% - 6%)
Ukuran endapan : menengah - besar (ketebalan 25 - 200 ft atau 8 - 60 m)
Kadar bijih: bisa sangat rendah

Ukuran butir : cukup seragam


Kedalaman: sangat dangkal, sedikit overburden
Lainnya : kebutuhan air (200 -2000 gal/min, atau 33 - 125 lt/detik)
Keuntungan dan kerugian dari pengunaan kapal keruk untuk penambangan. Berikut
ini diuraikan oleh morrison dan Russell (1973), Pfleider (1973), Macdonald (1983), dan
McLean et al. (1992). Karakteristik ini hanaya berlaku untuk tambang air dangkal saja.
Keuntungan :
Paling produktif dari semua metode penambangan (250 - 400 yd3, atau 190 - 300 m3
per shift)
Biaya penambangan terendah (relatif biaya <5%)
Tingkat produksi yang tinggi (maksimal 9 juta yd3 atau 7 juta m3 per tahun)
Tidak membutuhkan banyak pekerja (2 orang - 30 orang)
Hasil produksi yang baik (hingga 90%)
Operasi terus menurus
Kerugian :
Terjadi kerusakan lingkungan yang parah, perlindungan terhadap lingkungan harus
dilakukan, dilarang di beberapa negara
Kebutuhan air sedang (600 - 800 gal/yd3, atau 3.000 - 4.000 l/m3 bahan yang
ditambang)
Hanya jenis endapan yang hancur dengan adanya aksi mekanis maupun hidraulik
Investasi modal yang tinggi untuk kapal keruk besar
2.

Solution mining
Bila produksi bijih konvensional menjadi lebih sulit dan lebih mahal, maka daya tarik
terhadap solution mining sebagai metode eksploitasi akan meningkat. Solution mining adalah
salah satu metode ekstrasi aqueous dimana mineral biasanya diperoleh ditempat dengan
dilarutkan, dicairkan, diluluhkan atau dibuat lumpur meskipun didahului dengan beberapa
persiapan atau eksploitasi di bawah tanah. Tetapi hampir semua operasi dilakukan di
permukaan. Metode solution mining pertama kali digunakan pada tahun 1922 untuk
penambangan garam, sulfur, dan tembaga. Namun, kini pertumbuhannya sangat signifikan
dalam industri mineral. Solution mining memiliki beberapa katagori yaitu borehole extraction
systems, leaching methods, evaporite / evaporative procedures.
A. Borehole extraction systems
Salah satu sistem pada solution mining yaitu borehole extraction systems (sistem
ekstraksi lubang bor), sistem ini memanfaatkan lubang bor untuk menjangkau mineral yang
berada di bawah bumi. Air diinjeksi melalui lubang bor ke dalam endapan mineral yang
kemudian dilarutkan atau dicairkan sehingga menjadi lumpur mineral berharga dan dipompa
ke permukaan melalui lubang bor. Contoh mineral yang dapat dieksploitasi dengan borehole
mining adalah :
Belerang dengan proses melting (frasch process)
Uranium, tembaga, emas, dan perak dengan proses in situ leaching
Garam, potash, dan trona dengan proses dissolusi
Phospat, kaolin,oil sand, batubara, gilsonite, uranium dengan proses slurrying
(teknologi layak tetapi tidak banyak digunakan karena faktor ekonomi)
Kondisi untuk menerapkan sistem ini, dirangkum dari White (1975), Kostick (1982),
Ahlness et al. (1992), dan bartlett :
Kekuatan bijih : material yang cukup kompeten (keras) tetapi memiliki pori (tujuan :
dapat larut, dapat meleleh atau dapat menjadi lumpur)

Kekuatan batuan : batuan disekitar kompak dan tahan (kedap)


Jenis endapan : endapan apapun, tetapi lebih baik endapan tabular
Kemiringan endapan : apapun, tetapi lebih baik datar
Ukuran endapan : sedang sampai besar, ketebalan >50 ft (15 m)
Kadar bijih: menengah (sulfur >5%)
Ukuran butir : seragam
Kedalaman : menengah - tinggi (sulfur umumnya 200 - 2500 ft atau 60 - 750 m, dan
10.000 ft atau 3000 m untuk komoditas lainnya)

Gambar 5 : Multiple Wells (Sumber : Kostick, dalam buku Introductory Mining


Engineering 2nd ed, Hartman, H. L.)

Gambar 6 : Frasch Process (Sumber : Marsden dan Lucas, dalam buku Introductory
Mining Engineering 2nd ed, Hartman, H. L.)

Keuntungan dan kerugian dalam penerapan borehole extraction systems, disusun dari
informasi Bhappu (1982), Hrabik (1986), Shock (1992), Ahlness et al. (1992), dan Bartlett
(1998).
Keuntungan :
Jumlah produksi yang tinggi dilihat dari biaya oprasional yang sedang
Modal yang kecil dibangdikan dengan metode lain

Biaya penambangan yang rendah (rata- rata 5%)


Dapat dilakukan pada endapan yang dalam dan memiliki kadar yang rendah
Waktu yang singkat (tidak memerlukan development) sehinga menghemat biaya
Operasi terus menerus
Lokasi yang terpengaruh minim (kerusakan lahan sedikit)
Kerugian :
Terbatas untuk endapan yang larut, meleleh, atau menajadi lumpur dalam air
Kebutuhan air sedang
Sulit dilakukan pengujian
Pengendalian zona ekstraksi sulit
Perolehan relatif rendah hingga sedang
Kemungkinannya tercemarnya air tanah
B. Leaching
Leaching adalah ekstraksi kimia untuk logam atau mineral dari ikatan suatu cadangan
bijih atau dari material yang telah digali dan ditambang (Fchlitt 1982). Pada dasarnya proses
yang dilakukan adalah proses kimiawi tetapi dapat juga proses bakteri (beberapa bakteri
beraksi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi pada leaching sulfida). Jika ekstraksi
dilakukan ditempat mineral tersebut maka dinamakan leaching insitu, dan bila dilakukan di
tempat penimbunan disebut heap leaching (kategori metode penambangan sekunder).

Gambar 7 : Heap Leach Operation (Sumber : Hutchinson dan Ellison. dalam buku
Introductory Mining Engineering 2nd ed, Hartman, H. L.)

Leaching pada saat ini adalah proses kombinasi, karena ditambahkan pada ekstraksi.
Metode ini dilengkapi beneciation dalam tahap awal dari pengolahan mineral (Lastra dan
Chase 1984). Akibatnya, biaya produksi cenderung relatif lebih rendah dari pada metode
penambangan konvensional. Sebagai perbandingan (Bhappu 1982), untuk penambangan
tembaga, biaya produksi total yang diperkirakan untuk metoda open pit sekitar $ 5,00 - $ 6,8 /
ton sedangkan leaching insitu sekitar $ 3,60 - $ 4,4 / ton.
Aplikasi leaching insitu pada saat ini masih terbatas hanya untuk tembaga dan
uranium, sedangkan leaching timbunan diterapkan untuk penambangan emas dan perak.
Penelitian mengidikasikan bahwa banyak logam seperti mangan, emas, perak, alumunium,
dan nikel merupakan kandidat utama untuk penerapan metode leaching isitu (Porter etl,al,.
1982). Parameter di bawah ini berlaku terutama dalam operasi-situ, informasi tambahan dapat
ditemukan di Schlitt (1982) dan Bartlett (1998):
Kekuatan bijih : material permeable

Kekuatan batuan : bisa lemah tetapi harus tahan (kedap) terhadap pengangkutan
fluida
Bentuk endapan : vein (urat)
Kemiringan endapan : curam
Ukuran endapan : apa saja, lebih diutamakan besar
Kadar bijih: bisa sangat rendah
Ukuran butir : bermacam- macam
Kedalaman : tergantung pada jenis leach, umumnya kurang dari 1000 ft (300 m)
Lainnya: diperlukan jumlah air yang besar
Penggunaan leaching dalam penambangan mineral terus berkembang. Akan tetapi,
aspek ekonomi dan lingkuangan harus dipertimbangakan dalam metode leaching. Keuntungan
dan kerugian diuraikan di sini berasal dari diskusi Schlitt (1992) Marcus (l997 b), dan Bartlett
(1998).
Keuntungan :
Biaya penambangan yang rendah (rata-rata sekitar 5%)
Kebutuhan tenaga kerja yang rendah
Berlaku untuk endapan dengan kadar rendah
Waktu yang singkat (tidak memerlukan development) sehinga menghemat biaya
Sebagai pelengkap pertambangan utama
Faktor kesehatan dan keselamatan baik
Ilmu biologi dapat membantu meningkatkan reaksi dan membantu melindungi
lingkungan
Kerugian :
Hanya untuk material yang larut dalam pencucian kimia
Kebutuhan air yang sedang
Diperlukan lahan yang luas
Hasil yang didapat rendah dalam beberapa kasus
Bahaya pencemaran lingkungan terutama pencemaran air tanah
C. Evaporite
Evaporite merupakan hasil sedimentasi yang dihasilkan dari larutan garam yang
terakumulasi dalam cekungan. Mineral yang khas dalam kategori ini antara lain halit (NaCl),
kalium, dan trona. Mineral ini dapat dilukakan penambangan secara konvensional atau dengan
solution mining. Pengoprasian sistem ini pada umumnya membutuhkan penggunaan energi
surya. Sistem ini dilakukan dengan cara memompakan larutan garam kedalam kolam yang
dangkal agar air dapat menguap dengan bantuan sinar matahari. Penguapan air disini
bertujuan untuk mengkonsentrasikan dan mengkristalkan mineral. Dalam pengambilan garam
yang telah mengkristal, pada umumnya disisahkan lapisan garam untuk melindungi dasar
kolam.
Kondisi yang dibutuhkan dalam metode ini sangat berbeda dengan metode lain,
kondisi yang diperlukan antara lain :
Ore : air asin atau evaporites yang mungkin berubah menjadi air asin
Kekuatan batuan : menegah sampai kuat jika ekstraksi dilakukan secara in situ
Jenis endapan : evaporit yang terdapat di bawah permukaan tanah atau kandungan
mineral dalam air asin
Kemiringan endapan : tidaklah penting
Kadar : bervariasi
Ukuran butir : bervariasi

Kedalaman : bervariasi
Keuntungan metode ini :
Biaya rendah, terutama dengan air asin danau
Konsentrasi alami
Menggunakan energi matahari
Mineral yang relatif mudah ditemukan
Mengurangi waktu dan biaya pembangunan
Recovery yang tinggi
Faktor kesehatan dan keselamatan baik
Biaya tenaga kerja yang rendah
Kerugian :
Khusus untuk air asin
Kebutuhan air sedang
Membutuhkan lahan yang luas
Kemungkinan terjadi pencemaran lingkungan

Sumber bacaan :
Hartman, H. L., Mutmansky, J. M., 2002, Introductory Mining Engineering 2nd ed, New
Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai