Anda di halaman 1dari 20

Dasar Hukum K3 di Bidang Konstruksi

4/08/2020
Upaya kesehatan kerja perlu dilaksanakan karena di tempat kerja terdapat faktor-faktor risiko
bahaya yang dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 1 Undang-undang No 1 Tahun 1970, bahwa pengurus
perusahaan wajib melakukan syarat-syarat keselamatan kerja, dimana terdapat lebih dari 50%
merupakan syarat-syarat kesehatan kerja.

Persiapan lahan untuk pembangunan jalan


1.    Dasar Hukum Pembangunan Jalan.
Adapun dasar hukum terkait pembangunan jalan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
2. Undang-undang No 38 Tahun 2004 tentang Jalan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi
4. Peraturan Menteri Perhubungan No 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas.

 2.    Dasar hukum K3 di Bidang Konstruksi

Adapun dasar hukum terkait K3 di bidang konstruksi bangunan jalan dan jembatan adalah
sebagai berikut:

1. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
4. UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
5. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.  36 Tahun 2005 tentang Bangunan
Gedung.
7. Peraturan   Menteri   Tenaga   Kerja   dan   Transmigrasi   Republik Indonesia No. 01
tahun 1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan.
8. Peraturan Menteri Tenaga   Kerja   Republik   Indonesia   No. PER.05/MEN/1985 tentang
Pesawat Angkat dan Angkut.
9. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No 9 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam pekerjaan pada ketinggian.
10. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
No.KEP-20/DJPPK/VI/2004 Tentang sertifikasi kompetensi Keselamatan Kesehatan
Kerja Bidang Konstruksi Bangunan.
11. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
No.KEP-74/PPK/XII/2013 Tentang Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang
Supervisi Perancah.
12. SKB Menakertrans dan MenPU ke 174/1986 dan No 104/KPTS/1986 Tentang K3 pada
tempat kegiatan konstruksi beserta pedoman pelaksanaan K3 pada tempat kegiatan
konstruksi.
13. Surat edaran Dirjen Binwas No. 13/BW/1998 Tentang Akte Pengawasan Proyek
Konstruksi Bangunan.
14. Surat Dirjen Binawas No.147/BW/KK/IV/1997 Tentang wajib lapor pekerjaan proyek
konstruksi.

Demikianlah dasar hukum yang menjadi acuan kegiatan K3 di bindang konstruksi. Semoga dapat
bermanfaat.
Peraturan K3 Konstruksi Di Indonesia
Terlengkap
July 7, 2021 by Adi Nugroho

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh – Peraturan dibentuk


bukan untuk dilanggar melainkan untuk menjamin suatu hal berjalan
dengan baik. Kali ini ihategreenjello akan berbagi terkait dengan Peraturan
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Konstruksi yang ada di Indonesia.
Sumber Gambar Instagram @galerisipil

Peraturan K3
Salah satu upaya dlm menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
di tempat kerja adalah dg penerapan peraturan perundangan, antara lain
melalui:

 Adanya ketentuan dan syarat‐syarat K3 yg selalu mengikuti


perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi.
 Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa.
 Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui
pemeriksaan‐pemeriksaan langsung tempat kerja.
Baca Juga : Bentuk Struktur Pondasi

1. UU NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI


Sumber Gambar Instagram @galerisipil

Undang undang ini membahaas mengenai jasa konstruksi mulai dari


kewenangannya hingga pedoman teksnin keamanan, keselamatan,
kesehatan tempat kerja konstruksi, dan perlindungan sosial tenaga kerja,
serta tata lingkungan setemat dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi.

Baca Juga : Metode Curing Beton

2. PERMEN PUPR 02-2018


Sumber Gambar Instagram @galerisipil

Peraturan ini berisi perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


No.05/PRT/M/2014. Perturan ini meliputi penerapan SMK3 konstruksi
bidang PU; Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang; dan Biaya
penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang PU.

Baca Juga :  Jenis Jembatan dan Konstruksi Jembatan

3. PP NO.50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SMK3


Sumber Gambar Instagram @galerisipil

Peraturan ini mengatur penerapan SMK3 yang meliputi penetapan


kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan Rencana K3, Pemantauan
dan Evaluasi Kinerja K3, serta Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3.

Dalam Pasal 5 dijelaskan bahwa

 Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3


 Kewajiban berlaku bagi : Perusahaan yang memperkerjakan
pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau mempunyai potensi
bahaya tinggi
 Ketentuan tingkat bahaya tinggi sesuai peraturan perundangan
 Berpedoman PP 50 /2012 dan peraturan perundangan undangan
serta dapat memperhatikan konvensi atau standar international
Baca Juga : Komponen Struktur Jembatan

4. PERMEN PU NO.9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN SMK3


Sumber Gambar Instagram @galerisipil

Pedoman ini mengatur penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang PU bagi


pengguna jasa khususnya di lingkungan departemen PU dan penyedia
barang / jasa.

Baca Juga : Tabel, Kelas, dan Klasifikasi Ragam Mutu Beton

5. PERMENAKER TRANS NO.1 TAHUN 1980 TENTANG K3


PADA KONSTRUKSI BANGUNAN
Sumber Gambar Instagram @galerisipil

Peraturan ini mengatur pencegahan terjadinya kecelakaan atau sakit akibat


kerja terhadap tenaga kerjanya, terutama yang berkaitan dengan tempat
kerja dan alat alat kerja

Baca Juga : Jenis Jenis Tumpuan Struktur Bangunan

6. UU NO.1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA


Sumber Gambar Instagram @galerisipil

Undang undang ini sering disebut sebagai dasar dari berbagai peraturan
yang ada terkait dengan keselamatan kerja di indonesia. Walaupun
diterbitkan pada tahun 1970, Undang undang ini masih eksis hingga saat
ini.

BAB I Tentang Istilah‐istilah  


 Pasal 1 (1)“tempat kerja” adalah ruangan atas lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap di ruang kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di
mana terdapat sumber atau sumber‐sumber bahaya yang diperinci
dalam pasal 2, termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian‐
bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.  
 Pasal 1 (2) “pengurus” adalah orang yang mempunyai tugas
memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri.
 Pasal 1 (6) “ahli keselamatan kerja” adalah tenaga teknis berkeahlian
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjukoleh
Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang‐ undang
ini.
BAB II Ruang lingkup K3 Konstruksi
 Pasal 2 (1), K3 di segala tempat kerja di darat, di dalam tanah,
permukaan air, didalam air, maupun di udara dalam wilayah RI  
 Pasal 2 (2) c, dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan,
pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan
lainnya termasuk bangunan2 pengairan, saluran atau persiapan
Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian, di atas permukaan tanah atau
perairan.
BAB X Kewajiban Pengurus
Pasal 14 Pengurus diwajibkan :

 Secara tertulis menempatkan semua syarat keselamatan kerja (UU &


semua peraturan pelaksanaan yg berlaku)
 Memasang gambar keselamatan kerja yang diwajibkan   dan semua
bahan pembinaan.
 Menyediakan secara cuma‐cuma semua perlindungan diri yang
diwajibkan pada   tenaga   kerja dan menyediakan bagi setiap  orang
lain yang memasuki tempat kerja.
Baca Juga : Kelebihan Kekurangan Hebel (Bata Ringan), Bata Merah, dan
Batako

Adapun Dasar Peraturan K3 yang saya bagi dalam 4 bagian Yaitu :

A. Personil
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1976;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1979;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02/1982;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1988;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1989;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02/1992;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.186/1999;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.187/1999.
B. Alat/Mesin
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1978;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/1980;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1982;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02/1983;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/1985;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/1985;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/1985;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02/1989;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/1998;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.03/1999;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.51/1999;
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.01/1997;
 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.01/1979.
C. Sistem
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1980;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02/1980;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/1981;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/1982;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/1996;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/1998;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.11/2005;
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja 68/2004.
D. Kelembagaan K3
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.155/1984;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/1987;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/1995.
Baca Juga :  Cara Menghitung Volume Sloof dan RAB

So anda sekarang lebih paham tentang Peraturan K3 Kosntruksi di


Indonesia kan? seorang teknik sipil harus paham dan memahami secara
betul tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan juga peraturan K3
agar tidak dapat dikelabuhi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab akan
keselamatan pekerjaan saat pembangunan. Sehingga dalam proses
pembangunan, pekerja dapat terjamin keselamatan dalam bekerjanya. 
Semoga artikel yang ihategreenjello bagikan ini bermanfaat untuk kalian
semua ya. terimakasih. Wa ‘alaikumussalam warahmatullahi
wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai