tgm@00042022
Minerba
PPO
Melaksanakan
TUK TGM PADANG
UK1POP
3
No. 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, tanggal 9 Sep. 2021
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PERATURAN 2
Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
MENTERI dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, 27 April 2018
Tenaga Kerja
86 UU 13 2003
1. Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan.
9 UU 13 2003
Pelatihan Kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan
kesejahteraan.
11 UU 13 2003
Setiap Tenaga Kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja.
12 UU 13 2003
1) Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau
pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja.
2) Peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diwajibkan bagi pengusaha yang memenuhi
persyaratan yang diatur dengan Keputusan Menteri.
3) Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya.
K3 LINGKUNGAN KERJA
Permen Naker 5 2018 K3LK
K3 Lingkungan Kerja
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui pengendalian lingkungan kerja dan penerapan higiene
dan sanitasi di tempat kerja.
Keselamatam dan Kesehatan Kerja (K3)
….. segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
Lingkungan Kerja
aspek higiene di tempat kerja yang di dalamnya mencakup faktor fiisika,
kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja
dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
Sanitasi
usaha kesehatan preventif yang menitik
beratkan kegiatan kepada usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.
Higiene
usaha kesehatan preventif yang menitik
beratkan kegiatannya kepada usaha
kesehatan individu maupun usaha
pribadi hidup manusia.
KONDISI LINGKUNGAN KERJA
YANG DAPAT MEMPENGARUHI
KESELAMATAN & KESEHATAN
TENAGA KERJA
Aspek Higiene :
I. Faktor Fisik
II. Faktor Kikia
III. Faktor Biologis
IV. Faktor Ergonomi I. Faktor Fisik
V. Faktor Psikologis ▪ suhu/iklim kerja
▪ kebisingan
▪ getaran
▪ penerangan
▪ radiasi
II. Faktor Kimia
▪ gas
▪ uap
▪ asap
▪ debu
V. Faktor Psikologis
▪ kerja yang terpaksa/tidak sesuai kemampuan
▪ suasana kerja yang tidak menyenangkan
▪ hubungan kerja yang tidak baik
▪ kerja yang tidak sesuai keinginan
▪ pikiran yang senantiasa tertekan
PENGERTIAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
bagian dari sistem manajernen pernegang IUP, IUPK, IPR, dan IUJP secara
SMKP keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselarnatan pertambangan
Minerba yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan
keselamatan operasi pertambangan
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
Manajemen Risiko
1 terdiri atas :
suatu proses identifikasi, analisis,
penilaian, pengendalian, dan upaya 1) komunikasi dan konsultasi,
2) penetapan konteks,
menghindari, meminimalisir, atau
3) identifikasi bahaya,
bahkan menghapus risiko yang tidak 4) penilaian dan pengendalian risiko, dan
dapat diterima 5) pemantauan dan peninjauan.
Kesehatan Kerja
Pertambangan 3 Pengelolaan Ergonomi
3 kebijakan perusahaan
Acuan 4
hasil manajemen risiko terhadap seluruh proses, kegiatan,
Penyusunan dan area kerja
Program 5 evaluasi kinerja program kesehatan kerja pertambangan
hasil pemeriksaan terhadap kejadian akibat penyakit tenaga
6
kerja dan penyakit akibat kerja
ketersediaan sumber daya, antara lain manusia, finansial,
7
peralatan.
1 PROGRAM KESEHATAN KERJA
Kesehatan Kerja
UK2POM Cakupan
SMKP Minerba
KESELAMATAN OPERASI (KO) PERTAMBANGAN
a. Kapal keruk
b. Persyaratan operasi kapal keruk
c. Ponton, kompartemen dan
pemeriksaannya
d. Penempatan kapal keruk
e. Relokasi dan penambatan
f. Tindakan pengamanan
g. Sarana dan prasarana
h. Pengedokan (docking)
API merupakan zat pijar yang menyala dan
mengeluarkan cahaya dan panas serta dapat
menghasilkan nyala, asap, dan bara.
API bisa terjadi dengan adanya TIGA unsur
berikut, yaitu: Benda yang dapat terbakar,
Panas dan Oksigen (udara).
Ketiganya biasa disebut sebagai SEGITIGA
API (FIRE TRIANGLE OF COMBUSTION).
Klasifikasi Api/Kebakaran
Tujuan
….. agar dapat menggunakan dengan tepat jenis media pemadam
terhadap berbagai kelas kebakaran. Dengan klasifikasi ini diharapkan
pemilihan media pemadam dapat sesuai dengan jenis kebakaran
sehingga pemadaman dapat berlangsung secara efektif, dengan tidak
mengabaikan prosedur pemadaman yang benar.
Klasifikasi kebakaran atau api yang dianut oleh Indonesia adalah
klasifikasi kebakaran mengadopsi sistem National Fire Protection
Association (NFPA).
Klasifikasi Api/
Kebakaran
Air/Water, jenis APAR yang diisikan oleh air dengan tekanan tinggi, efektif untuk
memadamkan api Kelas A (Kebakaran Kelas A).
1 Akan sangat berbahaya jika dipergunakan pada kebakaran yang dikarenakan Instalasi
Listrik yang bertegangan (Kebakaran Kelas C).
Busa/Foam (AFFF), jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar
2 akan menutupi bahan yang terbakar sehingga oksigen tidak dapat masuk untuk proses
kebakaran. Efektif untuk memadamkan api Kelas A dan B (Kebakaran Kelas A dan B).
Serbuk Kimia/Dry Chemical Powder Fire Extinguisher, jenis APAR terdiri
dari serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi dari monoamonium dan ammonium
3 sulphate. Serbuk kering kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar
sehingga memisahkan oksigen yang merupakan unsur penting terjadinya kebakaran.
Efektif untuk memadamkan kebakaran di hampir semua kelas seperti Kelas A, B dan C.
Karbon Dioksida/Carbon Dioxide (CO2), jenis APAR menggunakan bahan
4 karbon dioksida (Carbon Dioxide/CO2) sebagai bahan pemadamnya. Sangat cocok
untuk Kebakaran Kelas B dan C.
Penempatan APAR
alat pemadam api ringan harus digantungkan pada standar gantung atau
ditempatkan pada rak yang mudah dijangkau dan jelas terlihat. Bagian
atas tidak boleh lebih tinggi dari 1,5 meter atau bagian bawah tidak
boleh lebih rendah dari 80 sentimeter di atas lantai
apabila alat pemadam api tidak mudah terlihat, maka harus dipasang
tanda petunjuk arah dan jalan masuk menuju tempat tersebut dan
harus bebas dari rintangan
alat pemadam api cadangan harus selalu disimpan pada tempat yang
telah ditentukan
ALAT DETEKSI
KEBAKARAN
a. alat pemadam api dan semua peralatan yang diperlukan untuk memadamkan api,
semua alat-alat pembantu serta setiap bahan yang digunakan dalam keadaan darurat,
harus dirawat dalam keadaan siap pakai.
b. alat pemadam api harus selalu dalam keadaan terisi penuh, sehingga dapat
digunakan pada setiap saat. Setiap pekerja yang menggunakan alat pemadam api
tersebut harus melaporkan penggunaannya sehingga alat tersebut dapat diisi kembali
c. pada waktu mengisi alat pemadam api, semua peralatannya harus dibersihkan
dahulu dengan baik.
d. tanggal pengisian dan tanda tangan petugas harus dimuat dalam log book dan atau
pada label yang dilekatkan pada setiap alat pemadam api.
e. setiap alat pemadam api harus ditangani sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatannya.
f. apabila hidran merupakan bagian dari sistem alat pemadam kebakaran, hidran
tersebut harus selalu dirawat dalam keadaan siap pakai.
g. apabila menggunakan team pemadam kebakaran dari luar, maka harus tersedia
siamese connections yang dapat dipakai untuk semua hidran
Housekeeping & Budaya 5R
5R
5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memper-
lakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,
bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan,
dan dengan demikian 4 bidang sasaran pokok industri, yaitu efisiensi,
produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai.
Program
Pro 5 R5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin),
gram
merupakan adaptasi program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan
Shitsuke) yang dikembangkan di Jepang dan sudah digunakan oleh
banyak negara di seluruh penjuru dunia. Ini merupakan suatu metode
sederhana untuk melakukan penataan dan pembersihan tempat kerja
yang dikembangkan dan diterapkan di Jepang.
PRINSIP PROGRAM 5 R
Memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan
yang tidak diperlukan dari tempat kerja.
1 RINGKAS Mengetahui benda mana yang tidak digunakan, mana yang akan
disimpan, bagaimana cara menyimpan supaya dapat mudah diakses.
Menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalah
hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan
2 RAPI mendapatkannya kembali pada saat diperlukan dengan mudah.
Perusahaan tidak boleh asal-asalan dalam memutuskan dimana
5R ditentukan.
1. Target bersama,
2. Teladan atasan
5 RINGKAS 3. Hubungan/komunikasi di lingkungan kerja
4. Kesempatan belajar
ALAT PELINDUNG DIRI
Permen Nakertrans Per. 08 2010 APD
Pasal 1
..... suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya
Alat Pelindung Diri mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja.
Bouyancy Control
Device
pwsr@00042022