Anda di halaman 1dari 263

BIMBINGAN TEKNIS

UJI KOMPETENSI
(SERTIFIKASI PROFESI)

Pengawas Operasional Pertama


(POP)
Pertambangan
PENGANTAR :
• Apa itu SERTIFIKASI PROFESI?
• Apa itu BNSP, LSP, & TUK ?
• Aspek KOMPETENSI yg diujikan oleh Asesor?
• METODE asesmen / sertifikasi KOMPETENSI?
• Kriteria DOKUMEN PORTOFOLIO yg baik?
Dokumen Sertifikasi :
• Formulir APL
• Kelengkapan / Persyaratan Dasar
• Bukti Kompetensi
Dokumen Kelengkapan /
Persyaratan Dasar :
1. Scan KTP / KK
2. Scan Paspor & Izin Tinggal (WNA)
3. Scan Ijasah
4. Scan Surat Keterangan / Pengalaman Kerja
5. Pas Photo
6. Curiculum Vitae
Dokumen Bukti
Kompetensi :
• Dokumen Portofolio
• Hasil Simulasi / Praktik

6
Bagaimana Assessment /
Sertifikasi Dilakukan?
Peraturan Menteri ESDM No. 43 / 2016
tentang Penetapan & Pemberlakuaan Standar Kompetensi
Kerja Khusus (SKKK) Pengawas Operasional Pertambangan
Minerba

7
Unit Kompetensi
(PerMen ESDM No. 43 / 2016)
1. PMB.P002.001.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait Keselamatan
Pertambangan (2 Elemen; 23 Kriteria Unjuk Kerja)
2. PMB.P002.002.01 : Melaksanakan Tugas & Tanggungjawab Keselamatan
Pertambangan pada area yang menjadi tanggung jawabnya (2
Elemen; 4 Kriteria Unjuk Kerja)
3. PMB.P002.003.01 : Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan Terencana
(4 Elemen; 22 Kriteria Unjuk Kerja)
4. PMB.P002.004.01 : Melaksanakan Investigasi Kecelakaan (9 Elemen; 29 Kriteria Unjuk
Kerja)
5. PMB.P002.005.01 : Melaksanakan Identifikasi Bahaya & Pengendalian Risiko (4
Elemen; 14 Kriteria Unjuk Kerja)
6. PMB.P002.006.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait dengan
Perlindungan Lingkungan (3 Elemen; 11 Kriteria Unjuk Kerja)
7. PMB.P002.007.01 : Melaksanakan Inspeksi (4 Elemen; 25 Kriteria Unjuk Kerja)
8. PMB.P002.008.01 : Melaksanakan Analisis Keselamatan Pekerjaan (6 Elemen; 15
Kriteria Unjuk Kerja)
Tujuan Penyusunan SKKK
Pengawas Operasional :
 Menyiapkan dan/atau meningkatkan kompetensi
pengawas operasional di bidang pertambangan
Minerba,
 Memberikan acuan dalam penerapan sertifikasi
kompetensi kerja khusus pengawas operasional di
bidang pertambangan Minerba.

9
10
MODUL BIMTEK SERTIFIKASI POP :

1. PERATURAN PERUNDANGAN KESELAMATAN


PERTAMBANGAN
2. TUGAS & TANGGUNG JAWAB KESELAMATAN PERTAMBANGAN
3. PERTEMUAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN TERENCANA
4. PENYELIDIKAN / INVESTIGASI KECELAKAAN
5. DENTIFIKASI BAHAYA & PENGENDALIAN RISIKO
6. PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PERTAMBANGAN
7. INSPEKSI
8. ANALISA KESELAMATAN PEKERJAAN / JOB SAFETY ANALYSIS

11
Modul#1 :

PERATURAN PERUNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Elemen Kompetensi :
 Menerapkan peraturan perundang-undangan
tentang keselamatan pertambangan khususnya
yang berkaitan dengan tugas & tanggung
jawabnya,
 Menerapkan dasar-dasar keselamatan
pertambangan.

13
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)

1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU / PERPPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden / Keppres
6. Perda Propinsi
7. Perda Kab. / Kota
UUD 1945
UU No: 1 / 1970
Keselamatan Kerja

PP No: 19 / 1973
Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum

Permen ESDM No: 26 / 2018 Pelaksanaan


Kaidah Pertambangan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Minerba

Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yg Baik

KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan
Penerapan, Penilaian & Pelaporan SMKP
UUD Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2)

“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)

Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.

17
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)

Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

19
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1 /
1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4
Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala kepada
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi mengenai pelaksanaan
pengawasan termaksud dalam Pasal 1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan pengawasan
terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud dalam Stoom Ordonnantie
1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 3
1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan
Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-pejabat yang akan
melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam
melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama dengan
Pejabat-pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi baik di Pusat maupun di Daerah.

23
PerMen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang
Baik dan Pengawasan Pertambangan
Minerba

Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
Yg Baik

KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan & Pelaksanaan,
Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba

24
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Minerba

Ruang Lingkup :
A. Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yg Baik, meliputi :
i. Kaidah Teknik Pertambangan / Pengolahan dan atau Pemurnian
yg Baik,
ii. Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan / Pengolahan dan atau
pemurnian.
B. Pengawasan thd Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan
C. Pengawasan thd Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Minerba
Kaidah Teknik Pertambangan yg Kaidah Teknik Pengolahan dan
Baik, meliputi aspek : atau Pemurnian yg Baik, meliputi
• Teknis Pertambangan, aspek :
• Konservasi Minerba,
• Teknis Kegiatan Pengolahan dan
• K3 Pertambangan,
atau Pemurnian,
• KO Pertambangan,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup • Keselamatan Pengolahan dan atau
Pertambangan, Reklamasi, & Pemurnian,
Pascatambang, serta Pascaoperasi, • Pengelolaan Lingkungan Hidup &
• Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan Pascaoperasi,
Rekayasa, Rancangan Bangun, • Konservasi Minerba.
Pengembangan, & Penerapan
Teknologi Pertambangan.
Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yg Baik

Lampiran 1 : Pedoman Permohonan, Evaluasi, &/ Pengesahan KTT,


PTL, KTBT, PO, PT, &/ PJO
Lampiran 2 : Pedoman Pengelolaan Teknis Pertambangan
Lampiran 3 : Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan
& Pengolahan &/ Permurnian Mineral & Batubara
Lampiran 4 : Pedoman Penerapan SMKP Mineral & Batubara
Lampiran 5 : Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pertambangan Mineral & Batubara
Lampiran 6 : Pedoman Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang
serta Pascaoperasi Pada Kegiatan Usaha Pertambagan
Mineral & Batubara
Lampiran 7 : Pedoman Pelaksanaan Konservasi Mineral & Batubara
Lampiran 8 : Pedoman & Evaluasi Kaidah Teknik Usaha Jasa
Pertambangan
KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan
& Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba

Lampiran 1 (hal 5 – 330) : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamtan


Pertambangan & Keselamatan Pengolahan &/ Pemurnian Minerba

Lampiran 2 ( hal 331 – 609) : Petunjuk Teknis Penerapan, Penilaian &


Pelaporan SMKP Minerba
KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN
Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi, IUP/IUPK Operasi Produksi
wajib:
a. mengangkat KTT / PTL yg disahkan oleh KaIT;
b. memiliki tenaga teknis.
c. menunjuk KTBT yang bertanggung jawab kepada KTT & disahkan
oleh KaIT.
d. menyediakan : peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri,
fasilitas, personil, & biaya untuk KP,
e. membentuk & menetapkan organisasi KP.

Pemegang IUJP wajib:


a. mengangkat penanggung jawab operasional yg disahkan
oleh KTT,
b. memiliki tenaga teknis pertambangan.
KESELAMATAN PERTAMBANGAN : segala kegiatan yg
meliputi pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) pertambangan & keselamatan operasional (KO)
pertambangan.

30
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) PERTAMBANGAN :
segala kegiatan untuk menjamin & melindungi pekerja agar
selamat & sehat, melalui upaya pengelolaan :

 Keselamatan Kerja : manajemen risiko, program kerja, pendidikan


& pelatihan, administrasi, manajemen keadaan darurat, inspeksi,
pencegahan & penyelidikan kecelakaan.
 Kesehatan Kerja : program kesehatan, higienis & sanitasi, ergonomis,
pengelolaan makanan / minuman / gizi kerja, diagnosis & pemeriksaan
PAK.
 Lingkungan Kerja : peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian,
dan pengendalian faktor lingkungan kerja.
 SMKP.
31
Keselamatan Operasional (KO) Pertambangan adalah segala
kegiatan untuk menjamin & melindungi operasional tambang yg
aman, efisien, & produktif, melalui upaya pengelolaan :
 sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan,
 pengamanan instalasi,
 kelayakan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan
dan pemeliharaan kelayakan,
 tenaga teknis yang kompeten,
 evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.

32
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA MANAJEMEN
HR

MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 - SMKP KEUANGAN

1. Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1)


SISTEM
MANAJEMEN
PERUSAHAAN
2. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
MANAJEMEN MANAJEMEN

(Lampiran IV)
LINGKUNGAN RISIKO

MANAJEMEN

3. KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019


PERALATAN

(Lampiran II)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
Adalah bagian dari system manajemen pemegang IUP,
IUPK, IPR, & IUJP secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan /
pengolahan &/ pemurnian yg terdiri dari keselamatan &
kesehatan kerja (K3) pertambangan, dan keselamatan
operasi (KO) pertambangan. / pengolahan &/ pemurnian.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
MANAJEMEN
HR

WAJIB Implementasi SMKP, pemegang : MANAJEMEN


K3 - SMKP
MANAJEMEN
KEUANGAN

• IUP / IUPK Eksplorasi, SISTEM


MANAJEMEN
PERUSAHAAN

• IUP / IUPK Operasi Produksi, MANAJEMEN MANAJEMEN


LINGKUNGAN RISIKO

untuk pengelolaan dan / atau permurnian


MANAJEMEN

(Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1)) PERALATAN


Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA

ELEMEN System :
1. Kebijakan,
2. Perencanaan,
3. Organisasi & Personel,
4. Implementasi,
5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut,
6. Dokumentasi,
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
KepDirJen Minerba No: 185.K/37.04/DJB/2019
Lampiran II : Petunjuk Teknis Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba
TUJUAN IMPLEMENTASI SMKP MINERBA :

• meningkatkan efektifitas Keselamatan Pertambangan yg terencana,


terukur, terstruktur, & terintegrasi.
• mencegah kecelakaan tambang, kejadian berbahaya, penyakit akibat
kerja, & kejadian akibat penyakit pekerja.
• menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, &
produktif.
• menciptakan tempat keja yang aman, sehat, nyaman, & efisien
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Audit SMKP : pemeriksaan secara sistematis & independen
thd pemenuhan kriteria yg telah ditetapkan utk mengukur
suatu hasil kegiatan yg telah direncanakan &
dilaksanakan dlm penerapan SMKP minerba / SMKP khusus
pada pengolahan &/ pemurnian oleh pemegang IUP, IUPK,
IUP operasi produksi khusus utk pengolahan &/ pemurnian,
IPR, & IUJP.
TUJUAN AUDIT

 Penentuan tingkat kesesuaian SMKP milik auditi dg


kriteria audit.
 Evaluasi kemampuan SMKP utk menjamin pemenuhan
persyaratan peraturan perundangan.
 Evaluasi efektifitas SMKP dlm memenuhi tujuan yg
ditetapkan.
 Identifikasi penerapan SMKP yg potensial utk
ditingkatkan (opportunity for improvement).
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran IV)

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) MINERBA

Audit System :
 Audit Internal, minimum 1 kali / tahun
 KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit Eksternal
(oleh lembaga audit independen yg terakreditasi &
ditetapkan oleh Dirjen), jika / untuk :
 Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK, atau bencana
 Kepentingan penilaian kinerja K3
Kementerian ESDM

KaIT Pemegang
IUP / IUPK / IPR
PIT
PIT
PIT KTT / PTL
PIT Pemegang
IUJP
PIT PIT
PO KTBT PO PO
PIT PJO

PO PO
PO PO
PO PO
Kepala Inspektur Tambang (KaIT) : pejabat yang secara
ex-officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan lingkungan
pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan minerba.

Inspektur Tambang (IT/PIT) : aparatur sipil negara yang


diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kaidah
teknik pertambangan yang baik serta kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Pemurnian.
Kepala Teknik Tambang (KTT) : Seseorang yang memiliki
posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan
pertambangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional pertambangan sesuai dengan
kaidah teknik pertambangan yang baik.

Penanggung Jawab Teknik & Lingkungan (PTL) : Seseorang yang


memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan yang
bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya
kegiatan operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai
dengan kaidah teknik Pengolahan dan/atau Pemurnian.

Penanggung Jawab Operasional (PJO) : orang yang menduduki


jabatan tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan jasa
pertambangan di wilayah kegiatan usaha pertambangan, dan
bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas dilaksanakan dan
ditaatinya peraturan perundang-undangan mengenai kaidah
teknik pertambangan yang baik.
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional : orang yang ditunjuk &
bertanggung jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan
inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional
pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.

45
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


1. Membuat peraturan internal perusahaan mengenai
penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik;
2. Mengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis;
3. Mengesahkan & melakukan evaluasi kinerja PJO;
4. Memastikan semua perusahaan jasa pertambangan yang
beroperasi di bawahnya memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


5. Menerapkan standar sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
6. Menyampaikan laporan kegiatan jasa pertambangan kepada
KaIT;
7. Memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten
8. Melaksanakan manajemen risiko pada setiap proses bisnis
dan subproses kegiatan pertambangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


9. Menerapkan SMKP & melakukan pengawasan penerapan
SMKP yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa
pertambangan yang bekerja di wilayah tanggung jawabnya;
10. Melaporkan penerapan kaidah teknik pertambangan yang
baik kepada KaIT;
11. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan secara berkala;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


12. Melaporkan jumlah pengadaan/penggunaan/penyimpanan /
persediaan bahan dan limbah B3 setiap 6 bulan;
13. Melaporkan adanya gejala yang berpotensi menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
14. Menyampaikan laporan kasus lingkungan & upaya
penanggulangannya paling lambat 1 x 24 jam setelah
kejadian;
15. Menyampaikan pemberitahuan awal dan melaporkan
kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan penyakit akibat kerja;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


16. Menyampaikan laporan audit internal penerapan SMKP Minerba;
17. Menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan;
18. Menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik;
19. Melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan batubara;
20. Menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan teknis
pertambangan Minerba.
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional
 Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan KTT/PTL mengangkat
Pengawas Operasional.
 Pengawas Operasional yang memenuhi syarat diberikan KPO yang
disahkan oleh KaIT
 Kriteria Pengawas Operasional :
1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT;
2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen operasional
pertambangan;
3. Memiliki bawahan dan/atau melakukan pengawasan terhadap divisi
atau departemen lainnya.
Pengangkatan Pengawas Operasional :

a) KTT/PTL menunjuk calon Pengawas Operasional yang memenuhi


kriteria dan dibuktikan dengan surat penunjukkan;
b) KTT/PTL melakukan evaluasi terhadap calon Pengawas Operasional,
apabila dinyatakan laik, maka KTT/PTL menerbitkan surat
penunjukan pengawas operasional;
c) KTT/PTL sewaktu-waktu atau berkala mengevaluasi kinerja
Pengawas Operasional;
d) Pengawas Operasional yang memenuhi syarat ketentuan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan akan
mendapatkan KPO yang disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas
nama KaIT sebagai bukti pengesahan
52
Prosedur Permohonan Evaluasi & Pengesahan PO

53
Persyaratan Administratif Permohonan Evaluasi &
Pengesahan Pengawas Operasional :
a) salinan sertifikat kompetensi operasional yang dikeluarkan oleh lembaga
sertifikasi, dan sudah teregistrasi di Direktorat Jenderal Minerba.
b) pas foto latar belakang biru ukuran 2 x 3 = 1 (satu) lembar;
c) salinan Kartu Tanda Penduduk;
d) daftar riwayat hidup
e) surat pernyataan KTT/PTL yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
menjabat pengawas di perusahaan, dengan menyertakan nama area yang
menjadi tanggung jawab pengawas tersebut;
f) surat pernyataan bermaterai kebenaran dokumen dari manajemen;
g) softcopy dokumen huruf a - f;

54
KPO : kartu yang dimiliki oleh pengawas operasional yang
diterbitkan dan disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Tugas dan tanggung jawab Pengawas
Operasional :
1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan
dan kesehatan semua pekerja tambang yang menjadi
bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan dari semua orang yang
ditugaskan kepadanya;
4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan,
inspeksi, dan pengujian.
56
FILOSOFI K3 & DASAR - DASAR
KESELAMATAN PERTAMBANGAN

57
Filosofi K3 :
 K3 adalah Tanggung Jawab Moral
 Keselamatan adalah Budaya Bukan Sekedar Program
 K3 adalah Tanggung Jawab Manajemen
 Pekerja Harus Diberi Pelatihan untuk Bekerja dengan Aman
 K3 adalah Cerminan Kondisi Ketenagakerjaan
 Semua Kecelakaan dapat Dicegah
 Program K3 Bersifat Spesifik
 K3 Mendukung Bisnis

Sumber :International Association of Safety Profesional (IASP)


ICE – BERG TEORY

BIAYA KECELAKAAN & PENYAKIT


$1 • Pengobatan / Perawatan
• Gaji (Biaya Diasuransikan)

• Kerusakan / gangguan produksi


• Kerusakan peralatan dan perkakas
• Kerusakan produk dan material
$5 HINGGA $50 • Terlambat dan ganguan produksi
• Biaya legal hukum
BIAYA DALAM PEMBUKUAN:
• Penyediaan peralatan gawat darurat
KERUSAKAN PROPERTI
(BIAYA YANG TAK • Sewa peralatan
DIASURANSIKAN) • Waktu untuk penyelidikan

• Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang


$1 HINGGA $3 • Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau
BIAYA LAIN YANG biaya melatih
TAK DIASURANSIKAN • Upah lembur
• Ekstra waktu untuk kerja administrasi
• Berkurangnya hasil produksi
• Hilangnya bisnis dan nama baik
ACCIDENT RATIO STUDY
Fatality
Frank E. Bird (1966)

Serious Accident

Minor Accident

Incident or Near Misses

Research: 1.753.498 accident data in industry of 297 companies and


1.750.000 workers (3 milliard Man Hours), known as “Total Loss Control” concepts
ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN
TEORI DOMINO FRANK E. BIRD (LOSS CAUSATION MODEL)

LEMAH SEBAB DASAR SEBAB KECELAKAAN KERUGIAN


KONTROL LANGSUNG
FAKTOR KONTAK
PROGRAM TAK TINDAKAN CIDERA ATAU
PERORANGAN DENGAN
SESUAI TAK AMAN KERUSAKAN
ENERGI ATAU YANG TAK
STANDAR TAK FAKTOR BAHAN / ZAT
SESUAI KONDISI DIHARAPKAN;
PEKERJAAN MELEBIHI BATAS
KEPATUHAN / TAK AMAN STOP PRODUKSI
KEMAMPUAN
PELAKSANAAN
API adalah proses reaksi kimia / oksidasi secara cepat & diikuti
pelepasan energi
Elemen Pembentuk Api:
Bila terdapat ketiga elemen (Oksigen, Panas, Bahan Bakar)
maka kebakaran / API akan terjadi.

Alat Detektor API :


1. Heat Detector,
2. Flame Detector,
3. Smoke Detector,
4. Gas Detector.
Klasifikasi Api / Kebakaran
KELAS A (Ash / Abu)
Api yang timbul disebabkan terbakarnya bahan padat (kecuali logam) atau berserat
seperti, kayu, kertas, dll dg sisa pembakaran berupa abu
APAR : Air, Dry Chemical Powder, Foam
KELAS B (Boil / Barrel)
Api yang timbul disebabkan terbakarnya zat cair dan gas yang dapat / mudah
terbakar seperti bensin, solar, cat, tiner, alkohol
APAR : Foam, Dry Chemical Powder, CO2
KELAS C (Circuit / Current / Arus Listrik)
Api yang timbul pada peralatan listrik / disebabkan arus listrik; seperti : saklar, panel
& peralatan sumber listrik lainnya.
APAR : CO2, Dry Chemical Powder
KELAS D (Delta / Logam)
Api yg disebabkan terbakarnya logam, seperti : magnesium, titanium, dll.
APAR : Dry Chemical yang mengandung NaCl, grafit atau fosfor
METODE PEMADAMAN API / KEBAKARAN :

1. Pendinginan
o Menghilangkan unsur panas.
o Menggunakan media bahan dasar air.
2. Isolasi
o Menutup permukaan benda yang terbakar untuk
menghalangi oksigen menyalakan api.
o Menggunakan media serbuk / busa.
3. Dilusi
o Meniupkan gas inert untuk menghalangi oksigen
menyalakan api.
o Menggunakan media gas CO2.
METODE PEMADAMAN API / KEBAKARAN :

4. Pemisahan Bahan Mudah Terbakar


o Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur api.
o Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh dari
jangkauan api.
5. Pemutusan Rantai Reaksi
o Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan bahan
tertentu untuk mengikat radikal bebas pemicu rantai reaksi api.
o Menggunakan bahan dasar halon (penggunaan halon sekarang
dilarang karena menimbulkan efek rumah kaca).
PRINSIP PEMADAMAN KEBAKARAN :
 Fasilitas / Alat Pemadam Kebakaran dibagi menjadi 3 :
• Alat pemadam api ringan,
• Alat pemadam api beroda,
• Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system),
 Prinsip pemadaman kebakaran adalah harus
dipadamkan sedini mungkin dengan alat pemadam api
ringan (APAR) yang terdekat, atau dengan cara
sederhana yang tepat, antara lain : menutupi dengan
goni basah, menyiram dengan air (disesuaikan dengan
klasifikasi kebakaran),
 Segera menghubungi petugas pemadam kebakaran untuk
meminta bantuan,
PRINSIP PEMADAMAN KEBAKARAN :

 Bila pertolongan petama gagal, usahakan


penanggulangan kebakaran terhadap daerah
yang terbakar dan bersamaan dengan itu usahakan
memblokir tempat kebakaran dengan bahan mudah
terbakar/ bangunan lain yang terdekat.
 Untuk pemadaman yang menggunakan air atau bahan
cair, terlebih dahulu harus memutuskan aliran listrik
ditempat yang akan dipadamkan/disemprot,
 Bantu karyawan lain untuk menjauh (evakuasi) dari
lokasi kebakaran.
BANTUAN HIDUP DASAR
Adalah bantuan yang dilakukan jika jalan nafas korban tersumbat
atau tidak ada nafas atau nadi tidak teraba, atau

Adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi


pernafasan & / sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti
nafas &/ henti jantung (cardiac arrest).

Golden Periode :
Jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah
kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%.
Terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
TUJUAN DARI BHD :

 Mencegah berhentinya pernafasan,


 Mencegah berhentinya sirkulasi,
 Memberikan bantuan external
terhadap sirkulasi & ventilasi dari pasien
yang mengalami henti jantung atau henti
nafas melalui resusitasi jantung paru ( RJP)
Urut–Urutan RJP / CPR
Pastikan lokasi aman & tidak ada bahaya
Danger tambahan.

Response Periksa respon & nadi karotis.

Send for Help Hubungi bantuan (Paramedis / ERT).

Tekan dada 30 kali (kecepatan : 100


Compression tekanan/menit).

Buka jalan nafas (dongakkan kepala &


Airway angkat dagu korban)

Breathing Beri bantuan nafas 2 kali (4 detik / tiupan),


lihat–dengar–rasakan.
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#2 :
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Elemen Kompetensi :
 Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mengenai keselamatan pertambangan,
 Mengukur pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya pada area yang menjadi
tanggungjawabnya.

73
TUGAS & TANGGUNG JAWAB PENGAWAS OPERASIONAL
dijelaskan di dalam dokumen :

 Dokumen Job Description Jabatan masing-masing,


 Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran 1.

74
Pengawas Operasional : orang yang ditunjuk & bertanggung
jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi,
pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional
pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.

75
Pengawas Teknis : orang yang ditunjuk & bertanggung jawab
kepada KTT/PTL atas keselamatan pemasangan, pemeliharaan,
pemeriksaan, dan pengujian terhadap sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan yang menjadi tanggung
jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.

76
Tugas & Tanggung Jawab Pengawas Operasional :

1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan


dan kesehatan semua pekerja tambang yang menjadi
bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan dari semua orang yang
ditugaskan kepadanya;
4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan,
inspeksi, dan pengujian

77
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


1. Membuat peraturan internal perusahaan mengenai
penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik;
2. Mengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis;
3. Mengesahkan & melakukan evaluasi kinerja PJO;
4. Memastikan semua perusahaan jasa pertambangan yang
beroperasi di bawahnya memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


5. Menerapkan standar sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan;
6. Menyampaikan laporan kegiatan jasa pertambangan kepada
KaIT;
7. Memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten
8. Melaksanakan manajemen risiko pada setiap proses bisnis
dan subproses kegiatan pertambangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


9. Menerapkan SMKP & melakukan pengawasan penerapan
SMKP yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa
pertambangan yang bekerja di wilayah tanggung jawabnya;
10. Melaporkan penerapan kaidah teknik pertambangan yang
baik kepada KaIT;
11. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan secara berkala;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


12. Melaporkan jumlah pengadaan/penggunaan/penyimpanan /
persediaan bahan dan limbah B3 setiap 6 bulan;
13. Melaporkan adanya gejala yang berpotensi menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
14. Menyampaikan laporan kasus lingkungan & upaya
penanggulangannya paling lambat 1 x 24 jam setelah
kejadian;
15. Menyampaikan pemberitahuan awal dan melaporkan
kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan penyakit akibat kerja;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)

Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :


16. Menyampaikan laporan audit internal penerapan SMKP Minerba;
17. Menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan;
18. Menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik;
19. Melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan batubara;
20. Menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan teknis
pertambangan Minerba.
Tugas & Fungsi Pengawas Teknis :
1. bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan pemasangan dan
pekerjaan serta pemeliharan yang benar semua sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan yang menjadi tugasnya;
2. merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan
yang telah direncanakan serta semua perbaikan sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan yang dipergunakan.
3. mengawasi dan memeriksa semua sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan pertambangan dalam ruang lingkup yang menjadi tanggung
jawabnya;
4. menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan
pengujian sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan;
5. melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan sebelum digunakan,
setelah dipasang kembali, dan/atau diperbaiki; dan
6. membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan,
dan pengujian sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan.
83
Pengukuran Pelaksanaan Tugas &
Tanggung Jawab :

 Lagging Indicators (Downstream), fokus pada hasil


akhir (pencegahan : kecelakaan, PAK).
 Leading Indicators (Upstream), fokus pada program /
proses / tindakan pencegahan kecelakaan dan PAK.
Contoh : LAGGING INDICATORS

Definisi, target, & cara menghitung pencapaian dari


lagging indicator harus dipahami oleh semua karyawan.
85
CONTOH LAIN : LAGGING INDICATORS:
KESELAMATAN KERJA KESEHATAN KERJA
1. FATALITY 1. Rasio Kelayakan Kerja (%)
2. Frequency Rate (FR)/Severity Rate 2. Crude Morbidity Rate (CMR - %)
(SR) : 3. Morbidity Frequency Rate (MFR)
- LTI 4. Spell Severity Rate (SSR)
- Kecelakaan Tambang 5. Absence Severity Rate (ASR)
- Recordable/Reportable Incident 6. PAK Frequency Rate (PAK FR)
- Total Incident / Injury
- Property Damage/Material Loss
3. Near-miss
Contoh : Formula & Perhitungan Lagging Indicator
Frequency Rate (FR) = Jumlah Korban Cedera Akibat Kec. Tambang x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Karyawan

Severity Rate (SR) = Jumlah Hari Hilang Akibat Kecelakaan Tambang x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Karyawan
Contoh :
PT ABC pada periode Januari – Juli 2019 terjadi 1 kecelakaan tambang. Dari kecelakaan tersebut,
menyebabkan 5 orang mengalami cedera. Dan dari 5 orang yang cedera, 3 di antaranya harus absen bekerja
(kehilangan hari kerja).
Korban A harus absen selama 10 hari, korban B absen selama 15 hari, dan korban C kehilangan hari kerja
selama 5 hari. Korban D & E dapat kembali bekerja pada hari berikutnya setelah kecelakaan.
Dari catatan HRD Dept, untuk periode yang sama di PT ABC akumulasi jam kerja seluruh karyawan adalah
500.000 jam kerja karyawan.
Hitung berapa FR & SR untuk PT ABC untuk periode Januari – Juli 2019.

FR = 3 x 1.000.000 = 6 SR = 30 x 1.000.000 = 60
500.000 500.000
Formula / Rumus Perhitungan Lagging Indicator
Kesehatan Kerja
STANDAR KINERJA
RUMUS / FORMULA
KESEHATAN KERJA
Rasio Kelayakan Kerja (RKK) (Jumlah pekerja layak kerja / Total Pekerja) x 100%
Crude Morbidity Rate (CMR) (Jumlah pekerja sakit / Total Pekerja) x 100%
Morbidity Frequency Rate (MFR) (Jumlah pekerja sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Spell Severity Rate (SSR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Jumlah Spell) x 1.000.000
Absence Severity Rate (ASR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Penyakit Akibat Kerja Frequency (Jumlah Kasus PAK / Jumlah Tenaga Kerja) x 1.000.000
Rate (PAKFR)
CONTOH : LEADING INDICATORS
• Observation & inspection,
• Pelatihan K3,
• Pertemuan Keselamatan,
• Risk Assessment,
• dll.

89
TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi LAGGING INDICATORS K3 yang digunakan oleh
perusahaan.
Jelaskan DEFINISI, TARGET, & CARA PENGUKURAN dari
setiap lagging indicators tersebut.

90
Pelaporan Aspek Keselamatan Kerja :

Laporan BERKALA
Bulanan
Pemberitahuan Kecelakaan & Kejadian Berbahaya ke KaIT
Triwulanan
Daftar Kecelakaan Tambang
Daftar Jumlah Tenaga Kerja
Daftar Jumlah Jam Kerja
Daftar FR & SR Kecelakaan Tambang
Perhitungan Biaya Kecelakaan Tambang
Kekapitulasi Kejadian Berbahaya
Daftar Persediaan & Pemakaian Handak
Laporan Persedian & Pemakaian BBC
Laporan Persedian & Pemakaian B3
Rencana & Realisasi Program & Biaya Keselamatan Kerja

91
Pelaporan Aspek Keselamatan Kerja Pertambangan :

Laporan BERKALA
Tahunan
Data Komptetensi Tenaga Kerja
Laporan KHUSUS
Laporan pemberitahuan Awal Kecelakaan
Laporan pemberitahuan Awal Kejadian Berbahaya

92
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#3 :
PERTEMUAN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
TERENCANA
Elemen Kompetensi :
 Menyiapkan, melaksanakan, & mengevaluasi
proses pelaksanaan pertemuan keselamatan
pertambangan terencana,
 Menindaklanjuti hasil pelaksanaan pertemuan
keselamatan pertambangan terencana.

95
JENIS KOMUNIKASI :
 Komunikasi Formal / Rapat / Pertemuan
Komunikasi antara anggota dalam suatu organiasi yang
membutuhkan pengaturan khusus, dimana ada wewenang &
tanggung jawab, serta bertujuan untuk menginformasi suatu
pesan / berita atau menyelesaikan suatu masalah.

 Komunikasi Non-Formal
Komunikasi yang tidak membutuhkan pengaturan khusus &
biasanya terjadi secara spontan.
TUJUAN RAPAT / PERTEMUAN :

a) Memberikan informasi kepada karyawan.


b) Mendapatkan masukan / umpan balik dari semua anggota.
c) Menyelesaikan suatu masalah.
d) Membangun hubungan kolaboratif antara anggota untuk
menciptakan kerja sama yang baik.
e) Menyapaikan masalah, situasi khusus, keluhan, dll yang
dapat mengganggu di dalam pencapaian tujuan bersama.
f) Mendorong dan memotivasi anggota untuk bekerja lebih
baik.
g) Membuat keputusan berdasarkan kewenangan pihak-pihak
yang terlibat.
97
Syarat Rapat Yang Baik :

a) Suasana terbuka & saling menghormati,


b) Tidak ada monopoli & dominasi,
c) Partisipasi aktif dari anggota,
d) Bimbingan & pengawasan oleh para pemimpin,
e) Diskusi didasarkan pada argumen daripada emosi,
f) Pertanyaan singkat dan jelas,
g) Disiplin waktu.

98
Pertemuan Keselamatan Pertambangan

1. Pertemuan Bulanan
 Istilah lain : rapat Komite Keselamatan Pertambangan /
Safety Committee Meeting
 Frekwensi pertemuan minimal : 1 kali per bulan.
 Penanggung jawab / Ketua: KTT / PTL / PJO
 Anggota : semua perwakilan departemen / divisi &
perwakilan pekerja.
 Metode pertemuan : Diskusi Tanya Jawab.
 Tujuan pertemuan : pengembangan strategi KP, evaluasi
kinerja & implementasi KP, mendiskusikan permasalahan
KP, menyusun program kerja KP.
Pertemuan Keselamatan Pertambangan

2. Pertemuan Mingguan
 Istilah lain : weekly safety talk
 Frekwensi pertemuan : minimal 1 kali per minggu
 Penanggung jawab : Kepala Dept / Section
 Anggota / yang hadir : semua pekerja di dept / section
 Metode pertemuan : ceramah & diskusi
 Tujuan pertemuan : meningkatkan pengetahuan &
kepedulian keselamatan seluruh karyawan, menyampaian
& mendiskusi suatu topik yg sudah direncanakan.
Pertemuan Keselamatan Pertambangan

3. Pertemuan Harian / Awal Shift


 Istilah lain : toolbox meeting, pre-start briefing, P5M,
taigate meeting
 Frewensi pertemuan : setiap hari di awal shift
 Penanggung jawab / ketua : pengawas lapangan
 Anggota / yang hadir : semua bawahan dari pengawas
lapangan (group kecil)
 Metode pertemuan : ceramah & diskusi
 Tujuan pertemuan : mendiskusikan / merencana pekerja
yang akan dilakukan, dan menentukan kontrol
pengendalian bahaya dari pekerjaan tersebut.
Manfaat PERTEMUAN KP :

 Meningkatkan kemampuan, pemahaman, &


kesadaran pekerja,
 Media untuk identifikasi & analisis masalah KP,
 Membangun penyelesaian masalah KP,
 Meningkatkan program KP,
 Media sosialisasi kebijakan, peraturan & prosedur KP,
 Memperbaiki kualitas / kompetensi pekerja.
PERTEMUAN KP YANG EFEKTIF :
1. Mempersiapkan pertemuan :
 Menentukan topik,
 Jadwal,
 Pembicara,
 Metode & agenda pertemuan,
 Tempat pertemuan,
 Alat bantu pertemuan.
2. Melaksanakan pertemuan sesuai dengan rencana,
3. Membuat laporan pertemuan : mencatat kehadiran &
kesepakatan / keputusan pertemuan,
4. Menindak lanjuti hasil pertemuan.
Menentukan TOPIK PERTEMUAN :

 Masalah KP yang actual / trend,


 Hasil rapat safety komite terbaru,
 Kasus kecelakaan yang baru terjadi : kronologis, penyebab
& rekomendasi hasil investigasi,
 Kebijakan, peraturan atau prosedur KP terbaru,
 Tindak lanjut dari hasil hasil pertemuan KP sebelumnya.
METODE PERTEMUAN :

 Metode Ceramah
 Metode Ceramah & Diskusi
 Metode Diskusi Tanya Jawab
 Metode Diskusi Pro & Kontra
 Metode Diskusi Kelompok
AGENDA PERTEMUAN KP:
CERAMAH CERAMAH & DISKUSI DISKUSI TANYA JAWAB
Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit)
Penyampaian Topik Penyampaian Topik Bahasan : Diskusi Tanya-Jawab Topik
Bahasan : 1. ….. (x menit) Bahasan :
1. ….. (x menit) 2. ….. (x menit) 1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit) Diskusi / Tanya Jawab (x menit) 2. ….. (x menit)
Kesimpulan (x menit) Kesimpulan (x menit) Kesimpulan (x menit)
Penutup (x menit) Penutup (x menit) Penutup (x menit)
DISKUSI PRO & KONTRA DISKUSI KELOMPOK KECIL
Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit)
Pembagian Kelompok Diskusi (x menit) Pembagian Kelompok Diskusi (x menit)
Diskusi kelompok Pro & Diskusi Diskusi per kelompok (x menit)
Kelompok Kontra (x menit) Pembahasan hasil diskusi (x menit)
Pembahasan hasil diskusi (x menit) Kesimpulan (x menit)
Kesimpulan (x menit) Penutup (x menit)
Penutup (x menit)
ALAT BANTU PERTEMUAN :
 Pengeras suara,
 Video,
 Alat peraga,
 Poster,
 Board / papan tulis,
 dll

107
MELAKSANAKAN PERTEMUAN KP :

 Memeriksa kesiapan sebelum pertemuan dimulai,


 Pembagian / pendelegasian tugas,
 Melaksanakan pertemuan sesuai dengan urutan yg
telah direncanakan,
 Jadilah ‘observer’ utk mengontrol & mengevaluasi
berjalannya pertemuan,
 Mengevaluasi keberhasilan tujuan pertemuan,
 Membacakan kesimpulan di akhir pertemuan.

108
MANFAAT LAPORAN PERTEMUAN KP :

 Bukti dokumentasi tertulis pertemuan telah


dilakukan
 Mengukur sukses atau tidaknya suatu pertemuan,
 Dasar tindak-lanjut dari keputusan pertemuan,
 Data pendukung analisa & proses penyelidikan
kecelakaan.

109
LAPORAN PERTEMUAN KP :

 Tentukan penanggung jawab & tenggat waktu


tindak-lanjut hasil pertemuan,
 Mendistribusikan hasil pertemuan ke semua
penanggung jawab,
 Mendokumentasikan laporan pertemuan sesuai
dg prosedur.

110
TINDAK-LANJUT PERTEMUAN KP :

 Melakukan verifikasi tindak-lanjut,


 Mendokumentasikan bukti tindak-lanjut,
 Mengukur efektifitas dari tindak-lanjut,

111
Komite Keselamatan Pertambangan
Pemegang IUP, IUPK, IPR, & IUJP membentuk & menetapkan
Komite Keselamatan Pertambangan.
Penetapan Komite KP oleh KTT, PTL, atau PJO.

Struktur Komite Keselamatan Pertambangan


a) Ketua : KTT / PTL / PJO;
b) Wakil Ketua;
c) Sekretaris : Kepala Dept K3;
d) Anggota : Perwakilan Manajemen, Perwakilan Pekerja.
Tugas & Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan
a) mengidentifikasi, menetapkan, & mengesahkan
tujuan, sasaran, & program Keselamatan
Pertambangan;
b) Memastikan pelaksanaan & perkembangan tujuan,
sasaran, dan program Keselamatan
Pertambangan;
c) memastikan diterbitkannya kebijakan, standar, &
prosedur Keselamatan Pertambangan;
Tugas & Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan
d) memastikan terselenggaranya audit Keselamatan
Pertambangan secara berkala;
e) memastikan terlaksananya tinjauan manajemen terhadap
penerapan SMKP paling sedikit 1(satu) kali;

f) membahas masalah-masalah & membuat


program pencegahan kecelakaan / PAK /
kondisi berbahaya;
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#4 :
PENYELIDIKAN / INVESTIGASI
KECELAKAAN
Elemen Kompetensi :
 Mempersiapkan investigasi kecelakaan & melakukan
pemeriksaan lokasi kecelakaan
 Mengumpulkan data, informasi dari saksi (wawancara),
peralatan dan/atau data pendukung lainnya
 Menganalisa data kecelakaan, menyimpulkan penyebab
kecelakaan, & menyimpulkan status kecelakaan
tambang
 Membuat rekomendasi tindakan perbaikan
 Membuat laporan investigasi kecelakaan tambang
KETENTUAN UMUM
 Recordable Incident : kejadian yg wajib dicatat di dalam buku
/ statistik kecelakaan perusahaan.
 Reportable Incident : kejadian yg wajib dilaporkan kepada
pemerintah.
 Recordable Incident terdiri dari : Non-Reportable Incident &
Reportable Incident,
 Ketentuan Pelaporan & Penyelidikan utk Non-Reportable
Incident diatur di dalam SOP perusahaan,
 Ketentuan Pelaporan & Penyelidikan utk Reportable Incident
diatur di dalam peraturan perundangan.

118
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)

Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.

119
REPORTABLE INCIDENT

Pasal 2 (Permenaker No. PER.03/MEN/1998)


(1)Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan
yang terjadi di tempat kerja pimpinannya.
(2)Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari :
a. Kecelakaan Kerja;
b. Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan
limbah;
c. Kejadian berbahaya lainnya.
UUD 1945
Ps. 27 (2)

UU No: 1 / 1970
Pasal 11

PP No: 19 / 1973
Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum

Permen ESDM No: 26 / 2018 Pelaksanaan Permenaker RI No. PER.03/MEN/1998


Kaidah Pertambangan Yang Baik dan
Pengawasan Pertambangan Minerba Tata Cara Pelaporan & Pemeriksaan Kecelakaan

Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yg Baik

KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019 SNI 7081:2016


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Penyelidikan Kecelakaan Tambang &
Penerapan, Penilaian & Pelaporan SMKP Kejadian Berbahaya di Pertambangan
REPORTABLE INCIDENT
Kecelakaan Kerja
Adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki & tidak diduga
semua yang menimbulkan korban manusia &/ harta benda
(PerMenNaker No.3/1998).

Adalah kecelakaan yg terjadi berhubungan dg hubungan kerja,


termasuk penyakit yg timbul karena hubungan kerja, demikian
pula kecelakaan yg terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja, & pulang ke rumah melalui jalan yg
biasa atau wajar dilalui (UU No. 3/1992 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja).
REPORTABLE INCIDENT
Kecelakaan Tambang
Adalah kecelakaan yang memenuhi 5 kriteria sebagaimana
diatur dalam peraturan perundangan.
(Sumber : Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018).

Kejadian Berbahaya
Adalah kejadian yang dapat membahayakan jiwa atau
terhalangnya produksi.
(Sumber : Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018).
REPORTABLE ILLNESS
Penyakit Akibat Kerja
Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan &/ lingkungan kerja
sesuai dg peraturan perundangan (PerPres No. 7 / 2019).
Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja
Adalah kejadian meninggalnya pekerja yang disebabkan oleh penyakit
tenaga kerja ketika pekerja melakukan kegiatan pertambangan /
pengolahan / pemurnian, terjadi pada jam kerja, atau terjadi di dalam
wilayah pertambangan / pengolahan / pemurnian.
5 Kriteria Kecelakaan Tambang

1. Benar-benar Terjadi,
2. Mengakibatkan cidera pada pekerja tambang atau orang yang
diberi izin oleh KTT / PTL memasuki tambang,
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan / pengolahan / pemurnian
/ kegiatan penunjang pertambangan,
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yg mendapat cidera
atau setiap saat untuk orang yang diberi izin oleh KTT / PTL
memasuki tambang,
5. Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek
(Sumber : Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran III)
Kategori Cedera Akibat Kecelakaan Tambang

1. Cedera Ringan : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari
1 hari s/d kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
2. Cedera Berat : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3
minggu (termasuk hari minggu dan hari libur), atau
- cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas seperti semula,
- Retak tulang (kepala, punggung, pinggul, lengan, paha atau kaki),
- Pendarahan di dalam,
- Pingsan / kurang oksigen,
- Luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidak-mampuan tetap,
- Persendian lepas (untuk pertama kali).
3. Mati : kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati.
(Sumber : Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran III)
Kriteria Kejadian Berbahaya
 Benar–benar terjadi,
 Berpotensi mengakibatkan kematian / terhentinya kegiatan lebih
dari 24jam,
 Akibat kegiatan usaha pertambangan, pengolahan dan / permunian,
kegiatan penunjang lainnya, kegagalan teknis sarana / prasarana /
instalasi / peralatan pertambangan atau kegagalan dalam
mengantisipasi factor alam yg berada di wilayah kegiatan usaha
pertambangan / pengolahan / wilayah proyek,
 Terjadi di wilayah kegiatan usaha pertambangan / pengolahan atau
wilayah proyek.

(Sumber : Kepdirjen Minerba No. 185.K/37.04/djb/2019, Lampiran 1)


Ketentuan Umum Penyelidikan Kecelakaan Tambang
& Kejadian Berbahaya

DEFINISI
Penyelidikan Kecelakaan Tambang / Kejadian Berbahaya
adalah kegiatan mengumpulkan data, melakukan analisis
terhadap data, membuat simpulan, serta memberikan tindakan
koreksi terhadap suatu kecelakaan tambang atau kejadian
berbahaya (SNI 7081:2016).
Ketentuan Umum Penyelidikan Kecelakaan
Tambang & Kejadian Berbahaya
 Tidak mengubah keadaan tempat / kondisi peralatan, sarana,
prasarana, instalasi akibat kecelakaan / kejadian berbahaya,
kecuali utk memberikan pertolongan pertama korban,
 Dalam hal dianggap perlu utk kepentingan keberlangsungan
pekerjaan, keadaan di tempat kecelakaan hanya dapat diubah dg
persetujuan KaIT / Kepala Dinas.
(Kepdirjen Minerba No. 185.K/37.04/djb/2019, Lampiran 1)

 Kecelakaan (tambang) & kejadian berbahaya dilakukan penyelidikan


oleh KTT / PTL/IT berdasarkan pertimbangan KaIT / Kepala Dinas atas
nama KaIT dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.
 Pelaporan kecelakaan tambang & kejadian berbahaya HARUS
DILAKUKAN SEGERA oleh KTT/PTL ke KaIT.
(Kepmen ESDM No : 1827.K/30/MEM/2018, Lampiran III)
Prosedur Penyelidikan Kecelakaan &
Kejadian Berbahaya, dibagi :
 Pelaporan Awal,
 Pengamanan Lokasi & Barang Bukti di
Tempat Kejadian,
 Pembentukan Tim Investigasi,
 Tahapan Penyelidikan.
(Kepdirjen Minerba No. 185.K/37.04/djb/2019, Lampiran 1)
PELAPORAN AWAL KECELAKAAN
• Pelaporan awal kecelakaan tambang & kejadian berbahaya HARUS
DILAKUKAN SEGERA oleh KTT/PTL kepada KaIT.
• Setiap perusahaan harus mengatur tata cara pelaporan awal kecelakaan
tambang & kejadian berbahaya dari pengawas kepada KTT / PTL.
• Tata cara pelaporan awal non-reportable incident dijelaskan di dalam
SOP.
• Pelaporan awal tertulis utk kecelakaan tambang & kejadian berbahaya
dikirimkan oleh KTT/PTL kepada KaIT dengan menggunakan formulir
standar yg telah ditentukan oleh pemerintah (formulir XVIA-
Pemberitahuan Awal Kecelakaan, formulir XVIB-Pemberitahuan Awal
Kejadian Berbahaya).
• Pelaporan awal tertulis utk non-reportable incident menggunakan formulir
yg telah ditentukan oleh perusahaan.
PENANGANAN LOKASI KECELAKAAN :

1. Utk kecelakaan tambang berakibat cedera berat & mati,


KTT berupaya TIDAK mengubah lokasi kecelakaan, kecuali
utk pertolongan pertama &/ atas persetujuan KAIT.
2. Utk kecelakaan tambang berakibat cedera ringan, lokasi
dapat diubah setelah pengumpulan data / bukti
dilakukan.
3. Memasang batas pengamanan / barikade & tanda
peringatan dilarang masuk.
4. Menjaga & mengamankan lokasi sampai kebutuhan
penyelidikan dinyatakan selesai.
PENANGANAN LOKASI KECELAKAAN :

5. Mengambil dokumentasi : data / bukti & photo lokasi


kejadian (dari semua sudut / arah),
6. Mengumpulkan & mengamankan / menyimpan barang
butki / data.
7. Mencatat keadaan cuaca, waktu, kondisi fisik lokasi,
barang bukti/data & kondisi fisiknya, serta saksi-saksi.
PENGAMANAN SAKSI :

1. Saksi kecelakaan dibagi menjadi 2 :


 Saksi Langsung : orang yang menjadi korban & masih hidup, orang
yg melihat / mendengar / merasakan langsung kecelakaan.
 Saksi Tidak Langsung : orang yang mengetahui korban, pekerjaan /
profesi korban, cedera korban, peralatan / material yg terlibat
kecelakaan.
2. Saksi langsung harus segera diidentifikasi & diamankan,
serta dilarang meninggalkan wilayah pertambangan / proyek
sampai proses penyelidikan selesai, kecuali utk keperluan
medis, perawatan, & kedaruratan atas pengetahuan KTT.
Langkah / Tahapan dalam Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :

1. Persiapan Penyelidikan,
2. Pelaksanaan Penyelidikan,
3. Menyusun Laporan Penyelidikan,
4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Koreksi,
5. Evaluasi Penyelidikan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
1. Tahap Persiapan Penyelidikan :
• Persiapan peralatan ukur / uji (alat tulis, alat
dokumentasi, meteran, gas detector, dll),
• Pengumpulan data & fakta di lapangan,
• Pembentukan / penetapan tim investigasi.
TIM PENYELIDIK INTERNAL (INTERNAL
INVESTIGATOR TEAM) :

Adalah tim internal perusahaan yang memiliki kompetensi &


bertugas menyelidiki suatu kecelakaan tambang, kejadian
berbahaya, atau kejadian hampir celaka di perusahaan
tempat tim tersebut bekerja.
WEWENANG INCIDENT INVESTIGATOR :

 Memasuki sarana / prasarana / lokasi kecelakaan atau


kegiatan investigasi,
 Mewawancarai saksi, orang yg terkait atau yg dianggap
memiliki informasi mengenai kecelakaan,
 Menguasai, menggunakan, memindahkan, memeriksa, atau
menguji setiap bukti / fakta.
MEMBENTUK TIM INVESTIGASI
(INVESTIGATOR)

1. Tim dipimpin oleh Ketua / Koordinator Tim


Investigasi,
2. Tim terlatih untuk melakukan investigasi insiden,
3. Untuk Kecelakaan tambang berakibat cedera
berat & mati, KAIT menunjuk IT utk melakukan
penyelidikan & tim penyelidik internal
membantu IT dalam proses penyelidikan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
2. Tahap Pelaksanaan :
• Melakukan rapat pra-penyelidikan antara tim penyelidik
& pihak terkait,
• Meminta semua data / bukti yg telah diamankan
• Menampung / mencatat informasi awal secara singkat ttg
kemungkinan penyebab kecelakaan,
• Memeriksa lokasi kejadian / kecelakaan utk
mengumpulkan data / bukti actual (olah tempat kejadian)
• Pembagian tugas tim penyelidik,
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
2. Tahap Pelaksanaan :
• Mendokumentasikan semua fakta / bukti utk diolah /
analisis
• Mewawancarai semua saksi (saksi langsung / saksi tidak
langsung).
• Semua data / bukti / informasi dianalisis & disimpulkan
utk menetapkan penyebab kecelakaan menggunakan
suatu metode analisis penyebab kecelakaan.
• Merumuskan / menetapkan rekomendasi tindakan
perbaikan yang efektif agar kecelakaan dengan
penyebab yang sama tidak terjadi lagi.
MENGUMPULKAN DATA / BUKTI PENDUKUNG,
terdiri atas :
 Sketsa & photo lokasi dg dilengkapi data survey.
 Biodata korban & saksi langsung : riwayat kerja, kondisi
Kesehatan, & catatan kompetensi.
 Data Riwayat / kelayakan peralatan,
 Prosedur kerja, standar, persyaratan K3, data Pendidikan &
pelatihan K3, daftar hadir, dll.
 Catatan kondisi lingkungan kerja,
 Laporan awal dari pengawas langsung,
 Mengumpulkan data / bukti pendukung lainnya dapat juga
menggunakan metode 4P (People, Part, Position, & Paper).
MENGUMPULKAN DATA / BUKTI PENDUKUNG

 Mengidentifikasi bukti / data pendukung menggunakan


prinsip 4P :
 People (Saksi Langsung, Saksi Tidak Langsung)
 Part (Equipment, Tools, Material, Komponen)
 Position (Location, Movement)
 Paper (Records, Logs, Schedules, JSA /Procedures, HIRAC
Documents)
 Sumber data / bukti dapat diambil dari : pernyataan /
wawancara saksi, rekaman suara / video, atau
rekonstruksi.
WAWANCARA SAKSI
 Menjelaskan maksud & tujuan dari wawancara, & tujuan
insvestigasi (bukan mencari siapa yang salah / mengadili / minta
pertanggung jawaban),
 Wawancarai setiap saksi secara terpisah dengan cara santun dan
bersahabat,
 Semua pernyataan harus dikonfirmasikan dengan fakta lainnya
untuk memastikan bahwa yang disampaikan saksi adalah fakta /
informasi yang benar,
 Menyiapkan peralatan : kamera, alat rekam, alat tulis, kisi–kisi
pertanyaan,
 Ice–breaking sampai saksi merasa nyaman,
WAWANCARA SAKSI
 Mulailah dg pertanyaan ringan untuk menciptakan hubungan
personal yg akrab,
 Hindari pertanyaan yg bersifat investigatif, mintalah saksi
bercerita apa saja yg diketahui / alami / lihat / kerjakan,
 Jangan memotong saat saksi bercerita (meskipun ceritanya
melebar), biarkan saksi bercerita dg caranya sendiri,
 Boleh menyela hanya utk meminta kejelasan / penguatan,
 Dengarkan dg penuh antusias & sungguh–sungguh,
 Ucapkan terima kasih, hargai semua info yg telah diberikan,
 Hasil wawancara didokumentasikan.
ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN
 Semua data / bukti & informasi dianalisis & disimpulkan utk
menetapkan : penyebab langsung, penyebab dasar, &
kegagalan kendali manajemen (lack of control), serta factor
lain yg berkontribusi thd penyebab kecelakaan.
 Metode analisis yang digunakan harus menggambarkan
model teori penyebab kecelakaan :
 Kerugian akibat kecelakaan,
 Jenis kecelakaan / kontak,
 Tindakan & kondisi tidak aman yg ditimbulkan oleh adanya penyebab
dasar (factor pribadi / factor pekerjaan),
 Kurangnya control pada manajemen (lack of control).
ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN
TEORI DOMINO FRANK E. BIRD (LOSS CAUSATION MODEL)

PENYELIDIKAN / INVESTIGASI

LEMAH SEBAB DASAR KECELAKAAN KERUGIAN


SEBAB
KONTROL
FAKTOR LANGSUNG KONTAK
PROGRAM TAK CIDERA ATAU
PERSONAL TINDAKAN DENGAN
SESUAI KERUSAKAN
TAK AMAN ENERGI ATAU YANG TAK
STANDAR TAK FAKTOR BAHAN / ZAT
SESUAI DIHARAPKAN;
PEKERJAAN KONDISI TAK MELEBIHI BATAS
KEPATUHAN / STOP PRODUKSI
AMAN KEMAMPUAN
PELAKSANAAN
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN Nom or Register Insiden 01/20/2019
Nam a Perusahaan PT X

PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
LANGKAH 1 kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .

PENYEBAB LANGSUNG PENYEBAB TIDAK LANGSUNG KURANGNYA PENGAWASAN


(SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK
FAKTA / BUKTI / INFORMASI (TINDAKAN / KONDISI TIDAK (FAKTOR PERSONAL /
ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK
AMAN) PEKERJAAN) DIIMPLEMENTASIKAN)

1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah Belum ada program konseling
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga). personal untuk karyawan.
atasan
3. Surat perintah lembur. Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.

Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang.


Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.

1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang.
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.

Perilaku ceroboh (Attitude). Sistem rekruitmen tidak


memadai.

Belum ada program konseling


personal.

Belum ada program observasi


tugas.

1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak Belum ada prosedur MOC
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
menggunakan design (Management of Change)
10%, 30meter). engineering.
Belum ada personal kompeten
di bidang konstruksi jalan.

Tidak ada analisa risiko Belum ada prosedur HIRA.


sebelum jalan digunakan.
TUGAS / PRAKTIK :
 Ambil & pelajari Laporan Penyelidikan Kecelakaan yang
Anda gunakan sbg Bukti Kompetensi (yang telah dikirim
ke LSP).
 Dari laporan tersebut, identifikasi :
1. Data / Bukti / Fakta yg telah diidentifikasi ?
2. Jenis Kerugian dari kecelakaan tsb.
3. Kronologi singkat & type / jenis kecelakaan yg
terjadi.
4. Penyebab Langsung Kecelakaan.
5. Penyebab Dasar Kecelakaan.

149
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN

 Disusun berdasarkan basic contributing factors (penyebab


kecelakaan) yg teridentifikasi,
 Mencakup jenis tindakan perbaikan / pencegahan : pra-
kontak, kontak, & pasca-kontak,
 Hierarki Pengendalian Risiko sbg pedoman di dalam
merumuskan tindakan pengendalian.
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENCEGAHAN

 Pengendalian Pra-Kontak, bertujuan untuk mencegah kecelakaan yg


sama terjadi lagi,
Contoh : improve program kerja K3, improve SOP / standar kerja /
dokumen manajemen risiko, dll
 Pengendalian Kontak, bertujuan untuk mengurangi tingkat keparahan
jika terjadi kecelakaan.
Contoh : mengurangi jumlah paparan & energi, memasang pelindung,
memperkuat struktur.
 Pengendalian Pasca-Kontak, bertujuan untuk mengurangi kerugian
jika kecelakaan telah terjadi.
Contoh : sistem & peralatan tanggap darurat, isolasi peralatan / barang
yang rusak, program rehabilitasi kerja.

151
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENCEGAHAN

HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO :


 REKAYASA, seperti : eliminasi, subtitusi, isolasi.
 ADMINISTRASI, seperti : rambu peringatan, pemilihan
pekerja, rotasi / jadwal kerja, pembatasan jam kerja,
pemilihan kontraktor, dll.
 PRAKTIK KERJA, seperti : implementasi JSA, SOP, instruksi
kerja, pelatihan, dll.
 ALAT PELINDUNG DIRI.

152
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENCEGAHAN
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja
dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi
pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X

PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki
LANGKAH 2 Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan.

Akar Masalah yang Menjadi Penyebab ALAT PELINDUNG


No
Timbulnya Insiden
REKAYASA ADMINISTRASI PRAKTIK KERJA
DIRI
1 Belum ada program konseling personal untuk Menyusun & implementasi Pelatihan teknik
program konseling personal konseling utk semua
karyawan. utk seluruh karyawan. pengawas.

2 Belum ada standar jam kerja maksimal per hari. Menyusun standar jam kerja
maksimal per hari.

3 Overload (3 driver resigned). Menugaskan 3 driver dump Segera rekrut driver sarana
truck untuk menggantikan 3 pengganti.
driver sarana yang resigned.

4 Tingkat kesejateraan kurang. Penyesuaian tingkat Review tingkat kesejahteraan


kesejahteraan karyawan karyawan dg melakukan
berdasarkan hasil bench bench marking ke
marking. perusahaan lain.
5 Sistem rekruitmen tidak memadai. - Re-assessment semua
karyawan.
- Review & revisi prosedur
rekruitment karyawan.
6 Belum ada program observasi tugas. Menyusun prosedur Pelatihan teknik
pbservasi tugas. observasi tugas utk
semua pengawas.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
3. Tahap Pelaporan :
• Memasukkan / input semua hasil penyelidikan kecelakaan
ke dalam formulir atau sistem on-line :
– Semua informasi terkait dg kecelakaan.
– Type / jenis kecelakaan dan semua penyebab kecelakaan
– Semua rekomendasi tindakan pencegahan / pengendalian.
• Meminta persetujuan (approval) dari manajemen,
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
3. Tahap Pelaporan :
• Mendistribusikan laporan ke semua pihak terkait (internal
& eksternal) :
– Semua pengawas, tim leaders ke atas,
– Semua orang yg bertanggung jawab di dalam tindakan
perbaikan,
– Pengawas & pekerja teknis terkait,
– EHS Committee,
– Dinas ESDM / Dinas Tenaga Kerja (jika diminta),
– Tokoh masyarakat (jika diminta).
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Koreksi :
• Semua orang yg bertanggung jawab wajib melakukan
tindakan perbaikan tepat waktu,
• Wajib mengkomunikasikan ke atasan / manajemen jika
menemukan kendala,
• Pemantauan pelaksanaan tindakan perbaikan dilakukan
oleh :
– EHS Committee.
– Departmental EHS Committee.
– Corporate or external 3rd party audit
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
5. Evaluasi Penyelidikan

• Dilakukan secara menyeluruh terhadap :


– Tahapan penyelidikan kecelakan,
– Hasil dari pelaksanaan tindakan koreksi /
perbaikan
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#5 :
IDENTIFIKASI BAHAYA &
PENGENDALIAN RISIKO
Elemen Kompetensi :
 Mengidentifikasi potensi bahaya & melakukan
penilaian risikonya pada kegiatan pertambangan,
 Melakukan klasifikasi bahaya & risiko berdasarkan
nilai risiko,
 Melakukan pengendalian risiko pada kegiatan
pertambangan.
MANAJEMEN RISIKO
Adalah proses mengidentifikasi sumber-sumber
bahaya, menilai risikonya, dan merumuskan
tindakan kontrol / pengendalian untuk
menurunkan atau mengurangi risiko secara terus
menerus sampai level risiko yang dapat diterima.
PROSES MANAJEMEN RISIKO
KepMen ESDM No. 1827K/30/MEM/2018, Lampiran III)

1. Komunikasi & Konsultasi,


2. Penetapan Konteks,
3. Identifikasi Bahaya,
4. Penilaian & Pengendalian
Risiko,
5. Pemantauan & Peninjauan.
1. KOMUNIKASI & KONSULTASI
 Melibatkan para pemangku kepentingan
(internal & eksternal),
 Dilakukan pada semua tahapan proses
manajemen risiko,
 Hasilnya menjadi pertimbangan dalam
evaluasi manajemen risiko.

165
2. PENETAPAN KONTEKS

 Menentukan batas-batas risiko yang


akan dikelola,
 Mencakup faktor Internal &
Eksternal.

166
3. IDENTIFIKASI BAHAYA

BAHAYA : segala sesuatu (sumber / situasi / keadaan fisik /


praktik kerja) yang berpotensi menyebabkan luka / cidera
atau pencemaran lingkungan atau kerusakan properti atau
kerugian lain.
3. IDENTIFIKASI BAHAYA
Metode Identifikasi Bahaya :
1. OBSERVASI, pemeriksaan / pengamatan keliling untuk mengidentifikasi
perilaku / cara kerja yang tidak aman,
2. INSPEKSI, pemeriksaan suatu obyek dengan menggunakan checklist /
daftar periksa untuk mengidentifikasi kondisi tidak aman,
3. KONSULTASI / DISKUSI, mendapatkan informasi tentang bahaya dari
orang yg ahli / kompeten / memahami bahaya tersebut.
4. STUDY DOCUMENTS, mengidentifikasi bahaya melalui dokumen-dokumen
yang terkait dengan bahaya tersebut. Contohnya: JSA, SOP, WI, MSDS,
buku manual, dll.
Klasifikasi Sumber Bahaya
Sumber Bahaya Contoh
Kimia Debu Silika, Fiber Asbes, Asap / Gas / Uap Beracun
Kebisingan, Getaran tinggi, Pencahayaan (kurang /
Fisik
berlebih), Radiasi UV, Temperatur (rendah / tinggi)
Mikro Biologi (Bakteri, Virus, Jamur), Makro Biologi
Biologis
(Tumbuhan & Binatang)
Mekanis Titik Operasi, Titik Jepit, Gerak Mesin
Kualitas Komplain Pelanggan, Re-do, Kualitas Suku Cadang
Psikososial Intimidasi, Trauma, Pola shift kerja
Tingkah Laku Kurang Keahlian, Ketidak-patuhan
Kelistrikan Peralatan, Instalasi
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO

RISIKO / RISK (R)


Adalah kemungkinan bahwa konsekuensi dari bahaya
(kematian, cidera / penyakit, kerusakan property atau
lingkungan) dapat terjadi bila terpapar bahaya.

PENILAIAN RISIKO
Adalah sebuah proses bermetode untuk mengevaluasi dan
menghitung risiko-risiko yang berkaitan dari suatu bahaya.
Tujuannya adalah untuk menentukan LEVEL RISIKO apakah dapat
diterima (acceptable risk) / tidak dapat diterima (unacceptable
risk).
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO

Risiko Saat Ini


Risiko yang ada setelah mempertimbangkan sistem pengendalian
yang ada saat ini.
Risiko yang Tidak Dapat Diterima
Risiko yang memiliki konsekuensi yang besar dan harus dikendalikan /
diturunkan agar konsekuensi tersebut tidak sampai terjadi.
Risiko Residual
Risiko yang tetap ada setelah penerapan sistem pengendalian
tambahan.
Risiko yang Dapat Diterima
Risiko yang dapat diterima karena tidak memiliki konsekuensi yg
besar dan masih dalam batas yang dapat diterima.

171
4. PENILAIAN RISIKO
CARA MENILAI RISIKO

1. Menghitung nilai risiko menggunakan rumus :


Risiko (R) = L x S

Kemungkinan / Likelihood (L)


tingkat kemungkinan suatu bahaya dapat terjadi (menimbulkan insiden /
kerugian).

C (Concequence) / Keparahan / Severity (S)


Keparahan dari cidera / penyakit / kerusakan harta benda / dampak lingkungan
yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya / paparan bahaya / aspek.
4. PENILAIAN RISIKO
CARA MENILAI RISIKO
2. Menetapkan nilai dari LIKELIHOOD & SEVERITY
wajar maksimal yang dapat terjadi menggunakan Matriks Risiko,

173
4. PENILAIAN RISIKO
CARA MENILAI RISIKO
3. Menentukan level / tingkat risiko dan menentukan apakah risiko
tersebut dapat diterima (acceptable risk) atau tidak dapat
diterima (unacceptable risk) - menggunakan table level risiko.

KODE RISIKO
AA KRITIKAL

A TINGGI

B SEDANG (acceptable risk)

C RENDAH (acceptable risk)

174
POTENSI KEMUNGKINAN CONCEQUENCE / NILAI & LEVEL
INSIDEN / LIKELIHOOD (L) SEVERITY (S) RISIKO
Pekerja 60% - 80% 4 Fatality 4 AA
terjatuh dari
ketinggian
(10m)
KRITIS
(UN-ACCEPTABLE
RISK)
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
1. Bahaya dg tingkat risiko yg dapat diterima tidak diperlukan
pengendalian tambahan,
2. Tindakan pengendalian / pencegahan tambahan atas risiko yang
tidak dapat diterima dirancang untuk meminimalisasi / menurunkan
agar menjadi risiko yang dapat diterima,
3. Tindakan pencegahan tambahan ditetapkan berdasarkan HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO :
 REKAYASA, seperti : eliminasi, subtitusi, isolasi.
 ADMINISTRASI, seperti : rambu peringatan, pemilihan pekerja, rotasi / jadwal
kerja, pembatasan jam kerja, pemilihan kontraktor, dll.
 PRAKTIK KERJA, seperti : implementasi JSA, SOP, instruksi kerja, pelatihan, dll.
 ALAT PELINDUNG DIRI.

176
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja
dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi
pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
TINDAKAN PENGENDALIAN TAMBAHAN
1.Menghentikan pekerjaan (Eliminasi).
2.Memasang / mengganti scaffolding
(Subtitusi)
3.Memilih pekerja yg telah mendapatkan
pelatihan WAH (Administrative)
4.Menyusun & implementasi JSA (Praktik
Kerja)
5.Pelatihan WAH utk semua pekerja
konstruksi (Praktik Kerja)
6.Melengkapi pekerja dg harness (APD).
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
1. Untuk mengevaluasi apakah tindakan pengendalian
tambahan sudah efektif (mampu menurunkan ke tingkat
risiko yg dapat diterima), maka lakukan penilaian risiko
ulang dg mempertimbangkan tindakan pengendalian
tambahan,
2. Jika nilai risiko ulang masih pada tingkat yg tidak dapat
diterima, maka lakukan perbaikan / revisi pada tindakan
pengendalian tambahan,
3. Risiko residual (Residual Risk) HARUS pada tingkat nilai
risiko yang dapat diterima.

179
TINDAKAN PENGENDALIAN TAMBAHAN
POTENSI KEMUNGKINAN CONCEQUENCE / NILAI & LEVEL
INSIDEN / LIKELIHOOD (L) SEVERITY (S) RISIKO 1. Menghentikan pekerjaan (Eliminasi).
2. Memasang / mengganti scaffolding (Subtitusi)
3. Memilih pekerja yg telah mendapatkan pelatihan WAH
Pekerja 60% - 4 Fatality 4 AA (Administrative)
terjatuh 80% 4. Menyusun & implementasi JSA (Praktik Kerja)
dari
ketinggia
KRITIS 5. Pelatihan WAH utk semua pekerja konstruksi (Praktik Kerja)
n (10m) (UN- 6. Melengkapi pekerja dg harness (APD).
ACCEPTABL
E RISK)

KEMUNGKINAN
CONCEQUENCE NILAI & LEVEL RISIKO
/ LIKELIHOOD
/ SEVERITY (S) SISA / RESIDUAL
(L)
20% - 40% 2 RWDC 2 B

SEDANG
(ACCEPTABLE RISK)
5. PEMANTAUAN & PENINJAUAN
1. Menetapkan cara pemantauan & peninjauan,
2. Mengkomuniasikan hasil pemantauan & peninjauan,
3. Tujuannya utk memastikan pengendalian risiko up-
date & telah memadai,
4. Dilakukan secara berkala, atau jika terjadi :
 Kecelakaan,
 Kejadian berbahaya,
 Kejadian akibat penyakit tenaga kerja
 Penyakit akibat kerja,
 Perubahan peralatan / instalasi / proses / kegiatan,
 Adanya proses / kegiatan baru.

181
TUGAS / PRAKTIK :
Lakukan PENILAIAN
RISIKO ulang / RISIKO
RESIDUAL. Apakah terjadi
Identifikasi 3 BAHAYA penurunan ke acceptable
UTAMA di area tanggung risk?
jawab Anda.

Lakukan PENILAIAN Rumuskan TINDAKAN


RISIKO dari bahaya- PENGENDALIAN TAMBAHAN utk
bahaya tsb & simpulkan menurunkan nilai risiko dari bahaya
apakah acceptable / tsb.
unacceptable risk.
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#6 :
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP PERTAMBANGAN

1
Elemen Kompetensi :
 Mengidentifikasi aspek - dampak terhadap
lingkungan hidup di area kerjanya,
 Melakukan pengelolaan limbah di area kerjanya,
 Melaksanakan peraturan perlindungan
lingkungan pertambangan di area lingkungan
kerjanya.
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan hidup : kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Amdal : kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
UKL-UPL : pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP
Pencemaran lingkungan hidup : masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

B3 : zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,


konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lain
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP

• Dokumen Lingkungan Hidup : dokumen yang berupa


AMDAL, UKL / UPL, atau Surat Pernyataan Pengelolaan
Lingkungan.

• Reklamasi : kegiatan yang dilakukan sepanjang


tahapan Usaha Pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya.

188
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP

• Pascatambang : kegiatan terencana, sistematis, dan


berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan
Usaha Pertambangan untuk memulihkan fungsi
lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal
di seluruh wilayah pertambangan.

• Pascaoperasi : kegiatan terencana, sistematis, dan


berlanjut untuk memulihkan fungsi lingkungan dan fungsi
sosial setelah berakhirnya seluruh kegiatan usaha
pengolahan dan atau pemurnian.

189
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP

• Air Tambang : air yg berada di lokasi &/ berasal dari


proses kegiatan pertambangan yg harus dikelola sebelum
dilepas ke media lingkungan hidup.
• Air Larian Permukaan : air hujan yang melimpas pada
wilayah pertambangan & bukan akibat kegiatan
pertambangan.
• Air Asam Tambang : air yg bersifat asam akibat oksidasi
mineral sulfida pada kegiatan pertambangan

190
PENGERTIAN ASPEK – DAMPAK –
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

Aspek Lingkungan : elemen dari aktifitas organisasi atau


produk atau jasa yg berinteraksi atau dapat berinteraksi
dg lingkungan (Sumber : ISO 14001:2015).

191
PENGERTIAN ASPEK – DAMPAK –
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
Dampak Lingkungan Hidup : perubahan lingkungan,
apakah merugikan atau menguntungkan, seluruh atau
sebagian yg dihasilkan dari aspek lingkungan (Sumber : ISO
14001:2015).

Dampak lingkungan hidup : pengaruh perubahan pada


lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha
dan/atau kegiatan (Sumber : UU No. 32 / 2009).

192
PENGERTIAN ASPEK – DAMPAK –
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

Pengendalian Dampak Lingkungan : upaya pencegahan,


pemulihan dan atau pengawasan thd terjadinya pencemaran
atau perusakan lingkungan yg diakibatkan oleh usaha &/
kegiatan.

193
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)

1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU / PERPPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden / Keppres
6. Perda Propinsi
7. Perda Kab. / Kota
UUD 1945

Pasal 28H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan medapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
UU No. 32 / 2009
Pasal 65 (HAK)
1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari
hak asasi manusia.
2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.

Pasal 66 (HAK)
1) Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.
UU No. 32 / 2009

Pasal 67 (KEWAJIBAN)
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.

Pasal 68 (KEWAJIBAN)
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka,
dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
UU No. 32 / 2009

Pasal 69 (LARANGAN)
Setiap orang dilarang:
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundangundangan ke dalam
wilayah NKRI;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah NKRI ke media lingkungan hidup
NKRI;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah NKRI;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi,
atau memberikan keterangan yang tidak benar.
KETENTUAN DASAR

1. Setiap aspek lingkungan dimana terdapat peraturan


perundangan lingkungan hidup yang mengatur, maka
disebut sebagai aspek lingkungan penting.
2. Semua pengendalian yang disyaratkan di dalam
peraturan tersebut menjadi PENGENDALIAN MINIMUM
yang wajib dilakukan.
3. Setiap perusahaan wajib mengidentifikasi semua
peraturan perundangan lingkungan hidup yang terkait
dengan ASPEK & DAMPAK LINGKUNGAN yang ada
di area tanggung jawabnya.
Ruang Lingkup Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pertambangan :
 Pengelolaan & pemantauan sesuai dg dokumen
lingkungan hidup,
 Penanggulangan & pemulihan lingkungan hidup
jika terjadi pencemaran &/ perusakan
lingkungan hidup.

200
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan
(Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran V)

Adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang


ditimbulkan akibat dari kegiatan pertambangan.

Pedoman pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, meliputi :


1. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Eksplorasi,
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Konstruksi,
3. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Penambangan,
4. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Pengangkutan,
5. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pengolahan dan / atau Pemurnian,
6. Pemantauan Lingkungan Hidup,
7. Penanggulangan Pencemaran dan / atau Perusakan Lingkungan Hidup,
8. Sistem Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup Pertambangan,
9. Penghargaan Pengeloaan Lingkungan Hidup Pertambangan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Kegiatan Eksplorasi :
 Pembukaan Lahan Kegiatan Eksplorasi,
 Pembuatan Jalan Akses Eksplorasi,
 Pembuatan Sumur Uji & Parit Uji,
 Pengeboran,
 Kajian Geokimia

202
Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Kegiatan Konstruksi :
 Pembukaan Lahan Kegiatan Konstruksi,
 Pembangunan Sarana & Prasarana,
 Pembuatan Jalan Akses,
 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bengkel,
 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Fasilitas Pengisian BBC,
 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Generator Listrik
Berbahan Bakar Cair,
 Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kolam Pengendapan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Kegiatan Penambangan
 Pembukaan Lahan,
 Penimbunan Batuan Penutup,
 Pengelolaan Air Larian Permukaan,
Air Tambang, & Air Asam Tambang

204
Pemantauan Lingkungan Hidup :
 Kualitas Air Permukaan,
 Kualitas & Kuantitas Air Tanah,
 Kualitas Air Laut,
 Kualitas Air Limbah,
 Kualitas Tanah,
 Kualitas Udara,
 Keanekaragaman Hayati,
 Penurunan Permukaan Tanah,
 Erosi & Sedimentasi.

205
Penanggulangan Pencemaran &/
Perusakan Lingkungan Hidup

 Tata Cara Baku Penanggulangan Pencemaran &/ Perusakan


LH, meliputi penyiapan :
a. Ketentuan & prosedur,
b. Personil & tim yg kompeten,
c. Sarana, peralatan, & bahan,
d. Kesiapsiagaan & tanggap darurat lingkungan
 Upaya Penanggulangan Pencemaran &/ Perusakan LH,
meliputi :
a. Identifikasi Sumber & Dampak
b. Tindakan Perbaikan thd sumber & dampak,
c. Pemantauan & Evaluasi thd Tindakan Perbaikan yg Telah Dilakukan

206
Sistem Pengelolaan Perlindungan
Lingkungan Hidup Pertambangan
1. Kebijakan Internal Pengelolaan LH,
2. Perencanaan Pengelolaan LH yg terintegrasi dg
perencanaan tambang,
3. Struktur Organisasi yg Menangani LH,
4. Pelaksanaan Pengelolaan LH,
5. Program Evaluasi thd Pelaksanaan Pengelolaan LH,
6. Dokumentasi Pengelolaan LH,
7. Tinjauan Manajemen thd Pelaksanaan Pengelolaan LH,

207
Identifikasi Aspek & Dampak
Lingkungan :
1. Identifikasi Aspek Lingkungan Terkait Aktifitas, dg
mempertimbangan kriteria : emisi ke udara, buangan ke air, limbah,
kontaminasi tanah, raw material, isu lingkungan & masyarakat.
2. Evaluasi & Menyusun Aspek Lingkungan Penting dg
hierarki / pembobotan : peraturan lingkungan, dampak terhadap
manusia, dampak terhadap property, keluhan masyarakat, sebaran
dampak, kemungkinan terjadi.
3. Memutuskan Aspek Lingkungan Penting yg Harus Dikendalikan.
4. Melakukan Monitoring, Reporting, & Evaluasi Tindakan
Pengendalian.

208
LIMBAH PERTAMBANGAN :

Adalah sisa hasil kegiatan pertambangan yang


tidak lagi memiliki nilai ekonomis.
Limbah pertambangan adalah salah satu aspek
lingkungan pada kegiatan pertambangan.

209
Klasifikasi Limbah Berdasarkan Bentuk :
Limbah Cair, dibagi limbah cair : domestik, industri, rembesan
dan luapan, air hujan.
Limbah Padat, dibagi : organik, anorganik, abu, bangkai
hewan, limbah padat industri.
Limbah Gas, dibagi menjadi : limbah partikel (uap air, debu,
asap, kabut, fume) & gas (CO, CO2, Nitrogen Oksida, Sulfur
Oksida, Amoniak, dll).
Limbah Suara, contoh : suara dari mesin, kendaraan, pabrik,
peledakan, dll.

210
TUGAS / PRAKTIK :

 Identifikasi ASPEK LINGKUNGAN DAN LIMBAH yg ditimbulkan


dari hasil KEGIATAN di area kerja yang menjadi tanggung
jawab Anda.
 Jelaskan DAMPAK LINGKUNGAN apa saja yang dapat
ditimbulkan dari limbah tersebut.
 Sebutkan PENGELOLAAN /PENGENDALIAN dampak
lingkungan atas limbah tersebut (yang sudah direncanakan &
dilaksanakan).
 Apakah pengelolaan tersebut sudah MEMADAI? Bagaimana
metode pemantauan & evaluasinya?
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#7 :
INSPEKSI
Elemen Kompetensi :

 Mempersiapkan, melakukan, dan membuat


laporan inspeksi
 Pemantauan tindak lanjut hasil inspeksi
Inspeksi K3 adalah sistem yang baik untuk menemukan
suatu masalah / bahaya dan menaksir jumlah risiko
sebelum terjadi accident dan kerugian lain yang dapat
muncul (Bird, Frank E, and George L. Germain, 1990).
TUJUAN INSPEKSI :
 Untuk mengukur kepatuhan fisik terhadap standar EHS tertentu di
tempat kerja.
 Untuk menghilangkan perilaku yang tidak aman dan mendorong
perilaku yang aman,
 Mengidentifikasi & mengendalian bahaya / sub-standard / penyebab
langsung kecelakaan (tindakan dan kondisi tidak aman),
 Mencegah terjadinya kecelakaan,
 Mengukur tingkat pemahaman K3 setiap pekerja,
 Mengukur performance kondisi fisik,
 Melakukan langkah perbaikan untuk mengendalikan bahaya / risiko.
 Mengidentifikasi penyebab dasar dari bahaya yang ditemukan,
menentukan rekomendasi tindakan perbaikan yang harus dilakukan.
MANFAAT INSPEKSI BAGI PENGAWAS :

 Mencegah kecelakaan di area tanggung jawabnya dg cara


melakukan tindakan perbaikan dari setiap bahaya yg
ditemukan,
 Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai pengawas
operasional,
 Mempertahankan area tanggung jawabnya agar selalu sesuai
dg standar K3,
 Sebagai media kontak langsung dg pekerja.
JENIS INSPEKSI :
1. Inspeksi Tidak Terencana :
Dilakukan secara tidak menentu (tidak terencana),
Dilakukan secara tidak sistematis,
Pemeriksaannya bersifat dangkal dan biasanya hanya memeriksa tentang
kondisi / tindakan tak aman yang membutuhkan perhatian besar,
Tindakan perbaikannya bersifat corrective / immediately action untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
Contoh : hazard report, sidak (inspeksi mendadak), SOI, dll.

2. Inspeksi Terencana :
 Dilakukan secara terencana,
 Dilakukan secara sistematis,
 Pemeriksaannya menyeluruh & detail,
 Tindakan perbaikan yang diambil bersifat corrective & preventive
action untuk mencegah terjadinya kecelakaan & repetitive finding.
Inspeksi Terencana, dibagi :
 Inspeksi Berkala / Rutin (Umum) : dilakukan secara berkala
& rutin, dengan jadwal yg sudah ditentukan
Contoh : inspeksi umum, inspeksi housekeeping, inspeksi
bagian kritis, preventive maintenance, pre-use
equipment inspection, dll.
 Inspeksi Sewaktu-Waktu / Khusus : dilakukan ketika
mengevaluasi / mengidentifikasi potensi bahaya yang berisiko
tinggi, terdapat proses dan mesin baru, pekerjaan berisiko tinggi
(observasi tugas).
TAHAPAN INSPEKSI TERENCANA:

1. PERENCANAAN (menentukan : objek, jadwal, petugas,


metode, biaya),
2. PERSIAPAN (memahami prosedur; menyiapkan : alat ukur
& uji, alat dokumentasi);
3. PELAKSANAAN,
4. Merumuskan REKOMENDASI & TINDAK LANJUT,
5. EVALUASI KEGIATAN INSPEKSI,
6. MENYUSUN & MENDISTRIBUSIKAN LAPORAN HASIL
INSPEKSI.
1. Perencanaan Inspeksi

Program inspeksi disusun berdasarkan penilaian


risiko,
Meliputi, penentuan :
 Obyek inspeksi,
 Jadwal inspeksi (berkala / sewaktu),
 Petugas / penanggung jawab inspeksi,
 Metode inspeksi (silang atau bersama),
 Biaya inspeksi (jika diperlukan).
OBYEK INSPEKSI :
 Menentukan Obyek Inspeksi Dilakukan berdasarkan
Penilaian Risiko,
 Obyek Inspeksi yg Risikonya Tinggi (Obyek Kritis) harus
Diprioritaskan,
 Selain Menggunakan Metode Penilaian Risiko, Penentukan
Obyek Kritis dapat Berdasarkan : catatan / potensi
kerugian, catatan / pengalaman perawatan, catatan /
potensi kecelakaan, buku petunjuk, interview / masukan
dari karyawan.
2. Persiapan Inspeksi
 Menentukan jalur-jalur / peta inspeksi berdasarkan pada
area kerja,
 Prosedur, standar, peraturan, potensi kecelakaan, dan daftar
periksa (check-list) sesuai dg obyek inspeksi,
 Menentukan alat ukur / alat uji / alat dokumentasi / APD
yang dibutuhkan selama inspeksi,
 Mempelajari data kecelakaan kerja, laporan pemeliharaan,
dokumen risk management, & laporan inspeksi sebelumnya.
3. Pelaksanaan Inspeksi

 Menggunakan metode (siklus) pengamatan /


pemeriksaan,
 Menggunakan pengamatan / pemeriksaan total,
yaitu pengamatan / pemeriksaan menyeluruh
dengan menggunakan semua panca indra
(penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba,
& perasa)
3. Pelaksanaan Inspeksi

Siklus Pengamatan / Pemeriksaan :


1. Memutuskan
2. Berhenti
3. Mengamati
4. Bertindak
5. Melaporkan
Klasifikasi Obyek Pengamatan /
Pemeriksaan :
 Reaksi Pekerja
 Posisi Pekerja
 Prosedur Kerja
 Peralatan Kerja
 Alat Pelindung Diri
 Housekeeping (Kondisi Fisik Secara Umum)
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :

1. Reaksi Pekerja, contoh :


 Membetulkan APD,
 Merubah Posisi Kerja,
 Menghentikan Pekerjaan,
 Mengganti Alat Kerja.
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :

2. Posisi Pekerja, yaitu posisi pekerja saat bekerja yang


berpotensi :

 Terbentur,  Terjatuh,
 Tertabrak,  Tertelan,
 Terkait,  Terserap,
 Terjepit,  Tersengat arus
listrik,
 Terpapar suhu panas /
dingin,  Terhirup.
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :

3. Prosedur Kerja / JSA, periksa :


 Apakah prosedur sudah
dibuat / ditetapkan?
 Apakah prosedur memadai?
 Apakah prosedur diikuti /
dipertahankan?
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :

4. Peralatan Kerja, periksa :


 Apakah alat sesuai dengan pekerjaan yang
sedang dilakukan?
 Apakah kondisinya alat dalam keadaan aman?
 Apakah alat dipergunakan dengan cara yang
benar?
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :

5. Alat Pelindung Diri, periksa :


 Apakah pekerja memakai APD sesuai dengan risiko
pekerjaan?
 Apakah pekerja memakai APD dengan benar?
 Apakah APD dalam kondisi baik / tidak rusak /
nyaman digunakan?
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :

6. Tatapapan / Tatagraha (Housekeeping), memeriksa :


 Gang terhalang oleh barang-barang,
 Penyimpanan perkakas,
 Penampungan kotoran / sampah,
 Penempatan barang,
 Penataan letak (Lay Out),
 Serpihan atau potongan material,
 Ceceran zat cair.
TATAGRIYA / TATAPAPAN / HOUSEKEEPING
Adalah program penataan dan kebersihan lingkungan
(kerja) untuk menciptakan lingkungan (kerja) yang aman dan
produktif.
1. Tempat Kerja disebut TERTATA, jika : 2. Tempat Kerja
 Tidak ada barang / benda / peralatan disebut BERSIH, jika :
/ fasilitas /dll yg tidak berguna berada  Semua barang /
di area kerja. benda / peralatan /
 Semua barang / benda / peralatan / fasilitas / dl dalam
fasilitas / dll memiliki tempat konsisi bersih & tidak
penyimpanannya, dan selalu kotor oleh : debu,
dikembalikan pada tempat minyak, olie, dll.
penyimpanannya setelah selesai
digunakan.
4. Merumuskan Rekomendasi & Tindak Lanjut
 Ada 2 jenis tindakan perbaikan yg harus dilakukan jika
menemukan bahaya, yaitu : tindakan korektif (corrective
action) dan tindakan pencegahan (preventive action).
 Tujuan dari tindakan korektif adalah untuk mengendalikan
bahaya yang sudah terjadi & mencegah kecelakaan /
konsekuensi dari bahaya terbuat.
 Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengidentidikasi
penyebab bahaya muncul / terjadi & melakukan
pengendalian agar bahaya yang sama tidak muncul
kembali.
 Tindakan perbaikan disusun berdasarkan Hierarki
Pengendalian Risiko.
4. Merumuskan Rekomendasi & Tindak Lanjut

 Menentukan penanggungjawab dan batas waktu dari


rekomendasi tindak-lanjut temuan inspeksi,
 Memantau dan melakukan verifikasi tindak-lanjut dari
rekomendasi tindak lanjut temuan inspeksi.
5. Evaluasi Inspeksi
• Catat semua temuan (kondisi & tindakan tidak aman)
dan rekomendasi tindakan perbaikan ke dalam formulir
/ sistem online yg telah ditentukan,
• Memastikan setiap tahapan inspeksi telah dilakukan
6. Menyusun & Distribusi Laporan Hasil Inspeksi
• Mendistribusikan laporan inspeksi ke semua
penanggung–jawab tindakan perbaikan,
• Mendokumentasikan laporan hasil inspeksi,
• Mensosialisasikan kepada seluruh pekerja sebagai
bentuk edukasi.
TUGAS / PRAKTIK :

• Bayangkan Anda sedang melakukan inspeksi di area


kerja Anda.
27
28
29
30
TUGAS:
Buatlah laporan hasil inspeksi ini menggunakan:
1. Formulir check-list,
2. Rumuskan rekomendasi tindakan perbaikan atas
temuan-temuan tersebut.
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#8 :
ANALISA KESELAMATAN PEKERJAAN /
JOB SAFETY ANALYSIS
Elemen Kompetensi :
 Menginventarisasi tugas-tugas yang belum
dilengkapi JSA, & menentukan pekerjaan yang
akan dianalisis,
 Menentukan metode & menyusun JSA.
Definisi :
Adalah proses yang merinci pekerjaan menjadi langkah-
langkah kerja atau tugas dan mengidentifikasi bahaya yang
terkait dengan pekerjaan (dan aspek lingkungannya) pada
setiap langkahnya, dan menentukan langkah pencegahan
untuk mengendalikan bahaya itu sehingga memberikan cara
kerja yang aman dan ramah lingkungan ketika
menyelesaikan pekerjan tersebut.
JSA adalah tanggung jawab Pengawas.
Mengapa?
 Pengawas paling MENGUASAI TEKNIS pekerjaannya
(cara kerja, alat, bahaya, dll).
 Pengawas mempunyai CATATAN / INGATAN tentang
KECELAKAAN terkait dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.
 Pengawas mempunyai KEPENTINGAN & TANGGUNG
JAWAB langsung untuk menyelamatkan bawahan,
peralatan, dan lingkungan kerjanya.
Keterlibatan Penyusunan JSA

Petugas K3
Engineer
Quality Control

Technician
Tenaga Ahli

Pengawas

Pekerja Senior
Manfaat / Fungsi JSA :
 Sebagai Acuan / Pedoman Ketika Pekerja Melakukan
Pekerjaan,
 Sebagai Pedoman Pengawas Ketika Melakukan
Observasi,
 Sebagai Salah Satu Data Pendukung Proses Investigasi
Kecelakaan
 Sebagai Materi Pertemuan, Orientasi / Pelatihan Pekerja
/ Pengawas Baru,
Manfaat / Fungsi JSA :
 Memastikan semua bahaya signifikan dari suatu pekerjaan
sudah diidentifikasi & dikendalikan
 Merencanakan pekerjaan atau tugas baru dengan aman.
 Sebagai Dasar Pembuatan SOP baru atau meninjau SOP
yang sudah ada,
 Memeriksa/ menguji SOP yang ada.
 Sebagai Persyaratan untuk Melakukan Pekerjaan yg
Berisiko Tinggi yang Diatur di Dalam Prosedur Izin Kerja,
 Digunakan sebagai prosedur kerja yang disetujui dan untuk
mengembangkan prosedur resmi lainnya.
METODE PENYUSUNAN JSA :
 Metode OBSERVASI & DISKUSI.
Metode ini menggunakan wawancara / observasi
untuk memahami dan menentukan langkah-langkah
kerja & bahayanya.
1. Menentukan jenis pekerjaan, lokasi kerja, & pekerja,
2. Menjelaskan maksud & tujuan observasi,
3. Lakukan pengamatan setiap tahapan kerja pada : posisi, pemakaian
alat/material, pemakaian APD, dll.
4. Mereview & mendiskusikan hasil pengamatan dengan karyawan,
5. Mereview & mendiskusikan hasil pengamatan dg karyawan yang
lain,
6. Identifikasi bahaya, risiko & pengendaliannya dalam setiap tahapan
kerja yang telah dilakukan.
METODE PENYUSUNAN JSA :
 Metode DISKUSI.
Metode ini melibatkan tim & membiarkan mereka
bertukar pikiran terkait langkah-langkah pekerjaan &
potensi bahaya yang ada.
1. Memilih pekerja atau tim yang berpengalaman,
2. Melakukan diskusi sekali / lebih untuk memastikan semua point
telah dipenuhi,
3. Menjelaskan cara pengisian (formulir) & sistem pendekatan di
dalam menyusun JSA,
4. Menetapkan langkah tugas / pekerjaan yang signifikan &
berisiko tinggi,
5. Mengidentifikasi bahaya, risiko dan pengendaliannya untuk
setiap tahapan kerja yang telah ditetapkan.
KETENTUAN :

 JSA harus disusun sebelum suatu pekerjaan dilakukan & tidak


tersedia prosedur resmi yang mengatur pekerjaan tsb.
 Jika prosedur resmi telah ada, JSA masih dipersyaratkan jika
Kondisi & Ruang Lingkup kerjanya berubah,
 JSA harus dibawa ke lokasi kerja dan digunakan sebagai
rujukan dan memeriksa apakah semua pengendalian sudah
diterapkan,
 Apabila terdapat tindakan pengendalian yang tidak
berfungsi atau terdapat bahaya baru yang signifikan dan
belum teridentifikasi di dalam JSA, maka pekerjaan HARUS
dihentikan,
LANGKAH Penyusunan & Implementasi JSA :

1. Menentukan pekerjaan / tugas kritis (risiko tinggi),


2. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa langkah tugas
yang berurutan,
3. Mengidentifikasi bahaya / potensi insiden / risiko dari
setiap langkah tugas,
4. Menentukan kontrol / tindakan pengendalian dari setiap
bahaya / potensi insiden / risiko yang teridentifikasi,
5. Mengkomunikasikan / mengsosialisasikan kepada pekerja
yang akan melakukan pekerjaan,
6. Tindaklanjut (observasi tugas) & review / revisi dokumen
JSA.
MENENTUKAN TUGAS / PEKERJAAN :
 JSA harus disiapkan untuk semua pekerjaan, tapi diprioritaskan
untuk pekerjaan yang risikonya tinggi /tidak dapat diterima.
 Inventarisasi pekerjaan dapat dilakukan : sebelum suatu proses /
project dilakukan, atau saat proses / project sedang berjalan,
 Kriteria pekerjaan yang diprioritaskan untuk dilengkapi JSA
adalah pekerjaan :
• Risiko tinggi / tidak dapat diterima (tugas kritis),
• Sering menyebabkan kecelakaan (frekwensi).
• Jika menimbulkan kecelakaan dg keparahan tinggi (severity)
• Kemungkinan tinggi untuk menimbulkan kecelakaan (likelihood).
• Pekerjaan baru.
Menentukan Langkah-Langkah Kerja

 Uraikan pekerjaan menjadi urut-urutan tugas atau


langkah secara logis dengan memperhatikan apa yang
harus dilakukan (bukan bagaimana melakukannya),
 Aturan yang baik biasanya menyebutkan bahwa pada
umumnya sebuah pekerjaan dapat di deskripsikan
dalam 7 – 10 langkah tugas.
 Pastikan semua langkah atau tugas telah
teridentifikasikan, jika perlu minta atasan untuk
mereview JSA.
Mengenali / Identifikasi Bahaya dari
Setiap Langkah Kerja, dapat menggunakan
kalimat tanya di bawah ini sebagai pedoman :

 Apa yang bisa berjalan keliru (kesalahan)?


 Bagaimana saya bisa mendapat cedera?
 Bagaimana saya bisa merusak lingkungan?
 Seberapa parah hal itu dapat terjadi?
Menentukan Tindakan Pengendalian :

 Menggunakan strategi pengendalian bahaya /


risiko (Hierarki Pengendalian Risiko),
 Hindari menggunakan kalimat yang sulit / tidak
dipahami oleh pekerja,
 Lakukan pengukuran untuk mengetahui tindakan
pengendalian sudah memadai.
Mengkomunikasikan JSA ke Pekerja :

 Tujuannya : agar pekerja memahami bahaya yang


terkait dengan pekerjaan & bagaimana melindungi
dirinya sendiri,
 Siapkan waktu khusus, tidak disisipkan sebagai
agenda pertemuan lain.
 Dalam group kecil dimana hanya pekerja akan
terlibat di dalam pekerjaan.
 Komunikasi dua arah & diskusi.
 Evaluasi pemahaman dilakukan.
Tindaklanjut & Review / Revisi JSA :
 Pengawas Melakukan Pengamatan / Observasi untuk
Memastikan JSA Dipatuhi oleh Pekerja,
 JSA harus Direview & Direvisi (jika perlu) agar Tetap
Update & Dapat Digunakan Kembali :
• Setelah pekerjaan selesai dilakukan,
• Terdapat sumber bahaya lain teridentifikasi,
• Terjadi perubahan langkah tugas, metode kerja & peralatan
kerja,
• Pekerjaan akan dilakukan kembali,
• Terjadi insiden terkait dg pekerjaan tsb.
Sistem Izin Kerja (Work Permit System)
Adalah sistem izin tertulis resmi yang digunakan untuk
mengendalikan jenis pekerjaan tertentu yang
diidentifikasikan sebagai pekerjaan berpotensi tinggi
(International Association of Oil & Gas Producers, 1993).

Contoh Pekerjaan yg Wajib Dilengkapi dg Izin Kerja :


 Izin Kerja utk Pekerjaan Panas
 Izin Kerja utk Pekerjaan Terkait Bahan radioaktif & Bahan berbahaya
beracun,
 izin Kerja utk Pekerjaan Penggalian.
 Izin Kerja utk Penyediaan bahan bakar.
 Izin Kerja utk Pekerjaan di Dekat Air.
Thank You
Terima Kasih

PT Prosyd Bina Solusindo

Balikpapan Office Berau Office

Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur

T : (0542)8510529 T : (0554) 2021244

E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id

Anda mungkin juga menyukai