Anda di halaman 1dari 42

REGULASI DAN APLIKASI

K3 KONSTRUKSI
Oleh :
Dr. Hanie Teki Tjendani, S.T., M.T.

Surabaya, 9 Mei 2020


PERATURAN K3 KONSTRUKSI DI INDONESIA
1 UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2 Permenakertrans No 1 Tahun 1980 tentang K3 pada


Konstruksi Bangunan.

3 Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum KEP.174_MEN_1986
No. 104_KPTS_1986 Tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi

4 Permen PU No. 9 Tahun 2008 tentang Pedoman SMK3

5 PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

6
Permen PU No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

8 Permen PUPR 02-2018


1 UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

 Latar Belakang : Bahwa setiap tenaga kerja berhak


mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional

 Pasal 1 : (7) “Ahli Keselamatan Kerja” ialah tenaga


tehnis yang berkeahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja
untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

 Pasal 2 : Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah


keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
1 UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pada UU ini mengatur semua pekerjaan bukan hanya


untuk pekerjaan konstruksi.
Ayat yang menyebutkan pekerjaan sesuai dengan
lingkup konstruksi ada pada

Pasal 2 (2) c :

“dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan,


pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau
bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran,
atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di
mana dilakukan pekerjaan persiapan;”
PERMENAKERTRANS NO 1 TAHUN 1980
2 TENTANG K3 PADA KONSTRUKSI BANGUNAN
 Latar Belakang : Pada kenyataannya banyak terjadi
kecelakaan, akibat belum ditanganinya pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja secara mantap dan
menyeluruh pada pekerjaan konstruksi bangunan, sehingga
perlu diupayakan untuk membuat aturan / norma untuk
melindungi tenaga kerja.

 Dalam PERMENAKERTRANS INI juga dinyatakan bahwa:


Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja melakukan pengawasan
terhadap ditaatinya Pelaksanaan peraturan ini.
PERMENAKERTRANS NO 1 TAHUN 1980
2 TENTANG K3 PADA KONSTRUKSI BANGUNAN

1. Ketentuan Umum
2. Tempat Kerja dan Alat Kerja 9. Tentang Konstruksi di Bawah
3. Tentang Perancah Tanah
4. Tentang Tangga dan Tangga 10.Tentang Penggalian
Rumah 11.Tentang Pekerjaan
5. Tentang Alat-alat Angkat Memancang
6. Tentang Kabel Baja, Tambang, 12.Tentang Pekerjaan Beton
Rantai dan Peralatan Bantu. 13.Tentang Pekerjaan Lainnya
7. Tentang Mesin-mesin 14.Tentang Pekerjaan
8. Tentang Peralatan Konstruksi Pembongkaran.
Bangunan.
PERMENAKERTRANS NO 1 TAHUN 1980
2 TENTANG K3 PADA KONSTRUKSI BANGUNAN
BAB XV
TENTANG PENGGUNAAN PERLENGKAPAN
PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN DIRI
15. Tentang Penggunaan Pasal 99
Perlengkapan 1) Alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang
jenisnya disesuaikan dengan sifat pekerjaan
Penyelamatan Dan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja
Perlindungan Diri. harus disediakan dalam jumlah yang cukup.
16.Ketentuan Peralihan 2) Alat-alat termaksud pada ayat (1) pasal ini harus
selalu memenuhi syarat-syarat keselamatan dan
17.Ketentuan Lain kesehatan kerja yang telah ditentukan.
18.Ketentuan Hukum 3) Alat-alat tersebut ayat (1) pasal ini harus
digunakan sesuai dengan kegunaannya oleh
19.Ketentuan Penutup setiap tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja.
4) Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja diwajibkan mengguna-kan alat-alat
termaksud pada ayat (1) pasal ini.
PERMENAKERTRANS NO 1 TAHUN 1980
2 TENTANG K3 PADA KONSTRUKSI BANGUNAN
BAB XVIII
KETENTUAN HUKUMAN
Pasal 103
15. Tentang Penggunaan
1) Dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
Perlengkapan denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus
Penyelamatan Dan ribu rupiah), pengurus yang melakukan
Perlindungan Diri. pelanggaran atas ketentuan pasal102.
2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
16.Ketentuan Peralihan Peraturan Menteri ini adalah pelanggaran.
17.Ketentuan Lain 3) Menteri dapat meminta Menteri yang
18.Ketentuan Hukum membawahi bidang usaha konstruksi bangunan
19.Ketentuan Penutup guna mengambil sanksi administrative terhadap
tidak dipenuhinya ketentuan atau ketentuan-
ketentuan Peraturan Menteri ini.
Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja
3 dan Menteri Pekerjaan Umum
Kep.174_men_1986 No. 104_KPTS_1986
tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi

Latar Belakang :
a) bahwa pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang
melibatkan bahan bangunan, peralatan, penerapan teknologi.
Dan tenaga kerja, dapat merupakan sumber terjadinya
kecelakaan kerja;
b) bahwa tenaga kerja dibidang kegiatan konstruksi selaku sumber
daya yang dibutuhkan bagi kelanjutan pembangunan, perlu
memperoleh perlindungan keselamatan kerja, khususnya
terhadap ancaman kecelakaan kerja;
c) bahwa untuk itu perlu penerapan norma-norma keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi secara sungguh-
sungguh;
Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja
3 dan Menteri Pekerjaan Umum
Kep.174_men_1986 No. 104_KPTS_1986
tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi
Pasal 2 Buku Pedoman yang dimaksud
adalah : Buku Pedoman
Setiap Pengurus Kontraktor,
Pelaksanaan tentang
Pemimpin Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Pekerjaan atau Bagian Kerja pada Tempat Kegiatan
Pekerjaan dalam Konstruksi, yang selanjutnya
pelaksanaan kegiatan disebut Buku Pedoman.
konstruksi, wajib memenuhi Sebagai persyaratan teknis
syarat-syarat Keselamatan pelaksanaan Peraturan
dan Kesehatan Kerja seperti Menteri Tenaga Kerja dan
ditetapkan dalam Buku Transmigrasi Nomor PER.
Pedoman. 01/Men/1980
Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja
3 dan Menteri Pekerjaan Umum
Kep.174_men_1986 No. 104_KPTS_1986
tentang K3 di Tempat Kegiatan Konstruksi

Pasal 3 Menteri Pekerjaan Umum berwenang memberikan


sanksi administrasi terhadap pihak-pihak yang
tersebut pasal 2 dalam hal tidak mentaati ketentuan
sebagaimana dimaksudkan dalam Buku Pedoman.

Pasal 4 Hal-hal yang menyangkut pembinaan dalam penerapan Keputusan


Bersama ini dilaksanakan secara koordinasi oleh Kantor Pusat, Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pekerjaan Umum setempat.
Pasal 5 Sebagai pelaksanaan terhadap penerapan pasal 4 Keputusan Bersama ini, maka
Menteri Tenaga Kerja dapat menunjuk Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bidang Konstruksi di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum atas usul Menteri
Pekerjaan Umum, sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (6) Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM

Pemberikan 1. Pemindahan bahan baku


perlindungan 2. Penggunaan peralatan
K3 kepada setiap
(Keselamatan dan kerja konstruksi
orang yang berada
Kesehatan Kerja) di tempat kerja
3. Proses produksi dan
yang berhubungan lingkungan sekitar tempat
dengan : kerja
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM
Bagian dari Manajemen Keseluruhan yang meliputi :
 Struktur Organisasi
 Perencanaan
 Tanggung Jawab Pelaksanaan
 Prosedur,
SMK3
 Proses dan Sumber Daya , yang dibutuhkan bagi :
(Sistem
 pengembangan penerapan,
Manajemen
 pencapaian
Keselamatan
 Pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan Kesehatan
dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja
Kerja)
yang :
• selamat
• aman
• efisien
• produktif
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM

1. jalan,
2. jembatan,
3. bangunan gedung fasilitas
umum,
Sektor jasa konstruksi 4. sistem penyediaan air minum
yang berhubungan dan perpipaannya,
SMK3
dengan kepentingan 5. sistem pengolahan air limbah
KONSTRUKSI umum (masyarakat dan perpipaannya,
umum) 6. drainase,
7. pengolahan sampah,
8. pengaman pantai,
9. irigasi,
10.bendungan, bendung, waduk,
11.dan lainnya.
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM

Ahli K3 Konstruksi adalah:


Ahli K3 yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi Sistem Manajemen K3
Konstruksi sesuai pedoman ini di tempat penugasannya yang
dibuktikan dengan sertifikat dari yang berwenang dan sudah
berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam
pelaksanaan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang
dibuktikan dengan referensi pengalaman kerja.

Petugas K3 Konstruksi adalah


petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau
Organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/
sosialisasi K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM

P2K3 (Panitia Pembina K3) adalah


badan pembantu di perusahaan dan tempat kerja yang merupakan
wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi
efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Unsur
P2K3 terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Ketua P2K3 adalah
pimpinan puncak organisasi Penyedia Jasa dan Sekretaris P2K3
adalah Ahli K3 Konstruksi.

Risiko K3 adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi


terjadinya peristiwa K3 dengan akibat yang ditimbulkannya
dalam kegiatan konstruksi.
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM

Kategory Risiko K3 adalah tinggi, sedang atau kecil. Jika terjadi


perbedaan pendapat tentang penentuan kategori risiko, harus
diambil tingkat risiko yang lebih tinggi.

Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko


yang dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai
tingkat risiko dan mengendalikan risiko.

RK3K (Rencana K3 Kontrak) adalah dokumen rencana


penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna
Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi
antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa dalam
penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM

Pengguna jasa wajib melibatkan Ahli K3


Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yang
mempunyai risiko K3 tinggi, dengan ketentuan
antara lain: Ahli K3 konstruksi pengguna jasa
dimaksud dapat berasal dari konsultan
pengawas atau pihak lain yang ditunjuk.

Pengguna jasa wajib melibatkan sekurang-


kurangnya Petugas K3 Konstruksi pada setiap
paket pekerjaan yang mempunyai risiko K3
sedang dan kecil. Petugas K3 konstruksi
pengguna jasa dimaksud dapat berasal dari
konsultan pengawas atau pihak lain yang
ditunjuk.
Permen PU No. 9 Tahun 2008 Tentang Pedoman SMK3K
4 BIDANG PEKERJAAN UMUM

Penyedia jasa wajib membentuk P2K3 bila:


1. Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan
pekerja dengan jumlah paling sedikit 100
orang.
2. Mengelola pekerjaan yang mempekerjakan
pekerja kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang
mempunyai risiko yang besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radioaktif.
PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
5

Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang selanjutnya
Kerja yang selanjutnya
disingkat SMK3 adalah bagian
disingkat K3 adalah segala
dari sistem manajemen
kegiatan untuk menjamin dan
perusahaan secara
melindungi keselamatan dan
keseluruhan dalam rangka
kesehatan tenaga kerja
pengendalian risiko yang
melalui upaya pencegahan
berkaitan dengan kegiatan
kecelakaan kerja dan penyakit
kerja guna terciptanya tempat
akibat kerja.
kerja yang aman, efisien dan
produktif.
PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
5

Dalam menyusun kebijakan K3, pengusaha paling


sedikit harus melakukan tinjauan awal kondisi K3
yang meliputi:
a) Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko;
b) perbandingan penerapan K3 dengan
perusahaan dan sektor lain yang lebih
baik
c) peninjauan sebab akibat kejadian yang
membahayakan;
d) kompensasi dan gangguan serta hasil
penilaian sebelumnya yang berkaitan
dengan keselamatan; dan
e) penilaian efisiensi dan efektivitas sumber
daya yang disediakan.
PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
5

Rencana K3 paling sedikit memuat:


a. Tujuan dan sasaran;
b. Skala prioritas;
c. Upaya pengendalian bahaya;
d. Penetapan sumber daya;
e. Jangka waktu pelaksanaan;
f. Indikator pencapaian; dan
g. Sistem pertanggungjawaban.
Permen PU No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3
6 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan


berdasarkan potensi bahaya :
1. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat
berbahaya dan/atau mempekerjakan tenaga kerja
paling sedikit 100 orang dan/atau nilai kontrak
diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar
rupiah); wajib melibatkan Ahli K3 konstruksi.
2. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat
tidak berbahaya dan/atau mempekerjakan tenaga
kerja kurang dari 100 orang dan/atau nilai kontrak
dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar
rupiah); wajib melibatkan Petugas K3 konstruksi.
Permen PU No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3
6 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi/Pre
Construction Meeting (PCM) oleh Penyedia
Jasa, untuk disahkan dan ditanda tangani oleh
PPK
RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari dokumen kontrak
pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan
penerapan SMK3 pada pelaksanaan konstruksi.
Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat
oleh penyedia jasa dan dilaporkan kepada PPK
secara berkala (harian, mingguan, bulanan dan
triwulan), yang menjadi bagian dari laporan
pelaksanaan pekerjaan.
Permen PU No 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3
6 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

Apabila terjadi kecelakaan kerja, Penyedia Jasa


wajib membuat laporan kecelakaan kerja
kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja setempat,
paling lambat 2 x 24 jam.

Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan


wajib memuat hasil kinerja SMK3, statistik
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta
usulan perbaikan untuk proyek sejenis yang
akan datang.
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Pasal 2
Pasal 2 Penyelenggaraan Jasa
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Konstruksi berlandaskan berlandaskan pada asas
pada asas: (lanjutan):
a. kejujuran dan h. keterbukaan;
keadilan; i. kemitraan;
b. manfaat; j. keamanan dan
c. kesetaraan; keselamatan;
d. keserasian; k. kebebasan;
e. keseimbangan; l. pembangunan
f. profesionalitas; berkelanjutan; dan
g. kemandirian; m. wawasan
lingkungan.
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Pasal 4
(1) Pemerintah Pusat bertanggung jawab atas:
a. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai
dengan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan;
b. meningkatnya kompetensi, profesionalitas,
dan produktivitas tenaga kerja konstruksi
nasional;
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Pasal 5
Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan
pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa
Konstruksi;
c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan
d. menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal
terjadi Kegagalan Bangunan.
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

BAB VI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN
KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
Bagian Kesatu Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan
Pasal 59
1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan.
2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa
harus memberikan pengesahan atau persetujuan
atas:
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

BAB VI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN
KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
Bagian Kesatu Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan
Pasal 59 (lanjutan)
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau
perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan,
pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi;
dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Bagian Kesatu Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,


dan Keberlanjutan
Pasal 59 (lanjutan)
3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit meliputi: a. standar mutu bahan; b. standar mutu
peralatan; c. standar keselamatan dan kesehatan kerja; d.
standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi; e. standar
mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi; f. standar operasi
dan pemeliharaan; g. pedoman pelindungan sosial tenaga
kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. standar
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Bagian Kesatu Standar Keamanan, Keselamatan,


Kesehatan, dan Keberlanjutan
Pasal 59 (lanjutan)
4) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh
menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk
Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) memperhatikan kondisi
geografis yang rawan gempa dan kenyamanan
lingkungan terbangun.
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Bagian Kesatu Standar Keamanan, Keselamatan,


Kesehatan, dan Keberlanjutan

Pasal 60
1) Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59, Pengguna Jasa
dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak yang
bertanggung jawab terhadap Kegagalan
Bangunan.
7 UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Bagian Kesatu Standar Keamanan, Keselamatan,


Kesehatan, dan Keberlanjutan

2) Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan oleh penilai ahli.
3) Penilai ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.
4) Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya laporan mengenai
terjadinya Kegagalan Bangunan.
8 Permen PUPR No 02 - 2018

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 05/PRT/M/2014


TENTANG PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)
KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

Latar Belakang antara lain :


bahwa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat berpotensi terjadinya
kecelakaan konstruksi yang membahayakan keselamatan pekerja, keselamatan publik,
keselamatan harta benda, dan keselamatan lingkungan sehingga untuk menjamin
keselamatan pekerjaan konstruksi perlu membentuk
Komite Keselamatan Konstruksi.
8 Permen PUPR No 02 - 2018

Komite Keselamatan Konstruksi


adalah unit yang bertugas
Pasal 1 antara (13) dan (14) (13a) membantu Menteri dalam
penyelenggaraan keselamatan
konstruksi.
8 Permen PUPR No 02 - 2018

Pasal 19a
(1) Untuk menerapkan SMK3 pada Pasal 19b
setiap penyelenggaraan Pekerjaan konstruksi yang menjadi
pekerjaan konstruksi kewenangan Komite Keselamatan
sebagaimana dimaksud dalam Konstruksi sebagaimana dimaksud
Pasal 4 ayat (1), dibentuk dalam Pasal 19a meliputi:
KomiteKeselamatan Konstruksi. a) potensi bahaya tinggi; dan/atau
(2) Komite Keselamatan Konstruksi b) mengalami kecelakaan
sebagaimana dimaksud pada konstruksi yang dapat
ayat (1) ditetapkan dengan menimbulkan hilangnya nyawa
Keputusan Menteri. orang;
9 REGULASI BIAYA K3

PERMEN PU No.05/PRT/M/2014 PERMEN PUPR No. 07/PRT/M/2019

Lampiran II BAB III


Pasal 20 Ayat1 Komponen/Item pekerjaan penyelenggaraan keamanan
Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi dan kesehatan kerja serta Keselamatan Konstruksi
Bidang PU dialokasikan dalam biaya umum Dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dengan
besaran biaya sesuai dengan kebutuhan, minimal
yang mencakup: mencakup:
1. Penyiapan RK3K. 1. Penyiapan RKK
2. Sosialisasi dan Promosi K3 2. Sosialisasi dan Promosi K3
3. Alat Pelindung Kerja 3. Alat Pelindung Kerja/Diri
4. Alat Pelindung Diri 4. Asuransi dan Perizinan
5. Personel K3
5. Asuransi dan Perijinan 6. Fasilitas prasarana kesehatan
6. Personil K3 7. Rambu-rambu yang diperlukan
7. Fasilitas sarana kesehatan 8. Konsultasi dengan ahli keselamatan konstruksi
8. Rambu-rambu 9. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3 dan
Keselamatan Konstruksi
9. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3
9 REGULASI BIAYA K3

SE Menteri PUPR No 66/SE/M/2015

E.Rincian kegiatan penyelenggaraan SMK3 F.Besarnya Biaya


konstruksi meliputi:
Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi
1. Penyiapan RK3K; Bidang Pekerjaan Umum sebagaimana
2. Sosialisasi dan promosi K3; dimaksud pada huruf E dialokasikan dalam
3. Alat pelindung kerja; biaya umum dan dihitung berdasarkan
4. Alat pelindung diri; tingkat risikoK3 sesuai Rincian Kegiatan
5. Asuransi dan perijinan; Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi.
6. Personil K3;
7. Fasilitas sarana kesehatan;
8. Rambu-rambu; dan
9. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.
9 REGULASI BIAYA K3

PERMEN PUPR NO.


7/PRT/M/2019
SE MENTERI PUPR No.
Sebelumnya
10/SE/M/2018
SE MENTERI PUPR No.
14/SE/M/2018

Komponen / item pekerjaan penyelenggaraan keamanan dan kesehatan


kerja serta Keselamatan Konstruksi dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dengan besarnya biaya sesuai kebutuhan.
Surabaya, 7 Mei 2020

TERIMA KASIH

Dr. Hanie Teki Tjendani, S.T., M.T.

Anda mungkin juga menyukai