Anda di halaman 1dari 75

tuk.

tgm@00042022
Minerba
PPO

Melaksanakan
TUK TGM PADANG

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN


TERKAIT KESELAMATAN PERTAMBANGAN

UK1POP

Sumber Modul : peraturan perundang-undangan, SNI, materi diklat IT,


materi diklat POP, POM & POU dan berbagai sumber lainnya.
UNIT KOMPETENSI SKEMA POP
No Kode Unit Judul Unit Kompetensi
Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait
1. PMB.PO02.001.01
Keselamatan Pertambangan
2. PMB.PO02.002.01 Melaksanakan Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan
Pertambangan pd Area yang menjadi Tanggung Jawabnya
Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan
3. PMB.PO02.003.01
Terencana
4. PMB.PO02.004.01 Melaksanakan Investigasi Kecelakaan
5. PMB.PO02.005.01 Melaksanakan Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko
Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan terkait
6. PMB.PO02.006.01
Perlindungan Lingkungan
7. PMB.PO02.007.01 Melaksanakan Inspeksi
8. PMB.PO02.008.01 Melaksanakan Analisis Keselamatan Pekerjaan

8 Judul Unit Kompetensi


34 Elemen Kompetensi Permen ESDM 43 2016
143 Kriteria Unjuk Kerja (KUK) PPSK3POBPMB
UK1POP Melaksanakan Peraturan Perundang-undangan
terkait Keselamatan Pertambangan

Eleman 1 Menerapkan peraturan perundang - undangan tentang


4 KUK keselamatan pertambangan khususnya yang berkaitan
dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Eleman 2 Menerapkan Dasar - Dasar Keselamatan Pertambangan
19 KUK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

1 No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, 12 Januari 1970

UNDANG 2 No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, 25 Maret 2003


UNDANG

No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara, tanggal 12 Januari 2019. (srbagaimana telah
3 diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, tanggal 10 Juni 2020).
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan


1 Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara, tanggal 5 Juli 2010

PERATURAN 2 No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen


PEMERINTAH Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tanggal 12 April 2012

3
No. 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, tanggal 9 Sep. 2021
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Tenagakerja & Transmigrasi No. Per.08/MEN/ VII/2010


1
tentang Alat Pelidung Diri, 6 Juli 2010

PERATURAN 2
Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan
MENTERI dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, 27 April 2018

Energi Sumber Daya Mineral No. 26 Tahun 2018 tentang


3
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Minerba, 2 Mei 2018

Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang


KEPUTUSAN Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertam-bangan yang Baik,
MENTERI tanggal 7 Mei 2018
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Nomor 308.K/30/DJB/2018 tentang Petunjuk Teknis Pengangkatan,


Pengesahan, Pengunduran Diri dan Pemberhentian Kepala
1 Teknik Tambang atau Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan,
Kepala Tambang Bawah Tanah, serta Wakil Kepala Teknik Tambang
atau Wakil Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan, 21-11-2018

Nomor 309.K/30/DJB/2018 tentang Petunjuk Teknis Keselamatan


KEPDIRJEN Bahan Peledak dan Peledakan serta Keselamatan Fasilitas
2 Penimbunan Bahan Bakar Cair pada Kegiatan Usaha Pertambangan
MINERBA Mineral dan Batubara, 21-11-2018

Nomor 185.K/37.04/DJB/2019 tentang Petunjuk Teknis


3
Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Pelaksanaan,
Penilaian dan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara, 11-7-2019
SYARAT KESELAMATAN KERJA
3 UU 1 1970
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya
e. memberi pertolongan pada kecelakaan
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan
3 UU 1 1970
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
KEWAJIBAN PENGURUS
8, 9 & 14 UU 1 1970

1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan


fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
padanya.
2. Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh
Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
3. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, dan dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.
8, 9 & 14 UU 1 1970
4. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
5. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan
semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
6. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan pada tenaga kerja dan menyediakan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
12 UU 1 1970

Kewajiban dan Hak


 Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan
 Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
 Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat
kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung jawabkan.

Tenaga Kerja
86 UU 13 2003
1. Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan.
9 UU 13 2003
Pelatihan Kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan
kesejahteraan.

11 UU 13 2003
Setiap Tenaga Kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui
pelatihan kerja.
12 UU 13 2003
1) Pengusaha bertanggung jawab atas peningkatan dan/atau
pengembangan kompetensi pekerjanya melalui pelatihan kerja.
2) Peningkatan dan/atau pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diwajibkan bagi pengusaha yang memenuhi
persyaratan yang diatur dengan Keputusan Menteri.
3) Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya.
K3 LINGKUNGAN KERJA
Permen Naker 5 2018 K3LK

K3 Lingkungan Kerja
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui pengendalian lingkungan kerja dan penerapan higiene
dan sanitasi di tempat kerja.
Keselamatam dan Kesehatan Kerja (K3)
….. segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
Lingkungan Kerja
aspek higiene di tempat kerja yang di dalamnya mencakup faktor fiisika,
kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang keberadaannya di tempat kerja
dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
Sanitasi
usaha kesehatan preventif yang menitik
beratkan kegiatan kepada usaha
kesehatan lingkungan hidup manusia.
Higiene
usaha kesehatan preventif yang menitik
beratkan kegiatannya kepada usaha
kesehatan individu maupun usaha
pribadi hidup manusia.
KONDISI LINGKUNGAN KERJA
YANG DAPAT MEMPENGARUHI
KESELAMATAN & KESEHATAN
TENAGA KERJA

Aspek Higiene :
I. Faktor Fisik
II. Faktor Kikia
III. Faktor Biologis
IV. Faktor Ergonomi I. Faktor Fisik
V. Faktor Psikologis ▪ suhu/iklim kerja
▪ kebisingan
▪ getaran
▪ penerangan
▪ radiasi
II. Faktor Kimia
▪ gas
▪ uap
▪ asap
▪ debu

III. Faktor Biologis


▪ bakteri
▪ virus
▪ jamur
▪ serangga
▪ cacing
▪ binatang
IV. Faktor Ergonomi
▪ sikap kerja yang tidak baik
▪ peralatan yang tidak sesuai
▪ proses, sikap dan cara kerja yang monoton
▪ beban kerja yang melebihi kemampuan

V. Faktor Psikologis
▪ kerja yang terpaksa/tidak sesuai kemampuan
▪ suasana kerja yang tidak menyenangkan
▪ hubungan kerja yang tidak baik
▪ kerja yang tidak sesuai keinginan
▪ pikiran yang senantiasa tertekan
PENGERTIAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

segala kegiatan yang meliputi pengelolaan keselamatan


Keselamatan
Pertambangan dan kesehamn kerja pertambangan dan keselamatan
operasional pertambangan
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi pekerja
K3 tambang agar selamat dan sehat melalui upaya pengelolaan
Pertambangan keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

kegala kegiatan untuk menjamin dan melindungi


operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif
melalui upaya, antara lain pengelolaan sistem dan
KO pelaksanaan pemeliharaan/ perawatan sarana, prasarana,
Pertambangan instalasi, dan peralatan pertambangan, pengamanan instalasi,
kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan
pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi
laporan hasil kajian teknis pertambanagan
L.1. KEPDIRJEN MINERBA 185.K/37.04/DJB/201 9
UPAYA PENGELOLAAM K3 PERTAMBANGAN
1. manajemen risiko 5. administrasi keselamatan kerja
2. program keselamatan kerja pertambangan
Keselamatan Kerja pertambangan 6. manajemen keadaan darurat
Pertamangan 3. pendidikan dan pelatihan 7. inspeksi keselamatan kerja pertambangan
keselamatan pertambangan 8. penyelidikan kecelakaan dan kejadian
4. kampanye berbahaya

1. program kesehatan kerja 4. pengelolaan makanan,


Kesehatan Kerja 2. higiene dan sanitasi tempat minuman dan gizi pekerja
Pertambangan kerja 5. dianogsis dan pemeriksaan
3. pengelolaan ergonomi penyakit akibat kerja

K3 1. pengelolaan debu 6. pengelolaan iklim kerja


Pertambangan 2. pengelolaan kebisingan 7. pengelolaan radiasi
Lingkungan 3. pengelolaan getaran 8. pengelolaan faktor kimia
Kerja 4. pengelolaan pencahayaan 9. pengelolaan faktor biologi
5. pengelolaan kuantitas dan 10. pengelolaan kebersihan
kualitas udara kerja lingkungan kerja.

bagian dari sistem manajernen pernegang IUP, IUPK, IPR, dan IUJP secara
SMKP keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselarnatan pertambangan
Minerba yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan
keselamatan operasi pertambangan
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
Manajemen Risiko
1 terdiri atas :
suatu proses identifikasi, analisis,
penilaian, pengendalian, dan upaya 1) komunikasi dan konsultasi,
2) penetapan konteks,
menghindari, meminimalisir, atau
3) identifikasi bahaya,
bahkan menghapus risiko yang tidak 4) penilaian dan pengendalian risiko, dan
dapat diterima 5) pemantauan dan peninjauan.

Program Keselamatan Pertambangan


Keselamatan Kerja 2 program keselamatan kerja dibuat dan dilaksanakan untuk
Pertambangan
mencegah kecelakaan, kejadian berbahaya, kebakaran dan kejadian
lain yang berbahaya serta menciptakan budaya keselamatan kerja

Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan Pertambangan


3
pendidikan dan pelatihan diberikan kepada pekerja baru, pekerja tambang untuk tugas
baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan atau
pendidikan dan pelatihan lainnya.
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan disesuaikan dengan kegiatan, jenis, dan risiko
pekerjaan pada kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan dan/atau pemurnian dan
mengacu kepada standar kompetensi yang berlaku atau kualifikasi yang ditetapkan KaIT
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
Kampanye
4 kampanye dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tidak terbatas
pada Bulan K3 Nasional. Kampanye keselamatan kerja direncanakan dan dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan peraturan perundang undangan. Pelaksanaan
kampanye keselamatan dievaluasi sebagai bahan peningkatan kinerja keselamatan kerja

Administrasi Keselamatan Pertambangan


Keselamatan Kerja
Pertambangan 5 buku tambang, buku daftar kecelakaan tambang dan dokumentasi
kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja dan
penyakit akibat kerja, pelaporan keselamatan kerja, rencana kerja
dan anggaran biaya keselamatan kerja, prosedur dan /atau
instruksi kerja, dokumen dan laporan pemenuhan kompetensi dan
persyaratan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

6 Manajemen Keadaan Darurat


prosedur pengelolaan keadaan darurat :
a. identifikasi dan penilaian keadaan darurat
b. pencegahan keadaan darurat
c. kesiapsiagaan keadaan darurat
d. respon keadaan darurat, dan
e. pemulihan keadaan darurat
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
Inspeksi Keselamatan Kerja Pertambangan
7 prosedur inspeksi paling sedikit terdiri dari :
1) tujuan inspeksi, 8) metode atau tata cara inspeksi.
2) jenis inspeksi, 9) pelaksanaan inspeksi,
3) pelaksana inspeksi, 10) klasifikasi bahaya,
4) objek inspeksi, 11) laporan inspeksi,
5) jadwal dan frekuensi inspeksi, 12) tindak lanjut inspeksi,
6) lembar periksa inspeksi, 13) evaluasi hasil tindak lanjut inspeksi,
7) peralatan inspeksi, 14) dokumentasi.
Keselamatan Kerja
Pertambangan
menyusun, menetapkan, dan melaksanakan inspeksi meliputi :
1) perencanaan inspeksi 4) rekomendasi dan tindak lanjut hasil
2) persiapan inspeksi inspeksi
3) pelaksanaan inspeksi 5) evaluasi kegiatan inspeksi
6) laporan dan penyebarluasan hasil
inspeksi

Penyeledikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya


8
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
Penyeledikan Kecelakaan dan Kejadian Berbahaya
8 pemegang IUP, IUPK, IUPOPKPP dan IPR menyusun, menerapkan,
menetapkan dan mendokumentasikan prosedur penyelidikan kecelakaan dan
kejadian berbahaya.
kecelakaan dan kejadian berbahaya dilakukan penyelidikan oleh KTT, PTL atau
Inspektur Tambang berdasarkan pertimbangan KaIT/Kepala Dinas atas nama
KaIT.
KTT/PTL segera melakukan penyelidikan terhadap semua kecelakaan dan
kejadian berbahaya dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.
Keselamatan Kerja
Pertambangan prosedur penyelidikan kecelakaan dan kejadian berbahaya, paling sedikit
meliputi :
▪ pelaporan awal
▪ pengamanan lokasi dan barang bukti ditempat kejadian
▪ pembentukan tim penyelidikan, dan
▪ tahapan penyelidikan
1) tahap persiapan
2) tahap pelaksanaan
3) tahap pelaporan
4) pemantauan pelaksanaan tindakan koreksi
5) evaluasi penyelidikan kecelakaan atau kejadian berbahaya
6 MANAJEMEN KEADAAN DARURAT
Keadaan Darurat
semua kejadian yang tidak diinginkan, terjadi secara mendadak, diakibatkan oleh alam
maupun kegiatan usaha pertambangan, dan kejadian itu dapat membahayakan manusia,
peralatan, proses produksi dan lingkungan kerja.

(6a) Identifikasi dan Penilaian Keadaan Darurat


setiap potensi keadaan darurat yang mungkin muncul diidentifikasi dan dinilai

(6b) Pencegahan Keadaan Darurat


program pencegahan keadaan darurat disusun dan dilaksanakan sesuai dengan
hasil identifikasi potensi keadaan darurat

(6c) Kesiapsiagaan Keadaan Darurat


penanggulangan keadaan darurat direncanakan sesuai dengan tingkatan atau
kategori keadaan yang sudah diidentifikasi.
Sumber daya, sarana, dan prasarana serta Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten agar disiapkan, untuk menjamin keadaan darurat dapat dideteksi dan
ditanggulangi sesegera mungkin.
6 MANAJEMEN KEADAAN DARURAT
Ketentuan Pembentukan Tim Tanggap Darurat
a) sehat jasmani dan rohani,
b) ketua tim ditunjuk oleh KTT atau PTL dan memiliki kompetensi dalam melakukan supervisi
penanggulangan kondisi darurat di area kerja/operasi tarnbang,
c) anggota tim tanggap darurat memiliki kornpetensi yang sesuai,
d) jumlah minimum personel tim tanggap darurat disetiap gilir jaga disesuaikan dengan penilaian
potensi keadaan darurat yang ada, dan
e) mendapat pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan hasil penilaian risiko.

(6d) Respon Keadaan Darurat


pada saat terjadi keadaan darurat, sumber daya, sarana, dan prasarana serta
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten sesegera mungkin dapat
menanggulangi keadaan darurat

(6e) Pemulihan Keadaan Darurat


pemulihan keadaan darurat paling kurang mencakup pengaturan tim pemulihan,
investigasi keadaan darurat, perkiraan kerugian, pembersihan lokasi, operasi
pemulihan, dan laporan pemulihan pasca keadaan darurat.
KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN

1 Program Kesehatan Kerja

2 Higiene dan Sanitasi Tempat Kerja

Kesehatan Kerja
Pertambangan 3 Pengelolaan Ergonomi

4 Pengelolaan Makanan, Minuman dan Gizi Pekerja

5 Dianogsis dan Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja


1 PROGRAM KESEHATAN KERJA

peraturan perundang-undangan dan standar terkait yang


1
berlaku
2 persyaratan lainnya yang terkait

3 kebijakan perusahaan
Acuan 4
hasil manajemen risiko terhadap seluruh proses, kegiatan,
Penyusunan dan area kerja
Program 5 evaluasi kinerja program kesehatan kerja pertambangan
hasil pemeriksaan terhadap kejadian akibat penyakit tenaga
6
kerja dan penyakit akibat kerja
ketersediaan sumber daya, antara lain manusia, finansial,
7
peralatan.
1 PROGRAM KESEHATAN KERJA

Kesehatan Kerja

upaya yang ditujukan untuk melindungi setiap orang yang berada di


tempat kerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, PP88/2019.

Program Kesehatan Kerja


dibuat, ditetapkan, dan dilaksanakan dengan pendekatan :
1. promotif atau promosi kesehatan, 3. kuratif atau pengobatan, dan
2. preventif atau pencegahan penyakit, 4. rehabilitatif atau pemulihan.
B.2. Higiene dan Sanitasi
Higiene dan sanitasi dilakukan dengan menyediakan fasilitas untuk menunjang
tercapainya higienitas, serta melakukan pengelolaan sanitasi di area kerja.

B.3. Pengelolaan Ergonomi


Pengelolaan ergonomi dilakukan dengan mengelola kesesuaian antara pekerjaan,
lingkungan kerja, peralatan dan pekerja tambang.

B.4. Pengelolaan Makanan, Minuman &


Gizi Pekerja Tambang
Pengelolaan makanan, minuman dan gizi pekerja tambang dilakukan dengan
memastikan bahwa penyediaan makanan dan minuman telah memenuhi syarat
keamanan, kecukupan, dan higienitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
mempertimbangkan aspek keseimbangan gizi pekerja.
Pekerja tambang yang di bawah pengaruh alkohol dan napza (narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya) dilarang bekerja.
B.5. Diagnosis & Pemeriksaan Penyakit Akibat Kerja
Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian tahapan
pemeriksaan klinis, kondisi pekerja tambang, serta lingkungan kerja.
Pengelolaan Kesehatan Kerja juga meliputi manajemen risiko,
pendidikan dan pelatihan, administrasi, manajemen keadaan
darurat, inspeksi, dan kampanye pengelolaan kesehatan kerja
yang pedoman pelaksanaannya menyesuaikan dengan pedoman
pengelolaan keselamatan kerja.

Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis,


penilaian, pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir,
atau bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima.
LINGKUNGAN KERJA
Pengelolaan lingkungan kerja dilakukan
dengan cara antisipasi, pengenalan,
pengukuran dan penilaian, evaluasi, serta
pencegahan dan pengendalian bahaya
dan risiko di lingkungan kerja.
Cakupan :
▪ pengelolaan debu
▪ pengelolaan kebisingan
▪ pengelolaan getaran
▪ pengelolaan pencahayaan
▪ pengelolaan kuantitas dan kualitas udara kerja
▪ pengelolaan iklim kerja
▪ pengelolaan radiasi
▪ pengelolaan faktor kimia
▪ pengelolaan faktor biologi, dan
▪ pengelolaan kebersihan lingkungan kerja.
Pengukuran dan penilaian lingkungan kerja dilakukan oleh Tenaga
Teknis Pertambangan yang Berkompeten dan mengacu kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan Lingkungan Kerja juga meliputi manajemen risiko,
pendidikan dan pelatihan, administrasi, manajemen keadaan
darurat, inspeksi, dan kampanye pengelolaan lingkungan kerja yang
pedoman pelaksanaannya menyesuaikan dengan pedoman
pengelolaan keselamatan kerja.
SMKP MINERAL DAN BATUBARA
SMKP Minerba,
….. bagian dari sistem manajernen pernegang IUP, IUPK, IPR, dan IUJP secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselarnatan pertambangan
yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan dan
keselamatan operasi pertambangan.

UK2POM Cakupan
SMKP Minerba
KESELAMATAN OPERASI (KO) PERTAMBANGAN

….. segala kegiatan untuk menjamin


dan melindungi operasional
tambang yang aman, efisien, dan
produktif melalui upaya, antara lain
pengelolaan sistem dan pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan, pengamanan
instalasi, kelayakan sarana,
prasarana instalasi, dan peralatan
pertambangan, kompetensi tenaga
teknik, dan evaluasi laporan hasil
kajian teknis pertambanagan.
Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana,
1
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
2 Pengamanan instalasi
Tenaga teknis pertambangan yang berkompeten di
3
bidang keselamatan operasi
Kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
4 pertambangan dengan melaksanakan uji dan
pemeliharaan kelayakan
CAKUPAN KO 5 Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan
PERTAMBANGAN
6 Keselamatan bahan peledak dan peledakan
7 Keselamatan fasilitas pertambangan
8 Keselamatan eksplorasi
9 Keselamatan tambang permukaan
10 Keselamatan tambang bawah tanah
11 Keselamatan kapal keruk/isap
Tenaga teknis pertambangan yang berkompeten di bidang
3
keselamatan operasi

Tenaga teknis pertambangan yang berkompeten, tenaga pertambangan


yang memiliki pengetahuan, kemampuan, pengalaman, atau sertifikasi
kompetensi bagi area kerja yang telah memiliki standar kompetensi kerja yang
berlaku wajib di bidang eksplorasi/geologi, survei/pemetaan, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, pengangkutan,
dan/atau reklamasi dan pascatambang yang diakui Pemerintah
Kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
4
dengan melaksanakan uji dan pemeliharaan kelayakan

a. Kelayakan peralatan dan instalasi


b. Kelayakan instalasi kelistrikan
c. Kelayakan instalasi peralatan hidrolik dan pneumatik
d. Kelayakan instalasi komunikasi
e. Kelayakan perkakas
f. Kelayakan operasi ban berjalan (Conveyor)
g. Kelayakan operasi pipa penyalur
h. Kelayakan bejana tekan dan katup pengaman
i. Kelayakan operasi ketel uap
j. Kelayak operasi peralatan putar
k. Kelayakan operasi pesawat angkat dan/atau angkut
7 Keselamatan fasilitas pertambangan

a. Gudang dan bangunan


b. Perbengkelan
c. Tangki timbun
d. Tangki portable
e. Stasiun pengisian bahan bakar dalam kegiatan pertambangan atau
pengolahan dan/atau pemurnian mineral dan batubara
f. Pergudangan
g. Stockpile
h. Instalasi pengolahan air (IPA)/water treatment plant & instalasi pengolahan
air limbah (IPAL)/waste water treatment plant
i. Laboratorium
j. Permesinan dan ruang mesin
k. Angkutan air
l. Angkutan udara
m. Angkutan darat
8 Keselamatan eksplorasi
a. Pelaksanaan umum eksplorasi
b. Pemetaan geologi eksplorasi
c. Pembuatan parit uji
d. Pembuatan sumur uji
e. Pengeboran eksplorasi
f. Pasca pengeboran eksplorasi
g. Pengeboran eksplorasi tambang bawah tanah

9 Keselamatan tambang permukaan


a. Perencanaan tambang permukaan
b. Oprasional tambang permukaan
10 Keselamatan tambang bawah tanah
a. Administrasi tambang bawah tanah
b. Jalan keluar
c. Perlindungan tempat kerja
d. Penerangan pada tambang bawah tanah
e. Komunikasi
f. Sumuran dan derek
g. Alat Pemanjat lubang naik
h. Pengangkutan
i. Pengangkutan dengan ban berjalan
j. Ventilasi
k. Penirisan gas metan
l. Pencegahan terhadap penyulutan gas dan debu mudah menyala
m. Pencegahan kebakaran di tambang bawah tanah
n. Kontrol batuan, penyangga dan cara melakukannya
o. Penirisan air tambang bawah tanah
11 Keselamatan kapal keruk/isap

a. Kapal keruk
b. Persyaratan operasi kapal keruk
c. Ponton, kompartemen dan
pemeriksaannya
d. Penempatan kapal keruk
e. Relokasi dan penambatan
f. Tindakan pengamanan
g. Sarana dan prasarana
h. Pengedokan (docking)
API merupakan zat pijar yang menyala dan
mengeluarkan cahaya dan panas serta dapat
menghasilkan nyala, asap, dan bara.
API bisa terjadi dengan adanya TIGA unsur
berikut, yaitu: Benda yang dapat terbakar,
Panas dan Oksigen (udara).
Ketiganya biasa disebut sebagai SEGITIGA
API (FIRE TRIANGLE OF COMBUSTION).
Klasifikasi Api/Kebakaran

Tujuan
….. agar dapat menggunakan dengan tepat jenis media pemadam
terhadap berbagai kelas kebakaran. Dengan klasifikasi ini diharapkan
pemilihan media pemadam dapat sesuai dengan jenis kebakaran
sehingga pemadaman dapat berlangsung secara efektif, dengan tidak
mengabaikan prosedur pemadaman yang benar.
Klasifikasi kebakaran atau api yang dianut oleh Indonesia adalah
klasifikasi kebakaran mengadopsi sistem National Fire Protection
Association (NFPA).
Klasifikasi Api/
Kebakaran

kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar padat,


1 Kelas A seperti kayu, kain, kertas, kapuk, karet, plastik dan lain
sebagainya.
kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar cair,
2 Kelas B seperti bensin, minyak tanah, spirtus, solar, avtur (jet fuel)
dan lain sebagainya.
kebakaran atau api yang terjadi karena kegagalan fungsi
3 Kelas C peralatan listrik.

kebakaran atau api yang terjadi pada bahan bakar logam


4 Kelas D atau metal, seperti magnesium, titanium, aluminium, dan
lain sebagainya.
Api kelas K : kebakaran atau api yang disebabkan dari pekerjaan dapur. Pada kasus ini, pemanasan
yang berlebih/akibat dari keteledoran manusia menyebabkan terbakarnya minyak dan bahan masakan
lain yangmengandung minyak, sehingga dapat berisiko menjalar pada perabot di area dapur.
Jenis APAR

Air/Water, jenis APAR yang diisikan oleh air dengan tekanan tinggi, efektif untuk
memadamkan api Kelas A (Kebakaran Kelas A).
1 Akan sangat berbahaya jika dipergunakan pada kebakaran yang dikarenakan Instalasi
Listrik yang bertegangan (Kebakaran Kelas C).
Busa/Foam (AFFF), jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar
2 akan menutupi bahan yang terbakar sehingga oksigen tidak dapat masuk untuk proses
kebakaran. Efektif untuk memadamkan api Kelas A dan B (Kebakaran Kelas A dan B).
Serbuk Kimia/Dry Chemical Powder Fire Extinguisher, jenis APAR terdiri
dari serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi dari monoamonium dan ammonium
3 sulphate. Serbuk kering kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar
sehingga memisahkan oksigen yang merupakan unsur penting terjadinya kebakaran.
Efektif untuk memadamkan kebakaran di hampir semua kelas seperti Kelas A, B dan C.
Karbon Dioksida/Carbon Dioxide (CO2), jenis APAR menggunakan bahan
4 karbon dioksida (Carbon Dioxide/CO2) sebagai bahan pemadamnya. Sangat cocok
untuk Kebakaran Kelas B dan C.
Penempatan APAR

alat pemadam api ringan harus digantungkan pada standar gantung atau
ditempatkan pada rak yang mudah dijangkau dan jelas terlihat. Bagian
atas tidak boleh lebih tinggi dari 1,5 meter atau bagian bawah tidak
boleh lebih rendah dari 80 sentimeter di atas lantai

apabila alat pemadam api tidak mudah terlihat, maka harus dipasang
tanda petunjuk arah dan jalan masuk menuju tempat tersebut dan
harus bebas dari rintangan

alat pemadam api cadangan harus selalu disimpan pada tempat yang
telah ditentukan
ALAT DETEKSI
KEBAKARAN

Heat detector Smoke detector Flame detector


PENGAWASAN & PERAWATAN APAR

a. alat pemadam api dan semua peralatan yang diperlukan untuk memadamkan api,
semua alat-alat pembantu serta setiap bahan yang digunakan dalam keadaan darurat,
harus dirawat dalam keadaan siap pakai.
b. alat pemadam api harus selalu dalam keadaan terisi penuh, sehingga dapat
digunakan pada setiap saat. Setiap pekerja yang menggunakan alat pemadam api
tersebut harus melaporkan penggunaannya sehingga alat tersebut dapat diisi kembali
c. pada waktu mengisi alat pemadam api, semua peralatannya harus dibersihkan
dahulu dengan baik.
d. tanggal pengisian dan tanda tangan petugas harus dimuat dalam log book dan atau
pada label yang dilekatkan pada setiap alat pemadam api.
e. setiap alat pemadam api harus ditangani sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatannya.
f. apabila hidran merupakan bagian dari sistem alat pemadam kebakaran, hidran
tersebut harus selalu dirawat dalam keadaan siap pakai.
g. apabila menggunakan team pemadam kebakaran dari luar, maka harus tersedia
siamese connections yang dapat dipakai untuk semua hidran
Housekeeping & Budaya 5R

5R
5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memper-
lakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,
bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan,
dan dengan demikian 4 bidang sasaran pokok industri, yaitu efisiensi,
produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai.

Program
Pro 5 R5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin),
gram
merupakan adaptasi program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan
Shitsuke) yang dikembangkan di Jepang dan sudah digunakan oleh
banyak negara di seluruh penjuru dunia. Ini merupakan suatu metode
sederhana untuk melakukan penataan dan pembersihan tempat kerja
yang dikembangkan dan diterapkan di Jepang.
PRINSIP PROGRAM 5 R
Memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan
yang tidak diperlukan dari tempat kerja.
1 RINGKAS Mengetahui benda mana yang tidak digunakan, mana yang akan
disimpan, bagaimana cara menyimpan supaya dapat mudah diakses.
Menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalah
hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan
2 RAPI mendapatkannya kembali pada saat diperlukan dengan mudah.
Perusahaan tidak boleh asal-asalan dalam memutuskan dimana

5R benda-benda harus diletakkan untuk mempercepat waktu dalam


memperoleh barang tersebut.
Membersihkan tempat/lingkungan kerja, mesin/peralatan dan
3 RESIK barang-barang agar tidak terdapat debu dan kotoran.
Mempertahankan hasil yang telah dicapai pada 3R sebelumnya
4 RAWAT dengan membakukannya (standardisasi).
Terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan
meningkatkan apa yang sudah dicapai.
5 RINGKAS Rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di
tempat kerja.
RAJIN
“LAKUKAN APA YANG HARUS
DILAKUKAN DAN JANGAN MELAKUKAN
APA YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN”
LANGKAH KERJA 5 R
1. Cek barang yang berada di area masing-masing.
2. Tetapkan kategori barang-barang yang digunakan dan yang tidak digunakan.
3. Beri label warna merah untuk barang yang tidak digunakan
1 RINGKAS 4. Siapkan tempat untuk menyimpan/membuang/memusnahkan barang-barang
yang tidak digunakan.
5. Pindahkan barang-barang yang berlabel merah ke tempat yang telah

5R ditentukan.

1. Rancang metode penempatan barang yang diperlukan, sehingga mudah


didapatkan saat dibutuhkan
2. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat yang telah dirancang dan
2 RAPI disediakan
3. Beri label/identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun pengembalian
ke tempat semula.

1. Penyediaan sarana kebersihan,


3 RESIK 2. Pembersihan tempat kerja,
3. Peremajaan tempat kerja, dan pelestarian Resik.

1. Tetapkan standar kebersihan, penempatan, penataan


4 RAWAT 2. Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja di tempat kerja

1. Target bersama,
2. Teladan atasan
5 RINGKAS 3. Hubungan/komunikasi di lingkungan kerja
4. Kesempatan belajar
ALAT PELINDUNG DIRI
Permen Nakertrans Per. 08 2010 APD
Pasal 1
..... suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya
Alat Pelindung Diri mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya di tempat kerja.

Tempat Kerja, tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,


bergerak atau tetap, di mana tenaga kerja bekerja atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau
berhubungan dengan tempat kerja.
Pasal 2
1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/
buruh di tempat kerja.
2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau
standar yang berlaku.
3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma.
Pasal 3
1. APD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi :
a. pelindung kepala
b. pelindung mata dan muka
c. pelindung telinga
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
e. pelindung tangan; dan/atau
f. pelindung kaki.
2. Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
termasuk APD:
a. pakaian pelindung
b. alat pelindung jatuh perorangan, dan/atau
c. pelampung.
Pasal 4
APD WAJIB digunakan di tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar,
korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu
rendah.
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
Pasal 4

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas,


minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di
dalam bumi maupun di dasar perairan.
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di
udara.
g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun, bandar udara dan gudang.
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air.
i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan.
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah.
Pasal 4
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting.
l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau lubang.
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi
radio, radar, televisi, atau telepon.
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
yang menggunakan alat teknis.
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.
Pasal 5 & 6
▪ Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di
tempat kerja.
▪ Pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai
atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
▪ Pekerja berhak menyatakan keberatan untuk melakukan pekerjaan
apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan
persyaratan.
Pasal 7
1. Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD
di tempat kerja.
2. Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD.
b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan
kebutuhan/kenyamanan pekerja.
c. penggunaan, perawatan dan penyimpanan.
d. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan.
e. Pembinaan.
f. Inspeksi, dan
g. evaluasi dan pelaporan.
Pasal 8
1. APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan
baik harus dibuang dan/atau dimusnahkan.
2. APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta
mengandung bahan berbahaya, harus dimusnahkan sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan.
3. Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus
dilengkapi dengan berita acara pemusnahan.
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 , 6 Juli 2010
TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

FUNGSI DAN JENIS ALAT PELINDUNG DIRI

1. Alat Pelindung Kepala


Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan,
terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau
benda keras yang melayang atau meluncur di
udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan
bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme)
dan suhu yang ekstrim.
Jenis Safety Helmet
Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm
pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala,
penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat Pelindung Mata dan Muka
Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata Goggles
dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara
dan di badan air, percikan benda-benda kecil,
panas atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak
mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
Face Shield
benda keras atau benda tajam.
Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari
kacamata pengaman (spectacles), goggles,
tameng muka (face shield), masker selam, tameng
muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan
(full face masker). Full Face Masker
3. Alat Pelindung Telinga
Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi alat pendengaran
terhadap kebisingan atau tekanan. Ear Muff
Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat
telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
Ear Plugs
4. Alat Pelindung Tangan
Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,
bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen
(virus, bakteri) dan jasad renik.
Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari
logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.
5. Alat Pelindung Pernapasan Berikut
Perlengkapannya
Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perleng-
kapannya adalah alat pelindung yang berfungsi Respirator
untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme,
partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/ fume, dan sebagainya.
Jenis
Jenis alat pelindung pernapasan dan perleng- Emergency
Breathing Apparatus
kapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,
kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues
Air Supply Machine=Air Hose Mask Respirator,
tangki selam dan regulator (Self-Contained
Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-
Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan
emergency breathing apparatus. Airline Respirator
6. Alat Pelindung Kaki
Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi
kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-
benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir.
Jenis
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan
pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam,
Safety Shoes
industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang
berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik,
tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia
dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan
lain-lain.
7. Pakaian Pelindung
Fungsi
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi
badan sebagian atau seluruh bagian badan dari
bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas, percikan
bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap
panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan Rompi (Vests)
dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-
organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan
jamur.
Jenis
Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),
celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian
pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh Coveralls
bagian badan.
Safety Vest Rompi Keselamatan Kerja merupakan
salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontak /
kecelakaan, sedikit berbeda dengan APD lain
yang bermanfaat untuk mengurangi dampak
bila terjadi kecelakaan akibat kontak dengan
benda yang berbahaya.

Keuntungan Memakai Safety Vest :


a. Dapat terlihat dalam kondisi gelap
Pita reflector pada safety vest memantulkan cahaya sehingga
dapat terlihat dengan mudah saat bekerja di malam hari atau
dalam kondisi gelap.
b. Membuat orang lain menjadi waspada
Pemilihan warna safety vest seperti kuning dan oranye serta
adanya pita reflector tersebut memudahkan orang lain untuk
mendeteksi pemakai rompi dari kejauhan, sehingga orang lain
menjadi lebih waspada dan dapat memperlambat kecepatan
kendaraan.
c. Alat pelindung yang nyaman
Walaupun tidak semua safety vest dibuat tahan air, tetapi beberapa
jenis safety vest dirancang untuk melindungi pemakainya dari air
hujan dan juga saat tubuh berkeringat safety vest dapat mengurangi
efek terpapar angin.
d. Identifikasi
Safety vest dibuat dengan beberapa warna, sehingga dapat
digunakan sebagai alat bantu identifikasi kelompok pekerja. Misalkan
rompi merah untuk petugas koordinasi safety, rompi kuning untuk
pekerja bidang kelistrikan, dan sebagainya. Dapat juga digunakan
untuk identifikasi perusahaan dengan memberikan tulisan atau logo
pada rompi,
e. Harga yang terjangkau
Dari segi harga, pada umumnya safety vest cukup terjangkau,
sehingga bukan suatu alasan bagi perusahaan untuk tidak
menyediakan safety vest bagi para pekerjanya yang bekerja di area
yang berbahaya untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.
8. Alat Pelindung Jatuh Perorangan
Fungsi
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi
membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke
tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
Harness
menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang
diinginkan dalam keadaan miring maupun
tergantung dan menahan serta membatasi pekerja
jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
Jenis
Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari
sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali Karabiner
koneksi (lanyard), tali pengaman (safety rope), alat
penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender),
alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester),
dan lain-lain.
Mobille Fall Arrester
9. Pelampung
Fungsi
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang
bekerja di atas air atau dipermukaan air agar
terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat Life Vests
berada pada posisi tenggelam (negative buoyant)
atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.
Jenis
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life
jacket), rompi keselamatan (life vest), rompi
pengatur keterapungan (bouyancy control device).

Bouyancy Control
Device
pwsr@00042022

Anda mungkin juga menyukai