UJI KOMPETENSI
(SERTIFIKASI PROFESI)
6
Bagaimana Assessment /
Sertifikasi Dilakukan?
Peraturan Menteri ESDM No. 43 / 2016
tentang Penetapan & Pemberlakuaan Standar Kompetensi
Kerja Khusus (SKKK) Pengawas Operasional Pertambangan
Minerba
7
Unit Kompetensi
(PerMen ESDM No. 43 / 2016)
1. PMB.P002.001.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait Keselamatan
Pertambangan (2 Elemen; 23 Kriteria Unjuk Kerja)
2. PMB.P002.002.01 : Melaksanakan Tugas & Tanggungjawab Keselamatan
Pertambangan pada area yang menjadi tanggung jawabnya (2
Elemen; 4 Kriteria Unjuk Kerja)
3. PMB.P002.003.01 : Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan Terencana
(4 Elemen; 22 Kriteria Unjuk Kerja)
4. PMB.P002.004.01 : Melaksanakan Investigasi Kecelakaan (9 Elemen; 29 Kriteria Unjuk
Kerja)
5. PMB.P002.005.01 : Melaksanakan Identifikasi Bahaya & Pengendalian Risiko (4
Elemen; 14 Kriteria Unjuk Kerja)
6. PMB.P002.006.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait dengan
Perlindungan Lingkungan (3 Elemen; 11 Kriteria Unjuk Kerja)
7. PMB.P002.007.01 : Melaksanakan Inspeksi (4 Elemen; 25 Kriteria Unjuk Kerja)
8. PMB.P002.008.01 : Melaksanakan Analisis Keselamatan Pekerjaan (6 Elemen; 15
Kriteria Unjuk Kerja)
Tujuan Penyusunan SKKK
Pengawas Operasional :
Menyiapkan dan/atau meningkatkan kompetensi
pengawas operasional di bidang pertambangan
Minerba,
Memberikan acuan dalam penerapan sertifikasi
kompetensi kerja khusus pengawas operasional di
bidang pertambangan Minerba.
9
10
MODUL BIMTEK SERTIFIKASI POP :
11
Modul#1 :
PERATURAN PERUNDANGAN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Elemen Kompetensi :
Menerapkan peraturan perundang-undangan
tentang keselamatan pertambangan khususnya
yang berkaitan dengan tugas & tanggung
jawabnya,
Menerapkan dasar-dasar keselamatan
pertambangan.
13
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU / PERPPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden / Keppres
6. Perda Propinsi
7. Perda Kab. / Kota
UUD 1945
UU No: 1 / 1970
Keselamatan Kerja
PP No: 19 / 1973
Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum
Pasal 8
1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.
2) Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
17
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
19
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua
peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi
setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja
dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1 /
1970 serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4
Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala kepada
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi mengenai pelaksanaan
pengawasan termaksud dalam Pasal 1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan pengawasan
terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud dalam Stoom Ordonnantie
1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
Peraturan Pemerintah No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan
Pasal 3
1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan
Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-pejabat yang akan
melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam
melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama dengan
Pejabat-pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja,
Transmigrasi dan Koperasi baik di Pusat maupun di Daerah.
23
PerMen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang
Baik dan Pengawasan Pertambangan
Minerba
24
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Minerba
Ruang Lingkup :
A. Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yg Baik, meliputi :
i. Kaidah Teknik Pertambangan / Pengolahan dan atau Pemurnian
yg Baik,
ii. Tata Kelola Pengusahaan Pertambangan / Pengolahan dan atau
pemurnian.
B. Pengawasan thd Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan
C. Pengawasan thd Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
dan Pengawasan Pertambangan Minerba
Kaidah Teknik Pertambangan yg Kaidah Teknik Pengolahan dan
Baik, meliputi aspek : atau Pemurnian yg Baik, meliputi
• Teknis Pertambangan, aspek :
• Konservasi Minerba,
• Teknis Kegiatan Pengolahan dan
• K3 Pertambangan,
atau Pemurnian,
• KO Pertambangan,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup • Keselamatan Pengolahan dan atau
Pertambangan, Reklamasi, & Pemurnian,
Pascatambang, serta Pascaoperasi, • Pengelolaan Lingkungan Hidup &
• Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan Pascaoperasi,
Rekayasa, Rancangan Bangun, • Konservasi Minerba.
Pengembangan, & Penerapan
Teknologi Pertambangan.
Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yg Baik
30
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) PERTAMBANGAN :
segala kegiatan untuk menjamin & melindungi pekerja agar
selamat & sehat, melalui upaya pengelolaan :
32
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA MANAJEMEN
HR
MANAJEMEN MANAJEMEN
K3 - SMKP KEUANGAN
(Lampiran IV)
LINGKUNGAN RISIKO
MANAJEMEN
(Lampiran II)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
Adalah bagian dari system manajemen pemegang IUP,
IUPK, IPR, & IUJP secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko keselamatan pertambangan /
pengolahan &/ pemurnian yg terdiri dari keselamatan &
kesehatan kerja (K3) pertambangan, dan keselamatan
operasi (KO) pertambangan. / pengolahan &/ pemurnian.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) MINERBA
MANAJEMEN
HR
ELEMEN System :
1. Kebijakan,
2. Perencanaan,
3. Organisasi & Personel,
4. Implementasi,
5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut,
6. Dokumentasi,
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
KepDirJen Minerba No: 185.K/37.04/DJB/2019
Lampiran II : Petunjuk Teknis Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba
TUJUAN IMPLEMENTASI SMKP MINERBA :
Audit System :
Audit Internal, minimum 1 kali / tahun
KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit Eksternal
(oleh lembaga audit independen yg terakreditasi &
ditetapkan oleh Dirjen), jika / untuk :
Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK, atau bencana
Kepentingan penilaian kinerja K3
Kementerian ESDM
KaIT Pemegang
IUP / IUPK / IPR
PIT
PIT
PIT KTT / PTL
PIT Pemegang
IUJP
PIT PIT
PO KTBT PO PO
PIT PJO
PO PO
PO PO
PO PO
Kepala Inspektur Tambang (KaIT) : pejabat yang secara
ex-officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan lingkungan
pertambangan mineral dan batubara pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan minerba.
45
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
53
Persyaratan Administratif Permohonan Evaluasi &
Pengesahan Pengawas Operasional :
a) salinan sertifikat kompetensi operasional yang dikeluarkan oleh lembaga
sertifikasi, dan sudah teregistrasi di Direktorat Jenderal Minerba.
b) pas foto latar belakang biru ukuran 2 x 3 = 1 (satu) lembar;
c) salinan Kartu Tanda Penduduk;
d) daftar riwayat hidup
e) surat pernyataan KTT/PTL yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
menjabat pengawas di perusahaan, dengan menyertakan nama area yang
menjadi tanggung jawab pengawas tersebut;
f) surat pernyataan bermaterai kebenaran dokumen dari manajemen;
g) softcopy dokumen huruf a - f;
54
KPO : kartu yang dimiliki oleh pengawas operasional yang
diterbitkan dan disahkan oleh KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT.
Tugas dan tanggung jawab Pengawas
Operasional :
1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan
dan kesehatan semua pekerja tambang yang menjadi
bawahannya;
2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan,
kesehatan, dan kesejahteraan dari semua orang yang
ditugaskan kepadanya;
4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan,
inspeksi, dan pengujian.
56
FILOSOFI K3 & DASAR - DASAR
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
57
Filosofi K3 :
K3 adalah Tanggung Jawab Moral
Keselamatan adalah Budaya Bukan Sekedar Program
K3 adalah Tanggung Jawab Manajemen
Pekerja Harus Diberi Pelatihan untuk Bekerja dengan Aman
K3 adalah Cerminan Kondisi Ketenagakerjaan
Semua Kecelakaan dapat Dicegah
Program K3 Bersifat Spesifik
K3 Mendukung Bisnis
Serious Accident
Minor Accident
1. Pendinginan
o Menghilangkan unsur panas.
o Menggunakan media bahan dasar air.
2. Isolasi
o Menutup permukaan benda yang terbakar untuk
menghalangi oksigen menyalakan api.
o Menggunakan media serbuk / busa.
3. Dilusi
o Meniupkan gas inert untuk menghalangi oksigen
menyalakan api.
o Menggunakan media gas CO2.
METODE PEMADAMAN API / KEBAKARAN :
Golden Periode :
Jika terjadi keterlambatan 1 menit, kemungkinan berhasil mencegah
kematian adalah 98%.
Terlambat 3 menit, kemungkinannya menurun sampai 50%.
Terlambat sampai 10 menit, hanya ada 1% kemungkinan dapat
menyelamatkan korban henti jantung dan henti napas.
TUJUAN DARI BHD :
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#2 :
TUGAS & TANGGUNG JAWAB
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
Elemen Kompetensi :
Melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
mengenai keselamatan pertambangan,
Mengukur pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya pada area yang menjadi
tanggungjawabnya.
73
TUGAS & TANGGUNG JAWAB PENGAWAS OPERASIONAL
dijelaskan di dalam dokumen :
74
Pengawas Operasional : orang yang ditunjuk & bertanggung
jawab kepada KTT/PTL dalam melaksanakan inspeksi,
pemeriksaan, dan pengujian kegiatan operasional
pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kaidah teknik
pertambangan yang baik.
75
Pengawas Teknis : orang yang ditunjuk & bertanggung jawab
kepada KTT/PTL atas keselamatan pemasangan, pemeliharaan,
pemeriksaan, dan pengujian terhadap sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan yang menjadi tanggung
jawabnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai kaidah teknik pertambangan yang baik.
76
Tugas & Tanggung Jawab Pengawas Operasional :
77
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Severity Rate (SR) = Jumlah Hari Hilang Akibat Kecelakaan Tambang x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Karyawan
Contoh :
PT ABC pada periode Januari – Juli 2019 terjadi 1 kecelakaan tambang. Dari kecelakaan tersebut,
menyebabkan 5 orang mengalami cedera. Dan dari 5 orang yang cedera, 3 di antaranya harus absen bekerja
(kehilangan hari kerja).
Korban A harus absen selama 10 hari, korban B absen selama 15 hari, dan korban C kehilangan hari kerja
selama 5 hari. Korban D & E dapat kembali bekerja pada hari berikutnya setelah kecelakaan.
Dari catatan HRD Dept, untuk periode yang sama di PT ABC akumulasi jam kerja seluruh karyawan adalah
500.000 jam kerja karyawan.
Hitung berapa FR & SR untuk PT ABC untuk periode Januari – Juli 2019.
FR = 3 x 1.000.000 = 6 SR = 30 x 1.000.000 = 60
500.000 500.000
Formula / Rumus Perhitungan Lagging Indicator
Kesehatan Kerja
STANDAR KINERJA
RUMUS / FORMULA
KESEHATAN KERJA
Rasio Kelayakan Kerja (RKK) (Jumlah pekerja layak kerja / Total Pekerja) x 100%
Crude Morbidity Rate (CMR) (Jumlah pekerja sakit / Total Pekerja) x 100%
Morbidity Frequency Rate (MFR) (Jumlah pekerja sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Spell Severity Rate (SSR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Jumlah Spell) x 1.000.000
Absence Severity Rate (ASR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Penyakit Akibat Kerja Frequency (Jumlah Kasus PAK / Jumlah Tenaga Kerja) x 1.000.000
Rate (PAKFR)
CONTOH : LEADING INDICATORS
• Observation & inspection,
• Pelatihan K3,
• Pertemuan Keselamatan,
• Risk Assessment,
• dll.
89
TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi LAGGING INDICATORS K3 yang digunakan oleh
perusahaan.
Jelaskan DEFINISI, TARGET, & CARA PENGUKURAN dari
setiap lagging indicators tersebut.
90
Pelaporan Aspek Keselamatan Kerja :
Laporan BERKALA
Bulanan
Pemberitahuan Kecelakaan & Kejadian Berbahaya ke KaIT
Triwulanan
Daftar Kecelakaan Tambang
Daftar Jumlah Tenaga Kerja
Daftar Jumlah Jam Kerja
Daftar FR & SR Kecelakaan Tambang
Perhitungan Biaya Kecelakaan Tambang
Kekapitulasi Kejadian Berbahaya
Daftar Persediaan & Pemakaian Handak
Laporan Persedian & Pemakaian BBC
Laporan Persedian & Pemakaian B3
Rencana & Realisasi Program & Biaya Keselamatan Kerja
91
Pelaporan Aspek Keselamatan Kerja Pertambangan :
Laporan BERKALA
Tahunan
Data Komptetensi Tenaga Kerja
Laporan KHUSUS
Laporan pemberitahuan Awal Kecelakaan
Laporan pemberitahuan Awal Kejadian Berbahaya
92
Thank You
Terima Kasih
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#3 :
PERTEMUAN KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
TERENCANA
Elemen Kompetensi :
Menyiapkan, melaksanakan, & mengevaluasi
proses pelaksanaan pertemuan keselamatan
pertambangan terencana,
Menindaklanjuti hasil pelaksanaan pertemuan
keselamatan pertambangan terencana.
95
JENIS KOMUNIKASI :
Komunikasi Formal / Rapat / Pertemuan
Komunikasi antara anggota dalam suatu organiasi yang
membutuhkan pengaturan khusus, dimana ada wewenang &
tanggung jawab, serta bertujuan untuk menginformasi suatu
pesan / berita atau menyelesaikan suatu masalah.
Komunikasi Non-Formal
Komunikasi yang tidak membutuhkan pengaturan khusus &
biasanya terjadi secara spontan.
TUJUAN RAPAT / PERTEMUAN :
98
Pertemuan Keselamatan Pertambangan
1. Pertemuan Bulanan
Istilah lain : rapat Komite Keselamatan Pertambangan /
Safety Committee Meeting
Frekwensi pertemuan minimal : 1 kali per bulan.
Penanggung jawab / Ketua: KTT / PTL / PJO
Anggota : semua perwakilan departemen / divisi &
perwakilan pekerja.
Metode pertemuan : Diskusi Tanya Jawab.
Tujuan pertemuan : pengembangan strategi KP, evaluasi
kinerja & implementasi KP, mendiskusikan permasalahan
KP, menyusun program kerja KP.
Pertemuan Keselamatan Pertambangan
2. Pertemuan Mingguan
Istilah lain : weekly safety talk
Frekwensi pertemuan : minimal 1 kali per minggu
Penanggung jawab : Kepala Dept / Section
Anggota / yang hadir : semua pekerja di dept / section
Metode pertemuan : ceramah & diskusi
Tujuan pertemuan : meningkatkan pengetahuan &
kepedulian keselamatan seluruh karyawan, menyampaian
& mendiskusi suatu topik yg sudah direncanakan.
Pertemuan Keselamatan Pertambangan
Metode Ceramah
Metode Ceramah & Diskusi
Metode Diskusi Tanya Jawab
Metode Diskusi Pro & Kontra
Metode Diskusi Kelompok
AGENDA PERTEMUAN KP:
CERAMAH CERAMAH & DISKUSI DISKUSI TANYA JAWAB
Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit)
Penyampaian Topik Penyampaian Topik Bahasan : Diskusi Tanya-Jawab Topik
Bahasan : 1. ….. (x menit) Bahasan :
1. ….. (x menit) 2. ….. (x menit) 1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit) Diskusi / Tanya Jawab (x menit) 2. ….. (x menit)
Kesimpulan (x menit) Kesimpulan (x menit) Kesimpulan (x menit)
Penutup (x menit) Penutup (x menit) Penutup (x menit)
DISKUSI PRO & KONTRA DISKUSI KELOMPOK KECIL
Pembukaan (x menit) Pembukaan (x menit)
Pembagian Kelompok Diskusi (x menit) Pembagian Kelompok Diskusi (x menit)
Diskusi kelompok Pro & Diskusi Diskusi per kelompok (x menit)
Kelompok Kontra (x menit) Pembahasan hasil diskusi (x menit)
Pembahasan hasil diskusi (x menit) Kesimpulan (x menit)
Kesimpulan (x menit) Penutup (x menit)
Penutup (x menit)
ALAT BANTU PERTEMUAN :
Pengeras suara,
Video,
Alat peraga,
Poster,
Board / papan tulis,
dll
107
MELAKSANAKAN PERTEMUAN KP :
108
MANFAAT LAPORAN PERTEMUAN KP :
109
LAPORAN PERTEMUAN KP :
110
TINDAK-LANJUT PERTEMUAN KP :
111
Komite Keselamatan Pertambangan
Pemegang IUP, IUPK, IPR, & IUJP membentuk & menetapkan
Komite Keselamatan Pertambangan.
Penetapan Komite KP oleh KTT, PTL, atau PJO.
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#4 :
PENYELIDIKAN / INVESTIGASI
KECELAKAAN
Elemen Kompetensi :
Mempersiapkan investigasi kecelakaan & melakukan
pemeriksaan lokasi kecelakaan
Mengumpulkan data, informasi dari saksi (wawancara),
peralatan dan/atau data pendukung lainnya
Menganalisa data kecelakaan, menyimpulkan penyebab
kecelakaan, & menyimpulkan status kecelakaan
tambang
Membuat rekomendasi tindakan perbaikan
Membuat laporan investigasi kecelakaan tambang
KETENTUAN UMUM
Recordable Incident : kejadian yg wajib dicatat di dalam buku
/ statistik kecelakaan perusahaan.
Reportable Incident : kejadian yg wajib dilaporkan kepada
pemerintah.
Recordable Incident terdiri dari : Non-Reportable Incident &
Reportable Incident,
Ketentuan Pelaporan & Penyelidikan utk Non-Reportable
Incident diatur di dalam SOP perusahaan,
Ketentuan Pelaporan & Penyelidikan utk Reportable Incident
diatur di dalam peraturan perundangan.
118
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 11
1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi
dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai
termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.
119
REPORTABLE INCIDENT
UU No: 1 / 1970
Pasal 11
PP No: 19 / 1973
Pengaturan & Pengawasan K3
Pertambangan Umum
Kejadian Berbahaya
Adalah kejadian yang dapat membahayakan jiwa atau
terhalangnya produksi.
(Sumber : Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018).
REPORTABLE ILLNESS
Penyakit Akibat Kerja
Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan &/ lingkungan kerja
sesuai dg peraturan perundangan (PerPres No. 7 / 2019).
Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja
Adalah kejadian meninggalnya pekerja yang disebabkan oleh penyakit
tenaga kerja ketika pekerja melakukan kegiatan pertambangan /
pengolahan / pemurnian, terjadi pada jam kerja, atau terjadi di dalam
wilayah pertambangan / pengolahan / pemurnian.
5 Kriteria Kecelakaan Tambang
1. Benar-benar Terjadi,
2. Mengakibatkan cidera pada pekerja tambang atau orang yang
diberi izin oleh KTT / PTL memasuki tambang,
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan / pengolahan / pemurnian
/ kegiatan penunjang pertambangan,
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yg mendapat cidera
atau setiap saat untuk orang yang diberi izin oleh KTT / PTL
memasuki tambang,
5. Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek
(Sumber : Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran III)
Kategori Cedera Akibat Kecelakaan Tambang
1. Cedera Ringan : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari
1 hari s/d kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur.
2. Cedera Berat : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3
minggu (termasuk hari minggu dan hari libur), atau
- cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas seperti semula,
- Retak tulang (kepala, punggung, pinggul, lengan, paha atau kaki),
- Pendarahan di dalam,
- Pingsan / kurang oksigen,
- Luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidak-mampuan tetap,
- Persendian lepas (untuk pertama kali).
3. Mati : kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati.
(Sumber : Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran III)
Kriteria Kejadian Berbahaya
Benar–benar terjadi,
Berpotensi mengakibatkan kematian / terhentinya kegiatan lebih
dari 24jam,
Akibat kegiatan usaha pertambangan, pengolahan dan / permunian,
kegiatan penunjang lainnya, kegagalan teknis sarana / prasarana /
instalasi / peralatan pertambangan atau kegagalan dalam
mengantisipasi factor alam yg berada di wilayah kegiatan usaha
pertambangan / pengolahan / wilayah proyek,
Terjadi di wilayah kegiatan usaha pertambangan / pengolahan atau
wilayah proyek.
DEFINISI
Penyelidikan Kecelakaan Tambang / Kejadian Berbahaya
adalah kegiatan mengumpulkan data, melakukan analisis
terhadap data, membuat simpulan, serta memberikan tindakan
koreksi terhadap suatu kecelakaan tambang atau kejadian
berbahaya (SNI 7081:2016).
Ketentuan Umum Penyelidikan Kecelakaan
Tambang & Kejadian Berbahaya
Tidak mengubah keadaan tempat / kondisi peralatan, sarana,
prasarana, instalasi akibat kecelakaan / kejadian berbahaya,
kecuali utk memberikan pertolongan pertama korban,
Dalam hal dianggap perlu utk kepentingan keberlangsungan
pekerjaan, keadaan di tempat kecelakaan hanya dapat diubah dg
persetujuan KaIT / Kepala Dinas.
(Kepdirjen Minerba No. 185.K/37.04/djb/2019, Lampiran 1)
1. Persiapan Penyelidikan,
2. Pelaksanaan Penyelidikan,
3. Menyusun Laporan Penyelidikan,
4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Koreksi,
5. Evaluasi Penyelidikan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
1. Tahap Persiapan Penyelidikan :
• Persiapan peralatan ukur / uji (alat tulis, alat
dokumentasi, meteran, gas detector, dll),
• Pengumpulan data & fakta di lapangan,
• Pembentukan / penetapan tim investigasi.
TIM PENYELIDIK INTERNAL (INTERNAL
INVESTIGATOR TEAM) :
PENYELIDIKAN / INVESTIGASI
PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
LANGKAH 1 kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah Belum ada program konseling
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga). personal untuk karyawan.
atasan
3. Surat perintah lembur. Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang.
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak Belum ada prosedur MOC
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
menggunakan design (Management of Change)
10%, 30meter). engineering.
Belum ada personal kompeten
di bidang konstruksi jalan.
149
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
151
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENCEGAHAN
152
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENCEGAHAN
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja
dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi
pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki
LANGKAH 2 Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan.
2 Belum ada standar jam kerja maksimal per hari. Menyusun standar jam kerja
maksimal per hari.
3 Overload (3 driver resigned). Menugaskan 3 driver dump Segera rekrut driver sarana
truck untuk menggantikan 3 pengganti.
driver sarana yang resigned.
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#5 :
IDENTIFIKASI BAHAYA &
PENGENDALIAN RISIKO
Elemen Kompetensi :
Mengidentifikasi potensi bahaya & melakukan
penilaian risikonya pada kegiatan pertambangan,
Melakukan klasifikasi bahaya & risiko berdasarkan
nilai risiko,
Melakukan pengendalian risiko pada kegiatan
pertambangan.
MANAJEMEN RISIKO
Adalah proses mengidentifikasi sumber-sumber
bahaya, menilai risikonya, dan merumuskan
tindakan kontrol / pengendalian untuk
menurunkan atau mengurangi risiko secara terus
menerus sampai level risiko yang dapat diterima.
PROSES MANAJEMEN RISIKO
KepMen ESDM No. 1827K/30/MEM/2018, Lampiran III)
165
2. PENETAPAN KONTEKS
166
3. IDENTIFIKASI BAHAYA
PENILAIAN RISIKO
Adalah sebuah proses bermetode untuk mengevaluasi dan
menghitung risiko-risiko yang berkaitan dari suatu bahaya.
Tujuannya adalah untuk menentukan LEVEL RISIKO apakah dapat
diterima (acceptable risk) / tidak dapat diterima (unacceptable
risk).
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
171
4. PENILAIAN RISIKO
CARA MENILAI RISIKO
173
4. PENILAIAN RISIKO
CARA MENILAI RISIKO
3. Menentukan level / tingkat risiko dan menentukan apakah risiko
tersebut dapat diterima (acceptable risk) atau tidak dapat
diterima (unacceptable risk) - menggunakan table level risiko.
KODE RISIKO
AA KRITIKAL
A TINGGI
174
POTENSI KEMUNGKINAN CONCEQUENCE / NILAI & LEVEL
INSIDEN / LIKELIHOOD (L) SEVERITY (S) RISIKO
Pekerja 60% - 80% 4 Fatality 4 AA
terjatuh dari
ketinggian
(10m)
KRITIS
(UN-ACCEPTABLE
RISK)
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
1. Bahaya dg tingkat risiko yg dapat diterima tidak diperlukan
pengendalian tambahan,
2. Tindakan pengendalian / pencegahan tambahan atas risiko yang
tidak dapat diterima dirancang untuk meminimalisasi / menurunkan
agar menjadi risiko yang dapat diterima,
3. Tindakan pencegahan tambahan ditetapkan berdasarkan HIERARKI
PENGENDALIAN RISIKO :
REKAYASA, seperti : eliminasi, subtitusi, isolasi.
ADMINISTRASI, seperti : rambu peringatan, pemilihan pekerja, rotasi / jadwal
kerja, pembatasan jam kerja, pemilihan kontraktor, dll.
PRAKTIK KERJA, seperti : implementasi JSA, SOP, instruksi kerja, pelatihan, dll.
ALAT PELINDUNG DIRI.
176
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber
potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau
peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses,
operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja
dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi
pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari sumber bahaya.
TINDAKAN PENGENDALIAN TAMBAHAN
1.Menghentikan pekerjaan (Eliminasi).
2.Memasang / mengganti scaffolding
(Subtitusi)
3.Memilih pekerja yg telah mendapatkan
pelatihan WAH (Administrative)
4.Menyusun & implementasi JSA (Praktik
Kerja)
5.Pelatihan WAH utk semua pekerja
konstruksi (Praktik Kerja)
6.Melengkapi pekerja dg harness (APD).
4. PENILAIAN & PENGENDALIAN RISIKO
1. Untuk mengevaluasi apakah tindakan pengendalian
tambahan sudah efektif (mampu menurunkan ke tingkat
risiko yg dapat diterima), maka lakukan penilaian risiko
ulang dg mempertimbangkan tindakan pengendalian
tambahan,
2. Jika nilai risiko ulang masih pada tingkat yg tidak dapat
diterima, maka lakukan perbaikan / revisi pada tindakan
pengendalian tambahan,
3. Risiko residual (Residual Risk) HARUS pada tingkat nilai
risiko yang dapat diterima.
179
TINDAKAN PENGENDALIAN TAMBAHAN
POTENSI KEMUNGKINAN CONCEQUENCE / NILAI & LEVEL
INSIDEN / LIKELIHOOD (L) SEVERITY (S) RISIKO 1. Menghentikan pekerjaan (Eliminasi).
2. Memasang / mengganti scaffolding (Subtitusi)
3. Memilih pekerja yg telah mendapatkan pelatihan WAH
Pekerja 60% - 4 Fatality 4 AA (Administrative)
terjatuh 80% 4. Menyusun & implementasi JSA (Praktik Kerja)
dari
ketinggia
KRITIS 5. Pelatihan WAH utk semua pekerja konstruksi (Praktik Kerja)
n (10m) (UN- 6. Melengkapi pekerja dg harness (APD).
ACCEPTABL
E RISK)
KEMUNGKINAN
CONCEQUENCE NILAI & LEVEL RISIKO
/ LIKELIHOOD
/ SEVERITY (S) SISA / RESIDUAL
(L)
20% - 40% 2 RWDC 2 B
SEDANG
(ACCEPTABLE RISK)
5. PEMANTAUAN & PENINJAUAN
1. Menetapkan cara pemantauan & peninjauan,
2. Mengkomuniasikan hasil pemantauan & peninjauan,
3. Tujuannya utk memastikan pengendalian risiko up-
date & telah memadai,
4. Dilakukan secara berkala, atau jika terjadi :
Kecelakaan,
Kejadian berbahaya,
Kejadian akibat penyakit tenaga kerja
Penyakit akibat kerja,
Perubahan peralatan / instalasi / proses / kegiatan,
Adanya proses / kegiatan baru.
181
TUGAS / PRAKTIK :
Lakukan PENILAIAN
RISIKO ulang / RISIKO
RESIDUAL. Apakah terjadi
Identifikasi 3 BAHAYA penurunan ke acceptable
UTAMA di area tanggung risk?
jawab Anda.
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#6 :
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP PERTAMBANGAN
1
Elemen Kompetensi :
Mengidentifikasi aspek - dampak terhadap
lingkungan hidup di area kerjanya,
Melakukan pengelolaan limbah di area kerjanya,
Melaksanakan peraturan perlindungan
lingkungan pertambangan di area lingkungan
kerjanya.
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP
Lingkungan hidup : kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Amdal : kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
UKL-UPL : pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP
Pencemaran lingkungan hidup : masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
188
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP
189
ISTILAH DI DALAM LINGKUNGAN HIDUP
190
PENGERTIAN ASPEK – DAMPAK –
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
191
PENGERTIAN ASPEK – DAMPAK –
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
Dampak Lingkungan Hidup : perubahan lingkungan,
apakah merugikan atau menguntungkan, seluruh atau
sebagian yg dihasilkan dari aspek lingkungan (Sumber : ISO
14001:2015).
192
PENGERTIAN ASPEK – DAMPAK –
PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
193
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU / PERPPU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden / Keppres
6. Perda Propinsi
7. Perda Kab. / Kota
UUD 1945
Pasal 28H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan medapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
UU No. 32 / 2009
Pasal 65 (HAK)
1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari
hak asasi manusia.
2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat.
3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
Pasal 66 (HAK)
1) Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.
UU No. 32 / 2009
Pasal 67 (KEWAJIBAN)
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Pasal 68 (KEWAJIBAN)
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka,
dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
UU No. 32 / 2009
Pasal 69 (LARANGAN)
Setiap orang dilarang:
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundangundangan ke dalam
wilayah NKRI;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah NKRI ke media lingkungan hidup
NKRI;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah NKRI;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi,
atau memberikan keterangan yang tidak benar.
KETENTUAN DASAR
200
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan
(Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran V)
202
Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Kegiatan Konstruksi :
Pembukaan Lahan Kegiatan Konstruksi,
Pembangunan Sarana & Prasarana,
Pembuatan Jalan Akses,
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bengkel,
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Fasilitas Pengisian BBC,
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Generator Listrik
Berbahan Bakar Cair,
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kolam Pengendapan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
pada Kegiatan Penambangan
Pembukaan Lahan,
Penimbunan Batuan Penutup,
Pengelolaan Air Larian Permukaan,
Air Tambang, & Air Asam Tambang
204
Pemantauan Lingkungan Hidup :
Kualitas Air Permukaan,
Kualitas & Kuantitas Air Tanah,
Kualitas Air Laut,
Kualitas Air Limbah,
Kualitas Tanah,
Kualitas Udara,
Keanekaragaman Hayati,
Penurunan Permukaan Tanah,
Erosi & Sedimentasi.
205
Penanggulangan Pencemaran &/
Perusakan Lingkungan Hidup
206
Sistem Pengelolaan Perlindungan
Lingkungan Hidup Pertambangan
1. Kebijakan Internal Pengelolaan LH,
2. Perencanaan Pengelolaan LH yg terintegrasi dg
perencanaan tambang,
3. Struktur Organisasi yg Menangani LH,
4. Pelaksanaan Pengelolaan LH,
5. Program Evaluasi thd Pelaksanaan Pengelolaan LH,
6. Dokumentasi Pengelolaan LH,
7. Tinjauan Manajemen thd Pelaksanaan Pengelolaan LH,
207
Identifikasi Aspek & Dampak
Lingkungan :
1. Identifikasi Aspek Lingkungan Terkait Aktifitas, dg
mempertimbangan kriteria : emisi ke udara, buangan ke air, limbah,
kontaminasi tanah, raw material, isu lingkungan & masyarakat.
2. Evaluasi & Menyusun Aspek Lingkungan Penting dg
hierarki / pembobotan : peraturan lingkungan, dampak terhadap
manusia, dampak terhadap property, keluhan masyarakat, sebaran
dampak, kemungkinan terjadi.
3. Memutuskan Aspek Lingkungan Penting yg Harus Dikendalikan.
4. Melakukan Monitoring, Reporting, & Evaluasi Tindakan
Pengendalian.
208
LIMBAH PERTAMBANGAN :
209
Klasifikasi Limbah Berdasarkan Bentuk :
Limbah Cair, dibagi limbah cair : domestik, industri, rembesan
dan luapan, air hujan.
Limbah Padat, dibagi : organik, anorganik, abu, bangkai
hewan, limbah padat industri.
Limbah Gas, dibagi menjadi : limbah partikel (uap air, debu,
asap, kabut, fume) & gas (CO, CO2, Nitrogen Oksida, Sulfur
Oksida, Amoniak, dll).
Limbah Suara, contoh : suara dari mesin, kendaraan, pabrik,
peledakan, dll.
210
TUGAS / PRAKTIK :
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#7 :
INSPEKSI
Elemen Kompetensi :
2. Inspeksi Terencana :
Dilakukan secara terencana,
Dilakukan secara sistematis,
Pemeriksaannya menyeluruh & detail,
Tindakan perbaikan yang diambil bersifat corrective & preventive
action untuk mencegah terjadinya kecelakaan & repetitive finding.
Inspeksi Terencana, dibagi :
Inspeksi Berkala / Rutin (Umum) : dilakukan secara berkala
& rutin, dengan jadwal yg sudah ditentukan
Contoh : inspeksi umum, inspeksi housekeeping, inspeksi
bagian kritis, preventive maintenance, pre-use
equipment inspection, dll.
Inspeksi Sewaktu-Waktu / Khusus : dilakukan ketika
mengevaluasi / mengidentifikasi potensi bahaya yang berisiko
tinggi, terdapat proses dan mesin baru, pekerjaan berisiko tinggi
(observasi tugas).
TAHAPAN INSPEKSI TERENCANA:
Terbentur, Terjatuh,
Tertabrak, Tertelan,
Terkait, Terserap,
Terjepit, Tersengat arus
listrik,
Terpapar suhu panas /
dingin, Terhirup.
Obyek Pengamatan / Pemeriksaan :
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Modul#8 :
ANALISA KESELAMATAN PEKERJAAN /
JOB SAFETY ANALYSIS
Elemen Kompetensi :
Menginventarisasi tugas-tugas yang belum
dilengkapi JSA, & menentukan pekerjaan yang
akan dianalisis,
Menentukan metode & menyusun JSA.
Definisi :
Adalah proses yang merinci pekerjaan menjadi langkah-
langkah kerja atau tugas dan mengidentifikasi bahaya yang
terkait dengan pekerjaan (dan aspek lingkungannya) pada
setiap langkahnya, dan menentukan langkah pencegahan
untuk mengendalikan bahaya itu sehingga memberikan cara
kerja yang aman dan ramah lingkungan ketika
menyelesaikan pekerjan tersebut.
JSA adalah tanggung jawab Pengawas.
Mengapa?
Pengawas paling MENGUASAI TEKNIS pekerjaannya
(cara kerja, alat, bahaya, dll).
Pengawas mempunyai CATATAN / INGATAN tentang
KECELAKAAN terkait dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.
Pengawas mempunyai KEPENTINGAN & TANGGUNG
JAWAB langsung untuk menyelamatkan bawahan,
peralatan, dan lingkungan kerjanya.
Keterlibatan Penyusunan JSA
Petugas K3
Engineer
Quality Control
Technician
Tenaga Ahli
Pengawas
Pekerja Senior
Manfaat / Fungsi JSA :
Sebagai Acuan / Pedoman Ketika Pekerja Melakukan
Pekerjaan,
Sebagai Pedoman Pengawas Ketika Melakukan
Observasi,
Sebagai Salah Satu Data Pendukung Proses Investigasi
Kecelakaan
Sebagai Materi Pertemuan, Orientasi / Pelatihan Pekerja
/ Pengawas Baru,
Manfaat / Fungsi JSA :
Memastikan semua bahaya signifikan dari suatu pekerjaan
sudah diidentifikasi & dikendalikan
Merencanakan pekerjaan atau tugas baru dengan aman.
Sebagai Dasar Pembuatan SOP baru atau meninjau SOP
yang sudah ada,
Memeriksa/ menguji SOP yang ada.
Sebagai Persyaratan untuk Melakukan Pekerjaan yg
Berisiko Tinggi yang Diatur di Dalam Prosedur Izin Kerja,
Digunakan sebagai prosedur kerja yang disetujui dan untuk
mengembangkan prosedur resmi lainnya.
METODE PENYUSUNAN JSA :
Metode OBSERVASI & DISKUSI.
Metode ini menggunakan wawancara / observasi
untuk memahami dan menentukan langkah-langkah
kerja & bahayanya.
1. Menentukan jenis pekerjaan, lokasi kerja, & pekerja,
2. Menjelaskan maksud & tujuan observasi,
3. Lakukan pengamatan setiap tahapan kerja pada : posisi, pemakaian
alat/material, pemakaian APD, dll.
4. Mereview & mendiskusikan hasil pengamatan dengan karyawan,
5. Mereview & mendiskusikan hasil pengamatan dg karyawan yang
lain,
6. Identifikasi bahaya, risiko & pengendaliannya dalam setiap tahapan
kerja yang telah dilakukan.
METODE PENYUSUNAN JSA :
Metode DISKUSI.
Metode ini melibatkan tim & membiarkan mereka
bertukar pikiran terkait langkah-langkah pekerjaan &
potensi bahaya yang ada.
1. Memilih pekerja atau tim yang berpengalaman,
2. Melakukan diskusi sekali / lebih untuk memastikan semua point
telah dipenuhi,
3. Menjelaskan cara pengisian (formulir) & sistem pendekatan di
dalam menyusun JSA,
4. Menetapkan langkah tugas / pekerjaan yang signifikan &
berisiko tinggi,
5. Mengidentifikasi bahaya, risiko dan pengendaliannya untuk
setiap tahapan kerja yang telah ditetapkan.
KETENTUAN :
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Syarifuddin Yoes
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kec. Balikpapan Selatan
Kab. Berau
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
E : berau.office@prosyd.co.id 191
E : balikpapan.office@prosyd.co.id