Dalam acara:
Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Tujuan Umum
Memahami peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya terkait pelaksanaan
Keselamatan Konstruksi.
Tujuan Khusus:
• Mematuhi dan menjalankan
peraturan perundangan dan
persyaratan lainnya terkait
Keselamatan Konstruksi dengan
baik.
• Mampu menyusun Standar dan
Peraturan Perundang-undangan
dalam tahap perencanaan RKK
3
DASAR HUKUM
Undang-Undang
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. UU No. 3/1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No.120 Mengenai
Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
c. UU No. 14/1969 Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
d. UU No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
e. UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung
f. UU No. 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan
g. UU No. 32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
h. UU No 36/2009 tentang Kesehatan
i. UU No. 24/2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
j. UU No. 02/2017 Tentang Jasa Konstruksi pengganti UU No. 18/1999
Tentang Jasa Konstruksi
DASAR HUKUM
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden
Pasal 9 Pasal 10
Tiap tenaga kerja berhak mendapat Pemerintah membina perlindungan kerja yang
perlindungan atas keselamatan, mencakup:
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan 1.Norma keselamatan kerja
moril kerja serta perlakukan yang 2.Norma kesehatan kerja dan hygiene
sesuai dengan martabat manusia dan perusahaan
moral agama. 3.Norma kerja
4.Pemberian ganti kerugian, perawatan dan
rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Konstruksi
UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Pasal 3
BPJS bertujuan untuk mewujudkan
terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup yang layak bagi setiap
Peserta dan/atau anggota Pasal 14
keluarganya.
Setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, wajib
menjadi Peserta program Jaminan
Sosial.
13
Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Konstruksi
UU No. 36/2009 Tentang Kesehatan
BAB XII KESEHATAN KERJA
Pasal 164
KETENTUAN UMUM
PELAKSANAAN TEKNIS K3
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 87 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
Lampiran I:
01 Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
02 Lampiran II:
Pedoman Penilaian Penerapan SMK3
03
Lampiran III:
Formulir Laporan Audit SMK3
REGULASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
PP No. 44/2015 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian
Ayat 1
Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK adalah manfaat berupa
uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta
mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Pasal 1
Ayat 6
Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau
sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Ayat 1
Pasal 4 Setiap Pemberi Kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan dirinya dan
Pekerjanya sebagai Peserta dalam program JKK dan JKM kepada BPJS
Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
REGULASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
PP No. 44/2015 Tentang Penyelenggaraan Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian
Bagian Kedua
Besarnya Iuran dan Manfaat
Pasal 54 dan Pasal 55
Tarif
Nilai Proyek
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Jaminan Kematian (JKM) Total (JKK+JKM)
Rp 0 s.d. Rp 100 juta 0,21% 0,03% 0,24%
Rp 100 juta s.d. Rp 500 juta 0,17% 0,02% 0,19%
Rp 500 juta s.d. Rp 1 milyar 0,13% 0,02% 0,15%
Rp 1 milyar s.d. Rp 5 milyar 0,11% 0,01% 0,12%
> Rp 5 milyar 0,09% 0,01% 0,10%
Kesehatan Kerja adalah upaya yang ditujukan untuk
PP NOMOR 88 melindungi setiap orang yang berada di Tempat Kerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
TAHUN 2019 TENTANG kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan dari
pekerjaan.
KESEHATAN KERJA
Penyelenggaraan Kesehatan Kerja meliputi upaya:
a. pencegahan penyakit;
b. peningkatan kesehatan;
c. penanganan penyakit; dan
d. pemulihan kesehatan.
Pekerjaan konstruksi :
Kompleksitas kerja yang melibatkan bahan bangunan,
peralatan, penerapan teknologi dan tenaga kerja, dapat
merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja serta
pertimbangan bahwa tenaga kerja di bidang kegiatan
konstruksi selaku sumber daya yang membutuhkan bagi
kelanjutan pembangunan, perlu memperoleh
perlindungan keselamatan kerja, khususnya terhadap
ancaman kecelakaan kerja.
REGULASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
PASAL 4
KOORDINASI
DEPNAKERTRANS DAN
MENTERI PU
PASAL 3
PASAL 5
MENTERI PU MEMBERI
AHLI K3 KONSTRUKSI
SANKSI ADMINISTRASI
PASAL 2
PASAL 6
KONTRAKTOR WAJIB PENGAWASAN
PENUHI SYARAT – DEPNAKER DAN
SYARAT K3 PEKERJAAN UMUM
BAB I ADMINISTRASI:
o KEWAJIBAN KONTRAKTOR terhadap K3 TERMASUK BIAYA
YANG TIMBUL.
o PETUGAS K3 FULL TIME > 100 ORANG
TK > 100 ORANG, MEMBENTUK (P2K3)
Pasal 3
01 02 03
Pada setiap pekerjaan konstruksi Sewaktu pekerjaan dimulai harus Unit K3 tersebut meliputi usaha-usaha
bangunan harus diusahakan segera disusun suatu unit K3, hal terhadap: kecelakaan, peledakan,
pencegahan atau dikurangi terjadinya tersebut harus diberitahu kepada penyakit akibat kerja, pertolongan
kecelakaan atau sakit akibat kerja setiap tenaga kerja. pertama pada kecelakaan dan usaha-
terhadap tenaga kerjanya. usaha penyelamatan.
REGULASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
Permenaker No. 4/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja P2K3 dan Pengangkatan Ahli K3
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut P2K3 ialah
Pasal 1 badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerja sama antara pengusaha
dan pekerja untuk mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi efektif
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 2 Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3
Pasal 3 Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari perusahaan yang
bersangkutan
Pasal 4 P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah keselamatan dan kesehatan
kerja.
REGULASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
Permen PUPR 14/PRT/M/2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui
Penyedia
Permen PUPR No 21 Tahun 2019 Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus menerapkan SMKK.
Tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan Standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
Konstruksi (SMKK) Keberlanjutan meliputi :
a. keselamatan keteknikan konstruksi;
b. keselamatan dan kesehatan kerja;
c. keselamatan publik; dan
d. keselamatan lingkungan.
7 6 5
MELAKUKAN TINDAKAN ISOLASI MENGHENTIKAN SEMENTARA MEMBUAT KERJASAMA
& PENYEMPROTAN DISINFEKTAN PEKERJAAN JIKA TERINDIKASI PENANGANAN SUSPECT
SARANA & PRASARANA KANTOR ADA TENAGA KERJA YANG COVID-19 DENGAN RS DAN
& LAPANGAN TERPAPAR COVID-19 PUSKEMAS SETEMPAT
PENGGUNA DAN/ATAU
PENYEDIA JASA PEKERJAAN PENYEDIA JASA PEKERJAAN
PENYEDIA JASA PEKERJAAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
SATGAS PENCEGAHAN Tugas, tanggung jawab, dan kewenangan:
1. sosialisasi;
COVID-19 2. pembelajaran (edukasi);
3. promosi teknik;
Dibentuk oleh Pejabat Pembuat 4. metode/pelaksanaan pencegahan COVID-19 di
Komitmen (PPK) proyek lapangan;
Meupakan bagian dari Unit 5. berkoordinasi dengan Satgas Penanggulangan
Keselamatan Konstruksi (UKK) COVID-19 Kementerian PUPR melakukan Identifikasi
Potensi Bahaya COVID-19 di lapangan;
Berjumlah paling sedikit 5 (lima)
6. pemeriksaan kesehatan terkait potensi terinfeksi
orang yang terdiri atas:
COVID-19 kepada semua pekerja dan tamu proyek;
1. 1 (satu) Ketua merangkap 7. pemantauan kondisi kesehatan pekerja dan
anggota; dan pengendalian mobilisasi/demobilisasi pekerja;
2. 4 (empat) Anggota yang 8. pemberian vitamin dan nutrisi tambahanguna
mewakili Pengguna Jasa dan peningkatan imunitas pekerja;
Penyedia Jasa. 9. pengadaan Fasilitas Kesehatan di lapangan; dan
10. melaporkan kepada PPK dalam hal telah ditemukan
pekerja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam
Satgas Pencegahan COVID-19 Pengawasan (PDP) dan merekomendasikan dilakukan
penghentian kegiatan sementara.
berkoordinasi dengan Satgas
Penanggulangan COVID-19 Kementerian PUPR
PEMBERHENTIAN PEKERJAAN SEMENTARA
A B C
MEKANISME PENGHENTIAN MEKANISME PERGANTIAN
KOMPENSASI UPAH
PEKERJAAN SEMENTARA SPESIFIKASI
1) Usulan penghentian sementara dapat Pergantian spesifikasi dapat diusulkan Penghentian sementara
dilakukan oleh PPK dan/atau Penyedia jika dalam Kontrak Penyelenggaraan
Jasa berdasar usulan Satgas Pencegahan
tidak melepaskan hak dan
Jasa Konstruksi memiliki kendala kewajiban Pengguna Jasa
COVID-19 setelah dilakukan Identifikasi dalam proses pengiriman material
Potensi Bahaya COVID-19 di Lapangan dan Penyedia Jasa terhadap
dan/atau peralatan dan/atau suku
2) Mendapatkan persetujuan dari cadang impor akibat barang tsb
Tenaga Kerja Konstruksi,
Kasatker/KPA dan Kabalai berasal dari negara yang ditetapkan Subkontraktor, Produsen
3) Waktu penghentian paling sedikit 14 sebagai negara terjangkit COVID-19 dan Pemasok yang terlibat
(empat belas) hari kerja atau sesuai pembatasan jalur pengadaan barang
dengan kebutuhan impor di Indonesia
USULAN BIAYA TAMBAHAN
Pelaksanaan pencegahan dan penanganan COVID- Untuk memastikan kewajaran harga Biaya
19 di lapangan dapat diusulkan menjadi biaya Tambahan
tambahan penerapan SMKK sesuai peruntukannya
melalui Adendum Kontrak Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Kabalai/Kasatker menyampaikan permohonan
kepada APIP untuk melakukan reviu usulan
Dalam hal Kontrak Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
pemenuhan terhadap pembayaran upah Tenaga
tetap dilanjutkan, pemberian kompensasi biaya
Kerja Konstruksi, Subkontraktor, Produsen dan
upah Tenaga Kerja dan Subkontraktor/
Pemasok selama masa penghentian sementara.
Produsen/Pemasok harus tetap dilakanakan
Dapat diusulkan sebagai biaya tambahan
C
PROTOKOL PENCEGAHAN COVID-19 DALAM PELAKSANAAN
PENGADAAN BARANG JASA KONSTRUKSI
FILOSOFI: kemudahan dan perluasan akses dalam proses pengadaan jasa konstruksi yang dapat
dilakukan secara online maupun offline tetap memperhatikan kaidah-kaidah dalam proses
pengadaan barang jasa konstruksi.
Maksud:
Untuk menjadi acuan teknis bagi pelaksanaan
penanggulangan HIV dan AIDS pada sektor kontruksi di
Surat Edaran Menteri PU No 13/2012 Iingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yaitu pada
tentang proyek-proyek konstruksi bersumber dana APBN.
Program Penanggulangan HIV dan AIDS
Pada Sektor Konstruksi di Lingkungan Tujuan:
Kementerian PU Agar program penanggulangan HIV dan AIDS pada
sektor konstruksi di lingkungan Kementerian Pekerjaan
umum dilaksanakan mengikuti langkah-langkah dan
upaya yang standar sesuai dengan Surat Edaran ini.
REGULASI KESELAMATAN KONSTRUKSI
PERSYARATAN LAINNYA
PERATURAN MENTERI
SNI:
SNI 15-2049-2004 : Persyaratan Umum Tentang Pedoman Konstruksi dan Bangunan Nomor 04/BM/2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Bahan Semen Portland Kerja (K3) Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan.
SNI 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar
tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara
Listrik 2011 (PUIL 2011) kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari resiko kecelakaan.
SNI 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Sistem
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja
Pencahayaan Alami Pada Bangunan Rumah dan secara penuh (full-time) untuk mengurus dan menye-
Gedung lenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut
bersama-sama dengan panitia pembina keselamatan
kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi
pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab
kepada pemimpin proyek.
TERIMA KASIH